• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MATERI GERAK BENDA KELAS III SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MATERI GERAK BENDA KELAS III SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Teknik Token Economy a. Pengertian token economy

Ada beberapa cara untuk mengubah perilaku individu,

diantaranya adalah melalui modifikasi perilaku. Eysenk dalam

Purwanta (2015: 6) menyatakan bahwa “modifikasi perilaku adalah

usaha mengubah perilaku dan emosi manusia dengan cara yang

menguntungkan dengan hukum teori modern proses belajar”. Salah

satu teknik yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan modifikasi

perilaku adalah teknik token economy.

Token economy merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan

mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemberian token

(tanda-tanda). Martin dan Pear (2015: 675) menjelaskan bahwa“token

economy adalah sebuah program behavioral, individu dapat memperoleh token untuk beragam perilaku yang diinginkan dan dapat menukarkan penanda atau token tersebut demi memperoleh penguat

pendukung”. Token atau tanda khusus diberikan sebagai penghargaan

atas perilaku yang diubah, baik memunculkan perilaku yang

(2)

Token economy sebagai salah satu teknik modifikasi perilaku, dalam pelaksanaannya didasarkan pada pendekatan perilaku yang

menggunakan penguatan positif. Erford (2016: 395) menyatakan

bahwa “token economy adalah suatu bentuk reinforcement positif yang

dalam prosesnya seorang siswa menerima suatu token ketika mereka memperlihatkan perilaku yang diinginkan”. Token yang diterima diakumulasikan dalam jumlah tertentu, untuk kemudian ditukarkan

dengan penguat (hadiah).

Teknik token economy adalah teknik yang menekankan pada pemberian penghargaan yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar

berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Purwanta (2015: 148)

menjelaskan bahwa “token economy merupakan salah satu teknik

dalam modifikasi perilaku dengan cara pemberian satu kepingan (atau

satu tanda, satu isyarat) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku

sasaran muncul”. Token-token tersebut dikumpulkan dan kemudian

dalam jangka waktu tertentu dapat ditukarkan dengan hadiah atau

sesuatu yang mempunyai makna. Singkatnya token economy

merupakan sebuah penguatan untuk perilaku yang dikelola dan

diubah, seseorang dapat menerima penguatan untuk meningkatkan

atau mengurangi perilaku yang diinginkan.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

(3)

perilaku positif. Token ini berupa poin, cek, lubang di kartu, kupon, chip, uang mainan, tanda bintang atau apapun yang bisa dengan

mudah diidentifikasi sebagai milik siswa. Token ini bisa ditukar dengan benda atau aktivitas pengukuh yang sering disebut pengukuh

idaman (hadiah).

b. Tahapan pelaksanaan token economy

Teknik token economy dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahapan. Purwanta (2015: 152-157) menjelaskan bahwa

“pelaksanaan teknik token economy dibagi dalam tiga tahap, yaitu

tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi”. Agar

pelaksanaan program token economy dapat berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada tiap tahapan. Tahapan

dalam token economy tersebut yaitu: 1) Tahap persiapan

Ada empat hal yang perlu dipersiapkan dalam

melaksanakan teknik token economy yaitu: a) menetapkan tinggkah laku yang akan diubah, disebut sebagai tingkah laku

yang ditargetkan; b) menentukan barang (benda) yang mungkin

dapat menjadi penukar kepingan; c) memberi nilai atau harga

untuk setiap kegiatan atau tingkah laku yang ditargetkan dengan

(4)

2) Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan diawali dengan pembuatan kontrak

antara siswa dengan guru. Kontrak cukup secara lisan dan kedua

belah pihak dapat saling memahami, atau dapat ditulis tangan dan

ditandatangani pihak yang bersangkutan. Guru dalam tahap ini

melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan. Apabila tingkah

laku yang ditargetkan muncul, maka siswa segera diberikan

kepingan. Setelah kepingan sudah mencukupi untuk ditukarkan

dengan barang yang diinginkan, siswa dibimbing ke tempat

penukaran kepingan dengan membeli barang sesuai nilai

kepingan yang didapat.

3) Tahap evaluasi

Pada tahap ini akan diketahui faktor-faktor yang perlu

ditambah atau dikurangi dalam daftar pengubahan perilaku yang

telah dilaksanakan. Misalnya nilai kepingan perlu diuji untuk

setiap tingkah laku yang akan diubah, dan melihat ketertarikan

subjek dalam program yang dibuat. Keberhasilan dan kekurangan

dalam pelaksanaan didiskusikan untuk merencanakan program

selanjutnya.

c. Aturan dan pertimbangan dalam token economy

Guru dalam menerapkan teknik token economy perlu memperhatikan aturan yang ada agar dalam pelaksanaannya dapat

(5)

beberapa aturan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan teknik token economy agar efektif antara lain sebagai berikut:

1) Hindari penundaan, pemberian token dilakukan seketika setelah perilaku sasaran muncul.

2) Berikan token secara konsisten, pemberian token yang terus menerus (continuous) dan konsisten akan mempercepat peningkatan perilaku sasaran.

3) Memperhitungkan pengukuh dengan harga kepingan. Perlu

dipertimbangkan banyaknya kepingan yang akan diterima cukup

untuk ditukar dengan barang yang diinginkan.

4) Persyaratan hendaknya jelas, aturan yang diterapkan harus jelas

dan mudah diikuti.

5) Pilih pengukuh (hadiah) yang macam dan kualitasnya memadai.

Bila berupa benda, pengukuh tersebut harus ringan, menarik,

mudah dibawa atau disimpan.

6) Kelancaran pengadaan pengukuh idaman.

7) Pemasaran pengukuh idaman, perlu memperhitungkan hukum

penawaran dan permintaan. Pengukuh yang banyak peminatnya

berharga lebih tinggi dari yang tidak banyak peminatnya.

8) Jodohkan pemberian kepingan dengan pengukuh sosial positif.

Pemasangan kepingan dengan pengukuh sosial positif dapat

(6)

9) Perhitungkan efeknya terhadap orang lain. Program token economy seyogianya melibatkan satu kelompok agar tidak ada rasa iri karena perlakuan yang istimewa.

10) Perlu persetujuan berbagai pihak, agar tidak mengganggu

pelaksanaan program yang menyertainya.

11) Perlu kerjasama subjek, dalam pelaksanaan teknik token economy makin jelas aturan main, makin setuju subjek pada program yang akan dilaksanakan, maka akan semakin lancar

program dan semakin efektif hasil yang diperoleh.

12) Perlu latihan bagi pelaksana. Program token economy sering membutuhkan bantuan dalam pelaksanaannya, maka pelaksana

perlu mendapatkan latihan-latihan dan pengetahuan yang

diperlukan dalam melaksanakan token economy.

13) Perlu pencatatan, selain untuk pertanggungjawaban, juga untuk

mendeteksi keberhasilan program.

14) Kombinasi dengan prosedur lain. Program token economy dapat dikombinasikan dengan program lain seperti denda dan

penyisihan.

15) Follow-up dan penundaan pengukuhan. Apabila token economy

sudah berhasil meningkatkan perilaku, sedangkan pengukuhan

sosial belum dapat menggantikan program kepingan, maka perlu

(7)

d. Kelebihan teknik token economy

Token economy sebagai salah satu teknik dalam memodifikasi perilaku tentu memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknik lain.

Ayllon dan Azrin (Miltenberger, 2008: 510-513) menyatakan bahwa

menggunakan token economy mempunyai banyak kelebihan, yaitu: 1) Token dapat menguatkan tingkah laku siswa dengan seketika

setelah terjadi.

2) Token economy tersusun dengan baik sehingga tingkah laku siswa yang diharapkan diperkuat secara konsekuen.

3) Token merupakan penguat yang dikondisikan secara umum karena akan dipasangkan dengan penguat lain yang bervariasi.

4) Token mudah untuk dibagikan dan penerima mudah menjumlahkan.

5) Token dapat dengan mudah diukur sehingga tingkah laku yang berbeda dapat menerima token lebih banyak atau lebih sedikit. 6) Penukaran token mudah dilaksanakan karena penerima dapat

menjumlahkan token yang dapat mengubah masalahnya dalam bertingkah laku.

7) Penerima dapat belajar kemampuan-kemampuan yang terlibat

(8)

Teknik token economy dapat diimplementasikan dengan tingkat keberhasilan tertentu untuk semua subyek yang perilakunya

layak untuk dimodifikasi. Erford (2016: 402) juga menyatakan

beberapa kelebihan dari token economy yaitu “token economy dapat digunakan untuk memperbaiki manajemen kelas, dan juga dapat

digunakan untuk meningkatkan partisipasi kelas”. Berdasarkan

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa selain memodifikasi

perilaku, token economy juga dapat digunakan untuk peningkatan pembelajaran di kelas yaitu manajemen dan partisipasi kelas.

e. Kekurangan teknik token economy

Penerapan teknik token economy selain memiliki kelebihan juga terdapat beberapa kekurangan. Miltenberger (2008: 513)

menyatakan bahwa, “the disadvantages involved in the use of a token economy include the time and effort involved in organizing and conducting the program and the cost of purchasing the backup reinforcers”. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekurangan dalam penerapan token economy yaitu pada waktu, pengorganisasian program, dan harga pembelian token. Waktu dalam perencanaan cukup lama karena harus dirancamg dengan matang,

begitu pula pengorganisasiannya. Pembelian token juga memerlukan biaya yang besar karena pengadaan pengukuh bukan hanya untuk satu

siswa, melainkan siswa dalam suatu kelompok bahkan kelas.

(9)

2. Kerjasama

a. Pengertian Kerjasama

Kerjasama merupakan proses sosial yang paling dasar dan

berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Soekanto dan

Sulistyowati (2015: 66) menyatakan bahwa “kerjasama merupakan

suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk

mencapai tujuan bersama”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa

kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang

saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.

Kerjasama untuk mencapai tujuan bersama akan membentuk

hubungan yang baik antar siswa. Abdulsyani (2012: 156) menjelaskan

bahwa “kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya

terdapat aktivitas tertentu dan ditujukan untuk mencapai tujuan

bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap

aktivitas masing-masing”. Siswa yang bekerjasama untuk

menyelesaikan suatu tugas kelompok akan saling memberikan

dorongan, bantuan, dan informasi pada teman kelompok yang

membutuhkan bantuan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kerjasama siswa dapat diartikan sebagai sebuah interaksi atau

hubungan antara siswa, maupun siswa dengan guru untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan

(10)

dorongan dalam belajar. Tujuan pembelajaran tersebut meliputi

perubahan tingkah laku, penambahan pemahaman, dan peningkatan

prestasi belajar.

b. Manfaat Kerjasama dalam Pembelajaran

Kerjasama dalam proses pembelajaran dapat menumbuhkan

jiwa sosial yang tinggi dalam diri siswa. Djamarah (2010: 7)

berpendapat bahwa:

Siswa yang dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Siswa yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang kekurangan. Sebaliknya, yang memiliki kekurangan dengan rela hati mau belajar dari yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa siswa

yang terbiasa bekerjasama dalam kelompok akan lebih memiliki jiwa

sosial yang tinggi. Siswa akan menyadari bahwa dirinya memiliki

kekurangan dan kelebihan begitu juga orang lain. Siswa yang

memiliki kelebihan akan membantu temannya yang mengalami

kesulitan, dan sebaliknya siswa yang mengalami kesulitan mau belajar

dari yang sudah bisa. Kerjasama tersebut dapat memotivasi siswa

untuk lebih giat belajar sehingga memunculkan persaingan yang

positif untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

Kerjasama dalam belajar selain menumbuhkan jiwa sosial

yang tinggi juga akan memberikan banyak pengalaman dan

(11)

(2010: 68) menyatakan “keuntungan lain dari belajar bersama yakni

siswa yang belum mengerti penjelasan guru, akan menjadi mengerti

dari hasil penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok”. Siswa

yang sudah memahami materi akan termotivasi untuk membantu

temannya yang mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Adanya kerjasama yang baik dalam belajar, memungkinkan

tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.

Kerjasama siswa terlihat dari kegiatan belajar bersama dalam

sebuah kelompok. Belajar bersama dalam kelompok juga akan

memberikan beberapa manfaat diantaranya yaitu menciptakan

kekompakan dan keakraban. Siswa melalui kerjasama juga dapat

meningkatkan kemampuan akademik, berkomunikasi dan

menyelesaikan masalah.

c. Indikator Kerjasama

IPA sebagai mata pelajaran yang mengutamakan proses bukan

sekedar penyampaian konsep, tentu mengutamakan adanya prinsip

kerjasama dalam belajar. Isjoni (2013: 64-65) berpendapat bahwa

“dalam pembelajaran yang menekankan pada prinsip kerjasama tidak

hanya mempelajari materi saja, siswa harus mempelajari

ketrampilan-ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan-ketrampilan kooperatif”.

Ketrampilan kooperatif berfungsi untuk memperlancar hubungan kerja

(12)

Ketrampilan-ketrampilan kooperatif tersebut dikemukakan oleh Lungdren dalam

Isjoni (2013: 65-66) sebagai berikut:

1) Menggunakan kesepakatan

Menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang

berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.

2) Menghargai kontribusi

Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat

dikatakan atau dikerjakan anggota lain.

3) Mengambil giliran dan berbagi tugas

Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok

bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas atau

tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

4) Berada dalam kelompok

Maksud disini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja

selama kegiatan berlangsung.

5) Berada dalam tugas

Berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu

yang dibutuhkan.

6) Mendorong partisipasi

Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok

untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

(13)

Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan

berpartisipasi terhadap tugas.

8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya

9) Menghormati perbedaan individu

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa indikator sikap kerjasama siswa antara lain:

1) Menggunakan kesepakatan

2) Menghargai kontribusi

3) Mengambil giliran dan berbagi tugas

4) Berada dalam kelompok

5) Berada dalam tugas

6) Mendorong partisipasi

7) Mengundang orang lain

8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya

9) Menghormati perbedaan individu

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran

yang telah dilaksanakan. Arifin (2016: 12) menjelaskan bahwa kata

prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi

(14)

Prestasi belajar (achievment) penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama antaralain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai siswa.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasipendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatuinstitusi

pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

siswa.

Melihat banyaknya fungsi dari prestasi belajar, maka sangatlah

penting bagi guru untuk mengetahui prestasi belajar siswa baik secara

perorangan maupun kelompok. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai

umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Cronbach (Arifin, 2016: 13) menyatakan bahwa:

Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa kegunaan

prestasi belajar selain sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran, juga untuk keperluan bimbingan, seleksi, penjurusan,

penentuan isi kurikulum dan kebijakan sekolah. Prestasi belajar dapat

(15)

lebih lanjut, seperti pelaksanaan remidial bagi siswa yang belum tuntas

belajar dan pengayaan sebagai pemantapan bagi siswa yang sudah tuntas

belajar. Guru dapat menyeleksi dan mengarahkan siswa pada jurusan yang

sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki dengan melihat prestasi

belajar yang siswa peroleh. Pencapaian prestasi belajar siswa tersebut juga

dapat dijadikan tolak ukur dalam merumuskan kebijakan-kebijakan

sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Guru selain harus mengetahui fungsi dan pentingnya prestasi

belajar, juga harus memahami faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) menjelaskan “prestasi

belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor

internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu”. Faktor-Faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut yaitu:

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis, yang terdiri atas:

a) Faktor intelektif yang meliputi:

(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

(16)

b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri dari:

a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan sekolah

c) Lingkungan masyarakat

d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,

iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Prestasi belajar siswa dapat diukur dengan penilaian prestasi

belajar. Arifin (2016: 180) menyatakan bahwa “penilaian prestasi belajar

(achievement assessment) merupakan suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran tertentu sesuai kompetensi yang telah ditetapkan

dalam kurikulum”. Penilaian prestasi belajar dapat memberikan informasi

(17)

sebagai bahan evaluasi terhadap keberhasilan proses pembelajaran yang

dilaksanakan.

Penilaian prestasi belajar dilakukan dalam upaya mengumpulkan

dan mendeskripsikan prestasi belajar siswa baik melalui tes maupun non

tes. Gronlund (Azwar, 2016: 18-21) merumuskan beberapa prinsip dasar

dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut:

a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara

jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil

belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau

pengajaran.

c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna

mengukur hasil belajar yang diinginkan.

d. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan

penggunaan hasilnya.

e. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil

ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

f. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para

siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan nilai hasil perolehan siswa pada aspek

pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran.

(18)

sendiri maupun dari luar. Faktor-faktor tersebut menjadi penting untuk

dipahami oleh guru agar dapat membantu siswa mencapai prestasi belajar

yang sebaik-baiknya. Prestasi belajar dapat diukur melalui penilaian hasil

belajar (achievement assessment) berupa tes maupun non tes.

4. IPA

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata

pelajaran pokok yang ada di Sekolah Dasar (SD). Trianto (2010: 136)

mengemukakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

alam, lahir dan berkembang melalui teknik ilmiah seperti observasi

dan eksperimen”. IPA mempelajari tentang makhluk hidup dan

hubungannya dengan alam sekitar.

Pembelajaran IPA tidak terbatas pada penerimaan materi atau

konsep-konsep yang sudah ada, namun meliputi suatu proses untuk

menemukan konsep yang baru. Kegiatan IPA dimulai dari

pengamatan, hasil pengamatan atau observasi ini digunakan untuk

merumuskan konsep-konsep dan teori. Aly dan Rahma (2010: 18)

menyatakan bahwa:

IPA adalah pengetahuan teoretis yang diperoleh atau disusun dengan cara khusus, yaitu melakukan observasi,

eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,

(19)

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA

merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

gejala-gejala alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Siswa

melakukan praktik dalam belajar IPA untuk menemukan

permasalahan yang sedang dipelajari secara langsung, sekaligus

menemukan solusi dan pemecahan masalahnya. IPA mulai diajarkan

di SD untuk memberikan manfaat bagi siswa agar mengetahui hal-hal

yang berkaitan dengan dirinya dan tempat tinggalnya.

b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Mata Pelajaran IPA di SD merupakan konsep yang masih

terpadu karena belum ada pemisahan seperti mata pelajaran kimia,

biologi, dan fisika. Susanto (2015: 171-172) menjelaskan bahwa

tujuan pembelajaran IPA di SD dalam Badan Nasional Standar

Pendidikan (BNSP, 2006), dimaksudkan untuk:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

(20)

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah

Pertama (SMP).

c. Materi Gerak Benda

Materi IPA yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

yaitu materi gerak benda. Standar kompetensi dan kompetensi dasar

materi gerak benda dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

4.1.Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran.

4.2.Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, dan getaran dalam kehidupan sehari-hari.

(21)

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada

tabel 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa materi yang dijadikan bahan

penelitian adalah materi gerak benda. Materi gerak benda mengkaji

berbagai gerak benda dan faktor yang mempengaruhi gerak benda

melalui percobaan, serta pengaruh energi dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Teknik token economy telah banyak diteliti dan digunakan dalam bidang pendidikan maupun psikologi untuk memodifikasi perilaku seseorang

menjadi seperti yang diinginkan. Salah satu penelitian yang menguji

keefektifan teknik token economy dilakukan oleh Simeon, Abdullahi, dan Umaru (2015) dengan judul “Efficacy of Token Economy-Technique in Reducing Lateness Behaviour among Primary School Pupils in Kaduna Metopolis, Nigeria” menunjukkan bahwa jumlah kehadiran telah meningkat secara signifikan sebagai akibat dari penerapan token economy pada tingkat keterlambatan sekolah. Total rata-rata per hari mereka yang hadir 23,03 dan

14,73 setelah dan sebelum diberikan perlakuan dengan token economy. Temuan ini berkolaborasi dengan temuan awal, yang menunjukkan bahwa

teknik token economy efektif dalam mengurangi keterlambatan sekolah, kemalasan, penolakan sekolah dan meningkatkan kinerja sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Simeon, Abdullahi, dan Umaru,

(22)

perilaku siswa, yaitu mengurangi keterlambatan siswa dalam kehadiran di

sekolah, kemalasan, penolakan sekolah, dan juga meningkatkan kinerja

sekolah.

Penerapan teknik token economy selain memodifikasi perilaku, juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Aljuhaish

(2015), dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “The Effectiveness of Behaviourist’s Token Economy System on Teaching English as a Second

Language at Saudi Schools in Kuala Lumpur”, menyatakan bahwa “token

Economy, if implemented effectively, not just modifying behaviour, but also in improving student academic performance”. Token economy, jika diterapkan

secara efektif, tidak hanya memodifikasi perilaku, tetapi juga dalam

meningkatkan prestasi akademik siswa.

