• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KALOR DI KELAS X SEMESTER II MAN KISARAN T.P 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KALOR DI KELAS X SEMESTER II MAN KISARAN T.P 2013/2014."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Ika Nurjannah Sirait NIM 4102121009

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI POKOK KALOR DI KELAS X SEMESTER II MAN KISARAN

T.P 2013/2014

Ika Nurjannah Sirait (4102121009)

ABSTRAK

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X semester II MAN Kisaran yang terdiri dari 7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 7 kelas secara acak yaitu kelas X-D sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 33 orang dan kelas X-F sebagai kelas kontrol yang berjumlah 33 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 option jawaban, lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar penilaian keterampilan dan lembar penilaian afektif. Untuk menguji hipotesis digunakan uji beda (uji t), setelah uji prasyarat dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas sedangkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar penilaian keterampilan dan lembar penilaian afektif dianalisis secara deskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 39,39 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol 38,79. Pada pengujian normalitas untuk pretes diperoleh pada kelas eksperimen dengan Lhitung = 0,11083 dan Ltabel =

0,15423, untuk kelas kontrol dengan Lhitung = 0,11735 dan Ltabel = 0,15423,

sehingga diperoleh Lhitung < Ltabel, maka data kedua kelas berdistribusi normal.

Pada uji homogenitas diperoleh Fhitung= 1,474 dan Ftabel = 1,805 sehingga Fhitung <

Ftabel , maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Hasil uji t

diperoleh thitung < ttabel yaitu 0,248 < 1,998 maka H0 diterima. Kemudian diberikan

perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry

training dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Setelah

pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 77,12 dan kelas kontrol 69,39. Rata-rata nilai keseluruhan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen adalah 72,11 sedangkan rata-rata nilai keseluruhan aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol adalah 59,45. Hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,650 > 1,669 dengan taraf

signifikasi α = 0,05 dan dk = 64. Hal ini berarti H0 ditolak danHa diterima, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P. 2013/2014.

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kalor Jenis Beberapa Zat 20

Tabel 2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya 28

Tabel 3.1. Two Group Pretes Postes Design 32

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa 36

Tabel 3.3. Kriteria dan Persentase Nilai 37

Tabel 3.4. Tabel Spesifikasi Hasil Belajar 38

Tabel 4.1. Kemampuan Kognitif Siswa pada Pretes 48

Tabel 4.2.Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 49

Tabel 4.3.Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 50

Tabel 4.4.Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 50

Tabel 4.5.Ringkasan Perhitungan Uji t Pretes 51

Tabel 4.6.Kemampuan Kognitif Siswa pada Postes 51

Tabel 4.7.Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53

Tabel 4.8.Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54

Tabel 4.9.Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes 54

Tabel 4.10.Ringkasan Perhitungan Uji t Postes 55

Tabel 4.11. Rata – Rata Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 55

Tabel 4.12. Rata – Rata Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 56

Tabel 4.13. Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen

Pertemuan I,II,dan III 57

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Grafik perubahan temperature dan perubahan wujud zat

pada sebuah es 23

Gambar 2.2. Perpindahan kalor 24

Gambar 2.3. Kalorimeter 27

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian 34

Gambar 4.1. Diagram Batang Kemampuan Kognitif Siswa pada Pretes 48

Gambar 4.2. Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 49

Gambar 4.3. Diagram Batang Kemampuan Kognitif Siswa pada Postes 52

Gambar 4.4. Diagram Batang Data Postes Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 53

Gambar 4.5. Rata – Rata Persentase Penilaian Keterampilan Siswa di

Kelas Eksperimen 57

Gambar 4.6. Rata – Rata Persentase Penilaian Sikap Siswa di Kelas

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 68

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa 119

Lampiran 3 Kisi - Kisi Tes Hasil Belajar 131

Lampiran 4 Instrumen Penelitian 145

Lampiran 5 Kunci Jawaban 149

Lampiran 6 Angket Siswa 150

Lampiran 7 Wawancara Guru 153

Lampiran 8 Tabel Persiapan Menghitung Validitas Tes 155

Lampiran 9 abel Persiapan Menghitung Reliabilitas Tes 156

Lampiran 10 Tabel Persiapan Tingkat Kesukaran Tes 157

Lampiran 11 Tabel Persiapan Daya Pembeda Tes 158

Lampiran 12 Distribusi Hasil Pretes Kelas Eksperimen 159

Lampiran 13 Distribusi Hasil Pretes Kelas Kontrol 161

Lampiran 14 Distribusi Hasil Postes Kelas Eksperimen 163

Lampiran 15 Distribusi Hasil Postes Kelas Kontrol 165

Lampiran 16 Perhitungan Rata – Rata,Varians dan Standar Deviasi 167

Lampiran 17 Uji Normalitas 170

Lampiran 18 Uji Homogenitas 173

Lampiran 19 Pengujian Hipotesis 176

Lampiran 20 Pedoman Penilaian Aktivitas Belajar Siswa 179

Lampiran 21 Distribusi Data Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 180

Lampiran 22 Distribusi Data Observasi Aktivitas Kelas Kontrol 186

Lampiran 23 Pedoman Penilaian Keterampilan 192

Lampiran 24 Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen 193

Lampiran 25 Pedoman Penilaian Afektif 196

Lampiran 26 Penilaian Afektif Siswa Kelas Eksperimen 198

Lampiran 27 Penilaian Afektif Siswa Kelas Kontrol 201

Lampiran 28 Dokumentasi Penelitian 204

Lampiran 29 Daftar Nilai Kritis Uji Liliefors 211

Lampiran 30 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 212

Lampiran 31 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 213

Lampiran 32 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 215

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan

yang berkualitas sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua

potensi dirinya baik secara pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam

rangka mewujudkan potensi diri menjadi multipel kompetensi harus melewati

proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. “Menurut

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Sagala, 2009: 3).

Dengan demikian pendidikan itu ialah usaha sadar yang dilakukan oleh

keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Usaha sadar tersebut

dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang melayani siswa

dalam melakukan kegiatan belajar.

Terjadinya proses pembelajaran ditandai dengan adanya perubahan

perilaku bagi individu yang terlibat didalamnya. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan guna meninjau tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang

dilakasanakan adalah dengan mengadakan evaluasi pembelajaran. Adapun

indikator yang dijadikan sebagai acuan dalam menentukan keberhasilan suatu

proses pembelajaran pada pendidikan formal adalah tercapainya hasil belajar yang

maksimal. Namun kenyataan lapangan menunjukkan bahwa hasil yang dicapai

belum memuaskan. Salah satu mata pelajaran yang sering dihadapkan pada

(8)

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam

prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya

memahami konsep – konsep fisika semata, melainkan juga mengajarkan siswa berfikir konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains, sehingga

pemahaman siswa terhadap fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun

sebagai produk. Dalam pembelajaran fisika yang harus diperhatikan adalah

bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan (learning to know), konsep dan teori

melalui pengalaman praktis dengan cara melaksanakan observasi atau eksperimen

(learning to do), secara langsung sehingga dirinya berperan sebagai ilmuan.

Telah diketahui bersama bahwa di kalangan siswa menengah, telah

berkembang kesan bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk

dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat

dan motivasi untuk mempelajari fisika dengan senang hati. Selain itu, penggunaan

model pembelajaran yang cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa

dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar lebih

bersifat teacher centered. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan

menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat

menghitung tetapi tidak dapat mengerti konsep fisika sebenarnya. Hal ini sejalan

dengan hasil observasi di MAN Kisaran dengan memberikan angket kepada 33

siswa, sebesar 53 % menyatakan fisika adalah pelajaran yang sulit, kurang

menarik dan banyak rumus. Kenyataannya fisika merupakan ilmu yang menarik

karena semua gejala yang terjadi di alam berkaitan dengan fisika dan dapat

diterangkan dengan konsep yang sederhana. Hasil observasi menjelaskan yaitu

sekitar 52 % menyatakan bahwa cara mengajar guru cenderung menjelaskan

materi dan mengerjakan soal. Proses pembelajaran tersebut dapat menimbulkan

kebosanan sehingga peran siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif dan

siswa lebih banyak mendengarkan. Siswa juga masih takut untuk bertanya pada

guru jika ada materi yang tidak dipahami karena terbiasa pasif menerima apa yang

diberikan guru.

Hasil wawancara dengan Ibu Dra. Irma Seriati mengatakan bahwa metode

(9)

menyampaikan materi pelajaran, guru menjelaskan pelajaran di depan kelas dan

memberikan ringkasan materi dengan mencatatnya di papan tulis dan siswa

menyimak penjelasan guru serta mencatat hal penting dari materi yang diajarkan.

Hasil belajar yang dicapai siswa juga tergolong rendah, 50 % siswa yang dapat

memenuhi standar nilai ketuntasan minimum yaitu 74, sehingga harus dilakukan

remedial agar seluruh siswa dapat dinyatakan tuntas terhadap materi yang

dipelajari. Hasil wawancara diperoleh bahwa sarana dan prasarana laboratorium di

MAN Kisaran cukup lengkap tetapi belum digunakan secara maksimal karena

keterbatasan waktu sehingga siswa jarang melakukan praktikum secara langsung

di laboratorium.

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menerapkan

model pembelajaran inquiry training. Menurut Joice, et al., (2009 : 201)

menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry training dirancang untuk

membantu siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan – latihan

yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang

singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual

dan keterampilan yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan

menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.

Model pembelajaran inquiry training ini mengharapkan siswa untuk

berperan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari

dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya

mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat

menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Inquiry training

dimulai dengan menyajikan masalah yang memerlukan jawaban siswa. Siswa –

siswa yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban

masalah tersebut. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk menciptakan

proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan dengan cara bersikap

ramah dan bersahabat kepada siswa sehingga siswa tidak memiliki rasa takut

untuk berbicara. Melalui proses pembelajaran ini, siswa difasilitasi untuk berfikir

(10)

adalah memfasilitasi siswa untuk meneliti, bukan melakukan penelitian untuk

siswa. Jika guru ditanyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan kata “ya”

atau “tidak”, maka guru harus meminta siswa untuk menyusun kembali

pertanyaannya agar siswa bisa melanjutkan upayanya untuk mengumpulkan data

dan menghubungkannya pada permasalahan, dengan demikian akan terjadi

komunikasi yang baik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Salah satu konsep yang membutuhkan keterlibatan siswa dalam berbagai

aktivitas dan membuat siswa lebih aktif adalah konsep kalor. Konsep kalor

tersebut memerlukan pemikiran dan penjelasan melalui penalaran.

Dengan penalaran tersebut siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi serta

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan model pembelajran inquiry training mampu meningkatkan

hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian Jeliana (2011) diperoleh nilai rata – rata pretest 25,7 setelah diberi perlakuan yaitu dengan model pembelajaran inquiry

training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata – rata 74,63 dengan

judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X Semester 1 di SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan T.P 2011/2012”. Selain ada peningkatan, ada kelemahan dalam

penelitian ini. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah kurang mampu

mengontrol kelas saat melaksanakan diskusi kelompok sehingga kondisi kelas

menjadi tidak kondusif. Peneliti juga mengalami kesulitan ketika membimbing

siswa untuk melakukan percobaan sendiri dan mencari fakta yang relevan karena

siswa kurang terbiasa melakukan percobaan secara mandiri.

Untuk mengatasi itu, peneliti menambah fasilitator untuk membantu siswa

agar pembelajaran lebih terarah dan efektif. Dengan adanya fasilitator yang

mengecek dan mengarahkan siswa dalam percobaan akan membuat siswa lebih

percaya diri.

Dari hasil penelitian Harahap (2012) dengan judul ”Pengaruh Model

Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok

Suhu dan Pengukuran di Kelas VII Semester 1 MTs N 2 Medan T.P 2012/2013”,

(11)

pembelajaran inquiry training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai

rata-rata 70,37. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah kurang fahamnya

siswa membuat pertanyaan yang mengandung jawaban ”ya” atau ”tidak”. Selain

itu, kesulitan yang dihadapi peneliti adalah adanya siswa yang tidak serius dan

ribut pada saat melakukan percobaan karena siswa kurang terbiasa dalam

melakukan percobaan.

Untuk memperbaiki kelemahan tersebut peneliti akan menyampaikan

kepada siswa jenis pertanyaan yang digunakan dalam belajar dengan model

inquiry training dan membuat perencanaan terlebih dahulu dalam pengorganisasian kelompok dengan mempersiapkan 6 kelompok dan berusaha

membimbing serta mengarahkan situasi belajar yang kondusif sehingga siswa

menjadi terbiasa saat melakukan percobaan dan diskusi .

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Kalor di Kelas X Semester II MAN

Kisaran T.P 2013/2014”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Siswa menganggap pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit, kurang

menarik dan banyak rumus.

2. Peran siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif dan siswa lebih banyak

mendengarkan.

3. Siswa masih takut untuk bertanya pada guru.

4. Guru menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode

ceramah dan metode tanya jawab.

5. Hasil belajar fisika yang diperoleh siswa masih rendah.

6. Sarana dan prasarana laboratorium cukup lengkap tetapi belum digunakan

(12)

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang dibahas dan keterbatasan

waktu penelitian serta keterbatasan kemampuan dari penulis sendiri, maka

masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry

training yang diharapkan dapat mengaktifkan peran siswa, meningkatkan

aktivitas bertanya siswa, meningkatkan hasil belajar siswa dan

memaksimalkan penggunaan laboratorium sehingga pelajaran fisika menjadi

lebih menarik.

2. Materi pelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah kalor.

3. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MAN Kisaran T.P 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran

T.P 2013/2014?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran

konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran

T.P 2013/2014?

3. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X

semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014?

4. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II

MAN Kisaran T.P 2013/2014?

5. Bagaimana pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil

belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran

(13)

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X semester II

MAN Kisaran T.P 2013/2014.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran

konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran

T.P 2013/2014.

3. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor

di kelas X semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014

4. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok kalor di kelas X

semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014

5. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap

hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN

Kisaran T.P 2013/2014.

1.6. Manfaat Penelitiaan

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian adalah :

1. Sebagai bahan informasi hasil belajar menggunakan model pembelajaran

inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas

X semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014.

2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran.

1.7. Definisi Operasional

Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang

dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui

latihan - latihan yang bertujuan mengembangkan disiplin dan mengembangkan

keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan

(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan analisa data serta

pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry

training pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P

2013/2014 yaitu pada ranah kognitif dengan nilai rata-rata posttest sebesar

77,12 yang menenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yakni 74

sebesar 85% dengan kriteria sangat baik, pada ranah keterampilan sebesar

72,11% dengan kriteria baik, dan pada ranah sikap sebesar 62,33% dengan

kriteria baik.

2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional

pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P

2013/2014 yaitu pada ranah kognitif dengan nilai rata-rata posttest sebesar

69,39 yang menenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yakni 74

sebesar 48,5% dengan kriteria cukup baik, pada ranah keterampilan

sebesar 59,45% dengan kriteria cukup baik, dan pada ranah sikap sebesar

55,60% dengan kriteria cukup baik.

3. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry

training pada pertemuan I sebesar 68,89, pada pertemuan II sebesar 72,3,

pada pertemuan III sebesar 75,14, dengan rata – rata nilai keseluruhan

sebesar 72,11 dengan kriteria aktif.

4. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional

pada pertemuan I sebesar 51,30, pada pertemuan II sebesar 60,40, pada

pertemuan III sebesar 66,67 , dengan rata – rata nilai keseluruhan 59,45

dengan kriteria cukup aktif .

5. Ada pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar

siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P

(15)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti

mempunyai beberapa saran, yaitu :

1. Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebaiknya menambahkan

beberapa observer untuk membantu siswa agar pembelajaran lebih terarah

dan mampu mengawasi serta mengamati siswa dalam mengumpulkan data

verifikasi dan eksperimentasi.

2. Selama proses pembelajaran berlangsung sebaiknya lebih memperhatikan

(16)

RIWAYAT HIDUP

Ika Nurjannah Sirait dilahirkan di Tanjung Alam pada tanggal 24

September 1992. Ayah bernama Abdul Roni Sirait dan Ibu bernama Ngatinah

dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1998 penulis

masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 060871 Medan kemudian pindah pada tahun

2000 ke SD Negeri 014672 Tanjung Alam Kabupaten Asahan dan lulus pada

tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah di MTs Negeri Kisaran

Kabupaten Asahan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis

melanjutkan sekolah di MAN Kisaran Kabupaten Asahan dan lulus pada tahun

2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Negeri Medan sebagai

salah satu mahasiswa di Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika

Gambar

Gambar 2.1. Grafik perubahan temperature dan perubahan wujud zat  pada sebuah es
Tabel Persiapan Menghitung Validitas Tes  abel Persiapan Menghitung Reliabilitas Tes  Lampiran 10 Tabel Persiapan Tingkat Kesukaran Tes

Referensi

Dokumen terkait

diangkat sebagai kepala sekolah adalah guru yang telah mempunyai sertifikasi. dan pengalaman kerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope , sehingga

Akan tetapi, informasi pada situs OGSA-DAI sebagai acuan utama penulis tidak diberikan secara detil dalam hal pustaka yang terkait dengan sistem operasi dan paket GT yang

Presentase daya tarik siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca cermat dengan pemanfaatan sumber belajar digital juga mengalami peningkatan

The Ministers referred to the Memorandum of Understanding on the ASEAN Power Grid, signed in Singapore, 23 August 2007, as the umbrella of the implementation of the

Selain sebagai langkah pengurangan penggunaan plastik, pelaku bisnis laundry dapat menggunakan tas Lacaca ini sebagai media promosi untuk menarik pelanggan

[r]

1 Menampilkan data secara detail dari baris data yang dipilih pada halaman lokasi atau hasil pencarian Halaman lokasi Pengguna meng-klik link ‘View’ Menampilkan