9
2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajarannya 2.1.1.1 Pengertian Matematika
Ruseffendi (Heruman, 2007:1) memberikan definisi matematika sebagai berikut:
Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, matematika dapat dibagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika untuk membantu masalah sosial, ekonomi dan alam.
Menurut Johnson dan Mylebust (Mulyono, 2003:252), “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir”. Kline (Mulyono, 2003:252) mengemukakan, bahwa “matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Sejalan dengan tiga pendapat tersebut, Sujono (Abdul Halim, 2009:19) mengartikan, “matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik, penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
bahasa universal yang dapat membantu manusia berpikir, memahami, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga merupakan sarana berpikir yang membantu manusia untuk berpikir logis, dan berpikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1.2 Tujuan dan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi SD/MI (2006:148), mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Ruang lingkup mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut:
diterjemahkan dan diaplikasikan menjadi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2.1.1.3 Sikap Guru dalam Mengajarkan Matematika
Dalam Rudi Gunawan (2011), Wiriaatmadja (2002:276) mengemukakan, Guru harus selalu memperbaharui kemahiran profesionalnya. Di antara kemahiran guru yang selalu perlu ditingkatkan adalah kemampuan mengajarnya (teaching skills). Melalui pelatihan lokakarya, seminar, atau pertemuan-pertemuan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dan lain-lain kemahiran-kemahiran itu dapat diupayakan dan diperoleh dengan mendatangkan nara sumber.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meni8ngklatkan upaya belajar Matematikanya maupun bagi guru dalam meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, Keaktifan,keterlibatan langsung atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Dan siswa disini sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apa pun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan yang satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi : Tujuan, materi, metode, dan evalusi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan medi, metode, stretegi, dan pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatam pembelajaran.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentudalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahuikemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, danlain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalampembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar danmenjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Dari pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi komunikasi antara sumber belajar, guru, dan siswa. Interaksi itu dilakukan baik secara langsung dalam kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung dengan menggunakan media, dimana sebelumnya telah menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan.
2.1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.4 Model Problem Based Learning
2.1.4.1 Pengertian dan Ciri Model Pembelajaran
Dalam Hosnan (2014:337) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual/operasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan, dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola pembelajaran yang terdiri dari prosedur pembelajaran bagi para guru/pengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu sesuai kebutuhan siswa.
Ciri-Ciri Model Pembejaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri berikut:
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi atau tujuan pendidikan tertentu.
2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem soial, dan (4) sistem pendukung.
5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
6) Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilhnya.
2.1.4.2 Pengertian Problem Based Learning
Dalam Hosnan (2014:320) PBL bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan dan pemecahan masalah serta mendaapatkan pengetahuan penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah , Penggunaannya di tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berprientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.
Dan menurut Kamdi (2007:77) Problem Based leaning adalah sustu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
2.1.4.3 Karakteristik Problem Based Learning
Dalam Hosnan (2014:300) Problem Based Learning memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Pengajuan masalah atau pertanyaan erkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
b. Bagai Kriteria dengan Berbagai Maslah Disiplin Ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu..
c. Penyelidikan yang Autentik
Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.
e. Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru.
2.1.4.4 Prinsip-Prinsip Problem Based Learning
Dalam Hosnan (2014:300) Problem Based Learning Prinsip Utama PBL adalah penggunaan sarana nyata bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.
Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memilik banyak jawaban atau strategi penelitian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak tersruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untyuk penyelesaiannya.
sebaiknya harus disertai media yang mendukung sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisisen, kemudian mengahiri pelajaran dengan menarik kesimpulan.
2.1.4.5 Keuntungan dan Kelemahan Problem Based Learning
Keuntungan Problem Based Learning menurut Uden & Beamount (2006:57) yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan PBL, yaitu:
1. Mampu meningkatkan dengan lebih baik informasi dan penegtahuannya.
2. Mengembangkan kemampuan pe.mecahan masalah, berpikir kritis, dan ketrampilan komunikasi;
3. Mengembangkan basis pengetahuan secara intergrasi; 4. Meikmati belajar;
5. Meningkatkan motivasi; 6. Bagus dalam kerja kelompok;
7. Mengembangkan belajar strategi belajar; 8. Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi;
Sedangkan kelemahan Problem Based Learning menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya, serta tingkat pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan ketrampilakn dan kemampuan guru.
2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering menggunakan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
kadang-kadang memerlukan berbagai macam sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
2.1.4.6 Langkah-Langkah Problem Based Learning
Dalam Hosnan (2014:302), secara umum langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Langkah-langkah Problem Based Learning
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik
Tahap 1
Mengorientasi peserta didik terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan saran atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.
Tahap 2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru membantu peserta didik
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik untuk membagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.
2.1.5 Model Project Based Learning
2.1.5.1 Pengertian dan Ciri Model Pembelajaran
tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan bagi para guru, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Dalam Hosnan (2014:337) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual/operasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan, dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola pembelajaran yang terdiri dari prosedur pembelajaran bagi para guru/pengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu sesuai kebutuhan siswa.
Ciri-Ciri Model Pembejaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi atau tujuan pendidikan tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem soial, dan (4) sistem pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
6. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilhnya.
7.
2.1.5.2 Pengertian Project Based Learning
Model Project Based Learning (PjBL) atau model pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Dalam Hosnan (2014:320) PjBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan pelajaran dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Ada beberapa ahli berbeda dalam memberikan definisi tentang project based learning, antara lain sebagai berikut.
1. B. Baron (1998); project based learning (PjBL) adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya. 2. Boud dan Felleti mengemukakan bahwa PjBL adalah cara konstruktif
dalam pembelajaran yang menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus aktifitas pelajar.
3. Buck Institute for Education, project based learning adalah suatu metode pembelajaran sistematis yang melibatkan siswa dalam belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui proses penyelidikan terhadap masalah-masalah nyata dan pembuatan berbagai karya atau tugas yang dirancang secara hati-hati.
ysng berpusat pada siswa dalam suatu proyek. Hal ini memungkinkan siswa untuk bekerja secara mandiri untuk membangun pembelajarannya sendiri dan kemudian akan mencapai puncaknya dalam suatu hasil yang realistis, seperti karya yang dihasilkan siswa sendiri. Project based learning dapat didefinisikan: (a) fokus pada konsep-konsep utama dari suatu materi; (b) melibatkan pengalaman belajar yang melibatkan pengalamaan siswa dalam persoalan kompleks, namun realistik yang membuat mereka mengembangkan dan menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki; (c) pembelajaran yang menuntut siswa untuk berbagi sumber informasi dalam rangka pemecahan masalah; (d) pengalaman siswa belajar untuk mengelola dan mengalokasikan sumber daya, seperti waktu dan bahan. 5. John Thomas; project based learning adalah pembelajaran yang
memerlukan tugas-tugas kompleks, didasarkan pada pertanyaan/masalah menantang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan masalah, membuat keputusan, atau kegiatan investigasi, memberikan siswa kesempatan untuk bekerja secara mandiri selama periode lama, dan berujung pada realistis produk atau presentasi.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran berbasis proyek (PBP) atau project based learning (PjBL) merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Penekanan pembelajaran terletak pada aktifitas peserta didik untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat sampai mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
2.1.5.3 Karakteristik Project Based Learning
a. Siswa mengambil keputusan sendiri dalamkerangka kerja yang telah ditentukan bersama sebelumnya.
b. Siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak memiliki satu jawaban pasti.
c. Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi.
d. Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi. e. Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi
yang mereka kumpulkan.
f. Pakar-pakar dalam bidang yang berkaitan dengan proyek yang dijalankan sering diundang menjadi guru tamu dalam sesi-sesi tertentu untuk memberi pencerahan bagi siswa.
g. Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung.
h. Siswa secara reguler merefleksikan dan merenungi apa yang telah mereka lakukan, baik proses maupun hasilnya.
i. Produk akhir dari proyek (belum tentu berupa material. Tapi bisa berupa presentasi, drama, dan lain-lain) dipresentasikan di depan umum (maksudnya, tidak hanya pada gurunya, namun bisa juga pada dewan guru, orang tua, dan lain-lain) dan dievaluasi kualitasnya.
j. Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi.
2.1.5.4 Prinsip-Prinsip Project Based Learning
a. Keterpusatan (centrally)
Proyek dalam PjBL adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum. Di PjBL, proyek adalah strategi pembe;ajaran, pelajar mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Ada kerjuaa proyek yang mengikuti pembelajaran tradisional dengan cara proyek tersebut memberi ilustrasi, sontoh, pratik tambahan, atau aplikasi praktik yang diajarkan sebelumnya dengan maksud lain. Akan tetapi, menurut kriteria di atas, aplikasi proyek tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek.Kegiatan proyek yang dimaksudkan untuk pengayaan di luar kurikulum juga tidak termasuk Pembelajaran Berbasis Proyek.
b. Berfokus pada pertanyaan atau masalah
Proyek dalam PjBL adalah terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong pelajar menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Kriteria ini sangat halus dan agak susah diraba.
c. Investigasi konstruktif atau desain
Proyek melibatkan pelajar dalam investigasi konstruktif. Investigasi mungkin berupa desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, diskoveri, atau proses pembangunan model. Jika proses atau inti kegiatan proyek tidak menyajikan “tingkat kesulitan” bagi anak, atau dapat dilakukan dengan penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, maka proyek yang dimaksud adalah tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek pembelajaran.
d. Otonomi
Proyek PjBL lebih mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja, yang tidak bersifat rigid, dan tanggung jawab pelajar daripada proyek tradisional dan pembelajaran tardisional.
e. Realisme
berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.
2.1.5.5 Keuntungan dan KelemahanProject Based Learning
Keuntungan project based learning menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkaan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6. Meningkatakan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menumbuhkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplemnentasikan dengan dunia nyata.
Sedangkan kelemahan project based learning menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) adalah sebagai berikut:
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. 2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan mengumpulkan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseruhan.
2.1.5.6 Langkah-Langkah Project Based Learning
Dalam Imas Kuniasih (2014:85), secara umum langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) atau project based learning dapat
Berdasarkan bagan di atas, kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah PjBL adalah sebagai berikut:
1. Penentuan proyek
Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik proyek berdasarkan tugas proyek yang diberikan oleh guru. Peserta didk diberi kesempatan untuk memilih/menentukan proyek yang akan dikerjakannya baik secara kelompok maupun secara mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan guru.
2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek
Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengolahannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencaan sumber/bahan/ alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas proyek, dan kerja sama antar anggota kelompok.
3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
Peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.
4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek diantaranya adalah dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi objek proyek, atau (h) akses internet. Guru bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek mulai proses hinggga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam penyelesaian tugas proyek.
Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran produk pembelajaran.
6. Evaluasi proses dan hasil proyek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didk diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selam penyelesaian tugas proyek yang berkembang dengan diskusi atau memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan
2.1.6 Penerapan Model Dalam Pembelajaran
Joyce dan Weil dalam Winataputra (2003:8) berpendapat bahwa model kreatif produktif seperti halnya model-model pembelajaran yang lain memiliki 5 komponen yang terdiri atas sintagmatik, prinsip reaksi, sistem sosial, daya dukung, dampak instruksional dan pengiring.
1) Sintagmatik
Menurut Winataputra (2001:8), sintagmatik adalah tahap-tahap kegiatan dari sebuah model.
Dalam Imas Kuniasih (2014:85), secara umum langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) atau project based learning dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Penentuan proyek
b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek
Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengolahannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencaan sumber/bahan/ alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas proyek, dan kerja sama antar anggota kelompok.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
Peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.
d. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek diantaranya adalah dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi objek proyek, atau (h) akses internet. Guru bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek mulai proses hinggga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam penyelesaian tugas proyek.
e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek
Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran produk pembelajaran. f. Evaluasi proses dan hasil proyek
pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didk diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selam penyelesaian tugas proyek yang berkembang dengan diskusi atau memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.
2) Prinsip Reaksi
Winataputra (2001:8-9) berpendapat bahwa sistem reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Dalam model project based learning, guru berperan sebagai pembimbing, pendamping, fasilitator, penyaji materi, serta pengarah pada saat siswa sedang menjalankan setiap langkah dalam tahapan model pembelajaran. Hal ini terbukti dari guru menyajikan contoh alat komunikasi, gambar, memfasilitasi kelompok, dan guru siap menjawab pertanyaan siswa mengenai materi pembelajaran.
3) Sistem Sosial
Menurut Winataputra (2001:8), sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Sunaryo (2011) mengemukakan bahwa suasana kelas pada saat pembelajaran dilaksanakan adalah suasana yang demokratis, dialogis, kooperatif, dan penuh tanggung jawab. Sistem sosial yang terjadi pada pembelajaran menggunakan model inquiry learning yaitu nampak pada saat guru melakukan tanya jawab dengan siswa, siswa aktif dalam menjawab pertnyaan dari guru, dan siswa dengan berani mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas.
4) Daya Dukung
model ini adalah materi dan media yang relevan dengan tujuan pembelajaran serta metode yang akan dilaksanakan. Pada pembelajaran dengan menggunakan model project based learning, daya dukung yang digunakan anatara lain buku paket, gambar-gambar alat komunikasi, contoh alat komunikasi, dan RPP.
5) Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Menurut Sudirman (1987:94) dampak langsung adalah tujuan yang secara langsung akan dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran (satuan pelajaran) yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar. Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan Cognitive Domain (pengetahuan) dan psycho-motor domain (keterampilan). Kedua domain ini bisa diukur secara kongkrit, pasti, dan karenanya dapat langsung dicapai ketika itu.Dampak pengiring adalah hasil pengajaran yang sebaiknya dirumuskan agar lebih jelas dan terarah dalam program pengajaran (satpel) karena hasil ini tidak perlu langsung dicapai ketika selesai suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar, tetapi diharapkan hasilnya akan berpengaruh kepada siswa dan akan mengiringi atau menyertai belakangan, mungkin masih memerlukan waktu atau tahapan-tahapan pertemuan peristiwa belajar mengajar selanjutnya. Biasanya dampak pengiring ini berkenaan dengan effective domain (sikap dan nilai).
Bagan 2.3
Dampak Pengiring dan Instruksional Project Based Learning
Bagan 2.2
Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Project Based Learning dalam Pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Cacah.
Keterangan:
Dampak Instruksional Dampak Pengiring
Model Project
Based Learning Kreatif
Kerja keras
Mandiri
Menghargai prestasi
Menghargai prestasi
Tanggung jawab
Kemampuan mengenal bilangan
bulat
Kemampuan membandingkan/mem
bedakan jenis operasi hitung bilangan bulat
Kemampuan menunjukkan operasi hitung bilangan bulat
dengan tepat
Kemampuan menyebutkan macam-macam
Tabel 2.4
Prosedur Pelaksanaan Model Pembelajaran Project Based Learning dalam Pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Bilagan Bulat
Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Siswa
1. Guru mengulas kembali jenis operasi hitung bilangan bulat yang operasi hitung bilangan bulat.
3. Guru memberikan contoh operasi hitung bilangan bulat. siswa untuk membentuk kelompok dan menyelesaikan soal materi operasi bilangan bulat yang telah guru jawab seputar operasi hitung bilangan bulat yang akan dipelajari. 2. Siswa menyebutkan
macam-macam operasi hitung bilangan bulat yang diketahuinya. 3. Siswa bersama-sama
memperhatikan contoh operasi hitung bilangan bulat yang dijelaskan oleh guru.
4. Siswa bersama-sama dengan kelompoknya mengambil undian (operasi hitung bilangan bulat apa yang didapat). 5. Siswa secara
berkelompok mulai memikirkan cara baru atau proyek cara penyelesaian bilangan bulat yang didapat. 6. Dengan beberapa contoh
yang telah dijelaskan oleh guru, siswa secara berkelompok
penyelesaian proyek)
6. Guru memberikan arahan waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pendapat siswa. (Penyusunan dilakukan oleh siswa serta menfasilitasi siswa dengan peralatan yang dibutuhkan.
(Penyelesaian proyek
dengan fasilitasi dan
monitoring)
8. Guru membimbing dan mengarahkan masing-masing kelompok untuk menuliskan laporan pada hitung bilangan bulat yang didapat oleh proyeknya yang berupa cara penyelesaiian soal operasi hitung bilangan bulat ke depan kelas. Kelompok yang lain boleh memperhatikan. 9. Masing-masing
kelompok memberi nilai pada kelompok temannya
11.Siswa secara bersama-sama menarik kesimpulan.
9. Setelah mendapat hasil presentasi,guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari serta melakukan
evaluasi.(Evaluasi
proses dan hasil
proyek)
6. Evaluasi proses dan hasil proyek.
oleh guru.
2.1.7 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang model pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning dan Project Based Learning yang diterapkan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya:
tahun pelajaran 2006/2007, (2) Dengan model pembelajaran berbasis masalah aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Kelebihan pada penelitian di atas yaitu setiap siklus selalu mengalami peningkatan. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama. Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2002). Dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan soal cerita Melalui Penerapan Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dari total nilai yang didapat, siswa dengan nilai ≤ 75 pada kondisi awal 8 siswa (30,77%) dengan mean 62,20 meningkat menjadi 25 sisa (96,62%) dengan mean 88,34 dan daya serap 96,62%. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut karena adanya perubahan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan penerapan Problem Based Learning. Kelebihan siswa mampu mengidentifikasi masalah yang diberikan, mencari informasi yang relevan yang digunakan untuk menentukan hipotesis, merencanakan penyelesaian atau solusi masalah, memilih alternative solusi masalah yang paling tepat melalui proses diskusi, dan akhirnya siswa mampu menyampaikan hasil solusi masalah kepada kelompok yang lain. Kelebihannya adalah siswa semakin terbiasa menggunakan logika/penalarannya dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa mampu menganalisa soal dengan baik, membuat perencanaan penyelesaian dengan tepat, menyelesaikan soal dengan baik. Kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena anak-anak belum terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Mendasarkan kelemahan diatas pada penelitian berikutnya dapat digunakan sebagi bahan pertimbangan untuk melakukan penelelitian selanjutnya.
kemapuan pemahaman dan penalaran matematik; (4) sikap siwa pada kelompok eksperimen terhadap pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan representasi matematik adalah positif; (5) pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan representasi matematik lebih aktif belajar dari Matematika pada kelompok yang memperoleh pembelajaran biasa. Kelebihannya suasana belajar yang lebih kondusif dibandingkan dengan pembelajaran biasa dalam hal pengembangan kemampuan penalaran dan koneksi matematik, membangun sikap yang positif, meningkatkan keterlibatan siswa, dan belajar. Kelemahannya tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan model pembelajaran ini. Mendasarkan kelemahan diatas pada penelitian berikutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melkaukan penelitian selnajutnaya.
kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat diguanan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Miftah Arina HarahapdanPuji Prastowo dalam penelitiannya yang berjudul " Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dan Problem Based Learning pada materi pencemaran lingkungan. Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata post-test pada kelas model pembelajaran project based learning adalah 79,30 dengan standar deviasi 10,86. Nilai tertinggi yaitu 97dengan frekuensi 1 (3,03 %), nilai terendah yaitu 60 dengan frekuensi 4 (12,12 %),dan nilai dengan frekuensi tertinggi yaitu 90 dengan frekuensi 9 (27,27 %). Sedangkan nilai rata-rata post-test pada kelas model pembelajaran Problem Based Learning adalah 77,07 dengan standar deviasi 8,59. Nilai tertinggi yaitu 87 dengan frekuensi 6 (18,18 %), nilai terendah yaitu 60 dengan frekuensi 3 (9,09 %), dan nilai dengan frekuensi tertinggi yaitu
83 dengan frekuensi 9 (27,27 %).
eksperimen termasuk kriteria sangat baik. Hal ini terlihat dari rata-rata persentase aktivias peserta didik yaitu 80,1%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai keefektifan model PJPBL pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X PM pada materi program linear, diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) Kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang memperoleh Project Based Learning mampu mencapai ketuntasan klasikal, yakni sekurang-kurangnya 75% dari peserta didik nilainya mencapai KKM. (2) Peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning memiliki kemampuan pemecahan masalah lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori. (3) Ada pengaruh positif aktivitas belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi program linear. Aktivitas peserta didik mempengaruhi nilai hasil belajar aspek kemampuan pemecahan masalah sebesar 32,26% oleh persamaan regresi. Dari ketiga simpulan di atas diperoleh bahwa model Project Based Learning efektif pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMK materi program linear.
meningkatkan hasil belajar siswanya hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar 2,777 dan nilai sig. 0,017, sedangkan nilai t tabel dengan db = 60 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,0003. Karena nilai t hitung sebesar 2,777 lebih besar dari t tabel 2,0003 dan nilai sig. Sebesar 0,017 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) secara signifikan lebih efektif dibandingkan model ceramah untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif. Untuk melihat hasil uji t independen Uraian di atas terbukti bahwa model pembelajaran Project Based Learning (PJPBL) secara signifikan lebih efektif dibandingkan model ceramah untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif dari pengujian uji t independen secara satu arah. Hasil penelitian juga didukung oleh teori dan para ahli, serta didukung oleh beberapa hasil penelitian. Untuk itu disarankan siswa harus lebih efektif dan kretif dalam pembelajaran agar pelaksanaan model pembelajaran Project Based Learning (PJPBL) dapat berjalan dengan baik. Disarankan juga untuk guru-guru di SMK N 2 Wonosari hendaknya dalam melakukan pembelajaran praktek menggunakan metode Project Based Learning (PBL) karena membuat siswa lebih aktif dan lebih bersemangat dalam proses pembelajaran praktek ini.
2.1.8 Kerangka Pikir
2.1.8.1 Kerangka pikir model Problem Based Learning
siswa yang belum bisa mengerjakan soal akan merasa tertantang sehingga termotivasi untuk lebih giat lagi dalam belajar, mudah menerima materi yang disampaikan dan pada akhirnya akan meningkatkan pemahaman serta hasil belajar pada siswa. Adapun gambaran dari kerangka pemikiran ini dapat dilihat sebagai berikut:
Bagan 2.5
Kerangka Pikir Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
Orientasi permasalahan (identifikasi Masalah)
Organisasi penelitian (Kajian Permasalahan)
Investigasi Mandiri (mengumpulkan data)
Investigasi kelompok (investigasi terjun kelapangan)
Menyusun laporan
Mempresentasikan laporan
Refleksi
Evaluasi (tes formatif)
2.1.8.2 Kerangka Pikir model project based learning
Kerangka pikir untuk penelitian ini terdapat dalam skema sebagai berikut: Bagan 2.6
Kerangka Pikir Hasil belajar siswa
≤ KKM Diskusi kelompok dan presentasi
Model Project Based Learning
(PjBL)
Minat Belajar Hasil Belajar
1. Penentuan
1.1 Kesadaran (awareness) 1.2 Kemauan menerima
(willingness to receive) 1.3 Pemusatan perhatian (willingness to respons) 2.3Kepuasan dalam
(preference for value)
2.1.9 Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Project Based Learning pada SD kelas 4 gugus Gajah mada, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.