BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di
perguruan tinggi tertentu. Dilihat dari perkembangannya, mahasiswa digolongkan ke dalam fase dewasa awal. Dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial dewasa. Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja akhir menuju dewasa yang matang dalam seluruh aspek perkembangan. Dewasa awal adalah peralihan dari ketergantungan ke masa yang mandiri, baik dari segi emosi, kebebasan menentukan diri sendiri, sosial-ekonomis, dan memiliki pandangan tentang masa depan yang lebih realitis.
tinggi. Setiap mahasiswa dituntut untuk mengatur waktunya, mengelola aktivitasnya secara profesional dan mampu mewujudkan keinginan-keinginan secara realistik dan bertanggung jawab. Kenyataannya, mahasiswa belajar hanya pelajarannya menarik dan besok ada ujian. Ada pula yang belajar secara musiman dan tak jarang prokrastinasi karena berpikir masih ada banyak waktu. Ada pula yang mulai mengerjakan tugas 2 jam sebelum batas waktu pengumpulan tugas. Alhasil hanya nilai pas-pasan atau nilai kurang yang mereka dapat.
Proses belajar di tingkat perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dan disiplin dalam mengatur waktu dan proses belajarnya. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat menyesuaikan, mengatur, dan mengendalikan dirinya termasuk saat menghadapi padatnya aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas kuliah yang sulit. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu usaha aktif dan mandiri oleh mahasiswa untuk membantunya mengarahkan proses belajar pada tujuan yang ingin dicapainya, yang disebut dengan self regulated learning. Zimmerman & Martinez-Pons mendefinisikan self regulated learning sebagai tingkatan dimana partisipan secara aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar (Latipah, 2010 : 112).
pada teman, banyak mahasiswa yang sibuk dengan laptop atau handphonenya bukan untuk mengerjakan tugas namun bermain media sosial, jalan-jalan ke mall daripada terlihat membaca materi kuliah, memilih mengerjakan hal lain daripada hal yang berkaitan dengan perkuliahan, kurang peduli dengan nilai ujian, dan sebagainya.
Peneliti menemukan banyak mahasiswa prodi BK USD dalam mengerjakan berbagai tugas belajar, misalnya mengerjakan tugas-tugas kuliah dan mengikuti perkuliahan kurang serius. Para mahasiswa cenderung cuek dalam mengikuti pelajaran, bahkan ketika besok akan diadakan kuis, mereka tidak mau membaca materi kuliah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti secara acak terhadap beberapa mahasiswa dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akan membaca materi yang digunakan untuk kuis hanya menjelang dimulainya mata kuliah dan hal ini sudah menjadi kebiasaan atau trend masa kini. Kebiasaan yang tak jauh berbeda pun terjadi ketika para mahasiswa akan menghadapi ujian. Mahasiswa akan belajar sehari sebelum ujian dilaksanakan dan kebanyakan dari mahasiswa mengatakan bahwa mereka mengerjakan tugas take home 2 jam sebelum batas waktu pengumpulan. Kebiasaan mengerjakan tugas dalam waktu yang singkat dan tanpa persiapan yang matang sering dikenal dengan istilah “Sistem Kebut
Semalam” atau disingkat “SKS” di kalangan mahasiswa. Kemampuan
oleh mahasiswa prodi BK USD akan berakibat pada hasil akhir belajar atau nilai akhir yang kurang memuaskan, bahkan dapat berakibat pada tidak lulusnya beberapa nilai mata kuliah.
Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Tingkat Self Regulated Learning pada Mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
Angkatan 2012” dalam pemenuhan tugas akhir. Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dalam peningkatan prestasi mahasiswa.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat
self regulated learning pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2012 dapat diindentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut :
1. Ada indikasi kurangnya self regulated learning di kalangan mahasiswa.
2. Sebagian mahasiswa memiliki self regulated learning yang rendah karena tidak adanya kemauan untuk belajar.
3. Mahasiswa kurang memiliki kejelasan cita-cita atau tujuan yang hendak dicapai.
5. Mahasiswa kurang disiplin dalam mengatur waktu belajarnya. 6. Kurangnya motivasi belajar di kalangan mahasiswa.
C. Pembatasan Masalah
Fokus kajian penelitian ini diarahkan untuk menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi di atas khususnya masalah-masalah mengenai seberapa baik tingkat self regulated learning pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2012.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa tinggi tingkat self regulated learning pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2012.
2. Capaian skor butir pengukuran self regulated learning manakah yang teridentifikasi rendah pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2012?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
2. Mengindentifikasi capaian skor item pengukuran self regulated
learning yang rendah pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2012.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini, diharapkan memberi beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengembangan kajian ilmu Bimbingan dan Konseling terutama yang terkait dengan self regulated learning, sehingga dapat dijadikan tambahan referensi bagi penelitian-penelitian semacam ini oleh peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para dosen Program studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk melihat seberapa baik tingkat self regulated
learning yang ada dalam diri mahasiswa angkatan 2012. Selain itu,
b. Bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2012
Para mahasiswa angkatan 2012 dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa baik tingkat self regulated learning yang ada dalam diri mereka dan menjadi masukan untuk menerapkan self
regulated learning dalam kegiatan akademiknya sehingga
mahasiswa dapat mencapai kesuksesan akademiknya.
G. Definisi Istilah
Beberapa istilah dalam judul penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di
universitas, institut atau akademi. Mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2012 yang aktif kuliah pada semester 6.
2. Self Regulated Learning adalah kemampuan seseorang dalam
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan hakikat mahasiswa dan hakikat self regulated
learning.
A. Hakikat Mahasiswa
1. Definisi Mahasiswa
Mahasiswa berasal dari kata maha yang berarti besar atau tinggi dan siswa yang berarti pelajar atau dengan kata lain mahasiswa adalah pelajar yang berada pada strata tertinggi. Mahasiswa pada tahap perkembangannya digolongkan kedalam fase dewasa awal atau berada pada rentang usia 18 – 24 tahun (Hurlock, 1980). Individu yang berada pada masa dewasa awal mengalami perubahan dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan untuk mengejar karir.
2. Peran dan Fungsi Mahasiswa
Ada beberapa peran dan fungsi mahasiswa, yaitu (Hudori, 2013): a. Sebagai agen perubahan (agen of change), mahasiswa dituntut
bersifat kritis. Diperlukan implementasi yang nyata.
c. Mahasiswa sebagai guardian of value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat.
d. Sebagai kontrol sosial (social control), masyarakat adalah sekumpulan populasi dengan beragam karakter. Banyak sekali aspek sosial yang harus dipenuhi agar tidak terjadi ketimpangan yang rentan memicu konflik. Jika kondisinya berlawanan, maka dapat dipastikan adanya konflik kecil yang bisa timbul di mahasiswa maupun masyarakat. Di sinilah peran mahasiswa.
e. Mahasiswa sebagai iron stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan.
3. Aktivitas Belajar Mahasiswa
Aktivitas belajar terdiri atas dua kata yaitu “aktivitas” dan “
belajar” yang memiliki arti yang berbeda. Menurut Kamus Besar
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar dapat pula dikatakan sebagai suatu proses, artinya dalam belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak, dan latihan (Syah 2014 :87).
Aktivitas belajar setiap individu sangat bermacam – macam. Banyak aktivitas yang dilakukan setiap mahasiswa dapat disetujui sebagai aktivitas belajar, seperti misalnya mendapatkan pengetahuan baru tentang sesuatu hal, menghafal syair, nyanyian, dan sebagainya. Aktivitas belajar diperlihatkan oleh adanya perubahan perilaku.
Aktivitas belajar banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Diedrich (dalam Sardiman 2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan belajar yang digolongkan ke dalam 8 kelompok :
a. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)
b. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan
d. Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan,
menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.
e. Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f. Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.
g. Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. h. Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan,
bergairah, berani, tenang dan gugup.
4. Hambatan- Hambatan Belajar
Banyak hambatan yang ditemui dalam proses belajar, sehingga belajar terkesan menjadi sesuatu yang berat. Oleh sebab itu belajar menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dan banyak yang merasa tertekan untuk menjalankannya.
Syah (2012:184) mengidentifikasikan faktor yang menjadi penghambat dalam belajar terdiri dari dua macam, yakni:
a. Faktor intern, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam dirinya sendiri.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan antara lain adalah sebagai berikut :
1) Faktor Intern
Faktor intern meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa yakni :
a) Segi kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi;
b) Segi afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan dan sikap;
c) Segi psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar. Faktor ekstern ini meliputi :
a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b) Lingkungan perkampungan/masyarakat,
c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Syah (2014:129) mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar mahasiswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri individu), yakni
keadaan/ kondisi fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan psikologis (yang bersifat rohaniah).
1) Faktor fisiologis
Faktor fisilogis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi 2, yaitu: a) Keadaan tonus jasmani
Keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar. Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. b) Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis
terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar anak adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a) Kecerdasan/ intelegensi
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh lainnya.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar. Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan perilaku seseorang. Keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan belajar. Dari sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik relatif lebih bertahan lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik). Mahasiswa yang memiliki
self-regulated learning yang baik biasanya memiliki
motivasi intrinsik yang besar. Motivasi intrinsik merupakan salah satu elemen utama self-regulated learning.
c) Minat
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan.
d) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2012). Sikap individu dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
e) Bakat
berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya: individu yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar individu), yakni kondisi
lingkungan di sekitar. Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. 1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial seperti para dosen, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan rumahnya. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan beajar adalah orang tua dan keluarga individu itu sendiri.
2) Lingkungan Nonsosial
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar mahasiswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan aktivitas belajar. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan mahasiswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu.
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga semakin mendalam cara belajar mahasiswa semakin baik hasilnya. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan yaitu :
1) Pendekatan tinggi (achieving)
Pedekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh
motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut “
ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam
meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar mahasiswa ini lebih serius daripada mahasiswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya. Mahasiswa yang memiliki self regulated
learning yang baik akan sangat cerdik dan efisien dalam
2) Pendekatan sedang (deep)
Mahasiswa yang menggunakan pendekatan deep
biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik).
3) Pendekatan rendah (surface)
Mahasiswa yang menggunakan pendekatan surface ini gaya belajarnya lebih santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
B. Hakikat Self Regulated Learning
1. Definisi Self Regulated Learning
Beberapa tahun belakangan, sejumlah teori sudah dikemukakan untuk menjelaskan bagaimana seorang mahasiswa menjadi regulator dalam belajarnya sendiri (Zimmerman & Martinez, 1990: 51). Menurut teori sosial kognitif, self regulated learning tidak hanya ditentukan oleh proses pribadi, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku secara timbal balik (Zimmerman, 1989: 330).
Self regulated learning terdiri dari kata “self regulated” dan
“learning”. Self regulated berarti terkelola, sedangkan learning adalah
Bandura menyatakan bahwa self regulated learning merupakan proses dimana seseorang dapat mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri dengan menentukan target, mengevaluasi kesuksesan seseorang saat mencapai target dan memberikan penghargaan karena sudah mencapai tujuan tertentu. Selain itu, self
regulated learning diartikan juga sebagai pengawasan atas perilaku
dalam proses belajar sebagai hasil dari proses internal akan tujuan, perencanaan, dan penghargaan akan diri sendiri atas prestasi yang telah diraih (Friedman, 2006: 284).
