• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usamah bin Zaid.doc 38KB Jun 13 2011 06:28:12 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usamah bin Zaid.doc 38KB Jun 13 2011 06:28:12 AM"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Usamah bin Zaid

Panglima pada Usia Muda

MUJAHID AR-RAZY

USAMAH bin Zaid dilahirkan di Makkah pada tahun ke tujuh sebelum hijrah. Ketika Rasulullah saw sedang gencar-gencarnya menghadapi tindakan kaum Quraisy yang menyakiti beliau dan para sahabat. Kesulitan dan kesusahan berdakwah menyebabkan beliau senantiasa harus sabar.

Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba seberkas cahaya memancar memberikan hiburan yang menggembirakan. Seorang pembawa berita mengabarkan kepada beliau, “Ummu Aiman melahirkan bayi laki-laki.” Wajah Rasulullah saw berseri-seri karena gembira menyambut berita tersebut.

Para sahabat tidak merasa aneh bila Rasulullah saw bersuka cita dengan kelahiran bayi itu. Ia adalah putra dari sepasang suami-istri Islam yang termasuk rombongan pertama yang masuk Islam, dan paling dekat serta paling cinta kepada Rasulullah saw. Ia juga termasuk di antara putra Islam yang murni yang dilahirkan dalam ke-Islaman dan disusukan dari sumbernya yang bersih tanpa dikotori oleh debu jahiliyah yang gelap gulita.

Kaum Muslimin tidak berlebih-lebihan memanggil Usamah yang masih bayi itu dengan panggilan “Al-Hibb wa Ibnil Hibb” (Kesayangan, anak kesayangan). Karena memang Rasulullah saw sangat menyayangi Usamah, sehingga dunia seluruhnya agaknya iri karenanya.

Begitu sayangnya Rasulullah saw kepada Usamah, ketika pada suatu kali Usamah tersandung di pintu hingga keningnya luka dan berdarah, Rasulullah saw menyuruh Aisyah ra membersihkan darah dan luka Usamah. Karena Aisyah tidak mampu melakukannya, Nabi saw berdiri menghampiri Usamah, lalu beliau hisap darah yang keluar dari kening Usamah, kemudian beliau ludahkan. Sesudah itu beliau bujuk Usamah dengan kata-kata yang menyenangkan, sehingga Usamah merasa tenteram kembali. ***

SEJAK Usamah meningkat remaja, sudah kelihatan pada dirinya sifat-sifat dan akhlak yang mulia, yang memang pantas menjadi kesayangan Rasulullah saw. Dia cerdik dan pandai, pemberani, bijaksana, dan pandai meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tahu menjaga kehormatan, senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan tercela, pengasih dan dikasihi orang, taqwa, wara’, dan mencintai Allah SwT.

Sewaktu terjadi perang Uhud, Usamah datang ke hadapan Rasulullah saw beserta

rombongan anak-anak sebayanya. Mereka ingin turut jihad fi sabilillah. Sebagian mereka diterima oleh Rasulullah dan sebagian lagi ditolak, karena usia mereka yang masih sangat muda. Usamah termasuk kelompok anak-anak yang tidak diterima. Karena itu Usamah pulang sambil menangis. Dia sangat sedih tidak diperkenankan turut berperang di bawah bendera Rasulullah saw.

(2)

Dalam perang Mut’ah, Usamah turut berperang di bawah komando ayahnya, Zaid bin Haritsah. Umurnya ketika itu kira-kira 18 tahun. Usamah menyaksikan dengan mata-kepala ayahnya tewas di medan tempur sebagai syuhada. Tetapi Usamah tidak takut dan tidak pula mundur. Bahkan dia bertempur terus dengan gigih di bawah komando Ja’far bin Abi Thalib, sehingga Ja’far syahid pula di hadapan matanya. Usamah menyerbu di bawah komando Abdullah bin Rawahah, sampai Abdullah gugur pula menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid lebih dahulu. Kemudian komando dipegang oleh Khalid bin Walid. Usamah bertempur di bawah komando Khalid bin Walid. Dengan jumlah tentara yang tinggal sedikit, kaum Muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman tentara Rum.

Seusai perang, Usamah kembali ke Madinah menyeraghkan kematian ayahnya kepada Allah SwT. Jasad ayahnya ditinggalkan di bumi Syria.

***

PADA tahun ke-11 Hijriyah, dalam usianya belum lagi 20 tahun, ia telah diangkat oleh Rasulullah saw sebagai panglima untuk memerangi bangsa Rum. Dalam pasukan itu terdapat para sahabat senior, di antaranya Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khathab, Sa’at bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin Jarrah.

Di kalangan sebagian kaum Muslimin tersiar desas-desus keberatan mereka terhadap putusan ini. Mereka menganggap tidak pada tempatnya mengangkat seorang pemuda yang masih hijau seperti Usamah bin Zaid untuk memimpin pasukan yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh Muhajirin dan pemuka-pemuka Anshar.

Bisik-bisik ini sampai ke telinga Rasulullah saw. Beliau naik ke atas mimbar, lalu menyampaikan puji dan syukur kepada Allah, kemudian sabdanya, “Sebagian orang mengecam pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai panglima. Sebelum ini mereka juga telah mengecam pengangkatan bapaknya. Kalau bapaknya itu layak untuk menjadi panglima, maka Usamah pun layak untuk jabatan itu. Ia adalah yang paling saya kasihi setelah bapaknya. Dan saya harap ia termasuk salah seorang utama di antara kalian. Maka bantulah ia dengan memberikan nasihat yang baik.”

Sebelum tentara itu bergerak menuju tujuannya, Rasulullah saw pun wafat. Tetapi ia telah meninggalkan pesan yang penuh hikmah kepada para sahabat, “Laksanakanlah

pengiriman Usamah! Teruskan pemberangkatannya.”

Wasiat ini dijunjung tinggi oleh khalifah Abu Bakar Shiddiq. Dan walaupun suasana sepeninggal Rasulullah saw itu telah berubah, tetapi Abu Bakar Shiddiq bersikeras hendak melaksanakan wasiat dan perintah Rasulullah saw. Maka berangkatlah tentara Usamah ke tempat yang telah ditetapkan, yakni setelah khalifah meminta ijin kepada Usamah agar Umar bin Khathab dibolehkan tinggal di Madinah untuk mendampinginya. Maka tatkala kaisar Romawi, Heraklius, mendengar berita tentang wafatnya Rasulullah saw, pada waktu yang bersamaan diterimanya pula berita kedatangan tentara Islam menyerang perbatasan Syria di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Ia pun merasa heran terhadap kekuatan kaum Muslimin karena wafatnya Rasulullah saw sedikit pun tidak mempengaruhi rencana dan kemampuan mereka.

(3)

Sepanjang hidupnya Usamah bin Zaid berada di tempat terhormat dan dicintai kaum Muslimin. Karena dia senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah saw dengan sempurna, serta memuliakan pribadi Rasulullah saw.\

Usamah bin Zaid wafat pada tahun 54 Hijriyah dengan meninggalkan nama yang akan selalu dikenang karena akhlaknya yang baik dan benar beramal shalih.

Penulis tinggal di Blora Jawa Tengah.

Referensi

Dokumen terkait

Bahkan sangat mungkin meski saya tinggal di Yogya sampai lebih dari lima tahun saya tetap tidak dapat berbahasa Jawa, juga saya tidak mengenal budaya santri yang ada

Temannyar menjawab, "Tidak mau." Lalu Yunus bertanya lagi, "Bolehkah matamu yang untuk melihat, tanganmu yang untuk berbuat sesuatu ditukar dengan uang berjuta-juta

empat pada waktu yang bersamaan dan kalau masih khawatir tidak dapat berlaku adil.. lebih baik kawini seorang perempuan saja; dan (4) Sebagaimana

Akan tetapi kritikan Abu Zur'ah ini telah dibantah oleh Bukhari dengan mengatakan, "Mayoritas sahabat kami menggunakan hadis riwayat 'Amr ibn Syu'aib dari ayahnya

Tokoh sufi yang lahir di Mekkah ini, adalah seorang pangeran dari Balkhah, Khurasan, Iran, suatu provinsi yang pernah menjadi kejayaan Buddhisme, Seorang

Akan tetapi, beberapa hari kemudian berita penangkapan Saddam berbelok pada masalah siapa sesungguhnya yang mengkhianati Saddam, dan siapa yang akan menadapat hadiah dari AS atas

Mendesak media massa untuk tidak menyajikan tayangan berita, siaran pornografi dan pornoaksi, tindak kekerasan, pelecehan terhadap perempuan serta lebih

Sebab hubungan yang sering mengalami pasang surut perlu diatur secara adil, jujur dan transparan. Hadits Nabi tenttang Hak