• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : ERIKO FRANS MANURUNG NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : ERIKO FRANS MANURUNG NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG K3 DAN TINDAKAN TIDAK AMAN TERHADAP RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA

PADA PEKERJA BAGIAN PENGOLAHAN DI PT SISIRAU ACEH TAMIANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh :

ERIKO FRANS MANURUNG NIM : 121000034

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG K3 DAN TINDAKAN TIDAK AMAN TERHADAP RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA

PADA PEKERJA BAGIAN PENGOLAHAN DI PT SISIRAU ACEH TAMIANG

TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ERIKO FRANS MANURUNG NIM : 121000034

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(3)

PENGETAHUAN TENTANG K3 DAN TINDAKAN TIDAK AMAN TERHADAP RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGOLAHAN DI PT SISIRAU ACEH TAMIANG TAHUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2016

Yang membuat pernyataan

Eriko Frans Manurung

(4)
(5)

Tamiang tahun 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan penelitian dilakukan dengan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian pengolahan PT SISIRAU Aceh Tamiang yang berjumlah 33 orang dan sampel penelitian ini adalah total sampling artinya sampel yang digunakan adalah seluruh pekerja bagian pengolahan yang berjumlah 33 orang.

Tingkat pengetahuan tentang K3 pada pekerja sudah baik sehingga mendukung pekerja dalam melakukan tindakan yang baik dan benar saat bekerja.

Pekerja yang memiliki pengetahuan tentang K3 kategori baik ada sebanyak 29 orang (87,9%), dan pekerja yang memiliki tindakan tidak aman kategori baik ada sebanyak 32 orang (97%).

Dari hasil uji bivariat dengan menggunakan uji alternatif Exact Fisher pada variabel pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman diperoleh nilai p >

0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman dengan risiko kejadian kecelakaan kerja.

Kepada pihak perusahaan disarankan mengadakan pelatihan atau sosialisasi terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara berkala guna mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan serta tindakan yang aman dalam bekerja terutama dalam mengenali risiko bahaya di tempat kerja.

Kata Kunci : Pengetahuan tentang K3, Tindakan Tidak Aman, Risiko Kecelakaan Kerja

\

(6)

This research aims to find out the influence of the knowledge of Occupational Safety and Health (OSH) and unsafe act against the risk of work accidents at PT SISIRAU Aceh Tamiang, in 2016.

This research analytically survey with the design of the research was done with the cross-sectional. The population of this research is the whole workers processing section PT SISIRAU Aceh Tamiang which numbered 33 people and samples of this research are the total sampling means that the sample used is all part of the workers that processing totaled 33 people.

The knowledge about the OSH on workers already well that supports the workers in doing safe actions and true when working. Workers who have knowledge about the OSH with good category as much as 29 people (87,9%), and workers who have unsafe act with good category there are as many as 32 people (97%).

From the results of bivariate test by using alternative Exact Fisher test in the variable knowledge of OSH and unsafe act obtained the value of p > 0.05.

Results of this research showed that there is no correlation between the knowledge of OSH and unsafe act with the risk of work accidents.

It is recommended that the company conduct training or socialization related Occupational Safety and Health (OSH) periodically in order to maintain and improve the knowledge and actions that secure in the work especially in identifying the risk of danger in the workplace.

Keywords : Knowledge of Occupational Safety and health (OSH), Unsafe Act, Risk of work accidents

(7)

Pengetahuan tentang K3 dan Tindakan Tidak Aman Terhadap Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bagian Pengolahan di PT SISIRAU Aceh Tamiang Tahun 2016”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen penguji yang telah meluangkan waktu memberikan masukan dan saran yang sangat berarti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(8)

yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam bimbingan, arahan dan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing II penulisan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam bimbingan, arahan dan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu memberikan masukan dan saran yang sangat berarti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Ir. Edi Irianto selaku Pjs. Manager PT SISIRAU Aceh Tamiang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, dan kepada seluruh staff dan manager lini PT SISIRAU Aceh Tamiang yang turut bekerja sama sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta Bapak Maringan Manurung dan Ibunda Rosliana br Sitorus yang selalu mendoakan, memberikan asih sayang, bimbingan, dukungan moril dan maupun materil serta segala yang terbaik yang penulis butuhkan.

9. Saudara-saudariku, kakak Santi Manurung, kakak Elsa Manurung, Lae Sampiady Sinamo, Lae Markus Sibarani, Angga Sinamo yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini.

10. Untuk sahabat-sahabatku (Franklin, Irwan, Roy, Hardi, Nicho) terimakasih untuk segala bantuan, motivasi dan doanya.

(9)

13. Untuk teman-teman FKM USU 2012 terkhusus Peminatan K3 2012 yang telah memberikan arahan, dukungan, serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan saran-saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Oktober 2016

Penulis

Eriko Frans Manurung

(10)

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitan ... 8

1.3.1 Tujuan umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Hipotesis Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Konsep Perilaku ... 10

2.1.1 Teori Perilaku Kesehatan ... 10

2.2 Keselamataan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 11

2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 11

2.2.2 Persyaratan Keselamatan Kerja... 13

2.3 Pengetahuan tentang K3 ... 15

2.3.1 Pengertian Pengetahuan tentang K3... 15

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan ... 16

2.4 Tindakan Tidak Aman... 17

2.4.1 Pengertian Tindakan Tidak Aman ... 17

2.4.2 Jenis – jenis Tindakan Tidak Aman ... 20

2.4.3 Tindakan Tidak Aman di PT. SISIRAU Aceh Tamiang ... 20

2.5 Risiko Kecelakaan Kerja ... 23

2.5.1 Pengertian Risiko Kecelakaan Kerja ... 23

2.5.2 Penilaian Risiko ... 25

2.6 Kerangka Konsep ... 28

(11)

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 30

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 30

3.5.1 Variabel Penelitian ... 30

3.5.2 Definisi Operasional... 31

3.6 Metode Pengukuran ... 31

3.6.1 Penentuan tingkat pengetahuan K3 ... 31

3.6.2 Penentuan tindakan tidak aman ... 32

3.6.3 Penentuan risiko kecelakaan kerja ... 32

3.7 Metode Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 36

4.1.1 Visi Perusahaan ... 37

4.1.2 Misi Perusahaan ... 37

4.2 Uraian Proses Produksi ... 38

4.2.1 Stasiun Penerimaan Buah dan Sortasi Buah ... 38

4.2.2 Stasiun Perebusan... 41

4.2.3 Stasiun Pemisahan Brondolan ... 43

4.2.4 Stassiun Pengempaan ... 44

4.2.5 Stasiun Pemurnian ... 46

4.2.6 Stasiun Pengolahan Biji ... 48

4.2.7 Stasiun Pengolahan Air ... 49

4.2.8 Stasiun Ketel Uap/Boiler... 51

4.3 Karakteristik Pekerja Bagian Pengolahan PT SISIRAU Aceh Tamiang ... 52

4.4 Analisis Univariat... 54

4.5 Analisis Bivariat ... 55

BAB V PEMBAHASAN ... 58

5.1 Karakteristik Pekerja Bagian Pengolahan PT SISIRAU Aceh Tamiang Tahun 2016 ... 58

5.2 Hubungan Pengetahuan Tentang K3 dengan Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bagian Pengolahan PT SISIRAU Aceh Tamiang ... 60

5.3 Hubungan Tindakan Tidak Aman dengan Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bagian Pengolahan PT SISIRAU Aceh Tamiang ... 62 5.4 Pengaruh Pengetahuan tentang K3 dan Tindakan Tidak Aman terhadap

Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja di Bagian Pengolahan PT

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 66

6.1 Kesimpulan ... 66

6.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

(13)

Tabel 3.1 Keparahan... 34 Tabel 3.2 Kemungkinan ... 35 Tabel 3.3 Tingkat Risiko ... 35 Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Bagian Pengolahan Menurut Umur pada PT

SISIRAU Tahun 2016 ... 55 Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Bagian Pengolahan Menurut Pendidikan Terakhir

pada PT SISIRAU Tahun 2016 ... 56 Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Bagian Pengolahan Menurut Masa Kerja pada PT

SISIRAU Tahun 2016 ... 56 Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Bagian Pengolahan Menurut Stasiun/Unit Kerja

pada PT SISIRAU Tahun 2016 ... 57 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang K3 Pekerja Bagian

Pengolahan PT SISIRAU Tahun 2016 ... 58 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Tidak Aman Pekerja Bagian

Pengolahan PT SISIRAU Tahun 2016 ... 59 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Risiko Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bagian

Pengolahan PT SISIRAU Tahun 2016 ... 59 Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan Pekerja tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dengan Risiko Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 60 Tabel 4.9 Hubungan Tindaka Tidak Aman dengan Risiko Terjadinya

Kecelakaan Kerja ... 61

(14)

Gambar 4.1 Jembatan timbang ... 41

Gambar 4.2 Proses Sortasi ... 42

Gambar 4.3 Perebusan/Sterilizer ... 43

Gambar 4.4 Tippler ... 46

Gambar 4.5 Thresher Drum ... 46

Gambar 4.6 Digester ... 48

Gambar 4.7 CST/ Continuous Settling Tank ... 49

(15)

Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Hasil Pengolahan Statistik Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

(16)

Nama : Eriko Frans Manurung

Tempat Lahir : Porsea

Tanggal Lahir : 24 Desember 1994

Suku Bangsa : Batak

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Maringan Manurung

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Rosliana br Sitorus

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD / Tamatan tahun : SD NEGERI 173633 PORSEA/2006 2. SMP / Tamatan tahun : SMP NEGERI 2 PORSEA/2009

3. SMA / Tamatan tahun : SMAN 1 SIANTAR NARUMONDA/2012 4. Lama Studi di FKM-USU : 2012 -2016

(17)

1.1 Latar Belakang

Upaya pembangunan nasional yang dilakukan oleh suatu bangsa pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyatnya.

Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Di sisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja (Sirait G, 2011).

Menurut Alamsyah dan Muliawati bahwa hakikat dari keselamatan dan kesehatan kerja meliputi dua hal, yaitu yang pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin pada pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha, manajer atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan formal dan informal, sehingga tercapai kesejahteraan tenaga kerja, dan yang kedua sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas yang berlandaskan kepada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Kalalo dkk, 2016).

Ramli dalam Kalalo dkk, (2016) menyatakan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. K3 merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan

(18)

selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien.

Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung amat pesat, baik industri formal maupun informal, situasi dan kondisi kerja yang tidak aman serta perilaku yang berbahaya dapat mengakibatkan terjadinya kasus-kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan langsung oleh si pekerja sebagai korban, tetapi juga oleh perusahaan (Sirait G, 2011).

Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut Intenational Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1.100.000 kematian yang disebabkan oleh karena penyakit kerja atau kecelakaan kerja akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, di mana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Depnakertrans, 2010).

Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Tahun 2013 tercatat 9 (sembilan) orang meninggal setiap harinya akibat kecelakaan kerja. Jumlah itu meningkat 50 % dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencatat 6 (enam) orang meninggal akibat kecelakaan kerja, kata Direktur Pembinaan Norma Kecelakaan Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Poskota, 2014). Direktur Keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, mengatakan angka

(19)

kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 8.900 kasus dari Januari sampai April 2014 (Antara, 2014).

Swain dalam Winarsunu (2008) menyebutkan bahwa faktor manusia memegang peran penting di dalam sistem keselamatan kerja dan juga sebaliknya dalam menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Heinrich dalam Ramli (2010) bahwa setiap kecelakaan kerja pasti ada sebabnya. Tidak ada kejadian kecelakaan kerja apapun yang tanpa sebab sebagai pemicunya. Faktor penyebab kecelakaan ialah digolongkan atas tindakan tidak aman (unsafe action) merupakan perilaku manusia yang membahayakan dan kondisi tidak aman (unsafe condition) merupakan kondisi lingkungan kerja yang membahayakan.

Menurut Gross seperti yang dikutip oleh Winarsunu (2008) bahwa faktor- faktor yang memiliki kontribusi dalam kecelakaan mencakup 4 M, yaitu : man, machine, media, and management. Karakteristik man atau manusia meliputi umur, gender, kemampuan, ketrampilan, training yang ikut, kekuatan, motivasi, keadaan emosi, dan lain-lain. Karakteristik machine atau mesin meliputi ukuran, bobot, bentuk, sumber energi, cara kerja, tipe gerakan, dan bahan mesin itu sendiri.

Media yang meliputi lingkungan kerja misalnya suhu, kebisingan, getaran, gedung, jalan, ruang kerja, dan sebagainya. Sedangkan management adalah konteks dimana ketiga faktor itu berada dan dijalankan, hal ini bisa meliputi gaya manejemen, struktur organisasi, komunikasi, kebijakan dan prosedur-prosedur yang dijalankan di organisasi.

Menurut Suma’mur (1987), penyebab kecelakaan secara umum adalah karena adanya kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman dari

(20)

pekerja. Khusus mengenai tindakan tidak aman sangat erat kaitannya dengan faktor manusia atau terjadi karena kesalahan manusia. Pekerja cenderung untuk berperilaku dengan mengabaikan kesalamatan walaupun itu sangat berguna untuk kepentingannya sendiri. Misalnya dalam melaksanakan tugasnya pekerja seringkali tidak mengikuti Standard Operating Procedure (SOP) dan hanya bekerja berdasarkan pengalaman saja, atau masalah lain seperti yang disebutkan Syaaf dalam Silaban (2015) adalah pekerja seringkali tidak mau menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disediakan untuk dipakai saat melaksanakan pekerjaannya dengan berbagai alasan.

Pendapat Green dalam Kalalo dkk, (2016) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang dalam bertindak. Perilaku seseorang yang didasari pengetahuan akan lebih bersifat bertahan lama daripada perilaku seseorang tanpa didasari pengetahuan. Semakin positif perilaku yang dilakukannya akan mampu menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

Pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi akan mampu membedakan dan mengetahui bahaya disekitarnya serta dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada karena mereka sadar akan resiko yang diterima, sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari. Pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi akan berusaha menghindari kecelakaan ringan karena mereka sadar bahwa kecelakaan ringan akan menyebabkan kecelakaan kerja yang lebih parah. Jika pekerja memiliki pengetahuan yang baik maka mereka akan bertindak positif dan berusaha untuk menghindari kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang memiliki

(21)

pengetahuan rendah akan cenderung mengabaikan bahaya disekitarnya dan tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur karena ketidktahuan akan resiko akan diterima. Oleh karena itu pengetahauan pekerja yang rendah akan kesehatan dan keselamatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan ringan dan kecelakaan kerja yang lebih parah (Kalalo dkk, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hafrida (2014) menunjukkan ada pengaruh negatif yang signifikan antara pengetahuan K3 dengan tindakan tidak aman (unsafe action), artinya semakin kurang pengetahuan K3 seseorang maka semakin tinggi tindakan tidak aman (unsafe action)nya, begitu juga sebaliknya semakin baik pengetahuan K3 responden maka semakin rendah pula tindakan tidak aman (unsafe action)nya.

Mernurut H.W Heinrich dalam bukunya The Accident Prevention, terungkap bahwa 88% penyebab suatu kecelakaan adalah faktor manusia, yaitu tindakan tidak aman (unsafe act), sedangkan 10% lainnya disebabkan oleh kondisi tidak aman (unsafe condition) dan 2% sisanya adalah faktor lain yang tidak dapat diperhitungkan. Frank E. Bird mengemukakan bahwa faktor manusia merupakan salah satu penyebab utama kecelakaan setelah manajemen. Faktor manusia tersebut terdiri atas pengetahuan, motivasi dan keterampilan yang kurang, kelelahan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa faktor perilaku sangat menentukan manusia untuk melakukan tindakan aman (safe act) atau tindakan tidak aman (unsafe act) dalam pekerjaannya (Delfianda, 2011).

PT. SISIRAU merupakan perusahaan agroindustri yaitu perusahaan yang menggunakan bahan hasil bumi sebagi bahan utama produksinya, dalam hal ini

(22)

berupa CPO (Crude Palm Oil) dan IKS (Inti Kelapa Sawit). Didirikan pada tahun 1991, perusahaan ini dalam menjalankan proses bisnisnya tidak terlepas dari peralatan dan mesin yang membahayakan serta memiliki risiko untuk terjadinya kecelakaan kerja yang tinggi khususnya dibagian pengolahan. Shift kerja yang ada di PT. SISIRAU Aceh Tamiang dibagi menjadi 2 (dua) shift, yaitu shift pagi dimulai pukul 07.00 – 19.00 WIB dan shift malam dimulai pukul 19.00 – 07.00 WIB. Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan dengan manajemen PT. SISIRAU, bahwa K3 belum diterapkan secara optimal.

Manajemen memberikan penjelasan tentang penggunaan alat pelindung diri seperti pakaian, helm, sepatu, dan peralatan lainnya tetapi tidak rutin. Manajemen tetap memantau pekerja agar tetap mematuhi aspek K3 sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

Proses kerja yang kompleks dan terdiri dari stasiun-stasiun pengolahan menjadikan tempat kerja yang mempunyai risiko kejadian kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Pekerja setiap hari harus berhadapan dengan lingkungan, peralatan kerja, dan bahan-bahan yang bebahaya. Tindakan tidak aman yang umumnya terlihat pada saat survei awal yakni banyaknya ditemukan pekerja yang pada saat bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap sesuai standar yang ditetapkan perusahaan, bercanda dengan rekan kerja saat bekerja, penempatan barang yang salah dan tidak menjalankan prosedur kerja yang ditetapkan oleh manajemen atau perusahaan. Tindakan tidak aman seperti ini dapat berakibat fatal terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja. Peralatan kerja seperti mesin, lori, alat berat, serta lingkungan yang bising dan panas dapat berisiko tinggi untuk

(23)

menyebabkan kejadian kecelakaan kerja dalam hal ini khususnya bagi pekerja yang tidak didukung dengan pengetahuan yang baik tentang keselamatan kerja dan tindakan dalam bekerja yang aman.

Pihak manajemen mengatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi satu tahun terakhir hingga Februari 2016 tercatat ada 2 (dua) kasus kecelakaan kerja, yaitu seorang pekerja di bagian operator boiler terkena semburan api boiler dan menyebabkan luka bakar pada bagian tangan dan seorang pekerja lain terkena lontaran tali capstand yang terputus saat digunakan untuk menarik lori penampungan buah menuju perebusan yang mengakibatkan luka pada tangan pekerja. Pihak manajemen juga mengatakan bahwa kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi masih termasuk kecelakaan dengan tingkat keparahan ringan dan hanya memerlukan pertolongan pertolongan pertama (kotak P3K). Namun pada hakekatnya, kecelakaan sekecil apapun tetaplah menimbulkan dampak negatif baik bagi pekerja maupun proses produksi.

Dari latar belakang di atas banyak disebutkan bahwa faktor manusia memegang peranan penting terhadap suatu kejadian kecelakaan kerja. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian pengolahan di PT. SISIRAU Aceh Tamiang tahun 2016.

(24)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian pengolahan di PT. SISIRAU Aceh Tamiang Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitan 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengetauan tentang K3 dan tindakan tidak aman terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian pengolahan di PT. SISIRAU Aceh Tamiang tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik pekerja bagian pengolahan PT. SISIRAU Aceh Tamiang tahun 2016.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pekerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian pengolahan PT. SISIRAU Aceh Tamiang tahun 2016.

3. Untuk mengetahui pengaruh tindakan tidak aman pekerja terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di bagian pengolahan PT.

SISIRAU Aceh Tamiang tahun 2016.

(25)

1.4 Hipotesis Penelitian

Pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman berpengaruh secara signifikan terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di bagian pengolahan PT. SISIRAU Aceh Tamiang tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman pekerja yang mempunyai risiko kecelakaan kerja guna mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.

2. Sebagai bahan masukan kepada para pekerja mengenai pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman.

3. Sebagai bahan penambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis khususnya tentag pengaruh pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di suatu perusahaan khususnya bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang agroindustri seperti pabrik kelapa sawit dan sejenisnya.

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud engan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas anntara lain:

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

2.1.1 Teori Perilaku Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrence W. Green dalam Notoatmodjo (2010), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor Predisposisi ( predisposing factors)

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilau tertentu, yang termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercayaan diri orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status ekonomi.

(27)

b. Faktor Pendukung (enabling factor)

Faktor pendukung adalah faktor yang mendukung untuk terjadinya perilaku tertentu, yang termasuk dalam kelompok ini adalah ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauaan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen pemerintah terhadap kesehatan dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Faktor Pendorong (reinforcing factors)

Faktor Pendorong ata penguuat adalah faktor yanng memperkuat atau kadang memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu, yang termasuk faktor ini adalah pendapat, dukungan pasangan dan keluarga. Kritik baik dari teman sekerja, tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan sendiri juga berpengaruh meskipun tidak sebesar pengaruh dari kelarga.

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Sugeng Budiono (2003) dalam Mufarokhah (2006) secara filosofis, keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya. Secara keilmuan, keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang tata cara penanggulangan kecelakaan kerja di tempat kerja.

Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik

(28)

adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja ini menyangkut segenap proses produksi dan distribusi serta memfokuskan pada tempat kerja (Suma’mur, 1989).

Keselamatan (safety) adalah keadaan terbebas dari celaka (accident) ataupun hampir celaka (near miss acccident). Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun pekerja lain di sekelilingnya, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal.

Kesehatan kerja merupakan hubungan dua arah antara pekerjaan dan kesehatan. Kesehatan kerja tidak hanya menyangkut hubungan antara efek lingkungan kerja misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain, tetapi hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya. Tujuan utama kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada mengobatinya (Suma’mur, 2009).

Menurut Depnaker RI seperti yang dikutip oleh Sirait G (2011), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala daya dan upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi , dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian bahaya dengan menerapkan sistem

(29)

pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

Tujuan K3 adalah mewujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera sehingga akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman, mencapai tenaga kerja yang sehat fisik, sosial, dan bebas kecelakaan, peningkatan produktivitas dan efisien perusahaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat tenaga kerja. Usaha-usaha K3 meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja, perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar selalu terjamin keamanannya dan efisien, perlindungan terhadap oran lain yang berada di tempat kerja agar selamat dan sehat (Suma’mur, 1989).

2.2.2 Persyaratan Keselamatan Kerja

Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Undang-undang No.

1 tahun 1970 seperti yang dikutip dalam Suma’mur (2009) adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, hal ini berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan dan setiap pekerjaan atau kegiatan berbahaya.

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, berkaitan dengan sistem proteksi dan pencegahan kebakaran (fire protection system) dalam rancangan bangun, operasi, dan penggunaan sarana, pabrik, banguna dan fasilitas lainnya.

3. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran, meliputi upaya pencegahan bahaya kebakaran (fire prevention) dalam kegiatan yang dapat mengandung bahaya kebakaran, menggunakan api atau kegiatan lainnya.

(30)

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian kebakaran atau kejadian lainnya. Berkaitan dengan sistem tanggap darurat (emergency response) serta fasilitas penyelamat di dalam bangunan atau tempat kerja (means of escape).

5. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan. Menyangkut aspek P3K atau pertolongan jika terjadi kecelakaan termasuk resque dan pertolongan korban.

6. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja. Berkaitan dengan penyediaan alat keselamatan yang sesuai untuk setiap pekerjaan yang berbahaya.

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. Berkaitan dengan keselamatan lingkungan kerja, pencemaran atau buangan industri serta kesehatan kerja.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses kerja berkaitan dengan aspek ergonomi di tempat kerja.

(31)

14. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. Berkaitan dengan keselamatan konstruksi dan bangunan mulai dari pembangunan sampai penempatannya.

15. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan barang. Syarat ini berkaitan dengan kegiatan pelabuhan dan pergudangan.

16. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, berkaitan dengan keselamatan ketenagalistrikan.

17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahayanya menjadi bertambah tinggi .

2.3 Pengetahuan tentang K3

2.3.1 Pengertian Pengetahuan tentang K3

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

(32)

Pengetahuan tentang K3 adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseoraang melakukan pengindraan terhadap segala daya dan upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi , dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian bahaya dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa domain kognitif mempunyai enam tingkatan. Pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut :

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehention)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hokum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.

(33)

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

2.4 Tindakan Tidak Aman

2.4.1 Pengertian Tindakan Tidak Aman

Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah kegagalan (human failure) dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, seperti : tindakan tanpa kualifikasi dan otoritas, kurang atau tidak menggunakan perlengkapan perlindungan diri, kegagalan dalam menyelamatkan peralatan, bekerja dengan kecepatan yang berbahaya, kegagalan pada peringatan, menghindari atau memindahkan peralatan keselamatan kerja, menggunakan peralatan yang tidak layak, menggunakan peralatan tertentu untuk tujuan lain yang menyimpang, bekerja di tempat yang

(34)

berbahaya tanpa perlindungan dan peringatan yang tepat, memperbaiki peralatan secara salah, bekerja dengan kasar, menggunakan pakaian yang tidak aman ketika bekerja, dan mengambil posisi kerja yang tidak selamat (Winarsunu, 2008).

Menurut Heinrich (1980) tindakan tidak aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang pekerja yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja.

Tindakan tidak aman yang sering dijumpai, diantaranya adalah : a. Menjalankan yang bukan tugasnya, gagal memberikan peringatan b. Menjalankan pesawat lebih dari kecepatan

c. Melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi d. Menggunakan alat yang rusak

e. Tidak memakai APD

f. Memuat sesuatu secara berlebihan

g. Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya h. Mengangkat berlebihan

i. Posisi kerja yang tidak tepat

j. Melakukan perbaikan pada waktu mesin sedang berjalan k. Bersenda gurau

l. Bertengkar

m. Berada dalam pengaruh obat-obatan ataupun alkohol

Menurut Heinrich (1980) dalam Manurung (2013), tindakan tidak aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang pekerja yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja.

(35)

Heinrich (1980), kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan : 1. Kondisi kerja

2. Kelalaian manusia 3. Tindakan tidak aman 4. Kecelakaan

5. Cedera

Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika salah satu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan roboh maka kejadian ini akan memicu kejadian beruntun yang menyebabkan runtuhnya bangunan lainnya. Menurut Henrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman ( poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan ).

Menurut penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak aman ini menyumbang 98% penyebab kecelakaan. Kemudian, bagaimana penjelasan dengan menghilangkan tindakan tidak aman ini dapat mencegah kecelakaan kerja ? kembali lagi ke analogi tindakan tidak aman sebelumnya, jika kartu nomor 3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomor 1 dan 2 pun jatuh, ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu. Dengan adanya jarak antara kartu kedua dan keempat, dan jika pun kartu kedua terjatuh, ini tidak akan sampai menimpa kartu nomor 4.

Akhirnya kecelakaan nomor 4 dan cidera nomor 5 dapat dicegah. Dengan penjelasan Teori Domino ini, maka kecelakaan kerja dapat dijelaskan dengan

(36)

logis dan bukan menganggap bahwa kecelakaan kerja akibat bernasib sial ataupun keberuntungan.

2.4.2 Jenis – jenis Tindakan Tidak Aman

Menurut Pratiwi (2012), yang mengutip pendapat Bird and Germain (1990) bahwa jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) terdiri dari :

1. Mengoperasikan peralatan tanpa otoritas 2. Gagal untuk mengingatkan

3. Gagal untuk mengamankan

4. Pengoperasian dengan kecepatan yang tidak sesuai

5. Membuat peralatan safety menjadi menjadi tidak beroperasi 6. Memindahkan peralatan safety

7. Menggunakan peralatan yang rusak

8. Menggunakan peralatan secara tidak benar 9. Tidak menggunakan alat pelindung diri 10. Loading barang yang salah

11. Penempatan barang yang salah 12. Pengangkatan yang salah

13. Memperbaiki peralatan pada saat beroperasi

2.4.3 Tindakan Tidak Aman di PT. SISIRAU Aceh Tamiang

Pabrik kelapa sawit PT. SISIRAU mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa stasiun pengolahan yaitu:

(37)

1. Stasiun Penerimaan dan Sortasi TBS

Mencakup proses penerimaan TBS kebun sendiri dan kebun pihak ketiga, penampungan sementara TBS, sortasi TBS untuk melihat mutu buah, sampai dengan persiapan pengolahan.

2. Stasiun Perebusan

Proses perebusan sampai dengan proses pemisahan brondolan untuk mendapatkan minyak dan inti sawit.

3. Stasiun Pemisahan Brondolan

Proses pemisahan brondolan yaitu mulai dari proses penuangan TBS yang telah direbus sampai dengan proses pembantingan dengan tujuan untuk mendapatkan brondolan dan mengurangi kehilangan brondolan dalam janjangan.

4. Stasiun Pengempaan

Proses untuk memperoleh minyak dari daging buah secara maksimal dengan oil losses serendah mungkin dan broken nut yang minimum, efektif dan efisien untuk mendapatkan minyak.

5. Stasiun Pemurnian

Proses untuk mendapatkan produksi CPO yang berkualitas baik dan kehilangan minyak yang minimal. Proses pemurnian yang dilakukan di lingkungan kerja meliputi:

a. Penjernihan dengan cara pengendapan minyak kasar hasil pressan yang masih mengandung air dan kotoran lainnya.

b. Pemisahan minyak dengan air dan zat padat yang ada pada sludge dengan bantuan decanter atau sentrifuge.

(38)

c. Menurunkan kandungan kotoran dan air yang ada di CPO melalui proses di purifier dan vacuum dryer.

d. Mendapatkan minyak CPO yang memenuhi standard mutu yang disyaratkan secara maksimal.

6. Stasiun Pengolahan Nut (biji)

Pada stasiun ini mencakup proses pemecahan biji, pemisahan kernel dari cangkang, pengeringan serta penyimpanan kernel pada stasiun kernel recovery. Proses di stasiun kernel yang dilakukan di lingkungan kerja meliputi:

a. Melalui proses pemecahan biji diharapkan diperoleh effisiensi pemecahan yang tinggi dan broken kernel yang rendah

b Pemisahan kernel dengan cangkang diharapkan diperoleh kernel dengan kualitas sesuai stanard dan kehilangan kernel minimal.

c. Melalui pengeringan diharapkan kadar air kernel produksi sesuai standard sehingga lebih tahan disimpan.

7. Stasiun Pengolahan Air

Proses pengelolaan air yang dilakukan di lingkungan kerja meliputi:

1. Penjernihan air

2. Pelunakan air dengan cara pertukaran ion 3. Boiler internal treatment.

8. Stasiun Ketel Uap

Mecakup proses pengoperasian ketel uap dimana uap yang dihasilkan digunakan sebagai penggerak utama steam turbin untuk pembangkit tenaga

(39)

listrik, perebusan buah disteriliser dan pemanasan crude oil, air, kernel, minyak di storage tank. Proses pengoperasian Boiler yang dilakukan di lingkungan kerja meliputi:

1. Persiapan pengoperasian 2. Pengapian ( fire up) 3. Pengoperasian 4. Pengawasan

5. Penghentian operasi

Beberapa jenis tindakan tidak aman yang sering terjadi pada pabrik kelapa sawit PT. SISIRAU antara lain :

1. Tidak mamakai APD (alat pelindung diri) 2. Bercanda dengan rekan kerja saat bekerja 3. Penempatan barang yang salah, dan

4. Tidak menjalankan prosedur kerja yang ditetapkan oleh manajemen atau perusahaan

2.5 Risiko Kecelakaan Kerja

2.5.1 Pengertian Risiko Kecelakaan Kerja

Menurut Kasidi (2010), risiko memiliki beberapa pengertian yaitu kemungkinan yang tidak diharapkan, ketidakpastian atau uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian, kejadian yang merugikan. Jadi, risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian.

(40)

Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain

“kemungkinan” itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Dan jika kita kaji lebih lanjut “kondisi yang tidak pasti” itu timbul karena berbagai sebab (Darmawi, 2010)

Menurut Depnaker RI (1999) dalam Silaban (2015), risiko adalah kemungkinan seseorang untuk mengalami luka atau cedera karena bahaya tertentu. Risiko adalah besarnya kecenderungan atau kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu dimana peluang terjadinya keadaan yang tidak diharapkan tersebut. Dapat dideskripsikan dengan frekuensi kejadian atau besarnya kemungkinan kejadian tersebut.

Menurut Suma’mur (1981) dalam Pratiwi (2012), kecelakaan kerja adalah kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja yang dimaksud adalah kecelakaan yang terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Sementara menurut Rachman (1990), kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda. Sedangkan menurut Anizar (2012) kecelakaan bukan hanya disebabkan oleh alat-alat kerja tetapi juga disebabkan oleh kecenderungan pekerja untuk celaka.

(41)

Dari penjelasan di atas maka disimpulkan bahwa risiko kecelakaan kerja adalah kemungkinan seseorang untuk mengalami luka atau cedera karena kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki, yang dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda, yang terjadi pada waktu melaksanakan pekerjaan.

2.5.2 Penilaian Risiko

Istilah penilaian risiko berasal dari industri asuransi yang merupakan satu tahap proses dalam menentukan dan memperluas pertanggungan yang ditawarkan.

Istilah ini diadopsi ke dalam kesehatan dan keselamatan kerja. Pengertiannya diperluas untuk mengikutsertakan spektrum kegiatan yang lebih luas dari pengidentifikasian awal bahaya hingga pembentukan kondisi kerja yang aman (Ridley, 2008).

Sasaran penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat diambil untuk menghilangkan, mengurangi, atau mengendalikannya sebelum terjadi kecelakaan yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan.

Untuk mencapai sasaran tersebut dan untuk mengefektifkan serta dapat menjalankan penilaian risiko, kita perlu melakukan pendekatan yang sistematis.

Langkah-langkah berikut merupakan pendekatan yang logis dan sistematis:

1. Mendefinisikan tugas atau proses yang akan dinilai 2. Mengidentifikasi bahaya

3. Menghilangkan atau mengurangi bahaya hingga minimum 4. Mengevaluasi risiko dari bahaya residual

5. Mengembangkan strategi-strategi pencegahan

6. Menjalankan pelatihan metode-metode kerja yang baru

(42)

7. Mengimplementasikan upaya-upaya pencegahan 8. Memonitor kinerja

9. Melakukan kajian ulang secara berkala dan membuat revisi jika perlu

Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu bahaya yang terindentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.

Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai acuan, salah satu diantaranya adalah standart AS/NZS 4360 yang membuat matrik atau peringkat risiko sebagai berikut :

1. E : Extreme Risk (kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan pengendalian)

2. H : High Risk (kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan pengendalian)

3. M : Moderat Risk (perlu tindakan untuk mengurangi risiko) 4. L : Low Risk (risiko masih dapat ditoleransi oleh perusahaan).

Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki berbagai potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang sangat beragam (Ramli, 2010).

Analisa ini dilakukan berdasarkan konteks yang telah ditentukan oleh perusahaan, seperti nilai tingkat kemungkinan, nilai tingkat keparahan, dan nilai tingkat risiko . Cara melakukan analisa adalah :

(43)

1. Lakukan analisa dari setiap langkah kerja yang telah diidentifikasi pada tahapan identifikasi bahaya

2. Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya incident dari setiap tahapan kegiatan yang dilakukan berdasarkan acuan konteks yang telah ditentukan

3. Mengukur tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan dari setiap potensi bahaya pada setiap tahapan kerja yang telah diidentifikasi. Ukuran tingkat keparahan ditentukan berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat

4. Setelah tingkatan kemungkinan dan keparahan diketahui, lakukan perhitungan menggunakan rumus berikut untuk mengetahui nilai risikonya :

Tingkat Risiko = Kemungkinan x Keparahan 5. Membuat matriks risiko.

Tabel 2.1 Matriks risiko

Sumber : Andani (2015)

6. Tentukan tingkatan risiko pada setiap tahapan kerjanya berdasarkan nilai risiko yang telah didapat dari perhitungan. Ukuran tingkat risiko dinilai berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel matriks risiko.

(44)

2.6 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian adalah sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan tentang K3

Tindakan Tidak Aman

Risiko Kecelakaan Kerja

(45)

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan survei analitik yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi yang disebut explanatory study.

Rancangan penelitian ini dilakukan dengan cross sectional, yaitu untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen dengan cara pendekatan, pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian pengolahan pabrik kelapa sawit PT.

SISIRAU Aceh Tamiang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 s/d selesai.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di bagian pengolahan PT. SISIRAU Aceh Tamiang dengan total jumlah sebanyak 33 orang.

3.3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, artinya sampel yang digunakan adalah total populasi yang berjumlah 33 orang.

(46)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan cara membagikan kuesioner kepada pekerja bagian pengolaan di PT. SISIRAU Aceh Tamiang dan lembar observasi langsung dengan estimasi waktu untuk per sampel ±15 menit.

Kuesioner dan lembar observasi yang digunakan merupakan kuesioner yang telah digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya dan telah dimodifikasi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PT. SISIRAU Aceh Tamiang yaitu data gambaran umum perusahaan, laporan rekomendasi, SOP (standar operasional prosedur) K3 dan Produksi, dan jumlah kecelakaan satu tahun terakhir hingga Mei 2016.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), yaitu :

1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang keberadaannya mempengaruhi variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman.

2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah risiko kejadian kecelakaan kerja.

(47)

3.5.2 Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah fakta yang mendukung tindakan pekerja bagian pengolahan dimana hal ini merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah pekerja melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala daya dan upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi , dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian bahaya dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Tindakan tidak aman adalah tindakan-tindakan bahaya yang dilakukan oleh pekerja di bagian pengolahan pabrik kelapa sawit yang kemungkinan mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

4. Risiko kejadian kecelekaan kerja adalah kemungkinan seseorang untuk mengalami luka atau cedera karena kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki, yang dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda, yang terjadi pada waktu melaksanakan pekerjaan.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Penentuan tingkat pengetahuan K3

Pengukuran variabel pengetahuan tentang K3 (independent) didasarkan pada 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban :

Benar = diberi skor 1 Salah = diberi skor 0

(48)

Total skor sebanyak 10. Kemudian variabel pengetahuan dikategorikan menjadi : 1. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% (jumlah skor 6-10)

2. Tidak baik, jika responden memperoleh skor ≤ 50% (jumlah skor 0-5) 3.6.2 Penentuan tindakan tidak aman

Pengukuran variabel tindakan tidak aman dilakukan dengan observasi langsung pada pekerja didasarkan pada 16 penyataan, dengan kriteria penilaian tindakan tidak aman :

Ya = diberi skor 1 Tidak = diberi skor 2

Nilai tindakan tidak aman adalah : 1. Baik, jika total skor > 24 2. Tidak baik, jika total skor ≤ 24

3.6.3 Penentuaan risiko kecelakaan kerja

Untuk memberikan makna terhadap potensi bahaya yang teridentifikasi, akan diberikan nilai dengan menggunakan tabel matrik risiko kecelakaan kerja untuk mengkategorikan tingkat risikonya (Ramli, 2010).

Rumus: Tingkat Risiko = Kemungkinan x Keparahan

Keparahan Kemungkinan Tingkat Risiko

1 : Tidak signifikan 1 : Sangat Jarang 1-4 : Rendah

2 : Kecil 2 : kadang-kadang 5-9 : Sedang

3 : Sedang 3 : Dapat Terjadi 10-16 : Tinggi

4 : Berat 4 : Sering 25 : Sangat tinggi

5 : Bencana 5 : Pasti Terjadi

(49)

a. Keparahan

Merupakan suatu nilai yang ditetapkan utuk menentukan suatu tingkatan dampak/akibat berdasarkan keparahan yag disebabkan oleh kecelakaan kerja.

Tabel 3.1 Keparahan

Level-1 (tidak signifikan) Tidak ada cidera, kerugian biaya rendah, kerusakan peralatan ringan Level-2 (kecil) Cidera ringan (hanya membutuhkan

P3K), peralatan rusak ringan

Level-3 (sedang) Menyebabkan cidera yang

memerlukan perawatan medis ke rumah sakit, peralatan rusal sedang

Level-4 (berat) Menyebabkan cidera yang

megakibatkan cacatnya anggota tubuh permanen, peralatan rusak berat

Level-5 (fatal/bencana) Menyebabkan kematian 1 orang atau lebih, kerusakan berat pada mesin sehingga mengganggu proses produksi b. Kemungkinan

Merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan tingkat keseringan terhadap kejadian kecelakaan.

Tabel 3.2 Kemungkinan

Level-1 (sangat jarang) Hampir tidak pernah terjadi

Level-2 (jarang/kadang-kadang) Frekuensi kejadian jarang terjadi waktu tahunan

Level-3 (mungkin terjadi) Frekuensi kejadian sedang dalam waktu bulanan

Level-4 (sering) Hampir 100% terjadi kejadian tersebut Level-5 (pasti terjadi) 100% kejadian pasti terjadi

(50)

c. Tingkat Risiko

Merupakan hasil perkalian dari kemungkinan dan keparahan sehingga dapat ditetapkan sebagai tingkat bahaya dari suatu pekerjaan yang dilakukan.

Tabel 3.3 Tingkat Risiko

Tigkat risiko Score Keterangan

Low 1-4 Masih dapat ditoleransi

Moderate 5-9 Dikendalikan sampai

batas toleransi

High 10-16 Pemantauan intensif dan

pengendalian

Extreme high >25 Pemantauan intensif dan

pengendalian

Pada penelitian ini, risiko kecelakaan kerja dikategorikan lagi menjadi 2 kategori untuk menyeragamkan di analisis bivariat dan untuk memenuhi syarat uji chi-square. Risiko kecelakaan kerja dengan kategori low dan moderate dikategorikan menjadi risiko sedang, dan risiko kecelakaan kerja dengan kategori high dan extream high dikategorikan menjadi risiko tinggi.

3.7 Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisa, sebagai berikut:

1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menitikberatkan pada penggambaran atau deskripsi data yang telah diperoleh. Menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.

2. Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk menunjukkan keterkaitan, hubungan timbal balik atau besar-kecilnya korelasi yang diselidiki antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah Chi- square. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α=0,05).

(51)

Jika p-value lebih kecil dari α (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari kedua variabel yang diteliti. Bila p-value lebih besar dari α (p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel yang diteliti. Apabila pada tabel output hasil uji statistic terdapat lebih dari 0 cells maka nilaai p-value yang digunakan dalam tabel output adalah Exact Fisher Test.

2. Analisis multivariat

Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linear berganda untuk melihat pengaruh variabel risiko kecelakaan kerja dengan seluruh variabel yang diteliti, yaitu: pengetahuan tentang K3 dan tindakan tidak aman.

Dengan persamaan regresi linear berganda : Y = A + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ... + BnXn X1= Pengetahuan K3

X2= Tindakan tidak aman

Y = Risiko kejadian kecelakaan kerja

(52)

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

PMKS PT SISIRAU adalah salah satu Badan Usaha Swasta yang bergerak dalam bidang usaha pengolahan minyak kelapa sawit (CPO). Pada awal perencanaan PT.SISIRAU mengusahakan proyek pembangunannya diatas lahan 20 Ha berdasarkan surat kesepakatan bersama antara PT.SISIRAU dengan PT.

Desa Jaya pada tanggal 6 juni 1997 yang diperkuat adanya surat keputusan kantor pertahanan Kabupaten Aceh Timur No. 15/IL.I/BPN/ATIM/1997 tentang pemberian izin lokasi untuk pembangunan PMKS.

Data Umum Perusahaan :

1. Nama Perusahaan : PT. Sisirau

2. Jenis Badan Hukum : PT. (Perseroan Terbatas.

3. Nama Pemilik : Joefly J Bahroeny 4. Tanggal Pendirian : 03 Oktober 1991

5. - Alamat Perusahaan : Kampung Sidodadi, Kec. Kejuruan Muda, Kab. Aceh Tamiang.

- Alamat Kantor : Jl. Putri Hijau Dalam No. 4 C-G Medan 20111.

6. No Telepon : 061 – 4144777

7. No Fax : 061 – 4576300

8. Website : www.ibrispalm.co.id

9. Status Permodalan : PMDN.

10. Bidang Usaha : Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit.

(53)

11. Barang /Jasa Dagang Utama : Minyak Kelapa Sawit dan Kernel.

12 NPWP : 01.540.095.5 – 105.001.

13. No TDP : 011911500179.

14. Tanggal Dikeluarkan : 06 Juni 2012 s/d 06 Juni 2017 15. Jenis Izin Usaha yang dimiliki

a. Jenis Izin : SIUP.

b. Instansi Pemberi Izin : Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu dan Penanaman Modal Aceh Tamiang.

c. No Izin : 503/KP2TSP – SIUP/0187/2012.

d. Tanggal Dikeluarkan : 06 Juni 2012 s/d 06 Juni 2017.

4.1.1 Visi Perusahaan

1. Menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit terdepan dengan standar Internasional yang memiliki komitmen serta aktif berkontribusi bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara sosial maupun ekonomi.

2. Menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit terdepan dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan dan mengedepankan kualitas yang diterima oleh pasar baik nasioanal maupun internasional.

4.1.2 Misi Perusahaan

1. Berperan aktif dalam melakukan sosialisasi serta pendampingan program yang berkaitan erat dengan peningkatan taraf dan standar hidup masyarakat yang terkait dengan pengembangan, kesejahteraan ekonomi, kesehatan dan peningkatan mutu pendidikan.

(54)

2. Taat dan patuh pada Undang – Undang dan peraturan yang berlaku pada wilayah Negara Republik Indinesia.

3. Berperan aktif dalam menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan serta menjaga sumber daya alam dan hayati yang ada, melakukan gerakan penyelamatan lingkungan secara berkala untuk menjaga keseimbangan dampak kerusakan lingkungan.

4. Berperan aktif bersama stakeholder, dan masyarakat dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam mensejahterakan perekonomian masyarakat sekitar kebun kelapa sawit.

4.2 Uraian Proses Produksi

4.2.1 Stasiun Penerimaan dan Sortasi Buah

Mencakup proses penerimaan TBS kebun sendiri dan kebun pihak ketiga, penampungan sementara TBS, sortasi TBS untuk melihat mutu buah, sampai dengan persiapan pengolahan, yang terdiri dari :

a. Penimbangan TBS

- Truk pengangkut TBS boleh masuk ke timbangan dengan posisi tengah untuk selanjutnya dilakukan penimbangan pertama dan dicatat dalam Form Evaluasi Penerimaan TBS Harian (supir tidak berada dalam kendaraan)

- Kerani timbang setelah melakukan proses penimbangan membuat print out rangkap 2 (dua) yang diarsipkan oleh petugas untuk kebun sendiri, dan print out rangkap 3 (tiga) untuk TBS pihak ke-3.

(55)

- Setelah timbangan tutup, operator mematikan seluruh peralatan timbang, krani timbang memprint out keseluruhan hasil penimbangan TBS yang masuk dan dibuat rekap sesuai sumber asal TBS dan dilaporkan ke atasan.

Gambar 4.1 Jembatan Timbang b. Pembongkaran TBS ke dalam Loading Ramp

Setiap pembongkaran TBS ke dalam loading ramp harus diperhatikan apakah terdapat benda asing seperti besi, batu, rantai, dan sebagainya, jika ada segera diambil dan dilaporkan ke atasan. Pengisian loading ramp dimulai dari pintu pertama hingga pintu terakhir agar pengisian ke dalam lori dapat berlangsung dengan sistem FIFO. Sisa TBS yang tidak di proses sebelumnya harus diturunkan ke dalam lori, hal ini untuk menghitung sisa TBS yang tidak diolah pada hari sebelumnya.

c. Sortasi TBS

- Pelaksanaan sortasi dilakukan dengan menurunkan TBS dari truk ke lantai loading ramp sebanyak satu truk, kemudian dipisahkan sesuai kriteria buah mentah, masak, terlalu masak, janjang kosong, tangkai panjang, buah abnormal,

(56)

buah busuk dan sampah yang dilakukan secara acak dari depan, tengah dan belakang.

- Petugas sortasi melakukan estimasi kadar sampah dan air berdasarkan hasil sortasi dan dicatatkan dalam Form Hasil Sortasi TBS Kebun (FM-MILL-01-02).

Gambar 4.2 Proses Sortasi d. Pengisian TBS ke Lori

Pengisian TBS ke lori diawali dengan menempatkan dan menyusun lori kosong tepat dibawah hopper loading ramp agar saat pengisian TBS dapat tepat masuk lori. TBS ke dalam lori jangan sampai terlalu penuh menjunjung melebihi kapasitas lori, yang dapat mengakibatkan berondolan jatuh di rail track dan tergilas lori, dapat merusak steam spreader pada sterilizer dan buah akan terjatuh di dalam sterilizer membuat roda lori terganjal dan losses minyak serta menyumbat saringan keluarnya air kondensat. Setelah lori di bawah hopper loading ramp terisi penuh, dipindahkan lori tersebut ke rel menuju rebusan dan ditempatkan kembali lori kosong tepat dibawah hopper loading ramp.

(57)

4.2.2 Stasiun Perebusan

Proses perebusan (sterilizer) dimulai dengan proses pemisahan brondolan untuk mendapatkan minyak dan inti sawit.

Gambar 4.3 Perebusan/Sterilizer

Bejana sterilizer merupakan sebuah bejana tekan dengan tipe horizontal dilengkapi dua unit pintu. Body terbuat dari plat baja dengan ketebalan plate 15 mm yang dilengkapi liner dari plat CLC tebal 6 mm, besi siku 200 mm untuk rail track, dua buah nozzle steam inlet berdiameter 150 mm, satu buah nozzle untuk steam exhaust berdiameter 200 mm dan empat buah drainase kondensat berdiameter 100 mm menuju ke pipa 150 mm, serta satu buah safety valve berdiameter 50 mm yang di lengkapi dua buah alat ukur tekanan. Kapasitas satu unit sterilizer 30 ton TBS. Dalam perencanaan kebutuhan unit sterilizer yang disesuaikan dengan kapasitas pabrik, dengan pendekatan perhitungan :

Kapasitas pabrik x siklus perebusan (menit) Kebutuhan unit sterilizer =

Isi sterilizer x 60 menit

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Puji dan syukur saya ucapkan kepada TUHAN Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul

10 Menambah pengetahuan peserta tentang K3.. g) Sejauh mana Pelatihan K3 yang sudah diterapkan dapat mengendalikan risiko kecelakaan kerja ?. Informan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, PRAKTIK HIGIENE, DAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Kualitas Fisik dan Biologi Udara dalam Ruangan serta Karakteristik Pekerja dengan

Penggunaan APD adalah perilaku pekerja dalam memakai APD untuk melindungi diri dari luka/cedera atau penyakit Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

Diagram Batang Jenis Kelamin Berdasarkan Sumber Biaya Penderita PPOK di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK

Apakah ada Hubungan Pengetahuan Kecelakaan Kerja dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja PT Hana Nuansa Pratama Jakarta Timur Tahun 2018.. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum