• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nabi Yusuf AS (4).doc 38KB Jun 13 2011 06:28:13 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nabi Yusuf AS (4).doc 38KB Jun 13 2011 06:28:13 AM"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Nabi Yusuf AS (4)

Oleh Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.

Yusuf dan Zulaikha

Al-Qur’an tidak menyebutkan siapa nama pembesar dari Mesir yang membeli Yusuf dari musafir, Al-Qur’an hanya menyebutnya dengan istilah al-‘Aziz, yang secara bahasa antara lain berarti yang terhormat, yang mulia dan yang kuat. Menurut Ibn ‘Abbas, namanya Qithfir. Sedangkan menurut Muhammad ibn Ishaq, namanya Ithfir ibn Ruhib. Dalam versi Al-Kitab (Kejadian 39:1), namanya Potifar. Siapa pun namanya, yang jelas pembesar dari Mesir itu bukanlah seorang raja, karena dalam bagian lain dari Surat Yusuf ini (43-57), disebutkan episode tentang Yusuf dan Raja Mesir yang disebut oleh Al-Qur’an dengan al-Malik Sedangkan Al-‘Aziz bukanlah panggilan kehormatan untuk seorang raja sebagaimana yang ditulis dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya terbitan Departemen Agama (catatan kaki nomor 752, hlm. 352). Para mufassir umumnya menyebutkan jabatan pembesar dari Mesir itu adalah menteri. Menurut Ibn Katsir (II:583), jabatannya adalah menteri urusan

perbendaharaan negara, suatu jabatan yang nanti diminta oleh Yusuf kepada Raja. Menurut Al-Kitab (Kejadian 39:1), jabatannya adalah kepala pengawal raja. Wallahu ‘alam.

Al-Qur’an juga tidak menyebutkan siapa nama isteri pembesar atau menteri dari Mesir itu. Para mufassir umumnya menyebutkan namanya adalah Zulaikha. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah (VI:406), mengikuti pendapat Thahir Ibn Asyur, lebih cenderung membacanya Zalikha, bukan Zulaikha. Memang cara menulis nama tersebut memungkinkan untuk dibaca dengan Zulaikha dan Zalikha. Tetapi yang populer dalam literatur berbahasa Indonesia, namanya adalah Zulaikha, bukan Zalikha.

Di dalam ayat 21 disebutkan bahwa pembesar Mesir itu meminta isterinya untuk memberikan tempat dan pelayanan yang baik kepada Yusuf. Ada dua alasan yang dikemukakan oleh pembesar Mesir itu, kenapa harus memperlakukan Yusuf dengan baik. Pertama, agar Yusuf bermanfaat kepada mereka, dalam arti dapat bekerja melayani mereka berdua. Kedua, Yusuf dapat dijadikan anak angkat, karena mereka tidak mempunyai anak. Dalam pandangan Quraish Shihab, perlakuan pembesar Mesir itu membawa sendiri Yusuf yang baru dibelinya ke rumah dan meminta langsung isterinya

memperlakukan Yusuf dengan baik, adalah sebuah perlakuan istimewa, karena sebagai pembesar Mesir tentu dia memiliki ajudan, staf dan pegawai yang mengurusi segala keperluan mereka, termasuk mengurusi budak yang baru dibeli. Seharusnya urusan budak itu dapat diserahkan saja kepada stafnya, tidak perlu diurusi sendiri. Boleh jadi, isterinya juga terheran-heran kenapa budak ini diperlakukan suaminya dengan istimewa. Untuk menjawab keheranan itulah, Al-‘Aziz menjelaskan alasannya.

Demikianlah Yusuf memulai episode kehidupan baru di rumah al-‘Aziz. Keadaan cepat sekali berobah. Beberapa hari yang lalu dia dibuang kedalam sumur oleh saudara-saudaranya, dipungut dan dijual sebagai budak oleh para musafir, dan sekarang tiba-tiba Yusuf tinggal dan hidup dengan segala fasilitas yang tentu saja berbeda dengan kehidupannya sebelumnya. Kalau dulu dia hidup di rumah seorang Nabi yang sangat sederhana, sekarang dia hidup di rumah seorang pembesar Mesir dengan segala fasilitas yang bagi Yusuf dan rakyat umum tentulah sangat mewah. Di rumah pembesar Mesir inilah Yusuf tumbuh berkembang sehingga menjadi pemuda dewasa yang tampan dan berakhlaq mulia. Di samping itu Allah menganugerahi Yusuf ilmu takwil mimpi, sebuah kemampuan yang nanti sangat besar pengaruhnya dalam perjalanan hidup beliau. Demikianlah, Yusuf disiapkan oleh Allah untuk mendapatkan kedudukan yang terhormat yang tidak pernah terbayangkan oleh saudara-saudaranya yang membuangnya ke dalam sumur. “Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebnyakan manusia tiada mengetahuinya”.

Setelah dewasa, Allah SWT memberi Yusuf hikmah dan ilmu. Allah SWT berfirman:

ننيننسنححمملحا يزنجحنن كنلنذنكنون امملحعنون اممكححم هماننيحتناءن همددنشمأن غنلنبن امدنلنون

“Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. “ (Q.S. Yusuf 12:22)

Kata asyudda menunjukkan kesempurnaan kekuatan, baik fisik maupun akal. Pada masa itulah seseorang dinilai sudah betul-betul mencapai kedewasaannya. Setelah mencapai umur

kedewasaan itu, Yusuf diberi hikmah dan ilmu, artinya diangkat oleh Allah SWT menjadi Nabi. Tidak dijelaskan di dalam ayat, umur berapa Yusuf waktu itu. Para mufassir berbeda pendapat dalam memperkirakan umur Yusuf pada saat menerima nubuwah itu. Ada yang menyebut 18 tahun, 20 tahun,

(2)

25 tahun, 30 tahun, ada pula yang menyatakan 33 tahun, bahkan ada yang menyebutkan 40 tahun. Menurut perkiraan Sayid Quthub, sebagaimana yang dikutip Quraish Shihab (VI:408), umur Yusuf tatkala itu adalah 25 tahun. Dalam perhitungan Sayyid Quthub, waktu memungut Yusuf jadi anak, Al-‘Aziz sudah berumur 40 tahun dan isterinya 30 tahun. Waktu itu Yusuf masih ghulam atau bocah, sehingga tatkala Yusuf sudah mencapai kedewasaannya, 25 tahun, perempuan Mesir itu sudah berumur 40 tahun. Pada umur itulah menurut Sayyid Quthub, seorang perempuan mencapai usia kematangan, keberanian, pengalaman dan kemampuan melakukan tipu daya.

Dalam ayat selanjutnya dijelaskan bahwa Zulaikha berusaha menggoda Yusuf, tetapi Yusuf menolaknya. Allah SWT berfirman:

ذناعنمن لناقن كنلن تنيحهن تحلناقنون بناونبحأنلحا تنقنلدنغنون هنسنفحنن نحعن اهنتنيحبن يفن ونهم يتنلدنا همتحدنونارنون

ننومملناظدنلا حملنفحيم الن همندنإن يناونثحمن ننسنححأن يبدنرن همندنإن هنلدنلا

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk

menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah kesini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (Q.S. Yusuf 12:23)

Sudah lebih sepuluh tahun Yusuf tinggal di rumah Zulaikha, melayani keperluan Zulaikha dan suaminya Al-‘Aziz. Zulaikha mengikuti perkembangan Yusuf dari hari ke hari. Mulai dari seorang bocah, tumbuh menjadi remaja dan sekarang sudah menjadi seorang pemuda yang tidak hanya sangat tampan, tetapi juga pintar dan berakhlaq mulia. Lama-lama Zulaikha tertarik, bahkan jatuh cinta kepada Yusuf. Kalau dulu dia memandangnya dengan penuh kasih sayang sebagaimana pandangan seorang ibu terhadap anaknya, tetapi sekarang keadaan berobah, perasaan kasih sayangnya berobah menjadi gejolak nafsu. Dia ingin Yusuf mendekapnya, sebagainya seorang laki-laki mendekap seorang perempuan. Tetapi tentu saja Yusuf tidak akan melakukannya, karena dia bukan pemuda yang berakhlak rendah. Oleh sebab itu perempuan itulah yang aktif merayunya.

Pada suatu hari, tatkala gejolak asmaranya tidak dapat lagi dibendung, Zulaikha mengunci rapat semua pintu-pintu rumahnya dan merayu Yusuf untuk mendekapnya. Al-Qur’an

menggambarkan rayuan itu dengan sangat sopan. Al-Qur’an hanya mengatakan: “Haita laka”, yang berarti “Marilah kesini”. Sebagai kitab suci yang berfungsi sebagai hudan bagi umat manusia, Al-Quran tentu tidak akan menggambarkan apa yang dilakukan oleh Zulaikha secara detail dan vulgar, sebab kalau hal itu dilakukan, maka perhatian pembaca teralihkan kepada hal-hal seperti itu sehingga lupa dengan inti dan pesan kisah. Cara pengungkapan Al-Qur’an ini dapat menjadi pelajaran bagi para sasterawan Muslim dalam menulis novel atau roman yang menggambarkan percintaan, untuk tidak mengungkapnya secara detail dan vulgar sekalipun membawa pesan kebaikan, karena pesan kebaikannya akan dikalahkan oleh penggambaran yang vulgar seperti itu.

Sebagai seorang Nabi yang selalu dibimbing oleh Allah SWT, terang saja Yusuf menolak godaan Zulaikha. Dia tidak menolaknya dengan kata-kata kasar, tetapi dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT. Yusuf selalu ingat dengan Allah SWT yang telah menganugerahkan kepadanya nikmat yang sangat banyak. Allah telah memperlakukannya dengan sangat baik. Diselamatkan dari dalam sumur, ditempatkan di sebuah rumah yang aman dan mewah, diberi hikmah dan ilmu pengetahuan, tentu Yusuf tidak akan mengkhianati Allah. Yusuf tidak mau berbuat zalim dengan menerima ajakan Zulaikha, karena orang yang berbuat zalim tidak akan pernah beruntung.

Sebagai manusia biasa, apalagi sebagai seorang pemuda yang sempurna, tentu saja Yusuf juga memiliki nafsu birahi. Tetapi nafsu birahi itu dapat dikalahkan dengan petunjuk dan bimbingan dari Tuhannya. Allah SWT menjaga Yusuf dari perbuatan buruk dan keji. Allah SWT berfirman:

ءناشنححفنلحاون ءنوسدملا همنحعن فنرنصحننلن كنلنذنكن هنبدنرن نناهنرحبم ىأنرننحأن النوحلن اهنبن مدنهنون هنبن تحمدنهن دحقنلنون

ننيصنلنخحمملحا انندنابنعن نحمن همندنإن

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Q.S. Yusuf 12:24)

Yusuf menolak ajakan Zulaikha, semata-mata karena dia takut dengan Allah SWT. Dia tidak mau menjadi hamba yang durhaka dan tidak bersyukur akan segala nikmat dan karuni-Nya.

(3)

mungkin saja dialamatkan orang kepada Yusuf bahwa dia menolak godaan Zulaikha karena dia laki-laki lemah, Allah SWT menggambarkan dalam ayat di atas, bahwa sebenarnya, sebagai laki-laki-laki-laki normal, Yusuf tentu juga punya keinginan terhadap perempuan, tetapi keinginan itu segera dimatikan oleh burhan, bukti atau petunjuk, dari Tuhan.

Seandainya, yang digoda itu adalah pemuda biasa, tentu tidak mudah menolak ajakan Zulaikha, karena perempuan itu adalah isteri seorang pembesar kerajaan Mesir yang hidup dalam kemewahan. Segala fasilitas tersedia untuk merawat dan menjaga kecantikannya. Tanpa digoda pun, boleh jadi pemuda itu sendiri yang akan tergoda dengan kecantikan dan keramahan Zulaikha, apalagi digoda dengan agresif. Tetapi Yusuf bukanlah pemuda biasa, beliau adalah seorang Nabi yang selalu dituntut dan dijaga oleh Allah SWT. Tidak pernah terjadi, seorang Nabi melakukan kemaksiatan, apalagi dosa besar seperti perzinaan. Nabi adalah manusia pilihan yang dijaga kesuciannya oleh Allah SWT.

Bagi para pemuda yang bukan Nabi, kekuatan iman lah yang dapat menyelamatkannya dari segala macam godaan. Kesadaran bahwa Allah SWT Maha Melihat dan Mendengar, Maha

Mengetahui segala-galanya lah yang mengontrol seluruh keinginan dan tingkah lakunya. Sekali pun semua pintu-pintu sudah ditutup rapat-rapat, tidak ada seorang pun yang melihatnya, tetap saja dia tidak akan melakukan kemaksiatan, karena Allah SWT pasti melihatnya. Kesadaran muraqabatullah

yang lahir dari keimanan yang dalam inilah yang dapat menyelamatkan pemuda-pemuda dan siapapun dari segala macam godaan dan rayuan.

*Penulis adalah Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah Priode 2000-2005.

Sumber:

Suara Muhammadiyah Edisi 14 2004

Referensi

Dokumen terkait

paling dominan terhadap penghasilan kena pajak dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 42,02%, disusul oleh perencanaan pajak yang memberikan pengaruh

 Surat keterangan dari Pengadilan Negeri/Tata Niaga tidak dilampirkan yang berhubungan dengan surat pernyataan tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak sedang dalam

Bagi peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang berkeberatan atas penetapan ini, dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dan disampaikan kepada Panitia Pengadaan

[r]

Untuk mengetahui apakah algoritma improved apriori dapat mengoptimalisasi waktu dalam pencarian pola pembelian pelanggan maka dilakukan pengujian dengan cara

Apabila sampai dengan batas akhir penyampaian sanggahan tidak ada Peserta yang mengajukan sanggahan, maka proses Pengadaan Jasa Konstruksi ini akan dilanjutkan ke tahap

Pemilihan konsep Intregrating didasarkan pada masalah yang ada, tugas mahasiswa desain yang cukup kompleks seperti tugas dua dimensi yang meliputi menggambar dan

Pada hari ini Rabu tanggal Tujuh Bulan Nopember tahun Dua ribu dua belas, Pokja/ULP Kemensos Bekasi Dalam rangka Pemilihan Penyedia Barang/Jasa pekerjaan