i
INSPIRASI PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH
(SMA/MA)
MATA PELAJARAN
GEOGRAFI
1 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 2
D. Sasaran Pengguna 3
BAB II KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN GEOGRAFI 4
A. Rasional 4
B. Tujuan Mata Pelajaran 5
C. Ruang Lingkup 5
BAB III DESAIN PEMBELAJARAN GEOGRAFI 7
A. Pendekatan Pembelajaran Geografi 7
B. Strategi Pembelajaran Geografi 8
C. Metode Pembelajaran Geografi 9
D. Model-Model Pembelajaran Geografi 14
E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 20
BAB IV PENILAIAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI 24
A. Prinsip dan Pendekatan Penilaian 24
B. Ruang Lingkup Penilaian 25
C. Teknik dan Instrumen Penilaian 26
D. Mekanisme dan Prosedur Penilaian 27
E. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian 35
BAB V MEDIA DAN SUMBER BELAJAR GEOGRAFI 37
A. Jenis Media dan Sumber Belajar 37
B. Perencanaan dan Pemilihan Media dan Sumber
Belajar Geografi
39
C. Mengembangkan Media dan Sumber Belajar Geografi
42
BAB VI GURU GEOGRAFI ABAD XXI 45
BAB VII PENUTUP
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum dan kedudukannya sangat penting karena salah satu penentu keberhasilan kurikulum adalah pembelajaran yang efektif. Konsep ini harus dipahami sejak awal karena kita sering memisahkan antara kurikulum dengan pembelajaran. Selama ini, kurikulum hanya dimaknai sebagai rangkaian mata pelajaran yang diatur urutannya dan ditentukan jumlah jam pelajarannya (JP). Pemahaman yang kurang tepat tersebut sangat meluas dan memengaruhi sikap serta pola pikir guru dalam memandang kurikulum dan pembelajaran. Penyusunan Kompetensi Dasar (KD) yang tidak memperhatikan proses pembelajaran akan melahirkan kurikulum yang cenderung bersifat teoretis, jauh dari konteks kehidupan masyarakat, dan tidak memenuhi kebutuhan peserta didik. Sebaliknya, pengembangan strategi pembelajaran yang tidak
memperhatikan konteks kurikulum akan menimbulkan kegiatan
pembelajaran yang tidak terarah dan tidak efektif. Dengan demikian, kurikulum dan pembelajaran harus tetap disimbiosiskan dalam suatu kesatuan konsep sehingga tujuan kurikulum yang diharapkan dapat tercapai melalui proses pembelajaran yang efektif.
Secara akademik, ada empat komponen kurikulum yang tidak dapat dipisahkan yaitu komponen tujuan, bahan ajar, proses pembelajaran, dan penilaian. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan dari seluruh harapan yang akan dicapai melalui kegiatan belajar. Bahan ajar merupakan formulasi dari keseluruhan materi yang akan disampaikan di kelas dalam bentuk kemasan tertentu. Proses pembelajaran merupakan upaya guru yang di dalamnya terdapat pendekatan, strategi, dan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian merupakan proses kontrol dan
feedback terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Keempat komponen
tersebut harus dikombinasikan secara baik. Oleh karena itu, tim pengembang Kurikulum 2013 berusaha memberi arahan untuk menjamin relevansi antarkomponen kurikulum sehingga menjadi paduan yang harmonis dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Penyediaan buku ini merupakan upaya untuk memadukan dan menyelaraskan antara kurikulum dan pembelajaran dengan sejumlah latar belakang masalah antara lain: (1) fakta menunjukkan bahwa guru (khususnya guru mata pelajaran geografi) memiliki latar belakang kualifikasi dan kompetensi yang sangat beragam. Perbedaan latar belakang kualifikasi dan kompetensi guru akan berpengaruh pada cara pandang mereka terhadap kurikulum dan secara signifikan akan memengaruhi kualitas pembelajaran di kelas; (2) sumber daya dan fasilitas yang dimiliki oleh setiap sekolah tidak sama. Keragaman sumber daya sangat berpengaruh terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran; dan (3) perbedaan tingkat pemahaman kebijakan kurikulum menimbulkan keragaman dalam implementasi dan pengelolaan kurikulum di sekolah.
3
pengelolaan Kurikulum Pemerintah berwenang menyiapkan, menyusun, dan mengevaluasi (a) dokumen Kurikulum setiap satuan pendidikan atau program pendidikan; (b) dokumen Kurikulum setiap mata pelajaran; (c) pedoman implementasi Kurikulum; (d) Buku Teks Pelajaran; dan (e) Buku Pedoman Mata Pelajaran. Amanat tersebut menjadi dasar hukum lahirnya buku ini.
Jika dilihat dari posisinya, buku ini merupakan bagian dari kelengkapan Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan, dan evaluasi pembelajaran. Penyusunan buku ini ditujukan untuk memberi gambaran keseluruhan tentang karakteristik mata pelajaran geografi, desain pembelajaran geografi, media dan sumber belajar, serta sistem penilaian.
Demikianlah buku ini disusun. Semoga para pihak, terutama para guru geografi di sekolah, dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga secara bersama-sama dapat meningkatkan kualitas pembelajaran geografi di seluruh wilayah Indonesia.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk:
1.memberi pemahaman kepada guru geografi tentang perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, dan pemanfaatan media serta sumber pembelajaran yang dibutuhkan sehingga dapat memenuhi standar proses dan standar penilaian pendidikan sebagaimana yang telah digariskan dalam perundang-undangan yang berlaku;
2.menumbuhkembangkan kreativitas guru geografi dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik;
3.memberi panduan pengembangan media dan sumber belajar geografi yang
efektif, mudah, murah, dan aplikatif untuk mendukung proses pembelajaran geografi;
4.memberi panduan dalam pengembangan instrumen dan pelaksanaan
penilaian pembelajaran geografi dengan memperhatikan potensi dan karakteristik peserta didik dan prinsip-prisip penilaian yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku; dan
5.memberi gambaran profil dan peran guru geografi terkait dengan
pembelajaran abad XXI.
C. Ruang Lingkup
Buku ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN menguraikan latar belakang penyusunan panduan
mata pelajaran, tujuan, ruang lingkup isi panduan (dalam bentuk deskripsi), dan sasaran pengguna.
BAB II KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN GEOGRAFI menguraikan tentang rasionalitas mata pelajaran pada satuan pendidikan SMA, tujuan mata pelajaran, dan ruang lingkup mata pelajaran.
BAB III DESAIN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI
4
yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
BAB IV PENILAIAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI menguraikan bentuk dan teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran.
BAB V MEDIA DAN SUMBER BELAJAR menguraikan tentang berbagai alternatif media dan sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
BAB VI GURU GEOGRAFI ABAD XXI berisi tentang profil dan peran guru pada proses pembelajaran geografi sesuai tuntutan abad XXI.
D. Sasaran Pengguna
5
BAB II
KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN GEOGRAFI
A. Rasional
Planet Bumi merupakan tempat kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia belum mampu mencari planet lain yang layak untuk kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu, manusia masih bergantung pada keberadaan sumber daya alam yang ada di Bumi. Perhatian manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam semakin hari semakin intensif seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan gaya hidup yang semakin konsumtif. Konflik antarnegara dan kelompok tidak dapat dihindari, bahkan semakin hari intensitasnya semakin meningkat sehingga dalam lima tahun terakhir ini warga dunia menjadi sangat khawatir terhadap ancaman konflik yang meluas.
Seiring dengan berkurangnya cadangan sumber daya alam, setiap negara berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki dengan teknologi yang semakin canggih. Untuk menghitung cadangan sumber daya alam yang tersisa, negara melakukan pemetaan dan inventarisasi melalui teknologi kartografi, bahkan telah menggunakan teknologi Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain inventarisasi sumber daya, setiap negara membuka diri terhadap jalinan kerja sama internasional agar distribusi barang dan jasa berjalan dengan lancar. Kelebihan sumber daya di suatu wilayah dapat segera disebarluaskan ke wilayah lain yang kekurangan. Dengan demikian, konektivitas antarruang semakin terasa dalam kehidupan saat ini.
Sebuah organisasi bernama Partnership for 21st Century Learning mengakomodasi masukan dari guru, ahli pendidikan, dan para pengusaha di
Amerika Serikat dengan mengusulkan suatu gagasan Framework for 21st
Century Learning. Dokumen tersebut menggambarkan kebutuhan kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk menghadapi tantangan Abad XXI. Geografi merupakan salah satu materi esensial yang perlu diajarkan kepada peserta didik dan urgensinya sejajar dengan mata pelajaran lain seperti bahasa Inggris, seni, matematika, ekonomi, dan sains. Ruang lingkup kompetensi yang direkomendasikan terdiri atas tiga kelompok yaitu (1) keterampilan belajar dan inovasi yaitu kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian masalah, komunikasi dan bekerja sama; (2) keterampilan dalam bidang informasi, media, dan teknologi yang meliputi literasi informasi, literasi media, dan literasi teknologi informasi dan komunikasi (ICT); dan (3) life skills serta karier yang meliputi fleksibilitas dan adaptasi, inisiatif dan self-direction, keterampilan sosial dan lintas budaya, produktivitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung jawab. Kemampuan tersebut berlaku umum dan setiap mata pelajaran di sekolah disarankan untuk memenuhi semua kemampuan sesuai bidang keahlian masing-masing.
Geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan kausal berbagai gejala dan peristiwa yang terjadi di muka Bumi, baik lingkungan fisik maupun terkait dengan makhluk hidup beserta permasalahannya, merupakan mata pelajaran yang relevan dalam ikut serta mengatasi masalah dunia. Di sejumlah negara, geografi telah ditempatkan sebagai mata pelajaran inti dan hasil kajian geografi telah banyak membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam pembangunan.
6
Geografi diberikan pada jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan pada tingkat satuan pendidikan menengah (SMA) diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri dan dikelompokkan pada rumpun Mata Pelajaran Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial sehingga kajiannya lebih diarahkan pada sudut pandang keberadaan dan aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh dinamika alam dan lingkungan fisik pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
B. Tujuan Mata Pelajaran
Bidang kajian geografi meliputi aspek dan proses di Bumi, hubungan kausal antara faktor keruangan, manusia dan lingkungannya yang diarahkan untuk dapat berkontribusi terhadap pembangunan baik pada skala lokal, nasional, maupun internasional. Pada abad XXI, pembelajaran geografi memiliki
pengayaan pada aspek tujuan. Dengan acuan pada dokumen Framework for 21st
Century Learning, tujuan mata pelajaran geografi adalah agar peserta didik
mampu:
1. berpikir kritis dan mampu mengatasi masalah kaitannya dengan perubahan
ruang di permukaan Bumi, kerusakan dan upaya pelestarian lingkungan hidup, persebaran dan pemanfaatan sumber daya alam, serta berbagai dampak perubahan akibat proses geosfer baik dalam konteks lokal, nasional, maupun global.
2. mencipta dan memperbarui kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial
sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan manusia yang dikelola secara arif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi terhadap keragaman budaya bangsa.
3. melek teknologi informasi, media, dan komunikasi terkait dengan
pengelolaan peta, citra pengindraan jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat diaplikasikan sebagai alat analisis geografi untuk pengambilan kebijakan dalam skala lokal, nasional, maupun internasional.
4. belajar secara kontekstual sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
memahami permasalahan ruang dan interaksi lingkungan fisik dan sosial secara mandiri dan berkelanjutan.
5. bekerja sama dan berkomunikasi untuk terjalinnya hubungan (koneksi)
antarruang dalam lingkungan lokal, nasional, maupun internasional dengan tetap menunjukkan perilaku cinta tanah air, bangga sebagai bangsa Indonesia, dan bertanggung jawab terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
C. Ruang Lingkup
Untuk mencapai tujuan mata pelajaran geografi, ruang lingkup materi mata pelajaran Geografi dikelompokkan menjadi tujuh topik (strand) sebagai berikut.
1. Literasi keruangan dan keterampilan geografi yang meliputi pengetahuan
dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pokoknya adalah memperkenalkan ruang lingkup, objek studi, prinsip, konsep, dan pendekatan geografi.
2. Geografi fisik yang meliputi dinamika planet Bumi sebagai ruang kehidupan,
dinamika litosfer, atmosfer, hidrosfer, dan biosfer (geosfer) serta dampaknya terhadap kehidupan. Kajian geografi fisik ini akan disintesiskan dengan aspek lainnya dan direpresentasikan dalam bentuk visual, verbal, matematis, digital, dan kognitif (peta pikiran).
3. Geografi manusia yang meliputi dinamika kependudukan di Indonesia dan
7
serta direpresentasikan dalam bentuk visual, verbal, matematis, digital, maupun kognitif.
4. Interaksi lingkungan yang meliputi kondisi wilayah Indonesia, sebaran
sumber daya alam Indonesia, dan mitigasi serta adaptasi bencana alam berdasarkan nilai kearifan lokal dan pembangunan berkelanjutan.
5. Geografi regional yang meliputi konsep wilayah dan pewilayahan, pola
persebaran dan interaksi spasial desa-kota, dan regionalisasi fenomena geografi di dunia. Kajiannya akan diarahkan pada konteks integrasi dalam tempat, interdependensi antartempat, dan interdependensi antarskala.
6. Pemanfaatan geografi yang meliputi pemanfaatan peta, pengindraan jauh,
Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pengembangan jaringan transportasi, tata guna lahan, kesehatan lingkungan, dan potensi bencana. Kompetensi yang diharapkan muncul adalah peserta didik mampu menampilkannya dalam bentuk visual, verbal, matematis, digital, maupun dalam pola pikir (kognitif).
7. Koneksi global dan pengelolaan perubahan yang meliputi konektivitas
perdagangan internasional (pergerakan barang, jasa, modal atau tenaga kerja, transfer teknologi, dan informasi) di negara maju dan negara berkembang.
Berdasarkan ruang lingkup materi tersebut, persebaran materi pokok geografi pada jenjang SMA adalah sebagai berikut.
Kelas X
No. Materi Pokok Jumlah Jam
Pelajaran
1 Pengetahuan Dasar Geografi 12
2 Pengetahuan Dasar Pemetaan 12
3 Langkah-langkah Penelitian Geografi 12
4 Bumi Sebagai Ruang Kehidupan 18
5 Dinamika Litosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan 15 6 Dinamika Atmosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan 18 7 Dinamika Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan 18
JUMLAH 105
Kelas XI
No. Materi Pokok Jumlah Jam
Pelajaran 1 Posisi Strategis Indonesa Sebagai Poros Maritim Dunia 20
2 Flora dan Fauna di Indonesia dan Dunia 16
3 Pengelolaan Sumber Daya Strategis Indonesia 16
4 Ketahanan Pangan dan Energi 20
5 Dinamika Kependudukan di Indonesia 20
6 Keragaman Budaya Indonesia 24
7 Mitigasi Bencana Alam 24
JUMLAH 140
Kelas XII
No Materi Pokok Jumlah Jam
Pelajaran
1 Konsep Wilayah dan Tata Ruang 32
2 Intraksi Keruangan Desa dan Kota 40
3 Pemanfaatan Peta, Pengindraan Jauh, dan Sistem Informasi
Geografis 24
4 Kerja Sama Negara Maju dan Berkembang 16
8
BAB III
DESAIN PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Desain pembelajaran geografi secara normatif tidak berbeda dengan mata pelajaran lainnya dalam rumpun peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada buku ini, terdapat empat pokok bahasan terkait desain pembelajaran mata pelajaran geografi yaitu pendekatan pembelajaran, strategi, metode, dan model pembelajaran geografi.
A. Pendekatan Pembelajaran Geografi
Sebagaimana diketahui, bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara pandang terhadap proses pembelajaran. Guru dapat “menggeser” pendekatan pembelajaran dari ujung kontinum yang satu ke ujung kontinum lainnya sesuai kebutuhan. Berikut adalah ujung-ujung kontinum pendekatan pembelajaran.
Orientasi aktivitas guru Orientasi aktivitas peserta didik
Tekstual Kontekstual
Deduktif Induktif
Konsep Proses
Ekspositori Inquiry
Gambar 1. Kontinum pendekatan pembelajaran
Berdasarkan konsep di atas, pembelajaran geografi disarankan untuk menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kontinum yang berada di sebelah kanan, yaitu (1) berorientasi pada aktivitas peserta didik, (2) bahan ajarnya bersifat kontekstual, (3) cara penyajiannya bersifat induktif, (4) mengutamakan proses, dan (5) mengajak peserta didik untuk melakukan heuristik- inkuiri.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik memberi ruang kepada peserta didik untuk lebih banyak beraktivitas belajar dan guru lebih banyak menjadi fasilitator daripada menjadi penceramah. Selain itu, penguasaan materi pelajaran diharapkan tidak bersifat hafalan dari buku teks, tetapi dipelajari dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang bersifat kontekstual, induktif, memperhatikan proses, dan bersifat inquiry (pencarian).
Berdasarkan sudut pandang konstruktivisme, pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik memiliki pemahaman bahwa setiap peserta didik telah memiliki skema pengetahuan yang berbeda bentuk dan luasannya.
Guru tidak memiliki kemampuan untuk “mengubah” bentuk dan luasan skema
pengetahuan peserta didik karena keduanya harus dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Dengan asumsi ini, pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja dari guru kepada peserta didik. Pembentukan pengetahuan hanya dapat dilakukan
dengan cara membangkitkan kesadaran “kognitif” peserta didik untuk menerima
konsep pengetahuan baru (asimilasi) dan/atau menyesuaikan pengetahuan lama dengan informasi atau pengetahuan baru (akomodasi). Peserta didik akan membentuk pengertian dan pengetahuan secara aktif dan terus-menerus sehingga bentuk skemanya semakin sempurna. Guru berperan sebagai fasilitator untuk menciptakan kondisi agar peserta didik mudah melakukan proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan melalui usaha pencarian (inquiry) dan penemuan (discovery) dalam proses belajar.
9
Berdasarkan sudut pandang behavioristik, pembelajaran adalah proses komunikasi dengan membuat stimulus sehingga peserta didik meresponnya dengan cara mengubah perilaku yang dikehendaki sesuai tujuan pembelajaran. Teori behavioristik memandang bahwa perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya dan perubahannya dapat diukur. Untuk perubahan tingkah laku, peran guru yang paling penting adalah pemberi motivasi, pemberi penghargaan (penguatan) dan hukuman.
Dua pendekatan tersebut (konstruktivisme dan behavioristik) dapat digunakan secara bersama-sama dalam proses pembelajaran geografi. Aliran konstruktivisme akan digunakan dalam pembelajaran yang bersifat langsung
(instructional effect) untuk mencapai Kompetensi Inti aspek pengetahuan (KI-3)
dan Kompetensi Inti aspek keterampilan (KI-4), sedangkan aliran behavioristik akan banyak digunakan untuk mengembangkan karakter peserta didik dengan
pembelajaran yang bersifat tidak langsung (nurturant effect) yaitu untuk
pengembangan Kompetensi Inti sikap spiritual (KI-1) dan Kompetensi Inti sikap sosial (KI-2).
B. Strategi Pembelajaran Geografi
Strategi pembelajaran merupakan rangkaian penjabaran dari pendekatan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan empat faktor yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2) kompetensi guru, (3) ketersediaan sumber daya pembelajaran, dan (4) kondisi lingkungan. Guru harus mampu menghitung atau mengalkulasi semua faktor tersebut sehingga memperoleh strategi pembelajaran yang tepat. Perhitungan ini perlu dilakukan agar guru dapat menentukan langkah pembelajaran yang bersifat langsung
(instructional effect) secara efektif dan berdampak secara tidak langsung
(nurturant effect) dalam pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik.
Selain itu, dalam memilih strategi pembelajaran, guru juga hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Memilih metode pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari
tahu dan tidak hanya diberi tahu.
2. Mengondisikan kelas agar menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya
sumber belajar, tetapi guru hanya salah satu sumber belajar dari aneka sumber belajar lainnya.
3. Proses pembelajaran tidak hanya mengandalkan pendekatan tekstual,
teoretis, dan hafalan tetapi memperhatikan proses pembelajaran mencari
(inquiry) dengan penggunaan pendekatan ilmiah.
4. Pembelajaran diarahkan untuk berbasis kompetensi dan bukan berbasis
konten sehingga pembelajaran harus digeser dari yang bersifat parsial menuju pembelajaran yang terpadu.
5. Peserta didik dapat menentukan jawaban atas persoalan yang dihadapi
dengan sejumlah alternatif jawaban sehingga jawabannya tidak bersifat tunggal.
6. Pembelajaran hendaknya bersifat aplikatif dan mengurangi verbalisme.
7. Pembelajaran harus diperkaya, tidak hanya menekankan pada aspek
keterampilan fisik (hard skills) tetapi juga pada peningkatan dan
keseimbangan antara keterampilan fisik (hard skills) dan keterampilan
mental (soft skills).
10
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut
wuri handayani).
9. Pembelajaran harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
10. Pembelajaran harus memuat pengembangan karakter peserta didik. Oleh
karena itu, perlu ada pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Berdasarkan pada prinsip pembelajaran di atas, guru merumuskan strategi pembelajaran melalui bagan sebagai berikut.
C. Metode Pembelajaran Geografi
Metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran geografi sangat beragam. Berikut ini adalah penjelasan beberapa metode pembelajaran yang dianggap penting.
1. Ceramah
Metode ceramah dapat dioptimalkan dalam pembelajaran geografi jika guru mampu menguasai materi, menyampaikan secara induktif, serta melakukan eksplorasi dan elaborasi terhadap materi yang dipelajari. Untuk melaksanakan metode ceramah, guru perlu melaksanakan tahap-tahap sebagai berikut.
a. Tahap persiapan yaitu menetapkan ruang lingkup dan urutan bahan
ajar.
b. Tahap awal ceramah yaitu menjalin hubungan baik dan hangat dengan
11
c. Tahap pengembangan ceramah yaitu menyampaikan gagasan yang akan
disampaikan dengan mengunakan berbagai alat bantu pembelajaran seperti papan tulis, proyektor, atau media lainnya.
d. Tahap akhir yaitu membuat rangkuman dan memberi tugas.
Keunggulan Metode Ceramah Kelemahan Metode Ceramah
● Murah karena banyak peserta didik yang dapat mendengar
● Mudah disesuaikan dengan keadaan
● Mampu memberikan
penguatan (reinforcement) bagi peserta didik
● Dapat dijadikan pengait isi pelajaran dengan contoh kehidupan nyata.
● Memungkinkan guru untuk memberi wawasan yang lebih luas.
● Proses komunikasi satu arah
● Peserta didik cenderung “menelan bulat-bulat” pendapat guru
● Menurunnya perhatian peserta didik
● Banyak materi yang segera dilupakan oleh peserta didik
● Merugikan kelompok peserta didik yang kurang pendengaran
● Tidak cocok untuk pengajaran keterampilan motorik
Dalam pembelajaran geografi, metode ceramah dapat dimanfaatkan untuk mengantarkan pembelajaran, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi arahan dalam pemberian tugas, menyimpulkan, dan menutup pembelajaran.
2. Tanya Jawab
Metode tanya jawab digunakan pada sebagian besar strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik. Pertanyaan dapat diajukan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun rumusan masalah sebagai pengantar diskusi kelompok.
Teknik mengajukan pertanyaan yang baik antara lain sebagai berikut.
(1) Pertanyaan hendaknya ditujukan kepada seluruh peserta didik.
(2) Memberi waktu berpikir yang cukup bagi peserta didik yang akan
menjawab pertanyaan.
(3) Menyebarkan pertanyaan secara merata.
(4) Pertanyaan yang diajukan harus disesuaikan dengan kemampuan dan
pengalaman peserta didik.
(5) Pertanyaan yang diajukan jangan hanya dijawab dengan kalimat
pendek “ya” atau “ tidak”.
(6) Pertanyaan yang berhasil dijawab hendaknya diberi penguatan dengan
segera.
Keunggulan Metode Tanya Jawab Kelemahan Metode Tanya Jawab
● Dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik
● Memperkuat pemahaman materi
● Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
memperdalam hal yang belum diketahuinya dengan cara bertanya kepada guru dan atau peserta didik lainnya.
● Dapat dijadikan instrumen tes kompetensi (tes lisan) pada saat pembelajaran sedang
berlangsung
● Seringkali peserta didik merasa takut dan tegang sehingga
membuat suasana kurang nyaman
● Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik
● Waktu pembelajaran sering banyak terbuang, terutama jika peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan secara langsung.
12
Hal-hal yang perlu dihindari dalam menggunakan metode tanya jawab adalah:
(1) jangan mengulang-ulang pertanyaan apabila peserta didik tidak
mampu menjawab,
(2) jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta
didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya,
(3) usahakan agar peserta didik tidak menjawab pertanyaan secara
serempak, dan
(4) jangan menentukan (menunjuk) nama peserta didik sebelum
mengajukan pertanyaan karena peserta didik yang tidak ditunjuk akan bersikap acuh tak acuh dan tidak berusaha keras untuk ikut menjawab pertanyaan.
Dalam pembelajaran geografi, metode tanya jawab dapat digunakan untuk melatih berpikir kritis, mengajukan gagasan, belajar kontekstual, dan berkomunikasi sesuai materi yang sedang dikaji.
3. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan metode yang sangat potensial untuk dimanfaatkan guru sebagai arena meningkatkan partisipasi belajar, membina keberanian mengemukakan pendapat, dan membimbing peserta didik untuk saling menghargai pendapat orang lain. Penggunaan metode diskusi hendaknya pilihan yang benar-benar efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Keunggulan Metode Diskusi Kelemahan Metode Diskusi
●Memberi kesempatan berpartisipasi
●Mudah digunakan
●Meningkatkan berpikir kritis
●Memberi kesempatan untuk menguji, mengubah, dan mengembangkan pandangan
●Memahami kebutuhan memberi dan menerima
●Menguntungkan para peserta didik yang lemah dalam penyelesaian masalah
●Hasilnya sulit diprediksi
●Kurang efisien dalam penggunaan waktu
●Tidak menjamin penyelesaian masalah yang sedang dibahas (tidak tuntas).
●Sering didominasi oleh seseorang atau beberapa orang saja
●Membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta didik agar diskusi berjalan lancar.
Dalam pembelajaran geografi, metode diskusi dapat digunakan dalam
semua tahapan pembelajaran scientific yaitu pada saat merumuskan
masalah, mencari data/informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Selain itu, metode diskusi dapat pula digunakan dalam model problem
based learning dan pembelajaran kooperatif.
4. Demonstrasi
13
Keunggulan Metode Demonstrasi Kelemahan Metode Demonstrasi
●Memperkecil kemungkinan salah dalam memahami penjelasan.
●Memungkinkan para peserta didik terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi
●Memudahkan dalam
memusatkan perhatian peserta didik
●Menghilangkan keraguan
●Menuntut sejumlah peralatan yang bisa jadi harganya mahal
●Menuntut penyediaan alant dan bahan yang dapat memungkinkan dilihat oleh peserta didik di kelas.
●Persiapan yang kurang teliti akan menimbulkan kesalahan prosedur
●Perlu keterampilan yang memadai untuk melaksanakan demonstrasi
●Membutuhkan waktu yang lebih lama
Pihak yang melakukan demonstrasi adalah guru dan atau peserta didik. Dalam pembelajaran geografi, guru dapat menunjukkan cara menggunakan
kompas, alat Global Positioning System (GPS), pengolahan citra pengindraan
jauh, atau praktik analisis Sistem Informasi Geografis (SIG).
5. Simulasi
Metode simulasi mirip dengan metode demonstrasi. Simulasi sering dimaknai sebagai kegiatan yang menirukan keadaan yang sebenarnya. Kata
simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat
seakan-akan. Metode simulasi bertujuan untuk memberi motivasi, memperoleh pengalaman yang sebenarnya, memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, melatih peserta didik untuk bekerja sama, dan melatih peserta didik untuk bertoleransi.
Keunggulan Metode Simulasi Kelemahan Metode Simulasi
●Menciptakan kegembiraan dalam pembelajaran
●Dapat melakukan uji coba yang tidak mungkin dilakukan pada lingkungan yang sebenarnya
●Beberapa simulasi dapat meningkatkan daya pikir kritis peserta didik
●Kesulitan menyiapkan peserta didik melakukan simulasi
●Memerlukan waktu dan tempat yang memadai
●Menuntut imajinasi dalam menyimpulkan hasil belajar dari kegiatan simulasi
Metode simulasi memiliki dua jenis yaitu role playing (bermain peran) dan sosiodrama.
a. Bermain peran digunakan untuk merekontruksi situasi tertentu dengan
mengandalkan improvisasi dan kreativitas peserta didik. Contoh materi geografi yang dipraktikkan dalam role playing misalnya mensimulasikan dampak dari bencana banjir, cara penanggulangan, dan penyelamatan korban. Contoh lain dari simulasi misalnya peserta didik berpura-pura menjadi wartawan dan melakukan wawancara kepada orang yang melakukan urbanisasi. Wawancara dilakukan secara bebas sehingga tergali berbagai informasi tentang alasan warga melakukan urbanisasi.
b. Sosiodrama yaitu bermain peran untuk memberi kesempatan peserta
didik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial seperti kemacetan atau mitigasi bencana alam. Dalam sosiodrama diharapkan muncul solusi yang diajukan oleh peserta didik.
6. Studi lapangan
Studi lapangan (field trip) adalah metode pembelajaran untuk memberi
14
mengunjungi objek atau peristiwa tersebut. Kesuksesan metode ini bergantung pada perencanaan yang sistematis dan dapat memprediksi hambatan-hambatannya. Dengan demikian, lokasi tujuan studi lapangan harus disurvei terlebih dahulu agar berbagai kebutuhan peserta didik (transportasi, penginapan, makanan) dapat disediakan serta berbagai kesulitan yang akan dihadapi dapat diantisipasi.
Langkah-langkah pelaksanaan metode studi lapangan adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan, yaitu merumuskan tujuan studi lapangan, penetapan
objek, pembentukan panitia, dan pendanaan.
b. Melaksanakan kegiatan studi lapangan sesuai dengan rencana.
c. Menyusun laporan yaitu peserta didik baik perorangan maupun
kelompok menyusun laporan.
d. Ekspose laporan studi lapangan berupa pameran atau seminar dengan
menampilkan pameran foto, poster, dan lain-lain.
Keunggulan Metode Studi Lapangan
Kelemahan Metode Studi Lapangan
●Peserta didik memperoleh
pengalaman konkrit di lapangan.
●Mempunyai makna yang
mendalam karena peserta didik bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata.
●Banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan peserta didik dalam situasi belajar
●Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan belajar secara konsep
●Sulit dilakukan oleh peserta didik yang berusia muda jika mereka belum memiliki kemampuan berpikir rasional
Dalam pembelajaran geografi, studi lapangan dapat digunakan untuk mengamati bentang alam, penggunaan lahan, proses geomorfologi, jenis tanah, dan lain-lain.
7. Pemberian tugas (resitasi)
Metode pemberian tugas sering dikenal dengan istilah resitasi. Tugas yang diberikan oleh guru dapat berupa memperdalam materi pelajaran, mencari informasi tambahan, dan melakukan pengamatan lapangan untuk membuktikan konsep yang dibahas di kelas dengan keadaan yang sebenarnya di lingkungan sekitar peserta didik.
Keunggulan Metode Resitasi Kelemahan Metode Resitasi
●Dapat dijadikan alternatif dalam kegiatan pengayaan
●Memupuk rasa tanggung jawab peserta didik dalam menjalankan tugas
●Memberikan kebiasaan peserta didik untuk giat belajar
●Peserta didik dapat meniru pekerjaan orang lain
●Sebagian peserta didik sulit
mengerjakan tugas karena berbagai alasan, seperti biaya, pembelian alat dan bahan, dan lain-lain.
●Menurunkan motivasi belajar peserta didik jika tugas tidak dapat dikerjakan
Dalam pembelajaran geografi, metode tugas biasa digunakan untuk meminta peserta didik membuat peta, mengolah data kependudukan, tugas interpretasi citra pengindraan jauh, dan lain-lain.
15 D. Model-Model Pembelajaran Geografi
Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata pelajaran geografi sangat beragam. Penjelasan tentang sejumlah model pembelajaran yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran geografi abad XXI sesuai pendekatan dan strategi pembelajaran yang telah disampaikan di awal adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran berbasis penyingkapan/penemuan (inquiry/discovery learning)
Pembelajaran berbasis penyingkapan dilandasi oleh filosofi konstruktivisme dengan asumsi bahwa belajar pada hakikatnya suatu proses membangun pemahaman yang dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge) oleh peserta didik. Pembelajaran akan lebih berhasil jika di dalamnya terdapat proses interaksi sosial dan akan lebih lama diingat jika bermakna dan diperoleh melalui pengalaman nyata peserta didik.
Proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis
inquiry/discovery learning adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik
untuk mampu menemukan, mengeksplorasi (mengembangkan pengetahuan) untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan kemudian menguji kebenaran pengetahuan tersebut. Guru berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam rangka membawa peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Para ahli sering membedakan antara discovery learning dengan inquiry
learning, tetapi keduanya dalam satu rumpun pembelajaran yang sama yaitu
berbasis riset. Pada discovery learning terdapat pengalaman yang disebut
aha! experience atau menemukan sesuatu dari proses penyelidikan yang
dilakukan oleh peserta didik, sedangkan inquiry learning tidak selalu
sampai pada proses temuan. Dalam konteks pembelajaran abad XXI, inquiry
learning dan discovery learning memiliki potensi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan penyelesaian masalah, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama, kemampuan mencipta dan memperbarui, dan secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan kemampuan literasi teknologi informasi dan komunikasi.
Proses akhir dalam inkuiri terletak pada kepuasan peserta didik dalam melakukan kegiatan meneliti. Ada empat tahapan dalam pembelajaran berbasis riset yaitu menelaah, mencari, menata, dan menutur. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Menelaah yaitu proses mengidentifikasi berbagai masalah yang
dihadapi melalui pengumpulan informasi dan studi pustaka. Cara mengidentifikasi dapat dibantu dengan menyusun pertanyaan untuk selanjutnya melakukan kegiatan pengumpulan data. Guru dapat memberikan topik permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar sehingga mudah dilakukan oleh peserta didik.
b. Mencari yaitu peserta diminta untuk mengumpulkan data untuk
membuktikan teori. Data yang dicari dapat diperoleh dari hasil uji coba di laboratorium, observasi, wawancara, dan cara lain yang memenuhi persyaratan ilmiah. Hasil dari langkah ini berupa data yang bermakna.
c. Menata yaitu mengolah data, menganalisis, menyimpulkan, dan
16
d. Menuturkan yaitu melaporkan atau mengomunikasikan hasil
temuannya. Peserta didik akan menggunakan berbagai media yang dipilihnya sendiri untuk mengomunikasikan temuannya.
Gambar 2. Tahap pembelajaran inquiry/discovery learning
Beberapa keuntungan yang diperoleh jika menggunakan pembelajaran berbasis riset adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan daya nalar peserta didik dan kemampuan berpikir kritis. Secara khusus belajar inqury dan discovery melatih keterampilan kognitif peserta didik untuk menemukan dan menyelesaikan masalah tanpa pertolongan orang lain.
b. Hasil pembelajaran inquiry/discovery mempunyai efek transfer yang lebih
baik daripada hasil lainnya sehingga bertahan lama dan mudah diingat.
c. Peserta didik akan lebih aktif dalam kegiatan belajar karena mereka
berpikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil akhir.
d. Peserta didik memahami bahan pelajaran sebab mereka mengalami
sendiri proses menemukannya sehingga menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan pencarian dan penemuan lagi sehingga minat belajar meningkat.
e. Metode ini melatih peserta didik untuk lebih banyak belajar secara
mandiri.
Adapun kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan metode ceramah. Untuk mengurangi kelemahan tersebut, guru dapat menggunakan lembar kerja peserta didik (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
Jika guru menggunakan LKS, model ini disebut guided discovery
(terbimbing).
Contoh penerapan model ini adalah peserta didik diminta untuk menentukan tipe iklim berdasarkan rumus tertentu dengan cara mengolah data cuaca yang disediakan oleh guru atau mencari data ke stasiun pengamatan cuaca. Contoh lainnya adalah menentukan kualitas air dengan cara uji laboratorium, menghitung debit aliran sungai, dan meneliti penyebab bencana banjir.
Untuk melaksanakan model pembelajaran ini, guru dapat merencanakannya dengan saksama dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada bagian kegiatan belajar (skenario pembelajaran). Pembagian waktu pertemuan dapat dilakukan pada satu kali pertemuan atau membaginya dalam beberapa pertemuan sesuai ruang lingkup kompetensi yang akan dicapai.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning - PBL) merupakan
model pembelajaran yang mirip dengan pembelajaran inquiry/discovery.
Perbedaannya terletak pada langkah awal pembelajaran. Jika pada model
pembelajaran inquiry dapat mengambil tema berdasarkan pada ruang lingkup
17
materi dari Kompetensi Dasar 9KD), model PBL mengangkat masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat atau masalah yang terjadi di lingkungan sekitar.
Konsepnya sederhana dan dapat mengikuti langkah pembelajaran yang lengkap dan atau hanya mengikuti langkah yang lebih sederhana. Hal yang paling prinsip dari model ini adalah selalu diawali dengan mengajukan masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Peserta didik diajak untuk fokus terhadap masalah. Mereka diminta untuk melakukan kajian, observasi, dan menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikannya.
Pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang
merangsang peserta didik bersikap aktif untuk menyelesaikan permasalahan dalam situasi nyata. Selain itu, peserta didik dapat dilatih untuk bekerja dalam tim untuk menyelesaikan masalah dunia nyata. Dengan dua pendapat di atas dapat terlihat bahwa PBL merupakan strategi yang menantang, melatih kerja sama, dan melatih peserta didik untuk berani mengemukakan temuannya.
Sekurang-kurangnya ada lima fase dalam menerapkan PBL yaitu sebagai berikut.
a. Melakukan orientasi peserta didik terhadap adanya masalah. Kegiatan
orientasi adalah mengidentifikasi dan menunjukkan adanya
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.
b. Mengorganisasikan peserta didik yaitu mengatur aktivitas peserta didik agar dapat melaksanakan proses penyelesaian masalah.
c. Membimbing dalam melakukan penyelidikan, baik secara individual
maupun kelompok.
d. Mengolah data dan dalam bentuk grafik, tabel, atau bagan.
e. Menganalisis hasil dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah
secara bersama-sama. Bentuknya dapat berupa presentasi dan diskusi panel.
Gambar 3. Tahap pembelajaran problem based learning
Dalam pemilihan masalah yang akan dikaji, guru dapat mengikuti rambu-rambu kegiatan sebagai berikut.
a. Tema yang dipilih merupakan masalah yang diketahui dan dekat dengan
kehidupan peserta didik sehari-hari. Hal ini dilakukan agar dapat Orientasi
Organisasi kegiatan
Penyelidikan Mengolah
data Analisis
18
menarik perhatian dan setiap peserta didik dapat mengikutinya dengan aktif.
sungai agar tetap bersih atau mengurangi risiko kesehatan akibat pencemaran udara
Metode PBL memiliki sejumlah keunggulan yaitu sebagai berikut.
a. Penyelesaian masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru sehingga dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
b. Penyelesaian masalah dapat membantu peserta didik untuk ikut serta
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan antara lain:
a. Jika tema yang dipilih terlalu sulit, motivasi peserta didik berkurang bahkan hilang semangat. Terkadang peserta didik akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penekatan
ekspositori (ceramah).
c. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sulit diukur sehingga guru
sering kecewa terhadap hasil belajar peserta didik jika kemampuan peserta didik hanya diukur dengan butir soal pilihan ganda dan isian singkat.
3. Pembelajaran Berbasis Proyek
Metode pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih, merancang dan memimpin pekerjaan proyeknya. Tujuan dari pembelajaran berbasis proyek adalah untuk membiasakan peserta didik berinteraksi kepada lingkungannya. Peran guru hanya mengarahkan, membimbing, mengamati dan memantau jalannya kegiatan belajar mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Agar strategi pembelajaran proyek dapat diterapkan, terdapat beberapa persyaratan tertentu yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut.
a. Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem
yang kompleks.
b. Para peserta memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk mengadakan
penentuan mengenai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta
penerapan proyek.
c. Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus.
d. Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek.
e. Diadakan pertalian antara teori dan praktik.
f. Diperlukan keterampilan lebih dari satu bidang untuk menyelesaikan
problem.
g. Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok-kelompok.
h. Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan
berfaedah.
19
a. menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi
indikator- indikator tertentu s e p e r t i memuat gagasan yang penting dan menarik, mendeskripsikan masalah kompleks, dan mengutamakan penyelesaian masalah.
b. menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi
indikator-indikator: mengutamakan otonomi peserta didik, melakukan
inquiry, peserta didik mampu mengelola waktu secara efektif dan
efesien, dan peserta didik belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab.
c. merancang langkah-langkah penyelesaian proyek. Pengalaman belajar
terkait dengan merencanakan proyek adalah mencari sumber yang berkait dengan tema proyek.
d. menyusun jadwal pelaksanaan proyek,
e. menyelesaikan proyek dengan bantuan arahan (fasilitasi) dan
monitoring guru,
f. menyusun laporan atau presentasi hasil proyek.
Sejumlah kelebihan dari model ini antara lain meningkatkan motivasi belajar
peserta didik, meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah,
meningkatkan kecakapan kolaboratif, dan meningkatkan keterampilan mengelola sumber daya yang tersedia. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang lebih lama bahkan dapat mengganggu jadwal kegiatan belajar mata pelajaran lainnya.
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dirancang agar peserta didik dapat bekerja dalam kelompok dan saling membantu dalam kondisi yang heterogen. Biasanya dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil dengan tiga tujuan yaitu hasil belajar yang merata di kelas, penerimaan terhadap keragaman semakin tinggi, dan pengembangan keterampilan sosial.
Praktik pembelajaran kooperatif umumnya mirip dengan permainan atau diskusi kelompok. Perbedaan proses pembelajaran sebagai model kooperatif adalah sebagai berikut.
a. Harus ada saling ketergantungan antarkelompok. Jika dalam diskusi
tidak tercipta saling ketergantungan maka tidak dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Contohnya, skor individu dalam permainan kelompok harus memiliki kontribusi terhadap kelompok. Anggota kelompok yang akan mewakili kelompok diwajibkan untuk diberi masukan oleh anggota kelompok lainnya agar nilai yang diperolehnya lebih baik.
b. Ada interaksi tatap muka atau berdekatan dan melihat satu sama
lain secara langsung,
c. Setiap individu memiliki peranan dalam kelompok,
d. Ada jalinan antara pribadi untuk melatih keterampilan sosial, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial seperti bekerjasama dengan orang lain, saling menghargai, melatih jiwa demokrasi, toleran, dan saling membantu.
Langkah pembelajaran (sintaks) tidak menjadi perhatian utama dalam pembelajaran kooperatif. Guru dapat menciptakan sendiri asalkan memperhatikan rambu-rambu yang telah dijelaskan di atas. Saat ini, ada puluhan skenario pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan oleh guru
seperti Jigsaw, Number Heads Together (NHT), Student Team Achievement
Division (STAD), dan Team Assisted Individualization atau Team
Accelerated Instruction (TAIn), Think-Pair-Share, Picture and Picture, dan
20
Gambar 4. Skenario pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
5. Pembelajaran Bermakna
Pembelajaran bermakna (meaningful learning) adalah pembelajaran yang
berusaha memetakan perkembangan skema pengetahian yang telah, sedang, dan akan dikembangkan. Pembelajaran bermakna memiliki asumsi bahwa materi ajar tidak hanya sekedar dihafal tetapi harus dipahami dengan cara menghubungkan antara konsep yang telah diketahui sebelumnya dengan konsep atau pengetahuan baru. Ada tiga syarat agar pembelajaran menjadi bermakna yaitu sebagai berikut.
a . Relevan dengan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya.
Persyaratan ini mengandung arti bahwa peserta didik akan merasa terlibat dengan informasi yang diterimanya.
b. Pengetahuan yang dipelajari oleh peserta didik memiliki kaitan yang
berarti dengan ilmu pengetahuan lainnya. Konsep dan dalil yang dipelajarinya dapat dibuktikan dalam bentuk contoh, dapat dirasakan, rasional, dapat dilihat dalam kehidupan di lingkungannya.
c. Peserta didik yang mempelajari materi ajar harus memutuskan tentang
kebermaknaan bagi dirinya. Artinya, peserta didik harus secara sadar dan sengaja mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran bermakna di kelas adalah sebagai berikut.
a. Menyampaikan gambaran umum tentang materi yang akan disampaikan.
Termasuk di dalamnya menyampaikan tujuan pembelajaran dan membangkitkan motivasi belajar. Guru membawa model berupa benda nyata, foto, gambar, atau kata-kata yang diperagakan oleh guru di depan kelas. Tujuannya untuk mengondisikan agar peserta didik mulai terlibat dalam proses belajar.
b. Peserta didik diajak secara bersama-sama untuk menyebutkan atau
menjelaskan sejumlah istilah atau konsep yang telah diketahuinya sebelumnya. Dalam standar proses, tahap ini disebut kegiatan eksplorasi yaitu mengukur kemampuan awal peserta didik.
c. Peserta didik mencoba menghubungkan konsep yang telah disebutkan
dengan informasi baru. Hubungan antara dua konsep dapat berupa kalimat yang menerangkan, hubungan sebab akibat, dan hubungan bersyarat (kondisional). Tahap ini dapat diidentikkan dengan tahapan
elaborasi dan pada prakteknya dapat menggunakan teknik concept
mapping atau mind map.
Kegiatan Kelompok
Tahap 1
Kegiatan Kelompok
Tahap 3 Kegiatan Kelompok
21
d. Dengan bantuan guru, peserta didik menganalisis atau melakukan
kegiatan konstruktivisme untuk memperkaya kegiatan elaborasi.
e. Melakukan refleksi, penyimpulan, dan penguatan terhadap konsep yang
telah direlasikan. Refleksi diarahkan pada penyadaran terhadap adanya tambahan pengetahuan yang dirasakan oleh peserta didik sehingga kebermaknaannya dirasakan oleh peserta didik.
E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mekanisme pelaksanaan pembelajaran mencakup perencanaan,
pelaksanaan (termasuk didalamnya kegiatan evaluasi), dan pertimbangan daya
dukung. Tahap pertama, perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan
kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah. Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama setempat.
Prinsip-prinsip penyusunan RPP adalah sebagai berikut.
1. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
3. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan
memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
4. Berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran dirancang dengan
berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan berbagai pendekatan/model.
5. Berbasis konteks. Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan
sekitarnya sebagai sumber belajar.
6. Berorientasi kekinian. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.
7. Mengembangkan kemandirian belajar. Pembelajaran yang memfasilitasi
peserta didik untuk belajar secara mandiri.
8. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran. RPP memuat
rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pembelajaran pengayaan dan remedi dilakukan setelah evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan.
9. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau
antarmuatan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam
satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
10. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Komponen-komponen minimal RPP memuat:
1. Identitas sekolah/madrasah (nama sekolah), mata pelajaran atau tema
22
semester yang akan dibelajarkan), dan alokasi waktu (prakiraan durasi waktu untuk menyelesaikan kompetensi dan materi yang akan dibelajarkan);
2. Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian kompetensi
3. Materi pembelajaran (mengacu pada silabus);
4. Kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup (skenario kegiatan menggunakan pendekatan keilmuan dengan model-model dan metode sesuai dengan kebutuhan pencapaian KD);
5. Penilaian, mencakup kompetensi yang akan dinilai, instrumen penilaian,
cara melaksanakan penilaian, pengolahan data, serta pelaporannya.
6. Pendukung pembelajaran, meliputi: media, alat, bahan, dan sumber belajar.
Contoh format RPP mata pelajaran geografi
RENCANA PELAKSANAANPEMBELAJARAN(RPP)
Sekolah :
Matapelajaran : Geografi Kelas/Semester :
AlokasiWaktu : A. KompetensiInti (KI)
[disajikan Deskripsi Rumusan KI-1 dan KI-2 seperti yang dinyatakan dalam silabus]
KI3: KI4:
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
KD pada KI 3 …
KD pada KI4 …
C. Materi Pembelajaran
[disajikan materi pokok]
D. KegiatanPembelajaran
1.Pertemuan Pertama: (...JP)
Indikator: …
[indikator yang dirujuk untuk pembelajaran pertemuan
pertama]
a.Kegiatan Pendahuluan
b.KegiatanInti
[disajikan garis besar alur berpikir pembelajaran secara lengkap, materi rinci pembelajaran dimuat pada
Lampiran Materi Pembelajaran Pertemuan 1]
c.KegiatanPenutup
2.Pertemuan Kedua:(...JP)
Indikator: …
[indikator yang dirujuk untuk pembelajaran pertemuan kedua]
a.Kegiatan Pendahuluan
b.KegiatanInti
[disajikan garis besar alur berpikir pembelajaran secara lengkap, materi rinci pembelajaran dimuat pada
Lampiran Materi Pembelajaran Pertemuan 2]
23
3.Pertemuan seterusnya.
E. Teknik penilaian
[disajikan nama Teknik Penilaian, instrumen lengkap penilaian setiap pertemuan dimuat dalam Lampiran Instrumen Penilaian Pertemuan 1, Lampiran Instrumen Penilaian Pertemuan 2, dan seterusnya tergantung pada banyak pertemuan]
F. Media/alat,Bahan, danSumber Belajar
1. Media/alat
2. Bahan
3. SumberBelajar
Lampiran-lampiran:
1. Materi Pembelajaran Pertemuan 1
2. Instrumen Penilaian Pertemuan 1
3. Materi Pembelajaran Pertemuan 2
4. Instrumen Penilaian Pertemuan 2
5. Dan seterusnya tergantung banyak pertemuan.
Langkah-langkah penyusunan RPP adalah:
1. Pengkajian silabus untuk menentukan keluasan, kedalaman, dan urutan
materi serta aktivitas dalam pembelajaran.
2. Perumusan indikator pencapaian setiap KD
3. Penentuan materi Pembelajaran.
4. Penjabaran Kegiatan Pembelajaran berupa kegiatan-kegiatan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang dibelajarkan
5. Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan sesuai kebutuhan.
6. Penentuan penilaian, mencakup kompetensi yang akan dinilai, instrumen
penilaian, cara melaksanakan penilaian, pengolahan data, serta
pelaporannya.
7. Menentukan pendukung pembelajaran (media, alat, bahan dan sumber
belajar sesuai dengan langkah-langkah kegiatan dan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik.
Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran meliputi: 1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
b. mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan
sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan;
c. menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari;
d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan; dan
e. menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
24
Kegiatan penutup mencakup:
a.Kegiatan guru bersama peserta melakukan refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan dan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
b.Kegiatan guru bersama peserta didik merencanakan pembelajaran pada
pertemuan berikut..
Proses pembelajaran memerlukan daya dukung berupa ketersediaan
narasumber, sarana dan prasarana pembelajaran yang bervariasi dan
mendukung pencapaian kompetensi. Pihak-pihak yang terlibat dalam
25
BAB IV
PENILAIAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Penilaian proses dan hasil belajar merupakan komponen yang sama pentingnya dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Peranan penilaian sangat diperlukan dalam sistem pendidikan yaitu untuk mengetahui kemajuan peserta didik selama proses pembelajaran dan menetapkan ketercapaian standar kompetensi oleh peserta didik. Besarnya peranan penilaian membuat pelaksanaannya harus direncanakan secara sistematis.
A. Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Prinsip penilaian pembelajaran pada mata pelajaran geografi adalah penilaian berbasis kelas. Untuk mencapai hasil penilaian yang diharapkan, penilaian berbasis kelas memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian berbasis kelas tidak “menghadang” keberhasilan
peserta didik di akhir pembelajaran tetapi menilai selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, proses penilaian sangat panjang dan berkelanjutan hingga peserta didik berhasil menguasai sejumlah kompetensi yang ditentukan.
Data untuk menentukan prestasi peserta didik dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Dalam proses penilaian, digunakan berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis
(paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui
kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), penilaian diri, dan lain-lain. Khusus untuk penilaian pada aspek pengetahuan dan keterampilan, pendekatan penilaian menggunakan Penilaian Acuan Kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu kriteria yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik. Langkah awal penentuan KKM yaitu menentukan estimasi KKM di awal tahun pembelajaran bagi mata pelajaran yang diajarkan. Penentuan estimasi ini didasarkan pada hasil tes Penerimaan Peserta didik Baru (PSB) bagi peserta didik baru dan mendasarkan nilai KKM pada nilai yang dicapai peserta didik pada kelas sebelumnya. Ada tiga faktor dalam menentukan KKM yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake.
1. Kompleksitas merupakan tingkat kesulitan materi pada tiap indikator,
26
(64-80), dan kompleksitas rendah (81-100).
2. Daya dukung yaitu ditujukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh sekolah dalam menunjang pembelajaran. Pada sekolah yang memiliki daya dukung tinggi, skor yang digunakan juga tinggi. Pada aspek daya dukung, rentang nilai yang digunakan sangat fleksibel sesuai dengan kondisi sekolah. Sebagai contoh, jika daya dukung tinggi maka rentang nilai yang digunakan (81-100), daya dukung sedang (65-80), dan daya dukung rendah (50-64).
3. Intake yaitu tingkat kemampuan rata-rata peserta didik. Intake bisa
didasarkan pada hasil/nilai penerimaan peserta didik baru dan nilai yang dicapai peserta didik pada kelas sebelumnya (menentukan estimasi). Contoh rentang nilai intake tinggi (81- 100), intake sedang (65- 80), d a n untuk intake rendah (50-64).
B. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran, dan proses. Berikut ini diuraikan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinilai.
Aspek sikap yang dinilai dalam proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran geografi adalah sebagai berikut.
1. Sikap dan perilaku peserta didik dalam menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
2. Sikap dan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan.
3. Sikap dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 4. Sikap dan perilaku cinta tanah air, bangga sebagai bangsa Indonesia, dan
bertanggung jawab terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Aspek pengetahuan yang dinilai dalam proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran geografi adalah sebagai berikut.
1. Tingkatan berpikir kritis dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada objek kajian geografi.
2. Kemampuan dalam mengatasi masalah kaitannya dengan objek kajian
geografi.
3. Kreativitas dalam mencipta dan mengajukan gagasan untuk memperbarui
kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial sebagai sumber daya.
Aspek keterampilan yang dinilai dalam proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran geografi adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan belajar (learning to learn) secara kontekstual sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam memahami permasalahan geografi secara mandiri dan berkelanjutan.
2. Kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi untuk menyampaikan gagasan
dan menghasilkan solusi.
3. Penguasaan (literasi) teknologi informasi, media, dan komunikasi terkait
dengan pemanfaatan teknologi geografi seperti internet, teknologi pengelolaan peta, citra pengindraan jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG).