• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan September 2016 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 105,83; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 97,41; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 94,93; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 122,20 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 102,35. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 110,17 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 89,77. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 106,99 yang berarti NTP bulan September 2016 mengalami peningkatan 0,69 persen bila dibandingkan dengan bulan Agustus 2016 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 106,26.

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan September 2016 tercatat 114,90 yang berarti mengalami peningkatan 0,83 persen dibandingkan bulan Agustus 2016 dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 113,95.

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan September 2016, terdapat 21 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sumut yaitu sebesar 1,50 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat hingga 1,98 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Lampung yaitu sebesar 1,15 persen, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,54 persen.

Pada bulan September 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,21 persen. Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada 5 kelompok pengeluaran yaitu kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,68 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,56 %), Perumahan (0,31 %), Kesehatan (0,14 %) dan Bahan Makanan (0,13 %). Sedangkan kelompok Transportasi & Komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 0,23 % dan kelompok Sandang tidak mengalami perubahan/tetap.

No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENURUT SUB SEKTOR BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 Kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan September 2016 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi NTB berada di atas 100 ( tercatat 106,99 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.

Grafik 1

NTP Provinsi NTB Januari 2015 – September 2016 (2012=100)

NTP bulan September 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,69 persen bila dibandingkan dengan NTP Agustus 2016 yaitu dari 106,26 menjadi 106,99. Hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,85 persen lebih tinggi dari indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,15 persen. Disamping itu, Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,02 persen.

Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan September 2016kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (122,20), subsektor Tanaman Pangan (105,83) dan subsektor Perikanan (102,35). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Hortikultura (97,41) dan subsektor perkebunan rakyat (94,93).

101,38101,97 102,23 101,15 102,39 103,29 103,86 104,14 104,78 105,97 106,43 106,22 105,53 104,85 104,38 103,58103,81 104,14 104,71 106,26 106,99 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 N ilai Tu kar Pe tan i TAHUN

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor September 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Agustus 2016 September 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 129,67 129,60 -0,05

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,27 122,46 0,16

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 106,06 105,83 -0,22

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 119,76 120,28 0,43

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,31 123,48 0,14

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 97,12 97,41 0,30

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 115,57 117,83 1,95

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,86 124,12 0,21

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 93,31 94,93 1,74

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 142,98 145,83 2,00

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,18 119,34 0,13

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 119,97 122,20 1,86

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 122,58 121,76 -0,67

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,90 118,96 0,05

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 103,09 102,35 -0,72

5.a. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 135,79 133,73 -1,52

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,37 121,38 0,01

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 111,88 110,17 -1,53

5.b. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 102,42 103,48 1,03

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 115,13 115,27 0,11

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 88,96 89,77 0,92

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 129,37 130,46 0,85

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,75 121,94 0,15

-Konsumsi Rumah Tangga 124,96 125,22 0,21

-BPPBM 113,53 113,55 0,02

(4)

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan September 2016 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,85 persen yaitu dari 129,37 menjadi 130,46. Terdapat 3 subsektor yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima masing-masing subsektor Peternakan (2,00 persen), Perkebunan Rakyat (1,95 persen), Hortikultura (0,43 persen). Sedangkan subsektor Tanaman Pangan dan Perikanan mengalami penurunan It masing-masing sebesar (0,05 persen) dan (0,67 persen).

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan September 2016 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen yaitu dari 121,75 menjadi 121,94. Dimana Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,02 persen.

Grafik 2

Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB Agustus – September 2016 (2012=100) Indeks Diterima; 129,37 Indeks Diterima; 130,46 Indeks Dibayar; 121,75 Indeks Dibayar; 121,94 KRT; 124,96 KRT; 125,22 BPPBM; 113,53 BPPBM; 113,55 100 105 110 115 120 125 130 135 20 1608 20 1609

(5)

3.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)

Pada bulan September 2016 NTPP mengalami penurunan sebesar 0,22 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,05 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,16 persen.

Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi mengalami peningkatan sebesar 0,35 persen yang disebabkan karena meningkatnya harga gabah/padi. Sedangkan sub kelompok palawija mengalami penurunan sebesar 1,03 persen, yang disebabkan karena menurunnya harga jagung dan kacang hijau. Indeks yang dibayar (Ib) mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,20 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,05 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya sewa penyemprotan haman, biaya servis motor, sprayer, fungisida, oli, terpal, arit/sabit, parang, bakterisida, bibit kacang tanah, insektisida, Urea, kereta dorong, tampah/nyiru, cangkul, upah mencangkul, sewa traktor tangan, ban luar motor, upah pengeringan.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan September 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,30 persen. Hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,43 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,14 persen.

Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran dan tanaman obat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,87 persen dan 0,83 persen, yang disebabkan karena meningkatnya harga cabai merah, buncis, kacang panjang, lengkuas, bawang merah, bawang putih, bawang daun, kangkung, melinjo. Indeks yang diterima sub kelompok buah-buahan mengalami penurunan 0,23 persen, yang disebabkan oleh menurunnya harga produksi buah-buahan seperti pepaya, alpukat, pisang, mangga, rambutan, melon, semangka, manggis, sirsak, jeruk besar, langsat. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,16 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,03 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga Urea, arit/sabit, herbisida.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan September 2016 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi peningkatan sebesar 1,74 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,95 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,21 persen.

Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan karena meningkatnya harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain biji jambu mete, kelapa, jarak, kakao, kopi. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,21 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,20 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga pupuk KCL, pisau, Urea, ember, sewa lahan ladang, biaya servis motor, sprayer.

(6)

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan September 2016, NTPT mengalami peningkatan sebesar 1,86 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 2,00 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,13 persen.

Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok ternak besar dan ternak kecil mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,37 persen dan 1,43 persen, yang disebabkan meningkatnya harga produksi ternak antara lain sapi potong, kambing dan kerbau. Sedangkan peternak sub kelompok unggas dan hasil ternak mengalami penurunan sebesar 0,26 persen dan 1,41 persen, yang disebabkan menurunnya harga burung merpati/dara, ayam ras pedaging, itik/bebek, telur ayam ras, telur ayam buras. Peningkatan Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,29 persen. Disisi lain indeks BPPBM mengalami penurunan 0,18 persen, yang disebabkan oleh menurunnya harga jagung pipilan, minyak tanah, bibit ayam ras pedaging, bibit itik/bebek, dedak, ongkos angkut, sewa alat-alat peternakan, sewa padang/lahan penggembalaan dan jerami.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan September 2016, NTNP mengalami penurunan sebesar 0,72 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,67 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,05 persen.

Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan mengalami penurunan sebesar 1,52 persen, yang disebabkan menurunnya harga produksi perikanan tangkap antara lain cakalang, rajungan, tenggiri, pari, bawal, baronang, cumi-cumi, kurisi/kerisi, kuniran, tongkol, kembung, selar, kakap, kerapu, tembang, teri. Sedangkan sub kelompok budidaya mengalami peningkatan It sebesar 1,03 persen yang disebabkan meningkatnya harga rumput laut, nila, mas. Peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks BPPBM sebesar 0,12 persen, dimana peningkatan indeks BPPBM dipengaruhi oleh meningkatnya harga oli/pelumas, pelet, cip, benih rumput laut.

(7)

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor September 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Agustus 2016 September 2016

(1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani 129,67 129,60 -0,05 - Padi 130,01 130,46 0,35 - Palawija 128,88 127,55 -1,03 b. Indeks Dibayar Petani 122,27 122,46 0,16 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,77 125,02 0,20 - Indeks BPPBM 116,06 116,12 0,05 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani 119,76 120,28 0,43 - Sayur-sayuran 136,12 137,31 0,87 - Buah-buahan 101,42 101,19 -0,23 - Tanaman Obat 134,42 135,53 0,83 b. Indeks Dibayar Petani 123,31 123,48 0,14 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125,42 125,62 0,16 - Indeks BPPBM 113,97 114,00 0,03 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani 115,57 117,83 1,95 - Tanaman Perkebunan Rakyat 115,57 117,83 1,95 b. Indeks Dibayar Petani 123,86 124,12 0,21 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,52 126,78 0,21 - Indeks BPPBM 111,70 111,92 0,20 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani 142,98 145,83 2,00 - Ternak Besar 146,17 149,64 2,37 - Ternak Kecil 141,72 143,74 1,43 - Unggas 122,49 122,18 -0,26 - Hasil Ternak 120,86 119,16 -1,41 b. Indeks Dibayar Petani 119,18 119,34 0,13 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,13 124,48 0,29 - Indeks BPPBM 110,50 110,31 -0,18 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani 122,58 121,76 -0,67 - Penangkapan 135,79 133,73 -1,52 - Budidaya 102,42 103,48 1,03 b. Indeks Dibayar Petani 118,90 118,96 0,05 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,56 124,56 0,00 - Indeks BPPBM 111,53 111,66 0,12 Gabungan a. Indeks Diterima Petani 129,37 130,46 0,85

b. Indeks Dibayar Petani 121,75 121,94 0,15

- Konsumsi Rumah Tangga 124,96 125,22 0,21

(8)

4.

Perbandingan antar Provinsi

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan September 2016, terdapat 21 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sumut (1,50 persen), diikuti oleh Provinsi Jambi (1,43 persen) dan Riau (1,15 persen). Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Lampung (-1,15 persen) diikuti oleh Provinsi Maluku ( -0,74 persen ) dan Sulteng ( -0,53 persen ).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya September 2016 (2012=100)

Kode Provinsi IT IB NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD 118,22 0,23 124,31 0,72 95,10 -0,49 12 SUMUT 126,56 1,98 125,57 0,47 100,79 1,50 13 SUMBAR 120,77 1,30 123,47 0,60 97,81 0,70 14 RIAU 124,72 1,65 125,85 0,50 99,11 1,15 15 JAMBI 123,10 1,91 123,97 0,47 99,30 1,43 16 SUMSEL 116,35 -0,06 123,62 0,42 94,11 -0,47 17 BENGKULU 116,86 1,21 125,50 0,60 93,12 0,60 18 LAMPUNG 127,25 -0,54 123,14 0,62 103,34 -1,15 19 BABEL 120,65 0,44 119,95 0,55 100,58 -0,10 21 KEPRI 116,06 -0,33 119,62 0,08 97,02 -0,41 31 DKI 119,71 0,20 119,32 0,39 100,33 -0,19 32 JABAR 132,17 0,35 126,90 0,15 104,15 0,20 33 JATENG 125,57 0,69 124,48 0,24 100,88 0,44 34 YOGYAKARTA 130,42 0,29 123,33 0,02 105,75 0,27 35 JATIM 134,06 1,26 126,71 0,25 105,80 1,01 36 BANTEN 123,67 0,69 123,08 0,46 100,47 0,22 51 BALI 131,14 1,14 122,06 0,40 107,44 0,74 52 NTB 130,46 0,85 121,94 0,15 106,99 0,69 53 NTT 123,65 0,84 121,19 -0,06 102,03 0,91 61 KALBAR 117,07 0,66 123,46 0,06 94,82 0,60 62 KALTENG 119,81 0,68 122,67 0,19 97,67 0,48 63 KALSEL 116,10 0,74 119,87 0,08 96,86 0,66 64 KALTIM 121,29 0,72 122,96 0,21 98,64 0,51 71 SULUT 118,73 -0,56 123,90 -0,20 95,82 -0,36 72 SULTENG 122,76 0,05 123,69 0,58 99,24 -0,53 73 SULSEL 130,29 -0,15 124,25 0,21 104,86 -0,35 74 SULTRA 123,42 0,36 123,23 0,53 100,15 -0,17 75 GORONTALO 130,93 -0,28 123,99 -0,31 105,60 0,03 76 SULBAR 129,44 1,11 119,19 0,49 108,60 0,62 81 MALUKU 126,57 -0,56 124,68 0,19 101,52 -0,74 82 MALUKU UTARA 126,33 0,00 121,84 -0,14 103,68 0,13 91 PAPUA BARAT 124,58 -0,18 124,01 -0,06 100,46 -0,12 94 PAPUA 117,50 0,56 122,18 0,32 96,17 0,24 Nasional 127,07 0,73 124,56 0,28 102,02 0,45

(9)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan September 2016 di Provinsi NTB terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,21 persen.

Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada 5 kelompok pengeluaran yaitu kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,68 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,56 %), Perumahan (0,31 %), Kesehatan (0,14 %) dan Bahan Makanan (0,13 %). Sedangkan kelompok Transportasi & Komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 0,23 % dan kelompok Sandang tidak mengalami perubahan/tetap.

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi NTB September 2016 (2012=100)

Sub Kelompok

Agustus 2016 September 2016

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah tangga 124,96 125,22 0,21

- Bahan makanan 131,52 131,69 0,13

- Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 120,57 121,24 0,56

- Perumahan 119,55 119,92 0,31

- Sandang 121,39 121,39 0,00

- Kesehatan 117,32 117,48 0,14

- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 110,24 110,99 0,68

- Transportasi dan Komunikasi 123,89 123,60 -0,23

Inflasi perdesaan yang terjadi pada bulan September 2016 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain bawang merah, cabai merah, kacang panjang, biaya air, kacang kedele, tenggiri, tomat sayur, rokok putih filter, apel, semangka, rokok kretek, baronang, tembakau, jeruk, minyak goreng, tempat tidur, kubis/kol, ikan asin selar, kemeja pendek, ketela rambat, lada/merica, meja kursi tamu, rokok kretek filter, bandeng, uang bayaran sekolah SMA, sapu ijuk, lemari 2 pintu, wortel, kangkung, baju koko, piring makan.

(10)

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia

September 2016 (2012=100)

-0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 N A D LAM P UN G SU M B A R SU LT EN G B EN G KU LU B A B EL SU LT R A SU LB A R D KI RIA U JAMB I SU M UT SU M SE L B A N TE N B A LI P A P U A JA TIM JATEN G N TB MA LU KU KA LT IM KA LT EN G SU LSE L JA B A R KE P R I KA LSE L KA LB A R YO G YA K A R TA P A P U A B A R A T N TT MA LU KU UT A R A SU LUT G O R O N TA LO N AS IO N AL 0, 94 0, 83 0, 76 0,73 0, 72 0, 66 0,63 0,61 0, 61 0,60 0,60 0, 53 0,52 0,47 0, 44 0, 38 0, 30 0,27 0, 21 0,21 0,19 0,19 0, 19 0,14 0, 11 0,11 0, 03 -0,10 -0,10 -0,14 -0,18 -0,31 -0,31 0, 32

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125 Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail : bps5200@bps.go.id Homepage : http://ntb.bps.go.id

Contact person : Ni Kadek Adi Madri, SE

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi NTB

Gambar

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia  September 2016  (2012=100)  -0,40-0,200,000,200,400,600,801,00 NAD LAMPUNG SUMBAR SULTENG BENGKULU BABEL SULTRA SULBAR DKI RIAU JAMBI SUMUT SUMSEL BANTEN BALI PAPUA JATIM JATENG NTB MALUKU KALTIM KALTENG SULSEL JABAR KEPRI KALSEL KALBAR YOGYAKARTA PAPUA BARAT NTT MALUKU UTARA SULUT GORONTALO NASIONAL0,940,830,760,730,720,660,630,610,610,600,600,530,520,470,440,380,300,270,210,210,190,190,190,140,110,110,03-0,10-0,10-0,14-0,18-0,31-0,31 0,32

Referensi

Dokumen terkait

Langkah pertama yaitu melakukan penelitian terhadap pola tersebut, kemudian pola tersebut dibentuk dalam format file ‘jpg’, lalu pola tersebut juga dapat diaplikasikan ke dalam

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Fungsi Kantor dan Rincian Tugas Sub Bagian Tata Usaha,

Usia, jenis kelamin dan etnis sangat penting untuk mengkaji klien dengan masalah ginjal atau urinary.. Hipertensi tiba-tiba pada usia >50 tahun perlu dipertibangkan

Dalam menggunakan metode ini, peneliti akan mencari data dari buku, jurnal maupun karya ilmiah yang berkaitan dengan tema kerukunan antar umat beragama... 14 Analisa data

Hubungan antara persepsi tentang perilaku merokok dengan tingkat perilaku merokok pada penelitian ini bersifat negatif, yaitu siswa yang memiliki persepsi negatif atau yang

Penyimpangan maksim kebijaksanaan terdapat pada data (1) karena tuturan narasumber menyimpang dari prinsip kesantunan pada indikator 3 karena dalam tuturan mungkin

1) Produk, memiliki produk yang berbeda dari sekolah lainnya yakni kegiatan baca tulis Al-Quran, kegiatan ekstrakurikuler drumband, beladiri, pramuka, futsal, voli, basket. 2)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang dilakukan di SMP Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, teknik pengumpulan data