• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pinisi: Journal of Teacher Professional Volume 3, Nomor 3 November 2021 e-issn: DOI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pinisi: Journal of Teacher Professional Volume 3, Nomor 3 November 2021 e-issn: DOI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

170 DOI.10.26858

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS 3 SD

Ali Ikhsan1 ,Latri Aras2 , Naswar Muslan3

Email: firazaidan80@gmail.com

1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, SD 1 Barongan Email: unmlatri2014@gmail.com

2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makasar Makassar Email: nazwar27@gmail.com

3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, SDN Komp. IKIP I

Artikel info Abstrak

Received; 9-9-2021 Revised:10-10-2021 Accepted;25-11-2021 Published,16-11-2021

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas 3 SD, fokus masalah diuraikan sebagai berikut : Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD. Langkah penelitian disesuaikan dengan tahapan pelaksanaan penelitian PTK yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, pengumpulan data, dan refleksi. Hasil pelaksanaan dievaluasi dalam refleksi untuk menyusun rencana perbaikan yang dikuti pelaksanaan, observasi dan refleksi tahap berikutnya, sampai tiga siklus.

Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 SD. Temuan penelitian menunjukkan model pembelajaran Problem Based Learning secara bertahap dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kesimpulan penelitian bahwa model pembelajaran Problem Based Learning yang diterapkan dengan baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD.

Key words:

Problem Based learning, model pembelajaran, hasil belajar siswa

artikel pinisi:journal of teacher proffesonal dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY-4.0

PENDAHULUAN

Pendidikan dasar berfungsi sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah untuk mengembangkan dasar pribadi manusia sebagai warga masyarakat dan warga Negara yang berbudi luhur, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki kemampuan dan keterampilan dasar sebagai bekal untuk pendidikan selanjutnya dan untuk bekal hidup di masyarakat. Sekurang-kurangnya pendidikan di SD memiliki empat fungsi utama, yaitu Pertama, fungsi yang sangat mendasar dari pendidikan di SD adalah fungsi pembentukan dan pengembangan dasar kepribadian anak. Kedua, fungsi

(2)

171 pendidikan di SD adalah penyiapan warga masyarakat dan warga negara Republik Indonesia yang baik. Ketiga, transformasi budaya menjadikan anak agar mengenal dan berbudaya Indonesia. Keempat adalah pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar untuk melanjutkan pendidikan di SLTP/Mts.

Pendidikan memiliki peran yang penting dalam berbangsa. Salah satu peran penting tersebut adalah pendidikan menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, damai, dan demokratis (Parasamya, dan Wahyuni, 2017). Pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh memasuki abad ke-21, kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan, disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut (Sagala, 2011). Saat ini kurikulum 2013 sudah diterapkan di Indonesia. Didalam kurikulum tersebut terdapat beberapa prinsip pembelajaran yang diharapkan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Kurikulum 2013 menerapkan prinsip untuk terus mendorong siswa menjadi siswa yang lebih aktif. Pada kurikulum ini, siswa memulai pembelajaran pada kegiatan inti dengan cara mengamati fenomena atau peristiwa tertentu sehingga guru dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa terhadap fenomena atau peristiwa tersebut. Jadi pada intinya, guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator, namun pada akhir kegiatan inti guru juga memberikan penjelasan penyempurnaan dari kegiatan siswa tersbut.

Hasil observasi yang dilakukan di SD 1 Barongan Kudus ditemukan bahwa beberapa guru masih masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Siswa tidak dituntut untuk menjadi aktif dan hanya memperoleh pengetahuan yang disampaikan oleh guru.

Hal tersebut merupakan salah satu penyebab hasil belajar siswa yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Secara umum, pada setiap mata pelajaran, sekolah sudah menetapkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai standar kriteria ketuntasan minimal. Pencapaian ketuntasan siswa di pengaruhi beberapa faktor pendukung dalam pembelajarannya, kurang lengkapnya faktor pendukung dalam pembelajaran akan menjadi kendala siswa mencapai ketuntasan (Ngalim dalam Suniana, 2016).

Pada tema 1 subtema 2 pembelajaran 3 kelas 3, nilai KKM yang sudah ditentukan besarnya juga sebesar 75. Namun ketika diberikan evaluasi, hanya 12 orang dari 32 siswa atau hanya sekitar 37,50 % yang nilainya mencapai nilai KKM. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa,.

Salah satu alternatif pembelajaran tersebut adalah pembelajaran berbasis konstruktivisme melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2001). Kriteria keberhasilan belajar siswa diukur dari seberapa banyak materi pelajaran dapat dikuasai siswa, akan berbeda proses belajar yang dilakukan dengan kriteria keberhasilan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat memanfaatkan potensi otaknya untuk memecahkan suatu persoalan (Sanjaya, 2011). Guru melakukan proses evaluasi hasil belajar pada akhir pembelajaran. Bagi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar. Metode ini erat kaitannya dengan pendekatan konstektual.

(3)

172 Banyak ahli yang menyebutnya sebagai metode pembelajaran tetapi ada pula ahli yang menyebutnya sebagai model pembelajaran (Warsono dan Hariyanto, 2013).

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan saintifik. Penggunaan pendekatan tersebut disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas 3 pada tema 1 subtema 2 pembelajaran 3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab guru khususnya dalam pengelolaan pembelajaran (Sanjaya, 2011).

Penelitian ini dilakukan di SD 1 Barongan Kabupaten Kudus Jawa Tengah dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas 3 yang berjumlah 32 orang siswa, terdiri atas 15 orang siswa putri dan 17 orang siswa putra. Sedangkan objek penelitian ini adalah hasil belajar pada tema 1 subtema 2 pembelajaran 3 siswa kelas 3 SD melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL).

Data yang diambil berupa hasil belajar siswa yang diperoleh melalui lembar evaluasi, aktivitas guru dan siswa yang diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang diperoleh dari lembar pengamatan kemampuan guru mengelola, dan respon siswa terhadap model pembelajaran problem based learning (PBL) melalui lembar angket respon siswa.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji persentase dengan metode kuantitatif.

P = f/N x 100 % (Sudijono, 2005) Keterangan:

P = persentase yang dicari f = frekuensi siswa yang tuntas N = jumlah siswa keseluruhan

Ketuntasan individual pada materi dikatakan tercapai apabila perolehan skor siswa memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan KKM, yaitu ≥ 75 selanjutnya ketuntasan klasikal tercapai apabila siswa lulus KKM sebanyak 75%. Aktivitas guru dan siswa dikatakan baik apabila memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa termotivasi belajar menggunakan media pembelajaran (Mulyasa, 2012).

Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dianalisis dengan menggunakan angket respon siswa. Tanggapan siswa dikatakan baik apabila memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PTK atau Penelitian Tindakan Kelas merupakan karya tulis ilmiah guru untuk perbaikan mutu pembelajaran (Soejoto et al., 2017). Karya tulis ini dapat dihasilkan dari Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilaksanakan oleh guru dalam upayanya menyelesaikan permasalahan belajar. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan

(4)

173 sebanyak tiga siklus dan pada setiap siklus diamati oleh dua orang guru sejawat.

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas 3 SD 1 Barongan Kabupaten Kudus Tahun pelajaran 2021/2022 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL) dan guru mengukur indikator hasil belajar siswa. Hal ini bertujuan sebagai tahap awal agar dapat diketahui perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran lain dan hasil belajar siswa denga menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Pada siklus I ini guru menggunakan model pembelajaran secara konvensional dengan metode cerammah. Hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat 12 siswa yang tuntas secara individual dari 32 siswa. Artinya bahwa, secara keseluruhan terdapat 37,50 % siswa yang memperoleh ketuntasan individual, sedangkan ketuntasan klasikal secara keseluruhan sebesar 40 % atau terdapat 8 soal yang tuntas secara klasikal dari 20 soal.

Aktivitas guru selama menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran pada siklus I adalah 74,17 % dan termasuk kategori cukup baik. Sedangkan, aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 40 % dan termasuk kategori kurang.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I memperoleh skor rata-rata sebesar 4,00 yang termasuk dalam kategori cukup baik.

Setelah dilakukan refleksi ternyata dalam proses pembelajaran terdapat beberapa kelemahan baik yang dilakukan siswa maupun oleh guru. Kelemahan tersebut antara lain: (1) Metode yang digunakan guru kurang maksimal, (2) Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru (3,) Guru terlalu cepat menerangkan materi pelajaran, (4) Siswa kurang aktif disebabkan guru kurang memberikan motivasi, (5) Anak kurang berani, terlihat tidak ada yang berani bertanya atau mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru, (6) Guru tidak merangsang siswa menemukan pemecahan permasalahan yang disodorkan kepada siswa.

Walaupun ada beberapa kelemahan baik dari siswa maupun dari guru, namun ada beberapa kelebihan yang perlu mendapat perhatian, antara lain: (1) Dalam pembelajaran meskipun jumlah siswa banyak, masih ada beberapa siswa yang mendengarkan guru, aktif, dan berani menjawab pertanyaan, karena guru merangsang dengan pertanyaan, (2) Guru mencoba beberapa metode meskipun kurang sesuai dengan materi yang dijarkan.

Setelah melihat pembelajaran pada siklus I dengan hasil yang kurang memuaskan, guru merubah model pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning. Hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan bahwa terdapat 25 siswa yang tuntas secara individual dari 32 orang siswa atau secara keseluruhan ketuntasan individual pada siklus II adalah sebesar 78,13 %, sedangkan ketuntasan klasikal secara keseluruhan yaitu sebesar 75% atau terdapat 15 soal dari 20 soal yang tuntas secara klasikal.

Hasil penenelitian pada siklus II ini juga menunjukkan bahwa aktivitas guru selama

(5)

174 proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebesar 80% dan aktivitas siswa sebesar 70%.

Hasil penilaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus II ini lebih baik daripada penilaian kemampuan guru pada siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata sebesar 4,9 dalam mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih besar daripada skor rata-rata pada siklus I.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus II masih terdapat kelemahan, yaitu adanya siswa yang belum mengerjakan tes formatif secara mandiri karena mobilitas guru dalam menerapkan model Pembelajaran Problem Based Learning belum optimal sehingga hanya ada sebagian anak saja yang bekerja kelompok secara sungguh- sungguh.

Walaupun pada siklus II ada beberapa kelemahan baik dari siswa maupun dari guru, namun ada beberapa kelebihan yang perlu mendapat perhatian, antara lain (1). Siswa dapat berkomunikasi dengan teman kelompok karena guru menganjurkan setiap anggota kelompok saling bertukar pikiran; (2) Siswa yang menjadi ketua kelompok lebih bersemangat karena guru memberi kepercayaan untuk memimpin kelompoknya, (3) Suasana belajar sangat kondusif karena dengan berkelompok mereka dapat menyalurkan aspirasinya. (4) Siswa mampu menarik kesimpulan sendiri karena guru sengaja membangun kesadaran siswa dalam merumuskan sebuah konsep dengan bahasa yang sederhana, (5)Siswa mampu bekerja sama dengan kompak karena guru menuntut siswa adanya persaingan yang sehat antar kelompok. Meskipun demikian, pada hasil siklus II ini masih menggambarkan bahwa guru masih belum optimal dalam proses pembelajaran.

Pada Siklus III, guru telah berhasil membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sehingga siswa dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pada siklus III yang menunjukkan bahwa terdapat 1 siswa yang belum tuntas secara individual dan 2 soal yang belum tuntas secara klasikal. Guru juga telah berhasil menyesuaikan aktivitasnya sebagai guru selama proses pembelajaran dan begitu juga siswanya.

Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran menjadi lebih baik di bandingkan dengan siklus sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor keterampilan guru yang di siklus I sampai siklus III. Artinya bahwa guru telah berhasil menyajikan pembelajaran sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Guru juga sudah mampu memantau kerja siswa pada saat berdiskusi dalam kelompok dan berhasil membuat siswa lebih aktif dan antusias dalam belajar. Berdasarkan hasil pada siklus III, maka tindakan dalam siklus diberhentikan karena hasil belajar sudah maksimal dan sebagian besar siswa telah berhasil menuntaskan belajarnya baik secara individual maupun secara klasikal, serta guru telah mampu menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sangat baik.

Menurut Arends dalam Abbas (2000:13) “ Model Problem Based Learning adalah

(6)

175 model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri “.

Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untukmenetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secarasistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah

Pelaksanaan penelitian ini berlangsung sejak bulan Juli sampai dengan September 2021 dan telah dilaksanakan evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Dari hasil evaluasi tersebut diperoleh fakta bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sangat berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 SD 1 Barongan Kudus. Dari 32 siswa, hanya 1 siswa yang belum tuntas. Peningkatan hasil belajar siswa ini juga ditunjukkan dengan tingginya prosentase ketuntasan secara klasikal yaitu mencapai 95 % dan guru juga mampu menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sangat baik

Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah situasi peralihan pembelajaran daring ke luring menjadikan siswa perlu adaptasi kembali setelah melaksanakan pembelajaran daring selama hampir 2 tahun pada masa pandemi. Para siswa kurang percaya diri dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang diterapkan guru. Sehingga di awal-awal pembelajaran para siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Guru harus mampu mengatasi kendala tersebut dengan bekerjasama dengan teman teman sejawat dan para siswa.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan penelitian pembelajaran siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning di SD 1 Barongan Kudus adalah adanya kolaborasi yang baik antara guru, siswa, dan teman sejawat, sehingga ketika ada kesulitan bisa saling berkoordinasi untuk mendapatkan solusi. Di samping itu koordinasi horizontal dengan pimpinan dalam hal ini kepala sekolah dengan guru juga turut memberikan motivasi bagi pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning juga mendorong siswa lebih aktif dan kreatif sehingga berdampak luas terhadap mutu dan kualitas sekolah

(7)

176 UCAPAN TERIMA KASIH

Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari petunjuk, bantuan serta partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,kemudahan dan kelancaran dalam kegiatan Penulisan Artikel Ilmiah ini.

2. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan serta doanya 3. Pihak Perguruan Tinggi Universitas Negeri Makassar.

4. Ibu Fajar Sri Utami, S.Pd, M.Pd. selaku KORWIL Pendidikan Kecamatan Kota Kudus yang memberikan dukungan, motivasi dan pengarahanya.

5. Ibu Dra. Endang Bawonowati, M.Pd selaku pengawas SD Korwil bidang pendidikan Kecamatan Kota Kudus yang turut andil dalam membangkitkan semangat untuk guru-guru dalam pengembangan profesinya.

6. Bapak Maskat, S.Pd. selaku Kepala SD 1 Barongan Kudus yang memberikan motivasi dan pengarahanya.

7. Bapak Drs. Latri Aras, S.Pd. M.Pd selaku Dosen Pembimbing lapangan (DPL).

8. Bapak Nazwar Muslan, S.Pd,selaku Guru Pamong yang telah membagi ilmunya.

9. Semua Guru SD 1 Barongan Kudus yang memberikan spirit dan semangat serta kerjasamanya yang baik untuk menyelesaikan PTK ini.

10. Semua siswa SD 1 Barongan Kudus yang telah bekerjasama dengan baik untuk PTK ini.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD di Sekolah Dasar Negeri 1 Barongan Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2021/2022. Hal ini terlihat dari hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 37,50%, siklus II sebesar 78,13 %, dan siklus 3 sebesar 96,88 %. Dengan demikian, Penelitian Tindakan Kelas menjadi solusi konkrit dalam mengatasi permasalahan belajar siswa di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas., & Arends. (2000). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) dalam pembelajaran matematika di SMU. [online]

tersedia :

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/51/040429%20ed20%nurhayatipenerapan%2 0%model%20pembelajaran.pdf”.

Arikunto, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Kurino, Yeni Dwi. (2020). Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia Volume 3 No 1 : 152

(8)

177 Mulyasa, E. (2012). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas II Penelitian Tindakan kelas

Hasil penelitian pada praktik mengajar 1 diperoleh data 58% Langkah model telah terlaksana dengan baik, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa mencapai 60% dari

Jika skor hasil belajar Matematika siswa tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 229 Waru Kecamatan Malili Kabupaten

Guru membagikan lembar kerja kelompok kepada masing-masing kelompok, sehingga masing-masing anggota kelompok sudah dapat merencanakan apa yang akan mereka selidiki

2. Guru mempersiapkan alat media seperti laptop, proyektor, layar, dll. Guru menyiapkan video yang akan ditampilkan sesuai dengan tema yang diajarkan dan memastikan PPT

Aktivitas belajar siswa Kelas II SDN Nusantara Jaya selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) Pada Muatan

Untuk mencapai hasil belajar secara optimal, upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah menggunakan model yang sesuai dalam menyampaikan materi kepada peserta

Berdasarkan latar belakang masalah solusi yang disarankan berikut ini rumusan masalah yang dapat dikembangkan dalam penyajian yaitu bagaimana perencanaan pembelajaran,