• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan. Oleh INGGRID MONICA RUMAPEA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan. Oleh INGGRID MONICA RUMAPEA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Ansietas

pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit USU Provinsi Sumatera Utara

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

INGGRID MONICA RUMAPEA 142500114

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya sehingga saya diberi kesehatan dan kesempatan untuk membuat Karya Tulis Ilmiah berjudul: “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Ansietas pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar diploma di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Setiawan, S.Kp.,MNS.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku ketua program studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Wardiyah Daulay, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah saya.

7. Jenny Marlindawani Purba, S.Kp., MNS., Ph.D selaku dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah saya.

8. Teristimewa kepada orangtua saya Ir. H. Rumapea dan N. Ompusunggu, SE.

terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan baik dalam segala moril dan materil dan dukungan penuh dalam doa dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih juga kepada saudara kandung saya Abang Harry Rumapea, Kakak Mei dan Kakak Lindsay, dan

(5)

Adek Timothy atas dukungan dan semangat yang selalu di berikan kepada saya.

9. Saya juga berterima kasih kepada teman-teman saya Kak Ririn Warista, Dita Tamala, Kezia Rekha, Zahrina Violla, Irma Linda Wahyu Utami, Nina Ervina, Warno Pasaribu, Desvan Manalu atas bantuan dan semangat yang selalu diberikan kepada saya.

10. Teman-teman satu dosen pembimbing saya dan tidak lupa saya berterima kasih kepada semua teman-teman mahasiswa/I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 atas kebersamaan yang kita telah lalui selama 3 tahun ini dan terima kasih untuk dukungan dan semangat yang kalian berikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat, tutur bahasa dan cara penulisan di dalam Karya Tulis Ilmiah ini. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan kiranya Tuhan selalu melimpahkan berkatnya bagi kita semua.

Medan, Juli 2017

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 4

Manfaat ... 5

BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Psikologis: Ansietas 2.1.1. Defenisi Ansietas... 6

2.1.2. Etiologi Ansietas ... 7

2.1.3. Klasifikasi Ansietas ... 9

2.1.4. Tingkat Ansietas beserta tanda dan gejala ... 9

2.1.5. Mekanisme Koping ... 11

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Psikologis: Ansietas 2.2.1. Pengkajian ... 12

2.2.2. Analisa Data ... 13

2.2.3. Rumusan Masalah ... 14

2.2.4. Perencanaan ... 14

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1. Pengkajian ... 16

2.3.2. Analisa Data ... 23

2.3.3. Rumusan Masalah ... 25

2.3.4. Perencanaan ... 25

2.3.5. Implementasi dan Evaluasi ... 28

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan ... 30

3.2. Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk biopsikososialspriritual memiliki banyak kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan dari kebutuhan yang paling dasar seperti makan, minum, bernapas, elimininasi, reproduksi dan istirahat.

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya.

Menurut Abraham Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri) (Maslow, 1970 dalam Potter & Perry, 2005).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang saat ini umum terjadi pada masyarakat perkotaan. Hipertensi dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan tubuh. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta wargadunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlahpenderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yangmembesar. Pada 2025 mendatang,

(8)

diproyeksikan sekitar 29 persen warga duniaterkena hipertensi (Limpakarnjanarat, 2013 dalam Widiyani, 2013).

Penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen.

Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.

Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi (Limpakarnjanarat, 2013 dalam Widiyani, 2013). Provinsi di Indonesia dari 33 provinsi terdapat 8 provinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata - rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), JawaTimur (25%), Sumatera Utara 24%, Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%). Sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasushipertensi cenderung tinggi pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30 – 34% (Setiawan, 2006).

Menurut Limpakarnjanarat (2013 dalam Widiyani, 2013) pada tahun 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang yang terkena hipertensi.

Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32 persen pada 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2 persen adalah wanita. Seiring berubahnya gaya hidup di perkotaan yang mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan/stres ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi (Wisnu, 2013). Selain faktor gaya hidup penduduk perkotaan itu sendiri, faktor eksternal dari lingkungan mampu menyumbang tinggi angka hipertensi di perkotaan.

(9)

Tinggal didaerah perkotaan dengan polusi udara yang tinggi bisa memicu naiknya tekanan darah atau hipertensi. Sumber polusi bisa berasal dari kendaraan bermotor, debu, atau polutan dari pembangkit listrik (Wardayati, 2011).

Hipertensi memberikan dampak baik dari fisik maupun secara psikologis. Menurut Studi Framingham (1948), pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteriperifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001). Seseorang yang terkena hipertensi akan mengalami gangguan psikis seperti ansietas dan atau depresi. Gangguan psikis seperti ansietas di samping menimbulkan gangguan fungsional jantung juga sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung kororner. Selain itu, ansietas dapat memperlambat penyembuhan, meningkatkan komplikasi, dan mortalitas penderita hipertensi (Harapan, 2005).

Penderita gangguan ansietas di Indonesia diperkirakan sekitar 8,3%

populasi (Wiguna, 2003). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2007, diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa (depresi dan ansietas). Sebanyak 5% dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan ansietas, baik akut maupun kronik dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 : 1 (PPDGJ-III, 1993 dalam Agustarika, 2009).

Prevalensi ansietas cukup tinggi terutama pada pasien yang pertama kali mengetahui dirinya mengidap penyakit jantung seperti hipertensi (Harapan, 2005). Ansietas pada penderita hipertensi umumnya berusia muda yaitu pada usia 30-40 tahun dan lebih banyak dijumpai pada wanita dibandingkan pria. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wei dan Wang (2006) yang menyatakan bahwa terdapat 3 faktor umum yang biasanya berkaitan antara ansietas pada pasien dengan hipertensi, yaitu pasien dengan jenis kelamin perempuan, lamanya menderita hipertensi, dan pasien yang memiliki riwayat hospitalisasi karena gangguan kardiovaskuler. Namun, penatalaksanaan

(10)

ansietas yang memadai dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit jantung khususnya hipertensi serta memperbaiki kualitas hidup pasien (Harapan, 2005).

Asuhan keperawatan ansietas diperlukan untuk membantu memperbaiki kualitas kesehatan pasien dengan hipertensi. Asuhan keperawatan pada pasien dengan ansietas bertujuan agar pasien mampu mengenal ansietas dan mampu mengatasi ansietas yang terjadi (Keliat, dkk., 2005 dalam Supriati, 2010). Kemampuan yang harus dimiliki oleh pasien terdiri dari pengetahuan dan kemampuan melakukan cara mengatasi ansietas terdiri dari pasien mampu menyebutkan penyebab ansietas, menyebutkan situasi yang menyertai ansietas, menyebutkan perilaku terkait ansietas, melakukan pengalihan situasi, melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam, melakukan teknik relaksasi otot (Keliat, dkk., 2005 dalam Supriati, 2010).

Fisher (2007) menyebutkan bahwa dengan berlatih tarik napas dalam mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Aivazyan et.al (1988) yang menyebutkan bahwa latihan teknik relaksasi tarik napas dalam mampu menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan prioritas masalah kebutuhan kasar aman nyaman: ansietas pada pasien hipertensi.

1.2.1. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.A dengan masalah kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien hipertensi.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. A dengan masalah kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien hipertensi.

(11)

c. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. A dengan masalah kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien hipertensi.

d. Melakukan implementasi pada Ny. A dengan masalah kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien hipertensi.

e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah dilakukan pada Ny. A dengan masalah kebutuhan dasar aman nyaman:

ansietas pada pasien hipertensi

1.3. Manfaat

1. Praktik Pelayanan Keperawatan.

Berguna sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan kecemasan.

2. Pendidikan Keperawatan.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sangat berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu yang telah diterima selama kuliah, terutama bagi ilmu keperawatan jiwa gangguan kecemasan baik pasien maupun kepada keluarga pasien.

3. Bagi Klien.

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan klien untuk mengetahui cara pemenuhan kebutuhan mengenai gangguan kecemasan.

(12)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Ansietas

2.1.1. Defenisi Ansietas

Herdman (2012, dalam NANDA 2012) mendefinisikan ansietas sebagai perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi, ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam itu dapat terjadi (Videbeck, 2008). Menurut SAKP FIK UI (2008), ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal(Suliswati,2005).

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999)

2.1.2. Etiologi Ansietas

(13)

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stressberat pada orang lain.Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :

a. Faktor predisposisi dan presipitasi

Adapun faktor predisposisi dan presipitasi dari ansietas adalah (Stuart & Laraia, 2005 dalam SAKP FIK UI, 2008):

1) Faktor predisposisi

Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya ansietas:

a) Teori psikoanalitik.

Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.

b) Teori interpersonal.

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.

Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas berat.

c) Teori perilaku.

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku mengangap ansietas merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

(14)

keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.

d) Kondisi keluarga

Ansietas dapat timbul secara nyata dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

e) Kajian Biologis

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.

Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA (gamma amino butyric acid) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.

Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2) Faktor presipitasi

Ansietas adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan.

Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Namun demikian secara umum ada 2 (dua) ancaman besar yang dapat menimbulkan ansietas, yaitu:

a) Ancaman integritas diri: meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar.

b) Ancaman sistem diri, antara lain ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran.

(15)

2.1.3. Klasifikasi Ansietas

Gejala kecemasan baik sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Edisi revisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV- TR) mencamtumkan gangguan kecemasan berikut ini menurut klinisnya: gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia, agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan sosial, obsessive-compulsive disorder (OCD) , gangguan stress pasca trauma, gangguan stress akut, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan kecemasan akibat keadaan medis umum, gangguan kecemasan yang diinduksi zat, dan gangguan kecemasan yang tidak tergolongkan. Hal ini menerangkan setiap gejala klinis yang dialami memilki arti klinis gangguan kecemasan yang berbeda (Sadock & Sadock, 2004).

2.1.4. Tingkat ansietas beserta tanda dan gejala

Ansietas memiliki dua aspek yang sehat dan aspek yang membahayakan yang bergantung pada tingkat ansietas yang dialami dan seberapa baik individumelakukan koping terhadap ansietas. Tanda dan gejala ansietas dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat ansietas menurut Videbeck (2008) yang diadaptasi dari Beck & Emery (1985):

1) Ansietas ringan (1+)

a. Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan rileksatau sedikit gelisah, penuh perhatian.

b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat pembelajaran optimal.

c. Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri, terstimulasi.

2) Ansietas sedang (2+)

(16)

a. Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar- mandir, suara berubah: bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, sering nyeri punggung.

b. Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.

c. Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaandiri goyah, tidak sabar, gembira.

3) Ansietas berat (3+)

a. Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondarmandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.

b. Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah-pecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman.

c. Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.

4) Ansietas panik (4+)

a. Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.

(17)

b. Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi terjadi.

c. Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/

tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.

2.1.5. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping.

Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

(18)

c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.

Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah.

Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.

b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.

c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.

d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Psikologis: Ansietas

2.2.1. Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji untuk pasien dengan ansietas adalah (NANDA, 2012):

1) Perilaku

Penurunan produktivitas, gerakan yang irelevan, gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai, dan tampak waspada.Individu akan berperilaku menghindar seperti menghindari orang-orang, tempat, dan peristiwa yang berkaitan dengan timbulnya ansietas sebelumnya (Videbeck,2008).

2) Afektif

(19)

Gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung, menyesal, ragu/ tidak percaya diri, dan khawatir.

3) Fisiologis

Wajah tampak tegang, tremor tangan, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, dan suara bergetar.

4) Simpatik

Anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah merah, jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan refleks, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil melebar, kesulitan bernapas, vasokonstriksi superfisial, kedutan pada otot, dan kelemahan.

5) Parasimpatik

Nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, diare, vertigo, letih, mual, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering berkemih, dan dorongan segera berkemih.

6) Kognitif

Menyadari gejala fisiologis, blocking pikiran, konfusi, penurunan lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk belajar, penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah, ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir, melamun, dan cenderung menyalahkan orang lain.

(20)

2.2.2. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, kemungkinan data dalam kebutuhan ansietas dikelompokkan menjadi Data Subjektif dan Data Objektif.

Menurut Mayor (Adam et al, 1997), batasan karakteristik dalam data subjektif pada kebutuhan dasar ansietas seperti mengungkapkan secara verbal atau isyarat, gelisah, jantung berdebar, ketakutan tidak dapat rileks. Selain data subjektif, batasan karakteristik data juga ditemukan dalam data objektif seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan pernafasan, suara tremor, marah berlebihan dan menangis, mencela diri, menarik diri, gelisah, kurang inisiatif diri, kewaspadaan berlebihan, perilaku menjaga atau sikap melindungi, gangguan tidur (mata terlihat kayu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan menyeringai), perubahan pola tidur, perubahan berat badan dan penurunan interaksi dengan orang lain.

2.2.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data, ditemukan diagnosa yang didapat yaitu (Potter dan Perry, 2005):

a. Ansietas

b. Ketidakefektifan hubungan c. Nyeri

d. Risiko gangguan pola tidur

2.2.4. Perencanaan

Berdasarkan hasil rumusan masalah, ditemukan perencanaan keperawatan pada klienansietas yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan intervensi. Dari hasil data rumusan masalah tersebut didapatkan diagnosa pada kebutuhan dasar psikologis:

ansietas antara lain (Wilkinson & Ahern, 2011):

(21)

1) Ansietas yang berhubungan dengan penyakit yang dialami dan hubungan dengan anak-anaknya.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu Mengatasi masalah ansietas yang dialaminya dengan teknik relaksasi. Klien dapat mengenal ansietasnya.

Kriteria hasil :Klien menunjukkan tanda-tanda percaya terhadap perawat. Klien mengungkapkan perasaan ansietas, penyebab ansietas, dan perilaku akibat ansietas. Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas

Intervensi : informasikan secara faktual menyangkut diagnosis, terapi, dan prognosis, instruksikan klien tentang penggunaan teknik relaksasi dan imajinasi bimbingan, beri dorongan kepada klien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas, sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan untuk menurunkan ansietas, kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang, memiliki tanda- tanda vital dalam batas normal, meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami kecemasan.

(22)

2.3. Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1. Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

I. BIODATA Identitas Pasien

Nama : Ny. A

Jenis Kelamin : P

Umur : 65 tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wirausaha

Alamat : Jalan B. Katamso Gg. Kenanga No.11 Tanggal Pengkajian : 6 Mei 2017

II. KELUHAN UTAMA

Ny. A sering merasa cemas setiap petugas kesehatan masuk keruangannya. Setiap ia memikirkan penyakit dan anaknya, pusingnya langsung muncul. Ny. A juga sering merasa lelah, lemas dan gemetar.

Karena hal ini Ia menjadi sulit tidur..

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/Polliative

1. Apa penyebabnya

Ny. A mengatakan penyakit yang sedang dideritanya menjadi pikiran.

(23)

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Biasanya anak Ny. A yang paling kecil mengajak ia mengobrol mengurangi cemasnya.

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan

Ny. A merasa takut jika ia dipasang alat medis.

2. Bagaimana dilihat

Ny. A kelihatan pucat dan bibirnya bergetar.

C. Region

1. Dimana lokasinya : - 2. Apakah menyebar : Tidak.

D. Time

Biasanya timbul pada setiap memikirkan hal yang berat.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

a. Penyakit yang pernah dialami : Ca. Mamae.

b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : Operasi Mastektomi c. Pernah dirawat/dioperasi : Pernah.

d. Lama dirawat : 2 Minggu.

e. Alergi : Tidak Ada

f. Imunisasi : Lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orangtua

Ayah Ny. A meninggal karna penyakit tua, Ibu Ny. A meninggal karena sakit lambung.

B. Saudara kandung

Tidak ada riwayat kesehatan.

C. Penyakit keturunan yang ada Tidak ada

D. Anggota keluarga yang meninggal

Suami Ny. A meninggal akibat hipertensi

(24)

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Ny. A mengatakan terganggu dengan cemas yang dialami karena menghambat Ny. A untuk beraktivitas.

B. Konsep diri

1. Gambaran diri :Ny. A memiliki tubuh yang gemuk. Ia mengatakan bentuk tubuhnya masih wajar dikarenakan ia sudah melahirkan 5 orang anak.

2. Ideal diri : Ny. A ingin sembuh.

3. Harga diri : Ny. A merasa hidupnya

tidak berarti lagi.

4. Peran diri : Ny. A adalah seorang istri dan seorang ibu.

5. Identitas : Ny. A adalah seorang istri dari Alm. Tn. M dan ibu dari 5 orang anak-anaknya.

C. Keadaan emosi : Kurang Stabil D. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti : Ke 5 anak Ny. A.

2. Hubungan dengan keluarga : Kurang Baik.

3. Hubungan dengan oranglain : Baik.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan oranglain: -

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan : Ny. A menganut agama Islam dan bersuku Gayo.

2. Kegiatan ibadah : Ny. A tekun beribadah.

VII. STATUS MENTAL

a. Tingkat kesadaran : Compos mentis

b. Penampilan : Rapi dan bersih

(25)

c. Pembicaraan : Klien tampak gelisah selama Wawancara.

d. Alam perasaan : Klien mengatakan sedih dan khawatir jika mengingat anak-anaknya dan penyakitnya.

e. Afek : Sesuai ekspresi.

f. Interaksi selama wawancara : Kooperatif, kontak mata positif.

g. Memori : Gangguan daya ingat jangka pendek.

h. Proses pikir : Koheren (sesuai).

i. Isi pikir : Saat wawancara klien dapat fokus.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. KeadaanUmum

Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemas, lemah, terlihat, gelisah, menggigit bibirnya jika cemas timbul.

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu Tubuh : 37 0C.

2. Tekanan Darah : 150/90 mmHg.

3. Nadi : 75 x/menit.

4. Pernafasan : 24 x/menit.

5. Skala Nyeri : 5

6. TB : 168 cm.

7. BB : 70 Kg.

C. Pemeriksaan Head to Toe Kepala dan Rambut

Bentuk : Simetris, tidak ada benjolan.

Ubun-ubun : Keras.

Kulit kepala : Bersih.

(26)

Rambut

Penyebaran dan Keadaan Rambut: Merata.

Warna kulit : Putih.

Wajah

Warna kulit : Putih.

Struktur wajah : Simetris.

Mata

Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata lengkap dan simetris.

Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva anemis dan scklera berwarna putih.

Pupil : Hitam dan bulat.

Kornea dan iris : Kornea transparan dan iris mata jernih.

Hidung

Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris dan posisi septum nasi berada di garis tengah.

Lubang hidung : Tidak ada sekret atau

lendir.

Cuping hidung : Tidak ada.

Telinga

Bentuk telinga : Simetris dan kembali setelah dilipat.

Ukuran posisi telinga : Simetris.

Lubang telinga : Tidak ada lendir.

Ketajaman pendengaran : Baik.

Mulut dan Faring

Keadaan bibir : Bibir berwarna merah, simetris.

Keadaan gusi dan gigi : Gigi berwarna kuning.

Keadaan lidah : Posisi lidah ditengah, warna

(27)

merah muda dan pergerakan lidah bebas.

Leher

Posisi trakhea : Simetris.

Thyroid : Tidak ada pembengkakan.

Suara : Nyaring.

Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan.

Vena jugularis : Teraba.

Denyut nadi karotis : Teraba.

Pemeriksaan Integumen

Kebersihan : Bersih.

Kehangatan : Hangat.

Warna : Putih.

Turgor : Baik, pada saat dicubit

dengan ujung jarikulit kembali ke posisi semula.

Kelembapan : Lembab.

Kelainan pada kulit : Tidak ada.

Pemeriksaan Thoraks/Dada

Inspeksi : Pengembangan dada

simetris.

Pernafasan : Frekuensi (reguler) dan Irama (vesikuler).

Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada.

Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ekstremitas

Kesimetrisan : Simetris.

Kekuatan otot : Skala 4.

Edema : Tidak ada.

Pemeriksaan Neurologi

Fungsi Sensorik : Ny.A berespon ketika diberikan stimulus.

(28)

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

Frekuensi makan/hari : 3x sehari.

Nafsu makan : Berkurang.

Nyeri ulu hati : Tidak ada.

Alergi : Tidak ada.

Mual dan muntah : Tidak ada.

Waktu minum : Ny. A sering minum air putih.

II. Perawatan diri/personal hygiene

Kebersihan tubuh : Bersih.

Kebersihan gigi dan mulut : Bersih.

Kebersihan kuku kaki dan tangan : Tidak bersih.

III. Pola kegiatan/aktivitas

Aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dibantu anak terakhir.

IV. Pola eliminasi 1. BAB

Pola BAB : 1 x sehari.

Karakter feses : Lunak.

Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan.

BAB terakhir : Pagi hari.

Diare : Tidak ada.

Penggunaan laksatif : Tidak ada.

2. BAK

Pola BAK : 5 x sehari.

Karakter feses : Kuning keruh.

Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada.

Penggunaan diuretik : Tidak ada.

Upaya mengatasi masalah : Tidak ada.

(29)

V. Mekanisme Koping

Klien dapat menyelesaikan masalahnya. Ia lebih suka memendam masalahnya sendiri daripada membagikannya ke orang lain.

2.3.2. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan ditemukan analisa data pada tabel berikutlebih difokuskan pada masalah psikososial, yaitu:

Tabel 1 Analisa Data dengan Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di derita.

No. Data Masalah

1. Data Subjektif:

a) Klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan khawatir akan penyakitnya.

b) Klien mengatakan banyak sekali hal-hal yang dipikirkan dan dikhawatirkan seperti anak-anaknya yang tak kunjung menjenguknya e) Klien mengatakan takut kenapa tekanan darahnya tidak turun Data Objektif:

a) Kontak mata ada, klien kooperatif.

b) Klien sesekali terlihat melamun.

Ansietas

(30)

c) Wajah tamppak tegang.

d) Mukosa bibir kering.

e) Tampak menggigit bibir.

Tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 88

x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5˚C.

Tabel 2 Analisa Data dengan Pola Tidur Terganggu berhubungan dengan kecemasan.

No. Data Masalah

2. Data Subjektif :

a) Klien mengatakan sulit tidur selama dirumah sakit.

b) Klien mengatakan sudah 3 hari tidur tidak nyenyak.

Data Objektif:

a) Klien tampak lemah, kadang tampak kurang bersemangat.

b) Mukosa kering.

c) Tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5˚C.

Pola tidur terganggu

(31)

2.3.3. Rumusan Masalah

Masalah keperawatan yang menjadi prioritas:

1. Ansietas.

2. Pola tidur terganggu.

Diagnosa Keperawatan:

1. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di derita.

2. Pola tidur terganggu berhubungan dengan kecemas

2.3.4. Perencanaan

Berdasarkan masalah yang ditemukan dari analisa data diatas, maka penulis melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. A yang tercantum dalam tabel berikut:

No. Dx Perencanaan Keperawatan 1. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan:

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu Mengatasi masalah ansietas yang dialaminya dengan teknik relaksasi.

2. Klien dapat mengenal ansietasnya.

Kriteria Hasil:

1. Klien menunjukkan tanda-tanda percaya terhadap perawat 2. Klien mengungkapkan perasaan ansietas, penyebab ansietas, dan perilaku akibat ansietas

3. Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas

(32)

Rencana tindakan Rasional 1. Bina hubungan saling

percaya.

2. Bantu klien mengenal ansietas.

3. Ajarkan pasien teknik

relaksasi untuk

meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri.

4. Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.

1. Hubungan saling percaya merupakan dasar dari terjadinya komunikasi teraupetik sehingga akan memfasilitasi dalam pengungkapan perasaan, emosi, dan harapan klien.

2. Dengan mengenal ansietasnya, klien akan lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan. Menyamakan persepsi bahwa ansietas terjadi pada klien.

3. Di dapatkannya cara lain yang sehat yang akan membantu klien untuk mencari cara yang adaptif dalam

mengurangi atau

menghilangkan ansietasnya.

4. Untuk memotivasi klien sembuh.

No. Dx Perencanaan Keperawatan 2. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan:

Setelah 2x24 jam diharapkan kebutuhan tidur klien dapat terpenuhi.

(33)

Kriteria Hasil:

1. Klien dapat tidur dengan nyenyak.

2. Jam tidur klien kembali normal.

Rencana tindakan Rasional 1. Bina hubungan saling

percaya dengan klien.

2. Kaji pola tidur klien.

3. Identifikasi

kemungkinan efek obat terhadap pola tidur.

4. Batasi kegiatan yang memicu sulit tidur.

5. Monitor pola tidur dan jam tidur klien.

6. Diskusikan pada pasien

faktor yang

mempengaruhi sulit tidur.

1. Untuk membuat klien lebih merasa yakin.

2. Untuk mengetahui pola tidur yang efektif.

3. Mengetahui dosis obat yag tepat.

4. Membantu klien untuk dapat menemukan solusi dari masalah tidurnya.

5. Untuk memantau pola tidur.

6. Memungkinkan klien untuk bisa mengatur jadwal tidurnya kelak.

(34)

2.3.5. Implementasi dan Evaluasi No.

Dx

Hari/

Tanggal

Waktu Implementasi Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

1. Sabtu, 06 Mei 2017

09.00- 10.00

1. Membina hubungan saling percaya dengan klien.

2. Membantu klien mengenal ansietas dengan cara menguraikan

perasaannya.

3. Membantu klien menyadari perilaku akibat ansietas.

4. Mengajarkan pasien teknik relaksasi (tarik nafas dalam) 5. Memotivasi klien

untukmelakukan teknik relaksasi setiap ansietas muncul.

S :

Klien mengatakan takut terhadap penyakitnya.

Klien mengatakan Ia terlalu memikirkan anak-anaknya

yang tidak pernah

mengunjunginya.

O :

Kontak mata ada, klien kooperatif.

Klien sesekali terlihat melamun.

Wajah tampak tegang.

Menggigit bibirnya.

Wajah tampak memerah.

Tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi: 88x/menit, RR:

20x/menit, Suhu: 36,5˚C.

A :

Masalah belum teratasi - Klien masih tampak tegang.

P : Intervensi dilanjutkan - Motivasi klien untuk

(35)

melakukan teknik relaksasi

2. Senin , 08 Mei 2017

11.00- 12.00

1. Membina hubungan saling percaya dengan klien.

2. Mengkaji pola tidur klien.

3. Mengidentifikasi

kemungkinan efek obat terhadap pola tidur.

4. Membatasi kegiatan yang memicu sulit tidur.

5. Memonitor pola tidur dan jam tidur klien.

6. Mendiskusikan pada pasien faktor yang mempengaruhi sulit tidur.

S :

a) Klien mengatakan sulit tidur selama dirumah sakit.

b) Klien mengatakan sudah 3 hari tidur tidak nyenyak

O :

a) Klien tampak lemah, kadang tampak kurang

bersemangat.

b) Mukosa kering.

c) Tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 88

x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5˚C.

A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan

(36)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan hal sebagai berikut :

a. Ny.A juga mengalami masalah psikososial yaitu ansietas. Ansietas dikarenakan Ny.A cemas terhadap penyakitnya dan akibat anak paling bungsunya gagal menikah. Pada saat di rumah sakit anaknya yang lain tidak mengunjunginya. Selain itu, Ny.Ajuga masih kepikiran tentang kematian suaminya yang baru-baru ini terjadi. Hal ini juga membuatnya menjadi beban fikiran. Masalah yang muncul pada Ny.A telah dilakukan penatalaksanaan keperawatan yaitu dengan pendidikan kesehatan terkait penyakit dan pemberianasuhan keperawatan pada pasien ansietas. Pendidikan kesehatan terkait penyakit dilakukan untuk mengupayakan pasien tau untuk mencegahnya. Masalah ansietas diatasi dengan pertama kali melakukan diskusi antara perawat dan pasien untuk mengenali ansietasnya. Setelah pasien mampu mengenali ansietasnya perawat mengajarkan cara untuk mengatasi ansietas yaitu dengan berlatih salah satu teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.

Tarik napas dalam ini dilakukan pasien minimal 3 kali dalam sehari dan setiap interaksi perawat melakukan evaluasi terhadap teknik relaksasi yang sudah dilatih.

b. Hasil dari penatalaksanaan keperawatan ansietas pada Ny. A terkait pemberian pendidikan kesehatan penyakit adalah pasien mampu menyebutkan beberapa hal yang akan dihadapi ketika ansietas timbul.

Evaluasi teknik relaksasi tarik napas dalam adalah tarik napas dalam adalah didapatkan tekanan darah pasien berangsur-angsurmengalami penurunandimana sebelum berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam tekanan darahnya mencapai 150/90 mmHg dan diakhir interaksi

(37)

setelah pasien selalu berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam didapatkan hasil tekanan darahnya yaitu mencapai 110/70 mmHg.

Hasil wawancara juga didapatkan pasien merasa lebih nyaman dan tenang setelah berlatih tarik napas dalam dan cemas yang ada mulai berkurang.

3.2. Saran

1. Bagi Keluarga

Keluarga adalah orang terdekat dari klien, diharapkan dapat saling bekerja sama dalam menemukan intervensi paling tepat dan dapat membantu klien untuk mengatasi masalah hipertensi dan kecemasan pasien.

2. Bagi Penulis

Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah berhubungan dengan ansietas.Perawat yang ada di tatanan pelayanan kesehatan didalam merawat pasienhipertensi tidak hanya memperhatikan masalah fisiknya sajanamun masalahpsikososial juga perlu untuk diperhatikan seperti masalah ansietas.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A.J. et. al. (1999). Essential Hyppertension. The Lancet, 1629-1635.

Agustarika, B. (2009). Pengaruh terapi thought stopping terhadap ansietas klien dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Tesis. Program Pascasarjana Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Aivazyan, T.A., et. al. (1988). Efficacy of relaxation techniques in hypertensive patients. Health psychology, 7, 193-200.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.

Dosh, S.A. (2001). The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. Journal Fam Practice, 50, 707-712.

Harapan, M.S. (2005). Ansietas penderita jantung. 10 Juni 2013.

http://health.detik.com/read/2005/08/10/132550/419549/178/ansietaspende rita-jantung

Fisher, B.H. (2007). The effects of utilizing a preshot routine and deep breathing on reducing performance anxiety and improving serving performance among youth tennis players. Thesis. Morgantown: School of Physical Education West Virginia.

Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Mansjoer. (1999). Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius.

NANDA Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC:

Jakarta.

Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1.

Jakarta: EGC.

Purba, J. M,. Nasution, M.L., Wahyuni, SE., & Daulay, W. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

(39)

Setiawan, Z. (2006). Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor risikohipertensi studi ekologi di pulau jawa tahun 2004. Tesis. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. 8th edition. St. Louis: Mosby Year Book.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Supriati, L. (2010). Pengaruh terapi thought stopping dan progressive muscle

relaxation terhadap ansietas pada klien dengan gangguan fisik di RSUD Dr. Soedono Madiun. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

Wardayati, K.T. (2011). Polusi perkotaan pemicu hipertensi. 10 Juni 2013.

http://intisari-online.com/read/polusi-perkotaan-pemicu-hipertensi Wei & Wang. (2006). Anxiety symptoms in patients with hypertension: a

community-based study. International Journal Psychiatry in medicine, 36, 315-322.

Widiyani, R. (2013). Penderita hipertensi terus meningkat. Jakarta: EGC Wiguna. (2003). Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta:EGC

Wilkinson dan Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA, Intervensi NIC, Hasil Kriteria NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.

Wisnu, I.M.L. (2013). Waspadai hipertensi, pemicu penyakit kelas berat. 10 Juni 2013.http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaming gu&ki d=24&id=74882

(40)

Lampiran CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.

Dx

Hari/

Tanggal Pukul Tindakan

Keperawatan Evaluasi 1. Sabtu,

06 Mei 2017

11. 00–

12.05 WIB

1. Menanyakan keadaan pasien 2. Menanyakan apakah

cemas yang dirasakan menghambat aktivitas.

3. Menanyakan berapa lama cemas itu timbul.

4. Menanyakan berapa lama cemas timbul dalam sehari.

5. Mengajarkan Ny. A.

untuk menenangkan diri.

