• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Terhadap Investasi Asing Pada Sektor Pertambangan Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Yuridis Terhadap Investasi Asing Pada Sektor Pertambangan Di Indonesia"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP INVESTASI ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Prasyarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

DEWI MAYA GINTING NIM: 100 200 143

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP INVESTASI ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Prasyarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

DEWI MAYA GINTING NIM: 100 200 143

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP. 197501122005012002 Windha, S.H., M.Hum.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Budiman Ginting, S.H.,M.Hum.

NIP. 1959051119860110041 NIP. 197302202002121001

(3)

KATA PENGANTAR

Segala hormat dan puji bagi Allah di surga atas kasih dan karunia-Nya yang tiada berkesudahan yang Penulis nikmati disepanjang hidup Penulis. Berkat rahmat dan kebaikan-Nya yang sungguh luar biasa Penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Yuridis Terhadap Investasi Asing Pada Sektor Pertambangan Di Indonesia”.

Skripsi ini disusun dan diajukan sepenuh hati untuk memenuhi tugas akhir dan sebagai prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumetera Utara, Medan.

Pada kesempatan baik ini Penulis menyampaikan terimakasih banyak kepada Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan rendah hati dan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan kepada Penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut atas dukungan dan bantuan yang berpengaruh dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Windha, S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. selaku Guru Besar Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.LI. selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.

8. Segenap dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya seluruh dosen Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas dedikasi yang mengagumkan.

9. Seluruh staff Fakultas Hukum USU yang telah banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan administrasi perkuliahan dan juga dalam pemberkasan untuk mendapatkan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama tiga tahun berturut-turut; Bang Ari, Kak Yus, Kak Misya, Pak Elfy, Kak Yuni dan seluruh staff FH USU yang tidak mungkin Penulis sebutkan satu persatu.

(5)

perjuangan yang luar biasa yang telah dicurahkan untuk membesarkan Penulis. Kalian yang terbaik!

11.Saudara-saudara kandung Penulis: bang Irwan Ginting, kak Imelda Sinisuka, dan bang Jonathan Ginting atas segala kasih sayang dan kebersamaan yang tiada duanya.

12.UKM KMK St. Albertus Magnus USU atas semua pengalaman berharga yang telah menumbuhkan rasa bangga dan bahagia kepada Penulis untuk menjadi seorang Katolik. Ad Maiorem Dei Gloriam! 13.KMK St. Fidelis Fakultas Hukum USU atas kekeluargaan dan

kebersamaan yang luar biasa yang Penulis nikmati selama Penulis menjadi bagian dari keluarga ini. Abang-abangku Renius, Jigoro, Rio, King; saudara-saudaraku kak Anggie, Agnes, Charles, Teguh, Jerry, Tito; Adik-adikku Ruba, Ivan, Richard, Maruli, Nova, Kristina, Putri, Eni, Sissy, Keta, Mipa, Wita, Lauren, Gina serta seluruh anggota keluarga KMK St. Fidelis FH USU.

14.Seluruh rekan-rekan Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia DPC PERMAHI Medan.

15.Rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; Theodorus Arie Gusti, Dwi Susilawati, Margaretha, Henjoko, Natasha, Lorenza serta seluruh teman-teman Departemen Hukum Ekonomi FH USU stambuk 2010. 16.Rekan-rekan delegasi Fakultas Hukum USU Moot Court Competition

(6)

17.Teman-teman Grup F Fakultas Hukum USU atas semua suka duka yang dialami bersama selama duduk dibangku perkuliahan yang akan sangat Penulis rindukan.

18.Siblings Lie Yona Yosephine, Oris Meiditus Hulu, Reynaldo Binsar Halomoan Sihombing, dan Chripstopher Agustinus Silaban, yang telah menjadi sahabat terbaik Penulis yang tidak mungkin Penulis lupakan. 19.Satria Saronikhamo Waruwu yang telah berbagi cinta, antusiasme,

perhatian, kepedulian, serta dukungan yang begitu tulus.

Skripsi ini Penulis selesaikan dengan sepenuh hati sebagai bentuk rasa syukur dan hormat Penulis kepada Sang Pemberi Hidup; Orang Tua; serta semua orang yang telah begitu baik mendorong Penulis untuk selalu bersemangat. Hanya doa agar kiranya setiap orang senantiasa diberikan kedamaian dan berkat oleh Tuhan Yang Maha Pengasih.

Mengingat keterbatasan ilmu dan wawasan, Penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari para pembaca yang budiman demi memperbaiki karya-karya ilmiah lain yang mungkin Penulis selesaikan dikemudian hari. Terimakasih.

Medan, Maret 2014

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

ABSTRAK... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Judul... 1

B. Perumusan Masalah... 12

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan... 13

D. Keaslian Penulisan... 14

E. Tinjauan Pustaka... 14

F. Metode Penelitian... 17

G. Sistematika Penulisan... 20

BAB II PERTIMBANGAN INVESTOR ASING DALAM MELAKUKAN KEGIATAN INVESTASI PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA A. Pengertian Investasi Asing... 23

B. Kerjasama Modal Internasional... 30

C. Tujuan Investasi Bagi Host Country dan Home Country... 36

D. Manfaat Investasi Bagi Host Country dan Home Country... 46

(8)

BAB III REGULASI PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA

A. Perkembangan Peraturan Penanaman Modal di Indonesia... 65 B. Kebijakan Pemerintah Terkait Penanaman Modal Asing

Pada Sektor Pertambangan di Indonesia... 74 C. Ketentuan-Ketentuan dan Persyaratan Umum Penanaman Modal

Asing Pada Sektor Pertambangan di Indonesia... 84 D. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertambangan

di Indonesia... 99

BAB IV AKIBAT INVESTASI ASING PADA

SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA A. Akibat Negatif Hadirnya Investor Asing Pada Sektor

Pertambangan di Indonesia... 110 B. Dampak Positif Hadirnya Investor Asing Pada Sektor

Pertambangan di Indonesia... 116 C. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Asing dan

Negara Tujuan Penanaman Modal Asing Pada Sektor

Pertambangan di Indonesia... 122

BAB V PENUTUP

(9)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP INVESTASI ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI DINDONESIA

ABSTRAK Dewi Maya Ginting *)

Budiman Ginting **) Mahmul Siregar **)

Sebagai satu diantara 125 negara yang turutserta dalam penandatanganan perjanjian WTO (World Trade Organization), Indonesia melakukan pembaharuan hukum ekonomi pada bidang penanaman modal melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing sebagai bentuk adaptasi terhadap standard ekonomi global yang tentu berpengaruh terhadap bagaimana pertimbangan investor asing, regulasi penanaman modal serta akibat dari kegiatan investasi asing pada sektor pertambangan di Indonesia.

Metode yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan cara pengumpulan data dengan penelitian kepustakaan (library research) yakni melakukan penelitian dengan menggunakan data dari berbagai sumber bacaan seperti peraturan perundang-undangan; buku-buku; artikel serta internet yang relevan dengan permasalahan yang dibahas Penulis dalam skripsi ini.

Foreign Direct Investment pada sektor pertambangan yang dilakukan dengan kerjasama modal Contract of Work di Indonesia dipengaruhi oleh economic opportunity, political stability, dan legal certainty sebagai faktor-faktor yang menjadi indikator atraktifnya sebuah negara bagi investor asing. Pemerintah sesuai dengan wilayah kewenangannya masing-masing bertanggugjawab dalam regulasi pendirian, pengawasan dan pengelolaan kegiatan investasi pertambangan. Sebagaimana layaknya kegiatan investasi asing, kegiatan pertambangan selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif bagi Indonesia sebagai host country. Keberadaan Undang-Undang Penanaman Modal tidak serta merta menjadikan iklim investasi di Indonesia kondusif. Kepastian terhadap implementasi hukum terkait investasi dan pertambangan menjadi dasar keberhasilan kegiatan penanaman modal yang memberikan manfaat lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkannya. Mengingat investasi asing pada sektor pertambangan memberikan banyak positive impact kepada Indonesia, maka perlu diberikan perlindungan dan kepastian hukum pada kegiatan ini demi menciptakan iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing.

Kata Kunci: Ekonomi Global, Investasi Asing, Sektor Pertambangan.

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(10)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP INVESTASI ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI DINDONESIA

ABSTRAK Dewi Maya Ginting *)

Budiman Ginting **) Mahmul Siregar **)

Sebagai satu diantara 125 negara yang turutserta dalam penandatanganan perjanjian WTO (World Trade Organization), Indonesia melakukan pembaharuan hukum ekonomi pada bidang penanaman modal melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing sebagai bentuk adaptasi terhadap standard ekonomi global yang tentu berpengaruh terhadap bagaimana pertimbangan investor asing, regulasi penanaman modal serta akibat dari kegiatan investasi asing pada sektor pertambangan di Indonesia.

Metode yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan cara pengumpulan data dengan penelitian kepustakaan (library research) yakni melakukan penelitian dengan menggunakan data dari berbagai sumber bacaan seperti peraturan perundang-undangan; buku-buku; artikel serta internet yang relevan dengan permasalahan yang dibahas Penulis dalam skripsi ini.

Foreign Direct Investment pada sektor pertambangan yang dilakukan dengan kerjasama modal Contract of Work di Indonesia dipengaruhi oleh economic opportunity, political stability, dan legal certainty sebagai faktor-faktor yang menjadi indikator atraktifnya sebuah negara bagi investor asing. Pemerintah sesuai dengan wilayah kewenangannya masing-masing bertanggugjawab dalam regulasi pendirian, pengawasan dan pengelolaan kegiatan investasi pertambangan. Sebagaimana layaknya kegiatan investasi asing, kegiatan pertambangan selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif bagi Indonesia sebagai host country. Keberadaan Undang-Undang Penanaman Modal tidak serta merta menjadikan iklim investasi di Indonesia kondusif. Kepastian terhadap implementasi hukum terkait investasi dan pertambangan menjadi dasar keberhasilan kegiatan penanaman modal yang memberikan manfaat lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkannya. Mengingat investasi asing pada sektor pertambangan memberikan banyak positive impact kepada Indonesia, maka perlu diberikan perlindungan dan kepastian hukum pada kegiatan ini demi menciptakan iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing.

Kata Kunci: Ekonomi Global, Investasi Asing, Sektor Pertambangan.

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Judul

Bumi nusantara menyimpan beragam kekayaan alam berupa bahan galian tambang yang meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan lain sebagainya. Kesadaran akan hal itu menimbulkan semangat semua pihak untuk menggali sedalam-dalamnya potensi sumber daya alam yang terkandung di bumi nusantara. Semangat ini juga terpatri di dalam arah dan tujuan pertambangan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional yang didasarkan pada visi dan misi yang diamanatkan oleh GBHN 1999-2004 untuk terwujudkan masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin.1

1

(12)

Perwujudan masyarakat adil dan makmur dilakukan melalui berbagai bidang, satu diantaranya ialah bidang ekonomi yang identik dengan pembangunan pada sektor-sektor ekonomi itu sendiri dengan memberdayakan kekayaan alam yang terdapat di Indonesia seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa, dan lain-lain.2 Cita-cita senada terformulasi secara juridis dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dan sebagaimana ayat (2) Pasal 33 UUD 1945 juga mengamanatkan bahwa cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak maka usaha pertambangan di Indonesia hanya dikuasai dan dilaksanakan oleh Negara. Negara diberi tugas untuk mengatur dan mengusahakan sumber daya alam yang wajib ditaati oleh seluruh rakyat Indonesia, juga membebankan kewajiban kepada negara untuk menggunakan sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat.3 Apabila hal ini merupakan kewajiban negara, maka pada sisi lain merupakan hak rakyat Indonesia untuk mendapatkan kemakmuran melalui pemanfaatan sumber daya alam yang diamanatkan secara konstitusi, dan sebagai perwujudan tanggungjawab sosial dari negara sebagai konsekuensi dari hak penguasaan negara tersebut.4

2

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 1.

3

Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Di Indonesia, (Semarang: Setara Press, 2013), hlm. 2.

(13)

Adapun pihak Pemerintah yang mengurusi bidang pertambangan adalah Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Untuk tingkat daerah penguasaan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Untuk kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kepentingan dalam negeri setelah berkonsultasi dengan DPR.5

Semakin hari semakin terasa besarnya kontribusi ekplorasi dan ekspolitasi sumber daya alam sektor pertambangan terhadap pembangunan ekonomi nasional serta kepentingan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2005 hingga 2012 rata-rata penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi ialah sekitar Rp 225, 71 Triliun sementara dari sektor pertambangan umum rata-rata Rp 60,42 Triliun. Penerimaan negara rata-rata dalam tahun 2005-2012 ialah sebesar Rp 904,47 Triliun.6 Sementara di tahun 2013, kontribusi sektor migas dan pertambangan dalam APBN mencapai 23%, yakni senilai 398,4 Triliun Rupiah dari total 1726 Triliun Rupiah dalam Total APBN-P 2013. Sedangkan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap Produk Domestik Bruto tercatat sebesar 10,43 % dari Total PDB Nasional dengan Migas di Tahun 2013.7

5

Gatot Supramono, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 8.

6

Laporan Komaidi Notonegoro, Wakil Direktur Reforminer Institute sebagaimana diakses dari http://m.indonesiafinancetoday.com/read/55406/Kontribusi -Pertambangan-Umum-Masih-Minim pada tanggal 15 Februari 2014 pukul 15:04 WIB

Bersama dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil potensi sumber daya alam mineral yang masih sangat melimpah, timbul kendala-kendala dalam pengembangan kekayaan alam ini. Berbagai kendala tersebut disebabkan karena

7

(14)

kegiatan di sektor ini sarat akan modal, teknologi tinggi, kemampuan manajerial yang baik, sumber daya manusia yang memiliki keahlian teknis yang tinggi, serta membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan produksi bahan galian.8

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan memberikan izin kepada Pemerintah untuk melaksanakan pengusahaan bahan galian (tambang) baik secara langsung terlibat dalam kegiatan usaha maupun menunjuk kontraktor untuk melaksanakan pengusahaan bahan galian (tambang) apabila instansi pemerintahan tersebut tidak atau belum mampu untuk melaksanakan pengusahaan bahan galian (tambang) secara langsung. Apabila usaha pertambangan dilaksanakan oleh kontraktor, kedudukan Pemerintah adalah memberikan izin kepada kontraktor yang bersangkutan. Kuasa pertambangan merupakan wewenang yang diberikan kepada badan/perorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan. Kuasa pertambangan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

9

Pengelolaan bahan galian tambang emas, perak maupun tembaga yang bekerjasama dengan investor asing umumnya menggunakan sistem kerja sama modal kontrak karya yang mulai dikenal pada tahun 1967 bersama dengan (1) kuasa pertambangan penyelidikan umum; (2) kuasa pertambangan eksplorasi; (3) kuasa pertambangan ekploitasi; (4) kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian; dan (5) kuasa pertambangan pengangkutan dan penjualan.

8

Nanik Trihastuti, op.cit., hlm. 3.

9

(15)

diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Contoh perusahaan (tambang) yang menganut sistem kontrak karya dalam kerjasama modalnya adalah PT Freeport Indonesia10

Perjanjian karya pengusahaan pertambangan memiliki pola yang berbeda antara pola perpajakan dengan pola pembagian hasil produksinya. Pola perpajakan perjanjian karya pertambangan menggunakan pola kontrak karya sementara pola pembagian hasil tambang menggunakan pola production sharing. Berdasarkan skema Kontrak Karya, perusahaan diwajibkan untuk membayar sejumlah pajak mineral, diantaranya royalti

, PT Inco Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (KPC).

11

yang nilainya berbeda-beda berdasarkan jenis mineral, sewa tanah12

10

PT Freeport Ind. Inc. yang berkedudukan di Irian Jaya merupakan perusahaaan penanaman modal asing yang pertama kali mengusahakan pertambangan mineral dengan menggunakan pola kontrak karya.

11

Royalti adalah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan untuk hak ekploitasi kekayaan tambang, yang didasarkan pada jumlah tertentu dari jenis bahan galian per ton atau presentase tertentu dari total produksi atau keuntungan. Secara umum, terdapat 3 jenis royalti: 1. Royalti kotor (gross royalty) yaitu royalti yang ditentukan berdasarkan volume produksi atau penerimaan kotor (Indonesia menganut royalti jenis ini); 2. Royalty Smelter Return (NSR), yaitu royalti yang dihitung berdasarkan presentase NSR perusahaan. NSR adalah gross revenues dikurangi biaya pengapalan, peleburan, pemurnian, pemasaran; 3. Royalty Net Profit Interest (NPI), dimana royalti dihitung berdasarkan presentase dari net profit.

12

Sewa tanah adalah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan untuk wilayah Kontrak Karya, dimana pembayaran didasarkan pada satuan hektar KK per tahun.

(16)

China (33%) sangat kompetitif.13

Untuk menciptakan keadaan balance (seimbang) antara kepentingan investor dengan negara penerima modal dalam hal ini Indonesia harus disadari

Kegiatan penaman modal asing pada sektor pertambangan merupakan upaya untuk menggali sedalam-dalamnya potensi sumber daya alam Indonesia untuk memberikan keuntungan ekonomis bagi setiap pihak yang melibatkan diri di dalam kegiatan usaha tersebut dengan mengutamakan pemberian sumbangsih dari kegiatan usaha pertambangan kepada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia sesuai dengan amanat konstitusi.

Pengelolaan bahan galian tambang Indonesia membutuhkan modal besar baik dari segi materi maupun dari segi instrumen-instrumen penunjang lainnya yang belum mampu dipenuhi oleh Pemerintah Indonesia sebagia pemegang kekuasaan pertambangan. Keadaan demikian membuat Indonesia mau tidak mau harus memanfaatkan bantuan diluar sumber dana Pemerintah karena akan sangat sulit untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi nasional apabila hanya bersandar pada sumber dana dalam negeri. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Indonesia membutuhkan investor asing yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan dalam kegiatan usaha pertambangan demi menggali sedalam-dalamnya manfaat sumber daya alam pada sektor pertambangan untuk Indonesia yang lebih sejahtera dan makmur. Investor asing yang akan hadir dan masuk ke Indonesia menjadikan kepastian hukum sebagai salah satu pertimbangan yang sangat menentukan keputusannya untuk menanamkan modal di Indonesia.

13

(17)

tidak mudah. Artinya apabila Indonesia sebagai negara penerima modal terlalu ketat dalam menentukan syarat dan ketentuan dalam penanaman modal, investor mungkin tidak akan datang untuk berinvestasi dan tidak tertutup kemungkinan para investor yang telah menanamkan modalnya di Indonesia akan merelokasi proyeknya ke negara negara lain. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat saja terjadi mengingat pada era globalisasi ini para pemilik modal sangat leluasa dalam mencari tempat berinvestasi yang tidak perlu dibatasi ruang dan waktu. Oleh karena itulah perlu adanya sikap untuk menghadapi arus globalisasi yang telah merambah ke berbagai bidang, peraturan perundang-undangan yang investasi asing di berbagai negara pun terus diperbarui sesuai dengan perkembangan dunia bisnis yang semakin mengglobal. Satu hal yang pasti bahwa transformasi, penetrasi, modernisasi, dan investasi merupakan bagian dari banyak hal yang akan memberikan ciri dunia global yang tidak lagi mengenal batas-batas teritorial.14

Implikasi globalisasi ekonomi itu terhadap hukum juga tidak dapat dihindari, sebab globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi tersebut, dalam arti berbagai substansi undang-undang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati batas-batas negara.15

14

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hlm. 2.

15

Bismar Nasution, “Implikasi AFTA terhadap kegiatan investasi dan hukum investasi Indonesia” dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 22, edisi Januari-Februari 2003 hlm. 48.

(18)

berinvestasi. Artinya, dengan semakin mengglobalnya dunia bisnis dengan ditandai kemudahan mendapatkan informasi tanpa mengenal jarak dan waktu, maka aliran modal pun akan cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain sehingga semakin sederhana dan mudah birokrasi berinvestasi di suatu Negara maka semakin tertariklah investor untuk menanamkan modalnya di Negara tersebut.16

Modal akan berhenti atau tepatnya investor akan menanamkan modalnya pada tempat yang peluang investasinya kondusif. Salah satu faktor yang dijadikan parameter untuk menilai apakah tempat berinvestasi kondusif atau tidak, adalah keberadaan kepastian hukum. Kepastian hukum dalam hal ini berarti bahwa pelaku usaha mendapatkan jaminan dan rasa aman dalam menjalankan usahanya oleh peraturan perundang-undangan yang jelas karena keputusan investor untuk menanamkan modalnya pada suatu negara tidak terlepas dari perhitungan bisnis yang identik dengan untung dan rugi. Disinilah diperlukan pembaruan hukum penanaman modal sebagai perangkat aturan untuk mengantisipasi kegiatan investasi di Indonesia agar dapat berkompetisi dalam menarik investor berbagai ketentuan hukum yang terkait dengan investasi di Indonesia perlu diperbarui sesuai dengan “ritme” era globalisasi guna menampung tuntutan ASEAN Free Trade Area (Perdagangan bebas di wilayah Negara ASEAN) yang selanjutnya disingkat AFTA.17

16

Sentosa Sembiring, op. cit, hlm. 17.

17

(19)

Keseriusan Pemerintah Indonesia dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Investasi baik domestik maupun internasional ditunjukkan dengan lahirnya peraturan perundang-undangan yang diramu sedemikian rupa untuk menjamin kepastian hukum bagi setiap pihak yang terlibat di dalam investasi. Diawali dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yang kemudian dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) yang mulai berlaku efektif pada tanggal 26 April 2007.

Lahirnya peraturan perundang-undangan penanaman modal tentu merupakan harapan baru bagi para investor sebagai penanam modal maupun Indonesia sebagai negara tujuan. Peningkatan penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat hingga dewasa ini. Investor yakin akan keamanan dan kepastian hukum yang diberikan Indonesia sebagai host country olehkarena adanya perundang-undangan yang mengatur secara jelas mengenai hak dan kewajiban setiap pihak yang terlibat di dalam kegiatan penanaman modal di asing Indonesia.

(20)

kewajiban investor, fasilitas penanaman modal, hak atas tanah, perizinan, penyelesaian sengketa serta sanksi yang timbul akibat adanya pelanggaran hukum yang dilakukan para pihak yang sepakat untuk melakukan kegiatan penanaman modal asing. Muatan-muatan tersebut akan menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan investor sebelum melakukan kegiatan penanaman modal yang kemudian jawaban-jawaban itu dapat dikatakan menjadi pendorong jatuhnya keputusan investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia.

Kehadiran peraturan perundang-undangan penanaman modal sebagai

umbrella act (payung hukum) bukan satu-satunya hal dibutuhkan untuk berhasil menarik dan mempertahankan investor menanamkan modalnya di Indonesia, tetapi juga keseriusan semua pihak terkait dalam implementasi setiap butir dari hukum itu sendiri. Implementasi yang baik terhadap peraturan perundang-undangan investasi di Indonesia serta birokrasi yang relatif sederhana dan tidak berbelit-belit akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang atraktif bagi para investor asing. Dengan kata lain, ketersediaan peraturan perundang-undangan yang komprehensif tidak serta merta membuat suatu negara menjadi atraktif bagi penanaman modal asing. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apakah peraturan perundang-undangan yang ada berlaku secara efektif dan apakah penerapannya berlangsung secara konsisten.18

18

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, (Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2013), hlm. 6.

(21)

Berhasilnya implementasi pranata hukum penanaman modal untuk membawa masuk investor asing ke Indonesia untuk turut andil dalam melakukan pembangunan ekonomi nasional melalui kegiatan penanaman modal akan memberikan akibat baik positif maupun negatif bagi kedua belah pihak. Semua pihak yang terlibat dalam kegiatan kerja sama modal berupaya sebaik mungkin untuk menciptakan akibat positif lebih besar daripada akibat negatif yang ditimbulkannya.

Indonesia mendapatkan keuntungan yang relatif banyak dengan menerima modal untuk mengembangkan sektor pertambangan. Benefit yang diterima Indonesia dari hadirnya investor asing pada sektor pertambangan cukup luas (multiplier effect) sebagaimana manfaat investasi asing secara umum yang antara lain kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal; dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku; menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor; dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak; adanya alihh teknologi (transfer of technology) maupun alih pengetahuan (transfer of know how).19

19

Sentosa Sembiring, op. cit., hlm. 8.

(22)

dekat dengan tenaga kerja dan bahan mentah serta hal-hal menguntungkan lainnya. Sama layaknya dengan kegaitan investasi secara umum yang juga telah dipaparkan sebelumnya, kegiatan investasi asing sektor pertambangan juga memiliki resiko ataupun dampak negatif, sehingga tidak hanya dampak positif yang diakibatkan oleh keikutsertaan setiap pihak dalam kegiatan penanaman modal asing, tetapi juga terdapat resiko-resiko atau dampak negatif dapat terjadi bagi kedua belah pihak yang lebih lanjut akan dibahas dalam BAB IV.

Dasar pemikiran yang dipaparkan tersebut di atas telah melatarbelakangi penulis untuk merasa perlu melakukan penelitian dan penulisan hukum dengan menyajikan persoalan tersebut ke dalam skripsi dengan judul: “KAJIAN YURIDIS TERHADAP INVESTASI ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas di dalam karya ilmiah ini adalah:

1. Bagaimanakah pertimbangan investor asing dalam melakukan kegiatan investasi pada sektor pertambangan di Indonesia?

2. Bagaimanakah regulasi penanaman modal asing pada sektor pertambangan di Indonesia?

(23)

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk memahami pertimbangan investor asing dalam melakukan kegiatan investasi pada sektor pertambangan di Indonesia.

2. Untuk memahami regulasi kegiatan penanaman modal asing pada sektor pertambangan di Indonesia.

3. Untuk memahami akibat dari kehadiran investor asing pada sektor pertambangan di Indonesia.

Manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Secara Teoritis

Secara Teoritis, pembahasan terhadap perlindungan hukum investasi asing pada sektor pertambangan di Indonesia yang akan dibahas akan memberikan pemahaman baru bagi para pembaca mengenai kegiatan investasi asing pada sektor pertambangan di Indonesia.

2. Secara Praktis

(24)

pengetahuan mengenai kegiatan penanaman modal pada sektor pertambangan di Indonesia

D. Keaslian Penulisan

Karya Ilmiah penulis, Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik (Sarjana) baik di Universitas Sumatera Utara maupun di Perguruan Tinggi lainnya.

Judul Karya Ilmiah Penulis ini telah diperiksa oleh Perpustakaan Universitas Cabang FH USU / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum FH USU. Adapun beberapa Judul Skripsi yang telah ada di Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU / Pusat Dokumentasi dan Informasi FH USU;

a. “Investasi Asing melalui Surat Utang Negara di dalam Pasar Modal” karya Aini Halim pada tahun 2008

b. “Kewajiban Divestasi pada Penanaman Modal Asing di Bidang Pertambangan” karya Adi Agustina Girsang pada tahun 2006

Dalam Karya Ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka. Dengan demikian, judul beserta pembahasan yang tertuang di dalam Skripsi ini adalah asli dan dapat di pertanggungjawabkan.

(25)

Ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Proyek Pembangunan Nasional menjadikan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral yang akan memberikan hasil yang optimal dan dampak buruk yang minimal bila manajemen (pengelolaan) eksploitasi ataupun pengelolaan sumber daya mineral dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kaidahnya (good mining practices). Pelaksanaan Proyek Pembangunan Nasional tidak dapat dilepaskan dengan kegiatan investasi asing sebagai sebuah kebutuhan yang tidak terhindarkan (investable) bagi kegiatan pembangunan ekonomi di Indonesia.

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, investasi ataupun penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia, sementara kegiatan investasi asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

(26)

modal terlibat secara langsung di dalam manajemen kegiatan usaha, sementara

portfolio investment merupakan kegiatan investasi dengan cara pembelian efek (securities) melalui pasar modal atau bursa efek dengan tujuan mendapatkan keuntungan dalam bentuk capital gain pada saat securities tersebut dijual kembali dengan perhitungan bisnis tertentu sehingga investor tidak terlibat secara langsung dalam manajemen kegiatan usaha.20

Kegiatan investasi langsung (direct investment) merupakan sebuah instrumen penting bagi pembangunan ekonomi nasional Negara karena memberikan berbagai manfaat bagi suatu negara seperti mendapatkan devisa melalui modal yang dibawa investor dan pembayaran pajak; menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran; mengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisa; mendorong berkembangnya ekspor (khususnya non migas) untuk mendapatkan devisa; meningkatkan pembangunan daerah-daerah tertinggal; alih teknologi dan manajemen; memanfaatkan jaringan pasar internasional dari investor dan manfaat baik lainnya. Penyelenggaraan investasi ataupun penanaman modal di Indonesia dilakukan dengan didasari oleh kepastian hukum; keterbukaan; akuntabilitas; perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara; kebersamaan; efisiensi berkeadilan; berkelanjutan; berwawasan lingkungan; kemandirian; dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.21

20

Lihat David Kairupan, op. cit., hlm. 19. 21

(27)

Tujuan kegiatan investasi adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; menciptakan lapangan kerja; meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.22

F. Metode Penelitian

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang memberikan peraturan-peraturan hukum terkaitan kegiatan usaha pada sektor pertambangan di Indonesia yang seyogyanya menjadi rambu-rambu dalam berkegiatan pada bidang pertambangan di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara pada Pasal 1 ayat (1) memberikan pengertian kegiatan pertambangan sebagai sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Dalam penyusunan karya ilmiah, skripsi ini, dibutuhkan berbagai data serta keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis. Untuk mendapatkan dan

22

(28)

mengumpulkan data serta keterangan tersebut Penulis menggunakan metode sebagai berikut.

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode yuridis normatif yaitu mencari data sekunder dengan mengacu kepada peraturan peraturan yang ada sesuai dengan bidang kajian ilmu hukum dengan jalan meneliti bahan pustaka atau data sekunder.

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitis yang bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai segala sesuatu yang relevan dengan hukum investasi asing pada sektor pertambangan di Indonesia. Penelitian ini akan memperlihatkan fakta-fakta mengenai kondisi, tindakan atau keputusan para pihak yang terlibat dalam kegiatan penanaman modal asing pada sektor pertambangan di Indonesia.

3. Data Hukum

Materi dalam karya ilmiah ini diambil dari data sebagai berikut: a. Bahan Hukum Primer, yaitu:

(29)

Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara dan peraturan hukum yang relevan lainnya.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu:

Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai kegiatan investasi asing secara umum serta pada sektor pertambangan di Indonesia secara khusus, seperti hasil seminar atau makalah dari pakar hukum, koran, majalah, buku-buku serta literatur yang relevan dengan kegiatan penanaman modal asing pada sektor pertambangan di Indonesia, dan juga sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu:

Mencakup kamus bahasa guna pembenahan tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing.

4. Teknik Pengumpulan Data

(30)

5. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Metode kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penelitian

Tulisan ini dibagi secara sistematika dalam 5 bab yang masing masing bab adalah merupakan kesatuan yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

(31)

hukum yang digunakan adalah metode yang berkaitan dengan metode pendekatan, spesifikasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang dipergunakan untuk menggambarkan objek penelitian. Selanjutnya dalam bab ini diuraikan analisis isi untuk mencari kesimpulan serta saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan penelitian kemudian ditutup dengan sistematika penulisan.

BAB II PERTIMBANGAN INVESTOR ASING MELAKUKAN KEGIATAN INVESTASI PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA

Bab kedua merupakan tinjauan mengenai manfaat, tujuan serta faktor-faktor yang melatarbelakangi kegiatan penanaman modal khususnya investasi asing pada sektor pertambangan di Indonesia dalam implementasi peraturan perundang undangan penanaman modal sebagai hukum positif yang mengendalikan kegiatan investasi di Indonesia.

BAB III REGULASI PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA

(32)

BAB IV AKIBAT INVESTASI ASING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA

Bab keempat merupakan inti dari penelitian hukum ini yaitu mengenai hasil analisa terhadap akibat hukum dari hadirnya investasi asing pada sektor pertambangan di Indonesia serta perlindungan hukum bagi investor sebagai pemilik modal dan Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Implementasi UUPM yang berhasil membawa masuk investor asing ke Indonesia untuk turut andil dalam pembangunan nasional akan memberikan akibat positif maupun negatif bagi masyarakat Indonesia dan begitu pula sebaliknya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(33)

BAB II

PERTIMBANGAN INVESTOR ASING MELAKUKAN KEGIATAN INVESTASI PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA

A. Pengertian Investasi Asing

Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pananaman Modal (UUPM), penanaman modal asing ialah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Modal asing didefenisikan sebagai modal yang dimiliki negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh pihak asing.23 Sementara modal dalam negeri merupakan modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.24

Kegiatan investasi asing dibedakan ke dalam dua jenis berdasarkan keterlibatan investor secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan pengelolaan modal. UUPM tidak mengatur secara jelas perbedaan antara investasi langsung dengan investasi tidak langsung. Pada dasarnya direct Investment sering

23

Pasal 1 angka (8) UUPM

24

(34)

diartikan sebagai kegiatan penanaman modal yang melibatkan: (i) pengalihan dana (transfer of funds); (ii) proyek yang memiliki jangka waktu panjang (long-term project); (iii) tujuan memperoleh pendapatan regular (the purpose of regular income); (iv) partisipasi dari pihak yang melakukan pengalihan dana (the participation of the person transferring the funds); dan (v) suatu resiko usaha (business risk).25 Sedangkan portfolio investment sering dikaitkan dengan investasi yang dilakukan melalui pasar modal atau bursa dengan cara pembelian efek (securities), sehingga tidak melibatkan pengalihan dana untuk proyek yang bersifat jangka panjang dan karenanya pendapatan yang diharapkan juga lebih bersifat jangka pendek dalam bentuk capital gain yang diperoleh pada saat penjualan efek tersebut dan bukan pendapatan yang bersifat regular, dimana investor tidak terlibat dalam manajemen perusahaan sehingga tidak terkait langsung dengan resiko kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan target atau perusahaan di mana investasi tersebut dilakukan, melainkan lebih dikaitkan dengan resiko pasar dari efek yang dibeli.26

a. Foreign Direct Investment (FDI)

Ketidaktersediaan pengaturan UUPM mengenai perbedaan antara investasi asing langsung dan investasi asing tidak langsung memicu timbulnya beberapa pendapat terkait defenisi investasi asing langsng dan tidak langsung. International

25

Rudolf Dolzer dan Christoph Schreuer, Principles of International Investment Law, 1st Ed., (New York: Oxford University Press, 2008), hlm. 60.

26

(35)

Monetary Fund (IMF) memberikan pengertian terhadap investasi langsung sebagai berikut:

Investment that is made to acquire a lasting interest in an enterprise operating in an economy other than that of an investor, the investor’s purpose being to have an effective choice in the management of the enterprise”27

Adapun pengeritan yang agak luas dari investasi langsung terdapat pada

Encyclopedia of Public International Law yang merumuskan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment) sebagai berikut:28

Defenisi FDI tersebut di atas mensyaratkan investasi langsung untuk memberikan transfer dana atau barang dari suatu negara (negara pemberi modal) ke negara lain (negara penerima modal) berikut dengan partisipasi langsung dari investor untuk turut serta mengelola perusahaan atau bidang usaha. Keturutsertaan investor ke dalam perusahaan atau bidang usaha investasi dapat dilakukan dengan jalan mengelola langsung perusahaan yang menerima modal melalui ataupun dengan cara membangun di negara tujuan investasi. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan investasi di Indonesia, badan usaha penanaman modal dapat berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanan Indonesia sebagai negara tujuan

“A transfer funds or materials from the one country (called capital exporting country) to another (called host country) in return for a direct participation in the earnings of that enterprise.

27

Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, (Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 2.

28

(36)

investasi (host country),29 sedangkan PMA wajib dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.30

Kemudian pengaturan dilanjutkan dengan tata cara membentuk perseroan terbatas oleh investor dalam negeri bersama dengan investor asing yang antara lain sebagai berikut:31

1. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;

Investor asing turut serta mengambil bagian saham sebagai bentuk penanaman modal pada saat investor domestik melakukan pendirian perseroan terbatas di Indonesia dengan ketentuan hukum Indonesia. Dengan demikian investor asing menjadi penanam modal di perusahaan yang didirikan oleh investor domestik Indonesia tersebut.

2. Membeli saham; dan

Investor asing melakukan pembelian saham pada perusahaan Indonesia yang telah go public atau belum go public. Dengan dilakukannya pembelian saham, investor asing turut menjadi salah satu pemilik perusahaan (pemegang saham) di perseroan terbatas. Kepemilikan saham memberikan hak kepada investor untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham); menerima pembayaran dividen

29

Pasal 5 ayat (1) UUPM

30

Pasal 5 ayat (2) UUPM

31

(37)

dan sisa kekayaan hasil likuidasi; dan menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas.32

3. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada prinsipnya tidak semua bidang usaha dibuka bagi PMA sebagai mana diatur dalam Pasal 12 ayat (1) UUPM ditentukan bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau atau kegiatan usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.33

Berkaitan dengan amanat Pasar 12 UUPM, dalam dunia inve stasi dikenal istilah negative list imvestment yaitu bidang-bidang usaha yang dilarang

Dalam ayat (3) ditetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal dilakukan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional dan kepentingan nasional lainnya. Kemudian dalam ayat (5) ditetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dilakukan berdasarkan kriteria kepentingan nasional; yaitu perlindungan sumber daya alam; perlindungan dan pengembangan usaha mikro; kecil, menengah dan koperasi (UMKMK); pengawasan produksi dan distribusi; peningkatan kapasitas teknologi; partisipasi modal dalam negeri; serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.

32

Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

33

(38)

diusahakan dalam kegiatan penanaman modal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 dengan judul Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal yang diatur di dalam lampiran Perpres tersebut. Lampiran I Perpres 36 Tahun 2010 terdapat enam bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, yaitu: pertanian; kehutanan; perindustrian; perhubungan; komunikasi dan informatika; serta kebudayaan dan pariwisata. Masing-masing bidang usaha diuraikan ke dalam beberapa subbidang usaha khusus berjumlah 20 bidang usaha yang terlampir dalam lampiran.34

Dalam Pasal 2 Perpres Nomor 36 Tahun 2010 ditentukan bidang-bidang usaha yang dapat diusahakan dengan persyaratan tertentu, yakni: bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK; bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan; bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya; bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu; serta bidang yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus. Bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu terdiri atas 17 bidang usaha, yaitu: pertanian kehutanan; kelautan dan perikanan; energi dan sumber daya mineral; perindustrian; pertanahan; pekerjaan umum; perdagangan; kebudayaan dan periwisata; perhubungan; komunikasi dan informatika; keuangan; perbankan; tenaga kerja dan transmigrasi; pendidikan;

34

(39)

kesehatan; dan keamanan. Setiap bidang usaha diuraikan ke dalam subbidang usaha khusus dengan total 274 bidang usaha.35

b. Foreign Indirect Investment (FII)

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, Foreign Indirect Investment

(FII) merupakan bentuk lain dalam kegiatan penananaman modal asing. Kegiatan penanaman modal jenis ini dilakukan dengan jalan melakukan pembelian efek (securities) melalui bursa atau lembaga pasar modal (Capital Market) yang bersifat global. Pembelian securities melalui Capital Market tidak membuat investor harus turut serta dalam menjalankan kegiatan usaha dan tidak bertanggungjawab secara langsung atas manajemen kegiatan usaha tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan Foreign Indirect Investment (FII) merupakan Capital Gain yang didapatkan pada saat securities dijual kembali.36

Kendati secara teoritis tidak terdapat penjelasan yang baku mengenai perbedaan antara FDI dengan FII, kedua jenis kegiatan investasi asing ini merupakan pilihan yang beda bagi para investor menurut perhitungan bisnisnya masing-masing. Apabila dicermati berdasarkan manfaat yang dapat dinikmati oleh negara penerima modal (host country), FDI merupakan jenis yang lebih ditunggu kehadirannya. Hal ini disebabkan kegiatan investasi dengan menganut sistem

Forein Direct Investment (FDI) memberikan berbagai macam keuntungan dari aspek bawaan yang dibawa investor selain modal berupa dana, bidang usaha yang

35

Lihat Lampiran II Perpres Nomor 36 Tahun 2010. 36

(40)

diusahakan di Indonesia secara langsung oleh investor akan menciptakan lapangan kerja baru yang secara otomatis akan mengurangi tingkat pengangguran di host country; kemudian hadirnya tekhnologi mutakir yang dibawa investor bersama tenaga ahli (skill) yang diharapkan akan membawa know-how baru bagi masyarakat

host country serta berbagai manfaat baik lainnya.

F. Kerjasama Modal Internasional

Penanaman modal asing secara langsung (Foreign Direct Investment) dapat dilakukan dengan menggunakan modal asing secara penuh maupun dengan jalan melakukan kerjasama modal internasional antara pemilik modal asing dengan investor dalam negeri. Adapun jenis-jenis kerjasama internasional antara lain sebagai berikut:37

1. Joint venture

Joint Venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional berdasarkan perjanjian contractual. Misalnya kerjasama antara Van Sickle Associates Inc., suatu badan hukum yang berkedudukan di Daleware, AS dengan PT Kalimantan Plywood, badan hukum Indonesia dengan bidang usaha industri pengolahan kayu di Kalimantan Selatan. Beberapa macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktek aplikasi investasi asing yang antara lain sebagai berikut :38

37

Lihat Aminuddin Ilmar, op. cit., hlm. 60

38

(41)

a. Technical assistance (service) contract

Suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pemodal asing dan pemodal dalam negeri sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method). Perusahaan modal nasional yang ingin melakukan pengembangan perusahaannya tentu membutuhkan berbagai instrumen seperti peralatan baru, tenaga kerja (skill) yang lebih mumpuni sera

method kerja yang lebih modern. Instrumen-instrumen baru tersebut akan didapatkan dengan technical assistance yang berasal dari perusahaan modal asing yang berkedudukan di luar negeri dengan jalan memberikan pembayaran uang tertentu yang diperoleh dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

b. Franchise atau Brand-Use Agreement

Suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memperoduksi suatu barang yang telah mempunyai merk terkenal. Brand-Use Agreement oleh para investor dinilai memberikan keuntungan dengan adanya merk yang telah dikenal dan dipercaya oleh masyarakat sehingga kegiatan usaha tersebut dapat dipastikan menguntungkan karena sudah memiliki

costumer atau konsumen. Contoh: Kentucky Fried Chicken, Van Houten, Mc. Donalds, Coca-Cola dan lain sebagainya.

(42)

Suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak pemodal asing dan pemodal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan, khususnya dalam hal pengelolaan menejemen oleh pihak asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya bisnis perhotelan yang telah mengalami kemajuan hingga sampai ke taraf internasional diberikan oleh Indonesia kepada pihak asing untuk dikelola dengan lebih baik. Contoh: Hilton Internasional Hotel, Mandarin International Hotel dan lain sebagainya.

d. Build, Operation and Transfer

Suatu bentuk kerjasama yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama operasi antara para pihak, dimana objek dibangun, dikelola dan dioperasikan selama jangka waktu tertentu dan kemudian diserahkan kepada pemilik asli.

2. Joint enterprise

(43)

sebagai Anggaran Dasar.39

3. Kontrak Karya (Contract of Work)

Suatu perjanjian perusahaan patungan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Pihak asing dan pihak Indonesia membentuk suatu perusahaan bersama, masing-masing memiliki sejumlah saham, dan mereka menjalankan bisnis atau proyek bersama-sama sebagai suatu entitas tunggal; (2) Hasil investasi berupa dividen yang besarnya sesuai dengan pemilikan saham; (3) Pelaksanaannya dilakukan sebagai suatu perusahaan dan diwakili oleh Direksinya dan dalam keadaan tertentu harus mendapatkan persetujuan Komisaris atau pemegang saham; (4) Ada pembukuan oleh perusahaan; (5) Tindakan perusahaan diatur dengan Anggaran Dasar; (6) Pajak penghasilan perusahaan dibayarkan oleh perusahaan patungan, keuntungan setelah dikurangi pajak dibagi sesuai dengan pemilikan saham, dan saham atas dividen dibayar oleh masing-masing pihak pada waktu pembagian; (7) Pihak asing boleh menjadi sebagian pemilik perusahaan sebagai pemegang saham, dan dapat menunjuk atau bertindak sebagai manajemen dari perusahaan yang bersangkutan.

Kontrak Karya (Contract of Work) secara umum merupakan bentuk usaha kerjasama antara nasional dengan asing ataupun pemodal asing dan pemodal nasional. Dalam hal pembagian kewenangan pada kerjasama modal contract of work, penanam modal asing memiliki kewenangan dalam menejemen, control, eksplorasi, eksploitasi dan distribusi. Pada umumnya usaha kerja sama modal

39

(44)

kontrak karya terjadi dalam bidang usaha yang berkaitan dengan hak menguasai negara atas bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya seperti pertambangan. Dalam kontrak karya, manajeman operasi sepenuhnya berada di tangan kontraktor, sehingga kontraktor memiliki hak serta kewenangan mutlak untuk mengatur dan mendahulukan kepentingan perusahaannya dengan mengambil langkah-langkah yang secara pasti akan memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan.40 Di dalam kontrak karya turut termuat kesepakatan bersama mengenai benefit yang nantinya akan dinikmati oleh investor asing. Contoh dari kerja sama internasional Contract of Work ini misalnya kontrak karya antara PT. Caltex Pacific Indonesia dengan PT. Pertamina (Persero).41

4. Contract Production Sharing;

Kontrak Production Sharing mulai dilaksanakan di Indoensia sejak tahun 1964 , yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi jo Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertamina.42 Timbulnya kontrak production sharing adalah untuk mengatasi permasalahan keterbatasan, modal, teknologi dan sumber daya manusia yang dihadapi pertamina khususnya dalam melaksanakan dan menjalankan ekplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi.43

40

Nanik Trihastuti, op. cit., hlm. 5.

41

Aminuddin Ilmar, op. cit., hlm. 64

42

Salim HS., op. cit., hlm. 317

43

(45)

Penamaan production sharing atau bagi hasil karena kredit yang diperoleh dari pihak asing beserta bunganya akan dikembalikan dalam bentuk hasil produksi perusahaan yang bersangkutan. Secara umum kerja sama production sharing

ditandai dengan adanya kewajiban ekspor hasil pada negara pemberi kredit, seluruh proyek didanai oleh pihak asing dan dilakukan pada sektor usaha pertambangan minyak bumi dan gas. Besarnya biaya dan investasi serta pemilikan teknologi untuk menjalankan usaha menjadi latar belakang diadakannnya production sharing. Seluruh equipment yang dimasukkan ke wilayah pabean Indonesia menjadi milik Indonesia dan akan dikembalikan secara kredit melalui bagi hasil dari produk yang dihasilkan (misalnya minyak mentah). Besarnya imbalan bagi hasil tergantung pada kesepakatan yang termuat di dalam kontrak (production sharing agreement).44

Ciri-ciri utama yang dimiliki oleh kerja sama modal internasional berbentuk

Contract Prodcution Sharing antara lain adalah: (1) Manajemen ada di tangan negara (perusahaan negara); (2) Penggantian biaya operasi (operating cost recovery); (3) Pembagian hasil produksi (production split); (4) Pajak (Tax); (5) Kepemilikan aset ada pada negara (perusahaan negara).45

5. Penanaman modal dengan DICS Rupiah

Penanaman modal dengan DICS (Debt Investment Convertion Scheme) Rupiah pada awalnya merupakan production sharing. Project usaha didanai dengan dana kredit dari investor asing kemudian tagihan-tagihan pengembalian kredit

44

Lihat Aminuddin Ilmar, op. cit., hlm. 66

45

(46)

tersebut dikonversi menjadi penanaman modal asing dan pembayaran atau konversi dilakukan dengan menggunakan rupiah.

6. Penanaman modal dengan kredit investasi

Penanaman modal dengan kredit investasi merupakan produk kerja sama modal internasional dengan menjadikan kredit luar negeri via kredit investasi menjadi modal nasional yang setelah bergabung dengan modal asing dalam joint venture dapat digolongkan sebagai penanaman modal asing. Bentuk ini banyak dilakukan oleh pemodal dalam negeri untuk membiayai setiap proyeknya yang ada di Indonesia.

B. Tujuan Investasi Asing Bagi Host country dan Home country

Pada dasarnya kegiatan investasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan motif utama untuk mendapatkan keuntungan secara finansial. Pelaku investasi secara umum menggunakan modal yang dimiliki untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi kepada risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Pemilik modal senantiasa mencari tempat yang bisa memberdayakan modal yang ada agar tidak statis, melainkan bertambah tinggi nilainya.

(47)

(home country) namun belum mencapai hasil keuntungan yang maksimum yang dikehendaki maka penanaman modal dengan melewati batas negara (investasi asing) dilakukan. Penanaman modal ke negara tujuan yang dianggap dapat memberikan keuntungan secara nyata kepada siapa saja yang bersedia memenuhi kebutuhan modal asing untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan alam (natural resource) yang kemudian disebut dengan bahan mentah. Kebutuhan modal asing negara-negara berkembang timbul ketika modal dalam negeri tidak lagi mampu memberikan pemenuhan terhadap kebutuhan modal untuk melancarkan kegiatan pembangunan ekonomi negara.

a. Dalam Perspektif Investor

Pada dasarnya Investor melakukan kegiatan investasi ke suatu Negara dengan motif untuk mendapatkan keuntungan yang berfokus kepada keuntungan. Keuntungan tersebut diperoleh dari berbagai faktor :46

1. Upah Buruh yang Murah

Untuk menekan biaya produksi, perusahaan negara-negara maju melakukan investasi di negara-negara berkembang dengan tujuan untuk mendapatkan upah buruh yang murah.47

46

Erman Rajagukguk, Hukum Investasi Kuliah 1, (Jakarta: Jurnal Reformasi, Ekonomi, 2000), hlm. 1.

47

John Robinson, Aspects of Development dan Underdevelopment, (London: Cambridge University Press, 1979).

(48)

yang memilikki tenaga kerja yang melimpah, para investor dapat mengembangkan modalnya atau usahanya dengan ongkos atau biaya yang murah.

2. Dekat dengan Sumber Bahan Mentah

Bahan mentah merupakan faktor yang sangat penting dalam proses produksi. Kebanyakan negara-negara maju memilikki bahan mentah yang sangat terbatas, sedangkan negara-negara berkembang memilikki bahan mentah yang belum dieksploitasi. Untuk itulah, negara-negara maju melakukan penanaman modal memindahkan industrinya ke negara-negara berkembang dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari dekatnya bahan mentah, dalam arti tidak perlu mengimpor bahan mentah yang memakan waktu dan biaya.

3. Luasnya Pasar yang Baru

Negara-negara maju berusaha menanamkan modal di negara lain dengan tujuan untuk menjaga pasar hasil produksinya. Meskipun Indonesia belum menunjukkan perbaikan yang menggembirakan, Indonesia tetap menjadi pilihan investor karena adanya pasar yang prospektif.

Paling tidak ada tiga alasan mengapa investor datang ke suatu negara:48

48

(49)

1. Mengamankan komoditi ekspor dan mengambil keuntungan dari rendahnya upah buruh dalam menghasilkan produk-produk teknologi yang rendah.

2. Memperoleh akses terhadap pasar konsumen yang lebih besar, dan 3. Mengambil keuntungan dari struktur sosial, politik, dan ekonomi yang

unik yang tidak mudah ditiru oleh negara lain. 4. Royalti dari Alih Teknologi

Penanaman modal asing, seringkali akan diikuti dengan alih teknologi. Negara investor akan mendapatkan keuntungan dari proses transfer teknologi melalui penjualan hak merek, paten, rahasia dagang, design industri. Sebagai negara yang memilikki keunggulan di bidang teknologi, negara maju akan mendapatkan kompensasi dari pengguna teknologi tersebut.

5. Penjualan Bahan Baku untuk Dijadikan Barang Jadi

Investor asing juga dapat memperoleh keuntungan dari penjualan bahan baku. Hal ini terkait dengan ciri negara berkembang yaitu belum dapat memproduksi bahan baku yang memadai yang dapat dijadikan barang jadi. Selain itu penanaman modal asing juga memperoleh keuntungan dari penjualan suku cadang (spare parts).49

6. Insentif untuk Investor

49

(50)

Faktor lain yang menarik investor adalah adanya insentif-insentif lain, misalnya tax holiday. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan mengatur bahwa kepada Wajib Pajak Badan dapat diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan.50

a. Merupakan industri Pionir, mencakup: (i) industri logam dasar; (ii) industri penghilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organic yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam; (iii) industri permesinan; (iv) industri bidang sumber daya terbarukan; dan (v) industri peralatan komunikasi;

Wajib Pajak yang dapat diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan adalah Wajib Pajak Badan baru yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

b. Mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang paling sedikit Rp 1.000.000.000.000,00;

c. Menempatkan dana diperbankan di Indonesia paling sedikit 10% dari total rencana penanaman modal sebagaimana disebutkan pada huruf (b), dan

50

(51)

tidak boleh ditarik sebelum saat dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal;51

d. Harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia, yang pengesahannya ditetapkan paling lama 12 bulan sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku atau pengesahannya ditetapkan sejak atau setelah berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011.

dan

7. Mendapatkan Status Khusus Negara Tertentu dalam Perdagangan Internasional

Tujuan lain dari penanaman modal di luar negeri adalah karena status khusus negara-negara tertentu dalam perdagangan internasional. Misalnya, investor asing lebih tertarik membuka usaha di negara-negara berkembang yang masih mendapatkan status GSP (General System of Preferences) dari negara maju. Dengan demikian eksport dari negara-negara yang mempunyai status GSP tersebut lebih menguntungkan daripada eksport dari negara yang tidak memilikki lagi status GSP.52

b. Dalam Perspektif Negara Penerima Modal (Host Country)

Alasan utama suatu Negara mengundang investor masuk ke negaranya untuk berinvestasi adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (economic growth) untuk memperluas lapangan kerja. Kehadiran investor asing ke suatu Negara maka

51

Dalam praktik hal ini didahului dengan Surat Pernyataan terlebih dahulu, namun harus direalisasikan sebelum Surat Keputusan Persetujuan Menteri Keuangan dikeluarkan, David Kairupan, op. cit., hlm. 115

52

(52)

industri substitusi impor host country sehingga akan menghemat devisa Negara tersebut, mendorong eksport (khususnya non migas) untuk menghasilkan devisa, alih teknologi serta membangun prasarana dan mengembangkan daerah tertinggal.53

Pentinganya peranan penanaman modal asing dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia juga terefleksi dalam tujuan yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU Penanaman Modal) sebagai landasan positif hukum penanaman modal di Indonesia.54

(i) Penyediaan Lapangan Kerja

Adapun beberapa tujuan suatu negara mengundang investor untuk hadir dan menanamkan modalnya di Indonesia adalah sebagai berikut:

Sejak terjadinya krisis perbankan pada tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, pengangguran mengalami peningkatan yang sangat besar. Pertumbuhan angka investasi akan mempengaruhi jumlah pengangguran serta perputaran roda ekonomi. Jika tidak ada perkembangan ekonomi yang optimal akan memicu terjadinya ledakan pengangguran yang akan menciptakan permasalahan sosial dan memperburuk stabilitas keamanan maupun politik. Gejolak sosial politik pada gilirannya mengganggu pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

(ii)Mengembangkan Industri Substitusi Import untuk Menghemat Devisa

53

Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005), hlm. 19.

54

(53)

Pada permulaan kembalinya modal asing ke Indonesia dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 1967 tentang Penanaman Modal Asing, Pemerintah mengembangkan industry substitusi import, untuk menghemat devisa. Perusahaan-perusahaan asing di Indonesia dengan demikian memproduksi barang-barang yang sebelumnya diimport. Dengan berkurangnya import Indonesia akan barang-barang jadi, akan menghemat devisa.

(iii)Mendorong Berkembangnya Industri barang-barang eksport non migas untuk mendapatkan devisa

Untuk menutup defisit transaksi berjalan, Pemerintah harus memacu nilai eksport baik migas maupun non migas. Untuk meningkatkan nilai eksport naik migas dan non migas diperlukan adanya investasi asing. Dengan peningkatan nilai eksport diharapkan akan meningkatkan devisa atau valuta asing yang dicadangkan dan dikuasai oleh Bank. Dana inilah yang akan digunakan untuk membiayai import dan kewajiban lain kepada pihak asing. (iv)Pembangunan Daerah-Daerah Tertinggal

(54)

rusak akibat terjadinya berbagai konflik seperti di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Papua, Maluku, dan Poso.

(v)Alih Teknologi

Penanaman modal asing diharapkan dapat mewujudkan alih teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan. Kelemahan negara berkembang dalam bidang teknologi akan sangat mempengaruhi proses transformasi dari agraris menuju industrialisasi. Untuk itulah diperlukan adanya dana yang cukup untuk dialokasikan dalam pengembangan teknologi. Bagi Indonesia, investasi asing mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses industrialisasi dan teknologi.55

c. Dalam Perspektif Negara Asal (home country)

Sebagai mana dipahami bahwa negara maju pada umumnya memiliki surplus funds yang dapat diekstrakan melalui kegiatan investasi asing ke negara luar yang tengah berkembang. Tujuan mendapatkan keuntungan finansial merupakan tujuan mutlak dari kegiatan investasi secara umum. Adapun tujuan negara asal investor atau home country melakukan kegiatan penanaman modal ke luar negeri antara lain adalah untuk meningkatkan pendapatan pajak; melakukan eksport teknologi dalam rangka penanaman modal asing; mendapatkan devisa; serta berbagai keuntungan

55

(55)

lain. Home country dalam melakukan kegiatan investasi asing didorong oleh faktor-faktor sebagai berikut:56

a. Meningkatnya biaya lahan dan tenaga kerja di negara asal (home country), akibatnya hasil produksi tidak memiliki daya saing.

b. Sikap dan kebijakan negara asal (home country) yang mendorong terjadinya pengalihan investasi ke luar negeri. Misalnya dengan mengeluarkan kebijakan rejim devisa bebas, insentif bagi ekspansi usaha ke luar negeri.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan penanaman modal asing menjadi pilihan atraktif yang disediakan oleh negara asal bagi investor atau pengusaha di negaranya. Negara asal atau home country mendorong investor untuk berinvestasi ke luar negeri dengan tujuan untuk mingkatkan penerimaan pajak dari hasil kegiatan investasi asing ke luar negeri; meningkatkan devisa; meningkatkan ekspor; dan lain sebagainya. Sementara di lain pihak, host country menerima berbagai keuntungan dari keputusan investor untuk melakukan investasi di negaranya.

C. Manfaat Investasi Bagi Host country dan Home country

Setiap negara di dunia baik negara maju maupun negara sedang berkembang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Tidak ada satupun negara yang memiliki kesempurnaan secara keseluruhan apabila ditinjau

56

(56)
(57)

modal berupa dana, teknologi dan pemikiran yang ditanamkan oleh para investor, baik domestik maupun asing.

a. Manfaat Investasi Asing dalam Perspektif Host Country

John W. Head mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya investasi asing. Ketujuh keuntungan investasi asing itu adalah:57

1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standard hidup mereka;

2. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru;

3. Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya;

4. Menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain;

5. Memperluas potensi keswasembadaan nega

Referensi

Dokumen terkait

berencana untuk revisi target kredit ke atas menjadi sekitar 16% di semester II 2016 dari target pertumbuhan kredit13%-15% di semester I 2016 apabila terjadi ekses

Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah dengan Corporate Image Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Bank BRI

12 Membimbing dalam menghasilkan TAS/TABS sebagai Pembimbing Utama sebanyak 9 mahasiswa dan Pembimbing Pendamping sebanyak 4 mahasiswa atas nama: Eko Berri Suryadi NIM:

Key words: Arbresh; Arbër; Arbëresh; Arvanite; Elbasanishte; Peninsula of Balkan; Gegërishte; Gheg; Standard Language; Albanian Language; Comparative Language; Indo-European

It also requires to test which determinants (the accounting ratios) that significantly affect the most actively traded stocks in the ISX. This study also try to describe the

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diajukan maka penulis merumuskan satu rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut yaitu bagaimanakah hubungan

a. Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer. Sitem drainase minor adalah sistem saluran dan bangunan

Pusat pemikiran tidak lagi kosmos, seperti pada jaman Yunani kuno, atau Tuhan, seperti dalam Abad Pertengahan Eropa, melainkan manusia.. MuIai saat itu manusialah