• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan Mei 2015 tercatat Nilai Tukar Petani Padi & Palawija (NTPP) sebesar 99,87; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 100,53; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 92,84; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 113,83 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 100,69. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 105,47 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 92,96. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 102,39 yang berarti NTP bulan Mei mengalami peningkatan 1,22 persen bila dibandingkan dengan bulan April dengan Nilai Tukar Petani sebesar 101,15.

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan Mei 2015 tercatat 106,96 yang berarti mengalami penurunan 1,04 persen dibandingkan bulan April dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 105,86.

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Mei 2015, Terdapat 15 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 18 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi NTB yaitu sebesar 1,22 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat hingga 1,27 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,24 persen, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,57 persen.

Pada bulan Mei 2015, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar -0,003 persen. Deflasi disebabkan karena terjadi penurunan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok Bahan makanan yaitu sebesar 0,48 persen. Sedangkan 6 kelompok lainnya mengalami peningkatan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,72 %), Transportasi & Komunikasi (0,32 %), Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga (0,26 %), Perumahan (0,16 %), Sandang (0,14 %) dan Kesehatan (0,06 %).

No. 39/06/52/Th.VIII, 1 Juni 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENURUT SUB SEKTOR BULAN MEI 2015

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 Kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Mei 2015 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi NTB berada di atas 100 ( tercatat 102,39 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.

Grafik 1

NTP Provinsi NTB Januari 2014 – Mei 2015 (2012=100)

101.15 101.97 99.59 100.4 99.92 100.8 100.13 99.33 102.39 102.23 101.38 99.56 99.72 98.96 100.03 99.67 99.75 98 103 201401 201402 201403 201404 201405 201406 201407 201408 201409 201410 201411 201412 201501 201502 201503 201504 201505 Tahun Bulan NTP

NTP bulan Mei2015 mengalami peningkatan sebesar 1,22 persen bila dibandingkan dengan NTP April 2015 yaitu dari 101,15 menjadi 102,39. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (meningkat sebesar 1,27 persen) lebih tinggi daripada indeks harga yang dibayar petani (menurun sebesar 0,04 persen). Dimana Indeks konsumsi rumah tangga mengalami penurunan 0,003 persen dan indeks BPPBM mengalami peningkatan sebesar 0,23 persen.

Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan Mei 2015 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (113,83), subsektor Perikanan (100,69) dan subsektor Hortikultura (100,53). Sedangkan 2 subsektor lainnya berada di bawah 100, dimana kemampuan daya beli petani yang paling rendah terjadi pada sub sektor perkebunan rakyat dengan NTP sebesar 92,84.

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor Mei 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan April 2015 Mei 2015

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 115,16 117,06 1,65

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,14 117,22 0,06

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 98,31 99,87 1,59

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 116,59 118,57 1,70

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,94 117,95 0,01

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 98,86 100,53 1,69

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 109,42 110,13 0,65

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,52 118,62 0,09

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 92,33 92,84 0,56

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 129,68 130,88 0,93

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,99 114,98 -0,01

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 112,77 113,83 0,94

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 114,96 115,50 0,47

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,48 114,70 0,19

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 100,41 100,69 0,28

5.a. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 122,63 123,71 0,88

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,98 117,29 0,26

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 104,83 105,47 0,62

5.b. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 103,25 102,97 -0,28

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,68 110,76 0,08

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 93,29 92,96 -0,35

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 118,17 119,67 1,27

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,82 116,87 0,04

-Konsumsi Rumah Tangga 118,86 118,85 -0,003

-BPPBM 111,63 111,88 0,23

(4)

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Mei 2015 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 1,27 persen yaitu dari 118,17 menjadi 119,67. Semua subsektor mengalami peningkatan indeks harga yang diterima, dimana indeks harga yang diterima subsektor Hortikultura (1,70 persen), Tanaman Pangan (1,65 persen), Peternakan (0,93 persen), Perkebunan Rakyat (0,65 persen), Perikanan (0,47 persen).

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Mei 2015 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,04 persen yaitu dari 116,82 menjadi 116,87. Dimana Indeks konsumsi rumah tangga mengalami penurunan 0,003 persen dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan sebesar 0,23 persen.

Grafik 2

Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB April – Mei 2015 (2012=100) Indeks Diterima; 118,17 Indeks Diterima; 119,67 Indeks Dibayar; 116,82 Indeks Dibayar; 116,87 KRT; 118,86 KRT; 118,85 BPPBM; 111,63 BPPBM; 111,88 100 105 110 115 120 125 201504 201505

(5)

3.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)

Pada bulan Mei 2015 NTPP mengalami peningkatan sebesar 1,59 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,65 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,06 persen.

Indeks harga yang diterima petani padi mengalami peningkatan sebesar 1,08 persen yang disebabkan karena meningkatnya harga gabah. Demikian pula petani palawija mengalami peningkatan indeks yang diterima sebesar 2,92 persen yang disebabkan peningkatan harga jagung, kacang hijau dan kacang tanah. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks BPPBM sebesar 0,24 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga KCL, pupuk daun, bakterisida, bibit kacang hijau, akarisida, insektisida, TSP/SP 36, bibit kedelai, upah menanam, upah merambet/menyiangi, kereta dorong, upah mencangkul.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Mei 2015 terjadi peningkatan sebesar 1,69 persen. Hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,70 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,01 persen.

Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran dan buah-buahan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,46 persen dan 0,58 persen yang disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga hasil produksi tanaman hortikultura seperti alpukat, wortel, manggis, buncis, rambutan, tomat, kacang panjang, bawang merahdurian, cabai merah, ketimun, terung panjang, bawang putih, bawang daun, pisang, kangkung, manga, sirsak dan semangka. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh peningkatan indeks BPPBM sebesar 0,37 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga bibit semangka, KCL, bibit bawang merah, plastik transparan/mulsa, TSP/SP36, rodentisida, insektisida, kereta dorong, tali rafia, sprayer, upah perontokan, oli, upah menuai/memanen, terpal, upah merambet, upah mencangkul, ember, upah membajak, upah penyemprotan, upah pemupukan, bamboo, bibit melon, bibit terung dan sewa lahan sawah.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Mei 2015 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi peningkatan sebesar 0,56 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,65 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,09 persen.

Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan karena meningkatnya harga hasil produksi perkebunan rakyat seperti kakao, biji jambu mete, kopi, kemiri dan jarak. Peningkatan indeks yang dibayar petani disebabkan meningkatnya indeks BPPBM sebesar 0,52 persen, dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan oleh meningkatnya harga karung, upah buruh (penjagaan lahan, pembibitan, penjemuran, pengendalian hama, pemangkasan), sprayer, ZA, upah pemupukan, TSP/SP36, sewa traktor tangan, upah menuai/memanen, bensin, upah menyiangi, mencangkul dan menanam, urea, herbisida, NP/NPK dan insektisida.

(6)

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Mei 2015, NTPT mengalami peningkatan sebesar 0,94 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat sebesar 0,93 persen sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.

Indeks harga yang diterima (It) peternak sub kelompok ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak mengalami peningkatan masing-masing 0,96 persen; 0,83 persen; 0,78 persen dan 0,41 persen. Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan antara lain karena meningkatnya harga ternak dan hasil ternak seperti domba, kerbau, sapi potong, telur itik, ayam buras, kambing, ayam ras pedaging, itik/bebek, ayam ras petelur dan telur ayam ras. Penurunan yang terjadi pada Indeks yang dibayar petani disebabkan penurunan indeks BPPBM sebesar 0,06 persen, yang antara lain disebabkan oleh menurunnya harga pakan ternak (jagung pipilan dan dedak), kayu balok, kawat, paku, jerami, sewa padang/lahan penggembalaan, sewa tempat usaha peternakan, sewa alat-alat peternakan dan ban luar motor.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Mei 2015, NTNP mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,47 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,19 persen.

Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan mengalami peningkatan sebesar 0,88 persen sedangkan su kelompok budidaya perikanan mengalami penurunan sebesar 0,28 persen. Peningkatan indeks yang diterima antara lain disebabkan karena meningkatnya harga produksi perikanan seperti ikan kakap, julung-julung, pari, kerang, kerapu, tenggiri, kuniran, kapasan, cakalang dan rajungan. Sedangkan peningkatan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,16 persen dan 0,26 persen, dimana peningkatan indeks BPPBM antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya harga ongkos angkut, umpan, bensin, minyak tanah, sewa alat penangkapan dan solar.

(7)

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks Yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor Mei 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

April 2015 Mei 2015

(1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani 115,16 117,06 1,65 - Padi 112,65 113,87 1,08 - Palawija 121,11 124,64 2,92 b. Indeks Dibayar Petani 117,14 117,22 0,06 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,71 118,70 -0,01 - Indeks BPPBM 113,26 113,53 0,24 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani 116,59 118,57 1,70 - Sayur-sayuran 132,47 135,73 2,46 - Buah-buahan 98,76 99,33 0,58 - Tanaman Obat 135,85 135,85 0,00 b. Indeks Dibayar Petani 117,94 117,95 0,01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,14 119,06 -0,07 - Indeks BPPBM 112,63 113,05 0,37 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani 109,42 110,13 0,65 - Tanaman Perkebunan Rakyat 109,42 110,13 0,65 b. Indeks Dibayar Petani 118,52 118,62 0,09 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120,26 120,27 0,00 - Indeks BPPBM 110,51 111,08 0,52 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani 129,68 130,88 0,93 - Ternak Besar 131,84 133,11 0,96 - Ternak Kecil 128,62 129,81 0,93 - Unggas 115,40 116,30 0,78 - Hasil Ternak 115,76 116,23 0,41 b. Indeks Dibayar Petani 114,99 114,98 -0,01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,33 118,35 0,01 - Indeks BPPBM 109,13 109,06 -0,06 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani 114,96 115,50 0,47 - Penangkapan 122,63 123,71 0,88 - Budidaya 103,25 102,97 -0,28 b. Indeks Dibayar Petani 114,48 114,70 0,19 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117,01 117,20 0,16 - Indeks BPPBM 111,58 111,87 0,26 Gabungan a. Indeks Diterima Petani 118,17 119,67 1,27

b. Indeks Dibayar Petani 116,82 116,87 0,04

- Konsumsi Rumah Tangga 118,86 118,85 -0,003

(8)

4.

Perbandingan antar Provinsi

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Mei 2015, terdapat 15 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 18 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi NTB yaitu sebesar 1,22 persen, diikuti oleh Provinsi Sulbar dan Gorontalo masing-masing sebesar 0,90 persen dan 0,83 persen. Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau ( -1,24 persen) diikuti oleh Provinsi Kalbar ( -0,99 persen ) dan Maluku ( -0,94 persen ).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya Mei 2015 (2012=100)

Kode Provinsi IT IB NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD 111,63 -0,22 116,76 0,69 95,60 -0,91 12 SUMUT 117,54 0,87 119,02 0,68 98,75 0,19 13 SUMBAR 113,25 -0,20 116,96 0,72 96,83 -0,91 14 RIAU 112,48 -0,57 118,10 0,69 95,24 -1,24 15 JAMBI 111,75 0,71 117,84 0,59 94,83 0,12 16 SUMSEL 113,70 0,09 116,72 0,53 97,42 -0,43 17 BENGKULU 110,04 -0,17 117,54 0,58 93,62 -0,74 18 LAMPUNG 118,69 1,23 116,18 0,50 102,16 0,72 19 BABEL 120,95 0,27 115,38 0,15 104,82 0,11 21 KEPRI 114,29 0,38 115,28 -0,09 99,15 0,47 31 DKI 116,77 -0,13 118,24 0,00 98,76 -0,13 32 JABAR 122,78 0,23 119,80 0,51 102,48 -0,28 33 JATENG 115,22 0,66 117,65 0,56 97,93 0,10 34 YOGYAKARTA 116,30 1,05 117,20 0,51 99,24 0,54 35 JATIM 122,17 0,23 119,19 0,55 102,50 -0,31 36 BANTEN 119,52 0,08 116,83 0,55 102,30 -0,48 51 BALI 119,59 -0,08 116,05 -0,08 103,05 0,00 52 NTB 119,67 1,27 116,87 0,04 102,39 1,22 53 NTT 117,18 0,19 116,14 -0,16 100,89 0,35 61 KALBAR 113,31 -0,69 117,81 0,30 96,18 -0,99 62 KALTENG 115,77 0,24 118,00 0,82 98,11 -0,58 63 KALSEL 114,17 0,03 114,54 0,39 99,68 -0,36 64 KALTIM 116,72 0,28 118,31 0,30 98,66 -0,02 71 SULUT 112,68 -0,46 117,63 0,33 95,79 -0,79 72 SULTENG 112,78 0,32 116,62 0,13 96,70 0,18 73 SULSEL 121,19 -0,27 117,76 0,38 102,91 -0,65 74 SULTRA 115,14 0,96 116,94 0,28 98,46 0,68 75 GORONTALO 120,24 1,09 118,94 0,26 101,09 0,83 76 SULBAR 118,67 1,24 114,34 0,34 103,79 0,90 81 MALUKU UTARA 119,65 -0,21 120,14 0,73 99,60 -0,94 82 MALUKU 117,48 0,01 115,20 0,17 101,98 -0,15 91 PAPUA BARAT 119,29 0,76 117,88 0,16 101,19 0,60 94 PAPUA 111,60 0,32 114,98 0,06 97,07 0,26 Nasional 117,89 0,35 117,86 0,47 100,02 -0,12

(9)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan Mei 2015 di Provinsi NTB terjadi deflasi perdesaan sebesar -0,003 persen.

Deflasi disebabkan karena terjadi penurunan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok Bahan makanan yaitu sebesar 0,48 persen. Sedangkan 6 kelompok lainnya mengalami peningkatan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,72 %), Transportasi & Komunikasi (0,32 %), Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga (0,26 %), Perumahan (0,16 %), Sandang (0,14 %) dan Kesehatan (0,06 %).

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi NTB Mei 2015 (2012=100)

Sub Kelompok

April 2015

Mei 2015

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah tangga 118,86 118,85 -0,003

- Bahan makanan 123,72 123,13 -0,48

- Makanan jadi 111,62 112,43 0,72

- Perumahan 115,77 115,96 0,16

- Sandang 113,91 114,07 0,14

- Kesehatan 113,55 113,63 0,06

- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 107,09 107,37 0,26

- Transportasi dan Komunikasi 125,90 126,30 0,32

Deflasi perdesaan yang terjadi pada bulan Mei 2015 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh menurunnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga seperti jagung ontongan tua, daun singkong, cabai rawit, udang kering/ebi, sawo, jagung ontongan muda, selar, bandeng, beras, mujair, jeruk, tomat sayur, tenggiri, nila, mie instant, telur ayam kampung, udang laut dan lain lain.

(10)

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia

Mei 2015 (2012=100)

0 ,9 7 0 ,8 9 0 ,8 9 0 ,8 4 0 ,8 3 0 ,7 9 0 ,7 6 0 ,7 5 0 ,7 2 0 ,7 0 0 ,6 9 0 ,6 8 0 ,6 6 0 ,6 3 0 ,5 9 0 ,5 6 0 ,4 5 0 ,4 3 0 ,3 8 0 ,3 7 0 ,3 6 0 ,3 6 0 ,3 2 0 ,2 1 0 ,1 6 0 ,1 2 0 ,1 0 0 ,0 2 -0 ,0 0 3 -0 ,0 1 -0 ,1 3 -0 ,2 0 -0 ,2 4 0 ,6 0 -4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 K A LT E N G M A L U K U S U M B A R S U M U T N A D R IA U JA T IM JA T E N G JA M B I Y O G YA K A R T A B E N G K U L U B A N T E N S U M S E L L A M P U N G JA B A R S U L S E L K A L S E L S U L U T S U L B A R K A LT IM S U LT R A G O R O N TA L O K A L B A R P A P U A B A R A T M A L U K U U TA R A S U LT E N G B A B E L P A P U A N T B D K I K E P R I B A L I N T T N A S IO N A L A X IS T IT LE

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125 Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail :bps5200@bps.go.id Homepage : http://ntb.bps.go.id

Contact person : Ni Kadek Adi Madri, SE

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi NTB

Gambar

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia  Mei 2015  (2012=100)  0 ,9 7 0,8 9 0,89 0,84 0,83 0,7 9 0,7 6 0,75 0,72 0,7 0 0,69 0,68 0,6 6 0,63 0,59 0,5 6 0,45 0,4 3 0,3 8 0,37 0,36 0,36 0,32 0,2 1 0,1 6 0,1 2 0,10 0,0 2 -0,00 3 -0,01 -0,13 -0,20 -0,24 0,60 -4,00-3,00-2,00-1,000,001,002,003,004,00 KALTENG MALUKU SUMBAR SUMUT NAD RIAU JATIM JATENG JAMBI YOGYAKARTA BENGKULU BANTEN SUMSEL LAMPUNG JABAR SULSEL KALSEL SULUT SULBAR KALTIM SULTRA GORONTALO KALBAR PAPUA BARAT MALUKU UTARA SULTENG BABEL PAPUA NTB DKI KEPRI BALI NTT NASIONALAXIS TITLE

Referensi

Dokumen terkait

Penyimpangan maksim kebijaksanaan terdapat pada data (1) karena tuturan narasumber menyimpang dari prinsip kesantunan pada indikator 3 karena dalam tuturan mungkin

1) Produk, memiliki produk yang berbeda dari sekolah lainnya yakni kegiatan baca tulis Al-Quran, kegiatan ekstrakurikuler drumband, beladiri, pramuka, futsal, voli, basket. 2)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang dilakukan di SMP Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, teknik pengumpulan data

Usia, jenis kelamin dan etnis sangat penting untuk mengkaji klien dengan masalah ginjal atau urinary.. Hipertensi tiba-tiba pada usia >50 tahun perlu dipertibangkan

Dalam menggunakan metode ini, peneliti akan mencari data dari buku, jurnal maupun karya ilmiah yang berkaitan dengan tema kerukunan antar umat beragama... 14 Analisa data

Hubungan antara persepsi tentang perilaku merokok dengan tingkat perilaku merokok pada penelitian ini bersifat negatif, yaitu siswa yang memiliki persepsi negatif atau yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Fungsi Kantor dan Rincian Tugas Sub Bagian Tata Usaha,

Abstrak: Tata rias pengantin di setiap daerah memiliki pakem dan tata cara adat istiadat yang berbeda, seiring berkembangnya zaman, busana pengantin telah