• Tidak ada hasil yang ditemukan

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN ALIRAN MATERIAL, ENERGI DAN WASTE UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN MANUFAKTUR DI PABRIK

CRUMB RUBBER

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh STRIE ANGGIH NIM : 140403021

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(2)

PEMODELAN ALIRAN MATERIAL, ENERGI DAN WASTE UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN MANUFAKTUR DI PABRIK

CRUMB RUBBER

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh STRIE ANGGIH NIM : 140403021

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing,

(M. Haikal Karana Sitepu, ST, M.Eng, PhD.)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2018

No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-03A; Tgl. Efektif : 01 Desember 2015; Revisi : 00

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan berkah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk mengenal dan memahami lingkungan kerja serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “Pemodelan Aliran Material, Energi dan Waste Untuk Mendukung Keberlanjutan Manufaktur di Pabrik Crumb Rubber”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

MEDAN, OKTOBER 2018

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengenyam pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan nikmat kesehatan dan ilmu kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan dan pengerjaan laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril, materil, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orangtua tercinta, Ayahanda Sugiono dan Ibunda Sri Muliani Sundari yang tiada hentinya memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, S.T., M.T., selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak M. Haikal Karana Sitepu ST, M.Eng., phD. atas waktu, bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Ir. Mangara Tambunan, M.Sc., selaku Koordinator Tugas Akhir atas saran, nasihat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.

(5)

5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal penulis dalam menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.

6. Seluruh staff dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dalam penyelesaian administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

7. Bapak IP Silalahi, Bapak Isrok, Bapak Handoko, dan Kak Wanda yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian di PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih.

8. Adik penulis Kurnia Agung Syahputra, M. Satria Anggara yang selalu mendukung dan memberi semangat selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.

9. Keluarga terdekat penulis, Kakek, Nenek, Buk Nuning, Buk Uwi, Raisya dan Ica yang memberikan motivasi dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan Tugas Akhir di PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih, Enny Makkiyah, dan Mustika Sari yang telah banyak memberi motivasi dan saran kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

11. Teman terdekat penulis Fadil Ahmad Silalahi yang selalu mendengarkan keluh kesah, memberi masukan, dan menemani penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini

12. Sahabat-sahabat seperjuangan di Departemen Teknik Industri, Golden Ways, Anggreiny Piranti, Dewi Paramita Sari, Enny Makkiyah, Maylandari Panjaitan, Mustika Sari, Nita Khairani, Rista Fitra Sari dan Sundari yang

(6)

selama ini selalu membantu dan mendukung dalam setiap kegiatan perkuliahan, serta dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

13. Rekan sedoping penulis, Mentari Oktaria Gurusinga, Miftahul Jannah yang telah banyak memberi masukan dan dukungan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

14. Rekan terdekat penulis Mutia Irani, dan Shifa Ramadhani yang memerikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

15. Teman-teman di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara khususnya angkatan 2014 (Elastis) yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati proses produksi crumb rubber yang berlangsung di PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih. Penelitian ini dilakukan sehubungan dengan adanya indikator Sustainable Natural Rubber Initiative (SNRi) mengenai optimalisasi penggunaan zat kimia, pengelolaan air bersih dan limbah cair untuk menuju manufaktur keberlanjutan. Dan adanya indikator lingkungan industri hijau yang dikeluarkan Kementrian Perindustrian Indonesia mengenai efisiensi penggunaan material, energi dan air. Maka, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemodelan dan kuantifikasi penggunaan material, energi, dan waste yang dihasilkan.

Dengan demikian, perusahaan memiliki tools untuk memenuhi salah satu indikator yang menuju manufaktur berkelanjutan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah material flow analysis. Pada model material flow dapat dilihat bahwa proses produksi menimbulkan dampak lingkungan dengan menghasilkan limbah cair, gas dan padat. Jumlah limbah cair, padat dan gas adalah 258.157,03 kg, 24,63 kg dan 444,12 kgCO2. Pareto analysis yang dilakukan terbagi atas 3 bagian yaitu material, energi dan waste. Pareto analysis material dilakukan pada penggunaan air. Persentase penggunaan air tertinggi adalah pada proses pencacahan dan pencacahan kedua. Sedangkan untuk konsumsi energi terbanyak pada proses pencacahan. Dan limbah terbanyak dihasilkan dalam wujud cair yang berasal dari air sisa pencucian latex. Limbah gas terbanyak dihasilkan pada proses pemanasan, dan limbah padat terbanyak berasal pada proses pengisian box. Berdasarkan penilaian requirement SNRi dan indikator lingkungan industri hijau di PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih, proses produksi yang berlangsung telah memenuhi standar yang diberikan. Namun perusaahan perlu mengoptimalkan performa dalam pengelolaan air dan limbah cair. Nilai yang dicapai untuk pengelolaan limbah cair pada requirement SNRi adalah 50%, sementara nilai penurunan intensitas penggunaan air adalah 0,05%.

Kata Kunci: material flow analysis, keberlanjutan, crumb rubber, diagram sankey

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvi

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-7 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-8 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-8 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-9

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih ... II-1

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Perusahaan ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.4.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.4.2. Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-6 2.4.3.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-6 2.4.3.2. Jam Kerja ... II-7 2.4.3.3. Sistem Pengupahan ... II-8 2.5. Bahan ... II-9 2.6. Uraian Proses Produksi ... II-12

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1 3.1. Keberlanjutan ... III-1 3.1.1. Manufaktur Berkelanjutan ... III-1 3.1.2. Enviromental Impact Assesment ... III-5 3.2. Material Flow Analysis ... III-6 3.2.1. Aplikasi Material Flow Analysis ... III-6 3.2.2. Istilah pada MFA... III-8

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.2.2.2. Goods ... II-9 3.2.2.3. Material ... II-10 3.2.2.4. Proses ... II-10 3.2.2.5. Flow and Flux ... II-12 3.2.2.6. Transfer Coefficients ... II-13 3.2.2.7. System and Systems Boundaries ... II-14 3.2.3. Prosedur MFA ... III-15 3.3. Brainstorming ... III-16 3.4. Gas Rumah Kaca ... III-17 3.5. Debit Aliran ... III-20 3.6. Perhitungan Daya Listrik ... III-21 3.7. Diagram Sankey ... III-22 3.8. Diagram Pareto ... III-23 3.9. Sustainable Natural Rubber Initiative ... III-24 3.10. Pedoman Penghargaan Industri Hijau ... III-32

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Metode Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.6. Definisi Variabel Operasional ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... IV-3 4.7.1. Sumber Data ... IV-3 4.7.2. Instrumen Penelitian ... IV-4 4.7.3. Metode Pengumpulan Data ... IV-4 4.8. Metode Pengolahan Data ... IV-5 4.9. Blok Diagram dan Prosedur Penelitian ... IV-6 4.10. Analisis dan Pembahasan ... IV-7 4.11. Kesimpulan dan Saran... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Skema Proses Produksi ... V-1 5.1.2. Penentuan Indikator Material Flow ... V-6 5.1.3. Kuantifikasi Data ... V-8 5.1.3.1. Data Historis ... V-8 5.2. Pengolahan Data ... V-11

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1. Sistem input output pada Setiap Tahapan

Produksi ... V-18 5.2.2. Material Flow Analysis Keseluruhan Proses

Produksi ... V-29 5.2.3. Penilaian Indikator Lingkungan ... V-31

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis dan Evaluasi Material Flow ... VI-1 6.2. Analisis dan Pembahasan Diagram Pareto ... VI-4 6.3. Analisis dan Pembahasan Penilaian Indikator

Lingkungan ... VI-13 6.3.1. Sustainable Natural Rubber Initiative ... VI-13 6.3.2. Penilaian Indikator Lingkungan Industri Hijau VI-13 6.4. Analisis dan Pembahasan Usulan Perbaikan ... VI-14

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja di PT. Socfin Indonesia

Kebun Tanah Besih ... II-7 2.2. Jam Kerja Sistem Non Shift PT. Socfin Indonesia Kebun

Tanah Besih ... II-7 2.3. Jam Kerja Sistem Shift PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah

Besih ... II-8 3.1. Emission Factor yang berkaitan dengan Proses Produksi

Crumb Rubber ... III-19 3.2. Kriteria Penilaian SNRi ... III-26 3.3. Indikator Penilaian Rasio Produk terhadap Material Input ... III-33 3.4. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Material Input ... III-34 3.5. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Energi ... III-34 3.6. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Air ... III-35 5.1. Elemen Material, Energi dan Waste ... V-8 5.2. Data Historis Material yang Digunakan ... V-9 5.3. Spesfikasi Mesin Produksi dan Material Handling ... V-10 5.4. Konsumsi Listrik pada Mesin Produksi dan Material

Handling ... V-12 5.5. Data Historis Limbah Padat yang dihasilkan ... V-16 5.6. Emission Factor ... V-17

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.7. Limbah Cair yang Dihasilkan pada Setiap Proses Produksi

Crumb Rubber ... V-18 5.8. Hasil Produksi Crumb Rubber ... V-19 6.1. Data Penggunaan Material pada Setiap Tahapan Proses

Produksi (kg) ... VI-5 6.2. Energi Listrik yang Dibutuhkan pada setiap Tahap Produksi .. VI-7 6.3. Limbah yang dihasilkan (kg) ... VI-9 6.4. Kriteria Penilaian SNRi ... VI-15 6.5. Limbah yang dihasilkan (kg) ... VI-13

(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih ... II-4 3.1. Simbol Utama pada Diagram MFA ... III-10 3.2. Penggambaran Proses pada Diagram MFA ... III-11 3.3. Perbedaan Flow dan Flux ... III-12 3.4. Transfer Partikel X ... III-13 3.5. Impor dan Ekspor pada Sistem ... III-14 3.6. Prosedur MFA ... III-15 3.7. Contoh Brainstorming ... III-16 3.8. Penggambaran Diagram Sankey ... III-22 3.9. Contoh Diagram Pareto ... III-24 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-6 5.1. Skema Proses Produksi ... V-6 5.2. Brainstorming pada Pembuatan Crumb Rubber ... V-7 5.3. Material Flow Analysis Proses Produksi Crumb Rubber ... V-30 6.1. Penggunaan Air ... VI-2 6.2. Penggunaan Energi ... VI-3

(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

6.3. Persentase Limbah yang Dihasilkan ... VI-4 6.4. Diagram Pareto Penggunaan Air ... VI-6 6.5. Diagram Pareto Energi ... VI-8 6.6. Diagram Pareto Limbah Padat ... VI-10 6.7. Diagram Pareto Limbah Gas ... VI-11 6.8. Diagram Pareto Limbah Cair ... VI-12

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Lembar Observasi ... L-1 2. Emission Factor ... L-2 3. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-3 4. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ... L-4 5. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana ... L-5 6. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana ... L-6 7. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-7 8. Form Asistensi Dosen Pembimbing ... L-8

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberlanjutan adalah pandangan bahwa masalah sosial, ekonomi dan lingkungan harus ditangani secara bersamaan. Keberlanjutan telah diterapkan di banyak bidang, termasuk teknik, manufaktur, dan desain. Pelaku industri semakin khawatir tentang isu keberlanjutan ini. Contohnya, hubungan antara operasi manufaktur dan dampak lingkungan yang ditimbulkan menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan di kalangan masyarakat industri. (Rosen, 2012:1).

Perbaikan lingkungan yang terkait dengan proses manufaktur berupa pengurangan emisi, penggunaan kembali, daur ulang dan remanufaktur. Pabrik zero emission (yaitu, loop tertutup) memandang sistem manufaktur sebagai ekosistem industri, dan membutuhkan penggunaan kembali limbah atau produk sampingan dalam sistem manufaktur. Dengan demikian, manufaktur zero emission membutuhkan kemampuan untuk pencegahan polusi (misalnya, substitusi) dan penggunaan kembali limbah. Manufaktur juga membutuhkan kemampuan fleksibilitas material, dan peralatan manufaktur yang bisa mengakomodasi variasi dalam aliran material dapat membantu dalam meningkatkan keberlanjutan dan mempertahankan daya saing.(Rosen, 2012:4).

Pemodelan aliran proses dapat menjadi dasar untuk menemukan pendekatan yang sesuai dengan melakukan pemetaaan siklus material, energi, dan waste (MEW). (Ball, 2012:2). Material flow analysis dilakukan untuk memonitor dan

(19)

menganalisa aliran dari bahan, yang masuk dan keluar dari sebuah sistem.

Material flow analysis menggunakan prinsip material balance untuk mengetahui bagaimana bahan yang masuk sebagai input, kemudian diproses lalu bertransformasi menjadi output. Analisa ini berhubungan dengan aliran bahan, energi, lingkungan, dan aktivitas manusia termasuk dari segi ekonomi. (OECD Guide, 2008).

Karet alam merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia.

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Luas lahan perkebunan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 3,4 juta hektar area.

Sebagiaan besar hasil produksi karet yang diekspor berupa karet mentah. Industri karet hulu, mengolah karet alam menjadi karet mentah seperti bokar (bahan olahan karet), kayu karet, crumb rubber, sheet, dan crepe. Sementara pada industri hilir, hasil produksi berupa ban kendaraan, bahan tahanan dudukan mesin, penahan getaran, peralatan kesehatan, peralatan laboratorium, peralatan rumah tangga, dan peralatan industri lainnya (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia, 2018).

International Rubber Study Group (IRSG) adalah organisasi antar- pemerintah yang terdiri dari para pemangku kepentingan yang memproduksi dan mengkonsumsi karet. Sustainable Natural Rubber Initiative (SNR-i) telah dikembangkan di bawah kerangka IRSG sebagai proyek industri sukarela dan kolaboratif untuk memastikan bahwa industri karet dapat membangun praktik terbaiknya serta berkomunikasi di seluruh rantai pasok karet alam. Organisasi ini mendefinisikan lima kriteria penilaian untuk sistem verifikasi sukarela yang

(20)

ditargetkan pada partisipasi pelaku industri karet. Lima kriteria untuk memenuhi Sustainable Natural Rubber Initiative (SNR-i) yaitu peningkatan produktivitas dan optimalisasi penggunaan zat kimia, peningkatan kualitas karet alam, hutan berkelanjutan, pengelolaan air, dan menghormati hak-hak tenaga kerja. Maka, untuk memenuhi kriteria tersebut dibutuhkan tools dalam menganalisa aliran material, energi dan waste pada proses produksi. (IRSG, 2018).

Selain itu, Kementrian Perindustrian Indonesia mengeluarkan kriteria mengenai industri hijau. Industri hijau merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada peningkatan efisiensi melalui tindakan hemat dalam pemakaian bahan/material, air dan energy, penggunaan energi alternative, penggunaan material yang aman terhadap manusia dan lingkungan, dan penggunaan teknologi rendah karbon. Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan produktivitas dan minimisasi limbah yang menekankan pendekatan bisnis guna memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Kementrian Perindustrian mengeluarkan beberapa kriteria penilaian industri hijau yakni efiesiensi penggunaan material/ sumber daya alam, energi, air dan sumber daya manusia.

(Kementrian Perindustrian RI, 2018)

Menurut Edirisinghe (2013:1) pengolahan karet mengalami tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah, kurangnya efektivitas biaya dan meningkatnya biaya produksi. Kemudian Massoudinejad (2015:2) mengatakan, masalah ini terkait dengan rendahnya tingkat efisiensi dalam penggunaan material, tenaga kerja dan energi. Limbah yang dihasilkan dan kerugian yang tinggi serta kenaikan biaya. Tak hanya itu, tingkat penggunaan air yang tinggi dan

(21)

pembuangan limbah cair pengolahan karet akan menciptakan masalah lingkungan, jika tidak ditangani dengan benar. Pembuangan limbah pabrik karet yang tidak diolah ke lingkungan dapat menyebabkan pencemaran air, pencemaran udara dan kerusakan tanaman. Sementara tingkat konsumsi air yang tinggi akan menyebabkan persediaan air pada sumber air terdekat menipis. Kumara (2016:299) mengidentifikasi listrik yang dikonsumsi oleh mesin sebagai faktor utama dan mencatat bahwa mengganti kebutuhan energi dengan listrik dari sumber energi terbarukan bisa menjadi langkah yang masuk akal untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca.

Tekasakul (2016:2) melakukan penelitian pada industri karet RSS di Thailand yang membahas tentang permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi penggunaan zat kimia, menganalisa polusi yang ditimbulkan dan menganalisa pengelolaan limba cair. Kemudian Jawjit (2010:18) juga melakukan penelitian pada industri karet di Thailand. Penelitian ini mengidentifikasi emisi yang dihasilkan industri karet.

Sehingga diperoleh nilai taraf faktor emisi untuk setiap elemen yang menimbulkan emisi pada industri karet. Pada tahun 2016, Gamaralalage (2016:7) melakukan penelitian di industri karet Srilanka yang membahas tentang efektifitas pengelolaan air dan limbah cair. Identifikasi dilakukan pada setiap tahapan proses produksi yang menggunakan air.

Berbagai teknik analisis proses telah dikembangkan dan digunakan untuk menilai efisiensi kinerja di berbagai segmen dalam keberlanjutan. Teknik analis tersebut yaitu, Mateial Flow Analysis (MFA) dan Material Flow Cost Analysis

(22)

(MFCA) yang berkaitan dengan aspek ekonomi sementara Life Cycle Analyses (LCA) memperluas dua analisis di atas untuk menganalisa aspek lingkungan dari keberlanjutan. (Pasan Dunuwila, 2018)

Penelitian dilakukan oleh Peter Ball, dkk (2012) dengan judul “Step Towards Sustainable Manufacturing through Modelling Material Energy and Waste Flows”. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan pemodelan proses aliran Material, Energi, dan Waste (MEW) untuk mendukung pencapaian sustainable manufacture. Dengan menggunakan peta proses MEW kualitatif, data dikumpulkan untuk membangun model spreadsheet yang disesuaikan dengan masing-masing aliran proses MEW. Analisis kuantitatif memberikan wawasan mendetail tentang aliran proses MEW dalam sistem dan membantu identifikasi serta pemilihan perbaikan efisiensi lingkungan. Poin utama dari melakukan analisis ini yaitu menghasilkan seperangkat pedoman untuk membantu analisis sistem manufaktur, menggunakan pemodelan aliran proses MEW.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Pasan Dunuwila, dkk (2018) dengan judul “Financial And Enviromental Sustainability in Manufacturing of Crepe Rubber in Terms of Material Flow Analysis, Material Flow Cost Analysis, and Life Cycle Assesment”. untuk menilai kelayakan dalam penerapan praktik manufaktur berkelanjutan dalam produksi crepe rubber sebagai studi kasus di Sri Lanka. Penelitian ini terdiri dari tiga langkah yaitu kuantifikasi material dan kerugian serta potensi pemanasan global melalui Material Flow Analysis, Material Flow Cost Analysis, dan Life Cycle Assesment; mengembangkan opsi perbaikan dengan bantuan Pareto dan what if analysis, wawancara, dan literatur

(23)

yang ada; dan validasi opsi peningkatan yang disarankan melalui eksekusi ulang MFA, MFCA, dan LCA. Sebagai pilihan perbaikan, pilihan pengurangan air, bahan kimia, listrik, durasi penggilingan diusulkan. Ini mengungkapkan bahwa penerapan opsi pengurangan ini terutama dapat mengurangi 32.064 kg air dan 30,1 kWh listrik menghasilkan 5,3% penghematan biaya dan 4,3% dari pengurangan dampak Global Warming Potential (GWP).

PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet, serta produksi benih unggul kelapa sawit. Salah satu anak perusahaan yang mengolah karet alam menjadi crumb rubber terletak di Tanah Besih, Serdang Bedagai dengan nama PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih. Jumlah produksi crumb rubber pada perusahaan ini berkisar 2.300.000 ton / tahun. PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih melakukan rekapitulasi data produksi secara umum seperti input yang diolah, output yang dihasilkan dan limbah yang dihasilkan pada setiap tahapan proses produksi. Perusahaan belum mengidentifikasi aliran material, energi dan waste pada setiap tahapan proses produksi crumb rubber.

Penelitian-penelitian mengenai analisa proses produksi berdasarkan aliran material, energi dan waste telah banyak diterapkan pada berbagai sektor industri karet. Seperti dijabarkan di atas termasuk industri crepe rubber. Namun, belum ada penelitian sebelumnya yang berfokus pada industri crumb rubber, khususnya di Indonesia. Dan sehubungan dengan adanya requirement untuk memenuhi Sustainable Natural Rubber Initiative (SNRi) yang dikeluarkan oleh International Rubber Study Group (IRSG) mengenai optimalisasi penggunaan zat kimia,

(24)

pengelolaan air bersih dan limbah cair untuk mendukung manufaktur keberlanjutan. Dan untuk memenuhi indikator lingkungan industri hijau yang dikeluarkan oleh Kementrian Perindustrian mengenai penggunaan material, energi dan air. Perusahaan membutuhkan tools untuk mengkuantifikasi material, energi dan waste yang dihasilkan. Maka, penelitian ini dilakukan dengan memodelkan dan menganalisa aliran material pada proses produksi crumb rubber di PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah material flow analysis.

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kriteria Sustainable Natural Rubber Initiative (SNRi) dan indikator lingkungan industri hijau mengenai penggunaan material, energi dan air. Untuk memenuhi kriteria tersebut maka dilakukan pemodelan aliran material, energi dan waste menggunakan metode material flow analysis.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memodelkan aliran material, energi dan waste pada proses produksi crumb rubber yang berlangsung di PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Menganalisa aliran material, energi dan waste pada setiap tahapan proses produksi crumb rubber.

(25)

b. Melakukan pareto analysis pada setiap elemen yang terdapat dalam material flow.

c. Melakukan penilaian terhadap proses produksi yang berlangsung berdasarkan SNRi dan indikator lingkungan industri hijau dalam rangka mendukung keberlanjutan manufaktur.

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa

Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk menerapkan metode material flow analysis untuk menganalisa aliran material, energy dan waste pada proses produksi crumb rubber.

2. Manfaat bagi perusahaan

Laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tools bagi perusahaan untuk memenuhi kriteria Sustainable Natural Rubber Initiative (SNRi) yang dikeluarkan oleh International Rubber Study Group (IRSG).

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan di PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih.

2. Metode yang digunakan adalah material flow analysis.

3. Objek penelitian adalah material, energi dan waste pada proses produksi crumb rubber. Material terdiri dari bahan baku, bahan penolong dan bahan

(26)

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Proses produksi berjalan lancar tanpa adanya kendala seperti pemadaman listrik dan kerusakan mesin.

2. Data yang tidak tercatat langsung oleh perusahaan seperti penggunaan air dan listrik, maka data yang digunakan adalah data prediksi.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan pada tugas sarjana terdiri dari Bab I hingga Bab VII.

Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian.

Pada Bab II Gambaran Umum Perusahaan diuraikan sejarah singkat, kondisi aktual dan informasi penting lainnya mengenai PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih.

Pada Bab III Landasan Teori diuraikan teori-teori yang mendukung pemecahan permasalahan penelitian. Teori yang diuraikan mengenai material flow analysis, brainstorming, diagram sankey dan pareto analysis.

Pada Bab IV Metodologi Penelitian diuraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian seperti penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual penelitian, blok diagram

(27)

prosedur penelitian, pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.

Pada Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data diuraikan data-data yang dikumpulkan peneliti yang berhubungan penelitian, dan pengolahan data tersebut.

Bab VI Analisis dan Pembahasan diuraikan analisis terhadap hasil dari pengolahan data dan pembahasan mengenai hasil penelitian tersebut.

Dalam Bab VII Kesimpulan dan Saran diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan, serta saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan dan pengembangan penelitian selanjutnya.

(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet, serta produksi benih unggul kelapa sawit. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 7 Desember 1930. Pada tahun 1965, PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) dialihkan di bawah pengawasan pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan Presiden No. 6 Tahun 1965. Pada tahun 1968, PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) berubah menjadi perusahaan gabungan yang terdiri dari S.A.-Belgia (pemilik saham SOCFINDO) dan pemerintah R.I dengan nama PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO). Berdasarkan UU penanaman modal asing No. 01/196. perbandingan kepemilikan terhadap perusahaan adalah sebesar 60% saham S.A.-Belgia dan 40% saham pemerintah R.I. Kemudian pada 13 Desember 2001 terjadi perubahan kepemilikan saham SOCFINDO menjadi 90% saham S.A.-Belgia dan 10% saham pemerintah R.I. di bawah kementerian BUMN dan berlaku hingga saat ini.

PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih berdiri sejak tahun 1993.

Perusahaan ini menghasilkan crumb rubber. Pada tahun 2015 jumlah produksi crumb rubber mencapai 2.400.000 ton / tahun. Sejak tahun 2016 sampai sekarang, jumlah produksi crumb rubber hanya berkisar 2.300.000 ton / tahun. Penurunan jumlah produksi terjadi karena hasil perkebunan karet yang juga mengalami penurunan akibat faktor cuaca.

(29)

2.2. Ruang Lingkup Perusahaan

PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih bergerak dibidang pengolahan latex dan coagulum menjadi crumb rubber SIR 3CV 50, SIR 3CV 60 dan SIR 10.

Latex adalah getah yang dihasilkan pohon karet yang berbentuk cairan kental.

Sementara coagulum adalah gumpalan getah karet yang ditampung pada wadah tertentu sehingga berbentuk padatan.

Crumb rubber yang diproduksi PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih dikirimkan ke gudang pengiriman yang ada di Belawan. Dan kemudian, crumb rubber tersebut didistribusikan ke perusahaan-perusahaan manufaktur oleh kantor pusat.

2.3. Lokasi Perusahaan

Kantor pusat PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) beralamat di Jl. K.L.

Yos Sudarso No.106, Medan. Salah satu pabrik PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) terdapat di Tanah Besih. Lokasi PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih ini berjarak sekitar 4 km dari Tebing Tinggi menuju desa Tanah Besih, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Jarak tempuh dari pusat kota Medan untuk mencapai pabrik ini adalah sekitar 49 km dan memakan waktu perjalanan + 1,5 jam.

(30)

2.4. Organisasi dan Manajemen 2.4.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dirancang untuk menggambarkan pembagian kerja, tanggung jawab, wewenang masing-masing unit dalam sebuah organisasi.

Struktur organisasi diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, karena di dalam struktuk organisasi dapat dilihat hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin.

PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih memiliki struktur organisasi lini dan fungsional. Dikatakan lini karena pertanggung jawaban hanya dilakukan kepada seorang atasan. PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih dikepalai oleh seorang pengurus. Pengurus membawahi 3 divisi yaitu tekniker, tata usaha dan asisten divisi. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.4.2. Tugas dan Tanggung Jawab

PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih membagi tugas dan tanggung jawab setiap jabatan seperti di bawah ini:

1. Pengurus

Pengurus merupakan pimpinan tertinggi yang ada di perusahaan dengan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menentukan kebijakan dan program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan.

b. Bertindak sebagai pengawas dan pengatur terhadap kinerja karyawan.

(31)

Pengurus

Asisten Divisi Tekniker

Kepala Tata Usaha

Administrasi Gudang

Material Laboratorium Gudang

Packing

Bengkel dan

Workshop Keamanan

Gardu Induk/

PLN Produksi

Sumber: PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

(32)

b. Tekniker (Kepala Pabrik)

Tekniker bertindak sebagai kepala pabrik yang membawahi beberapa divisi yang berhubungan secara langsung dengan keberlansungan kegiatan produksi.

b. Asisten Divisi

Asisten divisi mengepalai divisi yang tidak berkenaan dengan kegiatan produksi.

c. Kepala Tata Usaha

Kepala tata usaha mengepalai bagian administasi dan memiliki pertanggung jawaban terhadap pengurus.

d. Administrasi

Bagian administrasi bertanggung jawab dalam pembuatan dokumen, mengawasi aliran dokumen seperti informasi penerimaan bahan, pengiriman, atau data produksi lainnya.

e. Gudang Material

Bagian gudang material bertanggung jawab dalam penerimaan dan penyimpanan bahan tambahan, bahan penolong ataupun kebutuhan pabrik lainnya.

f. Laboratorium

(33)

Laboratorium bertanggung jawab untuk pengujian kualitas dan melakukan penelitian terhadap pengembangan mutu produk.

g. Gudang Packing

Gudang Packing bertanggung jawab untuk pengepakan produk sebelum dikirim ke gudang lainnya.

h. Bengkel dan Workshop

Bengkel dan workshop bertugas untuk melakukan perbaikan ataupun maintenance terhadap mesin-mesin produksi.

i. Keamanan

Keamanan bertugas untuk melakukan menjaga keamanan selama aktivitas di pabrik berlangsung.

j. Produksi

Bagian produksi bertanggung jawab untuk mengolah bahan baku menjadi produk crumb rubber. Bagian produksi dikepalai oleh mandor yang bertugas untuk mengawasi jalannya kegiatan produksi dan kinerja pekerja.

k. Gardu Induk

Gardu induk bertanggung jawab dalam penyaluran listrik yang ada di pabrik dan maintenance jika terjadi kerusakan pada mesin pembangkit listrik.

(34)

2.4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam kerja 2.4.3.1.Jumlah Tenaga Kerja

PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih memiliki 111 orang tenaga kerja yang ditempatkan di kantor dan lantai produksi. Tingkat pendidikan pekerja di bagian lantai produksi adalah SMU sederajat, sedangkan untuk bagian kantor memiliki pendidikan SMU sederajat dan S1 sederajat. PT Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih mengadakan pelatihan khusus untuk karyawan tetap. Hal ini untuk dilakukan agar karyawan tetap memilki keterampilan dan standar kemampuan yang sama dengan karyawan yang ada di pabrik-pabrik lainnya. Perincian jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

No. Departemen Jumlah

1 Pengurus 1

2 Asisten Divisi 1

3 Tekniker 1

4 Kepala Tata Usaha 1 5 Gudang Material 2 6 Administrasi Pabrik 6

7 Laboratorium 12

8 Gudang Packing 5

9 Bengkel dan Workshop 17

10 Keamanan 8

11 Produksi 41

12 Gardu Induk 3

13 Lain-lain 21

Total 111

Sumber: PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

(35)

2.4.3.2.Jam Kerja

Jam kerja yang diberlakukan di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih terbagi dalam dua kelompok yaitu:

1. Sistem Non Shift

Sistem non shift diterapkan bagi tenaga kerja di bagian administrasi. Pembagian jam kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja Sistem Non Shift PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

No. Hari Jam Kerja Istirahat Jam Kerja 1 Senin 08:00 - 12:00 12:00 - 13:00 13:00 - 16:00 2 Selasa 08:00 - 12:00 12:00 - 13:00 13:00 - 16:00 3 Rabu 08:00 - 12:00 12:00 - 13:00 13:00 - 16:00 4 Kamis 08:00 - 12:00 12:00 - 13:00 13:00 - 16:00 5 Jumat 08:00 - 12:00 12:00 - 14:00 14:00 - 15:00 6 Sabtu 08:00 - 12:00 12:00 - 13:00 13:00 - 16:00

Sumber: PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

2. Sistem Shift

Sistem shift diterapkan bagi tenaga kerja di luar bagian administrasi pabrik.

Pembagian jam kerja sistem shift di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

(36)

Tabel 2.3. Jam Kerja Sistem Shift PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

No. Hari Shift 1 Shift 2 Shift 3

1 Senin 00:00 - 08:00 08:00 - 16:00 16:00 – 24:00 2 Selasa 00:00 - 08:00 08:00 - 16:00 16:00 – 24:00 3 Rabu 00:00 - 08:00 08:00 - 16:00 16:00 – 24:00 4 Kamis 00:00 - 08:00 08:00 - 16:00 16:00 – 24:00 5 Jumat 00:00 - 08:00 08:00 - 16:00 16:00 – 24:00 6 Sabtu 00:00 - 08:00 08:00 - 16:00 16:00 – 24:00

Sumber: PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih

2.4.3.3.Sistem Pengupahan

Manajemen perusahaan melakukan pembayaran gaji pokok setiap akhir bulan yang besarnya disesuaikan dengan jabatan dan kinerja masing- masing karyawan. Rincian sistem pengupahan PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih adalah sebagai berikut :

a. Gaji Pokok yang diberikan setiap bulan dan besarannya disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR).

b. Upah lembur yang diberikan kepada karyawan jika bekerja di luar jam kerja.

c. Tunjangan Hari Raya/ Natal yang diberikan setiap karyawan yang merayakan Hari Raya/ Natal setiap tahun.

(37)

d. Bonus tahunan yang diberikan kepada karyawan, sebagai bentuk apresiasi kepada karyawan.

Disamping upah pokok yang diterima karyawan, perusahaan memberikan jaminan sosial dan tunjangan kepada karyawan. PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih menyediakan beberapa fasilitas yang dibutuhkan guna meningkatkan kesejahteraan dari karyawan. Fasilitas-fasilitas yang diberikan berupa: Pemberian tunjangan hari raya, bonus tahunan, dan tunjangan uang makan, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan dan pemberian cuti tahunan.

2.5. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi crumb rubber terdiri dari bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan.

1. Bahan baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih adalah latex. Latex adalah getah yang dihasilkan pohon karet yang berbentuk cairan kental. Latex didapatkan dari perkebunan karet milik PT.

Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih yang berlokasi di Tanah Besih, Tanjung Maria, dan Lima Puluh.

2. Bahan penolong

(38)

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi, namun tidak tampak pada hasil akhir produk. Bahan penolong yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Sodium Metabisulfite (SMBS)

Sodium Metabisulfite (SMBS) digunakan untuk mengawetkan latex grade.

SMBS digunakan dengan takaran minimum 0,6 kg/ton karet kering dengan konsentrasi 2,5% untuk SIR 3CV.

b. Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) 10%

Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) 10%digunakan untuk mengawetkan dan mempertahankan constant viscosity karet selama proses pengeringan pada suhu tinggi. Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) digunakan dengan takaran 1,2 – 1,7 kg/ton karet kering untuk SIR 3CV 60 dan 1,5 – 2,0 kg/ton karet kering untuk SIR 3CV 50.

Sebelum digunakan Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) ditimbang sebanyak 1,5 kg (untuk SIR 3CV 60) atau 1,8 kg (untuk SIR 3CV 50).

Kemudian, dicampur dengan air sebanyak 15 liter (untuk SIR 3CV 60) atau 18 liter (untuk SIR 3CV 50) untuk mendapatkan Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) dengan konsentrasi 10%.

c. Formic Acid 10%

Formic Acid 10% adalah larutan ini berfungsi untuk menggumpalkan latex dalam coagulating pits. Sebelum digunakan untuk kegiatan produksi, larutan Formic Acid dicampurkan dengan air terlebih dahulu. Larutan Formic Acid

(39)

ditimbang sebanyak 25 kg dan dimasukkan dalam tangki pencampuran.

Kemudian, tangki tersebut ditambahi air sebanyak 1000 liter. Pelarutan tersebut dilakukan agar mendapatkan Formid Acid dengan konsentrasi 2,5%. Larutan tersebut kemudian dialirkan ke coagulating pits. Banyaknya larutan yang dialirkan disesuai dengan latex yang digumpalkan dengan perbandingan 3,3-4 kg/ton karet kering.

d. Air

Air digunakan untuk pelarutan, pencuci, memperlancar aliran produksi dan pencampuran zat-zat kimia. Air pabrik berasal dari sumber mata air dalam tanah.

Air tersebut disaring terlebih dahulu agar air menjadi lebih jernih. Setelah disaring, air disimpan dalam tangki penyimpanan yang diletakkan pada ketinggian 5 m, untuk mempermudah distribusi air ke setiap stasiun produksi.

3. Bahan tambahan

Bahan Tambahan merupakan bahan yang digunakan untuk menunjang kegiatan produksi sehingga dapat memberikan nilai tambah pada produk. Bahan tambahan yang digunakan antara lain.

a. Plastik Pembungkus

Plastik digunakan untuk membungkus produk crumb rubber. Plastik dipilih sebagai pembungkus karena dapat melindungi crumb rubber dari kontaminasi oleh air. Jika produk terkontaminasi, maka akan menurunkan kualitas dari crumb rubber. Plastik pembungkus dapat dibagi dua berdasarkan ketebalannya, yaitu

(40)

plastik normal dengan ketebalan 0,035 mm dan plastik tebal dengan ketebalan 0,11mm. Menurut Standart Indonesian Rubber (SIR), plastik pembungkus memiliki spesifikasi, yaitu berjenis polietilen transparan dengan titik leleh 1080C dan berat jenis : 0,98 gr/cm3.

2.6. Uraian Proses Produksi

Berikut diuraikan proses pembuatan crumb rubber di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Besih:

a. Proses pencampuran dan penggumpalan

Setelah truck angkut latex tiba, maka akan dilakukan penimbangan terhadap tangki latex. Kebun Tanah Besih memiliki tangki latex dengan volume 600 liter, sedangkan Kebun Lima Puluh dan Kebun Tanjung Maria memiliki tangki latex dengan volume 1200 liter. Selanjutnya akan diperiksa kadar kering (DRC) dari latex tersebut dengan menggunakan metrolak/lactometer berdasarkan nilai DRC yang diperoleh maka, dapat ditentukan air yang akan ditambahkan ke bulking tank sesuai dengan DRC dan mutu yang diinginkan.

Nilai DRC yang berada diantara 25-29% maka termasuk mutu SIR 3CV 60, sementara jika DRC berkisar 24-25% maka termasuk 3 CV 50. Sementara jika nilai DRC kurang dari 24%, maka akan tergolong reject.

Rumus perhitungan jumlah air yang akan ditambahkan adalah sebagai berikut:

(41)

Keterangan :

Vc : Jumlah air yang akan ditambahkan Do : DRC awal latex pada bulking tank Di : DRC latex yang diinginkan

Vo : Jumlah latex awal dalam bulking tank

Latex yang telah diperiksa kemudian dialirkan ke bulking tank. Kemudian dicampurkan Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) dengan takaran 1,2 – 1,7 kg/ton karet kering untuk SIR 3CV 60 dan 1,5 – 2,0 kg/ton karet kering untuk SIR 3CV 50. Setelah itu ditambahkan dengan Sodium Metabisulfite (SMBS) dengan takaran minimum 0,6 kg/ton karet kering dengan konsentrasi 2,5% untuk SIR 3CV.

Pengadukan dilakukan selama 5 – 10 menit dengan menggunakan stirrer.

Penggunaan stirrer dimaksudkan agar pencampuran yang dilakukan menjadi lebih homogen.

Setelah latex tercampur secara merata di bulking tank, latex dialirkan ke coagulating pits. Coagulating Pits adalah wadah untuk menampung Latex yang mengalami penggumpalan (coagulum). Latex dari bulking tank dialirkan menggunakan pipa bersamaan dengan formid acid 2,5%. Banyaknya larutan yang dialirkan disesuaikan dengan latex yang digumpalkan dengan perbandingan 3,3-4 kg/ton karet kering. Pengadukan dilakukan dengan cara manual maju dan mundur

(42)

sehingga merata dan homogen. Latex yang telah bercampur, didiamkan selama 8-48 jam sampai menggumpal.

b. Proses Penggilingan (Coagulum Trough)

Sebelum dilakukan penggilingan, coagulating pits diisi dengan air sampai penuh.

Kemudian dialirkan air melalui selang menuju mobile crusher. Air tersebut berguna membersihkan coagulum latex dari kemungkinan kontaminan sekaligus mempertahankan volume air pada coagulating pits. Latex yang telah menggumpal, dikeluarkan dari pits. Kemudian latex digiling menggunakan mesin mobile crusher hingga mencapai ketebalan 8-10 cm menjadi coagulum latex. Penggilingan coagulum latex dilakukan untuk mengurangi kadar air dan persiapan peremahan pada prebreaker.

c. Proses Pencacahan

Hasil penggilingan kemudian dibawa menggunakan belt conveyor ke prebreaker (Twin Screw Breaker Latex). Pada tahap ini Coagulum Latex dicincang hingga berdiameter 28 mm. Selanjutnya masuk ke wash blending tank untuk dibersihkan dan diseragamkan. Hal yang mempengaruhi hasil remahan yakni ketajaman cutter dan permukaan working die plate sehingga secara rutin harus sering diasah. Selain itu perlu juga diperhatikan kondisi scroll dan keausannya yang dapat mengakibatkan kemacetan.

d. Proses Pencacahan kembali

Remahan latex dicacah kembali untuk diperkecil ukurannya sehingga dari ukuran 22 mm hingga menjadi 2,5 mm menggunakan mesin extruder. Pencacahan dilakukan

(43)

dengan menggunakan 1 (satu) unit high speed cutter sehingga akan menghasilkan pengeringan yang sempurna dan mempersingkat waktu pemasakan. Pengasahan pisau dan working die plate dilakukan secara teratur. Hasil dari mesin extruder dibawa ke Static Screen untuk dipisahkan antara air dan remahan menggunakan Pump transport.

Pada Static Screen remahan akan masuk ke feeding box, sementara air dibawa ke penampungan limbah. Pada Static screen terdapat plat berlubang 5 mm untuk memisahkan air dan butiran latex. Static screen memiliki kapasitas 1200-1500 kg/jam,.

e. Proses Pengisian Box

Feeding Box / Box Dryer Latex adalah wadah penampung butiran Latex yang keluar dari static screen kemudian akan dikeringkan dengan mesin dryer. Waktu pengisian box dryer untuk latex maksimal 5 menit per box. Box dryer mampu menampung sebanyak 120-140 kg karet kering. Pada saat pengisian tidak boleh dilakukan pemadatan, hal ini dihindari agar saat pemanasaan panas yang diberikan mengalir ke seluruh celah feeding box.

f. Proses Pemanasan

Setelah box penuh maka akan dilakukan pengeringan menggunakan mesin single dryer, dimana butiran latex basah akan dimasak menjadi karet kering yang disebut crumb rubber. Berat masing-masing box sebesar 130 – 140 kg/box. Setelah keluar dari mesin single dryer, crumb rubber didinginkan. Mesin Single Dry`er memiliki kapasitas 15 box ditambah 2 box di bawah cooling fan dan satu box yang sedang

(44)

diolah, untuk SIR 3CV 60 temperaturnya 128-130oc dan untuk SIR 3CV 50 temperatur yang dibutuhkan adalah 130-134oc.

g. Penimbangan

Pada tahap ini dilakukan penimbangan crumb rubber hingga mencapai berat 35 kg.

h. Proses Pengepressan

Crumb rubber kemudian ditekan dengan menggunakan mesin press sampai berbentuk balok. Crumb rubber dibentuk menyerupai balok untuk menyeragamkan bentuk dan memudahkan dalam penyusunan saat pengemasan.

i. Proses Pemeriksaan Kadar Besi

Crumb rubber kemudian dilakukan pengujian menggunakan metal detector. Alat ini berguna untuk mendeteksi keberadaan logam yang terdapat pada produk. Jika produk telah terkontaminasi maka produk akan dipisahkan dan dicatat pada form khusus.

j. Packing

Crumb rubber kemudian dibungkus dengan menggunakan plastik. Tipe pembungkusan yang dilakukan tergantung dari permintaan pelanggan. Prinsip utama dari pembungkusan ialah mempertahankan kualitas dan kuantitas dari produk sampai ke pelanggan tetap dalam kondisi baik.

(45)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Keberlanjutan1

3.1.1. Manufaktur Berkelanjutan

Keberlanjutan adalah pandangan bahwa masalah sosial, ekonomi dan lingkungan harus ditangani secara bersamaan dalam proses pembangunan.

Keberlanjutan telah diterapkan di banyak bidang, termasuk teknik, manufaktur, dan desain. Misalnya, pengakuan hubungan antara operasi manufaktur dan lingkungan alam telah menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan di kalangan masyarakat industri. Pembangunan berkelanjutan pada umumnya merupakan upaya yang menantang dan kompleks, yang melibatkan faktor-faktor seperti teknologi dan rekayasa, ekonomi, lingkungan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta kebijakan pemerintah.

2

Manufaktur berkelanjutan membutuhkan keseimbangan dan mengintegrasikan tujuan-tujuan kemasyarakatan dan lingkungan, serta kebijakan yang mendukung.

Selain itu, informasi yang relevan tentang manufaktur berkelanjutan harus tersedia dan dimanfaatkan oleh organisasi jika keberlanjutan dimanfaatkan untuk

1 Marc A. Rosen, Sustainable Manufacturing and Design: Concepts, Practices and Needs (Oshawa : Sustainability, 2012), hlm. 3-5

(46)

meningkatkan kegiatan manufaktur. Hubungan antara manufaktur dan dampaknya terhadap lingkungan secara bertahap mulai dianalisa. Kemajuan, profitabilitas, produktivitas dan kepedulian terhadap lingkungan sekarang dipandang sebagai pertimbangan yang perlu diamati oleh industri manufaktur. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan keberlanjutan, sambil mempertahankan profitabilitas dan produktivitas, dilihat sebagai tujuan strategis perusahaan manufaktur.

Saat ini, strategi manufaktur umumnya memperhitungkan produk dan proses, serta parameter lain seperti praktik, sehingga memasukkan elemen-elemen organisasi dan filosofi dari strategi manufaktur. Ini menghasilkan sudut pandang yang lebih umum. Dimensi teknologi dimasukkan, karena manufaktur sangat didorong oleh teknologi. Kegiatan manufaktur dan dampak terhadap lingkungan menjadi semakin terkait. Kategori yang berkaitan dengan lingkungan dan manufaktur dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:

1. Produk

Strategi manufaktur untuk produk ramah lingkungan sering melibatkan proses desain yang menimbulkan dampak lingkungan selama masa pakai produk.

Akibatnya biasanya terkait dengan penggunaan desain untuk lingkungan dan analisis siklus hidup (LCA). Merancang produk agar ramah lingkungan dapat berkontribusi untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Fleksibilitas produk, misalnya, memungkinkan perbaikan lingkungan, seperti substitusi material, sambil mempertahankan daya saing. Penurunan yang diharapkan dalam siklus hidup produk dengan peningkatan kustomisasi produk.

(47)

2. Proses

Perbaikan lingkungan yang terkait dengan proses manufaktur terkait dengan pengurangan emisi, penggunaan kembali, daur ulang dan remanufaktur.

Pemetaan zero emission (yaitu, loop tertutup) memandang sistem manufaktur sebagai ekosistem industri, dan membutuhkan penggunaan kembali limbah atau produk sampingan dalam sistem manufaktur. Dengan demikian, manufaktur zero emission membutuhkan kemampuan untuk pencegahan polusi (misalnya, substitusi) dan penggunaan kembali limbah. Manufaktur yang fleksibel juga membutuhkan kemampuan untuk fleksibilitas material, dan peralatan manufaktur yang dapat mengakomodasi variasi dalam aliran material dapat membantu dalam meningkatkan keberlanjutan sekaligus mempertahankan daya saing.

3. Praktik

Pengaruh lingkungan yang ditimbulkan praktik manufaktur organisasi diatur dalam sertifikasi ISO 14000. Praktik dapat digunakan secara strategis untuk meningkatkan manufaktur, melalui kegiatan lain seperti tolok ukur dan pengukuran kinerja, karena skema tersebut membantu manajer dalam mengembangkan, memelihara program dan teknologi lingkungan baru.

Ketiga faktor ini tumpang tindih di beberapa area, saling bergantung dan sinergis satu sama lain. Kemajuan teknologi dapat muncul dalam suatu organisasi, tetapi sebagian besar perkembangan, terutama yang bersifat lingkungan strategis, dihasilkan dari upaya multi-organisasi, seringkali dengan masukan dan pemerintah.

(48)

Berbagai model telah dikembangkan untuk meningkatkan keberlanjutan manufaktur. Baru-baru ini, kerangka kerja untuk manufaktur yang berkelanjutan, produksi dan rantai pasokan telah diajukan, dan alat pemodelan dan optimasi telah dikembangkan. Model ini mencakup tiga fase: penelitian, pengembangan, dan komersialisasi. Periode waktu yang signifikan, seringkali berlangsung bertahun- tahun, biasanya terlibat dalam merancang produk atau proses manufaktur baru.

Keberlanjutan dapat ditangani di masing-masing dari tiga fase model:

1. Penelitian

Peluang signifikan untuk mempengaruhi proses desain untuk keberlanjutan adalah selama tahap penelitian di tingkat pra-kompetitif. Pada fase ini, persyaratan keberlanjutan yang belum diatur dapat dievaluasi dan diperiksa, misalnya, penggunaan energi dan sumber daya, polusi dan dampak perubahan iklim. Evaluasi awal membantu untuk memastikan perhatian yang tepat untuk keberlanjutan pada saat itu dapat sangat terpengaruh, misalnya, penelitian dapat fokus pada pemecahan masalah lingkungan manufaktur.

2. Pengembangan

Selama fase pengembangan, upaya untuk meningkatkan kinerja lingkungan difokuskan pada desain sistem dan pemilihan peralatan menggunakan alat dan metode metode yang tepat, misalnya, desain untuk lingkungan, penilaian lingkungan, dan analisis siklus hidup. Kolaborasi dengan vendor membantu mempromosikan perbaikan lingkungan. Potensi modifikasi yang meningkatkan karakteristik keberlanjutan selama fase ini.

(49)

3. Komersialisasi

Upaya-upaya yang diperkenalkan selama tahap pengembangan diperpanjang dan disempurnakan selama kegiatan komersialisasi, dan melibatkan kerja sama dengan pemasok, vendor, dan pelanggan.

3.1.2. Enviromental Impact Assesment3

Enviromental Impact Assesment adalah penggambaran yang dilakukan secara sistematis, penilaian dilakukan terhadap sebuah objek yang memungkinkan efek signifikan terhadap lingkungan. Metode ini menunjukkan bahwa pentingnya memprediksi efek yang akan ditimbulkan, dan ruang lingkup untuk mengatasinya, Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait sebelum membuat keputusannya. Enviromental Impact Assesment menetapkan dua tipe pengembangan.

Tipe 1, penilaian EIA harus selalu dilakukan, seperti pembangkit listrik, industri kimiawi, dan pembuangan limbah. Semantara tipe 2, penilaian harus dilaksanakan jika memungkinkan timbulnya dampak yang signifikan terhadap lingkungan berdasarkan sifat, ukuran atau lokasinya. Proyek yang tergolong tipe 2 adalah peternakan, produksi susu, produksi karet, lapangan golf, taman bermain, pembangunan infrastruktur, waste water treatment plants, industri tekstil dan lain- lain.

3 David Tyldesley. A handbook on environmental impact assesment. (Scotland : Natural Heritage

(50)

3.2. Material Flow Analysis4

3.2.1. Aplikasi Material Flow Analysis

Material flow analysis adalah penilaian sistematis aliran dan stok bahan dalam suatu sistem yang didefinisikan dalam ruang dan waktu. MFA menggunakan konsep material balance yaitu membandingkan semua input, stok, dan output dari suatu

proses. Karena karakteristik inilah, metode ini menjadi menarik dijadikan alat pendukung keputusan dalam pengelolaan sumber daya, pengelolaan limbah, dan manajemen lingkungan. Hasil analisa MFA memberikan informasi yang lengkap tentang semua aliran dan stok bahan tertentu dalam suatu sistem. MFA dilakukan untuk menganalisa, mendeskripsikan, dan memodelkan sistem aliran material yang didefinisikan secara komprehensif dalam. Hal-hal yang dianalisa pada MFA adalah material, proses, stok dan lain sebagainya.

5

1. Manajemen dan rekayasa lingkungan

Material Flow Analysis diaplikasikan sebagai alat pertimbangan berbagai

bidang seperti ekonomi, manajemen lingkungan, manajemen sumber daya, dan pengelolaan limbah yang diuraikan seperti di bawah ini.

MFA digunakan dalam berbagai aplikasi rekayasa lingkungan dan manajemen, termasuk dampak lingkungan, remediasi limbah berbahaya, desain strategi

4 Paul H. Brunner, Practical Handbook of Material Flow Analysis (Florida : Lewis Publisher, 2004), hlm. 3-5

5 Ibid., hlm. 13-28

(51)

pengendalian pencemaran udara, manajemen daerah sekitar aliran sungai, perencanaan program pemantauan tanah, dan pengelolaan limbah lumpur.

Perencanaan di atas membutuhkan pemahaman menyeluruh tentang arus dan stok bahan. Tanpa adanya informasi aliran bahan maka, tidak dapat diambil tindakan yang difokuskan kepada sumber daya yang menjadi pokok permasalahan.

Dengan demikian perbaikan tidak dapat dilakukan secara efisien dan memakan biaya yang cukup banyak.

2. Ekologi industri

Terdapat beberapa prinsip desain dasar dalam ekologi industri yang menyarankan penggunaan MFA yaitu.

a. Kontrol penggunaan bahan dan proses produksi.

b. Rangkuman output secara detail dari setiap proses.

c. Menciptakan pola sistematis penggunaan energi

d. Menyeimbangkan input dan output industri dengan berdasarkan kondisi aktual 3. Pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah adalah konsep terpadu dari berbagai praktik dan rangkaian kegiatan yang terdiri dari strategi pencegahan dan pengumpulan, langkah- langkah pemisahan untuk memproduksi barang daur ulang atau untuk pemrosesan selanjutnya yang dilakukan secara biologis, fisik, teknologi pengolahan kimia, dan termal. Orang-orang sekarang memiliki peluang (atau, di beberapa tempat, tugas) untuk memisahkan kertas, kaca, loga, plastik, limbah

(52)

4. Pengelolaan sumber daya

Manajemen sumber daya terdiri dari analisis, perencanaan dan alokasi, eksploitasi, dan peningkatan sumber daya. MFA menjadi dasar untuk pemodelan konsumsi sumber daya. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan jumlah sumber daya yang semakin menipis. MFA membantu dalam mengidentifikasi, mengakumulasi bahan-bahan alami yang kondisinya semakin menipis. Sebagai tambahan, jika MFA dilakukan dengan cara yang tepat, itu berperan dalam menghubungkan manajemen sumber daya dengan lingkungan dan pengelolaan limbah. Hal ini menunjukkan bahwa MFA dapat membantu dalam merancang strategi untuk daur ulang dan pembuangan.

3.2.2. Istilah pada MFA6

6 Ibid., hlm. 35-53

3.2.2.1. Substance

Pada MFA istilah substance didefinisikan oleh bidang ilmu kimia. Substance adalah setiap unsur (kimia) atau senyawa yang terdiri dari unit seragam. Semua zat dicirikan oleh penyusun yang unik dan identik dan memiliki sifat homogen. Dengan demikian, suatu zat hanya terdiri dari unit-unit yang identik. Jika demikian, maka yang dibahas tentang unsur (kimia) seperti karbon (C), nitrogen (N), ataucadmium (Cd) dan lain sebagainya.

(53)

Substance penting untuk pengelolaan lingkungan dan sumber daya. MFA

dilakukan untuk menentukan arus zat yang berpotensi berbahaya yang mengalir ke lingkungn. Dan untuk mengetahui tentang kondisi lebih lanjut zat-zat di lingkungan kompartemen seperti air dan tanah. Studi MFA lainnya digunakan untuk memahami lebih baik arus dan stok sumber daya dalam suatu sistem. Seringkali ini zat seperti logam berat (Cu, Zn) atau nutrisi (N, P). Kebanyakan material yang mengalir dapat menimbulkan masalah akibat komposisi (zat) dan kuantitas dari material tersebut.

3.2.2.2. Goods

Istilah goods tidak digunakan sebagai kata sifat tetapi sebagai kata benda.

Goods adalah didefinisikan sebagai entitas materi dengan nilai ekonomi positif atau

negatif. Goods terdiri dari satu atau beberapa zat.

Terkadang kata-kata produk, barang dagangan, atau komoditas digunakan secara sinonim kata goods. kata-kata di atas adalah kata kata umum namun memiliki ciri tesendiri. Misalkan produk biasanya menunjukkan output tetapi bukan input dari suatu proses atau reaksi. Barang dagangan dan komoditas biasanya digunakan untuk menggambarkan barang dengan nilai ekonomi positif dan jarang diterapkan untuk dinilai negatif. Barang-barang seperti sampah dan lumpur limbah. Hanya ada beberapa barang yang tidak ada nilai ekonomi, seperti udara atau curah hujan.

3.2.2.3. Material

(54)

Bahasa sehari-hari tidak membedakan antara substansi dan material, dalam materi MFA berfungsi sebagai istilah umum untuk bahan dan barang. Jadi karbon dan juga kayu bisa ditujukan sebagai materi.

3.2.2.4. Proses

Proses didefinisikan sebagai transportasi, transformasi, atau penyimpanan material. Proses transportasi bisa menjadi proses alami, seperti gerakan terlarut fosfor di sungai, dan proses buatan manusia, seperti aliran gas di saluran pipa atau pengumpulan sampah.

Sumber : Practical Handbook of Material Flow Analysis, 2004

Gambar 3.1. Simbol Utama pada Diagram MFA

Transportasi material, energi, dan informasi dapat digambarkan sebagai proses. Selama proses transportasi, material yang dipindahkan tidak berubah tetapi dipindahkan dengan jarak ke tempat tertentu. Proses yang terjadi mencakup semua

(55)

komponen yang dibutuhkan untuk melakukan proses tersebut, termasuk limbah dan emisi yang dihasilkan. Transformasi dan proses transportasi keduanya dilambangkan oleh kotak persegi panjang dapat dilihat pada Gambar 2.2. Biasanya, proses didefinisikan sebagai black box, yang berarti bahwa proses di dalam kotak tidak diperhitungkan. Hanya input dan output yang dianalisa. Jika ingin menganalisa lebih dalam, maka prosesnya harus dibagi menjadi dua atau lebih subproses. Dengan demikian dapat memudahkan penyelidikan dan analisis fungsi keseluruhan proses secara lebih rinci.

Sumber : Practical Handbook of Material Flow Analysis, 2004

Gambar 3.2. Penggambaran Proses pada Diagram MFA

(56)

Untuk MFA, istilah flow dan flux sering digunakan secara acak. Flow didefinisikan sebagai laju aliran massa. Ini adalah rasio massa per waktu yang mengalir melalui sebuah konduktor, misalnya, pipa air. Unit fisik flow dinyatakan dalam satuan kg / detik atau t / tahun. Flux didefinisikan sebagai aliran per cross section. Jika dianalogikan dengan pipa air, berarti bahwa aliran ini terkait dengan

penampang pipa. Flux mungkin kemudian diberikan dalam satuan kg / (detik m2).

Flux dapat dianggap sebagai aliran spesifik. Integrasi flux di atas penampang menghasilkan total flow dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Sumber : Practical Handbook of Material Flow Analysis, 2004

Gambar 3.3. Perbedaan Flow dan Flux

Keuntungan dalam menggunakan flux adalah dapat dengan mudah membandingkan proses dan sistem yang berbeda, karena flux menguraikan secara spesifik, seperti densitas, kapasitas panas. Panah melambangkan flow dan flux. Untuk

(57)

setiap flow dan flux proses awal dan proses akhir harus didefinisikan. Proses asal suatu flow atau flux yang memasuki sistem disebut proses impor. Flow dan flux yang meninggalkan sistem disebut proses ekspor.

3.2.2.6. Transfer Coefficients

Transfer coefficients menggambarkan partisi suatu zat dalam suatu proses dan diilustrasikan pada gambar 3.4.

Sumber : Practical Handbook of Material Flow Analysis, 2004

Gambar 3.4. Transfer Partikel X

Transfer coefficients didefinisikan untuk setiap output yang dihasilkan dari suatu

proses. Transfer coefficients dinyatakan dalam persentase dari total substansi yang ditransfer menjadi output tertentu yang disebut sebagai partisi. Transfer coefficients tidak selalu konstan, bergantung pada banyak variabel seperti kondisi suhu, tekanan dan lain sebagainya. Namun, transfer coefficients dapat dianggap konstan dalam kondisi tertentu. Hal ini dibutuhkan untuk melakukan analisis sensitivitas dari suatu sistem yang ingin diselidiki.

(58)

Sistem adalah objek yang diamati MFA. Suatu sistem disusun oleh sekelompok elemen yang saling berinteraksi. Sebuah sistem terbuka berinteraksi dengan lingkungannya. Pada sistem terbuka terjadi ekspor dan impor energi, material dan komponen lainnya yang membangun sistem tersebut.. Sistem tertutup dipahami sebagai sistem dengan isolasi, mencegah aliran material dan energi melintasi batas sistem. Satu proses atau kombinasi dari beberapa proses dapat mewakili suatu sistem.

Batas-batas sistem terbagi atas batas temporal dan batas spasial. Batas temporal tergantung dibatasi dengan waktu penelitian, misalkan 1 hari, atau 1 tahun. Sementara untuk sistem spasial dibatasi berdasarkan area geografis suatu wilayah, misalkan 1 kota, 1 provinsi dan lain sebagainya. Pada gambar 3.5 digambarkan proses impor dan ekspor yang terjadi pada sistem serta batasan dari sebuah sistem tertentu.

Sumber : Practical Handbook of Material Flow Analysis, 2004

Gambar 3.5. Impor dan Ekspor pada Sistem

(59)

3.2.3. Prosedur MFA7

MFA terdiri dari beberapa langkah yang dibahas secara bertahap. Secara umum, MFA dimulai dengan mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan dilakukannya analisis tersebut. Kemudian ditentukan substansi yang relevan dan batasan sistem yang tepat, proses, dan output dipilih. Selanjutnya, menganalisa setiap komponen yang mengalir baik berupa massa ataupun konsentrasi zat dalam sstem yang diamati. Hasil yang diperoleh disajikan dengan cara melakukana visualisasi dari kesimpulan yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berorientasi pada tujuan yang ditetapkan di awal. Di bawah ini adalah prosedur MFA yang digambarkan diagram pada Gambar 3.6.

Sumber : Practical Handbook of Material Flow Analysis, 2004

Gambar 3.6. Prosedur MFA

(60)

3.3. Brainstorming8

Brainstorming sudah lama dikenal sebagai teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak mungkin dalam kelompok. Brainstorming merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membangkitkan sejumlah ide-ide. Dan akan dipilih beberapa ide yang telah dikenali sebagai ide terbaik. Metode ini digunakan untuk memecahkan suatu masalah tertentu atau dalam merancang suatu produk.

Sumber : Peter Ball, 2012

Gambar 3.7. Contoh Brainstorming

8 Rosnani Ginting, Perancangan Produk (Medan :Graha Ilmu, 2009), hlm. 51-56

Referensi

Dokumen terkait

Judul untuk tugas sarjana ini adalah “ Penerapan Concurrent Engineering Dengan Menggunakan Tools Quality Function Deployment (QFD), Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah mengetahui nilai yang didapat perusahaan dari pengukuran kinerja Green Supply Chain Management dengan menggunakan model

Data yang diperlukan untuk membuat tata letak usulan salah satunya adalah mesin-mesin yang ada di lantai produksi yang dapat dilihat pada Tabel 1.1, selain itu data jarak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kinerja manufaktur halal pada UMKM Noerlen dengan menggunakan Metode SCOR (Supply Chain Operation Reference dan

Berdasarkan hasil analisis Cause and Effect Diagram yang telah dilakukan, diketahui penyebab kecacatan cacat fisik yaitu mesin rolling mill tidak bekerja optimal, terdapat

Domusindo Perdana karena permintaan harga bahan baku yang berfluktuatif, maka dengan menggunakan metode Markov Chain dapat menghubungkan antara permintaan sekarang

Berdasarkan tabel 6.6 dapat diperolah usulan perbaikan dari faktor lingkungan, mesin, metode dan manusia dengan metode 5W+1H indikator kecekatan dalam melayani pesanan bahan

Dari hasil uji coba 173 data sampel menggunakan algoritma Naïve Bayes, pola yang dibentuk mempunyai akurasi kecocokan sebesar 70,83% yang artinya pola tersebut efektif