i
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Negeri Semarang
Oleh
DIAN HARUM PUSPITASARI
1402407081
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
Dian Harum Puspitasari
iii Hari : Jum’at
Tanggal : 30 September 2011
Semarang, 30 September 2011
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Jaino, M. Pd. Masitah, S. Pd, M. Pd.
NIP 19540815 198003 1 004 NIP 19520610 198003 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan PGSD
Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd
iv
Hari : Jumat
Tanggal : 14 Oktober 2011
Panitia Ujian Skripsi:
Ketua Sekretaris
Drs. Hardjono, M. Pd. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd
NIP 19510801 197903 1 007 NIP 19560512 198203 1 003
Penguji Utama
Dra. Arini Estiastuti, M.Pd
NIP. 195806191987022 001
Penguji I Penguji II
Drs. Jaino, M.Pd. Masitah, S. Pd., M.Pd.
v
yang tidak mungkin, akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin
kita capai” (Mario Teguh).
“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kita untuk
menyatakan apa yang sebenarnya jika memang kita melihatnya,
menyaksikan atau mendengarnya” (HR Ahmad).
“orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.
Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan” (Mario
Teguh).
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah” (Thomas Alva Edison).
Dengan mengucap rasa syukur atas segala karunia-Nya
Karya indah ini saya persembahkan kepada :
Keluargaku tercinta :
Kedua orang tuaku “Bapak Sidan dan Ibu Suparmiati”
Nenekku “Sarmini”
Yang selalu memberikan doa dan semangat hingga akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Semua pengorbanan dan peluh kalian tidak akan pernah dapat
vi
dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil
Belajar IPS Pada Siswa Kelas VI SDN Ngijo 01 Kecamatan Gunung Pati Melalui
Penerapan Strategi Peer Lesson”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Di dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si., Rektor Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan belajar kepada peneliti.
2. Bapak Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Bapak Drs. H. A. Zaenal Abidin, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar yang telah memperlancar jalannya penelitian.
4. Bapak Drs. Jaino, M.Pd., Dosen Pembimbing I, yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.
5. Ibu Masitah, S. Pd, M. Pd., Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.
6. Bapak ST. Suhartono, S Pd., Kepala SDN Ngijo 01 Kota Semarang yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN Ngijo 01 Kota Semarang yang
telah membantu penulis melaksanakan penelitian.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan Skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman membuat
vii bagi semua pihak.
Semarang, 7 Oktober 2011
viii II : Masitoh, S. Pd, M. Pd.
Kata kunci: hasil belajar IPS, strategiPeer Lesson.
Berdasarkan observasi awal di SDN Ngijo 01 Semarang, ditemukan masalah dalam pembelajaran di kelas VI. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan dan kurang aktif selama pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Guru masih menggunakan strategi belajar yang kurang bervariasi saat pembelajaran IPS, sehingga keterampilan guru kurang terasah dan berakibat pada proses pembelajaran yang jurang menarik. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan keterampilan guru. Salah satunya dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif Peer Lesson.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) apakah strategi Peer Lesson dapat meningkatkan keterampilan guru?, 2) apakah strstegi Peer Lesson dapat meningkatkan aktivitas siswa?, 3) apakah strategi Peer Lesoon dapat meningkatkan hasil belajar siswa?. Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keterampilan guru, (2) meningkatkan aktivitas siswa, (3) meningkatkan hasil belajar IPS dengan strategi Peer Lesson.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lessonyang dilakukan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas VI SDN Ngijo 01 Kota Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, tes dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, keterampilan guru dalam pembelajaran IPS diperoleh skor rata-rata 2,9 dengan kategori baik. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPS mendapatkan skor rata-rata 2,3 dengan kategori cukup. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal 5 dari 20 siswa yang tuntas dengan KKM 65. Setelah dilakukan tindakan penelitian pada siklus I nilai rata-rata 62,6 dengan kategori kurang, dan pencapaian ketuntasan sebesar 38,3%. Tetapi pada siklus I guru dalam membimbing kelompok masih kurang, siswa kurang dapat dikondisikan dan hasil belajar belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II. Pada siklus II, keterampilan guru meningkat menjadi skor rata-rata 5,6 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa meningkat menjadi 2,58 dengan kategori baik. Ketuntasan hasil belajar meningkat dengan nilai rata-rata 76,42 dengan kategori baik dan pencapaian ketuntasan sebesar 85%. Pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan sehingga tidak dilakukan tindakan siklus berikutnya.
ix
PERNYATAAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN... v
PRAKATA... vi
ABSTRAK... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR DIAGRAM... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Pemecahan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11
1. Kajian Teori... 11
x
c. Aktivitas Siswa ... 33
d. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 35
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 35
2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 36
3) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 39
4) Materi Ilmu Pengetahuan Sosial... 39
5) Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial ... 40
e. Mediadalam pembelajaran IPS... 41
f. Ilmu Pengetahuan Sosial di SD ... 43
g. Strategi Peer Lesson ... 44
1) Pengertian Peer Lesson... 44
2) Langkah Peer Lesson... 47
3) Manfaat Peer Lesoon ... 48
h. Hasil Belajar ... 50
2. Penelitian Relevan ... 54
3. Kerangka Berpikir ... 56
4. Hipotesis Tindakan ... 59
BAB III METODE PENELITIAN... 60
1. Rancangan Penelitian ... 60
xi
2. Perencanaan Tahap Penelitan ... 53
a. Siklus I... 63
1) Perencanaan Tahap Siklus ... 63
2) Pelaksanaan Tindakan ... 64
3) Observasi ... 70
4) Refleksi... 70
b. Siklus II ... 70
1) Perencanaan Tahap Siklus ... 70
2) Pelaksanaan Tindakan ... 71
3) Observasi ... 75
4) Refleksi... 75
3. Subjek Penelitian ... 76
4. Setting Penelitian... 76
5. Data dan Cara Pengumpulan Data... 76
6. Teknik Pengumpulan Data ... 79
7. Indikator Keberhasilan ... 83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 84
A. Hasil Penelitan ... 84
1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 84
xii
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 93
3) Paparan Hasil Belajar Siswa... 95
d. Refleksi ... 98
e. Revisi ... 99
2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 100
a. Perencanaan... 100
b. Pelaksanaan... ... 100
c. Observasi... 104
1) Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II... 104
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 106
3) Paparan Hasil Belajar Siswa... 109
d. Refleksi ... 112
e. Revisi... 112
B. Pembahasan ... 113
1. Pemaknaan Temuan Penelitian ... 113
2. Implikasi Hasil Penelitian ... 126
BAB V PENUTUP... 128
A. Simpulan ... 128
xiv
Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... 90
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 93
Tabel 4.3 Hasil Belajar IPS Siklus I ... 96
Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II... 104
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 107
Tabel 4.6 Hasil Belajar IPS Siklus II... 110
Tabel 4.7 Peningkatan Keterampilan Guru... 113
Tabel 4.8 Peningkatan Aktivitas Siswa... 118
xv
Diagram 2. Aktivitas Siswa Siklus I... 94
Diagram 3. Hasil Belajar IPA Siklus I... 97
Diagram 4. Keterampilan Guru Siklus II... 105
Diagram 5. Aktivitas Siswa Siklus II... 108
Diagram 6. Hasil Belajar IPA Siklus II... 111
Diagram 7. Peningkatan Keterampilan guru... 114
Diagram 8. Peningkatan Aktivitas Siswa... 119
Diagram 9. Peningkatan Hasil Belajar Siswa... 124
xvi
1. Kisi-kisi Instrumen... 133
2. Lembar Observasi Keterampilan Guru ... 135
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 139
4. Daftar Nama Siswa ... 142
5. Nilai Pra Siklus ... 143
6. RPP Siklus I ... 144
7. RPP Siklus II... 170
8. Media ... 187
9. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I... 188
10. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II... 197
11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 205
12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 208
13. Hasil Belajar Siswa Siklus I... 210
14. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 211
15. Foto-foto Kegiatan ... 212
16. Surat Keterangan Penelitian... 221
1 A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan standar kompetensi tingkat SD/MI dalam peraturan
menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai
dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB sampai SMA sederajat. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS
memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi (Standar Isi Mata
Pelajaran SD/MI).
Tujuan dari mata pelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut : (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3)
memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,
Adapun tujuan utama pembelajaran IPS menurut Barr (Masitoh,
2010:6) di sekolah dasar adalah mengarahkan siswa untuk dapat menjadi
warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta
warga yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan
menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS
dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Ruang lingkup dalam
pembelajaran IPS mencakup aspek-aspek sebagai berikut ini : (1) manusia,
tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3)
sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS di atas perlu disusun suatu
strategi pembelajaran yang efisien sehingga diperoleh hasil belajar yang
efektif. Pada dasarnya strategi dalam pembelajaran IPS dapat dibagi
menjadi dua bagian besar (Masitoh, 2010:53), yaitu : (1) untuk
pengembangan berpikir (kognitif), (2) untuk pengembangan nilai (afektif).
Strategi pembelajaran merupakan kombinasi dari cara kerja,
dikelompokkan dan diatur dalam suatu urutan yang dapat melibatkan
siswa dalam belajar. Menurut Edwin Fenton (Masitoh, 2010:55-56)
mengungkapkan bahwa diskusi terarah akan lebih mengarah pada
pencapaian tujuan pembelajaran daripada menggunakan ceramah ataupun
mengarahkan diskusi dengan pertanyaan yang telah diajukan. Di sini
pelajaran berlangsung antara guru dan siswa, bukan hanya antar siswa.
Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang mampu mencapai tujuan
pembelajaran, maka dengan sendirinya pula hasil belajar akan meningkat.
Berdasarkan temuan Depdiknas (2007) tentang permasalahan
pembelajaran IPS, menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan
pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Hal ini dikarenakan terjadi
kebosanan pada siswa saat pembelajaran berlangsung, lemahnya motivasi
belajar siswa, rendahnya tingkat partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran, iklim pembelajaran masih bersifat teacher centered. Hal tersebut disebabkan karena strategi yang digunakan lebih banyak ceramah,
guru kurang kreatif dalam menggunakan strategi pembelajaran yang ada
(http:blog.uny.ac.id/sudrajat/2010/07/30/menyoal-pengajaran-ips/diakses
pada tanggal 7 Maret 2011 pukul 23:22).
Menurut Abdul azis (2009) problematika pembelajaran IPS di SD
dalam
(http://azisgr.blogspot.com/2009/05/problematika-pembelajaran-ips-sd.html) tanggal 3 November 2011 disebutkan bahwa rendahnya hasil
belajar salah satunya disebabkan oleh rendahnya minat siswa pada mata
pelajaran IPS. Dugaan ini didasarkan pada kenyataan yang ada bahwa
beberapa faktor seperti di antaranya: struktur materi yang sangat padat,
cakupan materi yang luas serta terdiri dari beberapa kajian ilmu sosial,
keseluruhan materi tersebut atau metode mengajar guru yang belum sesuai
dengan tujuan pembelajaran IPS dan karakter siswa.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial, peserta didik dapat
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam apabila guru menerapkan
strategi yang tepat dan media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Media pembelajaran adalah salah satu
komponen dalam strategi penyampaian pembelajaran yang diperlukan
untuk melakukan komunikasi yang akan disampaikan kepada siswa, baik
berupa orang, alat, ataupun bahan. Media peta adalah media dalam bentuk
gambar wilayah yang membantu guru dalam menyampaikan materi
pelajaran sehingga lebih mudah diterima oleh siswa. Tanpa adanya media
maka tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.
Fenomena pembelajaran IPS yang terjadi di atas, merupakan fakta
yang terjadi di SDN Ngijo 01. Berdasarkan refleksi awal dengan tim
kolaborasi yang dilakukan pada 30 September 2010 dan observasi pada 2
Oktober 2010 bahwa pembelajaran IPS pada materi Peninggalan Sejarah
dari Masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia masih belum dapat
berjalan secara optimal, karena guru kurang bisa memilih strategi
pembelajaran dalam mengajarkan materi serta kurang memanfaatan media
sehingga siswa merasa bosan dan kurang aktif yang berpengaruh pada
Hal tersebut di atas didukung data dari pencapaian hasil observasi
dan evaluasi di kelas VI semester I tahun pelajaran 2011 masih di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 62.
Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 34 dan nilai tertinggi
yang dicapai adalah 86. Siswa yang belum mencapai KKM yaitu sebanyak
71,4% atau 15 siswa dari 21 siswa dan yang telah mencapai KKM
sebanyak 28,6% atau 6 dari 21 siswa, dengan rerata kelas 56. Melalui data
hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran tersebut perlu sekali
peningkatan kualitas proses pembelajaran agar siswa lebih memahami
materi tentang Keadaan sosial dan alam Indonesia dan negara tetangga.
Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru kelas VI, untuk
memecahkan permasalahan tersebut, kolaborasi menetapkan alternatif
tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat
meningkatkan kreativitas guru dan mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran. Maka peneliti menggunakan salah satu strategi
pembelajaran aktif yaitu menggunakan pembelajaran peer lesson yang menekankan pada keaktifan siswa.
Penelitian tentang strategi pembelajaran Peer Leeson juga telah dilakukan oleh Imroatun Naimah yang berjudul “Peningkatan Minat Belajar
Matematika Melalui Pembelajaran Peer Lesson Pada Materi Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Alat Peraga di Kelas IV SD
Penelitian tentang Peer Lesson juga diterapkan oleh Anisa Dika Icmawati yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Pokok
Bahasan Himpunan melalui Strategi Peer Lesson Sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa’’ (PTK pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Sawit Semester 2 tahun 2009/2010).
Gatiningsih juga melakukan penelitian dengan strategi tersebut
dengan judul “Penerapan Strategi Peer Lessondalam Pembelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP
Negeri I Masaran tahun ajaran 2008/2009”.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk untuk
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran IPS dengan mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran di mana siswa dituntut menganalisis materi,
dan mengembangkan berbagai strategi pemecahan masalah. Selain itu
melalui penelitian ini diharapkan guru akan lebih kreatif lagi dalam
menentukan strategi pembelajaran dan media yang tepat dalam
mengajarkan mata pelajaran IPS.
Kelebihan strategi pembelajaran Peer Lesson ini antara lain siswa tidak terlalu bergantung kepada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan dan kemampuan berfikir siswa sendiri. Siswa juga dapat
belajar untuk mengungkapkan ide-ide ataupun gagasannya kepada siswa
lain.
Menurut ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan
Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Ngijo 01
Kecamatan Gunung Pati Melalui Penerapan Strategi Peer Lesson.
B. Perumusan Masalah dan Pemecahan masalah 1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan
permasalahan secara umum yaitu :
Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada
siswa kelas VI SDN Ngijo 01 ?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a) Apakah strategi peer lesson dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan materi kenampakan alam
dan sosial Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua di
kelas VI SD Negeri Ngijo 01 Gunung Pati?
b) Apakah strstegi peer lesson dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi kenampakan alam dan
sosial Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua pada
siswa kelas VI SDN Ngijo 01 Gunung Pati?
c) Apakah strategi peer lesson dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi kenampakan alam
dan sosial Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua pada
2. Pemecahan masalah
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi pembelajaran peer lessonyaitu :
a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak materi yang akan disampaikan.
b. Masing-masing kelompok mempelajari satu topic, kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain.
c. Memberikan waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun luar kelas, usahakan mereka tidak menggunakan metode
ceramah saja, diharapkan ada media.
d. Setiap kelompok menyampaikan materi yang telah diberikan. e. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan
pelurusan dari pemahaman peserta didik (Hisyam Zaini, 2004:65 –
66).
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa VI SDN Ngijo 01.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Untuk meningkatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran
IPS dalam materi kenampakan alam dan sosial Indonesia dan negara
tetangga serta benua-benua dengan menggunakan strategi peer lesson. b. Untuk meningkatan aktivitas siswa kelas VI SDN Ngijo 01 dalam
Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua melalui strategi peer lesson.
c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Ngijo 01 dalam
pembelajaran IPS dengan materi kenampakan alam dan sosial
Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua melalui strategi peer lesson.
4. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi:
a. Guru.
1. Meningkatkan motivasi guru dalam merencanakan dan mengolah
KBM.
2. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru Sekolah Dasar
mengenai strategi pembelajaran IPS sehingga dapat digunakan
meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru
dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.
b. Siswa.
1. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa.
2. Meningkatkan daya kreatifitas siswa, dan ketrampilan social.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa
c. Sekolah.
1. Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan hasil belajar
2. Meningkatnya mutu proses dan hasil belajar di sekolah secara
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teori a. Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan pendapat Achmad Sugandi (2007:9),
pembelajaran merupakan terjemahan dari kata ”instruction”. Pembelajaran merupakan suatu proses yang bersifat individual,
yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam
sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya
hasil belajar dalam berbentuk ingatan jangka panjang. Beberapa
teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut :
a. Menurut teori behavioristik, pembelajaran merupakan usaha
guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus
(lingkungan) dengan tingkah laku si belajar.
b. Menurut teori kognitif, pembelajaran adalah cara guru
memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar
12
c. Menurut teori humanistik, pembelajaran memberikan
kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran
dan cara mempelajarinya sesuai minat dan kemampuannya.
Udin S. Winataputra (2007:1. 18) berpendapat bahwa
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginisiasi, memfasilitasi, serta meningkatkan intensitas dan
kualitas belajar pada diri siswa. Dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Udin S. Winataputra, 2007:1. 20)
mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Dalam konsep tersebut terkandung lima konsep, yaitu
interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan
belajar. Ciri dari suatu pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan
peningkatan proses hasil belajar siswa.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai seperangkat
peristiwa yang mempengaruhi siswa dalam memperoleh
kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan
(Achmad Sugandi, 2007:10).
Dalam pembelajaran, guru tidak hanya sebagai pengajar
tetapi sebagai pendidik. Menurut Isjoni (2008:30) mengungkapkan
bahwa tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan
sedangkan tugas sebagai pendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup pada anak didik.
Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak
sebagai seperangkat kejadian sehingga terjadilah proses belajar.
Menurut Gagne (Achmad Rifa’i, 2010:192) menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal siswa
yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa
belajar ini dirancang agar memungkinkan siswa memproses
informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran
sebagai berikut (Achmad Rifa’i, 2010:193) :
a. Usaha pendidik untuk membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar tetap terjalin
hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa.
b. Cara pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berfikir agar memahami apa yang dipelajari.
c. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memperoleh
bahan pelajaran dan mempelajarinyadengan minat dan
kemampuannnya.
Pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa
berperilaku, hal ini memberikan makna bahwa pembelajaran
merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah
informasi yang selanjutnya dapat menghasilkan hasil belajar dalam
bentuk ingatan jangka panjang.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran
dapat diartikan sebagai penciptaan serta pengaturan sistem
lingkungan dalam menyediakan seperangkat kondisi lingkungan
anak yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas
belajar. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah berupa
sejumlah tugas-tugas yang harus dilakukan anak,
persoalan-persoalan yang menuntut anak untuk memecahkannya, seperangkat
keterampilan yang dikuasai anak, termasuk pula seperangkat
kondisi berupa sejumlah pengetahuan yang perlu dikuasai anak.
2) Komponen-komponen Pembelajaran
Komponen pembelajaran menurut Achmad Rifa’i
(2010:194-196) terdiri atas :
a. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan
pembelajaran biasanya berupa pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam tujuan pembelajarn khusus. Setelah siswa
melaksanakan proses belajar mengajar, selain mereka
memperoleh hasil belajar, mereka juga akan mendapatkan
akan sifat pengetahuan, tenggang rasa, dan kecermatan dalam
berbahasa, dan sebagainya.
b. Subyek belajar
Subjek belajar dalam pembelajaran merupakan
komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus
objek. Sebagai subjek karena peserta didik adalah individu
yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek
karena kegiatan pembelajaran dapat mencapai perubahan
perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu dari pihak
diperlukan partisipasi aktif dari peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Untuk kepentingan perencanaan pembelajaran
yang efektif perlu adanya pengetahuan guru tentang diagnosis
kesulitan belajar dan analisis tugas.
c. Materi Pelajaran
Materi pelajaran juga merupakan komponen utama
dalam proses pembelajaran, karena materi akan memberikan
warna dalam kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang
tersusun secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas
akan berpengaruh juga pada jalannya proses pembelajaran.
Materi pembelajaran dalam sistem pembelajaran terdapat
dalam silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku
d. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum
mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan
strategi pembelajaran, guru perlu memilih model-model
pembelajaran, metode, dan teknik-teknik mengajar yang
menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan
strategi yang akan digunakan perlu mempertimbangkan tujuan,
karakteristik siswa, dam materi pelajaran agar strategi
pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.
e. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu
proses penyampaian pesan pembelajaran. Media digunakan
dalam kegiatan instruksional karena media dapat memperbesar
benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi
dapat dilihat dengan jelas. Selain itu media juga dapat
menyajikan benda yang jauh dari subyek belajar dan
menyajikan peristiwa-peristiwa yang komplek, rumit menjadi
sistematik dan sederhana.
f. Penunjang
Komponen penunjang yang dimaksud dalam
alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya.
Komponen penunjang memiliki fungsi memperlancar,
melengkapi, dan mempermudah proses pembelajaran.
b. Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan
perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu
yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi
seseorang.
C.T.Morgan dalam Introduction to Psychology
merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam
menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari
pengalaman yang lalu (Pupuh Fathurrohman, 2007:5).
Menurut Oemar Hamalik (2009:45) belajar mengandung
pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan perilaku.
Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning
mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang (Pupuh Fathurrohman,
2007:5).
M. Sobirin Sutikno mengartikan belajar sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang memperoleh
suatu perubahanyang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Pupuh Fathurrohman,
2007:5).
Menurut Udin S. Winataputra (2007:1.5) belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan
berkelanjutan dari bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses
belajar sepanjang hayat. Pengertian belajar dalam konteks tujuan
pendidikan nasional dimaknai sebagai kegiatan untuk menjadi
orang yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, caka, kretif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sedangkan menurut Thursan Hakim (2005:1), belajar adalah suatu
proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya
pikir, dan lain-lain kemampuan.
Skiner (Dimyati, 2006:9) berpandangan bahwa belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat seseorang belajar , maka
responnnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila seseorang
tidak belajar, maka responnya akan menurun. Dalam belajar
ditemukan adanya hal-hal berikut :
a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon
pebelajar.
b. Respons si pebelajar.
c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Gagne juga memiliki pendapat tentang belajar. Menurut
Gagne (Dimyati, 2006:10), belajar merupakan kegiatan yang
kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar
seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal
dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh
pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne,
belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal,
kondisi internal, dan hasil belajar. Gagne berpendapat bahwa
dalam belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan belajar,
pemerolehan dan unjuk belajar, dan alih belajar. Pada tahap
persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian,
pengharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap
pemerolehan dan performansi digunakan untuk menyajikan
stimulus yang jelas sifatnya, memberikan bimbingan belajar,
memunculkan perbuatan siswa serta penguatan. Tahap alih belajar
meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakuan
secara umum.
Piaget memiliki pendapat yang berbeda dengan Gagne.
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu
sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungan (Dimyati, 2006:13). Dengan adanya interaksi dengan
lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Perkembangan intelektual menurut Piaget melalui
tahap-tahap berikut :
a. Sensori motor (0 sampai 2 tahun).
Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan
kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal
perabaan dan mengerakkannya.
b. Pra operasional (2 sampai 7 tahun).
Pada tahap ini anak mampu menggunakan simbol, bahasa,
konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan
menggolong-golongkan.
c. Operasional konkret (7 sampai 11 tahun).
Pada tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis.
d. Operasi formal (11 tahun ke atas).
Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang
dewasa.
Rogers (Dimyati, 2006:16) mengemukakan pentingnya
guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan
tersebut adalah sebagai :
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk
belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak
ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang
bermakna bagi dirinya.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti
belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar
pengubahan diri terus menerus.
e. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi
secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
f. Belajar mengalami dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi
dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberikan
peluang untuk belajar kreatif, self evaluationdan kritik diri. g. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh
dan sungguh-sungguh.
Dalam konsep belajar mengandung tiga unsur utama
(Achmad Rifa’i, 2010:82-84) yaitu :
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
Perilaku mengacu pada suatu tindakan atau berbagai
tindakan. Dalam kegiatan belajar di sekolah, perubahan
perilaku itu mengacu pada kemampuan mengingat atau
menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan siswa
memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik.
Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar atau belum
belajar perlu adanya perbandingan antara perilaku sebelum
dan setelah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi
perubahan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
tersebut telah belajar.
b. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses
Pengalaman dapat membatasi jenis-jenis perubahan perilaku
yang dipandang mencerminkan belajar. Pengalaman dalam
belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial.
Perubahan perilaku karena perkembangan dan kematangan
fisik tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar.
c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang
susah diukur.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
yang terjadi akibat melakukan proses interaksi secara
terus-menerus dengan lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman
bermakna. Dalam interaksi tersebut terjadi proses mental,
intelektual, dan emosional yang pada akhirnya menjadi suatu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya. Dalam
belajar yang tepenting adalah proses bukan hasil yang
diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha
sendiri, adapun orang lain hanya sebagai perantara dalam
kegiatan belajar.
2) Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan
lingkungan belajar dipengaruhi beberapa komponen yang sangat
mempengaruhi. Komponen-komponen itu berupa tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang akan disajikan,
guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan
social tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana
prasarana belajar mengajar yang tersedia. Belajar yang dilakukan
oleh seseorang bertujuan :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan.
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.
Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak
dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan
memperkaya pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan.
Penanaman konsep atau merumuskan konsep
memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan dapat dididik
yaitu dengan melatih kemampuan. Demikian juga
mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan.
Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu
akan menuruti kaidah tertentu dan bukan semata-semata
c. Pembentukan sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan
pribadi anak didik, guru harus bijak dan hati-hati dalam
menentukan pendekatan. Untuk itu dibutuhkan kecakapan
dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh. Dalam
interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi,
dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh siswa.
Pembentukan sifat mental dan perilaku anak didik tidak akan
terlepas dari soal penanaman nilai. Dengan dilandasi
nilai-nilai, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk
mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dupelajari
(Sardiman, 2010:25-28).
Jadi pada intinya, tujuan belajar adalah untuk
mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap
mental.
3) Peranan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Kegiatan mengajar
sendiri memilki arti suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan mengatur hubungan dengan anak ,
sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 2003:49). Suatu proses
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Menurut pendapat
Sudirman (2003:143-146) menyebutkan beberapa peranan guru
dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut :
a. Informator
Guru dalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai pelaksana
cara mengajar informative, laboratorium, studi lapangan dan
sumber informasi akademik maupun umum.
b. Organisator
Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop,
jadwal pelajaran, dan lain-lain. Komponen yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar semuanya diorganisasikan sedemikian
rupa, sehingga mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar
pada diri siswa.
c. Motivator
Guru di dalam kegiatan belajar mengajar harus dapat merangsang
dan memberikan dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa,
menumbuhkan aktivitas dan daya cipta siswa, sehingga akan
terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar.
d. Pengarah
Guru dalam hal ini berperan membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator
Ide-ide tersebut merupakan Ide-ide-Ide-ide kreatif yang dapat dicontohkan
kepada siswa.
f. Transmiter
Guru dalam hal ini akan bertindak sebagai penyebar
kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator
Guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung
secara efektif.
h. Mediator
Di dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai
penengah, misalnya dalam acara diskusi kelas. Mediator dapat
juga diartikan sebagai penyedia media.
i. Evaluator
Guru bertugas mengevaluasi siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
c. Keterampilan Guru
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah salah satu
hal yang penting agar guru dapat menjadi seorang guru yang
professional. Jadi di samping guru harus menguasai materi yang
diajarkan, keterampilan dasar mengajar adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh guru, yaitu :
1. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran tidak hanya
sekedar menceritakan sesuatu kepada peserta didik melainkan
keterampilan menyajikan bahan pelajaran yang diorganisasikan
secara sistematis sebagai satu kesatuan yang berarti, sehingga
mudah dipahami oleh siswa. Menjelaskan pada dasarnya adalah
menuturkan secara lisan mengenai bahan pelajaran sehingga
memudahkan siswa untuk memahami bahan pelajaran. Hasil
belajar yang diperoleh dari penjelasan adalah pemahaman, bukan
ingatan. Melalui penjelasan siswa dapat memahami sebab akibat,
dan memahami prinsip.Penyampaian informasi ataupun uraian
tentang suatu pokok masalah harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik siswa.
c. Materi penjelasan harus dikuasai oleh guru.
d. Materi harus bermanfaat dan bermakna bagi siswa.
e. Dalam menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang
kongkrit.
f. Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah, maupun akhir
pelajaran.
rancangan guru.
Adapun tujuan dari penggunaan penjelasan dalam proses
pembelajaran yaitu (LP3I, 2010:83) :
a. Untuk membimbing siswa dalam memahami konsep, prinsip
ataupun hukum yang menjadi bahan pelajaran.
b. Membantu siswa dalam memecahkan masalah.
c. Mengkomunikasikan ide, pesan kepada siswa.
d. Melatih siswa mandiri dalam mengambil keputusan.
e. Melatih siswa untuk berpikir logis.
2. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau
pertanyaan yang dilontarkan guru yang menuntut respon atau
jawaban dari siswa. Menurut Wahid Murni (2010:99)
keterampilan bertanya merupakan keterampilan untuk
mendapatkan jawaban dari orang lain.Pertanyaan yang diajukan
guru akan mengandung unsure pengendalian atas pengajaran yang
berlangsung. Kenyataan tersebut memungkinkan pengajaran
menjadi menarik, perhatian anak, menuntut mereka untuk berfikir
untuk menjawabnya dengan tepat. Pengajuan pertanyaan yang
bermakna dan menarik perhatian anak sehingga anak merasa
senang dalam belajar merupakan tugas yang tidak sederhana bagi
seorang guru. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
a. Pertanyaan hendaknya singkat, jelas, dan disusun dengan
kata-kata yang sederhana.
b. Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja.
c. Petanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random.
d. Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada siswa.
e. Pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan
siswa.
f. Sebaiknya hindari pertanyaan leading question.
Hal yang harus dihindari guru saat bertanya yaitu :
a. Mengajukan pertanyaaan yang memberikan jawaban
serentak.
b. Mengulang pertanyaan sendiri.
c. Menjawab pertanyaan sendiri.
d. Mengulang jawaban siswa.
3. Keterampilan menggunakan variasi
Penggunaan variasi dilakukan agar peserta didik terhindar
dari perasaan jenuh dan membosankan yang menyebabkan
perasaan malas muncul. Pengajaran sepantasnya tidak monoton,
berulang-ulang dan menimbulkan rasa jenuh pada siswa.
Pengertian penggunaan variasi merupakan keterampilan guru
dalam menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk
mewujudkan tujuan belajar siswa sekaligus mengatasi kebosanan
Penggunaan variasi terdiri dari variasi dalam mengajar, variasi
dalam penggunaan media, variasi dalam penggunaan metode, dan
variasi dalam pola interaksi.
4. Keterampilan memberi penguatan
Memberi penguatan merupakan tindakan terhadap suatu
respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong
munculnya peningkatan kualitas tingkah laku.
Pemberian penguatan dapat berupa penguatan berupa
kata-kata (verbal), penguatan gerak tubuh atau mimik muka
(gestural), penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan
cara sambutan, penguatan dengan pemberian kegiatan yang
menyenangkan, dan penguatan berupa tanda.
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk
mengkondisikan mental siswa agar siap dalam menerima pelajaran.
Dalam membuka pelajaran, siswa harus mengetahui tujuan yang
akan dicapai dan langkah-langkah yang akan ditempuh.
Keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam
mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru
dapat menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat
pencapaian siswa, dan keberhasilan guru dalam proses belajar
6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan
guru melayani kegiatan siswa dalam belajar dalam kelompok
dengan jumlah siswa antara 3 sampai 5 orang atau paling banyak 8
anak untuk setiap kelompok. Sedangkan keterampilan mengajar
perorangan adalah kemampuan guru dalam menentukan tujuan,
bahan ajar, dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan
memperhatikan perbedaan individu siswa.
7. Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan
guru dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar
mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan
kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang
menguntungkan, menyenangkan siswa dan penciptaan disiplin
belajar secara sehat.
8. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang
dilakukan dalam kerjasama kelompok yang bertujuan memecahkan
suatu permasalahan, mengkaji konsep, prinsip atau keterampilan
tertentu. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam memimpin diskusi
yaitu melaksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan,
memberi waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab
dan menjadikan guru sebagai teman dalam diskusi.
d. Aktivitas Siswa
Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada
prinsipnya belajar itu adalah berbuat, “learning by doing”.
Aktivitas merupakan perbuatan baik berupa kegiatan fisik maupun
mental (Sardiman, 2011: 100). Aktivitas terbentuk karena adanya
suatu pengajaran yang efektif sedangkan dalam pengajaran yang
tradisional hanya terbentuk aktivitas semu (Hamalik, 2008: 171).
Aktivitas siswa dipengaruhi adanya motivasi. Dengan adanya
motivasi maka akan muncul dorongan melakukan suatu perbuatan .
Motivasi juga akan mengarahkan perbuatan sesuai tujuan yang
diinginkan. Selain itu motivasi juga berfungsi sebagai penggerak,
besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu
pekerjaan (Oemar Hamalik, 2007:175).
Di dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang
berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan
ilmu jiwa lama dan pandangan ilmu jiwa modern. Menurut
pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru
sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas
didominasi oleh siswa (Sardiman, 2011:103).
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Aktivitas tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat
Diedrich (Sardiman, 2011:101) membuat daftar yang berisi 177
macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai
berikut :
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya yaitu membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan
orang lain.
2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, dan menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik,
peta, dan diagram.
6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain
melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi,
bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat
8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan
gugup.
Jadi dengan adanya klasifikasi aktivitas di atas
menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan
bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan di atas dapat diciptakan
di sekolah, tentu sekolah akan menjadi lebih dinamis, tidak
membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai
pusat dan transformasi kebudayaan.
e. Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Pengertian IPS
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB sampai SMA
sederajat. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu social hal tersebut
diungkapkan oleh E. Mulyasa (Nurul Farida Istiqomah, 2010:11).
Menurut Mu’nisah (2004:2) IPS merupakan mata
pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai
ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan
psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan
kehidupannya. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa IPS
humaniora untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan.
Dengan program sekolah, IPS dikembangkan dengan perpaduan
yang sistematis berdasarkan disiplin ilmu antropologi, arkeologi,
ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filosofi, ilmu politik, psikologi,
agama, dan sosiologi, serta materi yang diperlukan dari ilmu
humaniora, matematika, dan ilmu alam.
Edgar B. Wesley (Mu’nisah, 2004:2), berpendapat bahwa
IPS adalah bagian atau aspek-aspek dari ilmu-ilmu social yang
diseleksi dan diadaptasi untuk digunakan bagi kepentingan
pengajaran di sekolah. John Jarolimek (Mu’nisah, 2004:2)
mengartikan IPS sebagai bagian dari ilmu-ilmu soaial yang
diseleksi bagi pencapaian tujuan pengajaran.
Menurut Binning (Mu’nisah, 2004:3) IPS adalah mata
pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan
organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari
kelompok sosial.
Berdasarkan pengertian IPS di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa IPS merupakan program pendidikan atau
bidang studi dalam kurikulum sekolah yang mempelajari
kehidupan manusia dengan lingkungannya.
2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama IPS adalah membantu manusia (generasi)
yang informatif dan rasional sebagai warga negara yang baik dari
budaya yang berbeda-beda serta dalam konteks masyarakat yang
demokratis dalam dunia yang saling membutuhkan.
Menurut pendapat Gross (Etin Solihatin, 2008;14) tujuan
IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara
yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Selain itu tujuan lain
dari pendidikan IPS adalah mengembangkan pengetahuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap
persoalan yang dihadapinya. Kosasih (Etin Solihatin, 2008:15)
menyatakan IPS dapat membantu siswa dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya
mengerti dan memahami lingkungan sosail masyarakatnya.
Sedangkan menurut Fenton (Mu’nisah, 2004:5) tujuan dari
IPS adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang
baik, mengajar anak didik berkemampuan berfikir dan agar anak
didik dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.
Menurut Clark (Mu’nisah, 2004:5), bahwa titik berat IPS
adalah perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan
sosialnya serta manusia dengan kegiatan dan interaksi antara
mereka, dan agar anak didik dapat menjadi anggota masyarakat
yang produktif dan dapat memberi andil dalam masyarakat yang
merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong
masyarakat. Dapat pula dikatakan bahwa tujuan IPS dalah sama
dengan tujuan umum seluruh program sekolah yaitu membentuk
warga negara yang baik.
Secara khusus, tujuan dari pengajaran IPS di sekolah dapat
dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu :
a. Memberikan ilmu pengetahuan pada siswa tentang
pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada
masa lalu, sekarang dan di masa yang akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk
mencari dan mengolah informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil
bagian dalam kehidupan sosial.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. IPS sebagai mata pelajaran dalam kurikulum sekolah
3) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek
sebagai berikut :
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2007: 575).
4) Materi Ilmu Pengetahuan Sosial
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang wajib
ditempuh peserta didik (UU Sisdiknas, 2003: 19). Mata pelajaran
ini diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMA/MA/SMK.
Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
jenjang SD/MI, substansi IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi,
dan Ekonomi. Muatan tersebut bersifat terpadu, artinya bahwa
muatan pelajaran tersebut dipelajari dalam satu mata pelajaran
yaitu IPS (Sapriya, 2009: 194).
Kurikulum IPS harus memuat bahan pelajaran yang sesuai
dengan tujuan institusional tingkat sekolah dan tujuan pendidikan
nasional. Di dalamnya hendaknya berisikan bahan yang
memungkinkan siswa untuk berpikir dan berlatih kritis, analitis,
sosial, dan proses internalisasi yang menekankan pada proses
mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pengetahuan
yang sudah disederhanakan (Etin Solihatin, 2008:14).
Hal tersebut juga harus diimbangi dengan salah satu prinsip
KTSP yaitu dikembangkan berdasarkan potensi daerah atau
lingkungan sekitar dan tingkat perkembangan peserta didik (BSNP,
2006: 3).
5) Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS di SD/MI berfungsi untuk mengembangakan
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. IPS juga berfungsi
sebagai media untuk mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan
di lingkungan sendiri dan antarmanusia. Selain itu IPS dapat
mensistematiskan bahan informasi, dan kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya agar lebih bermakna
(Drs. Soewarso, M.Ed).
Model ini dirumuskan untuk membantu mengembangkan:
a) Analisa tentang perilaku dan nilai-nilai pribadi.
b) Strategi pemecahan masalah antar pribadi dan pribadi dengan
orang lain.
c) Pengenalan jiwa dan perasaan orang lain.
d) Pengetahuan tentang fakta-fakta sosial dan nilai-nilai.
f. Media dalam pembelajaran IPS
1. Media pembelajaran Pengetahuan Sosial
Istilah Media berasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari
“medium” yang berarti pengantar. Makna umum dari media yaitu
segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada penerima informasi (Etin Solihatin, 2008:22). Proses
belajar mengajar juga menggunakan media yang dalam penggunaannya
disebut media pembelajaran. Menurut AECT (Etin Solihatin, 2008:23)
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh orang
untuk menyalurkan pesan. Gagne (Etin Solihatin, 2008:23) mengartikan
media sebagai komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang mereka untuk belajar. Menurut Masitoh (2010:670
mengungkapkan bahwa media merupakan saluran yang dilalui pesan
dalam suatu peristiwa kominikasi. Dalam pembelajaran media
memegang peranan penting sebagai alat yang diharapkan dapat
mendorong belajar lebih efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa media
merupaka bagian dari sumber belajar yang mampu menarik minat siswa
dalam menerima pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran IPS
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran
adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga
pembelajaran lebih efektif dan efisien. Menurut Kemp dan Dayton (Etin
sebagai berikut : (a) menyampaikan materi dapat diseragamkan; (b)
Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; (c) Proses
Pembelajaran menjadi lebih interaktif; (d) efisien dalam waktu dan
tenaga; (e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa; (f) media dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar;
(g)mengubah peran guru ke arah lebih positif dan produktif.
3. Jenis media
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai
dari yang sederhana, murah, hingga media yang canggih dan mahal
harganya. Anderson (Etin Solihatin, 2008:26) mengelompokkan media
menjadi sepuluh golongan sebagai berikut :
NO Golongan Media Contoh dalam pembelajaran
1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD, Telepon
2 Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, gambar
3 Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4 Proyeksi Visual Diam Film bingkai, OHT
5 Proyeksi Audiovisual
diam Film bingkai bersuara
6 Visual Gerak Film bisu
7 Audiovisual Gerak Film gerak bersuara, VCD, televisi
8 Objek Fisik Benda nyata, model, spesimen 9 Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran
10 Komputer
4. Kriteria Pemilihan Media
Secara umum, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan media menurut Masitoh (2010:70) :
a. Dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
b. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
c. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.
d. Tidak memilih media hanya karena media tersebut baru, canggih
atau populer.
Menurut Etin Solihatin (2008:31), dalam memilih media harus
mempertimbangkan hal-hal di bawah ini : (a) tujuan; (b) sasaran didik;
(c) karakteristik media yang bersangkutan; (d) waktu; (e) biaya; (f)
ketersediaan; (g) konteks penggunaan; (h) mutu teknis; (i) prinsip
pemanfaatan media.
g. IPS di Sekolah Dasar
Dalam perkembangan pengajaran IPS di sekolah dasar telah
mengalami perubahan kurikulum berkali-kali. Hal ini dimaksudkan
untuk terus menerus meningkatkan mutu pendidikan. Desain dan isi
kurikulum akan bermakna apabila berdampak pada siswa, artinya
rencana dapat terlaksana di kelas dan benar-benar berhasil jika telah
menjadi bagian dari perilaku sebagai hasil dari belajarnya.
IPS di SD adalah mata pelajaran manusia dalam semua aspek
kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS yang diajarkan di
Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial , ilmu
bumi, ekonomi dan pemerintah. Kajian sejarah meliputi perkembangan
masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.
Pengetahuan sosial berfungsi mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar dan melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi
menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan
masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. Disebutkan
bahwa IPS SD diorganisasikan mulai dari bahan pelajaran yang dekat
dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas atau kompleks. Dalam
segi proses pembelajaran menerapkan prinsip belajar aktif, mental
(pemikiran dan perasaan) dan sosial sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa SD.
h. Strategi Peer Lesson
1) Pengertian Strategi Peer Lesson
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan
belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penuangan
informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan pemeragaan semata
tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal, karenanya
diperlukan suatu strategi yang dapat mendukung atau
meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut