KUMPULAN RESEP-RESEP BERDASARKAN KASUS
Anemia Pernisiosa...2
Asma-Bronchitis...3
Dengue Haemorrhage Fever (DHF)...4
Dengue Syok Syndrome (DSS)...4
Dermatitis Atopi dengan Eczema...6
Dermatitis Venenata...7 Diabetes Mellitus (DM)...8 Eczema...9 Epilepsi...10 Faringitis...11 Fluor Albus...12 Glaukoma...15 Hemoroid...16 Hipertensi...17
Infeksi Saluran Kencing (ISK)...18
Migrain...19
Otitis Media Akut (OMA)...20
Pneumonia...21
Preeklampsi...22
Rhinitis Alergi...23
Scabies...24
Schizophrenia...26
Shigellosis (Disentri Basiler)...27
Sinusitis...28 Status Asmatikus...29 Stomatitis...31 Syok Anafilaksis...32 Tetanus...33 Tifus Abdominalis...34 Tuberculosis (TB)...35 Uretrhitis GO...36 Vertigo...37
ANEMIA PERNISIOSA
Definisi : Kekurangan vitamin B12 sehingga terjadi sel darah merah yang berukuran besar (megaloblastik). Faktor intrinsic dalam lambung tidak ada sehingga terjadi hambatan dalam absorbsi vitamin B12.
Resep :
R/ Arcored inj vial No. I
Cum dysposible syringe cc 10 No. I S imm
Pro. Ny. I (25 th) Arcored
• Kandungan vitamin B12 10000 mcg, 1 vial : 10 ml • Indikasi : Anemia pernisiosa
• Dosis : 5 x 1000 mcg IM selama satu minggu pertama • Vitamin B12 sebagai katalisator dalam pembentukan DNA
ASMA BRONKIAL
Definisi : gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan elemennya berlangsung kronik menyebabkan peningkatan, hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episode berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, terutama pada malam hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum, memiliki karakteristik bentuk alergik dan non-alergik.
Contoh resep:
R/ Ventolin MDI No. I S prn 1-2 dd puff I
R/ Metil prednisolon tab mg 4 No.VII S 1 dd tab I
Pro Ny. R (30tahun) Jenis obat:
1. Ventolin
• Kandungan salbutamol sulfate, golongan beta2-mimetika
• Mekanisme kerja : bekerja spesifik pada reseptor- 2. Selain mempunyai dayaβ bronchodilatasi yang baik, juga memiliki efek yang lemah terhadap stabilisasi sel mast, sehingga sangat efektif untuk mencegah atau meniadakan asma.
• ESO : nyeri kepala, pusing, mual, tremor tangan. Pada overdose menimbulkan efek kardiovaskuler (takikardi, palpitasi, aritmia, hipotensi).
• Dosis : tab 2 mg, inhaler 100 mcg. Inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 100mcg, pada serangan akut 2 puff dapat diulang sesudah 15 menit. Pada serangan hebat i.m atau s.c 250-500 mcg, yang dapat diulang setelah 4 jam.
Biasa digunakan dalam bentuk dosis aerosol, karena berefek pesat dan mempunyai efek samping yang ringan dibanding dengan dosis oral.
2. Metilprednisolon
• Merupakan kortikosteroid, sebagai antiinflamasi, mengatasi obstruksi jalan nafas. • Mekanisme kerja : menghalangi enzim fosfolipase yang mampu mengubah fosfolipid
membran sel menjadi mediator menimbulkan bronkospasme.
• ESO : gejala cushing (osteoporosis, moonface, hipertrichosis, impotensi, dll) serta penekanan fungsi anak ginjal.
• Dosis : Sediaan 4 mg, 16 mg. Prednisolon untuk terapi kur singkat 25-40 mg sesudah makan pagi, yang setiap dua hari dikurangi dengan 5 mg sampai kur selesai dalam 2-3 minggu. Untuk pemeliharaan 5-10 mg prednisolon setiap 48jam.
DENGUE HEMORAGIK FEVER Ciri : Trombositipenia
Hct meningkat > 20%
Mialgia, panas, hepatomegali Contoh resep:
R/ Infus NaC 0,9% flab No IV Cum infus set No I
Iv catheter no.22 No I ∫ imm R/ Paracetamol tab mg 500 No X ∫ prn 1-3 dd tab I Pro: Sdr. X (21th) Jenis obat:
1. NaCl 0,9% : Rehidrasi untuk mengatasi hemokonsentrasi, bisa juga pakai RL atau Hartmann’s solutions
2. Paracetamol : efek antipiretik mengandung asetaminofen
a. Mekanisme : menghambat biosintesis prostaglandin dgn penghambatan cox
b. Sediaan : 500mg tab; 120mg/ 5ml sry
c. Dosis : 300mg-1gr per kali → maxs 4gr/hari.
DENGUE SHOCK SYNDROME
Definisi : DBD yang disertai kebocoran plasma yang mengakibatkan syok
Tanda Syok : nadi lemah dan cepat, tekanan nadi turun(≤20 mmHg), akral dingin Resep :
R/ Ringer lactate inf. flab No.IV Cum infuse set No. I
Abbocath no.22 No.I S imm
Pro. Ny. J (29 th)
Ringer lactate (Na lactate 3,1 gram; NaCl 6 gram; KCl 0,3 gram; CaCl2 0,2 gram; air) Merupakan cairan kristaloid mengganti vol.plasma segera.
Dievaluasi 30 menit. Jika teratasi berikan 10 ml/KgBB/jam. Jika tidak teratasi berikan 15-20 ml/KgBB/jam
DENGUE SHOCK SYNDROME R/ Infus RL flabot no VIII
∫ imm R/ IV catheter no 22 no I Infuse set no I ∫ imm Ht tetap tinggi/ naik + koloid 20 ml/kgBB DBD derajat III dan
IV DBD derajat II + kegagalan sirkulasi
Oksigenasi (berikan O2 2-4 L/menit)
Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis) Ringer asetat/Nacl 0,9 % 10-20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)
Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi?
Pantau tanda vital tiap 10 menit Catat balans cairan selama pemberian cairan intravena
Syok tidak teratasi Syok
teratasi Kesadaran membaik Nadi teraba kuat
Tekanan nadi >20 mmHg Tidak sesak napas/sianosis Ekstrimitas hangat Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam Kesadaran menurun Nadi lembut / tidak teraba
Tekanan nadi <20 mmHg
Distress
pernapasan/sianosis Kulit dingin dan lembab Ekstrimitas dingin
Periksa kadar gula darah Cairan 10 ml/kgBB/jamEvaluasi ketat Tanda vital Tanda perdarahan Dieresis Hb, Ht, Trombosit Stabil dalam 24 jam Tetesan 5
ml/kgBB/jam
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Infuse stop tidak melebihi 48 jam Lanjutkan cairan 15-20 ml/kgBB/jam Tambahan koloid/plasma Dekstran 40/FFP 10-20 (max 30) ml/kgBB Koreksi asidosis Evaluasi 1 jam Syok teratasi
Syok belum teratasi Ht turun
+ transfuse fresh blood 10 ml/kg
Dapat diulang sesuai kebutuhan
DERMATITIS ATOPI DENGAN EKZEMA
Definisi : peradangan kulit kronis dan residif disertai gatal berhubungan dengan atopi
UKK :
• Bentuk infantil (2 bln-2 thn): lesi di muka,pipi, dahi. Eritem, papulavesikel miliar, karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi, krusta tidak jarang menjadi infeksi
• Bentuk anak (3-11 tahun) : lesi kering, likenifikasi, batas tdk tegas, karna garukan ada ekskoriasi meanjang dan krusta. Predileksi di lipat siku, lutut, leher, pergelangan tangan, kaki
• Bentuk remaja dan dewasa (12-30 tahun) : predileksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut, punggung tangan, biasanya simetris. Gejala pruritus, likenifikasi, papul, ekskoriasi, krusta
Prinsip terapi :
• Kortikosteroid topical dan oral sebagai antiradang, imunosupresan, antimitosis. Kortikosteroid oral dipakai bila kelainan luas atau eksaserbasi akut.
• Antihistamin I generasi non-sedatif : mengatasi gejala gatal-gatal dan kulit merah karena menghambat degranulasi sel mast yang mengeluarkan histamine
• Pengobatan topikal: pada bentuk bayi, kelainannya eksudatif, maka dikompres larutan asam salisil 1/1000, setelah kering dilanjutkan krim hidrokortison 1% atau 2%. Pada bentuk anak dan dewasa kelainannya bersifat kering maka menggunakan salep, karena daya penetrasinya lebih baik. Salep kortikosteroid, bisa juga ditambah asam salisil 3-5 % pada salep kortikosteroid untuk menambah daya penetrasinya.
Resep :
R/ Hidrocortisone 2,5% cream tube No. I ∫ u.e
R/ Metilprednisolon tab mg 4 No. V ∫ 1 dd tab I
R/ Loratadine tab mg 10 No. V ∫ 1 dd tab I
Pro : An. A (16 tahun) Jenis obat:
1. Metilprednisolon (antiinflamasi) • Sediaan : 4 mg, 16 mg • Golongan kortikosteroid
• Indikasi : dermatologic, endokrin, hematologic • Kontra indikasi : infeksi jamur sistemik
• Efek samping : osteoporosis, katarak • Dosis : 4 – 8 mg/hari
2. Loratadine
• Antihistamin non sedative golongan piperidin • Sediaan : 10 mg/tab; 5 mg/ml sirup
• Pengobatatan simptomatis pada alergi rhinitis, urtikaria kronik, dan berbagai jenis alergi kulit
• Mekanisme : antihistamin menghambat reaksi alergi yang menghasilkan histamine, serotonin, bradikinin, asam arakidonat yang akan diubah menjadi prostaglandin • Dosis : dewasa : 10 mg/hari
Anak : 2-12 tahun : BB > 30 kg 10 mg/hari BB < 30 kg 5 mg/hari
DERMATITIS VENENATA (DERMATITIS KONTAK IRITAN)
Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan iritan yang paling sering menyebabkan DKI adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan keadaan yang dinamakan ³diaper dermatitis´, reaksi kulit di daerah yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu lama dengan bahan kimia alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu dapat pula DKI terjadi di sekitar mulut karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. Pada orang dewasa, DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen.
Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit. Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel). Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar. Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian losyen badan).
Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari kemerahan akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk keropeng lalu mengering. Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu.
Pengobatan
a. Hidrocortisone 1%
• Lini pertama pengobatan sebagai antiinflamasi bersifat ringan b. Dexamethason
• Diberikan secara oral jika ada tanda perdangan berat c. Siproheptadin (sedasi sedang)
• Berisi AH1, antiserotonin • Sediaan : 4 mg
• Indikasi : alergi ringan dan tidak terkomplikasi berupa urtikaria dengan angioderma kulit
• Mekanisme : mencegah degranulasi sel mast Resep
R/ Hidrocortisone 1% cream tube No. I ∫ 2 dd I u.e
R/ Dexamethason tab mg 0,5 No. X ∫ 3 dd tab I
R/ Siproheptadin tab mg 4 No. X ∫ 3 dd tab I
DIABETES MELITUS Di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
A. Diabetes Melitus Tipe 1
Definisi: kondisi dimana sel pankreas β tidak menghasilkan insulin, predileksi usia muda < 30 tahun
Terapi : Injeksi Insulin Resep :
R/ Insulin regular injeksi 100 IU Cum spuit insulin injeksi S imm
Pro. Nn. I (20 th)
Mekanisme kerja : mengatur kadar glukosa dengan target utama hepar, otot, dan jaringan adipose
B. Diabetes Melitus Tipe 2
Definisi : kondisi dimana terjadi resistensi insulin. GDS ≥ 20 mg/dl atau GDP ≥ 126 mg/dl Pilihan obat :
1. First choice : gol. sulfenilurea (glibenklamid, klorpropamid) 2. Gol. Biguanid (Metformin)
3. Tiazolidindion (pioglitazon, rasiglitazon)
4. Glinid (repoglinid, hateglinid); berfungsi meningkatkan sekresi insulin
5. Glukosidase dan inhibitor : acarbose berfungsi menghambat absorbsi glukosa Resep :
R/Glibenklamid tab mg 5 No. XIV S 3 dd tab I ½ h.a.c.
Pro. Ny. I (45 th)
Dievaluasi 2 minggu setelah pemberian, bila tidak ada perbaikan ditambah obat golongan biguanid.
R/ Metformin tab mg 500 No. XXI S 3 dd tab I d.c.
Pro. Ny. I (45 th)
Glibenklamid Metformin
•Golongan Sulfonilurea (insulin sekretorik) •Sediaan : 5 mg
•Dosis : awal 2,5-5 mg ditingkatkan perlahan tidak lebih dari 2,5 dgn interval 1 minggu, maksimal : 20 mg/hari
•Nama paten antara lain: glukonic, glyamid, libronil, tiabet
•Mekanisme : merangsang sekresi insulin dari granul sel beta langerhans
•Terapi efektif :diberikan 30 menit sebelum makan. ½ h.a.c dimaksudkan untuk mencegah hipoglikemi dan mempercepat absorbsi karena makanan dapat menyebabkan menurunnya absorbsi
•Metabolisme di hepar dan di ekskresi melalui ginjal
•Efek samping : gangguan saluran cerna&alergi kulit
•Kontraindikasi : DM juvenile; DM gestasional dan keadaan gawat
•Interaksi obat : meningkatkan risiko
• Golongan Biguanid
• Sediaan : 500 mg, 850 mg
• Dosis : awal : 2 x 500 mg; maintenance : 3 x 500 mg; dosis maksimal : 2,5 - 3 gram/hari
• Efektif diminum waktu makan untuk mengurangi efek sampingnya, yaitu mual, muntah, diare, dan rasa tidak nyaman di perut
• Nama Paten : gliformin, glikos, glucofor 500
• Mekanisme : menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin
• Metabolisme : absorbsi di intestinum dan ekskresi di urin utuh
• Kontra indikasi : penyakit kardiovaskuler karena terjadi peningkatan asam laktat dalam darah, penyakit ginjal,dll.
hipoglikemia oleh insulin, alkohol, sulfonamide, kloramfenicol; dan efek hipoglikemia diturunkan dengan diuretik (tiazid), kortikosteroid.
EKZEMA Definisi:
Ekzema merupakan peradangan pada lapisan kulit baik di epidermis maupun dermis. Gejala :
- kulit kemerahan, kering, basah, tebal, bersisik - baru : kulit merah, kering, basah, tebal
- kronis : lebih tebal, bersisik, kehitaman Resep :
R/ Hidrocortisone 1% cream tube No. I ∫ 2 dd I u.e
Pro : Tn. Y (30 tahun) Jenis obat:
Hidrocortisone 1 %
• Golongan kortikosteroid lemah
• Memiliki potensiasi terkecil sehingga tidak terlalu besar efeknya (antimiotik dan antiinflamasi)
• Mekanisme : mengurangi sintesis prostaglandin dan leukotrien yang diakibatkan oleh aktivasi fosfolipase A2 dengan mengurangi jumlah enzim yang tersedia untuk
memproduksi prostaglandin • Sediaan : 40 mg; 25 mg/g krim
• Indikasi : ekzema, radang, dan penyakit kulit karena alergi • Dosis : 3 – 4 kali sehari
EPILEPSI
Definisi : suatu keadaan neurologik yang ditandai dengan bangkitan epilepsi yang berulang, yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan bangkitan epilepsi sendiri adalah suati manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal, berlebihan, dan sinkron. Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya timbul intermiten dan self limited.
Gejala : konvulsi Contoh resep :
R/ diazepam inj mg 5 amp No. I Cum disposable syringe cc 3 No.I S imm
R/ fenitonin Na cap mg 100 No. XXI S 3 dd cap I
R/ Karbamazepin tab mg 200 No. X S 2 dd tab I
Pro : Ny. B (22 th) Jenis obat :
Diazepam Natrium Fenintoin Carbamazepin
• Golongan benzodiazepine • Mekanisme :
o Potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediatornya.
o Diazepam berikatan dengan reseptor GABA membuka kanal klorida cl- masuk dalam sel peningkatan potensial elektrik sepanjang membran sel sukar tereksitasi.
• Dosis :
saat status epileptikus : 0,2 mg/kgBB dengan kecepatan 5gr/menit, IV lamban ulang 15-20 menit kemudian dosis max 20-30mg
• ESO : depresi pernafasan, depresi SSP, obstruksi sal.nafas oleh lidah akibat
relaksasi otot, menggantung. • Sediaan : 10 mg/ml (injeksi) valium, 5 mg/ml (injeksi) valdimex •Sediaan : 100mg/ cap (dilantin), 50 mg/ml (injeksi) •Golongan hidantoin •Mekanisme:
o efek anti konvulsi tanpa depresi SSP inhibisi kanal Na+ pada membran sel axon. o Menghambat penjalaran
rangsang dari fokus kebagian otak lain.
o Fenitoin mempengaruhi berbagai efek fisiologis. Obat ini mengubah konduktan Na+, K+, Ca2+, potensiasi membran, konsentrasi asam amino, neurotransmiter norepinefrin, asetilkolin &GABA.
•Farmakokinetik:
o Absorbsi fenitonin tergantung formulasi bentuk dosis, absorbsi per oral berlangsung lambat
o Diekskresi dalam tinja o Kadar puncak :3-12 jam •Interaksi obat : kadar fenitonin
akan meningkat bersama kloramfenikol, simetidin, INH. Sedangkan kadar fenitonin menurun dengan theofilin. •Dosis : anak 5 mg/kgBB/hari,
maintenance :300-400mg/hari terbagi
•Indikasi : bangkitan tonik-klonik umum dan parsial
•ESO : diplopia dan ataksia
• Sediaan : 200 mg/tab • Indikasi : epilepsy
parsial seizure dengan gejala kompleks dan sederhana. • Farmakokinetik : o Kecepatan absorbsi berbeda-beda antar pasien, tetapi umumnya dapat terabsorbsi secara sempurna. Obat lambat diabsorbsi jika diberikan setelah makan.
o Kadar puncak tercapai setelah 6-8 jam
o Waktu paruh 36 jam untuk pasien dosis tunggal pertama, kemudian turun 20 jam untuk yang mendapat terapi berlanjut • Dosis: awal: anak : 15-25 mg/kg/hari, dewasa : 1000-2000mg/hari Maintenance: 800-1000 mg/hari (dewasa), 400-800 mg/hari (anak 6-12 tahun)
• ESO jangka lama: pusing, vertigo, ataksia, diplopia
FARINGITIS
Definisi. Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang biasanya disebabkan oleh infeksi akut. Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti n. gonorrhoeae, c. diphtheria, h. influenza juga dapat menyebabkan faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh rhinovirus, adenovirus, parainfluenza virus dan coxsackie virus. Gejalanya berupa sakit/nyeri telan, perubahan suara/suara serak serta tejadi belum lama atau baru terjadi dan disertai dengan demam. Penanganan pada pasien faringitis yaitu dengan obat kausal dan simptomatik yaitu antibiotik serta obat obat penghilang gejala seperti analgetik dan antipiretik. Pasien pada kasus ini didiagnosis faringitis dan mendapat terapi amoksisilin sebagai antibiotik dan paracetamol sebagai analgetik antipiretik.
Resep
R/ Amoxycillin tab mg 500 no.XII ∫ 3 dd tab I
R/ Paracetamol tab mg 500 no.XII ∫ 1-3 dd tab I agretiente febre Pro: Tn.M (34 th) Amoxycillin Antibiotik beta laktam Kapsul atau tablet : 250mg; 500mg. Sirup kering : 125mg/5ml
Pengobatan infeksi yang
disebabkan organisme yang sesuai; termasuk: infeksi saluran
pernapasan; infeksi saluran kemih; infeksi klamidia; sinusitis; eradikasi Helicobacter pylori.
Pola resistensi antibiotik setempat/daerah perlu dipertimbangkan Antibiotik penisilin spektrum luas Menggantikan ampisilin karena penyerapan yang lebih baik, efek samping lebih sedikit
Amoxycillin Paracetamol
Indikasi :
infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas atas, bronkitis; pneumonia; otitis media; abses gigi dan infeksi rongga mulut lainnya; osteomielitis; penyakit lyme; profilaksis endokarditis; profilaksis paska splenektomi; infeksi ginekologis; gonorrhea; eradikasi Helicobacter pylori; antrax
Kontra indikasi :
hipersensitif terhadap penisilin Perhatian :
Riwayat alergi; gangguan ginjal; bercak kemerahan pada demam kelenjar (glandular fever); infeksi cytomegalovirus; leukimis limfositik kronik, dan kemungkinan infeksi HIV; pertahankan hidrasi yang cukup pada dosis tinggi (risiko kristaluria); kehamilan dan menyusui
Kehamilan dan meyusui :
Tidak diketahui berbahaya pada kehamilan; pada air susu jumlah sangat sedikit (trace amount)
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk
mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada
otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan
defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan
gangguan fungsi hati. Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai
FLUOR ALBUS
DEFINISI
Fluor albus atau keputihan (fluor=cairan kental, albus = putih) atau Leukorhoea, adalah : keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa saja terasa gatal, rasa panas atau perih, kadang berbau, atau malah tidak merasa apa-apa. Kondisi ini terjadi karena tergangggunya keseimbangan flora normal dalam vagina, dengan berbagai penyebab. Infeksi ini disebabkan oleh jamur candida Albicans. Tempat utama yang diserang jamur ini adalah mulut dan vagina. Keputihan atau dalam bahasa kedokteran disebut leukore atau flour albus, adalah cairan yang keluar dari vagina/liang kemaluan secara berlebihan.
RESEP :
R/ Nystatin tab vag No. VII ∫ u.c
R/ Metronidazole tab mg 500 No.XX ∫ 4 dd tab I
Pro : Ny.A (35th)
A. Nystatin (nistatin)
(candistin, cazetin, enystin, fungatin, kandistatin, mycostatin, nymico, nystin) Golongan Sediaan Penyakit/indikasi Alasan penggunaan Antijamur Tablet : 100.000 IU;
500.000 IU
Ovula : 100.000 U
Pengobatan
candidiasis kulit dan membrane mukosa
Efektif untuk pengobatan
candidiasis oral, kulit dan vagina
Indikasi: Candidosis mulut (oral), esophagus, usus, vagina dan kulit
Kontraindikasi : Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap Nystatin. Perhatian : Kehamilan dan menyusui
Dosis : Kandidosis oral, per oral, DEWASA dan ANAK >1 bulan, 100.000 U setelah makan 4x sehari biasanya untuk 7 hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah lesi/gangguan menghilang
Candidosis sus dan esophagus, per oral, DEWASA 500.000 U 4x/hari; ANAK >1 bulan 100.000 U 4x/hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah penyembuhan klinis
Candidosis vaginalis, per vaginal, DEWASA masukkan 1-2 ovula saat malam minimal 2 minggu
Efek Samping : Mual, muntah, diare pada dosis tinggi; iritasi mulut dan sensitisasi; ruam dan jarang terjadi: eritema multiforme (sindrom steven Johnson).
B. Metronidazole (metronidazol)
( Anmerob, Biatron, Corsagyl, Elyzol, Farizol, Farnat, Fladex, Flagyl, Flapozil, Fortagyl, Grafazol, heronid, Mebazid, Metrofusin, Metrolet, Novagyl, Promuba, Ragyl Forte, Tismazol, Trichodazol, Trinida, Trogiar, Trogyl, Yekatrizol-F)
Golongan Sediaan Penyakit/indikas
i Alasan penggunaan Golongan
antibakterial lain
Injeksi : 500 mg dalam vial 100 ml
Cairan oral : 200 mg/ 5 ml Supositoria : 500 mg; 1 g Tablet : 200- 500 mg
Infeksi anaerob Aktivitas tinggi terhadap bakteri anaerob
Metronidazole memiliki aktivitivas yang tinggi terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Metronidazol melalui per rectal adalah alternatif efektif terhadap rute
intravena bila rute per oral tidak mungkin.
Indikasi: Infeksi bakteri anaerob, termasuk radang gusi ( gingivitis) dan infeksi mulut lainnya, penyakit radang panggul –pelvic inflammatory disease ( dengan ceftriaxone dan doksisiklin), tetanus, septicemia, peritonitis, abses otak, pneumonia nekrotikans, colitis berhubungan antibiotik, ulkus kaki dan dekubitus dan profilaksis bedah; bacterial vaginosis ; infeksi kulit dan jaringan lunak, gigitan binatang (dengan doksisiklin); infeksi nematode jaringan; vaginitis trikomonas, amubiasis dan giardiasis; eradikasi Helicobacter pyloriAmubiasis invasif dan giardiasis
Kontraindikasi : Ketergantungan alkohol kronik
Perhatian : Efek seperti disulfiram pada penggunaan dengan alkohol; gangguan hati dan ensefalopati hepatikum; pemantauan klinis dan laboratorium pada pemberian lebih dari 10 hari
Kehamilan dan meyusui :
Kehamilan : pabrik menyarankan penghindaran dosis tinggi
Menyusui : jumlah yang signifikan di ASI; pabrik menyarankan menghindari dosis tunggal yang besar
Interaksi :
Alkohol Reaksi menyerupai disulfiram saat metronidazol diberikan dengan alkohol
Antikoagulan Metronidazol ↑ efek antikoagulan koumarin
Antiepilepsi Metronidazole menghambat metabolism fenitoin (↑kadar dalam darah); metbolisme metronidazole ditingkatkan oleh primidone (↓kadar dalam darah)
Barbiturate Metabolism metronidazole ditingkatkan oleh barbiturate (↓kadar dalam darah)
Sitotoksik Metronidazole ↑ kadar busulfan dalam darah (↑ risiko toksisitas); metronidazole menghambat metabolism fluorourasil (↑ toksisitas); metronidazole mungkin ↓bioavailibilitas mycophenolate
Disulfiram Reaksi psikotik dilaporkan saat metronidazol diberikan bersama disulfiram
Litium Metronidazole ↑risiko toksisitas litium Estrogen Mungkin ↓ efek kontrasepsi estrogen Obat untuk
ulkus Metabolism metronidazole dihambat oleh cimetidine (↑ kadar dalam darah) Vaksin Antibakterial menginaktifkan vaksin tifoid oral
Dosis : 500mg/hari (4-7 hari)
Efek Samping : Mual, muntah, rasa tidak nyaman seperti metal, lidah berselaput dan gangguan saluran cerna; jarang : sakit kepala, pusing, ataksia, urin menjadi gelap, seperti mengantuk, eritema multiforme, pruritus, urtikaria, angioedema dan anafilaksis, gangguan fungsi hati, hepatitis, jaundis, trombositopenia, anemia aplastik, mialgia, artralgia, neuropati perifer, kejang epileptiformis, leucopenia, pada dosis tinggi atau lebih lama.
Pengobatan dari penyebab paling sering : 1. Candida albicans (5,8)
a. Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu - Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari - Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari b. Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari - Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari - Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
2.Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology) - Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari - Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari 3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari - Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan 4. Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau - Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau - Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari - Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari - Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im - Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase - Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau - Ciprofloksasin 500 mg oral Ditambah
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau - Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari - Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari 5. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas - Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder. 6. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
Definisi. Glaukoma adalah kelainan mata yang terjadi akibat peningkatan tekanan intraokular (TIO) diatas 21 mmHg. Keadaan ini secara progresif dapat menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan kelainan lapang pandang hingga kebutaan.
Etiologi. Mata dengan segmen anterior yang kecil dan sumbu aksial yang pendek dengan bilik mata depan yang dangkal, bersamaan dengan meningkatnya usia, lensa membesar sehingga dapat terjadi kotak irido-lentikular meningkat. Jika pupil mid-dilatasi akan terjadi aposisi iris-lensa yang maksimal, blok pupil, bombans iris→ terjadi kontak iris dengan trabekula meshwork→ sudut irido-kornealis menutup sehingga aliran hambatan pengeluaran cairan akuous lewat trabekular meshwork → maka terjadilah peningkatan tekanan intra ocular.
Klasifikasi. yang paling sering ditemukan adalah glaukoma bilik terbuka (glaukoma simplek). Pada bentuk ini pengeluaran cairan dari ruang mata depan sangat lambat, meskipun saluran keluar di segi bilik tidak tersumbat. Hal ini bisa dilihat pada pemeriksaan mata. Gangguan ini disebabkan oleh kelainan bagian depan saraf mata, biasanya timbul di keluarga dan seringkali pada penderita diabetes atau miopi, yang dapat ditangani dengan pengobatan atau melalui pembedahan mikro. Bagi bentuk glaucoma yang salurannya tersumbat, yakni glaucoma bilik tertutup, juga dapat dilakukan penyinaran laser guna membuat lubang pada iris untuk mengatasi penyumbatan tersebut.
Glaukoma bilik terbuka Glaukoma bilik tertutup
Pengobatan dengan obat-obatan (Perdami): 1. Miotik :
Pilokarpin 2-4%, 3-6x 1 tetes sehari (↑ pengeluaran cairan mata-outflow)
Eserin ¼-1%, 3-6x 1 tetes sehari (↑ pengeluaran cairan mata-outflow)
2. Simpatomimetik
Epinefrin 0,5-2%, 1-2 x 1 tetes sehari (hambat px. akuos humor)
3. Beta blocker
Timolol maleate 0,25-0,50%, 1-2x tetes sehari (hambat px. akuos humor)
4. Carbonik anhidrase inhibitor
Asetazolamid 250 mg, 4x1 tablet (hambat px. akuos humor)
Pengobatan dimulai dengan penghambat adrenergic-beta topikal kecuali terdapat kontraindikasi. Epinefrin dan pilokarpin merupakan pilihan utama. Manfaat kombinasi masih diperdebatkan. Kombinasi penghambat beta dan pilokarpin jelas bermanfaat. Asetazolamid oral diberikan setelah terapi topikal dan laser trabekulopasti telah dilakukan atau dalam penatalaksanaaan jangka panjang, pasien tidak dapat dioperasi (Oftalmologi Umum).
Terapi pada awalnya ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular. Asetazolamid intravena dan oral ditambah dengan obat hiperosmotik dan penghambat beta topikal biasanya akan menurunkan tekanan intraocular. Kemudian dapat digunakan pilokarpin 4% secara intensif mis 1 tetes setiap 15 menit selama 1-2 jam. Epinefrin jangan digunakan karena obat ini dapat meningkatkan penutupan sudut. Steroid topikal dalam dosis tinggi mungkin bermanfaat untuk menurunkan kerusakan iris dan jalinan trabekular. Mungkin diperlukan analgesik sistemik (Oftalmologi Umum).
Penulisan resep :
R/ Cendo carpin 4% gtt opht fl No I S 4 dd gtt I OD et OS
R/ Cendo timolol 0,5% gtt opht fl No I S 2 dd gtt I OD et OS
R/ Diamox tab mg 250 No XLV S 3 dd tab I
R/ Aspar K tab mg 300 No XLV S 3 dd tab I
HEMOROID Definisi: pembesaran vena dari plexus hemorrhoidalis Obat: Prinsip terapi:
1. Memperbaiki defekasi:
• Suplemen serat psyllium: vegeta, mulax
• Melancarkan defekasi, contohnya: laxan: Na dikotil sulfosuksinat, laxadine, dulcolax, microlax
2. Pengobatan simtom (gatal, nyeri, luka). Contoh: anusol 3. Menghentikan perdarahan. Contoh: daflon
4. Mencegah serangan hemoroid. Contoh: radium Contoh resep:
R dulcolax tab No. VI ∫ 1 dd tab II h.s
R anusol supp No. VIII ∫ uc
R/ daflon tab mg 500 No. XII ∫ 3 dd tab I
Pro: Tn. A (50 th)
Jenis obat:
1. Dulcolax (tablet salut enterik)
• Sediaan: 10 mg /supp; 5 mg / supp anak; 5 mg/tab
• Kandungan: bisakodil • Mekanisme:
i. Merangsang gerakan peristaltik usus besar setelah hidrolisis dalam usus besar
ii. Peningkatan akumulasi air dan elektrolit dalam lumen usus besar • Indikasi: sembelit/ konstipasi.
Menghilangkat nyeri saat BAB misal pada hemoroid, persiapan diagnostik barium enema.
• KI: operasi abdomen akut
• ES: rasa tidak enak pada perut: kram, sakit perut, diare
• IO: dosis tinggi dan pemakaian lama menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit ditingkatkaan dengan pemberian diuretic dan adrenokortikoid • Efek pemberian oral muncul: 6-12 jam
setelah pemberian
• Efek pemberian supp muncul: ¼ - 1 jam setelah pemberian
• Metabolism: oral absrorbsi 5 %, ekskresi bersama urin dalam bx. glukoronid, ekskresi terutama tinja • Dosis:
i. Dewasa: supp: 1x1 tube, tab: 1x2 tablet
ii. Anak: 6-12 tahun: 1x1 tab, <6 th: supp anak 1x1 supp
Berikan pada malam hari sebelum tidur untuk dapat hasil evakuasi esok paginya
• Pemakaian: harus ditelan langsung untuk menghindari iritasi lambung, Jangan dimakan bersama susu dan antasida
2. Anusol
• Indikasi: ↓ ketidaknyamanan pada hemoroid
• Dosis: supp x 1 pada pagi dan malam hari setiap kali sehabis buang air besar, maksimal 6 x/hari
• Mekanisme: meredakan gejala 3. Daflon
• Kandungan: micronized purified flavonoid fraction 500 mg (diosmin 90%, hesperidin 10%)
i. Indikasi: Organik dan kronis insufisiensi vena di extremitas inferior dan gejala: bengkak, nyeri, kram, Hemoroid kronik, Serangan hemoroid akut
• Dosis: Kronik: 2 x 1 tab, pagi dan malam DC
Akut: 3-4 x 1 tab • Mekanisme:
i. Vaskular protector ↑resistensi vaskuler
ii. Venous tonic ↑ tonus vena 4. Ardium
• Kandungan: ekstrak cintrus (inensi pericarpium setara dengan diosmin 90% dan hespersidin 10%)
• Dosis: hemoroid: 6 tablet/ hari selama 4 hari kemudian 4 tab selama 3 hari diminum waktu makan
HIPERTENSI R/ HCT tab mg 25 No.XXI
S 1 dd tab 1 mane
R/ Captopril tab mg 12,5 No.XXI S 2 dd tab 1 ac
Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )
1.
Indikasi: edema, hipertensi2. Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison. 3. Bentuk sediaan obat: tablet
4. Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
5.
Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai,hiperglikemia, dan peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
6.
Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal yang berat;porfiria.Captopril 1. Indikasi :
- Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan hipertensi yang parah. - Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal (renal hypertension). - Diabetic nephropathy dan albuminuria.
- Gagal jantung (Congestive Heart Failure). - Postmyocardial infarction
- Terapi pada krisis scleroderma renal. - Kontraindikasi :
- Hipersensitif terhadap ACE inhibitor. - Kehamilan.
- Wanita menyusui.
- Angioneurotic edema yang berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor sebelumnya.
- Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal.
2. Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet salut selaput. 3. Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien hipertensi dengan gagal jantung :
4. Dosis inisial : 6,25-12,5mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan yang tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan secara bertingkat sampai tercapai target dosis.
5. Target dosis : 50mg 3 kali/hari (150mg sehari)
6. Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari dan pada saat perut kosong yaitu setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila diberikan bersamaan dengan makanan
INFEKSI SALURAN KEMIH
Definisi : infeksi yang melibatkan struktur saluran kemih yaitu dari epitel glomerulus tempat mulai dibentuk urin sampai dengan muara urin di meatus urethra externa. Secara mikrobiologi definisi infeksi saluran kemih adalah terdapatnya mikroorganisme pada struktur saluran kemih dan baru dapat dipastikan setelah didapatkannya bukti adanya koloni
mikroorganisme dalam pemeriksaan kultur urin.
ISK pada usia lanjut dapat timbul sebagai akibat dari inkontinensia urin dan hipertrofi prostat yang memerlukan pemakaian kateter menetap, imobilisasi, dan menurunnya fungsi imunitas baik non-spesifik maupun spesifik.
Terapi :
• Non farmakologis :
- banyak minum bila fungsi ginjal masih baik - menjaga kebersihan daerah genetalia eksterna • Farmakologis
- Antibiotik berdasarkan tes resistensi kuman, bila belum ada berikan antibiotic berdasarkan pola kuman yang ada, biasanya mencakup Escherichia coli dan gram negative lainnya
- Antibiotik oral hanya direkomendasikan untuk ISK tak berkomplikasi dengan lama pemberian 7-10 hari pada perempuan dan 10-14 hari pada laki-laki
- Antibiotik parenteral untuk ISK berkomplikasi dengan lama pemberian tidak kurang dari 14 hari
- Antibiotik golongan fluorokuinolon masih digunakan sebagai pengobatan pilihan pertama dan kadang dikombinasi dengan aminoglikosida, sefalosporin gen-3 dan ampisilin
- Keberhasilan pengobatan pada ISK simptomatik adalah hilangnya gejala dan bukan hilangnya bakteri.
- Evaluasi ulang dengan kecurigaan adanya kelainan anatomi atau struktural dapat mulai dipertimbangkan bila terjadi ISK berulang > 2 kali dalam waktu 6 bulan.
- Jika belum tahu jenis bakterinya gunakan Bactrim 2x2 (480 mg). Bactrim adalah nama paten yang merupakan kombinasi sulfametosazol(400mg) dan trimetroprim(50mg) (cotrimoksazol) merupakan plihan pertama pada isk tanpa komplikasi. Efektif untuk gram positif dan negative. Walaupun keduanya hanya bersifat bakteristatik namun kombinasi berkhasiat bakterisid. Keuntungannya timbulnya resistensi lebih lambat. Karena bakteri yng resisten dengan satu komponen masih dapat dimusnahkan dengan komponen lain. Kontraindikasinya : kerusakan parenkim hati, gagal ginjal berat, hamil, hipersensitifitas. ISK akut tanpa komplikasi 3 tablet forte dosis tunggal(10 mg). Kalo anak-anak bentuk sirup 2 x sehari 6 mg-5 bln 2,5 ml, 6 bln-5 th 5 ml, 6 th -12 th 5-10 ml. diberikan segera sesudah makan. Efek samping : ggn GIT, stomatitis, reaksi kulit, sindroma steven jonson, leukimia, trombositopeni.
- Pada bakteri yang udah diketahui. Senyawa kuinolon hanya dapat digunakan pada infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, sedangkan fluorkuinolon lebih luas karena kadarnya dalam darah tercapai lebih tinggi. Sehingga dapat digunakan pada isk dengan komplikasi. Macam obat (norfloksasin, pefloksasin(krg kuat untuk
pseudmonas), siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin, lomefloksasin, fleroksasin, sparfloksasin). lomefloksasin, fleroksasin, dan sparfloksasin punya efek samping fotosintesis sehingga dibatasi dalam penggunaan. Siprofloksasin( wkt paruh 3-5 jam) lebih kuat namun efeknya kristaluri atau hematuria. Ofloksasin(wkt paruh 6 jam) dan levofloksasin(lebih banyak ke gram positif, wkt paruh 6-8 jam) hampir sama dengan sipro namun levo efek lebih ringan.
- Sipro (oral: 2 dd 125-250 mg, iv: 2 dd 100 mg infus), ofolksasin( isk tdk komplikasi : 1-2 dd 200 mg 7- 10 hr), Levofloksasin 1-2 dd 250-500 mg
Resep :
R/ Bactrim 480 mg No.X S 2 dd tab I
S prn
MIGRAIN Obat :
1. Ergotamin (obat khas migrain)
dpt menstimulasi maupun memblokir reseptor alfa adrenergik dan serotoninerg. menstimulasi reseptor 5HT1 dan memblokir reseptor alfa, punya efek vasodilatasi ringan
punya daya vasokonstriksi kuat terhadap arteri otak dan arteri perifer berdasar daya antiserotoninnya (blokade 5HT1)
efek smping : mual,muntah,skt kepala mirip gejala migren (unt efek sampingnya pakai obat anti muntah seperti Siklizin dan tmn2ny (kalau perlu).
2. Paten : Cafergot (Ergotamin 1mg + kofein 100mg)
Kofein : unt meningkatkan resorpsi dan memperkuat efek
T1/2 plasma bisa pjg skali smp 21jam sehingga bs menyebabkan akumulasi. Akibat akumulasi bisa timbul efek toksis seperti kejang, klumpuhan, vasospasme dgn jari2 tgn menjadi dingin akhirny gangren.
Jadi bila timbul rasa baal atau kesemutan pada jari tangan dan kaki,hentikan terapi. Resep :
Paten tp hargany murah cm 700-1000rupiah R/ cafergot tab No. X
S 1-2 tab I (waktu serangan) Pro : Tn.W (40 th)
Atau
R/ bodrex migra tab No. S 3dd tab I
Pro: Tn.W (40 th)
Bodrex migra isinya : paracetamol 350mg, propifenazon 150mg, kofein 50mg
Paracet dan propifenazon diambil efek anti agregasi trombositnya (brdasar teori patogenesis trjdiny migren) tp ini cm meringankan saja karena dosis paracetnya cm 350mg...propifen yg diambil mmg yg dosis kecil cz dy punya efek anti agregasi trombosit kl dosisny kecil..
OTITIS MEDIA AKUT STADIUM HIPEREMIS Definisi
Otitis merupakan radang telinga yang dapat ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinnitus dan vertigo. Otitis media adalah infeksi atau inflamasi di telinga tengah oleh bakteri atau virus. Biasanya terjadi pada anak-anak dalam waktu 6 minggu.
Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Bisa juga disebabkan karena virus. Biasanya merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernapasan atas. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii. Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Strepcoccus pneumonia, Haemophylus influenza, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.
STADIUM TERAPI
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di telinga tengah, karena absorpsi udara. Kadang tampak normal/keruh pucat. 2. Stadium Hiperemis
(presupurasi)
Pembuluh darah melebar di membran timpani serta edem. Sekret yang terbentuk mungkin eksudat serosa shg sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edema hebat pada mukosa telinga tengah, hancurnya sel epitel superficial, terbentuk eksudat purulen di cavum timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
4. Stadium Perforasi
Terlambatnya antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka membran timpani dapat ruptur dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan akan normal kembali bila sudah perforasi, secret berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, resolusi terjadi tanpa pengobatan. OMA dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di
1.
Stadium oklusi →buka tuba eustachius dengan menghilangkan tekanan(-) telinga tengah
Berikan obat tetes hidung HCL efedrin 0.5% (anak <12 th) atau HCL efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak >12 tahun atau dewasa.
Mengobati sumber infeksi lokal dengan antibiotika bila penyebabnya kuman.2. Stadium hiperemis (presupurasi)
Diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgesik
Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya miringotomi Terapi awal diberikan antibiotika golongan penisilin intramuscular agar konsentrasi di darah adekuat, sehingga tidak terjadi mastoiditis selubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan
Bila alergi penisilin, diberikan eritromisin. 3. Stadium supurasi
Berikan dekongestan,antibiotika,analgetik/antipiretik.
Pasien harus dirujuk untuk dilakukan mirongotomi bila membrane timpani masih utuh sehingga gejala-gejala klinis cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.4. Stadium perforasi
Diberikan obat cuci telinga perhidrol atau H2O3 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya secret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari
5. Stadium resolusi
Antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila tidak ada perbaikan membran timpani, sekret dan perforasi.
Pengobatan pada anak-anak dengan kecenderungan mengalami otitis media akut dapat bersifat medis atau pembedahan. Penatalaksanaan medis berupa pemberian antibiotik dosis rendah hingga 3 bulan (BOIES)
cavum tanpa perforasi. Penulisan Resep:
R/ Amoxicillin tab mg 500 No. XXI ∫ 3 dd tab I
R/ Paracetamol tab mg 500 No. X ∫ prn (3 dd tab I) agrediente febree
R/ Oksimetazolin hydrochloride 0,05 % guttae nasales lag No. I ∫ 2 dd gtt II-II nasales dextra
Pro : Tn J (23 tahun)
PNEUMONIA Klasifikasi
Berdasar karakteristik klinisnya : 1. pneumonia akut (<3minggu) 2. penumonia kronis Berdasar etiologinya : 1. pneumonia bakteri 2. pneumonia virus 3. pneumonia fungi 4. pneumonia parasit 5. pneumonia idiopatic
Obat dan Mekanisme Kerjanya
R/ Ciprofloxacin tab mg 500 No.XIV S 2 dd tab I
R/ Ambroxol tab mg 30 No.XV S 3 dd tab I
Pro . Tn Andi (30tahun)
1. Ciprofloxacin
• Golongan florokuinolon digunakan untuk infeksi saluran nafas bawah.
• Mekanisme kerja : menghambat kerja enzim DNA gyrase kuman, bersifat bakterisida.
• Sediaan : 500 mg, 250 mg, • Dosis : 2x 500-750 mg/ hari 2. Ambroxol
- Mengandung hidroklorida
- Merupakan metabolik aktif N-desmethyl dari mukolitik bromhexine. Walaupun mekanisme kerjanya belum dapat didefinisikan, kemungkinan dapat meningkatkan kuantitas dan menurunkan viskositas dari sekresi trakeabronkial, yang mana
mungkin juga berfungsi sebagai ekspektoran. - ESO : efek gastrointestinal ringan
- Dosis : Dewasa: dosis harian 30 mg (satu tablet Ambroxol) sampai 120 mg (4 tablet Ambroxol) diambil dalam 2 sampai 3 dosis. Anak sampai 2 tahun: setengah sendok teh dua kali sehari Ambroxol sirup. Anak-anak 2 - 5 tahun: setengah sendok teh sirup Ambroxol 3 kali sehari. Anak di atas 5 tahun: Satu sendok teh sirup Ambroxol 2-3 kali sehari.
- Sediaan tablet, sirup. 1 tablet ambroxol = 30 mg hidroklorida; 5 ml sirup ambroxol = 15 mg hidroklorida.
PREEKLAMSIA
Definisi: timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan . Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan, atau segera setelah persalinan.
Contoh resep: R/ infus RL flab No. III
Cum infus set No. I IV Catheter no. 22 No. I
∫imm
R/ Suifas magnesikus 40% ins. fll No. III ∫imm
R/ Nifedipin tab mg 10 No. III 160 mmHg/ > 110 ∫ prn (1-3) dd tab I
Pro:Ny.B (30th) Jenis obat:
1. RL elektrolit mengembalikan keseimbangan 2. MgSo4
• anti kejang untuk preeklamsi & eklamsia.
• pada wanita hamil terjadi penurunan magnesium darah.
• mekanisme: menekan pengeluaran Asetilkolin pada motor end plate mencegah Ca masuk, Ca antagonis
• mengatasi kejang eklamptik, mempertahankan aliran darah ke uterus & fetus. 3. Nifedifin
• Golongan Ca antagonis
• Mekanisme: menghambat masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskuler sehingga menurunkan kontraksi jantung & menurunkan kecepatan konduksi AV & nodus SA.
• Dosis: 10 mg/oral
• ES: pusing, sakit kepala, hipotensi, takikardia, mual, muntah, edema periter, batuk.
Antidotum: Ca gluconas 10% diberikan IV selama 3 menit. R/ Ca gluconas 10% = 70ml No. I.
NaCl 0,4 flab No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I ∫imm
RHINITIS ALERGI
Menurut WHO ARIA 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rhinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantari oleh IgE.
Etiologi dari penyakit ini adalah adanya paparan dari alergen tertentu. Berdasar cara masuknya alergen dapat dibagi menjadi alergen inhalan (debu rumah tangga, serpihan epitel kulit binatang,dll), aleren ingestan (susu sapi, telur, coklat, kepiting, udang, kacang-kacangan, dll.), alergen injektan (penisilin, sengatan lebah, dll), dan alergen kontaktan (bahan kosmetik, perhiasan, dll)
Dahulu rhinitis alergi diklasifikasikan menjadi dua berdasar sifat berlangsungnya, yaitu:
a. Musiman (seasonal): terjadi di Negara 4 musim. Alergen penyebab spesifik, seperti tepung sari (pollen) dan jamur.
b. Sepanjang tahun (perennial): gejala penyakit dapat timbul intermiten atau persisten, tanpa ada variasi musim, sehingga dapat dijumpai sepanjang tahun. Klasifikasi berdasarkan WHO adalah:
a. Intermitten (kadang-kadang): bila gejala muncul kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
b. Persisten (menetap): bila gejala muncul lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.
Gejala Klinis:
a. bersin lebih dari 5 kali dalam satu serangan
b. Rhinore yang encer, banyak, hidung tersumbat, lakrimasi
c. Bila penyakit telah berlangsung lama (> 2 tahun), ada bayangan gelap di bawah mata (allergic shiner), allergic salute pada hidung, allergic crease.
d. sering disertai asma, urtikaria, eksem
e. pada rhinoskopi anterior didapatkan mukosa edema basah, pucat atau livid, disertai banyak secret encer.
Pengobatan Loratadin
Merupakan obat anti histamin 1 golongan piperidin. Reaksi anafilaksis dan reaksi alergi refrakter terhadap pemberian AH1, karena bukan hanya histamin saja yang dilepaskan, namun juga autokoid lainnya. Efektivitasnya bergantung beratnya gejala akibat histamin. Loratadin merupakan anti histamin non sedatif.
Otrivin
Berisi Xylometazolin HCL yang termasuk dalam golongan adrenergik imidazolin alfa 2 agonis. Bekerja sebagai vasokonstriktor lokal pada mata dan lapisan mukosa hidung.
Becerfort
Berisi vitamin B plek, vitamin C 500mg,Vitamin E yang dapat meningkatkan pertahanan tubuh.
Resep :
R/ Loratadine tab mg 10 No. VII ∫ 1 dd tab I
R/ Otrivin lag No. I ∫ 2 dd gtt I nasales R/ Becefort tab No. VII
∫ 1 dd tab I
SCABIES
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Scabies identik dengan penyakit anak pondok. penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies.
Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah : 1. Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur.
2. Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam.
3. Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau plenthing/pustula).
Pengobatan:
Terapi topikal harus menjangkau seluruh tubuh kecuali kepala dan leher. Terapi yang efektif termasuk penggunaan air panas dan dua kali pengolesan pada seluruh tubuh. 1. Permethrin 5% cream (scabimite).
Tampaknya paling aman sebagai pengobatan yang paling efektif untuk skabies. Permethrin adalah pyrethroid sintetik yang dapat membunuh tungau yang mempunyai toksisitas yang benar-benar rendah untuk manusia. Krim permethrin 5% dalam bentuk dosis tunggal.
Cara penggunaan permethrin adalah dengan mengoleskan di belakang telinga dan menyeluruh dari leher ke tapak kaki, terutama pada bagian lipatan-lipatan seperti sela-sela jari tangan dan kaki, umbilicus, lipat paha, pantat, dan bagian bawah jari tangan dan kaki. Penggunaannya selama 8-12 jam kemudian dicuci bersih-bersih. Jika belum sembuh, obat digunakan 5 sampai 7 hari kemudian.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik hanya perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
Permethrin tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 2 bulan dan pada wanita hamil dan menyusui karena dapat menimbulkan reaksi panas, eksaserbasi gatal, dan dermatitis kontak.
2. Malathion.
Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3. Benzyl Benzoat 25%.
Tersedia dalam bentuk krim atau lotion 25%. Sebaiknya obat ini digunakan selama 24 jam, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus ditambahkan air 2-3 bagian.
4. Lindane 1% (gamma benzene heksaklorida).
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau, tidak berwarna. Obat ini membunuh kuta atau nimpa. Obat ini digunakan dengan cara menyapukan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam kemudian dicuci bersih-bersihpada pagi hari. Jika belum membaik, pengobatan diulang 1 minggu kemudian. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak
bila digunakan berlebihan dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunakan untuk ibu menyusui, wanita hamil, pasien dengan gangguan otak, dan pasien dengan riwayat kejang.
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25% yang sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hati selama 2-3 hari. Selama dan segera setelah pengobatan penderita tidak boleh minum alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan dan takikardi.
6. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam dan dicuci 24 jam kemudian. Obat aman digunakan buat wanita hamil dan menyusui.
7. Ivermectin.
Ivermectin adalah anti parasit. Sejak 1993, ivermectin diberikan oral dengan dosis 200 mikrogram/BB efektif sebagai antiskabies. Dosis yang lebih tinggi efektif diberikan terutama untuk pasien yang imunosupresif seperti penderita AIDS. Ivermectin topikal seperti 1% propilen glycol solution diteliti juga merupakan obat skabies yang cukup efektif.
8. Anti pruritus.
Rasa gatal pada skabies akan tetap ada sampai beberapa minggu setelah pemberian terapi. Antihistamin sedatif bisa mengurangi rasa gatal. Tetapi kortikosteroid topikal atau sistemik potensi rendah lebih efektif. Pada anak-anak dapat diberikan 1% krim hidrokortison. Pada dewasa dapat diberikan krim triamsolon (0,1%). Untuk mengatasi gatal sebaiknya jangan menggunakan steroid ataupun kortikosteroid karena dapat melemahkan imunitas dan menciptakan penyakit baru maupun varian scabies yang lebih buruk.
Sistemik : R/ Interhistin tab mg 50 No. XIV S 2 dd tab 1
Topikal : R/ Scabimite cream g 30 No. I
S ue (malam) 12 jam 1 minggu sekali Pro : Tn. N (34 th)
SKIZOFRENIA PARANOID Tujuan penatalaksanaan:
1. Mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosional pasien. (neuroleptik: Klorpromazin, Haloperidol, Klorprotiksen)
2. Mengurangi kecemasan.
(antiansietas: Diazepam, Klordiazepoksid, Klorazepat) 3. Memperbaiki suasana perasaan (mood).
(antikolinergik: Triheksifenidil, Benztropin) Penatalaksanaan dilakukan melalui:
a. Psikofarmaka: Largactil 1 x 100 mg Dores 3 x 5 mg Valium 3 x 5 mg Artane 3 x 2 mg b. Psikoterapi Terhadap pasien :
1. Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping pengobatan.
2. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah pulang dari perawatan.
3. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
Terhadap keluarga :
1. Memberikan pengertian untuk menjaga suasana hati pasien. Pasien jangan terlalu sedih atau terlalu senang.
2. Menyarankan keluaga jangan membiarkan pasien melamun atau tanpa aktivitas, keluarga mengarahkan dan mendukung kegiatan yang disukai pasien dan bermanfaat secara ekonomi.
3. Mengawasi dan mendampingi pasien kontrol meminum obat secara teratur dan rutin.
Penulisan resep:
R/ Largactil tab. mg 100 No. III S 1dd tab. I
Pro. Ny. I (25 th) R/ Dores tab. mg 5 No. VI
S 3dd tab. I Pro. Ny. I (25 th)
R/ Valium tab. mg 5 No. VI S 3dd tab. I
Pro. Ny. I (25 th)
R/ Artane tab. mg 2 No. VI S 3dd tab.
SHIGELLOSIS / DISENTRI BASILER
Definisi : infeksi usus akut yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan infeksi Shigella. Gejala : demam, mual, muntah, tenesmus
Tipe diare:
1. Disentri klasik (jarang, tinja banyak, bau busuk, dan berlendir) dengan tinja lembek disertai darah, mucus dan pus.
2. Watery diarrhea 3. Kombinasi ketiganya Resep
R/ Cotrimoxazol tab No. XX ∫ 2 dd tab No. II
R/ Diafrom tab No. X ∫ 3 dd tab I
R/ Metochlopramid tab mg 10 No. X ∫ prn (1-3) dd tab I
R/ Oralit Sachet Granul No. X
∫ ad libitum Solve in aqua cc 200 Pro: Tn. L (25 tahun)
Jenis obat:
1. Cotrimoxazol (antibiotik spektrum luas).
Kombinasi:Sulfamethoxazole & trimetroprim.
Sediaan: Sulfamethoxazole: 400 mg; 800 mg.
Trimetroprim: 80 mg; 160 mg. Bentuk sediaan : - Tablet.
- Suspensi: 200 mg (s), 40 mg (t)/ 5 ml.
- Sirup. Mekanisme:
• Sulfametoxazole→menghambat PABA masuk ke molekul asam folat.
• Trimetroprim menghambat reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetra hidrofolat.
Indikasi : - ISK akibat E. Coli, klebsiella, enterobacter, proteus.
- Infeksi GIT.
- Infeksi pernafasan: pneumuniae. - Infeksi THT.
KI : Gangguan hati, ginjal. ES : mual, muntah, SJS. Dosis : 5-7hr2x2 tab, 10-14 hr
Shigelosis: 5 hari.
Paten : Bactrim, trizole, yekaprim. 2. Diafrom (Neo Diafrom)
Kandungan : Kaolin 550 mg Pektin 20 mg
Indikasi : Pengobatan simtomatik pada diare non spesifik
Mekanisme : Obat anti diare mengeraskan tinja &mengabsorsi zat toksik.
Sediaan kaolin, pektin: neo kacitin 5 ml suspensi (kaolin 700 mg & pektin 50 mg).
Dosis :
• Dewasa % anak > 12 th 2,5 tab post detecatio max: 7,5 tab/hari (maksimal 15 tab/ hari).
• Anak 6-12 tahun: 1,5 tab post detecatio (maksimal 7,5 tab/hari). 3. Metoklopramid Sediaan : -10 mg/tab. - 10 mg/2 ml (injeksi). Indikasi : - antiematik. - dispepsia pasca gastrektomi. Mekanisme :
• Blokade reseptor dopamin di CTZ (chemoreceptor trigger zone)
• Memperkuat pergerakan & pengosongan lambung.
ES : Sedasi & gelisah
Dosis : Dewasa 10 mg 3x/hari. 4. Oralit (200 ml) Komposisi : - Kalium klorida 0,3 gr (1,5 gr) - NaCl 0,7 gr (3,5 gr). - Na bikarbonat 0,5 gr (2,5 gr). - Glukosa anhidrat 4 gr (20 gr).
kolera.
Dosis :
• Dewasa 2 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap BAB
• Anak < 1 th: 2 jam pertama 2 gelas
larutan ½ gelas
• Anak 1-5 th: 2 jam pertama 4 gelas larutan 1 gelas
SINUSITIS Definisi :peradangan mukosa sinus paranasal.
Gejala :
1. Gejala sistemik : demam dan rasa lesu 2. Gejala lokal :
ingus kental kadang berbau dan dirasa mengalir ke nasofaring, dirasakan hidung tersumbat,
rasa nyeri di daerah sinus yang terkena (kadang dirasa nyeri alih) Resep
R/ Amoxycillin tab mg 500 No. X ∫ 3 dd tab I
R/ Lameson tab mg 4 No. X ∫ 3 dd tab I
R/ Demacolin tab No. X ∫ 3 dd tab I
Pro:Ny.M (40 th) Atau
R/ Oksimetazolin Hydrocloride 0,05 % gtt nasales Tag No. I ∫ 2 dd gtt II nasals dextra Pro:Ny.M (40 th) Jenis obat: a. Lameson • Kandungan: metilprednisolon 4 mg; 8 mg; 16 mg. b. Demacolin • Kandungan: - Asetaminoson 500 mg - Pseudoetedrin Hcl 30 mg - CTM 2 mg - Katein 10 mg • Pseudrotedrin Dekongestan
• Golongan simpatomimetik/bereaksi pada reseptor adrenergik pada mukosa hidung untuk menyebabkan vasokontriksi, menciutkan mukosa yang bengkak.
• Stimulasi reseptor 1 adrenergik yang terdapat pada pembuluh darah mukosa saluran nafas atas vasokonstriksi.
c. Oksimetazolin:
• menstimulasi adrenergik reseptor dari sistem simpatik.α • vasokonstriksi lokal.
STATUS ASMATIKUS
Definisi: Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan 1-2 jam. (Medlinux,2008)
Klasifikasi derajat asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Fungsi Paru
INTERMITTEN
Mingguan ••Gejala <1mingguTanpa gejala di luar serangan
•Serangan singkat
•Fungsi paru asimptomatik dan normal di luar serangan
≤2 kali
sebulan VEPI atau APE ≥80%
PERSISTEN RINGAN Mingguan
•Gejala > 1x/minggu tapi <1x/hari
•Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur
>2kali
seminggu VEPIAPE≥80%atau
PERSISTEN SEDANG Harian
•Gejala harian
•Menggunakan obat setiap hari
•Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
•Serangan 2x/seminggu, bisa berhari-hari
Sekali semingg u
VEPI atau APE >60% Tetapi ≤80% normal PERSISTEN BERAT Kontinu •Gejala terus-menerus •Aktivitas fisik terbatas •Sering serangan
Sering VEPI atau APE <80%
Normal Penatalaksanaan
Terapi :
• O2 4-6 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5.
• Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan pemberian dapat diulang dalam 1 jam.
• Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
• Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg i.v, jika tidak ada respon segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan berat.
• Ekspektoran : adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan, misalnya dengan obat batuk hitam (OBH), obat batuk putih (OBP), gliseril guaiakolat (GG)
R/ Dextrosa 5% infus flab No.III Cum infus set No.I
S imm
R/ Ventolin inhaler fl No.I S prn 1 dd puff I
R/ Aminofilin inj amp No. II
Cum disposable syringe cc 10 No.II S imm
R/ Metilprednisolon 125 mg vial No.I Cum disposable syringe cc 10 No. I S imm
R/ OBH syr lag No. I S 3 dd C I
Pro Tn A (30 tahun)
Jenis obat: 1. Dextrosa 5%
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air,maka larutan dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien
3. Ventolin
• Kandungan salbutamol sulfate, golongan beta2-mimetika
• Mekanisme kerja : bekerja spesifik pada reseptor- 2. Selain mempunyai dayaβ bronchodilatasi yang baik, juga memiliki efek yang lemah terhadap stabilisasi sel mast, sehingga sangat efektif untuk mencegah atau meniadakan asma.
• ESO : nyeri kepala, pusing, mual, tremor tangan. Pada overdose menimbulkan efek kardiovaskuler (takikardi, palpitasi, aritmia, hipotensi).
• Dosis : tab 2 mg, inhaler 100 mcg. Inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 100mcg, pada serangan akut 2 puff dapat diulang sesudah 15 menit. Pada serangan hebat i.m atau s.c 250-500 mcg, yang dapat diulang setelah 4 jam.
Biasa digunakan dalam bentuk dosis aerosol, karena berefek pesat dan mempunyai efek samping yang ringan dibanding dengan dosis oral.
2. Aminofilin
• Merupakan garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali.
• Mekanisme kerja : bersifat basa dan merangsang selaput lendir. Sebagai bronkodilator untuk melancarkan pernafasan dan menghilangkan wheezing.
• ESO : gangguan lambung, nyeri.
• Dosis : oral 2-4 dd 175-350 mg dalam bentuk tablet salut, pada serangan hebat i.v 240 mg, rectal 2-3 dd 360 mg. Dosis maksimal 1,5g sehari.
3. Metilprednisolon
• Merupakan kortikosteroid, sebagai antiinflamasi, mengatasi obstruksi jalan nafas.
• Mekanisme kerja : menghalangi enzim fosfolipase yang mampu mengubah fosfolipid membran sel menjadi mediator menimbulkan bronkospasme.
• ESO : gejala cushing (osteoporosis, moonface, hipertrichosis, impotensi, dll) serta penekanan fungsi anak ginjal.
• Dosis dan sediaan : Methylprednisolone 125 mg, tiap vial mengandung Metilprednisolon natrium suksinat setara dengan Metilprednisolon 125 mg. Methylprednisolone 500 mg, tiap vial mengandung Metilprednisolon natrium suksinat setara dengan Metilprednisolon 500 mg
4. OBH
• Mengandung amonium klorida, suqus liquirite, SASA.
• Sebagai ekspektoransia , memperbanyak produksi dahak dan dengan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
• Mekanisme kerja : merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung usus dan
sebagai reflek memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran nafas. • ESO : mengantuk