• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIBAYAK SUKA PADA SAAT DAN SETELAH REVOLUSI SOSIAL DI DESA SUKA KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIBAYAK SUKA PADA SAAT DAN SETELAH REVOLUSI SOSIAL DI DESA SUKA KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SIBAYAK SUKA PADA SAAT DAN SETELAH REVOLUSI

SOSIAL DI DESA SUKA KECAMATAN TIGAPANAH

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan memeperoleh

Sarjana Pendidikan

Oleh :

DONAL ERYXON LUMBAN GAOL

NIM. 308121048

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

DAFTAR ISI

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Rumusan Masalah ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA... ... 2.1Kajian Teoritis ... 6

2.1.1. Konsep Sibayak ... 6

2.1.2. Teori Kepemimpinan ... 10

2.1.3. Teori Kekuasaan ... 11

2.2Teori Revolusi ... 13

2.2.1. Revolusi Sosial ... 13

2.2.2. Revolusi Sosial Di Sumatera Timur ... 14

2.3 Kerangka Berpikir ... 18

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian... 20

3.2Lokasi Penelitian ... 21

3.3Sumber Data ... 21

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.5Teknik Analisis Data... 23

BAB IV : PEMBAHASAN 4.1Kondisi Geografis 4.2Sistem Sosial ... 26

(5)

4.2.2. Sistem Kekerabatan ... 30

4.2.3. Kehidupan Politik Tradisional Masyarakat Karo ... 32

4.3Sibayak-Sibayak di tanah karo sebelum ... 35

masa kolonial Belanda 4.3.1. Pengangkatan Raja Berempat... 35

4.3.2. Berdirinya SibayakSuka ... 36

4.3.3. Belanda menguasai Tanah karo dan ... 38

pembentukan pemerintahan di tanah karo. 4.4 Raja-raja di SibayakSuka dan periodesasinya ... 45

4.1. Tumpah Ginting Suka ... 45

4.2. Nungsang Ginting Suka ... 47

4.3. Ningguri Ginting Suka (1926-1935)... 49

4.4. Haji Sibayak Raja Sungkunen Ginting Suka ... 50

4.5. SibayakSuka pada saat peristiwa Revolusi Sosial ... 52

4.6. SibayakSuka setelah Revolusi Sosial ... 58

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

DAFTAR PUSTAKA

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai daerah mulai

dari sabang sampai merauke. Pada awalnya daerah-daerah tersebut banyak yang

bersifat independen atau memiliki pemerintahan sendiri. Contohnya Daerah

Yogyakarta. Kesultanan ini bergabung dengan Republik Indonesia atas inisiatif

dari kebijakan Sultan yang memimpin saat itu. Beberapa Daerah di Sumatera

Timur juga memiliki pemerintahannya sendiri, baik sebelum dan sesudah

Indonesia memperoleh kemerdekaannya. Seperti Kesultanan langkat, Kesultanan

Deli, Kerajaan Silimakuta, Kerajaan Raya dan lain-lain. Semua kesultanan

maupun kerajaan itu diakui secara De Jure oleh pemerintahan Belanda sebagai

suatu kerajaan yang berdiri sendiri.

Demikian juga dengan kerajaan-kerajaan di Tanah Karo, Setelah Belanda

berhasil menaklukkan Tanah Karo dan menghentikan perlawanan rakyat tanah

Karo yang dipimpin oleh Kiras Bangun pada Tahun 1904, Belanda berniat

memecah belah kekuatan masyarakat Karo yang begitu luas dengan membentuk

Administratif Onder Afdeling Karolanden atau daerah administratif Tanah Karo.

Masyarakat Karo yang tinggal di daerah Simalungun atas (Saribu Dolok-

Silimakuta-Raya) masuk ke daerah Simalungun, sedangkan masyarakat Karo

yang bermukim di sekitar Tiga Lingga masuk ke wilayah Tapanuli, masyarakat

Karo yang berada di tanah alas masuk ke wilayah Aceh, daerah langkat hilir dan

(7)

2

deli hulu dan Deli Hilir menjadi penduduk sultan deli, masyarakat yang berada di

Bangun purba serta daerah sipispis menjadi penduduk kesultanan Serdang.

Dengan demikian kekhawatiran Belanda akan kemungkinan serangan balik

masyarakat Karo bisa diredam.

Selain itu daerah dataran tinggi Karo dibagi menjadi Lima Landschap

dan masing-masing dipimpin oleh seorang Zelfbestuur dalam satu Onder Afdeling

dan akhirnya daerah dataran Tinggi Karo semakin sempit wilayahnya

dibandingkan sebelumnya.

Di dataran Tinggi Karo tersendiri terdapat beberapa kerajaan-kerajaan

Tradisional yang dinamakan dengan Sibayak. Beberapa diantaranya adalah

Sibayak Kutabuluh, Sibayak Barusjahe, Sibayak Lingga, Sibayak Sarinembah

dan Sibayak Suka. Kerajaan-kerajaan inilah yang mewakili dataran tinggi Karo,

khususnya setelah Belanda menguasai daerah ini pada tahun 1904. Dan sama

seperti kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatera Timur lainnya, Sibayak-Sibayak

ini tunduk atas otoriter Belanda dan menjadi perpanjangan tangan Belanda setelah

ditaklukkan.

Pada Tahun 1945, Sibayak-Sibayak bentukan Belanda ini terus bertahan

dalam bentuk Onder Afdeling hingga akhirnya pada tahun 1946 terjadi peristiwa

Revolusi sosial yang memusnahkan semua kerajaan-kerajaan yang berbau

Feodalisme di Sumatera Timur.

Hal ini terjadi karena sikap para raja-raja maupun penguasa di Sumatera

Timur tidak terlalu antusias dengan kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka

berasumsi jika tunduk pada kedaulatan Republik Indonesia maka pengaruh

(8)

3

jika para raja dari Sumatera Timur kembali bekerja sama dengan kolonial Belanda

seperti sebelum era kependudukan Jepang, maka hak-hak Zelfbestuur mereka

yang sebelumnya dihapuskan pada masa kependudukan Jepang akan

dikembalikan.

Walaupun Mr Luat Siregar yang mewakili Komite Nasional Indonesia

bagian Sumatera Timur yang juga mewakili para raja-raja di Sumatera Timur

sudah menyatakan dukungannya kepada Presiden tentang negara kesatuan

Republik Indonesia. Namun, revolusi sosial tetap saja terjadi yang didalangi oleh

dokter Amir, PESINDO (Pemuda Sosialis Indonesia), BHL (Barisan Harimau

Liar) dan beberapa ormas-ormas lain yang berperan sebagai eksekutor

pembantaian tersebut. Eksekutor pembantaian ini membunuh semua

anggota-anggota kerajaan. Ini terjadi di seluruh kerajaan di Sumatera Timur yaitu di

Simalungung, Tanah Melayu dan di Dataran Tinggi Karo.

Namun ada beberapa hal yang luput dari perhatian, setelah semua

kerajaan-kerajaan diluluh-lantakkan saat peristiwa tersebut, masih ada Sibayak di

dataran tinggi Karo yang lolos dari pembantaian 4 Maret 1946 itu, khusus di

Tanah Karo, peristiwa ini terjadi sehari setalah revolusi sosial yang terjadi pada

umumnya. Dan Sibayak yang lolos dari peristiwa ini adalah Sibayak Kutabuluh

dan Sibayak Suka. Hal itu bisa dilihat penuturan Said dalam Pasaribu (2010:77).

Kemudian Tanah Karo dalam pelaksanaan revolusi sosialnya tidak

merata ke seluruh daerah dan dengan dapat diketahuinya bahwa terdapat dua

kerajaan yaitu Sibayak Kutabuluh dan Sibayak Suka.

Khusus untuk Sibayak Suka memiliki keunikan tersendiri, karena

(9)

4

setelah kedatangan Belanda, untuk itu penulis tertarik meneliti permasalahan ini

dengan judul “SIBAYAK SUKA PADA SAAT DAN SETELAH REVOLUSI

SOSIAL DI DESA SUKA KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN

KARO”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana latar belakang dibentuknya Sibayak Suka?

2. Bagaimana Sibayak Suka pada saat peristiwa Revolusi Sosial?

3. Bagaimana Sibayak Suka setelah Revolusi Sosial?

1.3. Rumusan masalah

1. Bagaimana latar belakang dibentuknya Sibayak Suka?

2. Bagaimana Sibayak Suka pada saat peristiwa Revolusi Sosial?

3. Bagaimana Sibayak Suka setelah Revolusi Sosial?

1.4.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui latar belakang dibentuknya Sibayak Suka

2. Untuk megetahui bagaimana Sibayak Suka saat terjadinya revolusi sosial

(10)

5 1.5. Manfaat

1. Sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan bagi pembaca

tentang Sibayak Suka pada masa revolusi sosial.

2. Sebagai pembanding bagi penulis lain yang ingin menulis topik maupun

obyek yang sama.

3. Sebagai penembah literatur bacaan bagi masyarakat yang membutuhkan

(11)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab Sebelumnya, maka

dalam bab ini dapat ditarik kesimpulan yang ditemukan sebagai berikut:

1. Revolusi Sosial merupakan suatu peristiwa yang sangat vital, karena selain

banyak memakan korban yang semuanya merupakan kaum elite kerajaan,

namun revolusi sosial negara mampu menumbangkan pemerintahan

swapraja di Sumatera Timur dengan menggantinya dengan “Pemerintahan

Demokrasi Rakyat” sesuai dngan dinamika perjuangan rakyat. Dan

pecahnya Revolusi sosial di Sumatera Timur ini akhirnya mampu

menggeser kedudukan status elite tradisional dan penentuan status sosial

seseorang tidak lagi ditentukan dari garis keturunan, melainkan atas

pertimbangan akan keberadaan, kemampuan, keahlian, pendidikan dan

pengalaman seseorang

2. Masyarakat Karo mengenal sistem kekerabatan dengan nama Merga

silima, rakut sitelu dan Sangkep Siwaluh.

3. Dalam sistem kemasyarakatan, masyarakat Karo yang tradisional pada

masa kini banyak dipengaruhi stratifikasi sosial yang dapat dilihat dari

empat prinsip yakni, perbedaan usia, jabatan ataupun pangkat, serta

perbedaan atas status perkawinan. Sedangankan sistem kepemimpinan di

dalam hal adat, masih bertahan hingga sekarang ini, namun sistem

(12)

59

sosial dan terbentuknya kabupaten Karo dan mengikuti apa yang

digariskan dalam Undang-Undang yang berlaku di Indonesia, dan untuk

dibidang agama sekarang sudah diatur sesuai dengan agama-agama dan

kepercayaan yang ada di Indonesia. Dan khusus untuk pemilihan.

Sedangkan untuk kepemimpinan tradisional yang dilakukan dengan cara

turun-temurun dilakukan dengan Sintua-Singuda, dimana yang dipilih

dalam pemimpin adalah orang yang paling tua atau orang yang paling

Muda,sedangankan yang tengah tidak memiliki hak menjadi pemimpin.

4. Terbentuknya Raja Berempat pertama kali di tanah Karo sewaktu Aceh

datang ke tanah Karo dan saat pemilihan raja dipilih dengan cara

menunggang kerbau nanggaluti, apabila kerbau naggaluti itu merasa

sangat berat atau ngenat dan mertendahkan badannya, maka orang itu

diangkat menjadi raja dan memperoleh tanda kerajaan sebagai pengakuan

dari kerajaan aceh.

5. Raja pertama dari Sibayak suka adalah Raja Tumpah Ginting Suka yang

dipilih karena sanggup membuat kerbau Naggaluti merasa keberatan atau

ngenat. Pemerintahan selanjutnya dilanjutkan Oleh Ningguri Ginting Suka

yang merupakan anak pertama dari raja Tumpah Ginting Suka, pada masa

pemerintahan Ningguri ginting, Sibayak Suka mencapai puncak

kejayaannya, dilanjutkan oleh Nungsang Ginting Suka yang merupakan

adik dari Ningguri Ginting Suka karena anak satu-satunya belum cukup

umur untuk menjadi raja sibayak Suka. Dan raja terakhir dari Sibayak

(13)

60

pemerintahan beliaulah Sibayak Suka bergabung dengan Republik

Indonesia.

6. Masuknya bangsa asing terutama bangsa Belanda ke tanah Karo

menyabebkan Raja-raja termaksud raja sibayak suka tunduk kepadanya,

melalui perjanjian singkat (Korte Verklarking) diantara kedua belah pihak,

tanah Karo dijadikan Onder Afdeling Van de Karolanden dan dibagi atas

lima landschaap yang masing-masing dipimpin oleh seorang Sibayak

(raja), setiap Sibayak membawahi beberapa urung yang dikepalai oleh raja

urung dan raja urung ini mengepalai beberapa kampung yang dipimpin

oleh seorang penghulu.

7. Pada masa kependudukan Belanda Fungsi raja sibayak mulai berubah dan

cenderung sebagai perpanjangn tangan Belanda, itulah yang menyebabkan

terjadinya perlawanan masyarakat suka pada tahun 1915 karena

kewenangan Belanda yang semena-mena menindas rakyat.

8. Terjadinya revolusi sosial pada Maret 1946 banyak memakan korban dari

kaum feodalis, namun sibayak suka tidak menjadi korban dari peristiwa

tersebut, dan yang menjadi korban adalah mantan raja Ningguri Ginting

Suka yang dianggap pro ke pemerintah kolonial Belanda.

9. Dengan pecahnya peristiwa revolusi sosial tidak membuat sibayak suka

runtuh seketika, karena sibayak suka yang dipimpin oleh raja tumpah

Ginting Suka pada saat itu lebih mengakui dan memilih bergabung kepada

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan pada saat itu pula lah dibentuk

(14)

61

sibayak suka di dalamnya berubah menjadi kabupaten Karo yang dipimpin

oleh rakutta Sembiring.

10.Setelah revolusi sosial selesai dan Sibayak Suka bergabung dengan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Para keturunan dan keluarga dari Sibayak

Suka mengalami sedikit pergesaran kedudukan sosial, dimana para

keturunan tidak lagi berstatus raja dan kekuasaan mereka pada masa

feodalisme dihapus, namun tidak mengurangi rasa hormat masyarakat

kepada para keturunan mereka tersebut.

5.2. SARAN

1. Kepada seluruh masyarakat Karo dan Desa Suka supaya sadar akan sejarah

lokalnya dan tidak kehilangan kearifan lokal yang dimiliki. Mengingat banyak

kearifan lokal yang bisa diambil pelajaran dalam sejarah lokal.

2. Adat dan budaya lokal diharapkan supaya dilestarikan supaya nilai-nilai

luhurnya tidak hilang dimakan waktu dan mampu diturunkan kepada anak dan

cucu agar nilai-nilai positif dimasa lampau bisa menajdi bahan pelajaran untuk

ke arah yang lebih baik.

3. Hendaknya seluruh lapisan masyarakat menyadari bahwa konflik yang terjadi

antara berbagai golongan masyarakat dalam berbagai interaksi sosial dimasa

lampau mampu menjadi pelajaran yang berharga untuk tidak dijadikan alat

pemicu ke arah yang tidak baik.

4. Sebagai seorang mahasiswa yang harus banyak membaca dan berkreasi guna

(15)

62

petinggi di civitas akademika Unimed memperhatikan serta menambah buku

maupun literatur baik yang ada di perpustakaan fakultas maupun umum. Buku

sebagai jendela ilmu, sulit dan langka diperoleh terutama buku yang

berwawasan historis. Mahasiswa dan alumni Unimed siap bersaing dengan

produk luaran di pangsa pasar bebas dalam mencari atau menciptakan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Tridah. 1994. Kilap Sumagan Biografi Selamat Ginting. Jakarta: Haji Masagung.

Budiardjo Mariam. 1992. Dasar-dasar ilmu politik.Jakarta:PT Gramedia Putaka.

Faturohman, Deden, dkk. 2004 Pengantar Ilmu politik.Malang:Universitas Muhammadiayah

Heryani, Siska Br P. NIM 061233210025. Skripsi. 2012. Sejarah Berdiri Dan Runtuhnya Sibayak Suka Pada Abad Ke-19. Medan. Unimed.

Hymen, G 2004. Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 14 Jakarta: PT Delta Pamungkas.

Isjwara, F. 1982. Pengantar Ilmu politik.Jakarta:PT Gramedia pustaka

Jurnal Bulanan. 1981. Prisma no.8 –Agustus 1981, tahun ke-X. Jakarta LP3S Jurnal Bulanan. 1984. Prisma No. 8 – Mei 1984, tahun Ke XIII. Jakarta LP3S

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Jogjakarta: Tiara Wacana Yogya.

Pasaribu, Dodi Palty Dolly. NIM 05310889. Skripsi. 2010. Peran Organisasi PESINDO (Pemuda Sosialis Indonesia) Dalam Revolusi Sosial di Sumatera Timur tahun 1946. Medan: Unimed.

Sebayang, Dewi Ulina. NIM 20310497. Skripsi. 2006. Pengaruh kemerdekaan Republik Indonesia terhadap kedudukan sosial Elite Tradisiona Karo di kabupaten karo (1945-1949).Medan Unimed

Perangin-angin, Robert L. 1996. Biografi perjuangan Djamin Gintings. Jakarta: Permata Klasis.

Tambunan P. 1952. Adat Istiadat Karo. Jakarta: Balai Pustaka

Putro, Brahma. 1981. Karo Dari Jaman Ke Jaman. Jakarta: CV marintan Djaya Djakarta

Reid, Anthony. 1987.Perjuangan Rakyat: Revolusi dan HancurnyaKerajaan di Sumatera. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

(17)

Sinaga, Geta Mona. NIM 071233220035. Skripsi. 2003. Sejarah Kerajaan Raya di Simalungun Abad 20. Medan: Unimed.

Sinamo, Nomennsen. 2011. Hukum Negara. Jakarta: Pustaka Gramedia

Siregar, Ahmad dkk. 2001. Kamus Bahasa Karo-Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tamburaka, H, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat Dan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta.

Majalah Prisma. Agustus 1981.

Majalah Prisma. April 1984.

Tigapanah Dalam angka. 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini yakni : perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo yaitu

Indonesia merupakan bangsa yang sangat majemuk dengan keanekragaman etnik, ras, agama, budaya, dan sebagainya, apabila hal tersebut tidak di kelola secara baik maka

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam tentang nangkih pada masyarakat Karo, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung mereka memilih menikah

Revolusi Sosial Sumatera Timur adalah gerakan sosial di Sumatra Timur oleh rakyat terhadap penguasa kesultanan Melayu yang mencapai puncaknya pada bulan Maret 1946.. Revolusi ini

menyelesaikan skripi ini yang berjudul “ Tinjauan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (Aron) di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo ”. Skripsi ini disusun sebagai salah

Banyak sejarah penting mengiringi perjalanan Sumatera Timur.Dan yang paling meninggalkan jejak karena dianggap sebagai peristiwa paling kejam hingga saat ini adalah Revolusi

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo

1) Pelaksanaan Nganting manuk (membawa ayam). 2) Besar mahar bagi pihak keluarga perempuan. Pada umumnya masyarakat Karo mengenal 3 jenis ritual pesta perkawinan adat Karo