• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran rotating trio exchange ( penelitian tindakan kelas di kelas X SMK Arrahman Bintaro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran rotating trio exchange ( penelitian tindakan kelas di kelas X SMK Arrahman Bintaro)"

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

ROTATING TRIO EXCHANGE

(

Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X SMK Arrahman Bintaro )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

LIA MULYANINGSIH

NIM: 107015000694

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Pembelajaran Rotating Trio Exchange”, Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model

pembelajaran rotating trio exchange. Penelitian ini dilakukan di SMK Arrahman

Bintaro Tahun Ajaran 2011/2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar

observasi proses pembelajaran, catatan lapangan, wawancara, dokumentasi, dan tes soal.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran menggunakan model

rotating trio exchange dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X

SMK Arrahaman Bintaro. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata

hasil belajar siswa siklus I dengan nilai 63, siklus II dengan nilai 68,25, dan siklus III dengan nilai 82,08.

Secara umum kesimpulan penelitian ini adalah hasil belajar akuntansi siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran rotating trio exchange.

(6)

ii

Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, 2011.

The purpose of this study was to determine the increase in student learning outcomes in the basic equation of accounting concepts using learning models rotating trio of exchange. The research was conducted at SMK Arrahman Bintaro academic year 2011/2012.

The method used in this study is Action Research Class, which consists of four stages, the first is planning, second is implementation, third is observation, and the fourth is reflection. The research instrument used was the observation sheet the learning process, field notes, interviews, documentation, and test questions. The results revealed that learning to use the model rotating trio of exchange can improve learning outcomes of accounting students in class X SMK Arrahman Bintaro. This is evidenced by an increase in the average student learning outcomes with cycle I a value of 63, cycles II with a value of 68.25, and cycle III with a value of 82.08.

Generally conclusion of this study is the result of accounting students' learning can be enhanced through learning models rotating trio of exchange.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPS pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat

terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Bapak. Drs. H. Nurochim, MM. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Ulfah Fajarini, M.Si sebagai dosen penasehat akademik yang memberikan

arahan dan bimbingannya selama masa kuliah.

5. Bapak Drs. Banadjid, selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Tri Harjawati, S.Pd, M.Si selaku pembimbing II yang selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPS.

8. H. Rachman Husein, S.Hi selaku kepala SMK Arrahman yang telah banyak

membantu penulis selama penelitian berlangsung.

9. Bapak Abdul Ghofur, S.Pd.i selaku guru pamong tempat penulis mengadakan

penelitian.

10. Ayahanda (Munawir) dan ibunda (Lili Rosliani) tercinta yang senantiasa memberikan

motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Adik-adikku (Adam Ramdani dan Annisa) tercinta yang senantiasa memberikan

(8)

iv

pendidikan IPS angkatan 2007, khususnya kelas A, semoga kebersamaan kita

menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan di masa mendatang.

14. Spesial untuk masku yang selalu memberi support dan motivasi serta waktu selama

penulis menyelesaikan skripsi dan keluarga yang telah banyak mendoakan.

15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi serta

pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang

diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, Oktober 2011

(9)

v

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ... 8

1. Hasil Belajar ... 8

2. Pembelajaran Akuntansi ... . 11

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange ... 18

5. Penelitian Tindakan Kelas ... 20

(10)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 30

C. Setting/Subjek Penelitian ... 32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 32

E. Tahap Intervensi Tindakan ... 33

F. Hasil Intervesi Tindakan Yang Diharapkan ... 35

G. Data dan Sumber Data ... 36

H. Teknik Pengumpulan Data ... 36

I. Instrumen Penelitian ... 36

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 38

K. Interpretasi Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... . 40

L. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 41

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ... 43

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 65

C. Analisis Data ... 67

D. Interpretasi Hasil Analisis ... 78

E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

(11)

vii

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian ... 30

Tabel 3.2 Desain penelitian ... 32

Tabel 3.3 Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan ... 33

Tabel 3.4 Tahap Penelitian Siklus I ... 33

Tabel 3.5 Tahap Penelitian Siklus II ... 34

Tabel 3.6 Data dan Sumber Data ... 36

Tabel 4.1 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus I ... 53

Tabel 4.2 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus II ... 59

Tabel 4.3 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus III ... 64

Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Akuntansi Siswa Siklus I, II, dan III ... 67

Tabel 4.5 Ketertarikan Siswa Terhadap Mata Pelajaran ... 69

Tabel 4.6 Pemahaman Materi Akuntansi ... 70

Tabel 4.7 Kreativitas Guru dalam Pembelajaran ... 71

Tabel 4.8 Kompetensi Siswa ... 71

Tabel 4.9 Ketertarikan Siswa dengan Model Rotating Trio Exchange ... 72

Tabel 4.10 Ketertarikan Model Pembelajaran ... 73

Tabel 4.11 Ketertarikan Model Terhadap Motivasi Siswa ... 73

Tabel 4.12 Minat dan Perhatian Siswa ... 74

Tabel 4.13 Ketertarikan Model Pembelajaran ... 75

Tabel 4.14 Keterarikan Model terhadap Suasana Belajar ... 75

Tabel 4.15 Ketertarikan Siswa Dalam Kelompok ... 76

Tabel 4.16 Keterampilan Model dalam Kelompok ... 77

Tabel 4.17 Kompetisi Kelompok ... 77

Tabel 4.18 Respon Belajar Siswa ... 78

(12)

viii

Gambar 2.3 Kerangka pikir ... 23

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar

(Post test) Siklus I ... 54

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar

(Post test) Siklus II ... 60

Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar

(Post test) Siklus III ... 65

Gambar 4.4 Histogram Nilai Tes Hasil Belajar (Post Test)