Penelitian yang dilakukan Aljuhaish tersebut menunjukan bahwa

bahwa token economy dapat membantu guru dalam pembelajaran, memotivasi siswa, dan memulai kompetisi yang sehat antar siswa. Aiesha Y. Khudayer Al

Aqeede juga menekankan bahwa token economy membantu dalam memanajemen kelas, membantu siswa yang berprestasi rendah, kurang

partisipatif, dan yang berperilaku tidak pantas. Pernyataan tersebut

menunjukan bahwa penerapan token economy selain dapat digunakan untuk memodifikasi perilaku, juga memiliki banyak manfaat. Manfaat dari

(23)

pembelajaran yang partisipatif, serta membantu guru dalam memanajemen

kelas.

Penelitian lain yang menerapkan teknik token economy, dan menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu penelitian experiment yang dilakukan oleh Indrijati (2009). Indijati (2009) dalam jurnalnya yang berjudul “Efektivitas

Metode Modifikasi Perilaku Token Economy dalam Proses Belajar Mengajar

di Kelas” menyatakan bahwa:

Berdasarkan analisis SPSS diperoleh hasil yaitu adanya perbedaan efektivitas antara penerapan token economy dengan metode konvensional terhadap munculnya perilaku menjawab dengan benar pertanyaan dari guru, bertanya pada guru tentang materi pelajaran, menanggapi pertanyaan atau jawaban guru maupun teman, dan menjawab pertanyaan dari guru meskipun salah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan efektivitas antara

token economy dengan metode konvensional terhadap munculnya perilaku yang diinginkan. Masing-masing dari keempat perilaku yang diukur

menunjukkan hasil yang signifikan dan meannya menunjukkan perbedaan

yang cukup besar untuk keempat perilaku tersebut. Berdasarkan hasil tersebut

dapat dikatakan penerapan token economy dapat meningkatkan perilaku positif yang diharapkan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Simeon, Abdullahi, Umaru,

Aljuhaish, dan Indijati, menunjukan keberhasilan dan keefektifan penggunaan

teknik token economy dalam memodifikasi perilaku, manajemen kelas, maupun meningkatkan prestasi. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai

(24)

prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi gerak benda di kelas III SD

Negeri 1 Pageraji. Penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat

memberikan inovasi dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa kondisi awal

siswa kelas III di SD Negeri 1 Pageraji menunjukkan adanya permasalahan

dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi gerak benda. Pembelajaran

yang masih berpusat pada guru membuat siswa yang satu dengan siswa lain

tidak terbiasa untuk berinteraksi dan bekerjasama, sehingga memiliki sifat

individual yang tinggi. Penggunaan metode ceramah dan penugasan yang

masih mendominasi kegiatan pembelajaran menyebabkan kerjasama siswa

dalam pembelajaran menjadi kurang, penyampaian materi tidak optimal, dan

prestasi belajar yang diperoleh menjadi rendah.

Penerapan teknik token economy diharapkan akan menciptakan suasana belajar yang mendukung siswa untuk saling berinteraksi dan

bekerjasama. Kerjasama dalam belajar memberikan peluang pada siswa untuk

berbagi pengetahuan dan saling membantu mengatasi kesulitan belajar yang

dialami sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar siswa.

Gambaran dari penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan adalah

(25)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Penerapan teknik token economy dapat meningkatkan sikap kerjasama siswa pada mata pelajaran IPA materi gerak benda Kelas III SD

Negeri 1 Pageraji.

2. Penerapan teknik token economy dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gerak benda Kelas III SD IPA materi gerak benda Kelas III

SD Negeri 1 Pageraji rendah.

Sikap kerjasama dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gerak benda Kelas III

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih, praktikan tidak membilas buret

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;.. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2006 tentang Tata Kearsipan Di Lingkungan Departemen

tata kelola satuan pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah

Pada Juni 2009 mendapat gelar Sarjana Sastra Indonesia dengan skripsi yang berjudul “Perlawanan Tokoh Gie Terhadap Pemerintahan Orde Lama dan Awal Pemerintahan Orde Baru dalam

Dan kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.. Semoga skripsi

1. Kemampuan yang dimiliki dari ke-5 siswa dalam menyelesaikan soal program linear adalah: a). Dalam menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan ke-5 siswa

Anova H asil Analisa Pengaruh Pupuk Majemuk Pelet Dari Bahan Organik Legum Cover Crop (LCC) Terhadap Variabel Tinggi Tanaman Umur 49 HST (cm) Pada Padi Varietas IR