• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEMAMPUAN BERPERILAKU ASERTIF MAHASISWA MANGGARAI (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota

IKAMAYA Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018 dan Usulan Topik-Topik yang Relevan untuk Meningkatkan Kemampuan Berperilaku Asertif)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Mariana Agnonika Tatus 141114043

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSANA ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Manusia bisa bahagia bisa tidak adalah

Tergantung pilihannya sendiri

Abraham Linclon

Dengarkanlah,

kalau tidak lidahmu akan membuatmu tuli

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan karya ini untuk, Tuhan Yang Maha Esa

Universitas Sanata Dharma

Program Studi Bimbingan dan Konseling Komunitas IKAMAYA

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 anggota IKAMAYA Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018 dan Usulan Topik-Topik yang Relevan untuk Meningkatkan Kemampuan Berperilaku Asertif)

Mariana Agnonika Tatus Universitas Sanata Dharma

2018

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berperilaku asertif dan mengusulkan topik-topik bimbingan yang relevan untuk meningkatkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 yang menjadi anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Manggarai angkatan 2014 yang menjadi anggota IKAMAYA yang berjumlah 91 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner asertif yang disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan berperilaku asertif. Kuesioner asertif memuat 42 butir item dengan 4 alternatif jawaban, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 mahasiswa (14,29%) memiliki tingkat kemampuan berperilaku asertif yang sangat tinggi, 63 mahasiswa (69,23%) memiliki tingkat kemampuan berperilaku asertif yang tinggi, 15 mahasiswa (16,48%) memiliki tingkat kemampuan berperilaku asertif yang sedang, dan tidak ada mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan berperilaku asetif yang rendah dan sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terdapat 15 mahasiswa yang memiliki kemampuan berperilaku asertif sedang yang menjadi dasar dalam penyusunan topik-topik bimbingan yang relevan untuk meningkatkan kemampuan berperilaku mahasiswa Manggarai.

Kata Kunci: Kemampuan berperilaku asertif, karakteristik orang Manggarai, mahasiswa, dewasa awal.

(9)

ix ABSTRACT

The Assertive Behavior Skill of Students Originated from Manggarai (A Deskriptive Study on Students Originated from Manggarai, year 2014,

member of IKAMAYA Yogyakarta in Academic Year 2017/2018 And The Proposed Topics That Relevant to Improve the Assertive Behavior)

Mariana Agnonika Tatus Sanata Dharma University

2018

The purpose of this study was to describe the assertive behavior skill, and propose relevant guidance topics to improve the assertive behavior skill of students that originated from Manggarai, year 2014 who are members of IKAMAYA within 2017/2018 academic year. The type of this research was descriptive research with survey methods.

The study population was all Manggarainese students, year 2014, who were members of IKAMAYA, with total 91 students. The instrument used in this study was an assertive questionnaire that was arranged based on aspects of assertive skill. The assertive questionnaire contains 42 items with 4 alternative answers, namely very high, high, low, and very low.

The results showed that 13 students (14.29%) had high assertive behavior level, 63 students (69.23%) had high assertive behavior level, 15 students (16.48%) had medium assertive behavior level, and no student who has low and very low assertive behavior skill. Based on the research results, there were 15 students who have the ability to behave assertively as the basis in the relevant guidance topics preparation to improve the assertive behavior for students originated from Manggarai.

Keywords: assertive behavior skill, characteristics of people originated from Manggarai; students, early adults.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis mendapat banyak pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini, baik pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang kurang menyenangkan. Semua pengalaman itu menjadi pelajaran yang amat penting dalam perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa semua pengalaman yang dialami saat mengerjakan skripsi ini merupakan bagian dari perjalanan perkembangan diri penulis dan tentunya atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Skripsi ini diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. R. H. Dj. Sinurat, M.A., selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dan kerja keras dalam memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada penulis selama mengerjakan skripsi.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN MOTTO……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTIANGAN AKADEMIS……….. vii

ABSTRAK………. viii

ABSTRACT……….. ix

KATA PENGANTAR……… x

DAFTAR ISI……….. xii

DAFTAR TABEL……….. xv

DAFTAR DIAGRAM……….... xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN……… 1 A. Latar Belakang……… 1 B. Identifikasi Masalah……… 5 C. Batasan Istilah………. 5 D. Rumusan Masalah……… 6 E. Tujuan Penelitian………. 6 F. Manfaat Penelitian……… 6

(13)

xiii

G. Definisi Istilah………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 9

A. Mahasiswa sebagai Dewasa Awal……… 9

1. Pengertian Dewasa Awal……….. 9

2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal………. 10

B. Karakteristik Orang Manggarai………. 11

C. Kemampuan Berperilaku Asertif……….. 12

1. Pengertian Kemampuan Berperilaku Asertif……….... 12

2. Komponen Perilaku Asertif……….. 14

3. Aspek-aspek Asertivitas……… 16

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berperilaku Asertif……… 19

5. Manfaat Kemampuan Berperilaku Asertif……… 20

D. Bimbingan Pribadi-Sosial………. 21

E. Penelitian yang Relevan……… 22

BAB III METODE PENELITIAN……… 23

A. Jenis Penelitian………. 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian………. 23

C. Populasi Penelitian……….. 24

D. Definisi Kemampuan Berperilaku Asertif……….. 24

E. Teknik dan Instrumen Penelitian……… 24

1. Teknik Pengumpulan Data……… 24

(14)

xiv

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen……… 28

1. Validitas Instrumen……… 28

2. Reliabilitas Instrumen……… 29

G. Teknik Analisis Data……… 31

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL………. 35

A. Tingginya Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018………. 35

1. Hasil Penelitian……… 35

2. Pembahasan………. 42

3. Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial………... 45

BAB V PENUTUP……… 46 A. Kesimpulan………. 46 B. Keterbatasan Penelitian………. 46 C. Saran……….. 47 DAFTAR PUSTAKA……… 49 LAMPIRAN………. 51

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penentuan Skor Setiap Alternatif Jawaban…………... 26

Table 2 : Kisi-Kisi Angket Asertif………... 27

Tabel 3 : Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian……….. 30

Table 4 : Ideks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford………... 31

Table 5 : Norma Kategori Pengelompokkan Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Tahun Akademik 2017/2018………. 33

Tabel 6 : Rincian Item Valid dan Tidak Valid……… 36

Tabel 7 : Pengelompokan Skor Subjek dan Skor Item Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018………... 37

Tabel 8 : Kategorisasi Tingkat Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018………. 38

Table 9 : Kategorisasi Item Kuesioner Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018……….. 40

Tabel 10 : Item yang Menunjukkan Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 ANggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018 yang kurang……… 41

(16)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 : Tingkat Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Kemampuan Berperilaku Asertif……… 51

Lampiran 2 : Tabulasi Data Penelitian………... 56

Lampiran 3 : Validitas……….. 58

Lampiran 4 : Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial………. 65

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, yang memerlukan interaksi dengan lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhannya. Manusia perlu berhubungan dengan orang lain untuk bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan, agar mampu berkembang optimal dan menyelesaikan tugas perkembangannya.

Selama hidupnya manusia akan selalu mengalami perkembangan yang dimulai dari masa prenatal hingga masa dewasa. Masa dewasa terbagi atas tiga tahap, yaitu masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa dewasa akhir. Pada masa dewasa awal, individu diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu menyelesaikan masalahnya dengan mandiri, serta mampu menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Individu perlu memiliki kemampuan berperilaku asertif dalam proses menyesuaikan diri dan menjalin hubungan yang baik.

Kemampuan berperilaku asertif menurut Adams & Lenz (1995) adalah kemampuan untuk berhubungan dengan jujur dan langsung dengan orang lain, mampu mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan ide-idenya dengan nyaman

(19)

dan mampu mempertahankan haknya tanpa melanggar hak dan kebutuhan orang lain. Menurut Alberti & Emmons (2002) orang yang asertif mengusahakan kesetaraan bagi semua pihak, mampu mengambil keputusan dan bertanggungjawab dengan keputusannya, mampu membela diri sendiri, mampu mengekspresikan perasaannya dengan jujur dan nyaman, dan mampu mempertahankan hak-hak pribadinya.

Kemampuan berperilaku asertif adalah kemampuan individu dalam menyatakan pikiran dan perasaannya dengan tegas, berani menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya. Orang yang asertif memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya serta memiliki komunikasi yang menyenangkan dengan orang lain karena orang yang asertif mampu berkomunikasi dengan sikap yang sopan, halus, baik, jujur, dan tidak menyinggung orang lain sehingga orang lain merasa mendapat perlakuan yang menyenangkan.

Orang dewasa selama masa perkembangannya harus memiliki kemampuan berperilaku asertif, karena jika orang dewasa kurang memiliki kemampuan berperilaku asertif, perkembangan orang dewasa yang bersangkutan akan kurang optimal. Mahasiswa yang sudah memasuki masa dewasa awal seringkali mengalami masalah yang berkaitan dengan kemampuan berperilaku asertif. Hurlock (1980) mengatakan bahwa masa dewasa awal merupakan masa adaptasi dengan pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru serta

(20)

diharapkan menjadi individu yang mandiri. Masa dewasa awal merupakan masa produktif. Pada masa ini individu biasanya akan diharapkan menekuni bidang yang diminatinya dan memperoleh kesuksesan dalam kariernya. Apabila mahasiswa tidak memiliki kemampuan berperilaku aserif, mahasiswa akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya, akan memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain, akan mengalami konflik dengan orang lain karena kurang mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik, dan kurang mampu mempertahankan hak-hak pribadinya, dan akan cenderung agresif atau nonasertif. Orang yang asertif mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan tetap menghargai orang lain tanpa menyerang lawan bicaranya, sedangkan orang yang agresif menunjukkan superioritas dalam berkomunikasi, menyerang pribadi lawan bicaranya baik secara fisik maupun secara psikologis.

Mahasiswa dalam pergaulannya sekarang ini sangat jarang berperilaku asertif. Mereka tidak berani mengungkapkan perasaan atau pikirannya dan kurang mampu untuk bersikap tegas dalam menolak sesuatu yang tidak sesuai kepada orang lain atau pun mahasiswa menyampaikan perasaan dan pikirannya dan menolak sesuatu dengan cara yang salah atau dengan agresif, seperti dengan membentak yang membuat orang lain dapat merasa tersinggung, tidak dihargai, dan diremehkan. Hal tersebut dapat mengakibatkan konflik dan merengganggkan hubungan.

(21)

Peneliti tertarik meneliti kemampuan berperilaku asertif karena peneliti melihat banyak mahasiswa khususnya mahasiswa Manggarai anggota IKAMAYA yang tidak dapat berperilaku asertif. Mereka merasa menyampaikan pikiran dan perasaan dapat merusak hubungan yang sudah mereka jalin. Masih ada mahasiswa Manggarai angkatan 2014 yang tidak berani mengungkapkan perasaannya, khususnya perasaan negatif. Mereka lebih memilih diam untuk menjaga hubungannya tetap baik. Bahkan ada mahasiswa yang mengungkapkan perasaannya dengan cara yang kasar seperti membentak dan menyindir.

Mahasiswa Manggarai seringkali mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapatnya, misalnya dalam setiap pertemuan komunitas, sangat sedikit mahasiswa yang mau menyampaikan pendapat atau usulannya. Selain itu, mahasiswa Manggarai kurang berani menyampaikan keluhan dalam setiap evaluasi kegiatan, meskipun mereka memiliki merasa kurang puas dengan kerja anggota timnya. Mereka lebih memilih diam dan hanya menyampaikan pendapat dan keluhannya tersebut kepada teman terdekatnya saja atau tidak menyampaikan langsung kepada orang yang bersangkutan, juga mahasiswa Manggarai menyampaikan keluhannya namun dengan kata-kata yang kasar dan membentak. Sehingga, seringkali mahasiswa Manggarai memiliki hubungan yang kurang akrab dengan anggota komunitas lain, menarik diri dan sering tidak hadir pada setiap pertemuan dan kegiatan yang diadakan oleh komunitas, merasa tersingkir dan tidak dihargai oleh anggota

(22)

kelompok lain. Berdasarkan paparan di atas dan pengalaman peneliti selama menjadi anggota dari komunitas IKAMAYA (Ikatan Keluarga Manggarai Yogyakarta), peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tingkat kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA serta mengusulkan topik-topik yang relevan dalam meningkatkan kemampuan berperilaku asertif dari mahasiswa Manggarai angkatan 2014 yang menjadi anggota IKAMAYA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasaran uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah, antara lain:

1. Mahasiswa jarang menyampaikan pendapatnya.

2. Mahasiswa sering bermasalah dengan temannya karena kesalah pahaman. 3. Mahasiswa sering mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan cara

yang salah seperti membentak dan menyindir.

4. Mahasiswa lebih memilih diam, daripada menyampaikan perasaannya. 5. Mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA kurang

mampu berperilaku asertif. C. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018.

(23)

D. Rumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018?

2. Topik bimbingan mana yang relevan untuk mengembangkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 yang kuliah di Yogyakarta tahun 2017/2018.

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang relevan untuk meningkatkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling. dan dapat memberi dukungan terhadap pengembangan teori tentang kemampuan berperilaku asertif.

(24)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Komunitas IKAMAYA

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai kemampuan berperilaku Asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 sehingga bisa menjadi data dalam mengadakan kegiatan yang melatih anggotanya untuk berperilaku asertif.

b. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian selanjutnya mengenai kemampuan berperilaku asertif.

G. Definisi Istilah

1. Kemampuan berperilaku asertif adalah kemampuan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tegas dan jujur tanpa merasa cemas yang berlebihan, tetapi juga mempertahankan dan masih menghargai hak orang lain, seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan.

2. Mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun ajaran 2017/2018 merupakan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta yang terdaftar sebagai mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun ajaran 2017/2018.

3. IKAMAYA (Ikatan Keluarga Manggarai Yogyakarta) merupakan suatu komunitas mahasiswa di Yogyakarta yang beranggotakan mahasiswa yang berasal dari Manggarai.

(25)

4. Usulan topik-topik adalah pokok-pokok bahasan yang peneliti usulkan untuk dijadikan bahan dalam meningkatkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa berdasarkan item-item yang skornya teridentifikasi rendah.

(26)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai mahasiswa sebagai dewasa awal, kemampuan berperilaku asertif, bimbingan pribadi-sosial, dan penelitian yang relevan.

A. Mahasiswa sebagai Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal

Menurut Berk (2012) masa dewasa awal berlangsung antara umur 18 tahun hingga 40 tahun. Usia dewasa adalah masa pencapaian pengetahuan dalam suatu bidang tertentu, sebuah pencapaian yang penting dalam pengolahan informasi dan kreativitas. Pada masa ini, kebanyakan individu meninggalkan rumah, menyelesaikan pendidikan mereka, dan mulai bekerja paruh waktu. Individu yang sedang berada pada masa ini sangat menaruh perhatian pada perkembangan karier, pembentukan hubungan dekat, menikah, pengasuhan anak, atau pembentukan gaya hidup lainnya.

Sumanto (2014) berpendapat bahwa, pada masa dewasa awal individu mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara mendalam. Individu pada masa dewasa awal membangun hubungan yang intim dengan membuka diri dan memperbolehkan orang lain untuk lebih mengenal mereka. Akan tetapi, jika individu yang bersangkutan tidak mampu membentuk ikatan sosial yang baik, maka dia akan merasa kesepian.

(27)

2. Ciri-Ciri Masa Dewasa Awal

Ciri-ciri yang menonjol pada masa dewasa awal menurut Hurlock (1980) adalah:

a. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah

Individu yang sedang berada pada masa dewasa awal banyak mengalami masalah yang berbeda dari masalah-masalah yang pernah dialami sebelumnya, sehingga individu yang bersangkutan perlu melakukan penyesuai diri terhadap masalah-masalah pada masa dewasa awal (Hurlock, 1980).

b. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional.

Hurlock (1980) menyatakan bahwa, individu yang mulai memasuki masa dewasa awal akan mengalami perubahan, seperti perubahan peran, perubahan nilai dan harapan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan keresahan atau ketegangan emosional. Menurut Mappiare (Sumanto, 2014), ketegangan emosional seringkali berupa ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran.

Menurut Anderson yang dikutip dari Mappiare (Sumanto, 2014) masa dewasa awal adalah masa kematangan psikologis. Ciri-ciri kematangan psikologis yang dimaksudkan adalah:

a. Mampu mengendalikan perasaan pribadi. Individu pada masa dewasa awal mampu mengendalikan perasaannya sehingga dia tidak dikuasi

(28)

oleh perasaan-perasaan sendiri dalam mengerjakan sesuatu atau dalam berhadapan dengan orang lain. Individu pada masa dewasa awal tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.

b. Individu pada masa dewasa awal terbuka terhadap kritik dan saran orang lain. Individu pada masa dewasa awal memiliki kemauan yang realistis, dia paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga dia membutuhkan kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi pengembangan dirinya.

c. Bertanggunggjawab terhadap usaha-usaha pribadi. Individu pada masa dewasa awal mau memberikan kesempatan pada orang lain membantu usahanya untuk mencapai tujuan. Dia menyadari kekurangan dan keterbatasannya sehingga dia terbuka terhadap bantuan orang lain, tetapi tetap bertanggung jawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.

B. Karakteristik Orang Manggarai

Menurut Janggut bahwa karakter dasar orang Manggarai dapat dipelajari melalu beberapa go’et (ungkapan) antara lain:

1. Toé ngoéng te ka’éng tanah (Tidak Suka Membuat Keributan). Orang Manggarai tidak suka untuk membuat keributan dalam berelasi dengan sesama.

(29)

2. Mosé momang tau, hambor agu meler (Mengasihi sesama, bergaul dan tenang). Orang Manggarai dalam hidupnya suka bergaul, memiliki sikap yang tenang dalam menghadapi masalah, dan dalam pergaluannya itu perlu untuk saling mencintai satu sama lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, karakter dasar orang Manggarai adalah tidak suka membuat keributan dan suka bergaul. Jika mengalami konflik dalam pergaulannya, orang Manggarai akan menahadapi dan menyelesaikannya dengan sikap yang tenang, mengasihi sesama, selalu berusaha untuk menghargai atau tidak merugikan orang lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa orang Manggarai memiliki potensi untuk berperilaku asertif.

C. Kemampuan Berperilaku Asertif

1. Pengertian Kemampuan Berperilaku Asertif

Menurut Jay (2007), kemampuan berperilaku asertif merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, mengungkapkan ide-ide secara tegas dan jujur, serta mendapatkan apa yang diinginkan. Perilaku asertif dapat membuat orang lain atau lawan bicara lebih terbuka dalam mengekspresikan perasaannya. Orang yang asertif mampu menggunakan bahasa yang jelas dalam berkomunikasi dan mampu menggunakan kata-kata yang tidak menyakiti orang lain.

Perilaku asertif bersifat langsung, jujur, dan penuh perhatian saat berinteraksi dengan orang lain. Orang yang asertif mampu menghargai diri

(30)

sendiri dan orang lain. Dengan berperilaku asertif orang dapat memperoleh keberhasilan tanpa mengalami konflik, memiliki hubungan yang jujur dan terbuka dengan orang lain. Orang yang asertif mampu menempatkan keinginan, kebutuhan, dan haknya sama dengan keinginan, kebutuhan, dan hak orang lain (Lloyd, 1991).

Adams & Lenz (1995) menyatakan bahwa berperilaku asertif berarti bertindak dengan caranya sendiri demi memenuhi kebutuhan sendiri dan tetap menghormati kebutuhan orang lain. Orang yang asertif bergaul dengan jujur dan langsung, mampu memahami apa yang dilakukan dan diinginkannya, juga mampu menjelaskannya pada orang lain. Alberti and Emmons (2002) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang menghargai orang lain dalam setiap interaksinya, mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara nyaman dan tanpa merasa cemas yang berlebihan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berperilaku asertif adalah kemampuan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tegas dan jujur tanpa merasa cemas yang berlebihan, tetapi juga mempertahankan dan masih menghargai hak orang lain. Orang yang asertif mampu mengekspresikan perasaannya secarara bebas. Akan tetapi menggunakan cara yang benar dan tidak menyerang pribadi lawan bicara.

