• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 27/05/13/Th.XVII, 5 Mei 2014

EKONOMISUMATERABARAT TRIWULANI2014TUMBUH6,5PERSEN

1. Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Triwulan 2013, Triwulan IV-2013 dan Triwulan I-2014

Pada triwulan I-2014 PDRB atas dasar harga berlaku Sumatera Barat mencapai 34,5 triliun

sementara triwulan IV-2013 mencapai 34,0 triliun Demikian pula PDRB atas dasar harga  Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Barat dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun 2013 mengalami pertumbuhan 6,5 persen (y-on-y) dan meningkat

sebesar 0,1 persen bila dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2013 (q-to-q).

 Pertumbuhan tertinggi dicatat oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,5 persen, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor industri pengolahan yang terkontraksi

sebesar 0,3 persen.

 Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2014 mencapai 34,5 triliun rupiah sedangkan atas

dasar harga konstan mencapai 12,1 triliun rupiah.

 Struktur ekonomi Sumatera Barat triwulan I 2014 masih didominasi oleh empat sektor ekonomi yaitu sektor pertanian (23,4 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,7 persen),

sektor pengangkutan dan komunikasi (16,8 persen) dan sektor jasa-jasa (16,2 persen).

 Menurut pengeluaran, pada triwulan I-2014 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013 mengalami kenaikan di semua komponennya, kecuali komponen impor. Pengeluaran konsumsi

rumah tangga naik sebesar 4,4 persen, komponen konsumsi nirlaba naik sesebar 13,0 persen,

konsumsi pengeluaran konsumsi pemerintah naik 3,1 persen, dan pembentukan modal tetap

bruto naik 6,8 persen, serta ekspor barang dan jasa sebesar 32,9 persen. Sedangkan kegiatan

impor barang dan jasa mengalami kontraksi sebesar 1,4 persen.

 Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2014 dibandingkan dengan triwulan IV-2013 secara riil meningkat sebesar 1,5 persen dan komponen LNPRT sebesar 8,3 persen sementara

komponen lainnya mengalami kontraksi.

(2)

Dari PDRB atas dasar harga berlaku sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto

yang terbesar pada triwulan I-2014 adalah sektor pertanian sebesar 8,1 triliun, kemudian sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6,5 triliun, diikuti sektor pengangkutan dan

komunikasi sebesar 5,8 triliun, sektor jasa-jasa sebesar 5,6 triliun, sektor industri pengolahan

sebesar 3,5 triliun, sektor konstruksi sebesar 2,3 triliun, sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan sebesar 1,5 triliun, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,9 triliun dan

sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,3 triliun.

Pada PDRB atas dasar harga konstan 2000, kesembilan sektor tersebut memberikan nilai

tambah bruto berturut-turut yaitu sektor pertanian sebesar 2,7 triliun, kemudian sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 2,2 triliun, diikuti sektor jasa-jasa sebesar 2,1 triliun,

sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,9 triliun, sektor industri pengolahan sebesar 1,4

triliun, sektor konstruksi sebesar 0,7 triliun, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

sebesar 0,6 triliun, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,4 triliun dan sektor listrik,

gas dan air bersih sebesar 0,1 triliun.

Tabel 1

Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000

(3)

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2014

Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (

q-to-q), yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan

sebesar 0,1 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada beberapa sektor ekonomi. Pertumbuhan

paling tinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 1,0 persen, dan

sektor pertanian sebesar 1,0 persen, diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,6

persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,1 persen. Sementara itu,

sektor-sektor yang mengalami kontraksi berturut-turut adalah jasa-jasa sebesar 0,2 persen,

sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,6 persen, sektor industri pengolahan sebesar 0,8

persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,2 persen dan terakhir sektor konstruksi

sebesar 4,4 persen.

Tabel 2

Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Menurut Lapangan Usaha (Persentase)

3. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Triwulan I-2014

Pada triwulan I-2014, sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar adalah sektor

(4)

16,2 persen, sektor industri pengolahan sebesar 10,3 persen, sektor konstruksi sebesar 6,6

persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 4,4 persen, sektor

pertambangan dan penggalian sebesar 2,7 persen dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar

0,9 persen.

