1
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL, ASSET QUALITY, MANAGEMENT, EARNING, LIABILITY (CAMEL)
PADA BANK PT. MUAMALAT TAHUN 2016-2020
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (SE)
Disusun Oleh : Muhammad Juang Harfian
11160850000035
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL, ASSET QUALITY, MANAGEMENT, EARNING, LIABILITY (CAMEL) PADA BANK PT.
MUAMALAT TAHUN 2016-2020
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh:
Muhammad Juang Harfian NIM : 11160850000035
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Herni Ali Husin Thalib, SE, MM Muhammad Fadlillah Fauzukhaq, MA NIDN. 0422125902 NIDN. 0304027901
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 2021 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Selasa 23 November 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa Nama : Muhammad Juang Harfian
NIM : 11160850000065 Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liability (CAMEL) Pada Bank PT. Muamalat Tahun 2016-2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Desember 2021
1. Ade Ananto Teminanto, MM ( )
NIP : 196811252014111002 Ketua
2. Dr. Herni Ali H. T. SE. MM ( )
NIDN : 0422125902 Pembimbing I
3. Muhammad Fadlillah Fauzukhaq, MA ( )
NIDN : 030427901 Pembimbing II
4. Dr. Riris Aishah Prasetyowati, SE. MM ( )
NIDN : 0421046805 Penguji Ahli
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat Tanggal 5 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukanUjian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Juang Harfian
2. NIM 11160850000035
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripi : Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liability (CAMEL) Pada Bank PT. Muamalat Tahun 2016-2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa Mahasiswa tersebut di atas dinyatakan Lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ujian ke tahap Skripsi sebagai salah satu memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi & Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Juli 2021
1. Dr. Asyari Hasan, S.H.I., M.Ag NIP. 198008192006041002
2. Endah Meiria, M.Si NIDN. 0205068502
( )
Penguji I
( )
Penguji II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan di bawab ini:
Nama : Muhammad Juang Harfian NIM :11160850000035
Jurusan : Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Tingkas kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode CAMEL Pada Bank PT. Muamalat Tahun 2016 – 2020 adalah benar merupakan karya saya dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini keseluruhannya merupakan flagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 18 oktober 2021
Muhammad Juang Harfian NIM 11160850000035
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL,ASSET QUALITY, MANAGEMENT, EARNING, LIABILITY (CAMEL)
PADA BANK PT. MUAMALAT TAHUN 2016-2020
ABSTRAK
Tingkat kesehatan bank merupakan salah satu cara untuk mengukur kinerja bank sebagai pedoman kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. CAMEL adalah salah satu alat ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia tahun 2016-2020 dengan menggunakan metode CAMEL. Hasil secara keseluruhan aspek secara rata- rata untuk tahun 2016-2020 berada pada kategori cukup sehat. Penelitian ini menyarankan pihak bank untuk dapat meningkatkan aspek-aspek pada kualitas asset atau rasio KAP (kualitas aset produktif) dan manajemen atau rasio NPM (net profit margin. Perhatian perlu difokuskan pada aspek rentabilitas yaitu rasio ROA (return on asset) yang berada dalam keadaan kurang sehat.
Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Bank dan Metode CAMEL(KAP, NPM, dan ROA)
vi
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL,ASSET QUALITY, MANAGEMENT, EARNING, LIABILITY (CAMEL)
PADA BANK PT. MUAMALAT TAHUN 2016-2020
ABSTRACT
Bank soundness is one way to measure bank performance as a guide for public trust in the bank. CAMEL is one of the measuring tools to assess the soundness of a bank.
This study aims to analyze the soundness of Bank Muamalat Indonesia in 2016- 2020 using the CAMEL method. The overall overall results for 2016-2020 are in the fairly healthy category. This study suggests the bank to be able to imrove aspects of asset quality or KAP ratio (productive asset quality) and management or NPM ratio (net profit margin). It is necessary to pay attention to the profitability aspect, namely the ROA (return on assets) ratio wich is in an unhealthy condition.
Keywords : Bank Soundness Level And CAMEL Method (KAP, NPM, And ROA)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, nikmat-Nya sehinggan penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabatnya.
Skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) yang berjudul Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liability (CAMEL) Pada Bank PT. Muamalat Tahun 2016-2020
Penulisan skripsi ini tidaklah cukup jika hanya dibekali oleh keahlian peneliti, melainkan didukung oleh beberapa pihak yang dengan langsung maupun tidak langsung membantu penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kedua orang tua penulis,yaitu yang terhormat Zulfikar Munir dan Tuti Hariani Siregar atas segala do’a dan kasih sayang yang diberikan serta motivasi sehingga penulis senantiasa menyelesaikan studi di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, M.B.A. dan Ibu Yuke Rahmawati, M.A.
Selaku Ketua dan Wakil Ketua Program Studi Perbankan Syariah.
5. Bapak Dr. Herni Ali Husin Thalib, SE, MM selaku dosen pembimbing satu skripsi yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi dan memberikan ilmunya yang sangat berharga.
6. Bapak Muhammad Fadlillah Fauzukhaq, MA, selaku dosen pembimbing dua skripsi yang selalu meluangkan waktu,fikiran dan
viii
jiwanya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi dan memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan dan melindungi beliau, aamiin ya rabbal aalamiin.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat ekonomi dan bisnis (KAFEIS) cabang Ciputat yang telah memberikan semangat juang berupa arti insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan islam sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh teman-teman yang ikut membantu dan telah menemani penulis selama masa-masa berkuliah seperti Lauril Widad S.Sos dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu
Demikian skripsi ini penulis ajukan, semoga dapat diterima dengan sebaik- baiknya. Atas perhatian pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.
Ciputat, 13 Oktober 2021 Penulis,
Muhammad Juang Harfian
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoritis ... 10
2. Manfaat Praktis ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Pengertian Bank... 12
2. Fungsi Bank ... 20
3. Analisis Laporan Keuangan ... 22
4. Rasio Keuangan ... 25
5. Penilaian Kesehatan Bank ... 29
6. Analisis Camel ... 34
B. Penelitian Terdahulu ... 46
C. Kerangka Pemikiran ... 50
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ... 51
A. Data Dan Sumber Data ... 51
x
B. Metode Pengumpulan Data ... 51
C. Metode Analisis Data ... 52
D. Teknis Analisis Data ... 53
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Temuan Hasil Penelitian ... 57
1. Sejarah Bank Muamalat Indonesia (BMI) ... 57
2. Visi dan Misi BMI ... 58
3. Produk dan Jasa Bank Muamalat Indonesia ... 59
4. Jasa Layanan 24 Jam ... 62
B. Hasil Analisis Data ... 63
1. Capital (Permodalan) ... 63
2. Asset Quality (Kualitas Assset) ... 66
3. Management Quality (Kualitas Manajemen) ... 69
4. Earning (Rentabilitas) ... 72
5. Liquidity (Likuiditas) ... 77
6. Hasil Tingkat Kesehatan Periode 2016-2020 dengan Menggunakan Metode CAMEL ... 80
7. Analisis Deskriptif Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia Periode 2016- 2020 Dengan Menggunakan Metode CAMEL ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Perkembangan BUS UUS dan BPRS ... 6
Tabel 2. 1 Peringkat Komposit ... 31
Tabel 2. 2 Peringkat Penilaian Permodalan ... 35
Tabel 2. 3 Peringkat Penilaian Kualitas Asset ... 37
Tabel 2. 4 Peringkat Penilaian Net Profit Margin (NPM) ... 41
Tabel 2. 5 Peringkat Penilaian Komponen Rentabilitas ... 43
Tabel 2. 6 Peringkat Penilaian Komponen BOPO ... 44
Tabel 2. 7 Peringkat Penilaian Komponen Likuiditas ... 44
Tabel 2. 8 Bobot Rasio Analisis CAMEL ... 45
Tabel 2. 9 Penelitian Terdahulu ... 46
Tabel 3. 1 Peringkat Komposit Keseluruhan Komponen ... 53
Tabel 3. 2 Formula CAMEL ... 55
Tabel 3. 3 Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMEL... 56
Tabel 4. 1 Penilaian CAR tahun 2016-2020 ... 64
Tabel 4. 2 Nilai Kredit CAR Bank Muamalat Indonesia tahun 2016-2020 ... 65
Tabel 4. 3 Rasio KAP Bank Muamalat Indonesia 2016-2020 ... 67
Tabel 4. 4 Nilai Kredit KAP Bank Muamalat Indonesia 2016-2020 ... 68
Tabel 4. 5 Rasio NPM Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2016-2020 ... 70
Tabel 4. 6 Nilai Kredit NPM Bank Muamalat Indonesia ... 71
Tabel 4. 7 Rasio ROA Bank Muamalat Indonesia 2016-2020 ... 73
Tabel 4. 8 Tabel Nilai Kredit ROA Bank Muamalat Indonesia tahun 2016- 2020 ...74
Tabel 4. 9 Tabel BOPO Bank Muamalat Indonesia tahun 2016-2020 ... 75
Tabel 4. 10 Tabel Nilai Kredit BOPO Bank Muamalat Indonesia ... 76
Tabel 4. 11 LDR Bank Muamalat Indonesia 2016-2020 ... 78
Tabel 4. 12 Tabel LDR Bank Muamalat Indonesia selama tahun 2016-2020 ...80
Tabel 4. 13 Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia menggunakan metode CAMEL ... 81
Tabel 4. 14 Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia dengan metode CAMEL ... 82
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan suatu badan usaha yang menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dan selain itu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (UU No.21 Tahun 2008). Sehingga lembaga ini berperan untuk perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana serta juga sebagai lembaga yang bertujuan dan berfungsi sebagai memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Selain itu tujuannya menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan untuk ekonomi dan stabilitas nasional kearah untuk peningkatan kesejahteraan atau kemaslahatn masyarakat/umat yang banyak.
Di Indonesia terdapat dua jenis perbankan, yaitu:
1. Bank yang melakukan usaha secara syariah.
2. Bank yang melakukan usaha secara konvensional.
Bank yang melakukan usaha dengan secara Konvensional pasti sudah biasa di dengar oleh banyak masyarakat terutama masyarakat di negara Indonesia sendiri.dimana bank yang melakukan usaha dengan secara Konvensional berdasarkan pada pembayaran bunga dan lebih dulu muncul serta
berkembang di Indonesia. Sedangkan untuk Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan dengan prinsip syariah dan menurut jenisya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) (UU No.21 Tahun 2008).
Dalam opersainya sendiri, Bank Islam/Syariah menggunakan sistem dengan bagi hasil dan imbalan lainnyayang sesuai dengan syariah islam. Untuk usaha pembentukan sistem ini sendiri didasari oleh larangan dalam agama islam untuk meminjam maupun memungut dengan buunga atau yang bisa disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram oleh syariat islam, dimana hal ini tidak dapat dipinjam oleh sistem perbankan konvensional.
Untuk Perbankan Syariah sendiri pertama kali muncul di negara Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai dengan gerakan fundamentalis.
Pemimpin perintis usaha ini bernama Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah banksimpanan yang berbasis dengan profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Kemudian berdiri bank syariah pertama yaitu Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1974 dengan disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konfrensi Islam (OKI), walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara
3
anggotanya. Islamic Development Bank (IDB) menyediakan jasa berupa finansial yang berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara islam.
Hingga saat ini perbankan syariah sendiri sudah sangat mendunia dan diperkirakan akan terus bertambah jumlahnya. Laporan dari International Association Of Islamic Banks, diperkirakan terdapat lebih dari US$
822.000.000.000 aset di seluruh dunia yang di seluruh dunia yang dikelola dengan sesuai prinsip-prinsip syariah analisis perusahaan induk CIMB Group menyatakan bahwa keuangan syariah adalah segmen yang paling cepat tumbuh dalam sistem keuangan syariah adalah segmen yang paling cepat tumbuh dalam sistem keuangan global dan penjualan obligasi syariah diperkirakan meningkat 24 persen hingga mencapai US$ 25 miliar pada tahun 2010 (sumber : www.wikipedia.com/perbankansyariah).
Bank syariah atau bisa disebut juga bank islam merupakan lembaga keuangan dimana yang berfungsi sebagai memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil dengan melalui aktivitas kegiatan usahanya ( jual beli, investasi) dengan prinsip syariah, dimana dengan aturan perjanjian yang berlandaskan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk pembiayaan kegiatan usaha maupun untuk penyimpanan dana, atau untuk kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah baik itu bersifat mikro maupun bersifat makro. Untuk nilai mikro sendiri yaitu perilaku perbankan syariah dimana yang memiliki sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah SAW yaitu sifat mulia sepetri shidiq,amanah, tabligh, fathonah. Untuk nilai makro sendiri
dimana yang dimaksud adalah maslahah, keadilan, bebas dari bunga (riba), sistem zakat, bebas dari perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak sah (bathil), bebas dari hal-hal yang meragukan (gharar), ,dan penggunaan uang sebagai alat tukar (Ascarya, 2008:30).
Di dalam sejarah perekonomian umat islam, sejak zaman Rasullullah Saw umat islam memiliki tradisi yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Praktik-praktik seperti meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi, menerima titipan harta, dan untuk keperluan bisnis serta melakukan pengiriman uang, itu telah lazom dilakukan sejak dari zaman Rasulullah Saw. Oleh karena itu didalam kehidupan umat islam fungsi-fungsi utama perbankan modern seperti menerima deposit, melakukan transfer dana, maupun menyalurkan dana tidak dapat dipisahkan, bahkan dari sejak zaman Rasulullah Saw (Karim, 2007:18).
Di negara Indonesia sendiri untuk Bank Syariah muncul pertama kali pada tanggal 1 Mei 1992 yaitu dengan berdirinya Bank Syariah yang bernama Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang diperkarsai oleh Majelis Ulama Indonesia Indonesia (MUI). Pada awalnya berdiri, Bank Syariah belum mendapatkan perhatian yang optimal dalam tatanan perbankan nasional, tetapi setelah dikeluarkannya Undang-undang No. 7 tahun 1992.
Bank Muamalat adalah pelopor lahirnya perbankan syariah di Indonesia yang berdiri pada tanggal 1 November 1991. Dengan disetujuinya Undang- undang No. 10 tahun 1998 pada era reformasi menjadi perkembangan
5
perbankan syariah di Indonesia, dalam undang-undang tersebut sudah diatur dengan rinci jenis-jenis usaha yang dapat dioprasikan serta landasan hukum dan diimplementasikan oleh bank syariah. Untuk undang-undang itu sendiri memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah (Antonio, 2001:25).
Bank Syariah di Indonesia mulai menunjukan perkembangannya.
Hingga saat ini perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia juga cukup menggembirakan, tercatat setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, hingga saat ini Bank Syariah di Indonesia beserta unit-unitnya terus bermunculan, dilansir Bank Indonesia,hingga Februari 2012 tercatat ada 11 Bank Umum Syariah (BUS) yang ada di Indonesia. Di ikuti juga dengan jumlah dari Unit Usaha Syariah (UUS) yang berjumlah 24 unit, meningkat dari tahun 2011. Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) berjumlah 155 unit di seluruh Indonesia. Dengan total kantor berjumlah 2380 unit yang sudah tersebar diseluruh pelosok Indonesia (sumber: www.bi.go.id).
Untuk kehadiran Bank Syariah di tengah-tengah Perbankan Konvensional adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat islam, yang selama ini menikmati dari pelayanan perbankan dengan sitem yang haram yaitu bisa disebut sistem bunga. Hal ini membuat Perbankan Syariah terkhusus di Indonesia masih sangat potensial dan akan terus bertambah dari tahun ke tahun.
Tabel 1. 1
Perkembangan BUS UUS dan BPRS
Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Bank Umum Syariah
Jumlah Kantor
Jumlah Bank
1.869 13
1.825 13
1.875 13
1.919 14
2.034 14
Unit Usaha
Syariah
Jumlah Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS
Jumlah Kantor 21
332
21
344
20
354
20
381
20
391
BPR Syariah
Jumlah Kantor
Jumlah Bank 453 166
441 167
495 167
617 164
627 163
Total Kantor 2.811 2.924 3.115 3.249
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan
Perbankan Syariah memiliki keunggulan dibandingkan dengan Bank Konvensional, untuk sistem Bank Syariah sendiri terhindar dari riba, disis lain prosedur yang mudah, fleksibel, syarat ringan, cepat, serta keuntungan timggi.
Pada tahun-tahun terakhir dunia Perbamkan Syariah di Indonesia menunjukan perkembangan yang sagat pesat. Pembiayaan Perbankan Syariah juga mengalami peningkatan yang tajam. Ini membuktikan bahwa persaingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional semakin nyata. Ini membuat Bank Syariah dituntut untuk memiliki memiliki kinerja yang bagus agar dapat bersaing dalam hal memperebutkan pasar Perbankan nasional di Indonesia.
Selain itu BI juga semakin memperkatat dalam hal pengawasan dan pengaturan
7
perbankan nasional. Karena BI tidak ingin mengulangi peristiwa di awal krisis ekonomi pada tahun 1997 yang dimana banyak bank dilikuidasi yang dikarenakan dari kinerja yang tidak sehat, yang pada akhirnya merugikan masyarakat Indonesia. Salah satu penilaian kinerja yang dapat dilakukan adalah dengan menilai kinerja keungan untuk mengetahui tingkat dari keehatan suatu bank.
Bank syariah sendiri menempatkan nasabah pengguna dana, nasabah penyimpan dana, maupun bank pada kedudukan yang sederajat dan sama posisinya. Konsep syariah mengajarkan membantu usaha secara bersama, baik itu didalam menanggung kerugian dalam usaha maupun membagi keuntungan di dalam usaha itu sendiri. Untuk anjuran itu sendiri antara lain adalah penghargaan terhadap waktu (effort sensitive), amanah (lower preference for opurtunity cost), transparansi dalam membuat kontrak (symmetrick information) (Muhammad, 2005:79).
Tingkat kesehatan bank dapat diketahui melalui beberapa indikator.
Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan penilaian kesehatan suatu bank ialah komponen yang tercatat dalam laporan keuangan bank tersebut. Hasil penilaian didapatkan melalui proses tahapan analisis dan banding antara perhitungan hasil analisa berupa rasio dengan standar rasio yang telah ditetapkan oleh bank sentral dalam menilai tingkat kesehatan bank.
Menurut peraturan bank indonesia dalam surat edaran Nomor.6/23/DPDN pada tanggal 31 Mei 2004 aspek yang dapat dijadikan
penilaian tingkat kesehatan pada bank umum diantaranya : Capital (Permodalan), Asset Quality (Kualitas Aktiva), Management (Manajemen), Earning (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas).
Tingkat kesehatan bank sangat erat kaitannya dengan pengelolaan dana, investasi, dan upaya mengantisipasi timbulnya resiko yang mungkin saja terjadi. Informasi terhadap tingkat keehatan pada bank merupakan dasar dari kepercayaan pihak-pihak yang berkepentingan ini dalam menilai kinerja dalam perbankan, oleh dari itu perlu dilakukan analisis lebih mendalam yang dapat dijadikan acuan dalam menilai kondisi dari kesehatan bank secara menyeluruh untuk dapat mengantisipasi dari gejala penurunan kinerja keuangan pada bank.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul: “ANALISIS RESIKO CAPITAL, ASSET QUALITY, MANAGEMENT, EARNING, LIABILITY (CAMEL) PADA PT. BANK MUAMALAT TAHUN 2016-2020”
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Kondisi Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016-2020 apakah Termasuk Dalam Kategori Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat atau Tidak Sehat apabila dinilai dengan metode Capital?
9
2. Bagaimana Kondisi Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016-2020 apakah Termasuk Dalam Kategori Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat atau Tidak Sehat apabila dinilai dengan metode Asset Quality?
3. Bagaimana Kondisi Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016-2020 apakah Termasuk Dalam Kategori Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat atau Tidak Sehat apabila dinilai dengan metode Management?
4. Bagaimana Kondisi Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016-2020 apakah Termasuk Dalam Kategori Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat atau Tidak Sehat apabila dinilai dengan metode Earning?
5. Bagaimana Kondisi Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016-2020 apakah Termasuk Dalam Kategori Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat atau Tidak Sehat apabila dinilai dengan metode Liquidity?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk menganalisis tingkat kesehatan Capital pada PT. Bank Muamalat tahun 2016-2020
2. Untuk menganalisis tingkat kesehatan Asset Quality pada PT. Bank Muamalat tahun 2016-2020
3. Untuk menganalisis tingkat kesehatan Management pada PT. Bank Muamalat tahun 2016-2020
4. Untuk menganalisis tingkat kesehatan Earning pada PT. Bank Muamalat tahun 2016-2020
5. Untuk menganalisis tingkat kesehatan Liquidity pada PT. Bank Muamalat tahun 2016-2020
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh, diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan pengetahuan serta pemahaman penulis yang didapatkan di bangku perkuliahan sehingga dapat menginterpretasikan teori ke dalam kasus- kasus nyata yang ada.
b. Bagi akademisi
Memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liability (CAMEL) pada PT. Bank Muamalat tahun 2016-2020
11 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wacana bagi pembaca tentang mengenai Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liability (CAMEL) pada PT. Bank Muamalat, serta dapat memberikan informasi dan pemahaman yang dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan penelitian selanjutnya.
b. Bagi perbankan syariah
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi tingkat kesehatan bank dan sebagai pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi baru, serta mengetahui tingkat kesehatan pada bank PT Bank Muamalat Indonesia.
c. Bagi praktisi lembaga-lembaga keuangan
Memberikan informasi kepada praktisi lembaga-lembaga keuangan rakyat, khususnya Bank Umum Syariah (BUS) yang mempunyai komitmen sebagai lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk mengembangkan tingkat kesehatan bank dan memonitor tingkat kesehatan bank yang akan dihadapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Bank Syariah
Menurut Undang-undang RI No.10 Tahun 1998 mengenai perbankan, “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk berupa simpan serta menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Menurut Kasmir (2015:12) dalam bukunya yang berjdudul tentang
“Manajemen Perbankan”, bank adalah suatu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah berupa menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarkat serta memberikan jasa bank lainnya.
Kemudian, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan dengan prinsip syariah dan menurut jenisya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) (UU No.21 Tahun 2008).
Definisi Bank Syariah menurut Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, menjelaskan segala sesuatu bahwa yang menyangkut tentang unit usaha syariah dan bank syariah mencakup dari kelembagaan, kegiatan usahaa, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
13
Menurut usman (2009:29) terkait bank syariah yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan dari prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan
Bank syariah sendiri didirikan untuk menciptakan kemaslahatan dari umat islam,oleh karena itu dalam praktiknya sendiri bank syariah tidak boleh bertentangan dengan ajaran-ajaran atau tuntunan-tuntunan dari agama islam atau syariat islam itu sendiri. Salah satu penyimpangan utama yang terdapat pada bank konvensional adalah sistem bunga. Sistem ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip dari ajaran agama islam. Berdasarkan pendapat dari para ulama sendiri, sistem bunga inilah dalam bank islam perlu dihapus. Penghapusan sistem bunga bank berarti melaksanakan islamisasi perbankan (Suhendi, 2007)
Bank syariah atau bisa disebut juga bank islam merupakan lembaga keuangan dimana yang berfungsi sebagai memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil dengan melalui aktivitas kegiatan usahanya (jual beli, investasi) dengan prinsip syariah, dimana dengan aturan perjanjian yang berlandaskan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk pembiayaan kegiatan usaha maupun untuk penyimpanan dana,atau untuk kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah baik itu bersifat mikro maupun bersifat makro. Untuk nilai mikro sendiri yaitu perilaku perbankan syariah dimana yang memiliki sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah SAW yaitu sifat mulia sepetri shidiq,amanah, tabligh, fathonah. Untuk nilai makro sendiri dimana yang dimaksud adalah maslahah, keadilan, bebas dari bunga (riba), sistem zakat, bebas dari
perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak sah (bathil), bebas dari hal-hal yang meragukan (gharar), ,dan penggunaan uang sebagai alat tukar (Ascarya, 2008:30).
Pada dasarnya, Bank Islam (Bank Syariah) baru dikenal pada serempat abad yang silam. Dalam perkembangannya, saat ini sudah ada 55 negara yang pasarnya sedang bangkit dan berkembang ikut serta menerapkan sistem perbankan dan keuangan islam. Bahkan negara-negara yang kebanyakan bukan berpenduduk mayoritas Islam, sebagian banknya menerapkan sistem bank syariah.meskipun telah tersebar luas, perbankan syariah masih kurang begitu dipahami di berbagai kalangan umat islam di berbagai belahan dunia.
Melihat sejarahnya, ide dasar dari sistem perbankan syariah berawal dari sistem bunga (riba) yang dimana dalam bank konvensional. Untuk sistem riba sendiri sangat bertentangan dari nilai-nilai islam yang tertuang dalam ajaran al-Qur’an dan hadis Nabi. Oleh para ekonom muslim kemudian mencari jalan keluar untuk bisa menjalankan ekonomi secara islam dengan mengembangkan prinsip-prinsip perbankan yang menganut sistem syariah. Maka bank syariah tidak membebankan dan memberi bunga pada orang yang meminjamkan dan menitipkan uang, melainkan mengajak partisipasi kaum muslim (yang menjadi deposan) dalam bidang usahayang didanai. Para deposan dalam bank syariah juga sama-sama mendapatkan sebagian dari keuntungan bank sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan sebelumnya (Al-Gauoud dan Lewis, 2004).
Namun, manakala sistem lain selain riba dalam bank konvensional
15
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip islam, maka bank-bank islam telah mengadopsi sistem dan prosedur perbankan konvensional itu. Bila terjadi pertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, maka bank-bank islam merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri dalam menyelesaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip-prinsip syariah islam (Arifin, 2006).
Untuk interpretasi terhadap bunga bank dan cara pengantisipasiannya ini munculkan keinginan mengenai pentingnya mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang kegiatan usahanya berdasarkan selain bunga. Sjahdeini (2007) menjelaskan bahwa perbankan syariah merupakan pengganti dari sistem perbankan barat yang tradisional.
Praktik-praktik perbankan syariah harus dilaksanakan dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan yang bertumpu pada asas pembagian dari keuntungan dan kerugian bukan pada bunga bank itu sendiri.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas islam seperti Indonesia.
Telah muncul pula kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Realisasi pembentukan bank syariah di Indonesia kemudian menjadi kenyataan setelah dikeluarkan undang-undang no.7 tahun 1992 sekalipun belum dengan istilah dengan tegas, akan tetapi baru dimunculkan dengan memakai istilah “bagi hasil”.
Enam tahun kemudian, setelah undang-undang no.10 tahun 1998, istilah yang dipakai disebut dengan tegas dengan istilah “prinsip syariah”
(Sjahdeini, 2007). Dengan undang-undang terakhir itulah bank islam di
Indonesia secara resmi operasinya berdasarkan dengan prinsip syariah, secara teknik yuridis disebut dengan istilah “bank berdasarkan prinsip syariah”.
Di negara dengan penduduk islam yang dominan, seperti Arab Saudi, para ekonom negara ini beranggapan bahwa tanpa mendirikan bank islam, mungkin cita-cita untuk menghilangkan bunga dari sistem perbankan hanya akan menjadi keinginan belaka dalam dataran teori.
Maka kerajaan Arab Saudi pada tahun 1382 H, mengeluarkan kebijakan melarang dari sistem bunga, dan berdasarkan piagam Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA) Bank Central Arab Saudi, secara eksplisit melarang SAMA untuk menerima maupun dalam membayar bunga. Dalam keputusan itu dinyatakan : “SAMA tidak akan membayar atau menerima bunga, melainkan hanya akan memberi beberapa biaya, ongkos pelayanan diberikan kepada masyarakat dan pemerintahan supaya mengganti biaya yang dikeluarkan. Meskipun dengan toleransi yang telah dilakukan SAMA, bank-bank niaga di Arab Saudi, kecuali Al- Rajihin, perilaku transaksi mereka tetap berdasarkan bunga bank. Namun, pinjaman uang oleh bank-bank niaga di Arab Saudi dengan sistem bunga, sebenarnya mereduksi keuangan menurut Islam. Ciri tersebut menyebabkan orang- orang muslim di Arab Saudi dan negara-negara muslim lainnya menahan uang mereka untuk tidak menabung di bank niaga, sebab adanya riba (bunga) yang dilarang oleh syari’at Islam (Saeed, 2004).
Merujuk fakta sejarah, aktifitas perbankan telah ada dan eksis dimulai sejak zaman Rasulullah Saw. Ketika hidup di masyarakat Makkah
17
maupun Madinah. Dengan julukan al-amin, beliau terkenal sebagai seorang yang mendapat kepercayaan menyimpan segala deposit masyarakat Arab Quraisy sampai ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau melantik Ali bin Abi Thalib untuk mengembalikan segala deposit itu kepada pemiliknya (Arifin, 2006).
Salah seorang sahabat nabi yang bernama Zubair bin Awwam mengembangkan kegiatan rasulullah, beliau suka menerima uang dari kaumnya dalam bentuk pinjaman, bukan deposit. Karena jika ia menerima dalam bentuk deposit dikhawatirkan uang tersebut akan hilang. Ada dua sebab untuk menerimanya dalam bentuk pinjaman. Pertama, karena jika akadnya akad pinjaman ia berhak untuk memutar uang tersebut untuk diinvestasikan. Kedua, jika transaksi berbentuk pinjaman, maka ia berkewajiban mengembalikannya dalam keadaan utuh seperti semula (Arifin, 2006).
Maka, pada awal islam telah ada dua macam praktik simpanan (deposito) yang diterapkan, yaitu : wadi;ah yad amanah dan wadi;ah yad dhmanah. Munculnya variasi ini adalah karena perkembangan wacana dari pemanfaatan tipe simpanan tersebut yang dimasa Rasulullah mempunyai konsep awal yaitu sebagai suatu amanah, lalu bergeser menjadi pinjaman sebagaimana yang dicontohkan oleh Zubair bin Awwa (Arifin, 2006).
Perbankan islam (syariah) memiliki sejarah unik. Karena memiliki karakteristik tersendiri sehingga berbeda dengan perbankan konvensional, sehingga acuan perbankan syariah bukanlah dari perbankan konvensional itu sendiri namun mengacu pada Baitut tamwil (baitul mal(. Dalam
sejarahnya, lembaga ini hanya menyimpan harta kekayaan negara dari zakat,infak,sedekah,pajak, dan harta rampasan perang. Pada perkembangannya, pada zaman para sahabat dan generasi selanjutnya, berkembang pula lembaga lain yang disebut dengan Baitut tamwil, yang menampung dana-dana masyarakat untuk diinvestasikan ke proyek-proyek atau pembiayaan perdagangan yang menguntungkan (Huda dan Heykal, 2010). Pada masa-masa setelahnya, Baitut tamwil berkembang menjadi lembaga keuangan Islam yang tersistem dengan rapi, sehingga sangat disegani dan diperhitungkan di kawasan Timur Tengah.
Upaya untuk mewujudkan berdirinya lembaga keuangan Islam baru terwujud pada tahun 1940an, yaitu dengan berdirinya lembaga keuangan yang mengelola dana-dana jama’ah haji dengan cara yang tidak sama dengan yang dilakukan oleh lembaga keuangan konvensional. Hal ini terjadi dan dilakukan di Malaysia dan juga di Pakistan. Meskipun demikian, lembaga yang didirikan tersebut tidak bisa menggunakan nama baitut tamwil dikarenakan hukum yang berlaku adalah hukum dari negara- negara barat yang sebelumnya banyak melakukan penjajahan di negara- negara yang mayoritas beragama Islam. Realisasi ini terwujud pada tahun 1960an, tepatnya pada tahun 1963 dengan berdirinya perbankan syariah yang bernama Mit Ghamr Lokal Saving Bank di Mesir. Perbankan ini merupakan lembaga keuangan syariah unit desa yang didirikan oleh Prof.
Ahmed Najjar (Huda dan Heykal, 2010). Lembaga ini hanya beroprasi di pedesaan Mesir dan hanya berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial
19 dan ekonomi Islam (Antonio, 2001).
Bank Mit Ghamr ini berkembang dengan begitu pesat karena lembaga tersebut beroprasi dengan prinsip tanpa bunga dan dalam kegiatannya banyak membantu masyarakat pedesaan. Ditambah lagi adanya bantuan yang diberikan oleh Raja Faisal dari Arab Saudi membuat lembaga ini mampu untuk mengembangkan dirinya hingga memiliki sembilan cabang dan juga satu juta nasabah (Huda dan Heykal, 2010).
Namun beberapa tahun kemudian bank ini ditutup karena masalah politik karena kecurigaan oleh pemerintah Mesir bahwa bank ini akan melakukan praktik-praktik islamisasi di Mesir.
Mit Ghamr kemudian mengilhami diadakannya Konfrensi Ekonomi Islam pertama, pada tahun 1969 di Kuala Lumpur, Organisasi Konfrensi Islam (OKI) menggagas ide tentang perlunya bank Islam tingkat internasional. Akhirnya, di Mekkah pada tahun 1975. Sebagai tindak lanjut rekomendasi dari konfrensi tersebut, lahir Islamic Development Bank (IDB) yang kemudian diikuti pembentukan lembaga-lembaga keuangan Islam di berbagai negara (Arifin, 2006). Dalam konfrensi tersebut dicetuskan sebuah konsensus bersama terkait dengan rumusan bank syariah (Huda dan Heykal, 2010) :
1. Tiap keuntungan haruslah tunduk pada hukum untung dan rugi. Jika tidak demikian, maka hal itu termasuk riba, dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram.
2. Diusulkan supaya dibentuk suatu bank Islam yang bersih dari sistem riba dalam waktu secepat mungkin.
3. Sementara bank Islam belum berdiri, bank-bank yang menerapkan sistem bunga masih diperbolehkan untuk beroperasi hanya apabila memang benar-benar dalam keadaan darurat.
2. Fungsi Bank Syariah
Secara spesifik fungsi bank menurut Budisantoso dan Triandaru (2006) adalah sebagai berikut :
a. Agent Of Trust, atau lembaga berlandaskan kepercayaan (trust) masyarakat untuk bersedia dalam menyimpan dananya di bank maupun kepercayaan bank terhadap debitur dalam hal penyaluran dananya.
b. Agent Of Development, atau lembaga yang memobilisasi dan untuk pembangunan ekonomi dalam bentuk operasional kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sektor riil yang sangat terkait erat dengan kegiatan ekonomi masyarakat. Perekonomian akan tumbuh dengan baik apabila peran agent of development dari bank dapat terlaksana dengan baik.
c. Agent Of Service, atau lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangungan ekonomi dalam hal penawaran jasa perbankan, dalam bentuk berupa penerimaan uang, penitipan barang berharga, dan atau pemberian jaminan bank. Selain itu juga ada beberapa fungsi dari perbankan dimana diatur oleh undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yaitu menyalurkan dana,memberikan pelayanan jasa kepada nasabah, dan menghimpun dana.
a) Menyalurkan dana kepada masyarakat. Dimana bank syariah akan memperoleh balas jasa berupa bagi hasil atau margin
21
keuntungan. Pendapatan yang diperoleh bank dari nasabah yang memperoleh pembiayaan akan dibandingkan dengan bonus dan bagi hasil yang dibayar oleh bank kepada nasabah yang menyimpan atau menginvestasikan dananya di bank syariah (Ismail, 2011 : 34).
b) Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan salah satu fungsi bank. Dari berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank diantara lain yaitu jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, kliring, penagihan surat-surat berharga, inkaso, Letter Of Credit, garansi bank dan pelayanan jasa lainnya. Untuk produk pelayanan jasa bank yang ditawarkan kepada masyarakat sendiri merupakan aktivitas pendukung yang dapat diberikan oleh bank. Aktifitas pelayanan jasa, akhir-akhir ini merupakan salah satu aktifitas yang diharapkan oleh bank untuk dapat meningkatkan pendapatan dari bank yang berasal dari fee atas pelayanan dari jasa tersebut. Dari beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi dan sistem informasi dimana agar dapat memberikan pelayanan dari jasa yang dapat memberikan kepuasan kepada para nasaba bank itu sendiri (Ismail, 2010 : 4- 6).
c) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa tabungan, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan dari akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dan menghimpun dana
dalam bentuk investasi berupa deposito dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lainnya dimana yang tidak bertentangan dengan perinsip-prinsip islam atau prinsip-prinsip syariah (Usman, 2009 : 30).
3. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan pada hakikatnya yaitu untuk membantu pemakai dalam memperkirakan masa depan perusahaan dengan berbagai cara, untuk caranya sendiri yaitu dengan mengevaluasi, menganalisis, dan membandingkan kecenderungan dari berbagai aspek keuangan dari perusahaan. Untuk mencapai beberapa tujuan dari perusahaan perlu dilakukannya analisis laporan keuangan.
Menurut Harahap (2016) untuk analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang dimana bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan lain baik antara data kuantitatif maupun non-kuantitatif dengan dimana tujuan untuk mengetahui kondisi dari keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang sangat tepat.
Sedangkan menurut Kariyoto (2017 : 21) untuk analisis laporan keuangan sendiri adalah suatu dari proses yang dengan penuh pertimbangan dalam rangka untuk membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil aktivitas perusahaan pada masa lalu dan pada masa sekarang, dengan tujuan utamanya untuk menentukan perediksi dan perkiraan yang paling mungkin mengenai dari kondisi dan performa dari
23 perusahaan pada masa yang akan datang.
Alat screening awal dapat digunakan sebagai analisis laporan keuangan dalam memilih alternatif investasi atau merger, sebagai alat forecasting dalam hal mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang sebagai proses diagnosis dalam hal masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya, atau juga bisa sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Analisis laporan keuangan sendiri bertujuan untuk mengetahui dalam hal kondisi keuangan yang ada agar dapat diketahui dampak yang dapat mempengaruhi keberadaan perusahaan maupun kinerja perusahaan maupun kinerja perusahaan nantinya (Melissa olivia tanor, 2015).
Kegunaan analisa laporan keuangan menurut Sugiono & Untung (2008 : 11) adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan
b) Untuk meberikan informasi lebih dalam terhadap laporan keuangan itu sendiri.
c) Dapat digunakan untuk membandingkan dengan perusahaan lain atau dengan perusahaan lain secara industri (vertical).
d) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
e) Dapat digunakan untuk memprediksi bagaimana keadaan perusahaan pada masa mendatang (proyeksi).
Untuk memahami situasi dan kondisi keuangan perusahaan. Untuk kegunaan analisis laporan keuangan menurut Harahap (2016 : 195-197) yaitu sebagai berikut :
a) Dapat mengetahui kesalahan dari yang terkandung di dalam laporan keuangan.
b) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).
c) Dapat memberikan informasi lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan itu sendiri.
d) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan
e) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
f) Mengtahuo sifat-sifat dari hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dalam teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk peningkatan (rating), prediksi.
g) Bisa memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
h) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan di masa yang akan datang.
i) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
j) Dapat juga membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
25 4. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Harahap (2008).
Raasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu dengan pos yang lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memberikan penilaian. Agar dapat memiliki arti rasio dalam laporan keuangan harus mengacu pada hubungan yang penting secara ekonomi.
Telah banyak penelitian tentang analisis rasio keuangan yang dilakukan baik didalam maupun di luar negeri. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut.
Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang (Amalia dan Herdiningtyas, 2005)
Menurut hartono (2012 : 9-14), ada beberapa rasio-rasio dari laporanitu sendiri yaitu :
a) Rasio likuiditas
Rasio likuiditas sendiri adalah rasio yang menunjukan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban atau hutang-hutang jangka pendeknya. Ada juga beberapa rasio yang masuk dalam kelompok rasio likuditas itu sendiri seperti :
1. Current Ratio adalah menunjukan dari jumlah kewajiban lancar yang dijamin dari pembayarannya oleh aktiva lancar. Semakin tinggi dari hasil perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar, semakin tinggi juga kemampuan perusahaan untuk menutupi dari kewajiban jangka pendeknya.
Rumus : Current Ratio = aktiva lancar / utang lancar 2. Quick Ratio adalah mengukur apakah perusahaan memiliki asset lancar (tanpa harus menjual persediaan) untuk menutup kewajiban jangka pendeknya, jadi semakin baik dari kemampuan perusahaan memenuhi dari kewajiban lancarnya.
Rumus : Quick Ratio = (aktiva lancar – persediaan) / kewajiban lancar
3. Cash Ratio adalah alat untuk mengukur likuiditas dengan membandingkan antara dari jumlah kas dengan utang lancar.
Rumus : Cash Ratio = kas / utang lancar
4. Working Capital to Total Assets Ratio adalah menunjukan dari kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang lancarnya dari aktiva dan posisi modal kerja. Working Capital to Total Assets Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi utang lancar dengan jumlah aktiva Rumus : Working Capital to Total Assets Ratio =
27
(aktiva lancar – utang lancar) / total aktiva
b) Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan dari perusahaan dalam mencetak laba. Yang termasuk dalam kelompok rasio dalam rentabilitas sendiri adalah :
1. Gross Profit Margin yaitu menunjukan berapa persen keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk. Dalam kondisi normal, Gross Profit Margin semestinya positif karena menunjukan apakah perusahaan dapat menjual barang diatas harga pokok bila negatif, itu berarti perusahaan mengalami kerugian.
2. Net Profit Margin yaitu menunjukan tingkat keuntungan bersih (setelah dikurangi dengan biaya-biaya) yang diperoleh dari bisnis atau menunjukan sejauh mana perusahaan dalam mengelola bisnisnya.
3. Return on Investment (ROI) atau Return on Assets yaitu rasio yang menunjukan tingkat pengembalian bisnis dari seluruh investasi yang telah dilakukan.
4. Return on Equity (ROE) adalah rasio yang menunjukan tingkat dari pengembalian yang diperoleh dari pemilik bisnis dari modal yang telah dikeluarkan untuk bisnis tersebut.
5. Earning per Share merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.
c) Rasio Leverage atau Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menghitung Leverage perusahaan. Yang termasuk dalam kelompok rasio Leverage adalah :
1. Debt to Equity (DER) adalah rasio yang menunjukan sejauh mana dari modal sendiri menjamin seluruh utang. Rasio ini juga dapat dibaca sebagai perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik perusahaan.
2. Long Term Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukan dari sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang dari jangka panjang suatu perusahaan.
3. Debt to Assets Ratio adalah rasio yang dimana mengukur bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban.
d) Rasio aktifitas adalah rasio dimana yang menunjukan efektifitas dari manajemen perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Yang termasuk dalam kelompok rasio aktifitas adalah :
1. Receivable turnover yaitu piutang yang dimiliki oleh perusahaan yang mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Dalam posisi
29
piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut.
2. Inventory Timeover yaitu memberikan gambaran berapa kali dari persediaan barang yang dijual dan diadakan kembali setiap periode akuntansi.
3. Account Payable Turnover yaitu menunjukan dari perputaran utang dagang dalam suatu periode tertentu
4. Asset Turnover / perputaran aktiva yaitu menunjukan dari kemampuan manajemen mengelola seluruh investasi (aktiva) untuk menghasilkan penjualan. Dikatakan bahwa semakin besar dari rasio ini akan semakin bagus dikarenakan menjadi pertanda manajemen dapat memanfaatkan dari setiap rupiah aktiva untuk menghasilkan penjualannya.
5. Penilaian Kesehatan Bank
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang- undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bab 5 pasal 29 yaitu bank tentu wajib memelihara dari tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan dari kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib untuk melakukan kegiatan dari usaha sesuai dengan prinsip keati-hatian. Dalam memberikan kredit atau
pembiayaan dengan berdasarkan prinsip islam atau dengan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, oleh karena itu bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan dari nasabah yang mempercayakan dananya kepada pihak bank.
Menurut peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan dari bank umum berdasarkan prinsip syariah pasal 1 yaitu dimana tingkat dari kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berabagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja dari suatu bank atau UUS melalui :
a. Penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor manajemen.
b. Penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor kualitas aset, permodalan, likuiditas, rentabilitas, sensitivitas terhadap dari risiko pasar.
Sedangkan untuk mengenai penelian tingkat kesehatan dari Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 8/POJK 03/2014 bab 1 pasal 1 bahwa tingkat kesehatan dari bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan berdasarkan risiko terkait penerapan dari prinsip islam atau prinsip syariah dan kinerja bank atau bisa disebut Risk-Based Bank Rating.
Menurut Susilo dkk (2000) dalam Suhardiyah (2012), kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan maupun untuk memenuhi semua kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tingkat kesehatan sangat bank erat kaitannya denngan pengelolaan
31
dana, investasi dan upaya mengantisipasi timbulnya resiko yang mungkin terjadi. Sistem penilaian dalam menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada pemberian ―reward system‖adalah dengan memberikan penilaian menggunakan ukuran (1-100) dalam pemeringkatan baik dengan skala kredit maupun dengan skala nilai rasio dan digolongkan dalan 5 peringkat atau disingkat (PK), sebagai berikut:
Tabel 2.1 Peringkat Komposit Peringkat
Komposit
Keterangan
1
Mencerminkan bahwa bank tergolong sangat sehat dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan.
2 Mencerminkan bahwa bank tergolong sehat dan mampu mengatasi pengaruh negatif namun bank masihmemilikikelemahan-kelemahan yang dapat segera diatasi oleh tindakanrutin.