(31)

2. Komponen Perilaku Asertif

Komponen perilaku asertif menurut Alberti & Emmons (2002: 65-73), yaitu:

a. Kontak mata

Kontak mata merupakan satu dari sekian banyak aspek perilaku yang dapat diamati saat berbicara dengan orang lain. Orang yang asertif langsung melihat ke arah lawan bicaranya saat sedang berkomunikasi. Kontak mata membantu menyampaikan ketulusan dan untuk meningkatkan keterusterangan dari pesan yang ingin disampaikan. Kontak mata menunjukkan ketertarikan dan penghargaan terhadap orang lain.

b. Sikap tubuh

Individu yang asertif memiliki sikap tubuh yang aktif dan tegak tapi rileks, nyaman, dan jarang berganti posisi. Sikap tubuh yang aktif dan tegak saat berinteraksi dengan orang lain dapat membantu menegaskan dan menyampaikan pesan dengan lebih jelas.

c. Jarak/Kontak fisik

Jarak dari orang lain saat sedang berkomunikasi memiliki pengaruh yang besar dalam komunikasi. Berdiri atau duduk sangat dekat, atau menyentuh, memberi kesan keintiman dalam suatu hubungan. Individu yang asertif mampu menentukan jarak yang nyaman dalam berkomunikasi.

(32)

d. Isyarat

Menekankan isi pesan dengan isyarat yang tepat dapat menambah perhatian, keterbukaan, dan kehangatan. Isyarat dapat menambah kedalaman atau kekuatan dari pesan. Individu yang asertif akan menunjukkan isyarat yang santai, tangan terbuka, menganggukkan kepala sekali-sekali dan tenang dalam berkomunikasi.

e. Ekspresi wajah

Ekspresi wajah merupakan cara untuk mengungkapkan perasaan secara nonverbal. Individu yang asertif mampu memiliki kesamaan antara ekspresi wajah dengan apa yang dirasakan, dipikirkan, serta memiliki kesamaan dengan pesan yang ingin disampaikannya. Contohnya, sedikit kedipan mata dan tertawa saat sedang merasa senang.

f. Nada dan volume suara

Individu yang asertif memiliki kemampuan dalam menggunakan intonasi suaranya. Mereka mampu menyesuaikan nada dan volume suaranya dalam situasi dan kejadian dengan tepat. Misalnya, saat menyampaikan pernyataan nada suara tetap datar sehingga tidak terdengar seperti pertanyaan.

(33)

g. Penetapan waktu

Individu yang asertif mampu mengungkapkan pendapatnya kepada orang lain pada waktu yang tepat.

h. Mendengarkan

Mendengarkan meliputi tanggung jawab kepada orang lain. Mendengarkan menunjukkan kepedulian terhadap lawan bicara. Hal tersebut dibutuhkan untuk menghindari pengungkapan diri sendiri pada waktu tertentu, tetapi bukan bagian dari perilaku nonasertif. Mendengarkan meliputi memberi umpan balik terhadap orang lain. Individu yang asertif memiliki kemampuan mendengarkan aktif ketika orang lain sedang berbicara, sehingga kualitas hubungannya meningkat.

i. Isi

Individu yang asertif memiliki kemampuan dalam memilih kata yang tepat untuk diucapkannya dalam mengungkapkan pikirannya saat sedang berkomunikasi dengan orang lain.

3. Aspek-Aspek Asertivitas

Aspek-aspek asertif menurut Alberti & Emmons (2002: 42-43), yaitu: a. Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia

Aspek ini berarti menempatkan kedua belah pihak pada kedudukan yang sama, menyeimbangkan kembali kekuatan dengan memberi kekuatan pribadi pada si “Underdog”, serta memungkinkan semua

(34)

orang untuk memperoleh haknya dan tak seorang pun merasa dirugikan. Orang yang asertif selalu menempatkan orang lain secara setara, serta mengusahakan agar setiap individu diuntungkan dan tidak ada yang dirugikan dalam setiap interaksi sosial.

b. Bertindak menurut kepentingan sendiri

Aspek ini berkaitan dengan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri seperti mengenai karier, hubungan, gaya hidup, dan jadwal. Orang yang asertif berinisiatif dalam memulai percakapan, mempercayai penilaian sendiri, menetapkan tujuan dan berusaha untuk mencapai tujuan itu, meminta bantuan dari orang lain, dan mampu berpartisipasi dalam pergaulan. Orang yang asertif mampu mengambil keputusan dan percaya pada keputusan yang dibuatnya itu.

c. Mampu membela diri sendiri

Membela diri sendiri mencakup perilaku seperti berkata tidak, menetapkan batasan waktu dan energi, menanggapi kritik atau penolakan atau pembelaan, mengekspresikan atau mendukung sebuah pendapat. Orang yang asertif tahu kapan harus mengatakan “ya” dan kapan harus mengatakan “tidak”. Misalnya ketika diajak keluar sedangkan tugas yang harus segera dikerjakan masih banyak, orang yang asertif secara jujur untuk menolak ajakan tersebut.

(35)

d. Mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman.

Mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, berarti memiliki kemampuan untuk menolak, untuk menunjukkan kemarahan, menunjukkan cinta atau persahabatan, untuk mengakui rasa takut atau kegelisahan, untuk mengekspresikan persetujuan atau dukungan, mampu bersikap spontan tanpa merasa gelisah. Orang yang asertif jujur dan nyaman dalam mengekspresikan dirinya tanpa merasa cemas atau takut yang berlebihan.

e. Mempertahankan hak-hak pribadi

Mempertahankan hak-hak pribadi berkaitan dengan kemampuan sebagai warga negara, sebagai konsumen, sebagai anggota dari suatu organisasi atau sekolah atau kelompok kerja, sebagai seorang peserta dalam suatu kejadian untuk menyampaikan pendapat, mampu menanggapi pelanggaran terhadap hak pribadi dan orang lain.

f. Menghargai hak-hak orang lain

Aspek ini berkaitan dengan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran tanpa kritik yang tak adil untuk orang lain, tanpa perilaku yang menyakiti orang lain, tanpa intimidasi, tanpa manipulasi, dan tanpa mengontrol orang lain. Individu yang asertif mampu mengungkapkan pikirannya dengan cara yang tepat. Orang yang asertif bersikap tegas tanpa menyakiti atau melanggar hak-hak orang lain.

(36)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berperilaku Asertif Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berperilaku asertif adalah sebagai berikut:

a. Pola asuh orang tua.

Pola asuh orang tua sangat berperan penting dalam mengembangkan kemampuan berperilaku asertif. Pola asuh yang dapat meningkatkan kemampuan berperilaku asertif salah satunya adalah pola asuh demokratis. Steinberg (Ulfa, 2013) mengungkapkan bahwa pola asuh demokratis memberikan keseimbangan bagi anak untuk mengembangkan kesadaran diri, memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara atau menyampaikan pendapatnya, melibatkan anak dalam diskusi, dan mampu menjalin hubungan yang harmonis dan hangat antara orangtua dan anak.

b. Konsep diri

Menurut Bassen dan Lamb (Ulfa, 2013) individu yang memiliki konsep diri yang tinggi akan mampu berperilaku asertif karena individu tersebut mempunyai intensitas yang tinggi dalam berkomunikasi dengan orang lain, mengerti dan memahami fungsi sosialnya dengan baik. Individu yang memiliki konsep diri yang positif merasa aman dalam lingkungan sosialnya dan memiliki rasa percaya diri, sehingga individu mampu mengungkapkan dirinya dengan baik.

(37)

c. Penyesuaian sosial

Kemampuan berperilau asertif tercipta dari lingkungan yang dekat dengan individu, hal tersebut berarti bahwa penyesuaian sosial secara tidak langsung mempengaruhi kemampuan berperilaku asertif. Menurut Rathus dan Nevis (Ulfa, 2013) bahwa kemampuan berperilaku asertif dipelajari dari lingkungan sebagai reaksi terhadap situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Gunarsa (Ulfa, 2013) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki kemampuan berperilaku asertif ditandai dengan adanya penyesuaian sosial yang dapat mempertimbangkan perasaan dan kesejahteaan orang lain. 5. Manfaat Kemampuan Asertif

Manfaat memiliki kemampuan asertif adalah (Adams & Lenz,1995) a. Pengungkapan diri kepada orang lain membantu individu mengenal

dirinya dengan baik. Oleh karena itu individu akan bertindak lebih kongkret sejalan dengan apa yang dirasakan, dan melalui proses itu individu menciptakan lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dengan cara-cara baru dan menggairahkan. b. Individu yang memiliki kemampuan berperilaku asertif akan hidup

pada masa sekarang. Individu yang asertif akan tetap berhubungan dengan dirinya sendiri dan mampu memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya .

(38)

c. Membantu individu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Individu yang asertif akan mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya kepada orang lain, sehingga orang lain akan bersedia bekerjasama dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. d. Membuat individu menjadi pribadi yang lebih menarik. Individu yang

memiliki kemampuan berperilaku asertif mampu membuka dirinya, mengungkapkan kebutuhan dan ide-idenya, serta tampil apa adanya tanpa ada kepura-puraan dalam setiap aktivitasnya, sehingga membuat dia menjadi pribadi yang lebih menarik

e. Kemampuan berperilaku asertif dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri. Individu yang asertif berani untuk bersikap terbuka dan jujur dalam mengungkapkan ide-idenya terhadap orang lain. f. Membantu orang lain untuk terbuka dalam mengungkapkan dirinya,

sehingga meningkatkan kualitas hubungannya serta mencegah terjadinya keretakan hubungan.

D. Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berperilaku asertif adalah bimbingan pribadi-sosial. Bimbingan Pribadi-sosial menurut Nurihsan (2006) adalah bimbingan untuk membantu individu dalam menyelesaikan masalah-masalah pribdi-sosialnya. Masalah-masalah yang tergolong dalam masalah pribadi-sosial adalah masalah yang berhubungan dengan sesama seperti teman, pemahaman diri, penyesuaian diri dengan

(39)

lingkungan pendidikan dan masyarakat. Bimbingan pribadi-sosial bertujuan untuk memantapkan dan mengembangkan kemampuan individu untuk berelasi dengan orang lain termasuk berperilaku asertif.

E. Penelitian yang Relevan

Hariyanti (2001) melakukan penelitian tentang Asertivitas para Mahasiswa Akademi Keperawatan St. Vincentius A Paulo Surabaya dan ingin melihat ada/tidaknya perbedaan tingkat asertivitas mahasiswa yang bersuku Jawa dan yang bersuku non-Jawa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang merupakan modifikasi dari alat yang disusun oleh Shrink (tanpa tahun) dan Nasution (1990).

Hasil penelitian yang diperoleh adalah banyak mahasiswa yang perilakunya cenderung ke arah asertif. Perilaku asertif yang tinggi pada mahasiswa disebabkan oleh antara lain pola asuh orang tua dalam keluarga. Pola asuh yang dapat meningkatkan asertivitas adalah dengan berperilaku hangat dan tegas terhadap anak-anaknya. Serta tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat asertivitas antara mahasiswa yang bersuku Jawa dan yang bersuku non-Jawa.

(40)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data .

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul apa adanya dan bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 207-208).

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantin Kampus I Universitas Sanata Dharma yang menjadi tempat pertemuan rutin bersama dan dilakukan di kos-kos (tempat tinggal) mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA yang berlokasi di Mrican, Nologaten, Paingan, dll. Penelitan dilaksanakan pada bulan Mei 2017 hingga April 2018. Penyebaran angket dilakukan pada tanggal 2 April-14 April 2018.

(41)

C. Populasi Penelitian Populasi

Yang menjadi populasi penelitian adalah para mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018 yang berjumlah 91 orang yang terdiri dari 52 perempuan dan 39 orang laki-laki.. Semua anggota populasi menjadi responden, karena itu penelitian ini termasuk penelitian populasi.

D. Definisi Kemampuan Berperilaku Asertif

Sugiyono (2010) merumuskan variabel penelitian sebagai suatu atribut, atau sifat, atau nilai, dari suatu obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu kemampuan berperilaku asertif Mahasiswa Manggarai.

Kemampuan berperilaku asertif adalah kemampuan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tegas dan jujur tanpa merasa cemas yang berlebihan, tetapi juga mempertahankan dan masih menghargai hak orang lain.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan

(42)

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden (Sugiyono, 2010: 199)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket) asertif. Item-item pernyataan pada angket disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan berperilaku asertif. Pernyataan dalam angket ini terdiri dari pernyataan favourable yang merupakan pernyataan positif (ideal) yang menunjukkan kemampuan berperilaku asertif dan pernyataan unfavourable yang merupakan pernyataan negatif (tidak ideal) yang menunjukkan kurangnya kemampuan berperilaku asertif.

Angket yang disusun peneliti mengacu pada skala Likert dengan empat alternatif pilihan (Skala empat). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014). Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup artinya alternatif jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih. Mahasiswa mengisi kuesioner ini dengan memberi tanda centang (√) pada alternatif jawaban. Dalam instrumen penelitian ini disediakan empat opsi atau alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor tiap alternatif jawaban adalah seperti yang disajikan pada Tabel 1.

(43)

Tabel 1

Penentuan Skor Setiap Alternatif Jawaban

No Pernyataan Alternatif Jawaban SS (Sangat Sesuai) S (Sesuai) TS (Tidak Sesuai) STS (Sangat Tidak Sesuai) 1. Favourable 4 3 2 1 2. Unfavourable 1 2 3 4

Penskoringan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin tinggi pula tingkat kemampuan berperilaku asertif mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat kemampuan berperilaku asertif mahasiswa. Kisi-kisi angket disajikan pada Tabel 2.

(44)

Tabel 2

Kisi-Kisi Angket Asertif

Aspek Indikator Item

Favorable Item Unfavorable Total Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia a. Menempatkan orang lain secara setara

1, 2, dan 3 24 dan 25 5 Bertindak menurut kepentingan sendiri a. Berinisiatif dalam memulai percakapan 6 dan 7 28 dan 29 4 b. Menetapkan tujuan dan

berusaha untuk mencapai tujuan itu

10 dan 11 33 dan 34 4

c. Mampu membuat keputusan dan percaya dengan keputusan uang dibuat

14, 15, dan 16 37 4

Membela diri sendiri a. Menanggapi kritik dan penolakan atau pembelaan 20, 21, 22, dan 23 40, 41, dan 42 8 Mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman

a. Mengekspresikan perasaan dengan nyaman tanpa merasa cemas atau takut yang berlebihan 26 dan 27 17, 18 dan 19 5 Mempertahankan hak-hak pribadi a. Mampu menyampaikan pendapat 31, 32, dan 33 12 dan 13 5 b. Mampu menyampaikan

kritik tanpa merugikan orang lain

35 dan 36 8 dan 9 4

Menghargai hak-hak orang lain

a. Menghargai hak dan perasaan orang lain

38 dan 49 4 dan 5 4

(45)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan valid (sahih) apabila alat yang bersangkutan dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dilakukan pengukuran yang bersangkutan (Azwar, 2011).

Validitas yang diuji dalam instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian validitas isi menggunakan kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi tersebut teridiri dari variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan item-item pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator (Sugiyono: 2014). Angket yang disusun peneliti diuji dengan profesional judgement yang dilaksanakan oleh Bapak Drs. R. H. Dj. Sinurat, M.A. selaku dosen pembimbing penulisan skripsi.

Penghitungan uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Pearson product moment dengan menggunakan IBM SPSS Statistic 20. Rumus Korelasi Pearson product moment adalah sebagai berikut:

( )( )

(46)

Keterangan:

= korelasi produk moment

= nilai setiap butir

= nilai dari jumlah butir

= jumlah responden

Kriteria uji validitas pada instrumen penelitian ini adalah 0,25. Artinya apabila koefisien korelasinya lebih besar atau sama dengan 0,25 (≥ 0,25), maka item yang bersangkutan dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila koefisien korelasinya lebih kecil dari 0,25 (> 0,25), maka item yang bersangkutan dapat dikatakan tidak valid.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabillitas (Widoyoko, 2012) diambil dari kata reliability, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Instrumen mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi mampu memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) jika diujikan atau diteskan berkali-kali.

Pegujian reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach, dengan rumus sebagai berikut:

(47)

Keterangan:

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai dengan angka 1,00. Jika koefisien reliabilitasnya semakin mendekati 1,00, maka semakin reliabel pula instrumen yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS Statistic 20 menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 1,00. Hasil perhitungan taraf reliabilitas penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

1,000 36

Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas terhadap 36 butir item yang valid adalah sebesar 1,00 termasuk dalam kriteria sangat tinggi menurut kriteria Guilford. Rincian kriteria Guilford dapat dilihat pada Tabel 4.

(48)

Tabel 4

Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria tersebut, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas pada 36 item yang valid dengan hasil 1,00 termasuk dalam kriteria tinggi. Alat dalam penelitian ini hanya diuji coba terpakai, item-item yang ternyata tidak valid digugurkan dan tidak diperhitungkan dalam pengolahan data selanjutnya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2010: 207). Langkah-langkah teknik analasis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Peneliti memberikan skor pada masing-masing item di kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari masing-masing alternatif jawaban. Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi

(49)

skor 1, untuk pernyataan positif (favorable) dan untuk pernyataan negatif (unfavorable) jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, jawaban Sesuai (S) diberi skor 2, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 4. Mahasiswa mengisi kuesioner ini dengan memberi tanda centang (√) pada alternatif jawaban.

2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing item kuesoner dan skor rata-rata butir dengan menggunakan Microsoft Excel.

3. Menghitung uji koefisien validitas instrumen kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai menggunakan rumus Pearson product moment melalui program komputer SPSS 20.

4. Menghitung koefisien reliabilitas kuesioner menggunakan rumus Alpha Cronbach pada program komputer SPSS 20.

5. Mengkategorisasi tingkat kemampuan asertif mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 anggota IKAMAYA Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018 yang mengacu pada pedoman Azwar. Pengelompokan tingkat kemampuan berperilaku asertif mahasiswa dibagi ke dalam lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Rincian norma pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

(50)

Tabel 5

Norma Kategori Pengelompokkan

Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018

No Norma Keterangan 1 µ + 1,5 (σ) < X Sangat Tinggi 2 µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ) Tinggi 3 µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ) Sedang 4 µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ) Rendah 5 X ≤ µ - 1,5 (σ) Sangat Rendah

6. menentukan norma yang akan digunakan untuk mengelompokkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018 dengan mencari X (skor) maksimum teoritik, X (skor) minimum teoritik, standar deviasi, dan mean teoritik menggunakan perhitungan sebagai berikut:

X maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

X minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

μ (mean teoritik) : Rata-rata teeoritis dari skor maksimum dan skor minimum.

7. Mengelompokkan skor item yang diperoleh dari kuesioner untuk mengetahui item mana yang menunujukan kemampuan berperilaku asertif

(51)

yang tinggi dan yang rendah. Pengelompokkan skor item dibagi ke dalam lima kategori yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

X item maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin dicapai item skala.

X item minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin dicapai item skala.

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar. µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor

maksimum dan minimum.

(52)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN

DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL Dalam bab ini diuraikan hasil penelitan, pembahasan hasil penelitian kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018 usulan topic-topik bimbingan pribadi-sosial yang relevan dalam meningkatkan kemampuan berperilaku asertif Mahasiswa Manggarai.

A. Tingginya Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018

1. Hasil Penelitian

Sebelum penyajian hasil penelitian, peneliti menentukan item-item yang valid dan yang tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dari 42 item, diperoleh 36 item yang valid dan 6 item yang tidak valid. Rincian item yang tidak valid atau gugur dapar dilihat pada Tabel 6.

(53)

Tabel 6

Rincian Item Valid dan Tidak Valid

Aspek Indikator Item Favorable Item Unfavorable Item Valid Item Tidak Valid Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia a. Menempatkan orang lain secara setara

1, 2, dan 3 24 dan 25 1, 2, 3, 24, 25 - Bertindak menurut kepentingan sendiri a. Berinisiatif dalam memulai percakapan 6 dan 7 28 dan 29 6, 7, 29 28 b. Menetapkan tujuan dan

berusaha untuk mencapai tujuan itu

10 dan 11 33 dan 34 10, 11, 33, 34

- c. Mampu membuat

keputusan dan percaya dengan keputusan uang dibuat 14, 15, dan 16 37 14, 15, 16, 37 - Membela diri sendiri

a. Menanggapi kritik dan penolakan atau pembelaan 20, 21, 22, dan 23 40, 41, dan 42 20, 21, 22, 23, 40, 41, 42 - Mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman

a. Mengekspresikan perasaan dengan nyaman tanpa merasa cemas atau takut yang berlebihan 26 dan 27 17, 18 dan 19 17, 18, 26, 27 19 Mempertahankan hak-hak pribadi a. Mampu menyampaikan pendapat 31, 32, dan 33 12 dan 13 12, 31, 33 13, 32 b. Mampu menyampaikan

kritik tanpa merugikan orang lain

35 dan 36 8 dan 9

9, 36 8, 35 Menghargai

hak-hak orang lain

a. Menghargai hak dan perasaan orang lain

38 dan 39 4 dan 5 4, 5, 38, 39

(54)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 36 item yang valid yang dapat dijadikan patokan dalam menghitung capaian skor subjek, yaitu sebagai berikut:

Skor Maksimum Teoritik : 4 X 36 = 144 Skor Minimum Teoritik : 1 X 36 = 36 Rata-rata Teoritik (μ) : (144 + 36) / 2 = 90 Standar Deviasi (σ) : (144 – 36) / 6 = 18

Hasil perhitungan skor item kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggari angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018 adalah sebagai berikut:

Skor Maksimum Teoritik : 4 X 92 = 368 Skor Minimum Teoritik : 1 X 92 = 92

Rata-rata Teoritik (μ) : (368 + 92) / 2 = 230 Standar Deviasi (σ) : (368 – 92) / 6 = 46

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dibuatlah pengelompokan skor subjek dan skor item seperti yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7

Pengelompokan Skor Subjek dan Skor Item

Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018

No. Norma Interval Skor

Subjek Interval Skor Item Keterangan 1. µ + 1,5 (σ) < X 118-144 300-368 Sangat Tinggi µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ) 100-117 254-299 Tinggi µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ) 82-88 208-253 Sedang µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ) 64-81 162-207 Rendah X ≤ µ - 1,5 (σ) 36-63 92-161 Sangat Rendah

(55)

Deskripsi tingkat kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018 secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8

Kategorisasi Tingkat Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun

Akademik 2017/2018 Kategori Interval Skor Subjek Frekuensi Skor Subjek Persentase Skor Subjek Sangat Tinggi 118-144 13 14,29% Tinggi 100-117 63 69,23% Sedang 82-88 15 16,48% Rendah 64-81 0 0% Sangat Rendah 36-63 0 0% Jumlah 91 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa:

1. Terdapat 13 mahasiswa (14,29%) yang tingkat kemampuannya berperilaku asertif sangat tinggi.

2. Terdapat 63 mahasiswa (69,23%) yang tingkat kemampuannya berperilaku asertif tinggi.

3. Terdapat 15 mahasiswa (16,48%) yang tingkat kemampuannya berperilaku asertif sedang

4. Tidak ada mahasiswa (0%) yang tingkat kemampuannya berperilaku asertif rendah dan sangat rendah.

Dengan menggabungkan hasil item-item yang teridentifikasi sangat tinggi dan tinggi diperoleh 83,52% mahasiswa yang memiliki kemampuan berperilaku asertif yang tinggi. Jadi dapat disimpulkan

(56)

bahwa kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai termasuk tinggi.

Penggolongan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkata 2014 anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018 dapat dilihat dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Diagram 1

Tingkat Kemampuan Berperilaku Asertif

Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun Akademik 2017/2018

Hasil analisis skor-skor butir item kuesioner kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA tahun akademik 2017/2018 secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tingkat Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA

Tahun Akademik 2017/2018

Sangat Tinggi Tinggi Sedang

(57)

Tabel 9

Kategorisasi Item Kuesioner Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA Tahun

Akademik 2017/2018

Kategori Interval Skor Item Frekuensi Skor Item Presentase Skor Item Sangat Tinggi 300-368 6 16,66% Tinggi 254-299 20 55,56% Sedang 208-253 10 27,78% Rendah 162-207 0 0% Sangat Rendah 92-161 0 0% Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa:

1. Terdapat 6 item yang memiliki skor sangat tinggi yaitu nomor 2, 3, 10, 21, 38, dan 39

2. Terdapat 20 item yang memiliki skor tinggi yaitu nomor 1, 6, 7, 11, 14, 15, 16, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 33, 36, 41, dan 42

3. Terdapat 10 item yang memiliki skor sedang yaitu nomor 4, 5, 9, 12, 17, 18, 29, 34, 37, dan 40

4. Tidak ada item y ang memiliki skor rendah dan sangat rendah.

Oleh karena itu, item-item yang teridentifikasi dalam kategori sedang digunakan untuk menjadi dasar dalam menentukan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial, khususnya dalam upaya peningkatan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa. Item-item yang termasuk dalam kategori sedang dapat dilihat pada tabel 10.

(58)

Tabel 10

Item yang Menunjukkan Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA

Tahun Akademik 2017/2018 yang Kurang

No. Aspek Indikator No Item dan Pernyataan Skor

Item 1. Bertindak menurut kepentingan sendiri Berinisiatif dalam memulai percakapan

29. Saya malu untuk memulai percakapan ketika bertemu dengan orang baru

214 2. Menetapkan tujuan dan berusaha untuk mencapai tujuan itu

34. Saya cenderung melakukan sesuatu tanpa merencanakannya terlebih dahulu

230

3. 37. Sangat sukar bagi saya

mengambil keputusan karena saya takut salah

231

4. Membela diri sendiri Menanggapi kritik dan penolakan atau pembelaan

40. Ketika ada teman yang membentak saya, saya akan balas membentaknya

246

5. Mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman

Mengekspresikan perasaan dengan nyaman tanpa merasa cemas atau takut yang berlebihan

17. Saya malu mengakui kesalahan saya kepada orang lain

241

18. Saya tidak berani

mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan saya kepada teman karena saya takut kehilangan persahabatan 226 6. Mempertahankan hak-hak pribadi Mampu menyampaikan pendapat

12. Saya malu menyampaikan pendapat saya karena takut tidak disetujui oleh orang lain

248 7. Mampu menyampaikan kritik tanpa merugikan orang lain

9. Saya kesulitan memberikan saran atau kritikan terhadap teman 233 8. Menghargai hak-hak orang lain Menghargai hak dan perasaan orang lain

4. saya merasa jengkel apabila teman saya tidak menuruti keinginan saya

244

9. 5. saya berusaha agar teman

saya menerima saja pendapat saya

(59)

2. Pembahasan

Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu dalam pembahasan ini, peneliti mengelompokkan hasil penelitian kedalam dua kelompok yaitu kemampuan berperilaku asertif tinggi dan kurang tinggi. Kemampuan berperilaku asertif tinggi mencakup sangat tinggi dan tinggi sedangkan kemampuan berperilaku asertif kurang tinggi mencakup sedang, rendah, dan sangat rendah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal peneliti.

Dugaan awal peneliti bahwa kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA tahun akademik 2007/2018 kurang tinggi karena peneliti melihat fenomena-fenomena yang terjadi dalam komunikasi mahasiswa Manggarai seperti kurang mampu menyampaikan pendapatnya atau lebih memilih diam untuk menjaga hubungan tetap baik dan bahkan membentak atau menyindir orang lain yang bermasalah dengannya. Sedangkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berperilaku asertif sebagian besar mahasiswa tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 83,52% mahasiswa yang kemampuan berperilaku asertifnya tinggi. Kemampuan berperilaku asertif akan sangat membantu mahasiswa dalam menjalin hubungan yang berkualitas dengan orang lain (Alberti &Emmons 2002). Hal ini membantu mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya dengan

(60)

cara yang benar, yang dapat diterima oleh orang lain dan tentunya pesan yang ingin disampaikan tersampaikan dengan baik.

Mahasiswa yang memiliki kemampuan berperilaku asertif mampu mengungkapkan diri dan mengenal diriya dengan baik. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berperilaku asertif mampu terbuka terhadap teman/orang lain, mampu menyampaikan idenya pada orang lain (Adams & Lenz, 1995). Selain mengenal dirinya sendiri, memiliki kemampuan berperilaku asertif dapat membantu mahasiswa untuk lebih mengenal orang lain, karena dengan terbuka, dapat membantu orang lain untuk terbuka dalam mengungkapkan dirinya, sehingga terjalin hubungan yang memuaskan (Adams &Lenz, 1995).

Mahasiswa yang memiliki kemampuan berperilaku asertif mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, karena dia berani untuk terbuka dalam menyampaikan kebutuhan-kebutuhannya pada orang lain (Adams & Lenz, 1995). Dengan berperilaku asertif, mahasiswa menjadi pribadi yang lebih menarik, mampu tampil apa adanya, tidak ada kepura-puraan dalam setiap perilakunya, umumny jujur dalam setiap perkataannya dan tegas dalam menolak sesuatu yang bersifat negatif atau merugikan dirinya.

Memiliki kemampuan berperilaku asertif dapat membantu mahasiswa dalam setiap interaksinya khususnya dalam berorganisasi. Mahasiswa mampu menjadi dirinya sendiri di antara keberagaman yang ada di komunitas, dan merasa nyaman dalam menyampaikan ide-idenya. Selain itu, mahasiswa juga dapat memiliki hubungan yang harmonis

(61)

dengan sesama anggota komunitas karena mahasiswa yang memiliki kemampuan berperilaku asertif mampu menghargai hak-hak dan kebutuhan-kebutuhan orang lain.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 15 (16,48%) mahasiswa yang memiliki kemampuan berperilaku asertif rendah. Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu mahasiswa tidak percaya bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku asertif, mahasiswa takut atau cemas untuk berperilaku asertif, dan kurang terampil dalam mengekspresikan diri secara efektif.

Mahasiswa yang kurang asertif mungkin karena tidak memiliki kepercayan bahwa dirinya memiliki hak untuk berperilaku asertif. Hal tersebut membuat mahasiswa tidak percaya diri untuk mengungkapkan dirinya dan tidak yakin dengan kemampuannya sendiri.

Mahasiswa kurang mampu berperilaku asertif karena merasa cemas untuk berperilaku asertif. Mahasiswa merasa cemas atau takut berperilaku asertif dapat merusak hubungan dengan temannya. Misalnya, ketika ada teman yang tidak menepati janji atau yang berbicara kasar, mahasiswa tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan temannya tersebut dengan jujur, mereka tidak berani mengungkapkan kekecewaanya tersebut karena mereka cemas atau takut hubunganya dengan temannya tersebut menjadi renggang.

Setelah penelitian selesai dilaksanakan, muncul dalam pikiran peneliti bahwa hasil penelitian tidak mencerminkan kenyataan yang

(62)

sesungguhnya karena responden cenderung memilih jawwaban yang menyenangkan atau jawaban positif. Peneliti juga berpikir bahwa dugaan awal peneliti yang mengatakan bahwa kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai rendah boleh jadi salah.

3. Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 10 item yang teridentifikasi sedang. Peneliti mengkategorikan skor tersebut ke dalam kelompok kemampuan berperilaku asertif mahasiswa yang kurang tinggi. Item yang tergolong dalam kategori kurang tinggi tersebut menjadi dasar dalam pembuatan ususlan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang diharapakan dapat membantu meningkatkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai. Adapaun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dapat dilihat pada Lampiran 1.

(63)

46 BAB V PENUTUP

Pada bab ini diuraikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran untuk berbagai pihak.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA sudah tergolong tinggi. Artinya sebagian besar mahasiswa Manggarai angkatan 2014 anggota IKAMAYA sudah memiliki kemampuan berperilaku asertif.

2. Terdapat 15 (16,48%) mahasiswa Manggarai yang memiliki kemampuan berperilaku asertif yang sedang. Hasil tersebut digunakan sebagai dasar dalam merumuskan topic-topik bimbingan yang relevan dalam meningkatkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Manggarai.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Alat yang digunakan tidak sepenuhnya menggunakan profesional judgement. Peneliti tidak mengkonsultasikan alat kepada ahli-ahli lain seperti ahli psikologi, ahli komunikasi, dan ahli bahasa, yang sungguh-sungguh memahami asertivitas, peneliti hanya mengkonsultasikan alat kepada dosen pembimbing.

2. Peneliti hanya menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengukur tingkat kemampuan berperilaku mahasiswa.

(64)

3. Tidak melakukan observasi dan wawancara mendalam terhadap responden. Akan lebih baik jika dilakukan observasi dan wawancara mendalam terhadap responden untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.

C. Saran

Berikut ini disajikan beberapa saran untuk berbagai pihak: 1. Bagi Komunitas IKAMAYA

a. Tingkat kemampuan berperilaku asertif sebagian besar Mahasiswa Manggarai Angkatan 2014 sudah tinggi, tetapi tetap perlu diupayakan untuk memelihara dan mengembangkannya misalnya dengan memberikan bimbingan pribadi sosial dengan topik-topik yang diusulkan peneliti.

b. Pengurus komunitas IKAMAYA hendaknya mengembangkan topik-topik bimbingan yang diusulkan dalam penelitian ini agar kemampuan berperilaku asertif mahasiswa meningkat lagi

2. Peneliti Lain

Peneliti lain yang mau mengadakan penelitian yang serupa hendaknya mengusahakan adanya profesional judgement dengan mengonsultasikan alat ke berbagai ahli seperti ahli bahasa, ahli komunikasi, dan ahli psikologi yang sungguh-sungguh memahami asertivitas. Lebih baik lagi jika digunakan juga, observasi dan wawancara sehingga dapat mengungkap kemampuan berperilaku

(65)

asertif dengan memperhatikan berbagai aspeknya seperti nada suara, intonasi, dan volume suara.

Gambar

Diagram 1 : Tingkat Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Manggarai          Angkatan 2014 Anggota IKAMAYA

Referensi

Dokumen terkait

Item-item yang dalam kategori sedang adalah item dengan nomor; (3) saya sering merasa khawatir terhadap kehidupan saya kedepanya, karena hanya tinggal dengan

hal-hal yang dikatakan oleh dosen saya mengenai skripsi saya saat bimbingan skripsi”, individu mengalami gangguan perhatian dengan pernyataan “Saya seringkali sulit untuk

Untuk itu diharapkan orang tua dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tua diharapkan melakukan diskusi dengan anak, memberikan kasih sayang dan kehangatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi

Item-item yang dalam kategori rendah adalah item dengan nomor; (9) saya sering merasa khawatir terhadap kehidupan saya kedepan jika orang tua saya berpisah, (53)

mengungkapkan bahwa ada seorang pasiennya yang mengalami kecanduan internet seperti kecanduan alkohol. Dia adalah seorang ibu rumah tangga berusia 43 tahun yang

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang

Usulan-usulan topik bimbingan belajar ini bermaksud untuk membantu siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020 yang memiliki tingkat minat