Tabel 3

Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persentase)

No. Lapangan Usaha 2012 2013 2013 Triw I-2014

Triw I Triw IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pertanian 23,1 22,7 22,9 23,0 23,4

2 Pertambangan dan 2,9 2,7 2,7 2,7 2,7 Penggalian

3 Industri Pengolahan 11,1 10,7 11,0 10,4 10,3 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9

5 Konstruksi 6,7 6,8 6,6 6,9 6,6

6 Perdagangan, Hotel dan 18,5 19,0 19,3 18,7 18,7 Restoran

7 Pengangkutan dan 15,8 16,3 15,6 16,7 16,8 Komunikasi

8 Keuangan, Persewaan 4,5 4,5 4,5 4,4 4,4

9

dan Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa 16,4 16,4 16,5 16,3 16,2

(5)

4. PDRB Menurut Penggunaan Triwulan I Tahun 2014

Ditinjau dari sisi penggunaan atau permintaan, PDRB dipengaruhi oleh berbagai komponen

permintaan, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah,

pembentukan modal atau investasi fisik dan ekspor-impor.

Tabel 4

Pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku mengalami penurunan dari Rp

5,6 triliun pada triwulan IV-2013 menjadi Rp 4,5 triliun pada triwulan I-2014. Pada kurun waktu

yang sama, laju pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan

2000 turun sebesar 20,6 persen.

(6)

atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan I-2014 (Rp 2,3 triliun) turun sebesar 4,4 persen

bila dibandingkan dengan triwulan IV-2013 (Rp 2,4 triliun).

Nilai ekspor atas dasar harga berlaku turun dari Rp 10,5 triliun pada triwulan IV-2013

menjadi Rp 9,8 triliun pada triwulan I-2014. Nilai ekspor pada triwulan I-2014 berdasarkan

harga konstan 2000 turun 11,7 persen dibanding triwulan IV-2013, yaitu dari Rp 5,0 triliun

menjadi Rp 4,4 triliun.

Tabel 5

Laju Pertumbuhan Komponen-Komponen PDRB Triwulanan Menurut Penggunaan ( persen)

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -20,6 3,1 0,4

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto -4,4 6,8 1,3

Sedangkan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 , nilai impor atas

dasar harga konstan 2000 triwulan I-2014 turun sebesar 1,4 persen.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku yang mempunyai kontribusi

terbesar, yaitu 51,7 persen (triwulan I-2014), mengalami sedikit kenaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya (51,3 persen). Kontribusi komponen pengeluaran konsumsi LNP juga

mengalami sedikit kenaikan dari 0,8 persen (triwulan IV-2013) menjadi 0,9 persen pada

(7)

kenaikan, dari 15,7 persen pada triwulan IV-2013 menjadi 15,8 persen pada triwulan I- 2014.

Sebaliknya peran komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap

bruto (PMTB) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 6

Struktur PDRB Menurut Penggunaan ( persentase)

Jenis Penggunaan 2012 2013

Triw.I

2013

Triw IV

2013

Triwulan I

2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Komsumsi Rmh Tangga 52,2 51,9 52,5 51,3 51,7

2. Pengeluaran Konsumsi LNP 0,9 0,8 0,9 0,8 0,9

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 14,7 14,4 13,2 16,4 13,2

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 20,2 19,8 19,6 20,1 19,4

5. Ekspor Barang dan Jasa 28,0 25,4 23,2 30,8 28,4

6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 15,3 14,7 14,4 15,1 12,6

(8)

Gambar

Tabel 1  Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha
Tabel 2
Tabel 3 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha
Tabel 4
+3

Referensi

Dokumen terkait

 Nilai ITK di Sumatera Barat pada triwulan I - 2017 diperkirakan sebesar 101,38 artinya kondisi ekonomi akan mengalami peningkatan dengan tingkat optimisme konsumen menurun

Positifnya pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sumatera Barat pada triwulan III 2016 ( q-to-q ), antara lain disebabkan karena

Pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (y-on-y) pada triwulan III 2015 di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar

 Nilai ITK di Sumatera Barat pada Triwulan III - 2015 diperkirakan sebesar 107,38 artinya kondisi ekonomi mengalami peningkatan dan tingkat optimisme konsumen diperkirakan

Negatifnya pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sumatera Barat pada triwulan IV 2014 ( q-to-q ), antara lain disebabkan karena jenis

Positifnya pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sumatera Barat pada triwulan III 2014 ( q-to-q ), antara lain disebabkan karena jenis

Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil ( q-to-q ) provinsi Sumatera Barat pada triwulan IV tahun 2013 mengalami pertumbuhan negatif sebesar

 Nilai ITK di Sumatera Barat pada Triwulan I-2014 diperkirakan sebesar 104,88 artinya kondisi ekonomi mengalami peningkatan namun tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan