• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PENETAPAN aminofilin titrasi argentometri volhard FIX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PENETAPAN aminofilin titrasi argentometri volhard FIX"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II

PENETAPAN KADAR AMINOFILIN DENGAN METODE

TITRASI ARGENTOMETRI VOLHARD

Oleh : Kelompok 9

Ayi Nurdin (31114006)

Desy Cahyalaelani (31114011)

Fajar Mubarrok (31114018)

Farmasi 3A

PRODI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI

TUNAS HUSADA

(2)

A. Waktu Praktikum

Hari : Selasa

Tanggal : 14 Maret 2017

Nomer Sampel : 17 C

B. Tujuan

Mengetahui kadar sampel aminofilin secara kuantitatif dengan

menggunakan metode titrasi argentometri volhard .

C. Prinsip Dasar

Pembetukan AgNO3 berlebih kedalam sampel. Setelah

pembentukan endapan, sisa AgNO3 yang tidak bereaksi dengan analit

dititrasi dengan larutan tiosianat membetuk endapan AgSCN, dan

kelebihan SCN akan bereaksi dengan Fe3+dari indikator Fe(NH 4)2SO4

membentuk warna merah coklat.

Kadar aminopilin ditentukan dengan titrasi argentometri karena

strukturnya memiliki atom hydrogen yang dapat lepas, sehingga dapat

bereaksi dengan AgNO3 membentuk endapan.

D. Dasar Teori

Xantin merupakan turunan ilmiah purina. Senyawa xantin yang

banyak digunakan adalah kafein, teobromin, aminofilin dan teofilin.

(3)

dalam 2 : 1 rasio. Etilendiamin baik dalam kelarutan, dan aminofilin yang

biasanya ditentukan sebagai anhidrat.

E. Monografi Sampel

AMINOPHYLLINUM (FI Edisi IV halaman 90)

Teofilina Etilendiamin

N

N N N

O

O H3C

CH3

H

2

H2N

NH2

BM : 420,43

Pemerian : butir atau serbuk, putih atau agak kekuningan, bau lemah mirip

amoniak, rasa pahit.

Kelarutan :larut dalam lebih kurang 5 bagian air, praktis tidak larut dalam

etanol (95%) dan dalam eter.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Khasiat :bronkodilator, antispasmodikum, diuretikum.

(4)

F. Alat dan Bahan a. Alat

1. Erlenmeyer

2. K l e m d a n

statif

3. Buret

4. Pipet volume

25 ml

5. Pipet volume

10 ml

6. Labu ukur 50

ml

Bahan 1. Sampel

amonofilin

2. KCNS 0, 1 N

3. AgNO3

4. Indikator

ferialuin 1%

5. K2CrO4

6. NaCl 0,1N

(5)

G. Prosedur Kerja 1. Isolasi Sampel

2. Pembakuan Larutan AgNO3

Sampel larutkan dalam air

sentrifugasi Vortex

Sentrat Residu

Tambah air vortex dan sentrifugasi Uji Kualitatif FeCl3

(+) merah

Sentrat Residu

Uji dengan FeCl3

Tambahkan air, sentrifugasi

Sampai pada residu tidak mengandung aminophilin

Diambil larutan NaCl 10 ml

Masukkan kedalam erlenmeyer

(6)

Di uji dengan HCL untuk mengeahui hasil filtrat masih terdapat endapan atau tidak

Disaring dan dicuci dengan HNO3

Masih terdapat endapan cuci kembali dengan air panas sampai tidak terdapat endapan

Setelah tidak terdapat endapan, kemudian ditambahkan indikator ferialuin dan di titrasi dengan KCNS

Titrasi berlangsung sampai terbentuknya endapan merah coklat 3. Pembakuan larutan kalium tiosianat

4. Penetapan kadar sampel

Titrasi dengan AgNO3 sampai terbentuknya endapan merah coklat

Diambil 10 ml larutan AgNO3 secara kuantitatif

ditambahkan 5 ml HNO3, ditambahkan indikator ferialuin

Titrasi dengan larutan KSCN sampai terjadi iendapan merah coklat

Diambil 10 ml sampel secara kuantitatif

Dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan AgNO3 berlebih

(7)

H. Data hasil pengamatan 1. Pembakuan AgNO3

Berat NaCl (mg) Volume AgNO3 (mL)

29,25 10,2

29,25 10,2

29,25 10,3

Rata-rata 10,2333

2. Pembakuan KSCN

Volume AgNO3 (mL) Volume KSCN (mL)

10 10,1

10 10,2

10 10,1

Rata-rata 10,13

3. Penentuan Kadar Aminofilin

Volume Sampel (mL) Volume KSCN (mL)

10 23,5

10 23,5

10 23,4

Rata-rata 23,46

Perhitungan

1. Pembakuan AgNO3

N AgNO3= BENaClxVolumemgNaCl

= 29,25mg

(8)

= 0,0488 N

2. Pembakuan KSCN

VKSCNx N KCNS= V AgNO3 x N AgNO3

NKSCN= V AgNO3x NAgNO3

VKSCN

= 10x0,0488

10,13

= 0,0481 N

3. Penentuan Kadar Sampel

a.) Volume AgNO3 yang bereaksi dengan KSCN

VAgNO3 x N AgNO3 = VKSCN x NKSCN

V AgNO3 = VKSCNxKSCN

N AgNO3

= 23,46x0,0481

0,0488

= 23,1229 mL

b) Volume AgNO3 yang bereaksi dengan sampel

V AgNO3 yang bereaksi dengan sampel = VAgNO3 berlebih – VAgNO3 yang bereaksi dengan KSCN

= 25ml – 23,1229 ml

(9)

c) Kadar Sampel

Vsampel x Nsampel = VAgNO3 x NAgNO3

Nsampel = 0,0488x1,8771

10

= 0,00916 N

d) Gram Analit

Nsampel = gram

BExV

Gram = N x BE x V

=0,00916 X 420,43 X 0,05

= 0,1925 g

e) % Kadar

Kadar = gramanalit

gramsampelx100

= 0,1925

1,5 X100

= 12,83 %

Jadi kadar aminopilin pada sampel 17 C sebesar 12,83 %

(10)

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai penentuan kadar

aminofilina pada sampel17 C. Sampel yang didapat berupa tablet yang sudah digerus menjadi serbuk.

Penentuan kadar sampel17 C (aminofilina) ini mengguanakan titrasi argentometri metode volhard. Prinsip dari titrasi argentometri yaitu

pengendapan perak nitrat yang tidak larut.

Dalam struktur aminofilina terdapat gugus H yang terikat pada

atom N pada cicin heterosiklik yang terkandung dalam struktur

aminofilina, gugus H ini dapat disubstitusi oleh gugus ion Ag+ sehingga

terjadi endapa perak nitrat. Oleh karena itu aminofilina ini dapat diketahui

kadarnya dengan titrasi argentometri metode volhard.

Dalam Farmakop e edisi IV, aminofilin memiliki kelarutan yaitu

larut dalam lebih kurang 5 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol

(95%) dan dalam eter. Agar dapat mempermudah melarutkan aminofilin

pada sampel, maka dicari pelarut yang paling larut pada aminofilina, yaitu

air. Oleh karena itu dalam praktikum digunakan aquadest sebagai pelarut

sampel, lalu divortex dan disentrifugasi agar dapat mengendapan dengan

sempurna zat-zat tambahan pada tablet.

Pada penimbangan sampel ditimbang 1,5 gram yang diperkirakan

dengan perhitungan kadar 3%. Pada pelarutan aminofilina dilakukan 3 kali

(11)

Sebelum dilakukan penetapan kadar sampel dilakukan terlebih

dahulu pembakuan AgNO3 oleh NaCL dan pembakuan larutan tiosianat

dengan menggunakan larutan AgNO3.

Untuk pembakuan AgNO3 terjadi sebagai berikut:

AgNO3 + NaCL AgCL + NaNO3

Ag+ beraksi dengan Cl- yang akan menghasilkan endapan putih

AgCl, ketika Cl- telah habis berekasi dengan Ag+ maka Cl- tersebut akan

bereaksi dengan indikator kromat membentuk warna merah coklat hal

tersebut menandai telah tercapainya titik akhir tittrasi.

AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + KNO3

Reaksinya Pembakuan larutan tiosianat:

Ag+

(aq) + SCN-(aq) ↔ AgSCN(s)↓ (putih)

Ag+ beraksi dengan SCN- yang akan menghasilkan endapan putih

AgCNS, ketika Ag+ telah habis berekasi dengan SCN- maka SCN- tersebut

akan bereaksi dengan indikator feriaulin membentuk warna merah coklat

hal tersebut menandai telah tercapainya titik akhir tittrasi.

Reaksinya adalah:

Fe3+ + 6 SCN [Fe(SCN) 6]3

Pada penetapan kadar sampel ditambahkan AgNO3 berlebih yang

akan membentuk endapan perak. Agar proses pengendapan terjadi dengan

(12)

endapan, lalu segera disaring, dan diuji kualitatif menggunakan HCL pekat

pada tetesan terakhir, jika terdapat endapan putih pada uji kualitatif maka

dilakukan penambahan aquadest panas pada kertas saring yang digunakan

tadi untuk melarutkan semua filtratnya. Setelah uji kualitatifnya tidak ada,

lalu ditambahkan HNO3 encerpada kertas saring tadi. Penambahan HNO3

encer ini bertujuan untuk mengasamkan filtrat, dikarenakan pada titrasi

argentometri metode volhard ini dilakukan pada keadaan asam pada

rentang pH 2-3, karena jika pada keadaan basa maka akan terbentuk

endapan Ag(OH), sehingga titik akhir tidak dapat ditentukan. Kemudian

dilakukan titrasi dengan menggunakan peniter KCNS dan indikator

feriaulin sampai terbentuknya endapan berwarna merah coklat. Sisa perak

yang tidak bereaksi dengan analit akan bereaksi dengan SCN- yang akan

membentuk endapan AgSCN. Setelah Ag+ telah bereaksi semua dengan

SCN-, SCN- tersebut akan bereaksi dengan indikator, dimana Fe3+ dengan

SCN- akan membentuk Fe(SCN)

3 yang akan menghasilkan warna merah.

(13)

Sisa AgNO3 + SCN- AgSCN + NO

3-SCN- + Fe3+ Fe(SCN) 3

Sehingga didapatkan kadaraminopilin pada sampel sebesar 12,83%

J. Kesimpulan

Jadi kadar aminofilin pada sampel dengan nomor 17 C sebesar 12,83%

K. Daftar Pustaka

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Deepartemen Kesehatan Republik Indonesia

Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib Ginanjar. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar Cl (klorida) dan Br (brome) dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO 3 dengan indikator K 2 CrO 4 titrasi

Selanjutnya ditentukan volume NaOH yang bereaksi dengan sampel dengan cara mengurangi volume NaOH yang ditambahkan dengan volume NaOH yang bereaksi dengan titran dan volume

Apabila penampung destilat yang digunakan adalah larutan asam sulfat, maka sisa asam sulfat yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi dengan NaOH 0,025 N menggunakan

Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula/mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir.. Larutan

Alkalimetri adalah analisis yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar dan bentuk titrasi berdasarkan reaksi netralisasi antara zat titran dan zat yang akan

Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika

Kadar klorida dalam air minum isi ulang ditetapkan dengan metode Argentometri Mohr yaitu dengan menggunakan larutan standar AgNO 3 dan indikator K 2 CrO 4 , titik akhir

1. Mahasiswa dapat membuat larutan baku AgNO3 0,01 N yang diperlukan untuk titrasi 2. Mahasiswa dapat membuat larutan baku NaCl 0,01