ROTATING TRIO EXCHANGE
(
Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X SMK Arrahman Bintaro )SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
LIA MULYANINGSIH
NIM: 107015000694
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
Pembelajaran Rotating Trio Exchange”, Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model
pembelajaran rotating trio exchange. Penelitian ini dilakukan di SMK Arrahman
Bintaro Tahun Ajaran 2011/2012.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar
observasi proses pembelajaran, catatan lapangan, wawancara, dokumentasi, dan tes soal.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran menggunakan model
rotating trio exchange dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X
SMK Arrahaman Bintaro. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata
hasil belajar siswa siklus I dengan nilai 63, siklus II dengan nilai 68,25, dan siklus III dengan nilai 82,08.
Secara umum kesimpulan penelitian ini adalah hasil belajar akuntansi siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran rotating trio exchange.
ii
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, 2011.
The purpose of this study was to determine the increase in student learning outcomes in the basic equation of accounting concepts using learning models rotating trio of exchange. The research was conducted at SMK Arrahman Bintaro academic year 2011/2012.
The method used in this study is Action Research Class, which consists of four stages, the first is planning, second is implementation, third is observation, and the fourth is reflection. The research instrument used was the observation sheet the learning process, field notes, interviews, documentation, and test questions. The results revealed that learning to use the model rotating trio of exchange can improve learning outcomes of accounting students in class X SMK Arrahman Bintaro. This is evidenced by an increase in the average student learning outcomes with cycle I a value of 63, cycles II with a value of 68.25, and cycle III with a value of 82.08.
Generally conclusion of this study is the result of accounting students' learning can be enhanced through learning models rotating trio of exchange.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPS pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat
terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Bapak. Drs. H. Nurochim, MM. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dra. Ulfah Fajarini, M.Si sebagai dosen penasehat akademik yang memberikan
arahan dan bimbingannya selama masa kuliah.
5. Bapak Drs. Banadjid, selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Tri Harjawati, S.Pd, M.Si selaku pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPS.
8. H. Rachman Husein, S.Hi selaku kepala SMK Arrahman yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian berlangsung.
9. Bapak Abdul Ghofur, S.Pd.i selaku guru pamong tempat penulis mengadakan
penelitian.
10. Ayahanda (Munawir) dan ibunda (Lili Rosliani) tercinta yang senantiasa memberikan
motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Adik-adikku (Adam Ramdani dan Annisa) tercinta yang senantiasa memberikan
iv
pendidikan IPS angkatan 2007, khususnya kelas A, semoga kebersamaan kita
menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan di masa mendatang.
14. Spesial untuk masku yang selalu memberi support dan motivasi serta waktu selama
penulis menyelesaikan skripsi dan keluarga yang telah banyak mendoakan.
15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi serta
pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang
diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, Oktober 2011
v
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ... 8
1. Hasil Belajar ... 8
2. Pembelajaran Akuntansi ... . 11
3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 13
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange ... 18
5. Penelitian Tindakan Kelas ... 20
vi
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 30
C. Setting/Subjek Penelitian ... 32
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 32
E. Tahap Intervensi Tindakan ... 33
F. Hasil Intervesi Tindakan Yang Diharapkan ... 35
G. Data dan Sumber Data ... 36
H. Teknik Pengumpulan Data ... 36
I. Instrumen Penelitian ... 36
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 38
K. Interpretasi Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... . 40
L. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 41
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ... 43
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 65
C. Analisis Data ... 67
D. Interpretasi Hasil Analisis ... 78
E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84
vii
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian ... 30
Tabel 3.2 Desain penelitian ... 32
Tabel 3.3 Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan ... 33
Tabel 3.4 Tahap Penelitian Siklus I ... 33
Tabel 3.5 Tahap Penelitian Siklus II ... 34
Tabel 3.6 Data dan Sumber Data ... 36
Tabel 4.1 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus I ... 53
Tabel 4.2 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus II ... 59
Tabel 4.3 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus III ... 64
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Akuntansi Siswa Siklus I, II, dan III ... 67
Tabel 4.5 Ketertarikan Siswa Terhadap Mata Pelajaran ... 69
Tabel 4.6 Pemahaman Materi Akuntansi ... 70
Tabel 4.7 Kreativitas Guru dalam Pembelajaran ... 71
Tabel 4.8 Kompetensi Siswa ... 71
Tabel 4.9 Ketertarikan Siswa dengan Model Rotating Trio Exchange ... 72
Tabel 4.10 Ketertarikan Model Pembelajaran ... 73
Tabel 4.11 Ketertarikan Model Terhadap Motivasi Siswa ... 73
Tabel 4.12 Minat dan Perhatian Siswa ... 74
Tabel 4.13 Ketertarikan Model Pembelajaran ... 75
Tabel 4.14 Keterarikan Model terhadap Suasana Belajar ... 75
Tabel 4.15 Ketertarikan Siswa Dalam Kelompok ... 76
Tabel 4.16 Keterampilan Model dalam Kelompok ... 77
Tabel 4.17 Kompetisi Kelompok ... 77
Tabel 4.18 Respon Belajar Siswa ... 78
viii
Gambar 2.3 Kerangka pikir ... 23
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar
(Post test) Siklus I ... 54
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar
(Post test) Siklus II ... 60
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar
(Post test) Siklus III ... 65
Gambar 4.4 Histogram Nilai Tes Hasil Belajar (Post Test)
Siklus I,II, dan III ... 68
Gambar 4.5 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar
ix
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi ... 115
Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Penelitian Siklus I ... 116
Lampiran 5 Uji Coba Instrumen Penelitian Siklus II ... 124
lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Respon Siswa ... 134
lampiran 7 Lembar Kuesioner ... 136
Lampiran 8 Lembar Observasi ... 138
Lampiran 9 Lembar Catatan Lapangan ... 139
Lampiran 10 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Guru ... 140
Lampiran 11 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa ... 141
Lampiran 12 Lembar Wawancara setelah Penelitian dengan Guru ... 142
Lampiran 13 Lembar Wawancara setelah Peneltian dengan Siswa ... 143
Lampiran 14 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, dan Taraf Kesukaran Instrumen Tes Siklus I ... 144
Lampiran 15 Instrumen Siklus I setelah Uji Validitas ... 150
Lampiran 16 Jawaban Instrumen Siklus I ... 154
Lampiran 17 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, dan Taraf Kesukaran Instrumen Tes Siklus II ... 155
x
Lampiran 22 Daftar Nilai Tes Siklus I, II dan III ... 175
Lampiran 23 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians Dan Simpangan Baku Siklus I, II, dan III ... 177
Lampiran 24 Hasil Lembar Observasi catatan lapangan pra penelitian ... 186
Lampiran 25 Hasil Lembar Observasi proses kegiatan pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 187
Lampiran 26 Hasil Catatan Lapangan ... 195
Lampiran 27 Hasil Wawancara Pra Peneltian dengan Guru ... 209
Lampiran 28 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa ... 209
Lampiran 29 Hasil Wawancara setelah penelitian dengan Guru ... 214
Lampiran 30 Hasil Wawancara setelah Penelitian dengan Siswa ... 215
Lampiran 31 Profil Sekolah ... 217
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan
apapun. Akan tetapi dengan fitrah yang dimilikinya manusia dapat
mengembangkan diri dengan ilmu pengetahuan yang akan didapatkan dalam
proses kehidupannya. Kondisi awal tersebut diisyaratkan oleh Allah SWT di
dalam firmanNya sebagai berikut:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
Pengetahuan tersebut akan didapatkan melalui proses yang disebut dengan
pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat
pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang
dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik.1
1 Udin Syaefudin Sa’ud & Abi Syamsuddin Makmun,
Pendidikan yang dimaksud tertuang dalam Undang-Undang RI No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I Pasal 1 yang berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara.”2
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif,
efektif, dan efisien dalam proses pembangunan. Kalau tidak ingin bangsa kita
kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Pembelajaran sebagai suatu proses mengandung 3 unsur yaitu tujuan
pembelajaran, pengalaman pembelajaran, dan hasil belajar. Hasil belajar
merupakan hal penting dalam pendidikan karena menjadi salah satu alat ukur
sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam memahami suatu materi. Dari hasil
pembelajaran, dapat terlihat kualitas suatu proses pembelajaran. Akan tetapi
dalam mewujudkan suatu proses pembelajaran yang berkualitas masih terdapat
faktor penghambat terutama pada mata pelajaran akuntansi. Yakni adanya
persepsi siswa yang beranggapan bahwa pelajaran akuntansi merupakan pelajaran
yang dianggap sulit ditambah dengan model pembelajaran yang diterapkan guru
kurang variatif, inovatif, dan masih bersifat monoton. Pembelajaran masih
berpusat pada guru (teacher center) bukan berpusat pada siswa (student center)
sehingga menyebabkan siswa pasif dalam pembelajaran.
Dan hal tersebut terjadi di SMK Arrahman pada siswa kelas X dimana
masih banyak siswa yang memperoleh nilai yang rendah pada mata pelajaran
akuntansi. Rendahnya nilai siswa ini dapat dilihat dari masih banyak siswa yang
nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), dimana KKM di
SMK Arrahman sebesar 60.
2 Zurinal Z dan Wahyudi Sayuti,
Ilmu Pendidikan; Pengantar & Dasar-Dasar Pendidikan,
Dari hasil penelitian awal yang dilakukan di SMK Arrahman
menunjukkan bahwa nilai ulangan harian mata pelajaran akuntansi belum
mencapai hasil yang baik, seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1
Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X SMK Arrahman
No Nilai Ulangan No Nilai Ulangan
2009 2010 2009 2010
1 20 54 9 82 47
2 80 80 10 99 70
3 32 45 11 100 34
4 43 33 12 81 20
5 64 27 13 43 82
6 79 30 14 72
7 28 60 15 40
8 23 83 Rata-rata = 59,5 51,8
Sumber: buku nilai Guru Mata Pelajaran Akuntansi Kelas X
Dari data tersebut dapat diindikasikan bahwa hasil belajar yang dicapai
belumlah optimal. Hal ini dikarenakan masih banyaknya siswa yang memperoleh
nilai ulangan harian kurang dari KKM.
Adanya nilai siswa yang masih berada di bawah KKM dalam mata
pelajaran akuntansi merupakan masalah yang serius karena mata pelajaran ini
merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional bagi
jurusan akuntansi yang menjadikan salah satu tolak ukur kelulusan siswa yang
bersangkutan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan
model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran dianggap memiliki peran
strategis dalam upaya meningkatkan hasil belajar, selain itu model pembelajaran
digunakan dengan melihat kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru diharapkan
mampu menyampaikan materi dengan tepat, dan menciptakan suatu proses
pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan baik.
Dalam mengajarkan suatu proses bahasan atau materi tertentu harus dipilih
karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan
kognitif siswa, dan sarana serta fasilitas yang tersedia. Sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Memilih model pembelajaran sudah menjadi tugas seorang guru sebagai
pelaksana pengajaran. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat
melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil
pembelajaran. Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan
relevansinya dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
Pandangan umum yang dianut adalah bahwa dalam proses pembelajaran,
pengetahuan dialihkan dari guru kepada siswa, sehingga guru lebih aktif dalam
menyampaikan informasi. Hal tersebut akan menghambat aktifitas siswa,
sehingga gagal melahirkan siswa yang mandiri dalam belajar, berpikir kritis
dalam mengahadapi suatu permasalahan, dan atau bekerja sama dalam kelompok.
Penulis menganggap perlu menanamkan pada diri siswa tentang
kebersamaan, artinya siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi
dapat bekerja sama dengan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah.
Maka bila dikaitkan hal tersebut dengan tugas seorang guru dalam memilih suatu
model pembelajaran, harus diperhatikan tentang suatu model pembelajaran yang
dapat mengatasi kecendrungan siswa yang bersifat individualistis.
Salah satu jenis model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
kelompok adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut
Jonshon & Johnson dalam Isjoni. “Cooperatif learning adalah mengelompokkan
siswa ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan
kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam
kelompok tersebut”.3
Di dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa tipe atau
teknik yang dapat dipilih, diantara yaitu: Student Team Achievment Division
3 Isjoni,
(STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI),
Rotating Trio Exchange, Numbered Head Together, dan Two Stay Two Stray.
Dikarenakan banyaknya tipe pada model pembelajaran kooperatif, penulis
memilih salah satu tipe, yaitu Rotating Trio Exchange. Pemilihan ini didasarkan
karena model pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran baik
pelajaran eksak maupun non-eksak. Akuntansi merupakan salah satu mata
pelajaran yang didalamnya terdapat materi pelajaran eksak maupun non-eksak
sehingga cocok diterapkan tipe pembelajaran kooperatif rotating trio exchange.
Dari penelitian sebelumnya pada mata pelajaran matematika yang
dilakukan oleh Pradhiko Dyah Swaradani dengan judul “Upaya Meningkatkan
Kreativitas Dalam Memecahkan Masalah Matematika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Pada Siswa Kelas
VIII A SMP Negeri 2 Gedangsari Gunungkidul Yogyakarta Tahun Ajaran
2009/2010 Dengan Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”
hasilnya menunjukkan bahwa Pembelajaran matematika melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange memberikan dampak yang
positif terhadap kreativitas dalam memecahkan masalah matematika.
Selain itu juga pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh
Harwin Fitrianingsih dengan judul “Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio
Exchange dalam Pengajaran Materi Sinopsis Novel Remaja Indonesia pada Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2010/2011” hasilnya menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange (1) proses kegiatan pembelajarannya termasuk kategori
sangat baik dengan nilai persen sebesar 88,75 %, (2) aktifitas siswa termasuk
kategori baik dengan nilai persen aktifitas siswa sebesar 77,94 %.
Berdasarkan dua penelitian sebelumnya, maka penulis ingin mengetahui
apakah model pembelajaran RTE dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran akuntansi. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian
dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Persamaan
Dasar Akuntansi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Rotating Trio
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas maka timbul
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Persepsi siswa yang beranggapan bahwa pelajaran akuntansi merupakan
pelajaran yang dianggap sulit.
2. Model pembelajaran yang diterapkan guru kurang variatif, inovatif, dan
masih bersifat monoton.
3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center) bukan berpusat
pada siswa (student center) sehingga menyebabkan siswa pasif dalam
pembelajaran.
4. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut serta mengingat luasnya permasalahan
yang ada, maka untuk mempermudah penulisan skripsi penelitian ini dibatasi
dengan menggunakan model rotating trio exchange untuk meningkatkan hasil
belajar akuntansi siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan hasil belajar
siswa pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model
pembelajaran rotating trio exchange?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Siswa, sebagai bahan motivasi belajar siswa dalam peningkatkan hasil
belajar siswa itu sendiri.
2. Guru, sebagai bahan masukan dalam pengembangan model pembelajaran
yang variatif dalam proses pembelajaran.
3. Peneliti, sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang akan melakukan
penelitian berikutnya dan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto, “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.1 Menurut Skinner yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam
bukunya Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, bahwa “Belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif”.2
R. Gagne seperti yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan
Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu:
“Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi”.3
1 Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2.
2 Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 2010), cet. 15, h. 88
3 Slameto,
Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian
belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang sekaligus menjadi indikator dari proses
belajar.
Di dalam bukunya, Slameto mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah
laku dalam belajar, yaitu:
1. Perubahan secara sadar
2. Perubahan dalam belajar terjadi secara kontinu dan fungsional
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku4
Oleh karena itu dapat diberikan gambaran bahwa belajar merupakan suatu
proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus
berlangsung seumur hidup dan belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah
laku yang bersifat relatif dan permanen serta adanya peranan kepribadian dalam
proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana, “Belajar dan mengajar sebagai suatu proses
mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pengajaran
(instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar”.5
Menurut Dimyati dan Mudjiono,
Hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu siswa dan dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi
guru, hasil belajar merupakan saat terealisasikannya bahan pelajaran.6
4 Slameto,
Belajar dan Faktro-faktor..., h. 3
5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosda, 2009), cet. 14, h. 2.
6 Dimyati dan Mudjiono,
Bloom dikutip Nana Sudjana dalam bukunya Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar memberikan klasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. 7
Menurut Nana Sudjana, “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.8 Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan
diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni seperti yang dikemukakan Muhibbin Syah
berikut ini:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.9
Sedangkan Ngalim Purwanto menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
7 Nana Sudjana,
Penilaian Hasil ..., h. 22
8 Nana Sudjana,
Penilaian Hasil..., h. 22
9 Muhibbin Syah,
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Yang termasuk kedalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. dan
2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang
termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan
motivasi sosial.10
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diberikan gambaran bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa
antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan
sedangkan faktor eksternal antara lain metode pembelajaran yang digunakan guru
dalam proses belajar mengajar.
2. Pembelajaran Akuntansi
a. Pengertian, Peranan Dan Arti Pentingnya Akuntansi
American Accounting Association mendefinisikan akuntansi sebagai
“proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut”. 11
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan transaksi
serta kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang signifikan (bermakna)
dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut.
Dalam pelaksanaannya, transaksi keuangan perusahaan yang terjadi dalam
suatu periode tertentu diproses melalui tahap-tahap kegiatan pencatatan
(recording), penggolongan (classification), pengikhtisaran (summarizing),
penyusunan laporan (reporting).
Akuntansi menyajikan informasi keuangan secara kualitatif dan relevan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemakai informasi tersebut) dalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Baik dalam mengukur keberhasilan
10 Ngalim Purwanto,
Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda, 2007), cet. 23, h. 102
11 Soemarso,
operasi perusahaan, maupun membuat rencana di masa yang akan datang.
Pimpinan perusahaan memerlukan catatan dan laporan akuntansi, dalam
menentukan sejauh mana hasil–hasil yang dicapai sesuai dengan rencana.
Penggunaan informasi akuntansi untuk mengambil keputusan tidak hanya
terbatas pada pimpinan perusahaan saja. Manajemen pun membutuhkan
informasi akuntansi untuk membantu mengevaluasi kegiatan perusahaan yang
sedang berjalan dan merencanakan kegiatan mendatang. Para penanam modal
pada suatu perusahaan memerlukan informasi mengenai status keuangan dan
prospek perusahaan di masa datang. Bank dan penyalur perlu menilai sehat
tidaknya keuangan suatu perusahaan dan menaksir besarnya risiko, sebelum
mereka memberikan pinjaman ataupun memberikan kredit barang. Lembaga
pemerintah berkepentingan dengan kegiatan keuangan suatu badan usaha untuk
tujuan perpajakan dan pengendalian lainnya. Karyawan dan serikat buruh sangat
berkepentingan pada stabilitas dan profitabilitas perusahaan di mana mereka
bekerja.
Prinsip akuntansi yang diterima umum merupakan pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan. Dengan adanya prinsip akuntansi, terdapat korelasi
pada informasi yang dihasilkan. Hal ini karena adanya suatu keseragaman cara,
metode, dan prosedur untuk mengolah transaksi-transaksi, sehingga dapat
menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya.
b. Harta, Utang, dan Modal
Harta yang dimiliki oleh suatu perusahaan disebut harta/aktiva (asset),
sedangkan hak atau klaim atas harta tersebut dinamakan hak kekayaan (equity).12
Hubungan antara hak dan hak atas kekayaan tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut.
Harta = Hak Kekayaan
atau
Assets = Equity
12 Lili M. Sadeli,
Hak kekayaan terdiri dari hak kreditur dan hak kepemilikan. Hak kreditur
menunjukkan utang (liabilities) perusahaan. Hak kekayaan pemilik modal
(capital) atau hak pemilik (owner’s equity). Apabila persamaan dasar di atas dikembangkan, yaitu dengan memasukan kedua unsur hak kekayaan dalam
persamaan, akan diperoleh apa yang disebut persamaan akuntansi (accounting
equation), seperti tampak dibawah ini:
Harta = Utang + Modal
atau
Assets = Liabilites + Capital (Owner Equity)
Penempatan utang di depan modal dalam persamaan akuntansi tersebut
karena kreditur mempunyai hak preferensi terhadap hak pemilik. Sisanya
merupakan klaim pemilik atau para pemilik yang kerapkali disebut hak kekayaan
pemilik, dengan memindahkan utang (liabilities) ke sisi ruas kiri maka persamaan
akuntansi akan tampak sebagai berikut.
Harta – Utang = Hak Kekayaan Pemilik
atau
Assets – liabilities = Capital (Owner Equity)
Persamaan tersebut haruslah dipahami benar-benar karena akan menjadi
dasar dalam mempelajari akuntansi.
3. Model Pembelajaran Koopertif (Cooperatif Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran
Sebelum dikemukakan model pembelajaran terlebih dahulu perlu
ditegaskan bahwa model pembelajaran berbeda dengan metode, strategi, teknik
ataupun taktik pembelajaran. Maka untuk mengetahui perbedaan dari
komponen-komponen tersebut, berikut akan dikemukakan pengertian dari masing-masing
komponen pembelajaran. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan
penggunaan istilah, dan adanya konsistensi dalam menggunakan istilah-istilah
tersebut.
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.13
Pendapat
lain dalam Wina Sanjaya, Kemp menjelaskan bahwa “Strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dijelaskan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”.14
Menurut Isjoni “metode pengajaran adalah alat untuk mengoperasionalkan
apa yang direncanakan dalam strategi”.15
Sedangkan menurut Wina Sanjaya,
“metodeadalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi”.16
Masih menurut Wina Sanjaya, “teknik pembelajaran adalah cara yang
dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode”.17 Sedangkan “taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan
suatu teknik atau metode tertentu”.18
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi
pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran
guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan
penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara
guru yang satu dengan guru yang lain.
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam
penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan
tekanan utama yang berbeda-beda.
Dahlan dalam Isjoni mengutarakan “Model pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 126
14 Wina Sanjaya,
Strategi Pembelajaran..., h. 126
15 Isjoni, dkk.
Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia – Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 3
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas”. 19
pendapat senada dikemukakan oleh Joice dan Weil dalam Isjoni yang menyatakan
bahwa “Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.20
Sedangkan Akhmad Sudrajat mengemukakan bahwa “Model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru”.21
Dengan demikian, dapat diberikan gambaran bahwa model pembelajaran
adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang
ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik perilaku
siswa seperti yang diharapkan.
b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Menurut Isjoni, “Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) berasal
dari kata cooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim”.22
Sedangkan menurut Jhonson, “Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di
19
Isjoni,Cooperatif Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alpabeta, 2010), cet. 4, h. 49.
20 Isjoni,
Cooperatif Learning..., h.50
21 Akhmad Sudrajat,
Pengertian Pendekatan, Strategi,
Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran, dari
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/, 12 September 2008.
22 Isjoni,
dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran
satu sama lain”.23
Menurut Robert E. Slavin “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran”.24
Cooperative learning mengandung pengertian sebagai “suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri”.25
Jadi dapat diberikan gambaran bahwa Model Pembelajaran Kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana setiap siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil.
c. Karakteristik Model Pembelajaran kooperatif
Pada dasarnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, oleh
sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam
cooperative learning, karena mereka menganggap telah terbiasa
menggunakannya. Walaupun cooperative learning terjadi dalam bentuk
kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning.
Bennet dalam Isjoni menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat
membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:
1. Positive Intedepedence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2. Interaction Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.tidak adanya penonjolan kekuatan
23 David W. Johnson, dkk.,
Colaborative Learning Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama, (Bandung: Nusa Media, 2010), cet. 1, h. 4
24
Robert E. Slavin, Cooperative Leraning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), cet. 8, h. 4.
25 Etin Solihatin dan Raharjo,
individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
3. Adanya tanggung jwab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya.
4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,
mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok). 26
d. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah
agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya
dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara berkelompok.
Pada dasarnya model cooperatif learning dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al.
Dalam Isjoni:
a. Hasil belajar akademik
Dalam cooperatif learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengn hasil belajar. Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperatif
learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain cooperatif learning adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
26 Isjoni,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga cooperatif learning adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.27
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange a. Pengertian Dan Karakteristik Tipe Rotating Trio Exchange
Terdapat banyak tipe yang dapat dipilih di dalam model pembelajaran
kooperatif. Rotating Trio Exchange salah satu tipe dalam model pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Tarmizi Ramadhan menyebut
Rotating Trio Exchange sebagai teknik merotasi pertukaran pendapat kelompok
tiga orang yaitu “merupakan cara siswa untuk mendiskusikan permasalahan
dengan beranggotakan tiga orang”.28
Sementara itu Yellis Mas’ud mengemukakan bahwa Rotating Trio Exchange adalah
Suatu metode yang di lakukan di dalam kelas yang melibatkan murid,yaitu dengan cara membagi kelompok 3 orang dan melakukan perputaran,setiap putaran guru memberi soal dan tingkat kesulitan soal berbeda-beda bagi tiap-tiap putaran kelompok tersebut,sehingga di harapkan siswa dapat memahami pelajaran yang sudah di ajarkan
dengan mudah melalui metode Rotating Trio Exchange tersebut.29
Silberman menyatakan bahwa “Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok
Tiga Orang merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan
permasalahan dengan sebagian (dan biasanya memang tidak semua) teman sekelas
27 Isjoni,
Cooperative Learning..., h. 27-28
28
Tarmizi Ramadhan, Teknik Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang,
http://tarmizi.wordpress.com/2009/01/09/teknik-merotasi-pertukaran-pendapat-kelompok-tiga-orang/, 9 Januari 2009
29Yellis Mas’ud,
Rotating Trio Exchange,
mereka. Pertukaran pendapat ini bisa diarahkan kepada materi yang akan
diajarkan di kelas”.30
Sejalan dengan hal itu, Tarmizi Ramadhan juga menyebutkan bahwa
Penerapan teknik merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang ini diyakini
dapat meningkatkan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, karena siswa
diajak untuk berpikir secara aktif dalam menyelesaikan soal dari guru. Pertukaran
pendapat ini diarahkan pada materi pelajaran (kompetensi dasar) yang akan
diajarkan di kelas.31 ini termasuk salah satu strategi model pembelajaran langsung
yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.
Dengan demikian dapat diberikan gambaran bahwa Rotating Trio
Exchange atau Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara
membagi siswa dalam kelompok beranggotakan tiga orang untuk bekerja sama
memecahkan persoalan dalam pelajaran yang diberikan guru dan dapat diterapkan
pada semua mata pelajaran.
b. Prosedur Pelaksanaan Tipe Rotating Trio Exchange
Isjoni dalam bukunya menuliskan bahwa Rotating Trio Exchange
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya. Berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya., berlawanan jarum jam. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap
pertanyaan yang telah disiapkan.32
30 Melvin Silberman,
Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa Media, 2009), cet. 3, h. 103
31
Tarmizi Ramadhan, Teknik Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang,
http://tarmizi.wordpress.com/2009/01/09/teknik-merotasi-pertukaran-pendapat-kelompok-tiga-orang/, 9 Januari 2009
32 Isjoni,
Sementara itu, Silberman secara lebih terperinci mengungkapkan prosedur
pelaksanaan Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang sebagai
berikut:
1. Susunlah beragam pertanyaan yang dapat membantu siswa memulai
diskusi tentang isi materi pelajaran.
2. Bagilah siswa menjadi kelompok tiga orang (trio). Aturlah kelompok
trio tersebut di dalam ruang kelas agar masing-masing bisa melihat dengan jelas trio yang di sisi kanan dan di sisi kirinya. Formasi kelompok-kelompok trio itu secara keseluruhan bisa berbentuk bundar atau persegi.
3. Berikan tiap trio sebuah pertanyaan pembuka (pertanyaan yang sama
untuk masing-masing trio) untuk dibahas. Pilihlah pertanyaan yang paling ringan yang telah anda susun untuk memulai pertukaran pendapat kelompok-kelompok trio itu. Dianjurkan agar tiap siswa di dalam kelompok mendapat giliran menjawab pertanyaan.
4. Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup, perintahkan
masing-masing kelompok untuk memberikan angka 0, 1, atau 2 kepada tiap-tiap anggotanya. Arahkan siswa yang bernomor 1 untuk berpindah ke kelompok trio satu searah jarum jam. Perintahkan siswa yang bernomor 2 untuk berpindah ke kelompok trio dua searah jarum jam. Perintahkan siswa yang bernomor 0 tetap di tempat duduknya karena ia adalah anggota tetap dan kelompok trio mereka. Suruh mereka mengangkat tangan tinggi-tinggi sehingga siswa yang telah berpindah bisa menemukan mereka. Hasilnya adalah komposisi kelompok trio yang sepenuhnya baru.
5. Mulailah pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru. Naikkan
tingkat kesulitan atau “tingkat ancaman” dari pertanyaan manakala anda memulai babak baru.
6. Anda bisa merotasi trio-trio itu sebanyak pertanyaan yang anda miliki
dan waktu diskusi yang tersedia. Gunakan selalu prosedur rotasi yang sama. Sebagai contoh, pada pertukaran trio sebanyak tiga rotasi, tiap
siswa akan bertemu dengan enam siswa yang lain. 33
5. Penelitian Tindakan Kelas
Dalam istilah aslinya, Penelitian Tindakan Kelas disebut dengan
Classroom Action Research yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Seorang ahli penelitian bernama McNiff dengan tegas mengatakan bahwa
“Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan
33 Melvin Silberman,
oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
pengembangan dan perbaikan pembelajaran”.34
Suharsimi mendefinisikan Penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.35
Hopkins dalam Masnur Muslich menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan
Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh
pelaku tindakan untuk menigkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap
kondisi dalam praktik pembelajaran”.36
Secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan penelitian
tindakan kelas (PTK), yakni:
1. Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan
secara sistematis, empiris, dan terkontrol.
2. Tindakan dapat diartikian sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan
oleh peneliti yakni guru.
3. Kelas, menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung.37
Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya
muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga
sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan
kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.
Penelitian Tindakan kelas dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Masalahnya berasal dari guru;
2. Tujuannya memperbaiki pembelajaran;
3. Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti
kaidah-kaidah penelitian;
34 Mohammad Asrori,
Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), cet. 2, h. 4
35 Suharsimi Arikunto, dkk.,
Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 9, h. 3
36 Masnur Muslich,
Melaksanakan PTK Itu Mudah, (Bandung: Bumi Aksara, 2009), cet. 1, h. 8
37 Wina Sanjaya,
4. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran;
5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.38
PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4
tahap seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Tahapan PTK
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis,
sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil
tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan baru sehingga perlu dilakukan
refleksi ulang. Keempat fase dari siklus dalam sebuah PTK biasa digambarkan
[image:36.595.121.518.284.642.2]sebuah spiral PTK, sebagai berikut.
Gambar 2.2 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Hopkins
Sebelum melaksanakan tindakan kelas, lebih dahulu harus disusun
langkah-langkah yang akan ditempuh agar semua komponen yang diperlukan
dapat dikelola dengan sebaik-baiknya. Langkah-langkah yang dapat ditempuh
adalah sebagai berikut.
38 Mohammad Asrori,
Penelitian Tindakan Kelas..., h. 9
Perencanaan Tindakan Observasi Merefleksi
SIKLUS I
Pengamatan Perencanaan Pengamatan Perencanaan
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi
1. Guru harus mempersiapkan diri atau berlatih tentang cara-cara melaksanakan tindakan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
3. Merumuskan contoh-contoh perintah tindakan untuk melakukan sesuatu
bagi siswa secara jelas.
4. Mempersiapkan cara mengobservasi perubahan, perbaikan, dan
peningkatan yang terjadi dalam proses pembelajaran serta hasil belajar siswa dilengkapi dengan alat observasinya.
5. Membuat skenario tentang apa yang akan dilakukan guru dan yang
dilakukan siswa dalam melakukan tindakan yang telah direncanakan.39
Pada akhir setelah selesai pelaksanaan tindakan, dilakukan pengamatan
atau pengukuran atau hasil dari tindakan tersebut. Hasil pengukuran ini kemudian
dibandingkan dengan gambaran keadaan awal yang telah dimilikinya. Jika terjadi
peningkatan yang meyakinkan sebagaimana yang diharapkan, berarti tindakan
yang dilaksanakan itu tepat sebagai cara pemecahan masalah melalui penelitian
tindakan kelas yang telah dilakukan.
B. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu penting peneliti sampaikan sebagai bahan
perbandingan dan rujukan. Telah banyak penelitian tentang Model Pembelajaran
Kooperatif dengan berbagai tipe dalam Mata Pelajaran Akuntansi yang berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut ini Penelitian tentang model
pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran akuntansi yang dapat dilihat dalam
table 2.1.
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama/Tahun Judul Hasil Penelitian
1. Nailis Sa adah/
2011
Efektifitas Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share Dengan
Media Compact Disk (CD)
Hasil penelitian diperoleh
bahwa model pembelajaran
think pair share dengan media
CD lebih efektif dibandingkan
39 Mohammad Asrori,
Terhadap Hasil Belajar
Akuntansi Siswa Di SMK
Taman Siswa Kudus
dengan menggunakan model
konvensional berbantuan modul
untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di SMK Taman
Siswa Kudus. Hal ini
dikarenakan penggunaan waktu
yang hemat serta tidak
membutuhkan tenaga yang
cukup banyak dalam
penyampaian materi.
2. Setiawan
budhi
prayitno/2008
Efektifitas penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap hasil belajar
pokok bahasan faktor-faktor
produksi pada siswa kelas XI
program akuntansi SMK
Antonius semarang tahun
2007/2008
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan
penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw maka
hasil belajar dan keaktifan
siswa dalam pembelajaran
untuk pokok bahasan
faktor-faktor produksi pada siswa
kelas XI SMK Antonius
Semarang tahun 2007/ 2008
dapat meningkat. Ini dibuktikan
dari hasil uji beda (t-test) yaitu
besarnya t hitung 0.2799
dengan probabilitas 0.007.
Karena probabilitas lebih kecil
dari 0.05 berarti bahwa terdapat
perbedaan antara nilai siswa
pada kelas ekperimen dengan
menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe
menggunakan metode
pembelajaran konvensional.
3. Mika
Prihastuti/2011
Efektivitas Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Teams
Achievement Division)
Menggunakan Media VCD
Terhadap Hasil Belajar Siswa
Mata Pelajaran akuntansi
Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Pegandon Kabupaten Kendal
Tahun Pelajaran 2010/2011
Hasil uji t menunjukkan
rata-rata hasil belajar siswa yang
diberi perlakuan dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams
Achievement Division)
menggunakan media VCD
lebih baik daripada yang diberi
perlakuan dengan metode
pembelajaran ceramah. Hasil
belajar untuk kelas eksperimen
meningkat 27,69 atau 34,12%
dan hasil belajar untuk kelas
kontrol meningkat 18,21 atau
24,43%.
C. Kerangka Pikir
Dalam upaya pengoptimalan pendidikan di Indonesia, semua pihak yang
terlibat dalam dunia pendidikan tentu harus berperan serta. Salah satu unsur di
dalam dunia pendidikan adalah seorang guru yang mempunyai tanggung jawab
besar di dalam proses pembelajaran. Setiap guru pasti berharap bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan akan mencapai hasil yang baik.
Nana Sudjana mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan keseluruhan pola perilaku baik yang kognitif, afektif, maupun psikomotor yang
diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar”.40
Namun sering terjadi kesenjangan antara hasil belajar siswa yang
diharapkan dengan kenyataan yang terjadi bahwa proses pengajaran yang telah
40 Nana Sudjana,
dilakukan tidak menunjukkan keberhasilan. Dengan kata lain, di dalam proses
belajar mengajar terdapat kendala-kendala yang dapat menyebabkan hasil belajar
tidak sesuai dengan yang diharapkan atau kegagalan dalam proses belajar
mengajar. Nana Sudjana mengemukakan bahwa kegagalan para siswa dalam hasil
belajar bisa disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya.
Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan hasil belajar perlu
mempertimbangkan cara pengajaran yang dilakukan oleh guru. Metode
pembelajaran merupakan bagian dari sebuah model pembelajaran. Dengan kata
lain, metode pembelajaran akan dikemas lagi dalam suatu model pembelajaran.
Ketika berbicara mengenai model pembelajaran. Banyak faktor yang harus
diperhatikan, diantaranya:
a. Tujuan pengajaran yang akan dicapai
b. Materi pelajaran
c. Sarana dan prasarana
d. Karakteristik siswa
e. Kebiasaan/kapabilitas guru (kemampuan dan kemauan guru)
f. Waktu yang tersedia untuk melaksanakan proses belajar mengajar
Selain itu, untuk memilih model yang tepat, perlu juga diperhatikan
relevansinya dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam penerapannya,
model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena
masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama
yang berbeda-beda.
Salah satu model yang dipilih adalah pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Dari penelitian-penelitian terdahulu, model pembelajaran kooperatif
rotating trio exchange umumnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah
satu penelitian mengenai rotating trio exchange pada pelajaran Bahasa Indonesia
dilakukan oleh Harwin Fitrianingsih dengan judul “Pembelajaran Kooperatif Tipe
Rotating Trio Exchange dalam Pengajaran Materi Sinopsis Novel Remaja Indonesia pada Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 1 Talang Kabupaten
pembelajarannya termasuk kategori sangat baik dengan nilai persen sebesar 88,75
%, (2) aktifitas siswa termasuk kategori baik dengan nilai persen aktifitas siswa
sebesar 77,94 %.
Rotating Trio Exchange merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Kelebihan dari tipe
ini yaitu anggota kelompok yang berjumlah tiga orang (trio) memungkinkan kerja
sama dan koordinasi yang terjalin dalam satu kelompok terjadi secara optimal.
Selain itu, dalam tipe Rotating Trio Exchange ini, terjadi dua atau tiga kali
pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok yang kedua dan ketiga terjadi
karena perputaran anggota kelompok, sehingga siswa dituntut untuk dapat bekerja
sama dengan siapa pun di dalam kelasnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
tindakan kelas. Seperti yang telah dikemukakan pada bahasan sebelumnya oleh
Suharsimi dan Hopkins mengenai pengertian penelitian tindakan kelas. Jadi dapat
diberikan gambaran bahwa PTK merupakan suatu penelitian yang akar
permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang
bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang
peneliti. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi yang terjadi dalam setiap siklus. Pada saat siklus
pertama hasil pembelajaran belum tercapai akan dilanjut ke siklus kedua hingga
hasil yang diharapkan tercapai.
Penelitian tindakan kelas ini dibutuhkan adanya kerja sama antara guru
dan siswa. Dimana, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan
memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan siswa. Sedangkan siswa, diposisikan sebagai
subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses
belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh, bahkan secara
Setelah adanya proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran rotating trio exchange yang dilakukan dengan tindakan kelas dan
kerja sama yang baik antara guru dan siswa diharapkan hasil belajar siswa
meningkat. Maka dari uraian tersebut, dapat digambarkan alur kerangka berpikir
[image:42.595.115.520.140.679.2]sistematik yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.3 kerangka pikir
Hasil belajar kurang
Kegagalan dalam proses belajar mengajar
Model pembelajaran rotating trio exchange
Guru Siswa
Hasil belajar meningkat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Keterangan:
: siklus inti : pendukung
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan dapat dibuat
berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya dalam sebuah
penelitian. Adapun hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“Terdapat Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep persamaan dasar
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012
mulai bulan Juli – September 2011 dengan lokasi penelitian di SMK Arrahman
Bintaro. Jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel
[image:44.595.112.523.89.586.2]berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt
Persiapan dan perencanaan √ √ √
Observasi (studi lapangan) √
Kegiatan penelitian √ √ √
Analisis data √ √
Laporan penelitian √
Sidang Munaqosah √ √
Revisi skripsi √ √
B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
berdasarkan pada permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan secara partisipan, yaitu peneliti berperan sebagai
pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan
pelaksana tindakan. Kondisi ini dimaksudkan agar memudahkan peneliti saat
pengumpulan data sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan beberapa siklus,
dimana menurut Kemmis dan McTaggart tiap siklus terdiri dari empat komponen,
yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Tindakan (Action)
3. Pengamatan (Observation)
4. Refleksi (Reflecting) 1
Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
digambarkan sebagai berikut:
1 Mohammad Asrori,
Tabel 3.2 Desain Penelitian
SIKLUS I SIKLUS II
Catatan: Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
C. Setting/Subjek Penelitian
Setting atau lokasi penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah SMK
Arrahman Bintaro. Kelas X dengan jumlah 24 siswa, pada mata pelajaran
Akuntansi pokok bahasan Persamaan Dasar Akuntansi semester I Tahun ajaran
2011/2012.
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran
sebagai guru bidang studi akuntansi. untuk observasi pada saat proses
pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru bidang studi
akuntansi kemudian evaluasi dan refleksi dilakukan secara bersama-sama antara
peneliti dan observer.
Permasalahan
kurangnya pemahaman siswa tentang akuntansi
Permasalahan Baru
hasil refleksi I
Perencanaan tindakan I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ pengumpulan data
Refleksi I
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan/ pengumpulan data