3 Mencerminkan bahwa bank tergolong cukup sehat namun terdapat kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan
tindakan korektif.
4 Mencerminkan bahwa bank tergolong kurang sehatdan sensitif terhadap negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank meiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
5 Mencerminkan bahwa bank tergolong tidak sehatdan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
Sumber: Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI tanggal 12 April 2004
Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam 5 kategori yaitu: sangat sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.
Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan tingkat kesehatan bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 sebagai berikut:
a. Untuk predikat Tingkat Kesehatan Sehat dipersamakan dengan peringkat komposit 1(PK-1) atau peringkat komposit 2(PK-2).
b. Untuk predikat Tingkat Kesehatan Cukup Sehat dipersamakan dengan peringkat komposit 3(PK-3).
c. Untuk predikat Tingkat Kesehatan Kurang Sehat dipersamakan dengan peringkat komposit 4(PK-4).
d. Untuk predikat Tingkat Kesehatan Tidak Sehat dipersamakan dengan peringkat komposit 5(PK-5).
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (IBI) (2014 : 248) CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap dari kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi dari tingkat keseatan bank. CAMEL merupakan tolak ukur yang menjadi objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL sendiri terdiri dari lima kriteria yaitu Modal (Capital), Aset (Asset), Manajemen (Management),
33
Pendapatan (Earning), dan Likuiditas (Liquidity).
Menurut SKBI (Surat Ketetapan Bank Indonesia) No.
30/21/KEP/DIR tanggal 30 April terkait beberapa penilaian tingkat kesehatan bank tentang kodifikasi Peraturan Bank Indonesia (PBI) kelembagaan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 13/PBI/2011 tentang penilaian kesehatan bank umum yaitu mewajibkan bank umum melakukan penilaian kesehatan dengan menggunakan pendekatan rresikp yaitu RGEC.
Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-Based Bank Rating) dilakukan berdasarkan dari analisis yang komprehensif terhadap kinerja, dari profil risko, permasalahan yang dihadapi, dan prospek perkembangan bank itu sendiri. Pada metode CAMELS indikator yang sama dipakai pada metode RGEC adalah indikator Asset untuk rasio NPL digunakan di indikator Risk Profile.sedangkan pada indikator Liquidity untuk rasio LDR digunakan di Risk Profile (Kusmawardani, 2014).
Pada metode RGEC lebih menekankan akan pentingnya kualitas manajemen, sedangkan di metode CAMEL sebenarnya telah memberikan gambaran dari tingkat kesehatan yang efektif akan tetapi pada metode CAMEL tidak memberikan suatu kesimpulan yang mengarahkan ke satu penilaian (Permana, 2012).
Menurut Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkanprinsip syariah bahwasanya standar untuk melakukan
penilaian terhadap kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia (BI). Pemerikasaan yang dilakukan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Faktor-faktor utama dari penilaian tingkat kesehatan bank antara lain yairu Modal (Capital), Aset (Asset), Manajemen (Management), Pendapatan (Earning), dan Likuiditas (Liquidity). Oleh Bank Indonesia (BI) gabungan dari faktor-faktor tersebut diberi dengan istilah “CAMEL”
(Hasibuan, 2011 :182).
6. Analisis Camel
a. Permodalan (Capital)
Menurut Ismanto, dkk (2019) penilaian permodalan pada bank secara kuantitatif dapat dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa komponen sebagai berikut :
1. Kecukupan dalam pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Ini merupakan rasio utama yang harus diperhitungkan dalam penilaian permodalan bank. Analisis KPMM bertujuan untuk mengukur dalam kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan KPMM yang berlaku. Karena itulah, rasio KPMM juga biasa disebut dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio KPMM didasarkan pada perbandingan.
2. Trend KPMM dan ATMR. Rasio penunjang dari rasio permodalan bank yang diperhitungkan untuk mengetahui bank telah beroprerasi dalam kapasitas pengambilan risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk Taking Capacity). Pengambilan risiko
35
yang dapat diterima menunjukan juga ekspansi dari usaha pertumbuhan ATMR yang didukung dengan pertumbuhan kecukupan modal. Penilaian trend KPMM dilakukan selama 2-3 tahun ke depan secara triwulan.
Menurut Kasmir (2002) penilaian dapat didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu dari penilaian tersbut adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio)i yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva terimbang menurut resiki (ATMR).
Dalam menilai capital suatu bank dapat menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dapat dihitung dengan rumus CAR yang telah terlampir dalam peraturan dan sesuai berdasarkan Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut :
Tabel 2. 2
Peringkat Penilaian Permodalan
Rasio Peringkat
CAR ≥ 12 % 1 (Sangat Sehat) 9 % ≤ CAR < 12 % 2 (Sehat)
8 % ≤ CAR < 9 % 3 (Cukup Sehat) 6 % < CAR < 8 % 4 (Kurang Sehat)
CAR ≤ 6 % 5 (Tidak Sehat) Sumber : Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun2004
CAR 100
b. Kualitas Asset (AssetQuality)
Kualitas Asset adalah menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank. Penilaian asset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia. Penilaian kualitas asset dapat dilakukan dengan menggunakan rasio Kualitas Aktiva Produktif( KAP), yang merupakan rasio yang mengukur kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Besarnya nilai KAP dapat dihitung dengan rumus berdasarkan Surat Edaran BI No. 6/23/DPDN tahun 2004 sebagai berikut :
𝐾𝐴𝑃 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 × 100%
37
Tabel 2. 3
Peringkat Penilaian Kualitas Asset
Kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aset :
1) Peringkat 1 = Kualitas aset sangat baik dengan risiko portofolio yang sangat minimal.
2) Peringkat 2 = Kualitas aset baik namun terdapat kelemahan yang tidak signifikan
3) Peringkat 3 = Kualitas aset cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan
4) Peringkat 4 = Kualitas aset kurang baik dan diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbailkan
5) Peringkat 5 = Kualitas aset tidak baik dan diperkirakan kelangsungan hidup bank sulit untuk dapat diselamatkan.
Tujuan penilaian terhadap aset yaitu untuk mengukut kualitas aktiva produktif bank syariah. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin baik aktiva produktif bank syariah.
Selain itu dari penilaian kualitas aset bertujuan untuk mengukur kondisi aset produktif guna menjaga kualitas aset dan melakukan perhitungan penyisihan
Nilai Peringkat
KAP > 99% 1 (sangat sehat) 96% < KAP ≤ 99% 2 (sehat) 93% < KAP ≤ 96% 3 (cukup sehat)
90% < KAP ≤93% 4 (kurang sehat) KAP ≤ 90% 5 (tidak sehat)
Sumber : Bank Indonesia