• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan Juni 2016 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 103,66; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 94,37; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 94,47; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 116,59 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 100,78. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 107,85 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 89,39. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 104,14 yang berarti NTP bulan Juni 2016 mengalami peningkatan 0,32 persen bila dibandingkan dengan bulan Mei 2016 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 103,81.

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan Juni 2016 tercatat 111,52 yang berarti mengalami peningkatan

1,05 persen dibandingkan bulan Mei 2016 dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 110,37.

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Juni 2016, terdapat 16 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 17 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sultra yaitu sebesar 1,10 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat hingga 1,56 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 2,16 persen, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 1,19 persen.

Pada bulan Juni 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 1,13 persen. Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada semua kelompok pengeluaran yaitu kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (1,63 %), Sandang (1,50 %), Bahan Makanan (1,48 %), Kesehatan (0,39 %), Perumahan (0,38 %), Transportasi & Komunikasi (0,05 %) dan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,04 %).

No. 43/07/52/Th.IX, 1 Juli 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENURUT SUB SEKTOR BULAN JUNI 2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

2

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 Kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Juni 2016 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi NTB berada di atas 100 ( tercatat 104,14 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.

Grafik 1

NTP Provinsi NTB Januari 2014 – Juni 2016 (2012=100)

NTP bulan Juni 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,32 persen bila dibandingkan dengan NTP Mei 2016 yaitu dari 103,81 menjadi 104,14. Hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,20 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,88 persen. Disamping itu, Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,13 persen dan 0,15 persen.

Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan Juni 2016kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (116,59), subsektor Tanaman Pangan (103,66) dan subsektor Perikanan (100,78). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Hortikultura (94,37) dan subsektor perkebunan rakyat (94,47).

99,75 99,67 100,03 99,3398,9699,59 100,13 99,72 99,56 100,8 100,4 99,92 101,38 101,97 102,23 101,15 102,39103,29 103,86 104,14 104,78 105,97106,43 106,22 105,53 104,85 104,38 103,58 103,81 104,14 94 96 98 100 102 104 106 108 2 0 1 4 01 2 0 1 4 02 2 0 1 4 03 2 0 1 4 04 2 0 1 4 05 2 0 1 4 06 2 0 1 4 07 2 0 1 4 08 2 0 1 4 09 2 0 1 4 10 2 0 1 4 11 2 0 1 4 12 2 0 1 5 01 2 0 1 5 02 2 0 1 5 03 2 0 1 5 04 2 0 1 5 05 2 0 1 5 06 2 0 1 5 07 2 0 1 5 08 2 0 1 5 09 2 0 1 5 10 2 0 1 5 11 2 0 1 5 12 2 0 1 6 01 2 0 1 6 02 2 0 1 6 03 2 0 1 6 04 2 0 1 6 05 2 0 1 6 06 Ni la i T u ka r P et an i TAHUN

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor Juni 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Mei 2016 Juni 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 123,92 125,97 1,66

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,44 121,53 0,91

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 102,89 103,66 0,74

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 116,31 115,81 -0,43

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,38 122,72 1,10

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 95,82 94,37 -1,51

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 115,60 116,37 0,67

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,17 123,18 0,83

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 94,62 94,47 -0,16

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 136,33 138,29 1,43

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,73 118,61 0,74

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 115,80 116,59 0,68

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 117,69 119,79 1,78

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,76 118,87 0,94

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 99,95 100,78 0,83

5.a. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 127,88 130,90 2,36

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,22 121,38 0,96

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 106,37 107,85 1,39

5.b. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 102,14 102,83 0,67

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,00 115,03 0,91

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 89,60 89,39 -0,23

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 124,62 126,12 1,20

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,05 121,10 0,88

-Konsumsi Rumah Tangga 122,86 124,25 1,13

-BPPBM 112,91 113,09 0,15

(4)

4

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Juni 2016 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 1,20 persen yaitu dari 124,62 menjadi 126,12. Terdapat 4 subsektor yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima masing-masing subsektor Perikanan (1,78 persen), Tanaman Pangan (1,66), Peternakan (1,43 persen) dan subsektor Perkebunan Rakyat (0,67 persen). Sedangkan subsektor Hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,43 persen.

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Juni 2016 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,88 persen yaitu dari 120,05 menjadi 121,10. Dimana Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,13 persen dan 0,15 persen.

Grafik 2

Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB Mei – Juni 2016 (2012=100) Indeks Diterima; 124,62 Indeks Diterima; 126,12 Indeks Dibayar; 120,05 Indeks Dibayar; 121,1 KRT; 122,86 KRT; 124,25 BPPBM; 112,91 BPPBM; 113,09 100 105 110 115 120 125 130 2 01 6 05 2 0 16 06

(5)

3.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)

Pada bulan Juni 2016 NTPP mengalami peningkatan sebesar 0,74 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,66 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,91 persen.

Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi dan palawija mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,75 persen dan 1,45 persen. Hal tersebut disebabkan karena meningkatnya harga gabah/padi dan palawija seperti jagung, ketela pohon/ubi kayu, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 1,18 persen dan 0,19 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya hargabibit kacang tanah, upah pemupukan, upah penyemprotan, fungisida, insektisida, upah mencangkul, ure, upah merambet/menyiangi, bakterisida, upah pengeringan, ban luar motor..

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Juni 2016 mengalami penurunan sebesar 1,51 persen. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) menurun sebesar 0,43 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 1,10 persen.

Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran mengalami penurunan ( -1,65 persen) yang disebabkan oleh menurunnya harga produksi sayur-sayuran seperti petsai/sawi, tomat, kacang panjang, cabai rawit, cabai merah, bawang merah, melinjo. Sedangkan sub kelompok buah-buahan dan tanaman obat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,31 persen dan 0,34 persen, yang disebabkan oleh meningkatnya harga jambu biji, pisang, lengkuas, rambutan, mangga, sirsak, semangka, jeruk besar, duku/langsat, pepaya. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 1,32 persen dan 0,05 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga keranjang, bibit bawang putih, upah menanam, bibit tomat, linggis, upah merambet/menyiangi, upah mencangkul, rodentisida, bakterisida, karung, oli, insektisida, parang, herbisida.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Juni 2016 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi penurunan sebesar 0,16 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,67 persen lebih rendah dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,83 persen.

Meningkatnya indeks yang diterima petani disebabkan karena kenaikan harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain kelapa, kakao, kopi, jarak. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,00 persen sedangkan indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,06 persen, yang disebabkan meningkatnya harga parang, karung, pisau, sewa lahan ladang, sprayer, cangkul, oli.

(6)

6

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Juni 2016, NTPT mengalami peningkatan sebesar 0,68 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,43 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,74 persen.

Indeks harga yang diterima (It) peternak pada semua sub kelompok mengalami peningkatan masing-masing sub kelompok ternak besar (1,49 persen), ternak kecil (1,59 persen), unggas (1,09 persen) dan hasil ternak (0,55 persen) yang disebabkan meningkatnya harga ayam ras petelur, kambing, telur ayam buras, sapi potong, ayam buras, domba, burung merpati/dara, telur ayam ras, itik/bebek, kerbau. Peningkatan Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,98 persen dan 0,28 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan oleh meningkatnya harga dedak, listrik, bibit kambing, bibit sapi potong, biaya servis motor, paku, jerami, oli, sewa padang/lahan penggembalaan, sewa alat-alat peternakan, ongkos angkut, konsentrat, ban luar motor, bibit bebek/itik.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Juni 2016, NTNP mengalami peningkatan sebesar 0,83 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,78 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,94 persen.

Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan dan budidaya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,36 persen dan 0,67 persen. Peningkatan It disebabkan meningkatnya harga produksi perikanan antara lain cumi-cumi, kurisi/kerisi, belanak, layur/beladang, tembang, kerang, tenggiri, tongkol, baronang, kembung, bawal. Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 1,48 persen dan 0,09 persen. Peningkatan indeks BPPBM antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya harga dedak, upah memanen, umpan, oli/pelumas, tali tambang, minyak tanah, sewa alat penangkapan, cip, keranjang, pelet.

(7)

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks Yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor Juni 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Mei 2016 Juni 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 123,92 125,97 1,66

- Padi 122,40 124,55 1,75

- Palawija 127,52 129,36 1,45

b. Indeks Dibayar Petani 120,44 121,53 0,91

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,54 123,98 1,18

- Indeks BPPBM 115,22 115,45 0,19

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 116,31 115,81 -0,43

- Sayur-sayuran 129,92 127,78 -1,65

- Buah-buahan 101,01 102,33 1,31

- Tanaman Obat 133,96 134,42 0,34

b. Indeks Dibayar Petani 121,38 122,72 1,10

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,13 124,76 1,32

- Indeks BPPBM 113,63 113,69 0,05

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 115,60 116,37 0,67

- Tanaman Perkebunan Rakyat 115,60 116,37 0,67

b. Indeks Dibayar Petani 122,17 123,18 0,83

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,48 125,73 1,00

- Indeks BPPBM 111,57 111,51 -0,06

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 136,33 138,29 1,43

- Ternak Besar 138,90 140,97 1,49

- Ternak Kecil 134,92 137,06 1,59

- Unggas 119,91 121,21 1,09

- Hasil Ternak 119,13 119,79 0,55

b. Indeks Dibayar Petani 117,73 118,61 0,74

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,26 123,46 0,98

- Indeks BPPBM 109,77 110,08 0,28

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 117,69 119,79 1,78

- Penangkapan 127,88 130,90 2,36

- Budidaya 102,14 102,83 0,67

b. Indeks Dibayar Petani 117,76 118,87 0,94

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,84 124,67 1,48

- Indeks BPPBM 111,19 111,30 0,09

Gabungan

a. Indeks Diterima Petani 124,62 126,12 1,20

b. Indeks Dibayar Petani 120,05 121,10 0,88

- Konsumsi Rumah Tangga 122,86 124,25 1,13

(8)

8

4.

Perbandingan antar Provinsi

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Juni 2016, terdapat 16 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 17 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sultra (1,10 persen), diikuti oleh Provinsi Papua (0,92 persen) dan Sulbar (0,84 persen). Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bengkulu (-2,16 persen) diikuti oleh Provinsi Riau ( -1,67 persen ) dan Sumbar ( -1,20 persen ).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya Juni 2016 (2012=100)

Kode Provinsi IT IB NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD 117,14 -0,87 122,24 0,26 95,83 -1,12 12 SUMUT 123,60 -0,79 123,80 0,28 99,84 -1,06 13 SUMBAR 118,09 -0,86 121,28 0,35 97,37 -1,20 14 RIAU 121,54 -1,01 123,87 0,67 98,11 -1,67 15 JAMBI 121,07 0,01 122,08 0,41 99,18 -0,40 16 SUMSEL 114,98 -0,53 122,53 0,60 93,84 -1,12 17 BENGKULU 114,70 -1,19 123,52 0,99 92,86 -2,16 18 LAMPUNG 127,15 0,78 121,57 0,33 104,59 0,44 19 BABEL 122,73 1,02 118,30 0,51 103,74 0,51 21 KEPRI 117,00 -0,10 118,66 0,48 98,60 -0,58 31 DKI 119,54 0,22 118,07 0,64 101,25 -0,42 32 JABAR 131,26 0,48 126,12 0,68 104,08 -0,20 33 JATENG 122,82 0,20 123,26 0,43 99,64 -0,22 34 YOGYAKARTA 127,30 0,98 122,59 0,37 103,84 0,61 35 JATIM 131,18 0,68 125,43 0,38 104,59 0,29 36 BANTEN 124,25 0,20 122,36 0,68 101,54 -0,48 51 BALI 128,83 0,91 120,88 0,31 106,58 0,60 52 NTB 126,12 1,20 121,10 0,88 104,14 0,32 53 NTT 121,40 0,63 120,59 0,04 100,67 0,59 61 KALBAR 117,61 0,09 122,48 0,82 96,02 -0,72 62 KALTENG 119,52 0,66 121,81 0,26 98,12 0,39 63 KALSEL 115,85 0,59 119,38 0,77 97,04 -0,18 64 KALTIM 120,45 0,56 122,28 0,32 98,50 0,24 71 SULUT 119,76 0,82 123,46 0,44 97,00 0,38 72 SULTENG 123,27 1,25 122,51 0,54 100,62 0,71 73 SULSEL 128,80 0,95 123,62 0,67 104,19 0,28 74 SULTRA 122,57 1,56 121,79 0,45 100,65 1,10 75 GORONTALO 130,49 -0,35 123,61 -0,23 105,57 -0,12 76 SULBAR 127,10 1,28 118,22 0,43 107,51 0,84 81 MALUKU 127,27 -0,08 123,56 0,40 103,01 -0,48 82 MALUKU UTARA 125,32 0,40 120,32 0,87 104,15 -0,46 91 PAPUA BARAT 123,25 1,09 122,71 0,59 100,44 0,50 94 PAPUA 117,06 1,65 120,52 0,72 97,13 0,92 Nasional 125,18 0,39 123,37 0,46 101,47 -0,08

(9)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan Juni 2016 di Provinsi NTB terjadi inflasi perdesaan sebesar 1,13 persen.

Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada semua kelompok pengeluaran yaitu kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (1,63 %), Sandang (1,50 %), Bahan Makanan (1,48 %), Kesehatan (0,39 %), Perumahan (0,38 %), Transportasi & Komunikasi (0,05 %) dan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,04 %).

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi NTB Juni 2016 (2012=100)

Sub Kelompok

Mei 2016 Juni 2016

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah tangga 122,86 124,25 1,13

- Bahan makanan 128,90 130,81 1,48

- Makanan jadi 117,38 119,30 1,63

- Perumahan 118,63 119,08 0,38

- Sandang 119,12 120,91 1,50

- Kesehatan 116,45 116,91 0,39

- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 109,47 109,52 0,04

- Transportasi dan Komunikasi 123,65 123,72 0,05

Inflasi perdesaan yang terjadi pada bulan Juni 2016 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain wortel, ikan asin tenggiri, selar, kelapa tua, kangkung, gula merah, tembang, cumi-cumi, salak, gula pasir, kerang, udang tambak, bandeng, sari buah kemasan, ayam kampung hidup, katamba, ikan pindang tongkol, daging ayam ras, mujair, ketela pohon, sawi hijau.

(10)

10

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia

Juni 2016 (2012=100)

-2,50 -2,00 -1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 SU LTRA PA PU A SU LBAR SULTE N G YOG Y A K A R TA BALI N TT BAB EL PA PU A BAR A T LA M PU N G K A LTE N G SU LU T N TB JATI M SU LSE L K A LTI M G OR ON TA LO K A LS EL JA BAR JATE N G JA M B I D K I M A LU K U U TA R A M A LU K U BAN TE N K E PRI KALBAR SUM U T SU M SE L N A D SUM BA R RI A U BEN G K U LU N A SIO N A L 1 ,1 0 0,9 2 0,84 0 ,7 1 0,61 0,60 9,50 0,51 0,50 0 ,4 4 0,39 0,38 0,32 0,2 9 0 ,2 8 0 ,2 4 -0 ,1 2 -0 ,1 8 -0 ,2 0 -0 ,2 2 -0 ,4 0 -0 ,4 2 -0 ,4 6 -0 ,4 8 -0 ,4 8 -0 ,5 8 -0 ,7 2 -1 ,0 6 -1 ,1 2 -1 ,1 2 -1,20 -1 ,6 7 -2,16 0 ,5 9

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125 Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail :[email protected] Homepage : http://ntb.bps.go.id

Contact person : Ni Kadek Adi Madri, SE

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi NTB

Gambar

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia  Juni 2016  (2012=100)  -2,50-2,00-1,50-1,00-0,500,000,501,001,50 SULTRA PAPUA SULBAR SULTENG YOGYAKARTA BALI NTT BABEL PAPUA BARAT LAMPUNG KALTENG SULUT NTB JATIM SULSEL KALTIM GORONTALO KALSEL JABAR JATENG JAMBI DKI MALUKU UTARA MALUKU BANTEN KEPRI KALBAR SUMUT SUMSEL NAD SUMBAR RIAU BENGKULU NASIONAL1,100,920,840,710,610,609,500,510,500,440,390,380,320,290,280,24-0,12-0,18-0,20-0,22-0,40-0,42-0,46-0,48-0,48-0,58-0,72-1,06-1,12-1,12-1,20-1,67-2,16 0,59

Referensi

Dokumen terkait

Tiga sub kelompok yang lain mengalami kenaikan nilai indeks yaitu : sub kelompok daging & hasilnya 0,84 persen; sub kelompok kacang – kacangan naik 0,11 persen; serta

Kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga pada Juni 2017 mengalami kenaikan nilai indeks sebesar 0,72 persen.. Sub kelompok yang mengalami kenaikan nilai indeks yaitu

Pada bulan Mei 2017, NTPT mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen, hal ini disebabkan karena peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,36

Pada bulan Desember 2013, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) dilaporkan terjadi peningkatan sebesar 0,57, hal ini disebabkan karena

Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi penurunan Ib sebesar 0,62 persen yang disebabkan oleh turunnya indeks harga konsumsi rumahtangga dan indeks biaya produksi

Penurunan NTP dan NTUP sektor perkebunan rakyat pada bulan Juni 2016 disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 2,28 persen, sedangkan Ib secara umum

e. Hal ini karena It turun sebesar 0,87 persen, sedangkan Ib naik 0,26 persen. Penurunan It pada bulan Maret 2021 disebabkan indeks kelompok perikanan tangkap secara rata-rata

Kelompok bahan makanan pada bulan Oktober 2017 mengalami deflasi sebesar -1,16 persen atau terjadi penurunan indeks dari 136,81 pada bulan September 2017 menjadi 135,22