Self regulated learning merupakan suatu kesanggupan untuk
menentukan sendiri tujuan belajarnya, mampu menumbuhkan rasa mampu diri untuk meraih target yang hendak dicapai, penataan lingkungan untuk menopang pencapaian target, melakukan evaluasi diri dan memonitor kegiatan belajarnya. Selanjutnya, self regulated
learning merupakan derajat metakognisi, motivasi instrinsik, dan
perilaku individu dalam proses belajar yang didalamnya terkandung tiga elemen utama yaitu strategi pengaturan diri untuk belajar, persepsi rasa mampu diri untuk menampilkan keterampilan, dan komitmen untuk mencapai tujuan belajar (Zimmerman dalam Nugroho, 2006:5). Chamot (dalam Ellianawati dan Wahyu, 2010:35) menyatakan bahwa
self regulated learning atau pembelajaran mandiri adalah sebuah
yang sesuai, pemahaman terhadap tugas-tugasnya, penguatan dalam pengambilan keputusan dan motivasi belajar.
Apa yang sudah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
self regulated learning merupakan kemampuan belajar yang
menggunakan aspek metakognisi, motivasi, dan perilaku dengan segigih mungkin melalui keyakinan dan caranya sendiri mengarahkan dirinya untuk mencapai goal yang telah ditetapkan.
2. Aspek-Aspek Self Regulated Learning
Menurut Zimmerman (1990: 4-5), self- regulated learning terdiri atas pengaturan dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu:
a. Metakognisi dalam self- regulated learning adalah kemampuan mahasiswa dalam merencanakan, menetapkan tujuan, mengatur, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada berbagai sisi selama proses penerimaan. Proses ini memungkinkan mereka untuk menjadi menyadari diri, banyak mengetahui dan menentukan pendekatan dalam belajar. Contoh: perencanaan, pemeriksaan, pemantauan, revisi dan evaluasi kegiatan belajar.
belajar dengan menampilkan usaha yang luar biasa dan tekun selama belajar. Contoh: usaha yang dilakukan untuk membuat situasi belajar menjadi suatu hal yang menarik.
c. Perilaku dalam self- regulated learning merupakan upaya mahasiswa untuk memilih, menstruktur, dan menciptakan lingkungan yang mengoptimalkan belajar. Mereka mencari nasihat, informasi dan tempat di mana mereka yang paling memungkinkan untuk belajar.
Regulasi perilaku meliputi:
1) Effort regulation adalah meregulasi diri.
2) Time/study environment adalah siswa mengatur waktu dan
tempat dengan membuat jadwal belajar untuk mempermudah proses belajar.
3) Help-seeking adalah mencoba mendapatkan bantuan dari
teman sebaya, guru/dosen dan orang dewasa.
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Self Regulated Learning
Menurut Winne (dalam Santrock, 2014: 277), karakteristik dari individu yang memiliki self regulated learning adalah:
a. Bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi.
b. Menyadari keadaan emosi mereka dan memiliki strategi untuk mengelola emosinya.
d. Menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat.
e. Mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan.
Dilihat dari segi kognitif siswa perguruan tinggi harus memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk metakognisi dan regulasi diri dari
siswa yang lebih muda yakni anak SMA. Mahasiswa mungkin lebih
mengakar dalam penggunaan strategi tertentu yang diberikan dari
pengalaman mereka sebelumnya. Dengan demikian, meskipun
mungkin lebih mudah untuk berbicara tentang strategi mahasiswa
dalam program instruksi strategi, mungkin lebih sulit untuk
mendapatkan mereka guna mengubah penggunaan strategi aktual
mereka dibandingkan dengan siswa yang lebih muda, yang mungkin
tidak begitu berkomitmen untuk penggunaan strategi (Schunk &
Zimmerman, 1998: 64).
Beberapa karakteristik mengenai individu yang menggunakan
self regulated learning yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning
Konsep self regulated learning mengintegrasikan banyak hal yang sudah diketahui tentang belajar-efektif dan motivasi. Ada 3 faktor yang memengaruhi keterampilan dan kemauan self regulated learning, yaitu:
a. Pengetahuan
Agar dapat menjadi self regulated learner, individu membutuhkan pengetahuan tentang dirinya, subjeknya, tugasnya, strategi-strategi untuk belajar, dan konteks-konteks yang pembelajaran yang akan mereka terapkan.
b. Motivasi
Motivasi dalam self regulated learning merupakan pendorong yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi dan otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar.
c. Kemauan diri (volition)
C. Upaya-Upaya Peningkatkan Self Regulated Learning
Upaya peningkatan self regulated learning bisa dilakukan dengan pemberian layanan bimbingan belajar/akademis. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Prayitno & Erman, 2008:284):
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok mahasiswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalahpengertian, tidak menguasai konsep-konsep dasar dan tidak memahami tujuan belajar. Apabila kesalahan-kesalahan ini diperbaiki, maka mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Tidak dapat disangsikan bahwa yang utama yang harus diupayakan oleh pembimbing adalah mendorong mahasiswa untuk mau belajar.
2. Kegiatan Pengayaan
3. Peningkatan Motivasi Belajar
Dosen dan pembimbing akademik berkewajiban membantu mahasiswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan:
a. Memperjelas tujuan- tujuan belajar. Mahasiswa akan terdorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa.
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang, dan menyenangkan.
d. Memberikan reinforment (penguatan) dan hukuman bila perlu. e. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu
(seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, mengjengkelkan).
4. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Efektif
Setiap mahasiswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan ada mahasiswa yang mengamalkan sikap dan kebiasaan yang tidak diharapkan dan tidak efektif.
dapat menemukan kelemahan-kelemahan mereka dalam belajar, dan selanjutnya berusaha mengubah atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya itu. Untuk itu mahasiswa hendaknya didorong untuk meninjau sikap dan kebiasaaannya dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip belajar, sebagai berikut:
a. Belajar berarti melibatkan diri secara penuh, lebih dari sekedar membaca bahan-bahan belajar yang ada dalam buku teks.
b. Efisiensi belajar akan meningkat apabila perbuatan belajar didasarkan atas rencana atau tujuan yang hendak dicapainya dalam belajar.
c. Belajar dengan suasana yang terpaksa tidak memberikan harapan besar untuk berhasil dengan baik.
d. Untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar dan mencapai hasil belajar yang baik diperlukan adanya suasana hati yang aman, kesehatan yang baik, tidur nyenyak, dan rekreasi yang memadai.
Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh konselor dan orang tua siswa.
Upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mahasiswa memiliki sikap dan kebiasaan belajar adalah :
a. Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar b. Memelihara kondisi kesehatan yang baik
d. Memilih tempat belajar yang baik
e. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperti buku-buku teks dan referensi lainnya.
f. Berani bertanya untuk hal- hal yang membingungkan kepada guru, teman, atau siapapun juga.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metodelogi penelitian, yaitu jenis penelitian, subyek penelitian, metode pengumpulan data dan instrumen penelitisn, validitas dan reliabilitas kuesioner, prosedur pengumpulan dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survei. Menurut Best (Sukardi, 2012: 157), penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif survei untuk memperoleh gambaran tentang tingkat self regulated learning pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2012.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2012 yang berjumlah 61 mahasiswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Rincian Subjek Penelitian
Kelas Jenis Kelamin Jumlah
(Mahasiswa) Laki-Laki Perempuan
A 15 15 30
Pemilihan subyek yaitu mahasiswa angkatan 2012 memiliki alasan dimana peneliti ingin melihat seberapa tinggi tingkat self regulated
learning yang ada pada diri mahasiswa. Pemilihan tingkat studi yaitu
tingkat pertengahan atau semester 6, pada tingkat studi ini para mahasiswa diharapkan dapat memperbaiki perilakunya dalam belajar sehingga dapat membantu mahasiswa dalam melakukan pengaturan diri yang lebih baik dalam kebiasaan belajarnya sehari-hari.
C. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Sukardi (2012) menjelaskan bahwa penelitian survei dapat
dilakukan dengan menggunakan satu metode atau lebih. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun peneliti bersama dengan dosen pembimbing. Peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek-aspek self regulated learning. Peneliti kemudian membuat sejumlah item pertanyaan berdasarkan indikator setiap aspek.
Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner:
1. Kuesioner Self Regulated Learning
2. Skala pengukuran dan penentuan skor a. Skala pengukuran
Kuesioner yang disusun peneliti mengacu pada aspek-aspek
self regulated learning berdasarkan konsep Zimmerman (1990:
4-5). Kuesioner disusun setipe dengan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang, atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist maupun pilihan ganda (Sugiyono, 2012:134)
Pernyataan yang terdapat dalam Inventori Self Regulated
Learning ini terdiri dari pernyataan positif atau favourable dan
pernyataan negatif atau unfavourable. Pernyataan positif atau
favorable merupakan konsep keperilakuan yang sesuai atau
Tabel 2
Kisi-kisi kuesioner Self- Regulated Learning
b. Penentuan skor
Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Kuesioner/Inventori Self Regulated Learning dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang (). Pada instrumen ini rentang nilai skala interval dimulai dari 1 sampai 5. Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden untuk semua item. Dengan demikian dapat diketahui tingkat self regulated learning pada subjek penelitian ini. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat self regulated
learning. Sebaliknya, semakin rendah jumlah skor yang diperoleh,
maka semakin rendah pula tingkat self regulated learning.
Instrumen penelitian ini menyediakan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Sering(SS), Sering (S), Kadang (K), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Norma skoring yang dikenakan terhadap pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut:
Tabel 3
Norma Skoring Inventori self regulated learning
Alternatif Jawaban Skor
Favourable
Skor
Unfovourable
Sangat Sering 5 1
Sering 4 2
Kadang 3 3
Jarang 2 4
D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
1. Validitas
Validitas adalah taraf sampai di mana suatu alat tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Azwar (2009:5) mengatakan
bahwa “validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”.
Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional oleh
professional judgement (Azwar 2009: 45). Validitas isi tidak dapat
Tabel 4
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Item Instrumen Penelitian
Corrected Item-Total Correlation Keterangan
2. Reliabilitas
Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2009). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2009: 176). Azwar (2009) mengatakan bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford dan tersaji dalam Tabel 5.
Tabel 5 Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi 2 0,71 – 0,90 Tinggi 3 0,41 – 0,70 Cukup 4 0,21 – 0,40 Rendah 5 negatif – 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan data uji coba, telah dilakukan perhitungan menggunakan program SPSS 16.0, diperoleh perhitungan reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus koefisien Alpha
Cronbach, yaitu 0,721.
Tabel 6
Koefisien Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items N of subjek
.721 48 61
Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach, yakni 0.721, dengan mengacu pada tabel 5 kriteria Guilford dapat disimpulkan bahwa reliabilitas kuesioner termasuk tinggi.
Berdasarkan uji reliabilitas terhadap 38 item diperoleh hasil uji reliabilitas sebesar 0,864.
Tabel 7
Koefisien Reliabilitas Instrumen (sesudah itu item tidak valid di drop)
Berdasarkan tabel 7 di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil uji reliabilitas instrumen setelah seleksi item yaitu 0,864. Apabila hasil uji reliabilitas instrumen tersebut dikonsultasikan mengacu kriteria Guilford, maka reliabilitas kuesioner berada pada kategori tinggi.
E. Prosedur Pengumpulan dan Teknik Analisis Data
1. Persiapan dan Pelaksanaan
Tahap-tahap dalam pengolahan data, yaitu :
a. Menyusun kuesioner atau skala Self Regulated Learning bagi Mahasiswa.
b. Menentukan responden, yakni mahasiswa semester 6 prodi BK USD.
c. Pengujian instrument oleh ahli (expert judgment), yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi pada saat bimbingan.
d. Pengujian empirik validitas dan reliabilitas kuesioner.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
e. Menganalisis data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner.
f. Pengambilan data melalui kuesioner kepada mahasiswa semester 6 prodi BK USD.
g. Melakukan analisis data yang telah terkumpul.
2. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2012: 207) mengatakan bahwa analisis data
merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
Langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:
a. Menentukan skor dan pengolahan data
b. Menentukan kategori
Kategorisasi tingkat self regulated learning mahasiswa semester 6 prodi BK USD disusun berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu dalam kelompok- kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2012:148). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari yang sangat rendah sampai dengan yang sangat tinggi.
Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (Azwar, 2012:148). Berdasarkan kriteria kategorisasi tersebut peneliti mengelompokkan tingkat self regulated learning mahasiswa prodi BK USD angkatan 2012 ke dalam lima kategori : sangat rendah, rendah, sedang, sedang, tinggi dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 8
Norma Kategorisasi tingkat Self Regulated Learning
Norma/ Kriteria Skor Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Keterangan :
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala.
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala.
Standar deviasi ( : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.
(mean empiris) : Rata-rata empiris skor
maksimum
dan minimum
Kategorisasi di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokkan tinggi rendah tingkat self regulated learning mahasiswa prodi BK angkatan 2012 dengan jumlah item = 38, diperoleh unsur perhitungan capaian skor item sebagai berikut:
( = = 114 deviasi standar =Xt-Xr
= 190-38 =152
Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai 152/6 = 25 (dibulatkan).
Standar deviasi ( : 25 (mean empiris) : 114
Hasil perhitungan analisis data skor item self regulated
learning disajikan dalam norma kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 9
Kategorisasi skor item instrumen self regulated learning
Norma skor Rentang skor
Kategori
Sangat Rendah
69-98 Rendah
99-128 Sedang
129-158 Tinggi
Sangat Tinggi
Berdasarkan norma kategori pada tabel 9, ditetapkan pengelompokkan tinggi rendah skor butir self regulated learning pada mahasiswa prodi BK angkatan 2012 dengan jumlah subyek 61, diperoleh perhitungan skor item sebagai berikut :
( = = 183 deviasi standar =Xt-Xr
= 305-61 =244
Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai
244/6 = 41 (dibulatkan).
Skor minimum teoritis : 61 Standar deviasi ( : 41 (mean empiris) : 183
Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat self regulated learning mahasiswa prodi BK angkatan 2012 sebagai berikut.
Tabel 10
Kategorisasi skor subjek instrumen self regulated learning
Norma skor Rentang skor Kategori
Sangat Rendah
110-158 Rendah
159-206 Sedang
207-255 Tinggi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian, pembahasan dan usulan topik-topik pelatihan pengembangan kepribadian mahasiswa II. Penyajian hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Tingkat Self Regulated Learning pada Mahasiswa Angkatan 2012 Program Studi Bimbingan dan Konseling USD.
Tujuan pertama penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat
self regulated learning mahasiswa angkatan 2012 prodi Bimbingan
dan Konseling USD. Berdasarkan analisis data tingkat tingkat self
regulated learning mahasiswa angkatan 2012 prodi Bimbingan dan
Konseling USD tampak pada tabel 11 dan dalam grafik 1.
Tabel 11
Kategorisasi Tingkat Self Regulated Learning pada Mahasiswa Angkatan 2012 Program Studi Bimbingan dan Konseling USD
Tahun Ajaran 2014/2015
Rentang skor Kategori Frekuensi Prensentase < 109 Sangat Rendah - 0 %
110-158 Rendah - 0%
159-206 Sedang 10 16%
207-255 Tinggi 46 75%
>256 Sangat Tinggi 5 9%
Data tabel di atas menunjukkan bahwa dari keseluruhan mahasiswa yang di teliti:
a. 0 (0%) mahasiswa yang memiliki tingkat self regulated learning yang sangat rendah.
b. 0 (0 %) mahasiswa yang memiliki tingkat self regulated learning yang rendah.
c. 10 (16%) mahasiswa memiliki tingkat self regulated learning yang sedang.
d. 46 (75%) mahasiswa memiliki tingkat self regulated learning yang tinggi.
Dalam perspektif grafis, komposisi dan sebaran subjek berdasarkan tingkat self
regulated learning -nya tergambar sebagai berikut:
Gambar 1. Presentase Tingkat self regulated learning pada mahasiswa angkatan 2012
Program Studi Bimbingan dan Konseling USD Tahun Ajaran 2014/2015.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar (87%) mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Bimbingan dan Konseling Tahun Ajaran 2014/2015 memiliki self
regulated learning dalam kategori tinggi.
2. Butir-butir pengukuran self regulated learning manakah yang teridentifikasi rendah menunjukkan bawa butir item-item tersebut bisa dijadikan sebagai topik dalam modul Self Transformation Training. Adapun hasil analisis item tampak pada Tabel 12.
16%
75% 9%
Self Regulated Learning Mahasiswa
Tabel 12
Kategori Skor Item Self Regulated Learning pada Mahasiswa Prodi BK Angkatan 2012
Rentang item dengan skor yang berada dalam kategori rendah berjumlah 1, dan item dengan skor yang berada dalam kategori sangat rendah berjumlah 0.
Item-item yang masuk dalam kategori rendah hingga sangat rendah, diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 13
Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Sangat Rendah dan Rendah
Berdasarkan butir-butir item yang teridentifikasi
kemunculannya rendah hingga sedang dalam aspek mengatur diri dalam belajar, self efficacy, mengevaluasi belajar, berminat pada tugas intrinsik, kemampuan mahasiswa dalam merencanakan belajar.
Berdasarkan butir-butir item yang terindentifikasi rendah peneliti memberikan usulan topik-topik Self Transformasion Day yang No. Aspek No dan pernyataan item
1 Self efficacy 5. Bagi saya mengeluh sewaktu mengerjakan tugas akademik yang sulit adalah hal yang wajar
7.Saya cepat jenuh dan bosan ketika belajar semalam suntuk
6. Saya memiliki motivasi yang tinggi untuk membaca buku tambahan agar dapat
memperluas wawasan. 5. Self efficacy 13. Saya memandang tugas yang
sulit sebagai hambatan dalam
dimaksudkan untuk meningkatkan self- regulated learning mahasiswa agar lebih baik lagi.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian, observasi dan wawancara tampak perilaku mahasiswa prodi BK USD angkatan 2012 memiliki self
regulated learning yang tinggi. Hasil tersebut dilihat dari presentase
mahasiswa yang berada dalam kategori tinggi lebih banyak dibandingkan mahasiswa yang berada dalam kategori sedang hingga sangat rendah. Hal ini berarti bahwa sebagian mahasiswa memiliki orientasi tujuan dalam belajar, sehingga mahasiswa dapat meregulasi dirinya sendiri dalam belajar dengan baik.
Pada awal penelitian, peneliti menduga bahwa mahasiswa prodi BK USD angkatan 2012 memiliki self regulated learning yang rendah. Namun setelah diadakan penelitian, ternyata hasil penelitian tidak sejalan dengan dugaan semula. Self- regulated learning mahasiswa prodi BK USD angkatan 2012 tergolong dalam kategori tinggi. Berdasarkan data hasil penelitian terdapat beberapa mahasiswa yang self regulated learning nya tergolong dalam kategori sedang sebanyak 10 (16%) mahasiswa, kategori tinggi sebanyak 46 (75%) dan kategori sangat tinggi sebanyak 5 (9%) mahasiswa.
mahasiswa yang tergolong rendah. Butir item yang terindentifikasi kemunculannya rendah hingga sedang yakni :
1. Bagi saya mengeluh sewaktu mengerjakan tugas akademik yang sulit adalah hal yang wajar asal saya bertanggung jawab untuk mengerjakan tugas sampai selesai.
2. Saya memiliki motivasi yang tinggi untuk membaca buku tambahan agar dapat memperluas wawasan.
3. Saya cepat jenuh dan bosan ketika belajar semalam suntuk.
4. Saya berusaha menuangkan kembali pemahaman yang saya peroleh dari aktivitas belajar dengan menuliskan ringkasan materinya.
5. Saya memandang tugas yang sulit sebagai hambatan dalam proses belajar saya.
6. Jadwal belajar saya susun dengan proposional.
Self regulated learning adalah kemampuan seseorang dalam
jadwal belajar yang tidak tersusun secara proposional inilah yang membuat mahasiswa sering merasa jenuh dan bosan ketika harus belajar semalam suntuk. Hal ini sejalan dengan pengamatan peneliti yang melihat bahwa ada beberapa mahasiswa prodi BK angkatan 2012 yang mengerjakan tugas take home pengganti ujian dalam waktu 2 jam sebelum batas waktu pengumpulan tugas. Kebiasaan menunda-nunda dan mengerjakan dengan sistem kebut semalam sudah mendarah daging pada mahasiswa, maka tak heran apabila item yang terindentifikasi kemunculannya rendah adalah item Saya cepat jenuh dan bosan ketika belajar semalam suntuk. Item tersebut terindentifikasi rendah akibat kebiasaan mahasiswa yang sering menunda-nunda dalam mengerjakan tugas dan kebiasaan belajar serta strategi belajar yang buruk. Kebiasaan belajar yang baik dan strategi belajar yang tepat sesuai dengan diri mahasiswa dapat membantu mereka untuk menyelesaikan tugas akademik dari dosen dengan tepat waktu.
Self regulated learning mahasiswa prodi BK USD angkatan 2012
sebagi berikut. Pertama, individu membutuhkan pengetahuan tentang dirinya, subjeknya, tugasnya dan strategi-strategi untuk belajar, dan konteks-konteks yang pembelajarannya akan mereka terapkan. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang semakin banyak dan beragam akan semakin membantu individu dalam melakukan self regulated learning. Contohnya, pengetahuan tentang dirinya yang baik akan mempermudah mahasiswa dalam menyesuaikan jam belajarnya dan strategi-strategi yang digunakan untuk belajar, sehingga mahasiswa mampu membuat perencanaan untuk mengatur waktu belajarnya yang tepat tanpa mengalami jenuh dan bosan ketika belajar semalam suntuk. Mahasiswa yang memiliki self regulated learning yang tinggi akan membuat perencanaan untuk mengatur jadwal dan waktu belajarnya dengan sebaik mungkin. Selain itu, mahasiswa yang memiliki self regulated learning yang tinggi pun akan menentukan orientasi tujuan belajarnya dan menentukan strategi-strategi dalam belajar guna mempermudah mereka untuk menyelesaikan tugasnya dengan tepat dan mandiri.
Kedua, motivasi mahasiswa juga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mahasiswa tersebut dalam melakukan self regulated
learning. Motivasi dalam self regulated learning merupakan pendorong
yang memiliki motivasi yang tinggi akan berusaha untuk membuat situasi belajar menjadi hal yang menarik. Selain itu, mahasiswa yang motivasi
self regulated learning tinggi biasanya memiliki need for challenge.
Dimana mahasiswa memiliki kecenderungan untuk beradaptasi dengan kesulitan yang dihadapinya pada saat mengerjakan tugas dan mengubahnya menjadi sebuah tantangan dan suatu hal yang menarik. Contoh, mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan
self regulated learning akan berusaha meningkatkan perfomansi belajar
banyak cara seperti membaca ulang materi kuliah dan menulis ringkasannya, mengerjakan tugas dengan mandiri, memiliki kegigihan dalam belajar dan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Ketiga, keberhasilan mahasiswa dalam melakukan self regulated
learning dipengaruhi juga oleh kemauan diri (volition). Kemauan
merupakan tindakan untuk menggunakan keinginan. Para pembelajar yang self regulated tahu bagaimana cara melindungi dirinya sendiri dari distraksi- mereka harus belajar, misalnya, agar mereka tidak terinterupsi.
Mahasiswa yang self regulated learning baik memiliki empat keuntungan, yaitu : pertama, ia mampu menjadi pribadi yang independen.
Kedua, ia mampu memotivasi diri agar tetap focus pada tugas ketika
Usaha yang bisa dilakukan untuk meningkatkan self regulated
learning agar semakin baik lagi yakni melakukan bimbingan dan
memantau bidang akademik setiap mahasiswa. Bimbingan belajar tersebut meliputi peningkatan motivasi belajar, pengembangan sikap dan kebiasaaan belajar yang baik (memperjelas tujuan-tujuan belajarnya, menemukan strategi-strategi belajar yang sesuai dengan dirinya).
C. Usulan Topik-Topik Self Transformation Training
Berdasarkan butir item yang terindikasi kemunculannya rendah dalam aspek mengatur diri dalam belajar, self efficacy, kemampuan mahasiswa dalam merencanakan belajar, mengevaluasi diri dalam belajar dan berminat pada tugas intrinsik.
Tabel 14
Topik-Topik Bimbingan Belajar yang Implikatif untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Mahasiswa Prodi BK USD
Angkatan 2012
Sub Aspek Item Topik
Self efficacy Bagi saya mengeluh sewaktu mengerjakan tugas akademik yang sulit adalah hal yang wajar asal saya bertanggung jawab untuk mengerjakan tugas sampai selesai.
Belajar adalah prioritasku
Mengatur diri dalam belajar
Saya memiliki motivasi yang tinggi untuk membaca buku tambahan agar dapat memperluas wawasan.
“Semangat membaca
buku agar memperluas
wawasan”
“Belajar rutin setiap hari”
Berminat pada tugas intrinsik
Saya berusaha menuangkan kembali pemahaman yang saya peroleh dari aktivitas belajar dengan menuliskan ringkasan materinya.
“Refleksi diri”
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian adalah:
1. Sebagian besar (84%) mahasiswa program studi BK USD angkatan 2012 memiliki self regulated learning yang baik. Mahasiswa-mahasiswa ini masuk dalam kategori self regulated learning tinggi dan sangat tinggi. Mahasiswa yang berada dalam kategorisasi self
regulated learning tinggi hingga sangat tinggi ini berarti memiliki
2. Terindentifikasi 6 butir item self regulated learning yang masuk dalam kategori rendah hingga sedang. Enam butir item self regulated
learning yang masuk dalam kategori rendah digunakan sebagai dasar
untuk merumuskan usulan topik-topik Self Transformation Training yang bertujuan untuk meningkatkan self regulated learning mahasiswa program studi BK USD angkatan 2012. Topik tersebut ialah:
Tabel 15
Topik-Topik Bimbingan Belajar yang Implikatif untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Mahasiswa Prodi BK USD
Angkatan 2012
Sub Aspek Item Topik
Self efficacy Bagi saya mengeluh sewaktu mengerjakan tugas akademik yang sulit adalah hal yang wajar asal saya bertanggung jawab untuk mengerjakan tugas sampai selesai.
Belajar adalah prioritasku
Mengatur diri dalam belajar
Saya memiliki motivasi yang tinggi untuk membaca buku tambahan agar dapat memperluas wawasan.
“Semangat membaca
buku agar memperluas wawasan”
“Belajar rutin setiap hari”
Berminat pada tugas intrinsik
Saya berusaha menuangkan kembali pemahaman yang saya peroleh dari aktivitas belajar dengan menuliskan ringkasan materinya.
“Refleksi diri”
B. Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti paparkan guna lebih meningkatkan self regulated learning mahasiswa prodi BK USD, yaitu :
1. Bagi Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa sebagian mahasiswa memiliki tingkat self regulated learning rendah hingga sangat rendah, akan menjadi lebih baik apabila Ketua Program Studi BK USD berkenan menyusun program-program kegiatan seperti self
transformation training yang dapat meningkatkan serta mengembangkan self regulated learning mahasiswa program studi BK USD.
2. Bagi Peneliti Lain
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2009. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar,S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Diah. 2008. Perbedaan Self Regulated Learning antara Siswa Akselerasi
dengan Siswa Reguler di Bidang Matematika. Skripsi. Semarang :
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata (tidak diterbitkan). Ellianawati dan Wahyuni, S. 2010. Pemanfaatan Model Self Regulated
Learning sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Mandiri pada Mata Kuliah Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol 6. Hal 35-39.
Friedman. 2006. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga Hudori.2013.Peranan Mahasiswa dalam Mewujudkan Wawasan Multikultural di
Lingkungan Kampus.
http://Bengkulu.kemenag.go.id/file/file/Materi/risy1386551164.pdf
26 Desember 2015)
Hurlock. E. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Latipah, Eva.2010. Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian
Meta Analisis. Jurnal Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. No.1. Vol 37
Nugroho.2006. Self Regulated Learning Anak Berbakat.
http://www.ditplb.or.id (13 Desember 2014)
Prayitno & Erman Emti. Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Santrock. 2014. Psikologi Pendidikan Educational Psychology. Jakarta: Salemba Humanika
Sardiman.2004. Interaksi & Motvasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sukardi. (2012). Metedologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara
Syah, M. 2012. Psikologi Belajar.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Syah, M. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology Active Learning Edition Edisi
Kesepuluh Bagian Kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Zimmerman, Barry J. 1989. A Social Cognitive View of Self Regulated Academic
Learning. Journal of Educational Psychology. No. 3. Vol 81. Hal. 329-339.
Washington: American Psychological Asssociation.
Zimmerman, Barry J. 1990. Self Regulated Learning and Academic Achievement :
An Overview. EDUCATIONAL PSYCHOLOGIST. No. 1. Vol 25. Hal. 3-17. Lawrence Erlbaum Associates,Inc.
Zimmerman, Barry J & Martinez-Pons, Manuel. 1990. Student Differences in Self-
Lampiran 1. Rekapitulasi Aspek dan Nomer- Nomer Item
Kuesioner Self- Regulated Learning
Kisi-kisi kuesioner Self- Regulated Learning
Lampiran 2. Kuesioner Self Regulated Learning
Disusun oleh :
Agustina Revytyas Arumsari 111114025
KUESIONER
SELF REGULATED LEARNING
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
KUESIONER SELF REGULATED LEARNING
Nama : NIM :
PENGANTAR
Di tengah kesibukan anda saat ini, perkenankan saya meminta kesediaan untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala yang ingin saya lampirkan berikut ini.
Mohon memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan perasaan anda sendiri. Jawaban anda merupakan informasi yang sangat berguna dan sangat membantu upaya merancang program-program layanan bimbingan belajar agar peserta didik menemukan cara-cara belajar sukses..Keberhasilan penelitian ini ditentukan dari kejujuran dan keterbukaan anda menjawab kuesioner ini dan bukan didapat dari kualitas belajar anda.
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Berilah tanda (√) di kolom lembar jawaban (SS) bila anda Sangat Sering
mengalami, (S) bila anda Sering mengalami, (K) bila anda Kadang- Kadang mengalami, (J) bila anda Jarang mengalami dan (TP) bila anda Tidak Pernah mengalami. Contoh :
No. PERNYATAAN SS S K J TP
1. Sayamerencanakan jadwal belajar sesuai dengan skala prioritas
√
Sebelum dikumpulkan mohon diteliti terlebih dahulu agar tidak ada jawaban yang terlewatkan. Atas kesediaan anda dalam mengisi anget ini saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Agustina Revytyas Arumsari 111114025
NO. PERNYATAAN SS S K J TP
1. Saya merencanakan jadwal belajar sesuai
dengan skala prioritas
2. Saya seharusnya memahami manfaat dan tujuan dari belajar sehingga mampu membuat saya rajin belajar
3. Saya berusaha keras untuk menghalangi rasa
bosan dan mengantuk ketika belajar
4. Saya takut dianggap bodoh oleh teman saya
sehingga saya malu bertanya kepada dosen/ teman jika saya mengalami kesulitan
5. Saya mampu mencari alternatif waktu sebagai cadangan ketika terjadi masalah dalam aktivitas belajar
6. Saya memiliki target yang ingin saya capai
dalam kegiatan belajar saya sehari-hari
7. Saya menemukan nilai-nilai kehidupan
(kejujuran, toleransi, kepedulian) dari mata kuliah yang dipelajari
8. Bagi saya mengeluh sewaktu mengerjakan tugas akademik yang sulit adalah hal yang wajar asal saya bertanggung jawab untuk mengerjakan tugas sampai selesai.
mengerjakan tugas-tugas kuliah
13. Saya berusaha menata lingkungan belajar yang
kondusif agar dapat membantu konsentrasi saya saat belajar
17. Saya berusaha menuangkan kembali pemahaman yang saya peroleh dari aktivitas belajar dengan menuliskan ringkasan materinya
NO. PERNYATAAN SS S K J TP 21. Saya terbiasa belajar semalam suntuk ketika
menghadapi ujian
22. Bagi saya duduk di bangku bagian belakang sambil bermain handphone memiliki kesenangan tersendiri saat saya mengikuti yang harus dikerjakan terlebih dahulu supaya lebih ringan beban tugasnya
25. Bagi saya belajar di tempat yang ramai dan banyak orang memiliki keasikan tersendiri asal saya bisa berkonsentrasi dengan baik selama belajar
26. Saya berusaha mengukur sejauh mana saya
mampu memahami setiap materi kuliah
27. Jadwal belajar saya susun dengan proposional
28. Saya tahu bahwa mencontek adalah perbuatan
curang sehingga saya berusaha mengerjakan tugas-tugas akademik secara mandiri
29. Saya belajar dengan tekun supaya cita-cita saya
tercapai
30 Saya acuh tak acuh dengan penggunaan
strategi belajar yang saya pakai selama ini
31. Saya membiasakan diri untuk mempelajari
materi kuliah dengan tekun
32. Keberuntungan adalah salah satu faktor yang membantu saya untuk meraih kesuksesan dalam belajar
33. Bagi saya belajar selama 30 menit tidak menjadi masalah asal saya teratur melakukannya setiap hari
34. Saya mengecek pemahaman saya dengan berlatih mengerjakan tugas-tugas yang rumit 35. Saya mampu menciptakan lingkungan belajar
NO. PERNYATAAN SS S K J TP
36. Kesuksesan dalam belajar dapat saya wujudkan dengan mudah asal saya mampu mengolah kemampuan yang saya miliki dengan baik 37. Belajar secara rutin membantu saya untuk
menyelesaikan semua materi kuliah yang rumit 38. Saya memeriksa kembali hasil pekerjaan saya
untuk memastikan saya telah mengerjakan dengan benar
39. Saya mampu mengantisipasi jam-jam yang diluar jadwal belajar
40. Saya membiasakan diri untuk belajar atas keinginan sendiri
41. Saya memahami benar gaya belajar saya sehingga saya dapat dengan mudah memenuhi syarat-syarat dalam belajar
42. Saya berusaha mengecek pemahaman saya terhadap buku yang saya baca dengan mengerjakan soal-soal yang berkaitan 43. Saya mampu memutuskan strategi belajar
(belajar kelompok, membaca buku di perpus) yang tepat dengan pribadi saya dalam
menghadapi tugas yang rumit
44. Usaha keras yang saya lakukan mampu membantu saya dalam memecahkan soal-soal ujian yang rumit
45. Saya berpartisipasi aktif selama mengikuti perkuliahan di kampus
46. Saya berusaha keras mencari literatur tambahan jika saya mengalami kesulitan belajar
47. Saya terbiasa menata kembali tempat belajar saya setelah usai melakukan aktivitas belajar 48. Saya mampu untuk mengerjakan tugas-tugas
Lampiran 4. Data Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Self Regulated Learning
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100.0
Excludeda 0 .0
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.721 48
Sesudah sepuluh item tidak valid didrop, dilakukan kembali perhitungan
reliabilitas dengan hasil sebagai berikut:
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items