Siklus I,II, dan III ... 68

Gambar 4.5 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar

(13)

ix

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi ... 115

Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Penelitian Siklus I ... 116

Lampiran 5 Uji Coba Instrumen Penelitian Siklus II ... 124

lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Respon Siswa ... 134

lampiran 7 Lembar Kuesioner ... 136

Lampiran 8 Lembar Observasi ... 138

Lampiran 9 Lembar Catatan Lapangan ... 139

Lampiran 10 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Guru ... 140

Lampiran 11 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa ... 141

Lampiran 12 Lembar Wawancara setelah Penelitian dengan Guru ... 142

Lampiran 13 Lembar Wawancara setelah Peneltian dengan Siswa ... 143

Lampiran 14 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, dan Taraf Kesukaran Instrumen Tes Siklus I ... 144

Lampiran 15 Instrumen Siklus I setelah Uji Validitas ... 150

Lampiran 16 Jawaban Instrumen Siklus I ... 154

Lampiran 17 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, dan Taraf Kesukaran Instrumen Tes Siklus II ... 155

(14)

x

Lampiran 22 Daftar Nilai Tes Siklus I, II dan III ... 175

Lampiran 23 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians Dan Simpangan Baku Siklus I, II, dan III ... 177

Lampiran 24 Hasil Lembar Observasi catatan lapangan pra penelitian ... 186

Lampiran 25 Hasil Lembar Observasi proses kegiatan pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 187

Lampiran 26 Hasil Catatan Lapangan ... 195

Lampiran 27 Hasil Wawancara Pra Peneltian dengan Guru ... 209

Lampiran 28 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa ... 209

Lampiran 29 Hasil Wawancara setelah penelitian dengan Guru ... 214

Lampiran 30 Hasil Wawancara setelah Penelitian dengan Siswa ... 215

Lampiran 31 Profil Sekolah ... 217

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan

apapun. Akan tetapi dengan fitrah yang dimilikinya manusia dapat

mengembangkan diri dengan ilmu pengetahuan yang akan didapatkan dalam

proses kehidupannya. Kondisi awal tersebut diisyaratkan oleh Allah SWT di

dalam firmanNya sebagai berikut:

 







 

















Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan

hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. Al-Mujadilah: 11)

Pengetahuan tersebut akan didapatkan melalui proses yang disebut dengan

pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat

pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang

dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik.1

1 Udin Syaefudin Sa’ud & Abi Syamsuddin Makmun,

(16)

Pendidikan yang dimaksud tertuang dalam Undang-Undang RI No.20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I Pasal 1 yang berbunyi:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat bangsa dan negara.”2

Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia

merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif,

efektif, dan efisien dalam proses pembangunan. Kalau tidak ingin bangsa kita

kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.

Pembelajaran sebagai suatu proses mengandung 3 unsur yaitu tujuan

pembelajaran, pengalaman pembelajaran, dan hasil belajar. Hasil belajar

merupakan hal penting dalam pendidikan karena menjadi salah satu alat ukur

sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam memahami suatu materi. Dari hasil

pembelajaran, dapat terlihat kualitas suatu proses pembelajaran. Akan tetapi

dalam mewujudkan suatu proses pembelajaran yang berkualitas masih terdapat

faktor penghambat terutama pada mata pelajaran akuntansi. Yakni adanya

persepsi siswa yang beranggapan bahwa pelajaran akuntansi merupakan pelajaran

yang dianggap sulit ditambah dengan model pembelajaran yang diterapkan guru

kurang variatif, inovatif, dan masih bersifat monoton. Pembelajaran masih

berpusat pada guru (teacher center) bukan berpusat pada siswa (student center)

sehingga menyebabkan siswa pasif dalam pembelajaran.

Dan hal tersebut terjadi di SMK Arrahman pada siswa kelas X dimana

masih banyak siswa yang memperoleh nilai yang rendah pada mata pelajaran

akuntansi. Rendahnya nilai siswa ini dapat dilihat dari masih banyak siswa yang

nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), dimana KKM di

SMK Arrahman sebesar 60.

2 Zurinal Z dan Wahyudi Sayuti,

Ilmu Pendidikan; Pengantar & Dasar-Dasar Pendidikan,

(17)

Dari hasil penelitian awal yang dilakukan di SMK Arrahman

menunjukkan bahwa nilai ulangan harian mata pelajaran akuntansi belum

mencapai hasil yang baik, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X SMK Arrahman

No Nilai Ulangan No Nilai Ulangan

2009 2010 2009 2010

1 20 54 9 82 47

2 80 80 10 99 70

3 32 45 11 100 34

4 43 33 12 81 20

5 64 27 13 43 82

6 79 30 14 72

7 28 60 15 40

8 23 83 Rata-rata = 59,5 51,8

Sumber: buku nilai Guru Mata Pelajaran Akuntansi Kelas X

Dari data tersebut dapat diindikasikan bahwa hasil belajar yang dicapai

belumlah optimal. Hal ini dikarenakan masih banyaknya siswa yang memperoleh

nilai ulangan harian kurang dari KKM.

Adanya nilai siswa yang masih berada di bawah KKM dalam mata

pelajaran akuntansi merupakan masalah yang serius karena mata pelajaran ini

merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional bagi

jurusan akuntansi yang menjadikan salah satu tolak ukur kelulusan siswa yang

bersangkutan.

Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan

model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran dianggap memiliki peran

strategis dalam upaya meningkatkan hasil belajar, selain itu model pembelajaran

digunakan dengan melihat kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru diharapkan

mampu menyampaikan materi dengan tepat, dan menciptakan suatu proses

pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan baik.

Dalam mengajarkan suatu proses bahasan atau materi tertentu harus dipilih

(18)

karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki

pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan

kognitif siswa, dan sarana serta fasilitas yang tersedia. Sehingga tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Memilih model pembelajaran sudah menjadi tugas seorang guru sebagai

pelaksana pengajaran. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat

melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil

pembelajaran. Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan

relevansinya dengan pencapaian tujuan pembelajaran.

Pandangan umum yang dianut adalah bahwa dalam proses pembelajaran,

pengetahuan dialihkan dari guru kepada siswa, sehingga guru lebih aktif dalam

menyampaikan informasi. Hal tersebut akan menghambat aktifitas siswa,

sehingga gagal melahirkan siswa yang mandiri dalam belajar, berpikir kritis

dalam mengahadapi suatu permasalahan, dan atau bekerja sama dalam kelompok.

Penulis menganggap perlu menanamkan pada diri siswa tentang

kebersamaan, artinya siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi

dapat bekerja sama dengan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah.

Maka bila dikaitkan hal tersebut dengan tugas seorang guru dalam memilih suatu

model pembelajaran, harus diperhatikan tentang suatu model pembelajaran yang

dapat mengatasi kecendrungan siswa yang bersifat individualistis.

Salah satu jenis model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama

kelompok adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut

Jonshon & Johnson dalam Isjoni. “Cooperatif learning adalah mengelompokkan

siswa ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan

kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam

kelompok tersebut”.3

Di dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa tipe atau

teknik yang dapat dipilih, diantara yaitu: Student Team Achievment Division

3 Isjoni,

(19)

(STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI),

Rotating Trio Exchange, Numbered Head Together, dan Two Stay Two Stray.

Dikarenakan banyaknya tipe pada model pembelajaran kooperatif, penulis

memilih salah satu tipe, yaitu Rotating Trio Exchange. Pemilihan ini didasarkan

karena model pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran baik

pelajaran eksak maupun non-eksak. Akuntansi merupakan salah satu mata

pelajaran yang didalamnya terdapat materi pelajaran eksak maupun non-eksak

sehingga cocok diterapkan tipe pembelajaran kooperatif rotating trio exchange.

Dari penelitian sebelumnya pada mata pelajaran matematika yang

dilakukan oleh Pradhiko Dyah Swaradani dengan judul “Upaya Meningkatkan

Kreativitas Dalam Memecahkan Masalah Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Pada Siswa Kelas

VIII A SMP Negeri 2 Gedangsari Gunungkidul Yogyakarta Tahun Ajaran

2009/2010 Dengan Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”

hasilnya menunjukkan bahwa Pembelajaran matematika melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange memberikan dampak yang

positif terhadap kreativitas dalam memecahkan masalah matematika.

Selain itu juga pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh

Harwin Fitrianingsih dengan judul Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio

Exchange dalam Pengajaran Materi Sinopsis Novel Remaja Indonesia pada Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran

2010/2011” hasilnya menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange (1) proses kegiatan pembelajarannya termasuk kategori

sangat baik dengan nilai persen sebesar 88,75 %, (2) aktifitas siswa termasuk

kategori baik dengan nilai persen aktifitas siswa sebesar 77,94 %.

Berdasarkan dua penelitian sebelumnya, maka penulis ingin mengetahui

apakah model pembelajaran RTE dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran akuntansi. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian

dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Persamaan

Dasar Akuntansi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Rotating Trio

(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas maka timbul

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Persepsi siswa yang beranggapan bahwa pelajaran akuntansi merupakan

pelajaran yang dianggap sulit.

2. Model pembelajaran yang diterapkan guru kurang variatif, inovatif, dan

masih bersifat monoton.

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center) bukan berpusat

pada siswa (student center) sehingga menyebabkan siswa pasif dalam

pembelajaran.

4. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut serta mengingat luasnya permasalahan

yang ada, maka untuk mempermudah penulisan skripsi penelitian ini dibatasi

dengan menggunakan model rotating trio exchange untuk meningkatkan hasil

belajar akuntansi siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang diteliti

dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan hasil belajar

siswa pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model

pembelajaran rotating trio exchange?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model

(21)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Siswa, sebagai bahan motivasi belajar siswa dalam peningkatkan hasil

belajar siswa itu sendiri.

2. Guru, sebagai bahan masukan dalam pengembangan model pembelajaran

yang variatif dalam proses pembelajaran.

3. Peneliti, sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang akan melakukan

penelitian berikutnya dan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk

(22)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto, “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.1 Menurut Skinner yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam

bukunya Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, bahwa “Belajar adalah

suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara

progresif”.2

R. Gagne seperti yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan

Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu:

“Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi”.3

1 Slameto,

Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2.

2 Muhibbin Syah,

Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 2010), cet. 15, h. 88

3 Slameto,

(23)

Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian

belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang sekaligus menjadi indikator dari proses

belajar.

Di dalam bukunya, Slameto mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah

laku dalam belajar, yaitu:

1. Perubahan secara sadar

2. Perubahan dalam belajar terjadi secara kontinu dan fungsional

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku4

Oleh karena itu dapat diberikan gambaran bahwa belajar merupakan suatu

proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus

berlangsung seumur hidup dan belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah

laku yang bersifat relatif dan permanen serta adanya peranan kepribadian dalam

proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana, “Belajar dan mengajar sebagai suatu proses

mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pengajaran

(instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar”.5

Menurut Dimyati dan Mudjiono,

Hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu siswa dan dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi

guru, hasil belajar merupakan saat terealisasikannya bahan pelajaran.6

4 Slameto,

Belajar dan Faktro-faktor..., h. 3

5

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosda, 2009), cet. 14, h. 2.

6 Dimyati dan Mudjiono,

(24)

Bloom dikutip Nana Sudjana dalam bukunya Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar memberikan klasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak. 7

Menurut Nana Sudjana, “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.8 Hasil belajar digunakan oleh

guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan

diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yakni seperti yang dikemukakan Muhibbin Syah

berikut ini:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.9

Sedangkan Ngalim Purwanto menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

7 Nana Sudjana,

Penilaian Hasil ..., h. 22

8 Nana Sudjana,

Penilaian Hasil..., h. 22

9 Muhibbin Syah,

(25)

1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Yang termasuk kedalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. dan

2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang

termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan

motivasi sosial.10

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diberikan gambaran bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa

antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan

sedangkan faktor eksternal antara lain metode pembelajaran yang digunakan guru

dalam proses belajar mengajar.

2. Pembelajaran Akuntansi

a. Pengertian, Peranan Dan Arti Pentingnya Akuntansi

American Accounting Association mendefinisikan akuntansi sebagai

“proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka

yang menggunakan informasi tersebut”. 11

Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan transaksi

serta kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang signifikan (bermakna)

dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut.

Dalam pelaksanaannya, transaksi keuangan perusahaan yang terjadi dalam

suatu periode tertentu diproses melalui tahap-tahap kegiatan pencatatan

(recording), penggolongan (classification), pengikhtisaran (summarizing),

penyusunan laporan (reporting).

Akuntansi menyajikan informasi keuangan secara kualitatif dan relevan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemakai informasi tersebut) dalam

pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Baik dalam mengukur keberhasilan

10 Ngalim Purwanto,

Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda, 2007), cet. 23, h. 102

11 Soemarso,

(26)

operasi perusahaan, maupun membuat rencana di masa yang akan datang.

Pimpinan perusahaan memerlukan catatan dan laporan akuntansi, dalam

menentukan sejauh mana hasil–hasil yang dicapai sesuai dengan rencana.

Penggunaan informasi akuntansi untuk mengambil keputusan tidak hanya

terbatas pada pimpinan perusahaan saja. Manajemen pun membutuhkan

informasi akuntansi untuk membantu mengevaluasi kegiatan perusahaan yang

sedang berjalan dan merencanakan kegiatan mendatang. Para penanam modal

pada suatu perusahaan memerlukan informasi mengenai status keuangan dan

prospek perusahaan di masa datang. Bank dan penyalur perlu menilai sehat

tidaknya keuangan suatu perusahaan dan menaksir besarnya risiko, sebelum

mereka memberikan pinjaman ataupun memberikan kredit barang. Lembaga

pemerintah berkepentingan dengan kegiatan keuangan suatu badan usaha untuk

tujuan perpajakan dan pengendalian lainnya. Karyawan dan serikat buruh sangat

berkepentingan pada stabilitas dan profitabilitas perusahaan di mana mereka

bekerja.

Prinsip akuntansi yang diterima umum merupakan pedoman dalam

penyusunan laporan keuangan. Dengan adanya prinsip akuntansi, terdapat korelasi

pada informasi yang dihasilkan. Hal ini karena adanya suatu keseragaman cara,

metode, dan prosedur untuk mengolah transaksi-transaksi, sehingga dapat

menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya.

b. Harta, Utang, dan Modal

Harta yang dimiliki oleh suatu perusahaan disebut harta/aktiva (asset),

sedangkan hak atau klaim atas harta tersebut dinamakan hak kekayaan (equity).12

Hubungan antara hak dan hak atas kekayaan tersebut dapat dinyatakan dalam

bentuk persamaan sebagai berikut.

Harta = Hak Kekayaan

atau

Assets = Equity

12 Lili M. Sadeli,

(27)

Hak kekayaan terdiri dari hak kreditur dan hak kepemilikan. Hak kreditur

menunjukkan utang (liabilities) perusahaan. Hak kekayaan pemilik modal

(capital) atau hak pemilik (owner’s equity). Apabila persamaan dasar di atas dikembangkan, yaitu dengan memasukan kedua unsur hak kekayaan dalam

persamaan, akan diperoleh apa yang disebut persamaan akuntansi (accounting

equation), seperti tampak dibawah ini:

Harta = Utang + Modal

atau

Assets = Liabilites + Capital (Owner Equity)

Penempatan utang di depan modal dalam persamaan akuntansi tersebut

karena kreditur mempunyai hak preferensi terhadap hak pemilik. Sisanya

merupakan klaim pemilik atau para pemilik yang kerapkali disebut hak kekayaan

pemilik, dengan memindahkan utang (liabilities) ke sisi ruas kiri maka persamaan

akuntansi akan tampak sebagai berikut.

Harta – Utang = Hak Kekayaan Pemilik

atau

Assets liabilities = Capital (Owner Equity)

Persamaan tersebut haruslah dipahami benar-benar karena akan menjadi

dasar dalam mempelajari akuntansi.

3. Model Pembelajaran Koopertif (Cooperatif Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum dikemukakan model pembelajaran terlebih dahulu perlu

ditegaskan bahwa model pembelajaran berbeda dengan metode, strategi, teknik

ataupun taktik pembelajaran. Maka untuk mengetahui perbedaan dari

komponen-komponen tersebut, berikut akan dikemukakan pengertian dari masing-masing

komponen pembelajaran. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan

penggunaan istilah, dan adanya konsistensi dalam menggunakan istilah-istilah

tersebut.

(28)

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.13

Pendapat

lain dalam Wina Sanjaya, Kemp menjelaskan bahwa “Strategi pembelajaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dijelaskan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”.14

Menurut Isjoni “metode pengajaran adalah alat untuk mengoperasionalkan

apa yang direncanakan dalam strategi”.15

Sedangkan menurut Wina Sanjaya,

“metodeadalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi”.16

Masih menurut Wina Sanjaya, “teknik pembelajaran adalah cara yang

dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode”.17 Sedangkan “taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan

suatu teknik atau metode tertentu”.18

Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi

pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang

digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan

berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran

guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan

penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara

guru yang satu dengan guru yang lain.

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan

pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam

penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan

siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan

tekanan utama yang berbeda-beda.

Dahlan dalam Isjoni mengutarakan “Model pembelajaran dapat diartikan

sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,

13

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 126

14 Wina Sanjaya,

Strategi Pembelajaran..., h. 126

15 Isjoni, dkk.

Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia – Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 3

(29)

mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas”. 19

pendapat senada dikemukakan oleh Joice dan Weil dalam Isjoni yang menyatakan

bahwa “Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah

direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,

mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.20

Sedangkan Akhmad Sudrajat mengemukakan bahwa “Model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan

teknik pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas

oleh guru”.21

Dengan demikian, dapat diberikan gambaran bahwa model pembelajaran

adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang

ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik perilaku

siswa seperti yang diharapkan.

b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Menurut Isjoni, “Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) berasal

dari kata cooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu

tim”.22

Sedangkan menurut Jhonson, “Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di

19

Isjoni,Cooperatif Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alpabeta, 2010), cet. 4, h. 49.

20 Isjoni,

Cooperatif Learning..., h.50

21 Akhmad Sudrajat,

Pengertian Pendekatan, Strategi,

Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran, dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/, 12 September 2008.

22 Isjoni,

(30)

dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran

satu sama lain”.23

Menurut Robert E. Slavin “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari

materi pelajaran”.24

Cooperative learning mengandung pengertian sebagai “suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur

kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih

dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota

kelompok itu sendiri”.25

Jadi dapat diberikan gambaran bahwa Model Pembelajaran Kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana setiap siswa belajar dalam

kelompok-kelompok kecil.

c. Karakteristik Model Pembelajaran kooperatif

Pada dasarnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, oleh

sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam

cooperative learning, karena mereka menganggap telah terbiasa

menggunakannya. Walaupun cooperative learning terjadi dalam bentuk

kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning.

Bennet dalam Isjoni menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat

membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:

1. Positive Intedepedence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

2. Interaction Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.tidak adanya penonjolan kekuatan

23 David W. Johnson, dkk.,

Colaborative Learning Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama, (Bandung: Nusa Media, 2010), cet. 1, h. 4

24

Robert E. Slavin, Cooperative Leraning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), cet. 8, h. 4.

25 Etin Solihatin dan Raharjo,

(31)

individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.

3. Adanya tanggung jwab pribadi mengenai materi pelajaran dalam

anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya.

4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,

mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah

(proses kelompok). 26

d. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah

agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya

dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada

orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat

mereka secara berkelompok.

Pada dasarnya model cooperatif learning dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al.

Dalam Isjoni:

a. Hasil belajar akademik

Dalam cooperatif learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial,

juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengn hasil belajar. Di samping

mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperatif

learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain cooperatif learning adalah penerimaan secara luas dari

orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

26 Isjoni,

(32)

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga cooperatif learning adalah mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak

muda masih kurang dalam keterampilan sosial.27

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange a. Pengertian Dan Karakteristik Tipe Rotating Trio Exchange

Terdapat banyak tipe yang dapat dipilih di dalam model pembelajaran

kooperatif. Rotating Trio Exchange salah satu tipe dalam model pembelajaran

kooperatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Tarmizi Ramadhan menyebut

Rotating Trio Exchange sebagai teknik merotasi pertukaran pendapat kelompok

tiga orang yaitu “merupakan cara siswa untuk mendiskusikan permasalahan

dengan beranggotakan tiga orang”.28

Sementara itu Yellis Mas’ud mengemukakan bahwa Rotating Trio Exchange adalah

Suatu metode yang di lakukan di dalam kelas yang melibatkan murid,yaitu dengan cara membagi kelompok 3 orang dan melakukan perputaran,setiap putaran guru memberi soal dan tingkat kesulitan soal berbeda-beda bagi tiap-tiap putaran kelompok tersebut,sehingga di harapkan siswa dapat memahami pelajaran yang sudah di ajarkan

dengan mudah melalui metode Rotating Trio Exchange tersebut.29

Silberman menyatakan bahwa “Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok

Tiga Orang merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan

permasalahan dengan sebagian (dan biasanya memang tidak semua) teman sekelas

27 Isjoni,

Cooperative Learning..., h. 27-28

28

Tarmizi Ramadhan, Teknik Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang,

http://tarmizi.wordpress.com/2009/01/09/teknik-merotasi-pertukaran-pendapat-kelompok-tiga-orang/, 9 Januari 2009

29Yellis Mas’ud,

Rotating Trio Exchange,

(33)

mereka. Pertukaran pendapat ini bisa diarahkan kepada materi yang akan

diajarkan di kelas”.30

Sejalan dengan hal itu, Tarmizi Ramadhan juga menyebutkan bahwa

Penerapan teknik merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang ini diyakini

dapat meningkatkan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, karena siswa

diajak untuk berpikir secara aktif dalam menyelesaikan soal dari guru. Pertukaran

pendapat ini diarahkan pada materi pelajaran (kompetensi dasar) yang akan

diajarkan di kelas.31 ini termasuk salah satu strategi model pembelajaran langsung

yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.

Dengan demikian dapat diberikan gambaran bahwa Rotating Trio

Exchange atau Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara

membagi siswa dalam kelompok beranggotakan tiga orang untuk bekerja sama

memecahkan persoalan dalam pelajaran yang diberikan guru dan dapat diterapkan

pada semua mata pelajaran.

b. Prosedur Pelaksanaan Tipe Rotating Trio Exchange

Isjoni dalam bukunya menuliskan bahwa Rotating Trio Exchange

diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya. Berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya., berlawanan jarum jam. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap

pertanyaan yang telah disiapkan.32

30 Melvin Silberman,

Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa Media, 2009), cet. 3, h. 103

31

Tarmizi Ramadhan, Teknik Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang,

http://tarmizi.wordpress.com/2009/01/09/teknik-merotasi-pertukaran-pendapat-kelompok-tiga-orang/, 9 Januari 2009

32 Isjoni,

(34)

Sementara itu, Silberman secara lebih terperinci mengungkapkan prosedur

pelaksanaan Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang sebagai

berikut:

1. Susunlah beragam pertanyaan yang dapat membantu siswa memulai

diskusi tentang isi materi pelajaran.

2. Bagilah siswa menjadi kelompok tiga orang (trio). Aturlah kelompok

trio tersebut di dalam ruang kelas agar masing-masing bisa melihat dengan jelas trio yang di sisi kanan dan di sisi kirinya. Formasi kelompok-kelompok trio itu secara keseluruhan bisa berbentuk bundar atau persegi.

3. Berikan tiap trio sebuah pertanyaan pembuka (pertanyaan yang sama

untuk masing-masing trio) untuk dibahas. Pilihlah pertanyaan yang paling ringan yang telah anda susun untuk memulai pertukaran pendapat kelompok-kelompok trio itu. Dianjurkan agar tiap siswa di dalam kelompok mendapat giliran menjawab pertanyaan.

4. Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup, perintahkan

masing-masing kelompok untuk memberikan angka 0, 1, atau 2 kepada tiap-tiap anggotanya. Arahkan siswa yang bernomor 1 untuk berpindah ke kelompok trio satu searah jarum jam. Perintahkan siswa yang bernomor 2 untuk berpindah ke kelompok trio dua searah jarum jam. Perintahkan siswa yang bernomor 0 tetap di tempat duduknya karena ia adalah anggota tetap dan kelompok trio mereka. Suruh mereka mengangkat tangan tinggi-tinggi sehingga siswa yang telah berpindah bisa menemukan mereka. Hasilnya adalah komposisi kelompok trio yang sepenuhnya baru.

5. Mulailah pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru. Naikkan

tingkat kesulitan atau “tingkat ancaman” dari pertanyaan manakala anda memulai babak baru.

6. Anda bisa merotasi trio-trio itu sebanyak pertanyaan yang anda miliki

dan waktu diskusi yang tersedia. Gunakan selalu prosedur rotasi yang sama. Sebagai contoh, pada pertukaran trio sebanyak tiga rotasi, tiap

siswa akan bertemu dengan enam siswa yang lain. 33

5. Penelitian Tindakan Kelas

Dalam istilah aslinya, Penelitian Tindakan Kelas disebut dengan

Classroom Action Research yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Seorang ahli penelitian bernama McNiff dengan tegas mengatakan bahwa

“Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan

33 Melvin Silberman,

(35)

oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk

pengembangan dan perbaikan pembelajaran”.34

Suharsimi mendefinisikan Penelitian tindakan kelas adalah suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut

diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.35

Hopkins dalam Masnur Muslich menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan

Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh

pelaku tindakan untuk menigkatkan kemantapan rasional dari

tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap

kondisi dalam praktik pembelajaran”.36

Secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan penelitian

tindakan kelas (PTK), yakni:

1. Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan

secara sistematis, empiris, dan terkontrol.

2. Tindakan dapat diartikian sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan

oleh peneliti yakni guru.

3. Kelas, menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung.37

Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya

muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga

sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan

kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.

Penelitian Tindakan kelas dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Masalahnya berasal dari guru;

2. Tujuannya memperbaiki pembelajaran;

3. Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti

kaidah-kaidah penelitian;

34 Mohammad Asrori,

Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), cet. 2, h. 4

35 Suharsimi Arikunto, dkk.,

Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 9, h. 3

36 Masnur Muslich,

Melaksanakan PTK Itu Mudah, (Bandung: Bumi Aksara, 2009), cet. 1, h. 8

37 Wina Sanjaya,

(36)

4. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran;

5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.38

PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4

tahap seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Tahapan PTK

Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis,

sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil

tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan baru sehingga perlu dilakukan

refleksi ulang. Keempat fase dari siklus dalam sebuah PTK biasa digambarkan

[image:36.595.121.518.284.642.2]

sebuah spiral PTK, sebagai berikut.

Gambar 2.2 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Hopkins

Sebelum melaksanakan tindakan kelas, lebih dahulu harus disusun

langkah-langkah yang akan ditempuh agar semua komponen yang diperlukan

dapat dikelola dengan sebaik-baiknya. Langkah-langkah yang dapat ditempuh

adalah sebagai berikut.

38 Mohammad Asrori,

Penelitian Tindakan Kelas..., h. 9

Perencanaan Tindakan Observasi Merefleksi

SIKLUS I

Pengamatan Perencanaan Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi

(37)

1. Guru harus mempersiapkan diri atau berlatih tentang cara-cara melaksanakan tindakan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

3. Merumuskan contoh-contoh perintah tindakan untuk melakukan sesuatu

bagi siswa secara jelas.

4. Mempersiapkan cara mengobservasi perubahan, perbaikan, dan

peningkatan yang terjadi dalam proses pembelajaran serta hasil belajar siswa dilengkapi dengan alat observasinya.

5. Membuat skenario tentang apa yang akan dilakukan guru dan yang

dilakukan siswa dalam melakukan tindakan yang telah direncanakan.39

Pada akhir setelah selesai pelaksanaan tindakan, dilakukan pengamatan

atau pengukuran atau hasil dari tindakan tersebut. Hasil pengukuran ini kemudian

dibandingkan dengan gambaran keadaan awal yang telah dimilikinya. Jika terjadi

peningkatan yang meyakinkan sebagaimana yang diharapkan, berarti tindakan

yang dilaksanakan itu tepat sebagai cara pemecahan masalah melalui penelitian

tindakan kelas yang telah dilakukan.

B. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu penting peneliti sampaikan sebagai bahan

perbandingan dan rujukan. Telah banyak penelitian tentang Model Pembelajaran

Kooperatif dengan berbagai tipe dalam Mata Pelajaran Akuntansi yang berhasil

meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut ini Penelitian tentang model

pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran akuntansi yang dapat dilihat dalam

table 2.1.

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

No. Nama/Tahun Judul Hasil Penelitian

1. Nailis Sa adah/

2011

Efektifitas Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share Dengan

Media Compact Disk (CD)

Hasil penelitian diperoleh

bahwa model pembelajaran

think pair share dengan media

CD lebih efektif dibandingkan

39 Mohammad Asrori,

(38)

Terhadap Hasil Belajar

Akuntansi Siswa Di SMK

Taman Siswa Kudus

dengan menggunakan model

konvensional berbantuan modul

untuk meningkatkan hasil

belajar siswa di SMK Taman

Siswa Kudus. Hal ini

dikarenakan penggunaan waktu

yang hemat serta tidak

membutuhkan tenaga yang

cukup banyak dalam

penyampaian materi.

2. Setiawan

budhi

prayitno/2008

Efektifitas penggunaan metode

pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw terhadap hasil belajar

pokok bahasan faktor-faktor

produksi pada siswa kelas XI

program akuntansi SMK

Antonius semarang tahun

2007/2008

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa dengan

penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw maka

hasil belajar dan keaktifan

siswa dalam pembelajaran

untuk pokok bahasan

faktor-faktor produksi pada siswa

kelas XI SMK Antonius

Semarang tahun 2007/ 2008

dapat meningkat. Ini dibuktikan

dari hasil uji beda (t-test) yaitu

besarnya t hitung 0.2799

dengan probabilitas 0.007.

Karena probabilitas lebih kecil

dari 0.05 berarti bahwa terdapat

perbedaan antara nilai siswa

pada kelas ekperimen dengan

menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe

(39)

menggunakan metode

pembelajaran konvensional.

3. Mika

Prihastuti/2011

Efektivitas Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD (Student Teams

Achievement Division)

Menggunakan Media VCD

Terhadap Hasil Belajar Siswa

Mata Pelajaran akuntansi

Kelas XI IPS SMA Negeri 1

Pegandon Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011

Hasil uji t menunjukkan

rata-rata hasil belajar siswa yang

diberi perlakuan dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Teams

Achievement Division)

menggunakan media VCD

lebih baik daripada yang diberi

perlakuan dengan metode

pembelajaran ceramah. Hasil

belajar untuk kelas eksperimen

meningkat 27,69 atau 34,12%

dan hasil belajar untuk kelas

kontrol meningkat 18,21 atau

24,43%.

C. Kerangka Pikir

Dalam upaya pengoptimalan pendidikan di Indonesia, semua pihak yang

terlibat dalam dunia pendidikan tentu harus berperan serta. Salah satu unsur di

dalam dunia pendidikan adalah seorang guru yang mempunyai tanggung jawab

besar di dalam proses pembelajaran. Setiap guru pasti berharap bahwa proses

pembelajaran yang dilakukan akan mencapai hasil yang baik.

Nana Sudjana mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan keseluruhan pola perilaku baik yang kognitif, afektif, maupun psikomotor yang

diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar”.40

Namun sering terjadi kesenjangan antara hasil belajar siswa yang

diharapkan dengan kenyataan yang terjadi bahwa proses pengajaran yang telah

40 Nana Sudjana,

(40)

dilakukan tidak menunjukkan keberhasilan. Dengan kata lain, di dalam proses

belajar mengajar terdapat kendala-kendala yang dapat menyebabkan hasil belajar

tidak sesuai dengan yang diharapkan atau kegagalan dalam proses belajar

mengajar. Nana Sudjana mengemukakan bahwa kegagalan para siswa dalam hasil

belajar bisa disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya.

Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan hasil belajar perlu

mempertimbangkan cara pengajaran yang dilakukan oleh guru. Metode

pembelajaran merupakan bagian dari sebuah model pembelajaran. Dengan kata

lain, metode pembelajaran akan dikemas lagi dalam suatu model pembelajaran.

Ketika berbicara mengenai model pembelajaran. Banyak faktor yang harus

diperhatikan, diantaranya:

a. Tujuan pengajaran yang akan dicapai

b. Materi pelajaran

c. Sarana dan prasarana

d. Karakteristik siswa

e. Kebiasaan/kapabilitas guru (kemampuan dan kemauan guru)

f. Waktu yang tersedia untuk melaksanakan proses belajar mengajar

Selain itu, untuk memilih model yang tepat, perlu juga diperhatikan

relevansinya dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam penerapannya,

model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena

masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama

yang berbeda-beda.

Salah satu model yang dipilih adalah pembelajaran kooperatif (cooperative

learning). Dari penelitian-penelitian terdahulu, model pembelajaran kooperatif

rotating trio exchange umumnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah

satu penelitian mengenai rotating trio exchange pada pelajaran Bahasa Indonesia

dilakukan oleh Harwin Fitrianingsih dengan judul Pembelajaran Kooperatif Tipe

Rotating Trio Exchange dalam Pengajaran Materi Sinopsis Novel Remaja Indonesia pada Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 1 Talang Kabupaten

(41)

pembelajarannya termasuk kategori sangat baik dengan nilai persen sebesar 88,75

%, (2) aktifitas siswa termasuk kategori baik dengan nilai persen aktifitas siswa

sebesar 77,94 %.

Rotating Trio Exchange merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Kelebihan dari tipe

ini yaitu anggota kelompok yang berjumlah tiga orang (trio) memungkinkan kerja

sama dan koordinasi yang terjalin dalam satu kelompok terjadi secara optimal.

Selain itu, dalam tipe Rotating Trio Exchange ini, terjadi dua atau tiga kali

pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok yang kedua dan ketiga terjadi

karena perputaran anggota kelompok, sehingga siswa dituntut untuk dapat bekerja

sama dengan siapa pun di dalam kelasnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan

tindakan kelas. Seperti yang telah dikemukakan pada bahasan sebelumnya oleh

Suharsimi dan Hopkins mengenai pengertian penelitian tindakan kelas. Jadi dapat

diberikan gambaran bahwa PTK merupakan suatu penelitian yang akar

permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang

bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan

dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang

peneliti. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi yang terjadi dalam setiap siklus. Pada saat siklus

pertama hasil pembelajaran belum tercapai akan dilanjut ke siklus kedua hingga

hasil yang diharapkan tercapai.

Penelitian tindakan kelas ini dibutuhkan adanya kerja sama antara guru

dan siswa. Dimana, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan

memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai

tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk

membantu proses perkembangan siswa. Sedangkan siswa, diposisikan sebagai

subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses

belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh, bahkan secara

(42)

Setelah adanya proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran rotating trio exchange yang dilakukan dengan tindakan kelas dan

kerja sama yang baik antara guru dan siswa diharapkan hasil belajar siswa

meningkat. Maka dari uraian tersebut, dapat digambarkan alur kerangka berpikir

[image:42.595.115.520.140.679.2]

sistematik yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.3 kerangka pikir

Hasil belajar kurang

Kegagalan dalam proses belajar mengajar

Model pembelajaran rotating trio exchange

Guru Siswa

Hasil belajar meningkat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Keterangan:

: siklus inti : pendukung

(43)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan dapat dibuat

berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya dalam sebuah

penelitian. Adapun hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

“Terdapat Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep persamaan dasar

(44)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012

mulai bulan Juli – September 2011 dengan lokasi penelitian di SMK Arrahman

Bintaro. Jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel

[image:44.595.112.523.89.586.2]

berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt

Persiapan dan perencanaan √ √ √

Observasi (studi lapangan) √

Kegiatan penelitian √ √ √

Analisis data √ √

Laporan penelitian √

Sidang Munaqosah √ √

Revisi skripsi √ √

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

(45)

berdasarkan pada permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang

bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan secara partisipan, yaitu peneliti berperan sebagai

pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan

pelaksana tindakan. Kondisi ini dimaksudkan agar memudahkan peneliti saat

pengumpulan data sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan beberapa siklus,

dimana menurut Kemmis dan McTaggart tiap siklus terdiri dari empat komponen,

yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

2. Tindakan (Action)

3. Pengamatan (Observation)

4. Refleksi (Reflecting) 1

Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan

digambarkan sebagai berikut:

1 Mohammad Asrori,

(46)
[image:46.595.146.522.77.466.2]

Tabel 3.2 Desain Penelitian

SIKLUS I SIKLUS II

Catatan: Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus selanjutnya.

C. Setting/Subjek Penelitian

Setting atau lokasi penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah SMK

Arrahman Bintaro. Kelas X dengan jumlah 24 siswa, pada mata pelajaran

Akuntansi pokok bahasan Persamaan Dasar Akuntansi semester I Tahun ajaran

2011/2012.

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran

sebagai guru bidang studi akuntansi. untuk observasi pada saat proses

pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru bidang studi

akuntansi kemudian evaluasi dan refleksi dilakukan secara bersama-sama antara

peneliti dan observer.

Permasalahan

kurangnya pemahaman siswa tentang akuntansi

Permasalahan Baru

hasil refleksi I

Perencanaan tindakan I

Perencanaan tindakan II

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan/ pengumpulan data

Refleksi I

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan/ pengumpulan data

Gambar

Gambar 2.2 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Hopkins
Gambar 2.3 kerangka pikir
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat dan hasil belajar akuntansi siswa dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Kreatif Treffinger dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektif kah pembelajaran dengan pemberian konsep bermain terhadap peningkatan hasil belajar siswa untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar akuntansi siswa melalui penerapan model pembelajaran Contextual

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Intruction

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam proses pelajaran Akuntansi melalui penerapan metode pembelajaran Active

Secara khusus bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar matematika siswa melalui strategi pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) pada siswa SMP Negeri