6. Menganjurkan klien untuk istirahat dan tidur yang adekuat.

7. Menanyakan pada Ny. A apakah sudah melakukan teknik distraksi yaitu menonton TV, membaca, melihat

S: Ny. A

mengatakan cemas dirasakan saat mengingat anak- anaknya.

O: Klien tampak sedih dan gugup.

Skala nyeri 5.

Tanda-tanda Vital : TD: 150/90 mmHg.

HR: 75x/menit.

RR: 24x/menit.

T: 370C.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

- Menganjurkan untuk melakukan teknik distraksi.

(41)

No.

Dx

Hari/

Tanggal Pukul Tindakan

Keperawatan Evaluasi 1 Sabtu,

06 Mei 2017

11.00 – 12.05WIB

pemandangan dan gambar,

berbincang dengan anggota keluarga, dan

mendengarkan musik..

1 Sabtu, 06 Mei 2017

11.00 - 12.05WIB

1. Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari kursi, berdiri.

2. Menganjurkan klien untuk tidak melakukan kegiatan yang melelahkan.

3. Mengajarkan klien dalam memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

4. Mengkaji tanda- tanda vital sebelum, selama dan setelah melakukan aktivitas.

S: Klien mengatakan susah untuk

melakukan kegiatan sehari-hari.

ketika cemasnya kambuh.

O: Klien tampak kelihatan lelah.

Tanda-tanda Vital : TD: 150/90 mmHg.

HR: 75x/menit RR: 24x/menit.

T : 37ºC.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

- memberikan lingkungan nyaman dan menganjurkan mengurangi kegiatan yang menyebabkan

(42)

kelelahan.

No.

Dx

Hari/

Tanggal Pukul Tindakan

Keperawatan Evaluasi 1 Minggu,

07 Mei 2017

12.00 - 12.45WIB

1. Menanyakan kepada pasien terkait teknik relaksasi yang sudah dilakukan apakah mampu mengatasi cemas yang dialami oleh klien.

2. Membantu klien dalam teknik relaksasi : dengan mengajarkan tarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan- lahan.

S: Klien mengatakan cemas belum

berkurang walaupun sudah melakukan teknik relaksasi.

O: Klien masih tampak tegang kesakitan.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

- Menganjurkan untuk melakukan teknik relaksasi kembali.

2 Minggu, 07 Mei 2017

12.00- 12.45WIB

7. Membina

hubungan saling percaya dengan klien.

8. Mengkaji pola tidur klien.

9. Mengidentifikasi kemungkinan efek obat terhadap pola tidur.

S: Klien mengatakan sudah mengontrol lingkungan yang tenang dan nyaman tetapi tidak berhasil.

O: Klien tampak kelelahan dalam beraktivitas.

A: Masalah belum teratasi.

(43)

No.

Dx

Hari/

Tanggal Pukul Tindakan

Keperawatan Evaluasi 2 Senin,

08 Mei 2017

12.10- 12.30WIB

1.Membatasi

kegiatan yang memicu sulit tidur.

2. Memonitor pola tidur dan jam tidur klien.

S: -

O: Klien tampak gelisah.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

- Mengkaji pola tidur pasien.

2 Senin, 08 Mei 2017

12.00 – 12.30WIB

1. Mendiskusikan pada pasien faktor yang

mempengaruhi sulit tidur.

2. Membuat jadwal tidur yang efektif.

S : Klien mengatakan penyebab susah tidur.

O : Klien tampak lebih baik.

Tanda-tanda vital : TD : 140/80 mmHg.

HR : 65x/menit.

RR : 20x/menit.

T : 36,50C.

A : Masalah

sebagian teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan oleh klien.

- Mengevaluasi jadwal tidur klien dan mengurangi kegiatan yang berlebihan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengkajian tahap awal dari proses keperawatan ditemukan data yang menjadi fokus dalam kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan yaitu klien mengatakan merasa tidak

mempertahankan klien dengan kesejajaran tubuh tetap. Untuk memulihkan pengawasan keefektifitan intervensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi atau reaksi

Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan luka insisi fess ditandai degan pasien tampak meringis, pasien mengatakan nyeri dihidung, intensitas nyeri sedang skala

a) Hasil dari pengkajian dengan masalah eliminasi fekal: ibu post Sectio Caesarea hari ke-2 mengalami resiko konstipasi. Ditemukan ada luka post Sectio Caesarea di abdomen ±15

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas dan pola nafas tidak efektif pada pasien gagal ginjal kronik

personal, pengendalian risiko, dan lingkungan rumah yang aman. Kriteria hasil: Memantau faktor risiko perilaku individu dan lingkungan, mengembangkan strategi pengendalian risiko

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi Diploma DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan yang khusus pada pasien dengan peningkatan