BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perusahaan
Pada zaman penjajahan kolonial Belanda, tepatnya sebelum terjadi Perang
Dunia II di Wilayah Yogyakarta terdapat kurang lebih 17 pabrik gula yaitu PG Randugunting, PG Tanjung Tirto, PG Kedaton Pieret, PG Wonocatur, PG Padokan,
PG Bantul, PG Barongan, PG Sewu Galur, PG Gondanglipuro, PG Pundong, PG Gesikan, PG Rewulu, PG Demakijo, PG Cebongan, PG Beran, PG Medari, dan PG Sendangpitu. Pada awalnya pabrik gula tersebut dikuasai Pemerintah Belanda,
sekitar tahun 1942 Belanda mundur, pabrik gula tersebut dikuasai oleh Pemerintah Jepang. Tetapi Pemerintah Jepang tidak menguasai sepenuhnya pabrik-pabrik
tersebut karena pada saat masih dalam situasi perang. Pemerintah Jepang tidak dapat mengusahakan produktifitas pabrik sepenuhnya. Hanya sekitar 12 pabrik saja yang berproduksi dengan baik, sedangkan yang tidak dapat beroperasi karena lahan
tebu digusur menjadi tanaman palawija yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan tentara Jepang.
Sesudah 17 Agustus 1945 Pemerintah Indonesia mengambil alih pabrik-pabrik tersebut dan dihancurkan, hingga 1950 seluruh pabrik-pabrik gula tinggal sisa dan puing-puing saja. Setelah keadaan Pemerintah Indonesia pulih membaik, maka Sri
kemudian dibentuk Badan Pelaksanaan Perusahaan Perkebunan (BPPP), dan disempurnakan menjadi Yayasan Kredit Indonesia (YAKTI).
Pabrik Gula Madukismo mulai dibangun pada tanggal 14 Juni 1955 di daerah pabrik gula Padokan sekitar 5 km selatan Yogyakarta dengan berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), dengan nama PT Madubaru. Peralatan mesin-mesin pabrik serta teknisi untuk pemasangannya berasal dari Jerman Timur sebagai kontraktor utama. Pabrik ini mulai berproduksi 1958 setelah diresmikan oleh
Presiden Soekarno dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Karena mesin-mesin yang ada belum dapat dengan lancar, maka tebu yang telah
digiling diolah di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten. Untuk mengatasi hal tersebut maka beberapa mesin disempurnakan dan tenaga kerja ditambah serta dilatih, sehingga pabrik dapat beroperasi dengan baik dan lancar dalam produksi gula. PT
Madubaru berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) setelah pada tahun 1962 Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih semua perusahaan yang ada di
Indonesia. Untuk memimpin pabrik-pabrik gula pemerintah membentu badan-badan yang diberi nama Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara
(BPUPPN) yang bertanggungjawab mengurus seluruh pabrik gula.
Pada tanggal 12 Maret 1962 terjadi serah terima Pabrik Gula Madukismo dengan Pemerintah RI yang dilakukan Sri Sultan Hamenkubuwono IX dengan
Presiden Direktur. Kejadian tersebut tidak berlangsung lama, sekitar awal September 1968 pabrik-pabrik menarik diri, maka status pabrik menjadi Perseroan
pemilik saham terbesar PT Madubaru, Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pertanian dan Keuangan kembali mengelola perusahaan tersebut yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk mengelola adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia. Berdasarkan atas kontrak manajemen yang ditandatangani pada tanggal 4 Maret 1984 oleh
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia yaitu Muhammad Yusuf dan Sri Sultan Hamengkubuwoo IX selaku pemegang saham terbesar. Kepemilikan saham Pabrik Gula dan Spirtus Madukismo yaitu 26% dimiliki oleh Pemerintahan RI dan
74% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Kontrak manajemen berlaku selama 10 tahun, sehingga PT Rajawali
Nusantara Indonesia telah menandatangani kontrak sebanyak dua kali yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2004.
1.2 Tujuan, Visi dan Misi Perusahaan 1.2.1 Visi
Menjadikan PT Madubaru (PG/PS Madukismo) perusahaan Agro Industri yang unggul di Indonesia dengan menjadikan Petani sebagai mitra sejati.
1.2.2 Misi
1. Menghasilkan Gula dan Ethanol yang berkualitas untuk memenuhi
permintaan masyarakat dan industri di Indonesia.
2. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah
pelayanan yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani.
3. Menembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti.
4. Menempatkan karyawan dan stake hoders lainnya sebagai bagian terpenting
dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share holders values.
1.3 Deskripsi Geografis Perusahaan
PT Madubaru Yogyakarta menempati lahan dengan luas area kurang lebih
30 hektar yang merupakan lokasi bekas pabrik gula Padokan, sekitar 5 km di selatan kota Yogyakarta tepatnya di Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan dipilihnya lokasi tersebut
adalah :
1. Lokasi berdekatan dengan pusat kota sehingga memudahkan dalam urusan
transportasi serta mencari kebutuhan alat-alat yang dibutuhkan pabrik. 2. Daerah tersebut memiliki potensi besar untuk melakukan perluasan pabrik
apabila perlu karena tanah di sekitar pabrik belum padat bangunan.
3. Di sekitar pabrik adalah daerah persawahan yang subur, sehingga sangat baik untuk tanaman tebu.
4. Tenaga ahli dan kasar mudah dicari dengan standar gaji yang terjangkau. 5. Daerah sekitar pabrik merupakan tanah pengawasan yang sangat
6. Keperluan tenaga kerja mudah terpenuhi.
7. Berdekatan dengan sungai Winongo yang dipandang cukup memenuhi
kebutuhan air untuk menghasikan uap sebagai penggerak turbin dan keperluan lainnya.
BAB II
SISTEM PRODUKSI
2.1 Karakteristik Sistem Produksi
Proses produksi gula di PG Madukismo dilakukan 5 sampai 6 bulan per
tahun secara terus-menerus (24 jam per hari) yang biasanya produksi di mulai antara bulan Mei atau Juni. Saat proses produksi tidak berlangsung, waktu tersebut
digunakan untuk pemeliharaan mesin-mesin pabrik yang selama hampir 6 bulan terus beroperasi. Kerusakan atau masalah dalam 1 stasiun kerja akan mempengaruhi proses produksi gula secara keseluruhan. Untuk itu perbaikan dan pemeliharaan
mesin pada saat tidak beroperasi dilakukan secara maksimal agar terdapat keadaan stabil pada saat proses produksi berlangsung sehingga hasil produksi memuaskan
sesuai dengan yang direncanakan.
2.2 Bahan Baku
Faktor utama yang akan menentukan hasil dari suatu industri adalah bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku utama yang digunakan untuk proses
pembuatan gula di PG Madukismo adalah tebu. Untuk meningkatkan produksi gula, maka nira yang didapat dari batang tebu harus maksimal. Syarat tebu yang akan digiling adalah Bersih, Segar, dan Manis (BSM). Bersih yang dimaksud adalah
bersih dari kotoran, kotoran yang dikandung oleh tebu harus kurang dari 5% dari berat tebu yang ditimbang. Segar artinya tebu yang siap digunakan harus kurang
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula adalah tebu dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Pertumbuhan cepat 2. Tahan terhadap penyakit
3. Umur masak pendek, hasil panen per hektar tinggi 4. Rendamen tinggi
PG Madubaru bekerjasama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Kristal
Indonesia (P3GKI) untuk mendapatkan bibit unggul dengan karakteristik seperti yang ditetapkan perusahaan.
Bahan pendukung adalah bahan yang digunakan sebagai pelengkap dalam proses produksi agar proses produksi berjalan lancar dan produk yang dihasilkan sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai. Bahan pendukung yang digunakan untuk memproduksi gula di PG Madubaru sebagai berikut:
1. Batu Kapur
Batu kapur adalah bahan baku yang digunakan dalam pembuatan susu
kapur. Susu kapur ini digunakan dalam proses pemurnian. Fungsi dari susu kapur adalah untuk menetralkan nira dalam suasana asam, mencegah terjadinya inverse (pecahnya gula), dan mengendapkan kotoran yang
terdapat dalam nira. 2. Belerang
Belerang adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan gas � 2 pada
kapur dalam proses sulfitasi, memutihkan gula pada stasiun pemurnian, dan memucatkan nira pada proses sulfitasi.
3. Air
Air digunakan sebagai pengisi ketel uap dan proses imbibisi. Proses imbibisi
merupakan proses penambahan air untuk mengekstrakkan nira yang masih terkandung didalam ampas pada proses penggilingan.
4. Flokulan
Flokulan digunakan dalam proses pengumpalan bahan-bahan yang terlarut dan kotoran halus, sehingga dapat mempercepat proses pengendapan
kotoran di dalam door clarifier. Jenis flokulan yang digunakan yaitu
superfloe.
5. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium Hidroksida digunakan dalam proses pelunakan kerak yang terdapat dalam dinding evaporator, sehingga dalam proses pembersihan badan
evaporator menjadi lebih mudah dan cepat.
6. 2 5
Digunakan untuk proses pemurnian nira, penambahan bahan tersebut ke
dalam nira mentah akan menambah jumlah endapan, sehingga hasil pemurnian menjadi lebih jernih.
7. Cane Milli Acid (CMA)
biasanya merusak kualitas nira yaitu bakteri mikrospora dan jamur Aspargilus Singer.
2.3 Proses Produksi
Kegiatan produksi gula di PG Madubaru pasir hanya dilakukan selama musim panen atau sering disebut musim giling. Musim giling ini berlangsung kurang lebih selama 6 bulan penuh yang biasanya dimulai pada bulan Mei atau Juni.
Berbeda dengan produksi gula, untuk spiritus biasanya berlangsung sepanjang tahun tergantung dari pesanan yang ada, bila tidak ada pesanan khusus sama sekali
maka produksi spiritus hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Proses produksi untuk pembuatan gula di PG Madukismo menggunakan sistem proses kontinyu. Penanganan bahan baku menggunakan sistem First In First
Out (FIFO), yang artinya bahan yang datang lebih dulu di proses pertama kali. Proses pembuatan gula melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada Tahap persiapan dilakukan penyediaan bahan baku berupa tebu yang
didatangkan dari berbagai daerah di sekitar pulau jawa yang selanjutnya akan masuk ke stasiun penggilingan. Tahap persiapan meliputi penebangan tebu, pengangkutan tebu ke pabrik, pembersihan tebu, dan pencacahan tebu. Tebu yang
digunakan ditentukan dengan kualitas berikut:
a. Ditebang pada tingkat kemasakan optimal.
c. Jangka waktu sejak di tebang sampai 36 jam.
Penebangan tebu dilakukan ketika tebu sudah masak yaitu berumur antara
10-15 bulan, tergantung dari jenis tebu, tebu yang telah diikat dalam satu bongkok diangkat kemudian dimasukkan alat pengangkut yaitu truk atau lori tebu. Tebu yang
diangkut lori langsung ditimbang dan kemudian dibawa ke pabrik dan siap untuk digiling. Tebu yang diangkut oleh truk sebelumnya ditimbang pada timbangan bruto untuk mengetahui berat tebu dan truk pembawa dan selanjutnya dibawa ke
emplasement pembongkaran tebu. Setelah itu tebu dipindahkan ke lori pengangkut dengan derek maupun tenaga manusia sesuai dengan beratnya. Untuk tebu yang
beratmya kurang dari 10 ton menggunakan derek, jika lebih maka dibongkar oleh pekerja dengan cara manual. Truk kosong di timbang kembali untuk mengetahui beratnya sebelum keluar dari pabrik sehingga dapat diketahui berat tebu yang akan
diproses pada stasiun penggilingan. 2. Tahap penggilingan
Proses penggilingan adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan serabut (ampas) dan nira. Tebu yang ada di Lori dalam emplasement kemudian pada
gilirannya akan di giling. Tebu yang berada di Lori kemudian di pindah ke meja dengan alat angkat Hoist Crane yang digerakkan dengan listrik. Dari meja tebu ini, tebu tersebut dijatuhkan ke conveyor untuk dibawa ke unit pemukul dan pemecah
tebu (Unigrator Mark IV). Untuk mengatur banyak sedikitnya tebu yang jatuh ke
keluar menjadi serpihan-serpihan kecil yang akan dibawa ke gilingan I oleh
conveyor miring.
Dalam proses penggilingan, PG Madubaru memiliki 5 unit mesin gilingan. Pada unit gilingan 1, tebu yang sudah dicacah kemudian kemudian digiling dan
diperah hingga menghasilkan nira. Ampas yang keluar dari unit gilingan 1 diangkut oleh konveyor menuju gilingan 2. Sebelum masuk antara rol-rol, ampas dari gilinagn 1 mengalami proes ekstraksi yaitu diberi nira imbibisi yang merupakan
hasil dari perahan unit gilingan 2. Dengan proses ekstrasi ini diharapkan nira yang terkandung dalam ampas sedikit mungkin. Proses tersebut berlanjut hingga unit
gilingan 5 yang selanjutnya sisa ampas digunakan untuk bahan bakar ketel.
3. Tahap pemurnian
Nira mentah yang keluar dari stasiun gilingan sebenarnya sudah disaring menggunakan DSM screen yaitu sebuah saringan getar. Namun nira tersebut masih
banyak mengandung kotoran yang bersifat koloid, oleh karena itu perusahaan memutuskan melakukan proses pemurnian lanjutan menggunakan metode sulfitasi
alkalis. Prinsip sulfitasi alkalis secara dasar dapat dijelaskan sebagai berikut : Nira mentah dipanaskan sampai suhu 70°C dan direaksikan dengan susu
kapur �� � 2 di dalam defekator bertingkat dan kemudian diberi � 2 (Sulfur Dioksida) dan dipanaskan kembali. Nira kemudian dipompa dan ditampung pada
Nira bersih diproses lebih lanjut dan nira kotor disaring dengan dirotary filter yang menghasilkan blotong sebagai pupuk organik.
4. Tahap penguapan
Tujuan proses pada stasiun penguapan adalah untuk mengurangi kandungan
air dalam nira sehingga nira encer bersih menjadi pekat atau biasa disebut dunsap. Kondisi optimum untuk pengkristalan nira yaitu dengan konsentrasi kurang lebih 60 - 64% Brix atau 30 - 32% Be. Proses penguapan dilakukan dengan badan
penguap atau evaporator dengan ruang hampa dan temperatur didih yang rendah. Temperatur yang rendah sangat penting karena temperatur tinggi akan
menyebabkan terurainya sukrosa dan menyebabkan timbulnya caramel yang berwarna gelap. Evaporator yang digunakan di PG Madubaru terdiri dari 5 unit yang disusun secara seri (multiple effect evaporator) dimana hanya 4 unit yang
digunakan untuk proses penguapan dan 1 unit di bersihkan secara bergantian. Pada efek terakhir dipasang barometric kondensor untuk menarik vacum
sehingga aliran uap nira dari satu badan ke badan berikutnya dapat berjalan dengan lancar yang menurunkan titik didih. Proses penguapan membutuhkan waktu relatif
cepat agar kerusakan nira semakin kecil karena pengaruh suhu. Oleh sebab itu proses penguapan dilakukan dalam suasana vacum, artinya tekanan dalam badan penguapan sebanding dengan tekanan udara luar. Dengan tekanan vacum, titik
didih larutan semakin rendah, maka air yang diuapkan lebih banyak. 5. Tahap pengkristalan
penampung kemudian dikristalisasi dalam pan masakan yang bertekanan vacum. Di dalam pan masakan nira kental akan berubah menjadi bentuk kristal-kristal.
Pemanansan dilakukan dibawah tekanan vacum 62 cmHg, untuk mnghindari kerusakan sukrosa karena panas (suhu didihnya hanya 65°C).
Untuk mendapatkan hasil kristal yang baik dan maksimum, maka pembuat gula di PG Madukismo menggunakan sistem masakan A,C, dan D. Dan ketiga masakan tersebut mempunyai harga pemurnian (HK) yang berbeda-beda yaitu :
a. Masakan A dengan HK 83-85% b. Masakan C dengan HK 74-76%
c. Masakan D dengan HK 59-61% 6. Tahap pemutaran
Pemisahan larutan dengan kristal dilakukan menggunakan alat putaran yang
bekerja dengan gaya sentrifugal. Hal ini bertujuan untuk memisahkan gula kristal dari stroop, klare, dan tetes. Kristal yang terdapat dalam basket putaran akan
terlempar dan tertahan oleh saringan. Disamping tingginya putaran, baik buruknya pemisahan ditentukan oleh kristalisasi. Masakan yang mengandung kristal kristal
lembut atau kristal palsu akan mempersulit pemisahan kristalnya, karena kristal-kristal tersebut akan menyumbat aliran.
Sesuai jenis masakannya ada tiga jenis putaran yaitu putaran A, C, dan D1.
Unuk mendapatkan gula yang putih, maka kristal tersebut akan diputar 2 kali sehingga ada putaran A dan SHS, putaran C, putaran D1 dan putaran D2. Larutan
Hasil dari masakan A sesudah didinginkan pada palung pendingin kemudian dipompa ke stasiun pemutaran. Pada stasiun putaran ini dilakukan pencucian
dengan air sehingga gula yang dihasilkan akan berwarna putih dan stroop bisa dipisahkan. Pemisahan ini terjadi karena adanya gaya sentrifugal, berputar dengan
cepat sehingga kristal-kristal gula dan stroop dengan cepat dapat terpisah. Dibagian pinggir bejana sentrifugal terdapat saringan, sedangkan cairannya akan melewati saringan dan keluar. Hasil putaran A adalah gula A dan stroop A. Stroop A
digunakan sebagai bahan masakan C dan D. Gula A dialirkan dengan yang selanjutnya gula A tersebut dipompa ke putaran SHS di dapat klare SHS yang
digunakan untuk bahan masakan bibit dan sebagian dimasukkan ke masakan A. Dalam putaran SHS pada saat diputar, disemprot dengan steam agar didapatkan gula putih dan juga berfungsi untuk pengeringan. Kemudian hasil produk gula SHS
ini dibawa ke stasiun penyelesaian.
Hasil dari masakan C dari palung pendingin dialirkan ke putaran C. Hasil
dari putaran C ini adalah gula C dan stroop C. Stroop C dipompa ke bak penampungan untuk digunakan sebagai bahan masakan bibit. Untuk masakan D
dari palung pendingin dialirkan ke putaran D1 dan hasil dari putaran D1 berupa gula D1 dan tetes. Tetes dilanjutkan ke pabrik spiritus dan gula dialirkan ke putaran D2 dan hasilnya adalah gula D2 dan Mare D1. Kecepatan putaran D1 dan D2 adalah
2000 rpm. Masakan D dan gula D1 diputar dengan kecepatan tinggi karena masakan D dan gula D1 mempunyai kemurnian yang rendah dibandingkan dengan masakan
A dan masakan C.
Pada stasiun penyelesaian ini dibagi didalam beberapa tahap, yaitu : a. Proses Pengeringan
Produk dari putaran SHS yaitu gula SHS, saat keluar masih dalam keadaan basah dan lengket. Oleh karena itu harus dikeringkan dahulu
sebelum dikemas. Proses peneringan ini dilakukan di alat pengering, dimana di dalam alat itu dialiri udara kering panas sebagai media pengering sehingga di dapat gula kering yang tidak lengket. Gula SHS
dari putaran dibawa ke talang goyang ke bucket elevator. Kemudian masuk ke pengering dari atas dan udara kering dari bawah akan
mengeringkn gula yang jatuh dari atas. Gula kemudian jatuh ditalang goyang yang dilengkapi dengan ayakan. Disini akan terjadi pendinginan dan pemisahan gula antara kasar dan halus. Gumpalan gula kasar yang
tertahan kemudian akan diproses kembali. b. Proses Penyaringan
Kristal gula dari saringan getar kemudian masuk ke silo dan dipisahkan antara gula yang diinginkan dan gula yang kristalnya halus sekali. Dan
silo gula yang diinginkan dikemas setiap 50 kg perkarung. c. Peyimpanan
Gula yang sudah dikemas dengan karung plastik setiap 50 kg kemudian
disimpan di gudang untuk nantinya dipasarkan. Didalam gudang itu gula harus terjaga dengan baik, oleh karena itu gula harus dalam keadaan
2.4 Produk yang Dihasilkan 2.4.1 Produk Utama
Produk utama PG Madukismo adalah gula pasir dengan kualitas SHS I (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Spesifikasi produk gula
kualitas SHS I sesuai dengn SK (Kabulog no. 314/KA/6/1995) adalah : 1. SHS standar, Kadar air < 0,1%, Kadar polarisasi 99,5%.
2. SHS I B, Kadar air < 0,1%, Kadar polarisasi 99,6%.
3. SHS I A, Kadar air < 0,1%, Kadar polarisasi 99,7%.
Mutu produksi dipantau oleh P3GKI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Kristal Indonesia).
2.4.2 Produk Sampingan
1. Alkohol
Alkohol merupakan zat cair berwarna berbau menyengat, memabukkan,
mudah menguap, dan mudah terbakar. Dengan menghasilkan nyala api yang berwarna kebiru-biruan. Adapun alkohol yang dihasilkan adalah alkohol
murni dengan kadar 95%. 2. Spiritus
Hasil sampingan lainnya salah satunya adalah spiritus yang merupakan
pengolahan lebih lanjut dari alkohol dengan minimal kadar 94% dan ditambahkan denaturant dan zat pewarna. Spiritus biasanya digunakan
3. Minyak Fusel
Minyak fusel adalah cairan seperti minyak yang berbau spesifik dan bersifat
melemaskan. Minyak fusel apabila diolah lebih lanjut dipakai sebagai bahan baku pembuatan Essence. Akan tetapi minyak fusel yang dihasilkan
biasanya dibuang karena jumlah yang dihasilkan sangat sedikit.
2.5 Mesin dan Peralatan Produksi 1. Peralatan pada Stasiun Gilingan
a. Kram Putar (Draf Kram)
Kram putar ini adalah suatu alat yang dapat digerakkan melingkar 36o° dan dilengkapi dengan motor listrik untuk maju mundur dan naik turun. Gunanya untuk mengangkat dan memindahkan Tebu dan Lori ke meja
Tebu. PT Madubaru memiliki dua buah alat yang masing-masing berkapasitas 10 ton.
b. Meja Tebu dengan Rantai Berputar (Rotary Cane Table)
Meja Tebu ini digunakan untuk meletakkan tebu menunggu Giliran
untuk dipindahkan ke krepyak mendatar. c. Krepyak Mendatar
Guna krepyak adalah untuk mengangkat tebu dari meja tebu ke pisau
d. Krepyak Miring
Krepyak ini berguna untuk membawa sepihan-serpihan tebu (tebu yang
telah dicacah dan dihancurkan) ke bagian pemerahan nira (gilingan unit I).
e. Gilingan Tebu
Setiap unit gilingan terdiri dari dari 3 buah rol yaitu rol depan, rol bawah, dan rol belakang. Di PT Madubaru jumlahnya ada 5 unit yang dipasang
secara seri. Gilingan ini befungsi untuk memerah nira. f. Krepyak Ampas ke Ketelan (Bagasse Carrier)
Fungsinya untuk mengangkut ampas tebu dari gilingan unit V ke ketelan. Krepyak ini terbuat dari kayu, panjang krepyak 77 mm dan lebar 1,18m.
g. Water Imbibition
Fungsinya adalah untuk memompa air imbibisi.
h. Nira Imbibisi Pompa
Berjumlah 3 buah dengan kapasitas 16,7 liter per detik dan tenaga
penggeraknya motor listrik. i. Pompa Nira Mentah
Fungsinya adalah untuk memompa nira mentah ke bak penimbangan
nira.
j. Timbangan Nira Mentah (Boulogne)
k. Saringan Getar
Fungsinya adalah untuk menyaring nira mentah dari gilingan.
2. Peralatan pada Stasiun Pemurnian
a. Badan Pemanas Pendahuluan I, II, III
Badan pemanas pendahuluan ini berfungsi untuk memanaskan nira sebelum di proses lebih lanjut.
b. Tangki Susu Kapur
Fungsinya adalah untuk mencampur susu kapur dengan nira. c. Bejana Defekasi
Fungsinya adalah untuk mencampur susu kapur dengan nira. d. Bejana Sulfitasi
Fungsinya adalah untuk menetralisir kelebihan susu kapur dengan
mengalirkan gas � 2 dari tobong belerang pada nira terkapur, sehingga
pH nira akan turun menjadi 7,4. e. Bejana Pelepas Udara (Expandeur)
Fungsinya adalah untuk melepas gas-gas yang ada pada nira ke udara luar.
f. Pesawat Pengendapan (Door Clarifier)
Peswat pengendapan ini gunanya untuk mengendapkan kotoran nira, jadi tujuannya adalah untuk memisahkan nira dari kotorannya. Pesawat
ini berbentuk bejana silinder dalam 4 tingkat. Masing-masing tingkat dilengkapi dengan seluruh nira jernih, pipa saluran nira kotor dan
g. Vacuum Filter
Fungsinya adalah untuk memisahkan blotong dari hasil pengendapan.
3. Peralatan pada Stasiun Penguapan a. Evaporator
Fungsinya adalah menguapkan air pada nira sehingga didapatkan nira kental sedikit dibawah konsentrasi jenuhnya
b. Vacum Evaporator Pump
Fungsinya adalah untuk membuat vacuum pada evaporator 4. Peralatan Pada Stasiun Kristalisasi
a. Pan Masakan
Fungsinya adalah untuk mengkristalkan gula, Jumlah : 12 buah yaitu, pan masakan A 3 buah, pan masakan C 2 buah, pan masakn D 4 buah,
pan bibit 3 buah.
b. Kondensor Pan Masakan
Fungsinya adalah untuk mengkondensasikan uap yang keluar dari pan masakan.
c. Pompa Vacuum Pan Masakan
Fungsinya adalah untuk memvacuumkan pan masakan pompa ini ada 2 jenis yaitu, Flunger 1 thorak (2 buah) Kapasitas 6000 m3 udara dan
Washering vacuum pump ( 1 buah ) Kapasitas 2300 m3/jam 5. Peralatan Pada Stasiun Putaran
Fungsinya adalah untuk memisahkan gula dan cairannya yang berupa
stroop ataupun tetes. b. Centrifuge SHS
Fungsinya adalah untuk memisahkan gula SHS dari klare SHS
6. Peralatan Pembangkit Listrik a. Turbin Generator
Berjumlah 2 set dan masing-masing berkapasitas 1280 kilovolt.
b. Generator
Berjenis generator synchron dengan arus listrik 147 ampere dan
kapasitas 6300 volt. c. Diesel Generator
BAB III
PENGENDALIAN KUALITAS
3.1 Mekanisme Pengendalian Kualitas Bahan Baku
Penerapan pengendalian kualitas di PT Madubaru dilakukan di setiap lini
produksi. Termasuk pada bahan baku untuk proses produksi. Perusahaan memperoleh bahan baku tebu dengan penanaman sendiri atau membeli dari petani
yang sudah mendapatkan penyuluhan tentang cara menanam tebu yang baik. Selain itu perusahaan juga memberikan peralatan kepada para petani, agar dapat melakukan tes atau pengecekan bahan baku untuk mengetahui kadar gulanya
sehingga dapat diketahui kualitas gula dari tebu tersebut.
Selain itu juga dilakukan analisa terhadap bahan baku tebu untuk
mengetahui kemasakan tebu sehingga dapat ditentukan kapan tebu tersebut boleh ditebang. Hal ini perlu diketahui sebab masa tebu akan dianggap masak dan mempunyai kandungan rendemen yang tinggi hanya berlangsung 3 sampai 4 bulan
saja, oleh karena itu analisis ini sangat penting untuk menentukan kapan saat yang tepat untuk mengambil tebu.
1.2 Mekanisme Pengendalian Kualitas Proses
Pengendalian kualitas proses di PG Madubaru dilakukan di setiap proses
berlangsung. Analisa yang dilakukan disetiap stasiun proses produksi adalah :
1. Stasiun Penggilingan
Penggilingan sangat berperan penting dalam menentukan rendemen gula.
Penggilingan yang kurang maksimal tidak dapat mengekstraksi nira tebu secara optimal, sehingga kadar gula dalam ampas masih tinggi. Pada proses ini dilakukan analisa nira mentah atau (menetukan % Brix, % pol, % HK) dan analisa Ampas
Gilingan V (menentukan kadar ampas kering dan % pol). Analisa dilakukan setiap 2 jam sekali untuk dianalisa di laboratorium pabrikasi.
2. Stasiun Pemurnian
Pada tahap pemurnian gula, dilakukan pengendalian dan pengawasan terhadap suhu, waktu pemurnian, bahan pendukung dan endapat padat (blotong). Untuk
memperoleh pemurnian gula yang sempurna tanpa menyebabkan hilangnya jumlah nira dan menurunnya kualitas nira, maka pada proses ini dilakukan analisa blotong
(menentukan kadar blotong kering dan % pol), analisa Dunsap atau nira jernih (Menentukan % Brix, % P01, % HK) dan analisa Batu Kapur ( CaO).
3. Stasiun Penguapan
Dalam proses penguapan, sifat kimia maupun fisik akan berubah, yang mengakibatkan berubahnya komposisi nira. Pada stasiun ini dilakukan pemeriksaan
terhadap kadar nira sebelum dan sesudah proses evaporasi yang dilakukan analisa Diskap I dan II (Menentukan % Brix, % P01, % HK ).
Kristalisasi di PT Madubaru menggunakan sistem pemasakan tiga tingkat karena HK bahan bakunya kurang dari 85. Waktu yang diperlukan untuk proses
pemasakan gula A, C, D berbeda-beda. Untuk menjaga kualitas maka dilakukan control disetiap masakan A, C, D (Menentukan % Brix, % P01, % HK).
5. Stasiun Putaran
Tujuan tahap stasiun putar adalah memisahkan antara Kristal gula dengan larutannya (stroop). Pada proses putaran dilakukan pemeriksaan atau pengawasan,
berupa analisa stroop (Menentukan % Brix, % P01, % HK) untuk mengetahui kadar gula yang masih terkandung di dalamnya.
6. Stasiun Penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap akhir dimana gula yang sudah kering dikemas dan siap untuk dipasarkan. Tetapi sebelum dipasarkan gula yang dihasilkan harus
melalui proses pemeriksaan akhir untuk mengetahui kualitas gula tersebut. Pemeriksaan dilakukan 24 jam sekali di PG Madukismo dan dikontrol 2 minggu
sekali oleh P3GKI yang menganalisa produk, meliputi menentukan kadar air, % Brix, % P01, besar btiran dan nilai resmi direduksi.
Pada dasarnya keseluruhan proses produksi menentukan kualitas dari hasil akhir produk gula, akan tetapi pada proses pemurnian dan pengkristalan (masakan) yang sangat berpengaruh dalam proses produksi dikarenakan jika tidak hati-hati dalam
proses pemurnian dan pemasakannya selutuh gula yang dihasilkan akan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Contohnya gula yang dihasilkan tidak bersih, warna gula
3.3 Mekanisme Pengendalian Kualitas Produk
Pengendalian ini merupakan pengendalian kualitas terakhir sebelum produk dipasarkan pada konsumen. Produk yang dihasilkan oleh PT Madubaru adalah gula
pasir dengan kualitas SHS 1 dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Gula berwarna tidak terlalu putih
2. Bersih, sehat, manis
3. Tekstur kasar
4. Gula tidak berair atau basah
Adapun spesifikasi produk gula kualitas SHS 1 sesuai dengan SK (Kabulog No. 314/KA/6/1995) adalah :
1. SHS standar, kadar air < 0,1 %, kadar polarisasi 99,5 %
2. SHS I B, kadar air < 0,1 %, kadar polarisasi 99,6 % 3. SHS I A, kadar air < 0,1 %, kadar polarisasi 99,7 %
Kualitas dari produk tersebut akan dipantau 2 minggu sekali oleh P3GKI (Pusat Penelitan Perkebunan Gula Kristal Indonesia) untuk mengetahui apakah gula
yang dihasilkan masuk dalam standar yang ditetapkan. Laboratorium PG Madukismo juga memegang peranan penting dalam pemantauan hasil akhir produk gula dikarenakan laboratosium PG Madukismo melakukan analisa rutin, seperti
analisa % Brix, analisa % polarisasi, analisa % HK di setiap stasiun kerja saat proses produksi berjalan. Gula yang sudah diperiksa kemudian dikemas dan disimpan dulu
BAB IV
KESEHATAN LINGKUGAN DAN KESELAMATAN KERJA
4.1 Higienis Perusahaan
Dalam melakukan proses produksinya, PG Madukismo sangat
memperhatikan kualitas produk, salah satunya dengan mengontrol kebersihan air yang digunakan untuk produksi. Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
produksi, memanaskan ketel, dan untuk pabrikasi diperoleh dari air sungai Winongo. Sebagian air kondensat untuk mengisi ketel (alat untuk memanaskan air agar menghasilkan uap yang digunakan sebagai pengerak mesin) menggunakan 3
macam air untuk proses produksi, yaitu air sumur, air sungai, air sungai yang disaring, dan air bersih.
1. Air sumur
Air ini merupakan air tanah yang diambil melalui sumur yang ada di lokasi pabrik. Air sumur digunakan dalam pemasakan adonan,
pembibitan, dan peragian karena relative bersih dari kontaminan yang dapat mengganggu proses pembibitan, fermentasi, ataupun
membahayakan jiwa.
2. Air sungai dengan penyaringan biasa
Air ini merupakan air sungai yang dialirkan melalui saringan kasar
sehingga terbebas dari kotoran-kotoran dengan ukuran besar, air sungan ini digunakan sebagai pendingin pada mesin.
Air bersih merupakan air yang telah diolah dalam unit pengolah air, bersumber dari PDAM dan dipakai sebagai pendingin kolam prima,
keperluan dapur, serta kamar mandi.
4.2 Proses Pengolahan Limbah
Dalam proses produksi, selain gula, tetes dan ampas, industry gula juga mengeluarkan buangan limbah baik padat, cair maupun gas. Buangan padat adalah
blotong, ampas dan abu. Buangan berupa gas adalah asap cerobong dari ketel. Buangan cair yang berasal dari gilingan, air bekas kondensor, air bekas pencuci
saringan, air kerusan ketel, bocoran-bocoran nira dan air pencuci lantai. Ketiga macam buangan tersebut apabila tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan.
Dalam melaksanakan penangann limbah terlebih dahulu diklasifikasikan sumber atau komponen penyebab dampak negatif, maka penanganan limbah PT
Madubaru dilakukan sebagai berikut:
1. Pengurangan debit limbah yang tercemar
Air buangan yang tidak tercemar atau sedikit tercemar yang terdiri dari air pendingin kondensor vacuum filter, air pendingin kondensor pan penguapan, air pendingin sublimator dan torong belerang, dan air pending mesin pabrik
dijadikan satu aliran menjadi air buangan. Air buangan ini nantinya masuk ke dalam IPAL PT Madubaru dan kemudian diolah sebelum dibuang ke sungai
pembuangan.
a. Ampas
Ampas sisa yang dihasilkan tidka dibuang begtu saja, tetapi ampas
masihbisa digunakan sebagai bahan bakar ketel, bahan baku kertas, dan media pengembangan jamur.
b. Minyak
Semua ceceran, bocoran dan tumpahan minyak harus dibersihkan secara khusus, sehingga tidak masuk ke saluran atau selokan. Adapun cara
pembersihannya dengan mengunakan ampas. Sedangkan tempat-tempat yang merupakan sumber minyak (gilingan, tangki residu, work shop),
dibuat bak pemisah minyak sehingga diharapkan minyak tersebut tidak terbawa libah sampai ke sungai pembuangan.
c. Blotong
Untuk mencegah masuknya blotong ke limbah cair, maka semua saluran disekitar unit penapisan diberi tutup permanent. Sedangkan blotongnya
sendiri sudah dipergunakan untuk pupuk pada tegalan pasir. 3. Pengolahan Limbah
Dalam proses pengolahan atau produksi gula dan alkohol tentunya PT Madubaru juga memproduksi banyak limbah baik limbah dalam bentuk padatan, cair maupun gas. Untuk itu PT Madubaru menerapkan pengolahan
a. Bentuk padatan 1) Blotong
Blotong yang didapat dalam proses pemurnian nira direaksikan dengan zat organic. Blotong akan menjadi pupuk yang mengandung N, P, K.
2) Ampas tebu
Ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit uap, bahan baku kertas dan media pengembangan jamur.
b. Cair
1) Limbah dari gula berupa tetesan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
alkohol. Pembuatan alkohol murni dengan cara memfermentasikan tetes dengan bakteri Sacharomyces.
2) Bocoran minyak pelumas
Berasal dari stasiun gilingan yang ditampung di drum-drum kemudian dimanfaatkan kembali sebagai minyak pelumas.
3) Vinasse (slop)
Limbah ini merupakan hasil sampingan dari proses pembuatan gula.
Vinasse dapat mencemari air tanah dan memiliki bau yang sangat menyengat. Berasal dari stasiun destilasi dan dimanfaatkan untuk irigasi pertanian karena mengandung N, P, dan K.
c. Gas
Limbah gas yang dihasilkan adalah gas CO2. Gas CO2 ini akan dilepaskan
4.3 Analisis Dampak LIngkungan
Analisis mengenai dampak lingkugan (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting dari suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dalam memerangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh suatu pabrik, khususnya PG Madukismo.
Limbah padat yang dihasilkan oleh PG Madukismo mempunyai volume
cukup besar tiap harinya. Selama ini pabrik membuang limbahnya dengan cara penumpukan (open dumping). Pabrik membeli sejumlah lahan besar kemudian
langsung membuang limbahnya ditempat itu. Oleh karena masyarkat sekitar, limbah berupa blotong diambil secara Cuma-Cuma untuk pembuatan asbes, genteng, pupuk kompos, dan dijadikan bahan bakar industry batu bata karena masih
mengandung sejumlah belerang. Dengan adanya pemanfaatan limbah tersebut maka jumlah limbah yang dihasilkan menjadi sedikit berkurang. Sehinggga
pencemaran lingkungan juga ikut berkurang.
Untuk memperbaiki masalah limbah cair, sebelum dibuang suhunya akan
4.4 Mekanisme Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja disediakan oleh perusahaan untuk keperluan pribadi
karyawan. Fasilitas sanitasi dan keselamatan kerja oleh perusahaan dituangkan dalam Kesepakatan Kerja Bersama antara PT Madubaru dengan Serikat Pekerja
Perkebunan PT Madubaru tahun 2001-2003.
Sesuai dengan pasal 52 KKB tentang UU Keselematan Kerja dan Petunjuk Direktorat Urusan Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja maka PT Madubaru
Memberikan fasilitas – fasilitas keselamatan kerja diantaranya : 1. Topi Penutup Kepala
Topi penutup kepala yang terbuat dari fiber plastic standar yang ringan namun kuat, dilengkapi tali untuk diikatkan kebagian bawah kepala pemakai. Penutup kepala ini dipakai oleh semua karyawan lapangan dan operator proses.
Fungsi dari topi penutup kepala ini adalah :
a. Melindungi kepala dari kejatuhan benda-benda atau bahan-bahan yang jatuh
dari atas.
b. Menimbulkan rasa aman dan percaya diri terhadap pekerja dari
kemungkinan lecelakaan kerja. 2. Sarung Tangga
Sarung tangan diberikan kepada pekerja lapangan dan operator yang terbuat
dari bahan kulit, karet maupun kain yang tebal tergantung kebutuhan dari masing-masing unit kerja. Fungsi dan sarung tangan :
b. Menjamin kebersihan dan higienis hasil produk dari operator. 3. Kacamata Pelindung
Kacamata pelindung diberikan pada pekerja lapangan dan operator yang berhubungan dengan pengelasan, permesinan dan ketel. Fungsi dari kaca mata
pelindung adalah :
a. Melindungi mata dari rasa panas dan silau pada pekerja bagian ketel, perbengkelan atau pengelasan.
b. Melindungi mata dari percikan ketel pada pekerja bagian pembengkelan dan mesin.
4. Penutup Telinga
Penutup telinga diberikan pada pekerja lapangan operator yang berhubungan dengan pabrikasi, stasiun tenaga listrik dan pembengkelan. Fungsi
dari penutup telinga :
a. Melindungi telinga dari kebisingan alat-alat proses maupun pembangkit
tenaga listrik yang ada diperusahaan.
b. Melindungi telinga dari kemungkinan penyebab ketulian akibat kebisingan
mesin.
5. Sepatu Kerja
Sepatu kerja diberikan pada pekerja lapangan dan operator yang terbuat dan karet tahan panas, tidak menghantarkan listrik, dan tidak licin. Fungsi dari
a. Melindungi kaki dari kemungkinan-kemungkinan terkena benda tajam, air, maupun bahan-bahan yang membahayakan.
b. Menghindari dari terpeleset akibat lantai yang licin di pabrik saat operai. 6. Pakaian Kerja dan Pelindung Dada
Pakaian kerja dan pelindung dada diberikan pada pekerja lapangan dan khusunya bagian perbengkelan. Fungsi dari pakaian kerja dan pelindung dada tersebut adalah :
a. Melindungi tubuh dari percikan-percikan api pada pekerja bagian pengelasan.
b. Melindungi tubuh dari oli dan kotoran lainnya pada pekerja bagian perbengkelan.
7. Penutup Hidung
Penutup hidung diberikan pada pekerja lapangan dan operator yang bagian unit kerjanya terdapat gas-gas yang keluar. Fungsi dari penutup hidung tersebut
adalah :
a. Melindungi hidung dari kemungkinan menghirup udara atau gas yang
dikeluarkan dari alat-alat diunit kerjanya.
b. Melindungi diri dari debu-debu yang berterbangan dan kemungkinan terhirup oleh pekerja.
8. Kotak P3K
Di setiap unit kerja disediakan kotak-kotak P#K untuk memberikan
9. Poliklinik
Perusahaan menyediakan poliklinik yang dilengkapi satu unit mobil
ambulance untuk pertolongan pertama pada kecelakaan karyawan yang sakit. Apabila sakitnya parah maka poliklinik ini merujuk ke Rumah Sakit yang
menjadi mitra perusahaan. Poliklinik ini setiap harinya ditangani oleh seorang dokter, perawat, dan matri kesehatan.
10.Alat Pemadam Kebakaran dan Alarm Bahaya
Perusahaan menyediakan satu unit mobil pemadam kebakaran dan alat-alat pemadam kebakaran yang ditempatkan disetiap unit kerja, untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kebakaran.
Fasilitas-fasilitas sanitasi yang disediakan PT Madubaru diantaranya disediakan kamar mandi dan WC setiap unit kerja, kantin yang dikelola oleh
Dharma Wanita dan warung-warung maka yang dikoordinir oleh perusahaan, mushola yang didirikan didalam lingkungan perusahaan, saran-sarana olahraga,
BAB V
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN
5.1 Struktur Organisasi
Pengertian struktur organisasi menurut Atmosudirdjo, Prayudi. (1999)
adalah keseluruhan dari tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam fungsi-fungsi yang ada sehingga merupakan suatu kesatuan harmonis, yakni diarahkan dan
dikembangkan secara terus menerus pada satu tujuan tertentu menuju kondisi optimal, struktur suatu organisasi di gambarkan dalam bentuk suatu skema organisasi atau organigram, yaitu suatu lukisan grafis yang menjelaskan berbagai
hubungan organisatoris, baik vertical maupun horizontal, antar bagian maupun antar individu. Untuk kelancaran manajemen suatu perusahaan perlu adanya suatu
kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan, dengan kata lain perlu adanya suatu organisasi dimana setiap anggota dalam organisasi mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang berbeda satu dengan yang lainnya dengan kedudukan
masing-masing, akan tetapi mempunyai satu tujuan yang sama. PT Madubaru dipimpin oleh seorang direktur. Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Kabag
Tanaman, Kabag Pabrikasi, Kabag SDM, dan Umum, Kabag Instalasi, Kabag Akuntansi dan Keuangan, Kabag Pemasaran, Kepala Satuan Pengawas Internal (SPI) dan Kepala Spiritus.
1. Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan jabatan tertinggi dalam struktur organisasi PT
mengambil kebijakan akan meminta pertimbangan penasehat dan dalam menjalankan kegiatan akan dibantu oleh Sekretaris Dewan Komisaris.
2. Direktur
Direktur memiliki fungsi sebagai pengelola perusahaan untuk
melaksanakan kebijakan rapat umum pemegang saham (RUPS). Berikut adalah tugas dari direktur:
a. Mengelola perusahaan secara totalitas untuk melaksanakan rapat umum
pemegang saham
b. Bertanggung jawab kepada rapat umum pemegang saham
c. Merumuskan tujuan perusahaan dan menetapkan strategi perusahaan 3. Kepala Bagian Pemasaran
a. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan penjualan
b. Bertanggung jawab langsung kepada direktur 4. Kepala Bagian Tanaman
a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang tanaman.
b. Mengkoordinir penyusunan rencana areal tanaman untuk tahun
mendatang.
c. Menyusun komposisi tanaman mengenai luas, masa tanaman dan jenis sehingga penyediaan bahan baku selama masa giling yang telah
ditentukan dapat dijamin.
d. Mengawasi dan mengadakan evaluasi pembiayaan pada bidang
tanaman, rebang dan angkut.
5. Kepala Spiritus
a. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan produksi spiritus
b. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang produksi spiritus. 6. Kepala Bagian Pabrikasi
a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang Pabrikasi.
b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang pabrikasi. c. Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produksi.
7. Kepala Bagian Instalasi
a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang instalasi.
b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang instalasi (mesin).
c. Meningkatkan efisiensi serta alat produksi untuk kelangsungan proses
produksi.
8. Kepala Bagian SDM dan Umum
a. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan pengelolaan tenaga kerja dan kesehatan karyawan.
b. Mengkoordinir kegiatan pendidikan karyawan. 9. Kepala Akutansi dan Keuangan
a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang tata usaha dan
keuangan perusahaan.
b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan pengelolaan di bidang
keuangan, anggarran, dan biaya produksi.
5.2 Manajemen Sumber Daya Manusia 5.2.1 Kualitas Sumber Daya Manusia
PT Madubaru berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
mendukung kegiatan produksi, maka di setiap departemen perusahaan diperlukan kualitas sumber daya manusia yang berbeda-beda. PT Madubaru berupaya meningkatkan kerja sumber daya manusiannya dengan memberikan pendidikan dan
pelatihan bagi para karyawannya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki sistem kerja yang salah dan tidak efisien dalam mencapai hasil kerja yang ditetapkan.
Pendidikan dan pelatihan bukan hanya untuk bagian pekerja bermesin saja, tetapi juga untuk bagian yang lain, misalnya : akutansi, pabrikasi, personalia, perkebunan, laboratorium, dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk
pengembangan karyawan : a. Coaching
Dilaksanakan oleh atasan yang memberikan bimbingan dan pengarahan langsung bagi bawahannya.
b. Rotasi Jabatan
Perpindahan karyawan untuk jabatan-jabatan yang bermacam-macam dan berbeda.
c. Penugasan Sementara
Bawahan menggantikan atasan yang sedang tugas luar, dalam jangka waktu
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan baik didalam perusahaan maupun di luar perusahaan. Penanggung jawab pelaksanaan dan pabrik
ini tidak mempunyai bagian khusus, akan tetapi langsung ditangani oleh lembaga yang memberikan pendidikan dan pelatihan tersebut.
Keuntungan dari pelaksanaan ini adalah mengurangi pengawasan, karena tanggung jawab tinggi meningkatkan rasa percaya diri dan memudahkan pelaksanaan dari pada pendelegasian wewenang.
5.2.2 Pengadaan SDM
Berdasarkan sifat hubungan kerja dengan perusahaan, karyawan di PT
Madubaru ada dua jenis. Yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.
a. Karyawan tetap, yaitu karyawan yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan jangka waktu tidak tertentu. Karyawan tetap dibagi menjadi :
1. Karyawan pimpinan, yaitu karyawan yang mempunyai perjanjian kerja secara perseorangan
2. Karyawan pelaksana, yaitu karyawan yang mempunyai perjanjian kerja secara bersama.
b. Karyawan tidak tetap yaitu karyawan yang mempunyai hubungan kerja dengn perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Karyawan tidak tetap ini dibagi menjadi :
1. Karyawan KKWT, yaitu karyawan yang bekerja dengan kesepakatan kerja watu terbatas. Setelah musim giling berakhir dapat bekerja pada musim
2. Karyawan pabrik, yaitu karyawan yang bekerja diperlukan oleh pabrik dan dalam lingkungan pabrik.
3. Karyawan luar pabrik, karyawan ini mempunyai masa kerja yang tidak tentu dan sewaktu-waktu dapat berhenti.
5.3 Pengaturan Kerja 5.3.1 Personalia Perusahaan
Fungsi personalia perusahaan PT Madubaru memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan, dimana fungsi tersebut
bertanggung jawab dalam mengadakan seleksi calon karyawan adalah perusahaan mendapatkan calon karyawan yang sesuai dengan pekerjaan yang ditawarkan.
Dalam melakaukan seleksi ini, ada beberapa kualifikasi dasar yaitu :
a. Keahlian, merupakan faktor utama dalam proses seleksi karyawan baru.
b. Pengalaman, Karyawan yang telah berpengalaman akan sangat menguntungkan perusahaan, karena dapat menghemat waktu untuk pelatihan, biaya, dan mempercepat penyesuaian kerja.
Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, maka PT Madubaru memberikan jaminan sosial kepada karyawan yang terdiri atas :
a. Tunjangan Hari Raya, diberikan pada hari raya Idul Fitri dan Natal.
c. Tunjangan Kesehatan, ditujukan bagi seluruh karyawan berupa pelayanan poliklinik, bagi karyawan tetap pelayanan ditujukan untuk 1 orang istri dan 3
orang anak. Bagi karyawan tidak tetap pelayanan hanya terbatas pada karyawan itu sendiri.
d. Tunjangan Perkawinan e. Tunjangan Kematian
f. Tunjangan Hari Tua, diberikan kepada karyawan yang telah mencapai masa
kerja tertentu. Bagi karyawan yang berhenti atau mengundurkan diri dari perusahaan PT Madubaru akan diberikan pesangon yang sesuai dengan
pekerjaan karyawan tersebut. 5.3.2 Tata Tertib Karyawan
Tata tertib kerja karyawan terdapat pada pasal 64 tentang disiplin kerja.
Jenis disiplin kerja tersebut meliputi : a. Kewajiban Pekerja
b. Larangan Pekerja c. Sanksi
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan disiplin pekerja diatur dan ditetapkan sebagai berikut :
A. Kewajiban Pekerja
1. Kewajiban, kewajiban seorang pekerja di PT Madubaru meliputi :
a. Setiap pekerja wajib mentaati peraturan dan ketentuan-ketentuan, di
b. Setiap pekerja wajib menjaga dan menyimpan rahasia jabatan dan rahasia perusahaan.
c. Setiap pekerja wajib bersedia untuk dipindahkan dari suatu perusahaan ke perusahaan di dalam lingkungan perusahaan PT Rajawali Nusantara
Indonesia.
d. Pada waktu pekerja meletakkan jabatan, wajib menyerahkan barang milik perusahaan yang ada padannya.
e. Setiap pekerja wajib melakukan maupun tidak berbuat segala apa yang ada di dalam keadaan yang sama patut dilakukan/ tidak diperbuat oleh pekerja
yang baik (pasal 1603 di KUHP).
2. Kewajiban Khusus, kewajiban khusus seorang pekerja di PT Madubaru meliputi :
a. Setiap pekerja wajib bersikap sopan santun terhadap siapa pun baik di dalam maupun di uar dinas dan selalu bersedia memberi pertolongan terhadap
sesama pekerja dalam membina rasa setia kawan dan menjalin kerja sama dengan tertib demi keancaran jalannya perusahaan.
b. Setiap pekerja wajib melaksanakan tugasnya dengan semua kemampuannya dan penuh tanggung jawab dengan memperhatikan setiap pedoman yang berlaku dalam intruksi atasan yang berwenang.
d. Setiap pekerja wajib menjaga keselamatan kerja di dalam hal sifat pekerjaannya mengharuskan untuk itu satu dan lain sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. B. Larangan Pekerja
Berdasarkan pada kewajiban pekerja yang harus dipenuhi maka setiap pekerja dilarang untuk :
1. Menyalahgunkan wewenang jabatannya untuk kepentingan pribadi dan
keluargannya yang dasarnya hal tersebut ada hubungannya dengan pekerjaannya, jabatan dan tanggung jawab, yang pada hakekatnya merugikan
perusahaan.
2. Menyediakan tenaga dalam waktu tugas dinas secara perorangan/bekerjasama dengan orang lain secara langsung atau tidak langsung untuk kepentingan usaha
atau jabatan lain, kecuali dengan izin tertulis dari pimpinan perusahaan yang berwenang.
3. Memberitahukan rahasia jabatan dan rahasia perusahaan kepada orang-orang yang tidak berhak.
4. Karena kelalaian dan kecerobohan melakukan pekerjaan sehingga mengakibatkan timbulnya kerugian bagi perusahaan.
5. Menyebarkan berita-berita yang tidak benar dilingkungan perusahaan sehingga
menimbulkan keresahan diantara sesama pekerja.
C. Sanksi
1. Sebagai alat atau sarana untuk menegakkan disiplin kerja yang mengandung
maksud pokok untuk membina dan mendidik, maka pekerja yang melakukan pelanggaran atau kesalahan akan dijatuhi hukumna jabatan, berupa :
a. Teguran
b. Surat peringatan I.II.III.
c. Pemberhentian untuk sementara waktu (Skorsing).
d. Pemutusan hubungan kerja e. Diajukan ke pengadilan
2. Direksi atau pimpinan dalam melaksanakan tata tertib ini selalu akan berpegang
pada pasal 1602 KUH Perdata yang berbunyi “ Si majikan pada umumnya
diwajibkan melakukan atau tidak berbuat apa yang di dalam keadaan yang sama
sepatutnya harus dilakukan atau diperbuat oleh seorang majikan yang baik” 3. Dalam hal pekerja melakukan mogok kerja dengan alasan di luar ketentuan
normatif yang sudah diatur dalam ketetuan perundang-undangan maupun PKB akan dikenakan sanksi sesuai dengan bobot kesalahannya.
4. Pelaksanaan sanksi a. Teguran
Teguran diberikan kepada pekerja yang melakukan tindakan atau perbuatan
sebagai berikut :
Datang terlambat 2 (dua) hari dalam seminggu atau 4 (empat) hari
dalam 1 (satu) bulan tanpa alasan yang wajar.
Mencacah kartu (absensi) orang lain atau memberikkan tanda kehadiran
orang lain.
Meninggalkan tempat kerja pada jam kerja tanpa ijin atasan atau
mengurangi efisiensi waktu kerja.
Tidak mematuhi dan atau tidak memperhatikan pengarahan atasannya
tanpa alasan yang wajar.
Merokok di tempat yang dilarang.
Tidak mengindahkan kebersihan lingkungan.
Tidak menjaga dan memelihara peralatan atau perlengakapan milik
perusahaan.
Mengabaikan petunjuk atau instruksi atasan dalam pelaksanaan
kerjannya.
Menolak tugas lembur atau absen tanpa adanya alasan yang sah
Berada di tempat atau lokasi kerja diluar jam kerja tanpa ijin tasan atau
pimpinan.
Menola untu bekerja sama menyelesaikan pekerjaan dengan pekerja
sekerja ataupun dengan atasannya.
Tidak mengindahkan nilai sopan santun baik dengan pimpinan, sesama,
keluarga pekerja maupun tamu perusahaan.
pihak. Pekerja yang mendapatkan teguran apabila belum melakukan perbaikan atas perbuatannya, serta melakukan lagi perbuatan yang serupa, maka pekerja yang
bersangkutan dapat diberi surat peringatan I.
b. Surat Peringatan I
Surat peringatan I diberikan kepada pekerja yang telah mendapat teguran
dan dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan melakukan lagi perbuatan yang dapat dikenai teguran.
Surat peringatan I diberikan kepada pekerja apabila terbukti telah
melakukan perbuatan yang melanggar asusila (perbuatan asusila)
Surat peringatan I dikeluarkan oleh pimpinan atas usul dari atasan langsung
pekerja tersebut dengan memperhatikan pertimbangan divisi atau departemen atau Bagian SDM.
Pekerja yang mendapat surat peringatan I akan mendapat sanksi tidak
mendapat kenaikan berkala 1 (satu) tahun dan nilai prestasinnya 0 (nol) Surat peringatan I mengguggurkan prestasi yang dicapai dalam SMK.
c. Surat Peringatan II
Surat peringatan II diberikan kepada pekerja yang melakukan tindakan atau perbuatan sebagai berikut :
Tidak masuk kerja 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) bulan tanpa ijin resmi.
Menggunakan barang-barang milik perusahaan secara tidak sah.
Meminjam atau meminjamkan barang-barang atau perlengkapan milik
perusahaan tanpa ijin.
Dengan sengaja atau karena kelalaiannya mengakibatkan dirinnya dan atau
pekerja lain tidak dapat melakukan pekerjaan yang diberikan.
Dengan sengaja atau kelalaiannya mengakibatkan kerusakan barang atau
aset perusahaan sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Telah diberikan surat peringatan I dan dalam masa berlakunnya surat
peringatan I tersebut pekerja melakukan pelanggaran lagi.
Surat peringatan II dikeluarkan oleh pimpinan atas usul dari atasan pekerja
yang bersangkutan dengan memperhatikan pertimbangan Divisi atau Bagian SDM. Pekerja yang mendapatkan surat peringatan II akan mendapat sanksi tidak mendapatkan kenaikan gaji berkala selama 2 (dua) tahun dan nilai prestasinnya 0
(nol). Surat peringatan II mengguggurkan nilai prestasi yang dicapai dalam SMK. d. Surat Peringatan III
Surat peringatan III diberikan kepada pekerja yang melakukan tindakan atau perbuatan sebagai berikut :
Tidak masuk kerja selama 4 (empat) hari dalam 1 (satu) bulan tanpa ijin
resmi.
Menyebarkan berita-berita yang tidak benar didalam lingkungan perusahaan
sehingga menimbulkan keresahan diantara sesama pekerja
Menentang penugasan yang disampaikan secara wajar tanpa alasan yang sah
Melalaikan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya sehingga
menimbulkan kecelakaan bagi dirinnya ataupun orang lain serta kerugian bagi perusahaan.
Meminum minuman keras dalam lingkungan perusahaan.
Merokok di tempat yang dilarang karena berbahaya.
Membawa gambar teknik atau dokumen yang menjadi perusahaan keluar
dari lingkungan perusahaan tanpa ijin dari atasan.
Memindahkan atau menyimpan milik perusahaan disuatu tempat yang tidak
semestinya tanpa alasan yang jelas atau tanpa seijin atasan sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Melakukan usaha rentenir didalam lingkungan perusahaan
Telah diberikan surat peringatan I atau surat peringatan II dan dalam masa
berlakunnya surat peringatan tersebut melakukan pelanggaran lagi.
Menolak untuk menaati perintah atau penugasan yang layak dan pimpinan
sesuai peraturan perusahaan.
Apabila secara hukum terbukti terlibat memperdagangkan atau
mengkonsumsi narkotik atau obat terlarang (narkoba) dn sejenisnya. Surat peringatan ini dikeluarkan oleh pimpinan atas usul dan atasan pekerja
yang bersangkutan dengan memperhatikan pertimbangan Divisi atau Departemen atau bagian SDM. Pekerja yang menerima surat peringatan III dapat sekaligus
golongannya 1 (satu) tingkat dengan segala konsekuensinnya dan nilai prestasinnya 0 (nol).
e. Pemberhentian untuk Sementara Waktu
Pemberhentiaan untuk sementara waktu (skorsing) diberikan terhadap
pekerja yang terlibat dalam suatu pelanggaran berat secara yuridis formal belum dapat dibuktikan atau yang mendapat surat peringatan III.
Dalam masa skorsing kepada pekerja diberikan gaji atau upah sebesar
75%.
Pemberian skorsing harus diberikan secara tertulis dan disampaikan
kepada pekerja yang bersangkutan.
Pemberian upah secara skorsing berjalan selam 6 (enam) bulan tetapi
belum ada putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetapi mengenai pelanggaran berat tersebut perusahaan tidak diwajibkan membayar upah.
Penempatan kembali pekerja tidak selalu dalam pangkat.
Apabila pengadilan menyatakan bahwa pekerja yang bersangkutan
bersalah maka hak-hak yang tertunda selama skorsing akan dibayrakan
kembali.
f. Pemutus Hubungan Kerja (PHK)
Hukuman jabatan terberat adalah Pemutus Hubungan Keja, karena
tindakan kejahatan, melanggar hukum dan atau merugikan perusahaan
Melakukan tindakan kejahatan misalnya mencuri, menggelapkan,
menipu, memperdagangkan barang terlarang baik di lingkungan perusahaan maupun diluar lingkungan perusahaan.
5.3.3 Sistem Penggajian
1. Secara bulanan, kepada karyawan, pimpinan, dan pelaksana. Sistem
pengupahan karyawan pimmpinan diatur tersendiri oleh Direksi. Sistem pengupahan karyawan pelaksana mengacu pada surat keputusan bersama Mentan dan Menaker yang tiap tahun diperbarui. Untuk
karyawan tetap atau dinas ditentukan berdasarkan golongan I-VII. 2. Secara mingguan, kepada karyawan setiap 2 minggu sekali dengan
mengacu pada upah minimum provinsi yang berlaku.
3. Secara harian, diberikan oleh perusahaan setiap hari pada karyawan harian lepas atau borong dengan mengacu pada upah minimum provinsi
yang berlaku.
5.3.4 Pengaturan Jam Kerja
Pengaturan jam kerja pada perusahaan juga mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk karyawan yang menduduki manajerial
a. Bagian Administrasi ( tidak langsung berhubungan dengan proses produksi) Senin – Kamis : Jam 06:30 – 15:00 WIB
Jum’at – Sabtu : Jam 06:30 – 11:30 WIB
b. Bagian pabrik (langsung berhubungan dengan produksi) Shift : Jam 06:00 – 14:00 WIB
Shift II : Jam 14:00 – 22:00 WIB
BAB VI
PEMASARAN
6.1 Sistem Pemasaran
Pemasaran merupakan aktivitas yang dilakukan PG Madubaru untuk
mengetahui kebutuhan konsumen, mengembangkan promosi, dan distribusi agar kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat
keuntungan tertentu. Fungsi-fungsi pemasaran : 1. Fungsi Pertukaran
Dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik
dengan menukar uang dengan produk maupun pertukaran produk dengan produk.
2. Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen menuju konsumen
dengan banyak cara baik melalui air, darat, maupun udara. Penyimpanan produk mengedepankan stok aman agar tidak kekurangan disaat produk
dibutuhkan. 3. Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan
fungsi perantara antara lain seperti pengurangan resiko, pembiayaan, pencarian informasi, serta standardisasi/penggolongan produk.
Pemasaran konsumen tidak perlu lagi memenuhi kebutuhan pribadi secara individu, dengan melakukan pertukaran antara konsumen dengan
pelaku pemasaran sehingga akan ada banyak waktu konsumen untuk kegiatan yang dikuasai. Mulai tahun 1998 produk gula pasir PG Madubaru dijual beba, sesuai dengan surat keputusan Memperindag No.
248/MPR/kep/7/1998 yang menyatakan bahwa PG Madubaru bebas untuk memasarkan dan mendistribusikan gula miliknya. Untuk pemasaran, PG
Madubaru Yogyakarta menggunakan 2 sistem pemasaran, yaitu : 1. Partai (retail)
System penjualan partai, gula dijual dengan kemasan yang
mempunyai berat 1 kg. dengan system ini gula dijual ke supermarket, seperti Mirota, Carrefour, Lottemart, dan lain-lain. Distribusi gula
kemasan dilakukan dengan mengantar produk gula langsung ke distributor, outlet, supermarket, dan pelanggan lainnya. Selain itu juga
bisa menerima pembelian dengan cara pembeli mengambil produk gula secara langsung di pabrik, hal ini biasanya dilakukan oleh pedagang.
2. Bulk
kebutuhan pesanan lebih dari 1 ton. Produk gula dijual ke distributor dan perusahaan di daerah Surabaya, Purworejo, Semarang,
Yogyakarta, dan Solo.
6.2 Strategi Pemasaran
Perkembangan teknologi yang semakin cepat dan banyaknya pabrik gula, menyebabkan PG Madubaru harus bersaing secara kompetitif baik
dengan produk gula dalam negeri maupun impor. Menghadapi hal ini, PG Madubaru menggunakan beberapa strategi, yaitu:
1. Mempertahankan ciri khas produk gula, yaitu bersih, sehat, dan manis. 2. Menerima kritik dan saran dari konsumen
3. Memberikan potongan harga pada tingkat pembelian tertentu
4. Ketepatan waktu dalam pengiriman produk
5. Mengadakan kontrak jual-beli dengan beberapa perusahaan makanan
(lama kontrak adalah 4 bulan)
6. Menerima pembelian dari pelanggan secara tunai maupun kredit
(maksimal 2 bulan)
Dengan menggunakan stategi tersebut, pangsa pasar yang dapat dimasuki oleh perusahaan adalah 3,3% dari seluruh kebutuhan gula di pasaran