• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VI SDN Ngijo 01 Kecamatan Gunung Pati Melalui Penerapan Strategi Peer Lesson

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VI SDN Ngijo 01 Kecamatan Gunung Pati Melalui Penerapan Strategi Peer Lesson"

Copied!
253
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Negeri Semarang

Oleh

DIAN HARUM PUSPITASARI

1402407081

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Dian Harum Puspitasari

(3)

iii Hari : Jum’at

Tanggal : 30 September 2011

Semarang, 30 September 2011

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Jaino, M. Pd. Masitah, S. Pd, M. Pd.

NIP 19540815 198003 1 004 NIP 19520610 198003 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan PGSD

Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd

(4)

iv

Hari : Jumat

Tanggal : 14 Oktober 2011

Panitia Ujian Skripsi:

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M. Pd. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd

NIP 19510801 197903 1 007 NIP 19560512 198203 1 003

Penguji Utama

Dra. Arini Estiastuti, M.Pd

NIP. 195806191987022 001

Penguji I Penguji II

Drs. Jaino, M.Pd. Masitah, S. Pd., M.Pd.

(5)

v

yang tidak mungkin, akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin

kita capai” (Mario Teguh).

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kita untuk

menyatakan apa yang sebenarnya jika memang kita melihatnya,

menyaksikan atau mendengarnya” (HR Ahmad).

“orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.

Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan” (Mario

Teguh).

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah” (Thomas Alva Edison).

Dengan mengucap rasa syukur atas segala karunia-Nya

Karya indah ini saya persembahkan kepada :

Keluargaku tercinta :

Kedua orang tuaku “Bapak Sidan dan Ibu Suparmiati”

Nenekku “Sarmini”

Yang selalu memberikan doa dan semangat hingga akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Semua pengorbanan dan peluh kalian tidak akan pernah dapat

(6)

vi

dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar IPS Pada Siswa Kelas VI SDN Ngijo 01 Kecamatan Gunung Pati Melalui

Penerapan Strategi Peer Lesson”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Di dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si., Rektor Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan belajar kepada peneliti.

2. Bapak Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan izin penelitian.

3. Bapak Drs. H. A. Zaenal Abidin, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar yang telah memperlancar jalannya penelitian.

4. Bapak Drs. Jaino, M.Pd., Dosen Pembimbing I, yang dengan sabar

memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.

5. Ibu Masitah, S. Pd, M. Pd., Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.

6. Bapak ST. Suhartono, S Pd., Kepala SDN Ngijo 01 Kota Semarang yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN Ngijo 01 Kota Semarang yang

telah membantu penulis melaksanakan penelitian.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan Skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman membuat

(7)

vii bagi semua pihak.

Semarang, 7 Oktober 2011

(8)

viii II : Masitoh, S. Pd, M. Pd.

Kata kunci: hasil belajar IPS, strategiPeer Lesson.

Berdasarkan observasi awal di SDN Ngijo 01 Semarang, ditemukan masalah dalam pembelajaran di kelas VI. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan dan kurang aktif selama pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Guru masih menggunakan strategi belajar yang kurang bervariasi saat pembelajaran IPS, sehingga keterampilan guru kurang terasah dan berakibat pada proses pembelajaran yang jurang menarik. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan keterampilan guru. Salah satunya dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif Peer Lesson.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) apakah strategi Peer Lesson dapat meningkatkan keterampilan guru?, 2) apakah strstegi Peer Lesson dapat meningkatkan aktivitas siswa?, 3) apakah strategi Peer Lesoon dapat meningkatkan hasil belajar siswa?. Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keterampilan guru, (2) meningkatkan aktivitas siswa, (3) meningkatkan hasil belajar IPS dengan strategi Peer Lesson.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lessonyang dilakukan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas VI SDN Ngijo 01 Kota Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, tes dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, keterampilan guru dalam pembelajaran IPS diperoleh skor rata-rata 2,9 dengan kategori baik. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPS mendapatkan skor rata-rata 2,3 dengan kategori cukup. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal 5 dari 20 siswa yang tuntas dengan KKM 65. Setelah dilakukan tindakan penelitian pada siklus I nilai rata-rata 62,6 dengan kategori kurang, dan pencapaian ketuntasan sebesar 38,3%. Tetapi pada siklus I guru dalam membimbing kelompok masih kurang, siswa kurang dapat dikondisikan dan hasil belajar belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II. Pada siklus II, keterampilan guru meningkat menjadi skor rata-rata 5,6 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa meningkat menjadi 2,58 dengan kategori baik. Ketuntasan hasil belajar meningkat dengan nilai rata-rata 76,42 dengan kategori baik dan pencapaian ketuntasan sebesar 85%. Pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan sehingga tidak dilakukan tindakan siklus berikutnya.

(9)

ix

PERNYATAAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA... vi

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR DIAGRAM... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Pemecahan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11

1. Kajian Teori... 11

(10)

x

c. Aktivitas Siswa ... 33

d. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 35

1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 35

2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 36

3) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 39

4) Materi Ilmu Pengetahuan Sosial... 39

5) Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial ... 40

e. Mediadalam pembelajaran IPS... 41

f. Ilmu Pengetahuan Sosial di SD ... 43

g. Strategi Peer Lesson ... 44

1) Pengertian Peer Lesson... 44

2) Langkah Peer Lesson... 47

3) Manfaat Peer Lesoon ... 48

h. Hasil Belajar ... 50

2. Penelitian Relevan ... 54

3. Kerangka Berpikir ... 56

4. Hipotesis Tindakan ... 59

BAB III METODE PENELITIAN... 60

1. Rancangan Penelitian ... 60

(11)

xi

2. Perencanaan Tahap Penelitan ... 53

a. Siklus I... 63

1) Perencanaan Tahap Siklus ... 63

2) Pelaksanaan Tindakan ... 64

3) Observasi ... 70

4) Refleksi... 70

b. Siklus II ... 70

1) Perencanaan Tahap Siklus ... 70

2) Pelaksanaan Tindakan ... 71

3) Observasi ... 75

4) Refleksi... 75

3. Subjek Penelitian ... 76

4. Setting Penelitian... 76

5. Data dan Cara Pengumpulan Data... 76

6. Teknik Pengumpulan Data ... 79

7. Indikator Keberhasilan ... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 84

A. Hasil Penelitan ... 84

1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 84

(12)

xii

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 93

3) Paparan Hasil Belajar Siswa... 95

d. Refleksi ... 98

e. Revisi ... 99

2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 100

a. Perencanaan... 100

b. Pelaksanaan... ... 100

c. Observasi... 104

1) Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II... 104

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 106

3) Paparan Hasil Belajar Siswa... 109

d. Refleksi ... 112

e. Revisi... 112

B. Pembahasan ... 113

1. Pemaknaan Temuan Penelitian ... 113

2. Implikasi Hasil Penelitian ... 126

BAB V PENUTUP... 128

A. Simpulan ... 128

(13)
(14)

xiv

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... 90

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 93

Tabel 4.3 Hasil Belajar IPS Siklus I ... 96

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II... 104

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 107

Tabel 4.6 Hasil Belajar IPS Siklus II... 110

Tabel 4.7 Peningkatan Keterampilan Guru... 113

Tabel 4.8 Peningkatan Aktivitas Siswa... 118

(15)

xv

Diagram 2. Aktivitas Siswa Siklus I... 94

Diagram 3. Hasil Belajar IPA Siklus I... 97

Diagram 4. Keterampilan Guru Siklus II... 105

Diagram 5. Aktivitas Siswa Siklus II... 108

Diagram 6. Hasil Belajar IPA Siklus II... 111

Diagram 7. Peningkatan Keterampilan guru... 114

Diagram 8. Peningkatan Aktivitas Siswa... 119

Diagram 9. Peningkatan Hasil Belajar Siswa... 124

(16)

xvi

1. Kisi-kisi Instrumen... 133

2. Lembar Observasi Keterampilan Guru ... 135

3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 139

4. Daftar Nama Siswa ... 142

5. Nilai Pra Siklus ... 143

6. RPP Siklus I ... 144

7. RPP Siklus II... 170

8. Media ... 187

9. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I... 188

10. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II... 197

11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 205

12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 208

13. Hasil Belajar Siswa Siklus I... 210

14. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 211

15. Foto-foto Kegiatan ... 212

16. Surat Keterangan Penelitian... 221

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan standar kompetensi tingkat SD/MI dalam peraturan

menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi

untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai

dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB sampai SMA sederajat. IPS

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS

memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi (Standar Isi Mata

Pelajaran SD/MI).

Tujuan dari mata pelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut : (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3)

memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,

(18)

Adapun tujuan utama pembelajaran IPS menurut Barr (Masitoh,

2010:6) di sekolah dasar adalah mengarahkan siswa untuk dapat menjadi

warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta

warga yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan

menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS

dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki

kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Ruang lingkup dalam

pembelajaran IPS mencakup aspek-aspek sebagai berikut ini : (1) manusia,

tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3)

sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS di atas perlu disusun suatu

strategi pembelajaran yang efisien sehingga diperoleh hasil belajar yang

efektif. Pada dasarnya strategi dalam pembelajaran IPS dapat dibagi

menjadi dua bagian besar (Masitoh, 2010:53), yaitu : (1) untuk

pengembangan berpikir (kognitif), (2) untuk pengembangan nilai (afektif).

Strategi pembelajaran merupakan kombinasi dari cara kerja,

dikelompokkan dan diatur dalam suatu urutan yang dapat melibatkan

siswa dalam belajar. Menurut Edwin Fenton (Masitoh, 2010:55-56)

mengungkapkan bahwa diskusi terarah akan lebih mengarah pada

pencapaian tujuan pembelajaran daripada menggunakan ceramah ataupun

(19)

mengarahkan diskusi dengan pertanyaan yang telah diajukan. Di sini

pelajaran berlangsung antara guru dan siswa, bukan hanya antar siswa.

Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang mampu mencapai tujuan

pembelajaran, maka dengan sendirinya pula hasil belajar akan meningkat.

Berdasarkan temuan Depdiknas (2007) tentang permasalahan

pembelajaran IPS, menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan

pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Hal ini dikarenakan terjadi

kebosanan pada siswa saat pembelajaran berlangsung, lemahnya motivasi

belajar siswa, rendahnya tingkat partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran, iklim pembelajaran masih bersifat teacher centered. Hal tersebut disebabkan karena strategi yang digunakan lebih banyak ceramah,

guru kurang kreatif dalam menggunakan strategi pembelajaran yang ada

(http:blog.uny.ac.id/sudrajat/2010/07/30/menyoal-pengajaran-ips/diakses

pada tanggal 7 Maret 2011 pukul 23:22).

Menurut Abdul azis (2009) problematika pembelajaran IPS di SD

dalam

(http://azisgr.blogspot.com/2009/05/problematika-pembelajaran-ips-sd.html) tanggal 3 November 2011 disebutkan bahwa rendahnya hasil

belajar salah satunya disebabkan oleh rendahnya minat siswa pada mata

pelajaran IPS. Dugaan ini didasarkan pada kenyataan yang ada bahwa

beberapa faktor seperti di antaranya: struktur materi yang sangat padat,

cakupan materi yang luas serta terdiri dari beberapa kajian ilmu sosial,

(20)

keseluruhan materi tersebut atau metode mengajar guru yang belum sesuai

dengan tujuan pembelajaran IPS dan karakter siswa.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial, peserta didik dapat

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam apabila guru menerapkan

strategi yang tepat dan media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik. Media pembelajaran adalah salah satu

komponen dalam strategi penyampaian pembelajaran yang diperlukan

untuk melakukan komunikasi yang akan disampaikan kepada siswa, baik

berupa orang, alat, ataupun bahan. Media peta adalah media dalam bentuk

gambar wilayah yang membantu guru dalam menyampaikan materi

pelajaran sehingga lebih mudah diterima oleh siswa. Tanpa adanya media

maka tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.

Fenomena pembelajaran IPS yang terjadi di atas, merupakan fakta

yang terjadi di SDN Ngijo 01. Berdasarkan refleksi awal dengan tim

kolaborasi yang dilakukan pada 30 September 2010 dan observasi pada 2

Oktober 2010 bahwa pembelajaran IPS pada materi Peninggalan Sejarah

dari Masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia masih belum dapat

berjalan secara optimal, karena guru kurang bisa memilih strategi

pembelajaran dalam mengajarkan materi serta kurang memanfaatan media

sehingga siswa merasa bosan dan kurang aktif yang berpengaruh pada

(21)

Hal tersebut di atas didukung data dari pencapaian hasil observasi

dan evaluasi di kelas VI semester I tahun pelajaran 2011 masih di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 62.

Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 34 dan nilai tertinggi

yang dicapai adalah 86. Siswa yang belum mencapai KKM yaitu sebanyak

71,4% atau 15 siswa dari 21 siswa dan yang telah mencapai KKM

sebanyak 28,6% atau 6 dari 21 siswa, dengan rerata kelas 56. Melalui data

hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran tersebut perlu sekali

peningkatan kualitas proses pembelajaran agar siswa lebih memahami

materi tentang Keadaan sosial dan alam Indonesia dan negara tetangga.

Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru kelas VI, untuk

memecahkan permasalahan tersebut, kolaborasi menetapkan alternatif

tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat

meningkatkan kreativitas guru dan mengaktifkan siswa dalam proses

pembelajaran. Maka peneliti menggunakan salah satu strategi

pembelajaran aktif yaitu menggunakan pembelajaran peer lesson yang menekankan pada keaktifan siswa.

Penelitian tentang strategi pembelajaran Peer Leeson juga telah dilakukan oleh Imroatun Naimah yang berjudul “Peningkatan Minat Belajar

Matematika Melalui Pembelajaran Peer Lesson Pada Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Alat Peraga di Kelas IV SD

(22)

Penelitian tentang Peer Lesson juga diterapkan oleh Anisa Dika Icmawati yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Pokok

Bahasan Himpunan melalui Strategi Peer Lesson Sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa’’ (PTK pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

Sawit Semester 2 tahun 2009/2010).

Gatiningsih juga melakukan penelitian dengan strategi tersebut

dengan judul “Penerapan Strategi Peer Lessondalam Pembelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP

Negeri I Masaran tahun ajaran 2008/2009”.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk untuk

meningkatkan kualitas hasil pembelajaran IPS dengan mengaktifkan siswa

dalam proses pembelajaran di mana siswa dituntut menganalisis materi,

dan mengembangkan berbagai strategi pemecahan masalah. Selain itu

melalui penelitian ini diharapkan guru akan lebih kreatif lagi dalam

menentukan strategi pembelajaran dan media yang tepat dalam

mengajarkan mata pelajaran IPS.

Kelebihan strategi pembelajaran Peer Lesson ini antara lain siswa tidak terlalu bergantung kepada guru, akan tetapi dapat menambah

kepercayaan dan kemampuan berfikir siswa sendiri. Siswa juga dapat

belajar untuk mengungkapkan ide-ide ataupun gagasannya kepada siswa

lain.

Menurut ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan

(23)

Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Ngijo 01

Kecamatan Gunung Pati Melalui Penerapan Strategi Peer Lesson.

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan masalah 1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan

permasalahan secara umum yaitu :

Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada

siswa kelas VI SDN Ngijo 01 ?

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

a) Apakah strategi peer lesson dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan materi kenampakan alam

dan sosial Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua di

kelas VI SD Negeri Ngijo 01 Gunung Pati?

b) Apakah strstegi peer lesson dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi kenampakan alam dan

sosial Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua pada

siswa kelas VI SDN Ngijo 01 Gunung Pati?

c) Apakah strategi peer lesson dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi kenampakan alam

dan sosial Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua pada

(24)

2. Pemecahan masalah

Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi pembelajaran peer lessonyaitu :

a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak materi yang akan disampaikan.

b. Masing-masing kelompok mempelajari satu topic, kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain.

c. Memberikan waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun luar kelas, usahakan mereka tidak menggunakan metode

ceramah saja, diharapkan ada media.

d. Setiap kelompok menyampaikan materi yang telah diberikan. e. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan

pelurusan dari pemahaman peserta didik (Hisyam Zaini, 2004:65 –

66).

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan

hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa VI SDN Ngijo 01.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Untuk meningkatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran

IPS dalam materi kenampakan alam dan sosial Indonesia dan negara

tetangga serta benua-benua dengan menggunakan strategi peer lesson. b. Untuk meningkatan aktivitas siswa kelas VI SDN Ngijo 01 dalam

(25)

Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua melalui strategi peer lesson.

c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Ngijo 01 dalam

pembelajaran IPS dengan materi kenampakan alam dan sosial

Indonesia dan negara tetangga serta benua-benua melalui strategi peer lesson.

4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi:

a. Guru.

1. Meningkatkan motivasi guru dalam merencanakan dan mengolah

KBM.

2. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru Sekolah Dasar

mengenai strategi pembelajaran IPS sehingga dapat digunakan

meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru

dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

b. Siswa.

1. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa.

2. Meningkatkan daya kreatifitas siswa, dan ketrampilan social.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa

c. Sekolah.

1. Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan hasil belajar

(26)

2. Meningkatnya mutu proses dan hasil belajar di sekolah secara

(27)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teori a. Pembelajaran

1) Pengertian Pembelajaran

Berdasarkan pendapat Achmad Sugandi (2007:9),

pembelajaran merupakan terjemahan dari kata ”instruction”. Pembelajaran merupakan suatu proses yang bersifat individual,

yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam

sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya

hasil belajar dalam berbentuk ingatan jangka panjang. Beberapa

teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut :

a. Menurut teori behavioristik, pembelajaran merupakan usaha

guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan

menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus

(lingkungan) dengan tingkah laku si belajar.

b. Menurut teori kognitif, pembelajaran adalah cara guru

memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar

(28)

12

c. Menurut teori humanistik, pembelajaran memberikan

kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran

dan cara mempelajarinya sesuai minat dan kemampuannya.

Udin S. Winataputra (2007:1. 18) berpendapat bahwa

pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menginisiasi, memfasilitasi, serta meningkatkan intensitas dan

kualitas belajar pada diri siswa. Dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor

20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Udin S. Winataputra, 2007:1. 20)

mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Dalam konsep tersebut terkandung lima konsep, yaitu

interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan

belajar. Ciri dari suatu pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan

peningkatan proses hasil belajar siswa.

Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai seperangkat

peristiwa yang mempengaruhi siswa dalam memperoleh

kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan

(Achmad Sugandi, 2007:10).

Dalam pembelajaran, guru tidak hanya sebagai pengajar

tetapi sebagai pendidik. Menurut Isjoni (2008:30) mengungkapkan

bahwa tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan

(29)

sedangkan tugas sebagai pendidik berarti meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup pada anak didik.

Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak

sebagai seperangkat kejadian sehingga terjadilah proses belajar.

Menurut Gagne (Achmad Rifa’i, 2010:192) menyatakan bahwa

pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal siswa

yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa

belajar ini dirancang agar memungkinkan siswa memproses

informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran

sebagai berikut (Achmad Rifa’i, 2010:193) :

a. Usaha pendidik untuk membentuk tingkah laku yang

diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar tetap terjalin

hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa.

b. Cara pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berfikir agar memahami apa yang dipelajari.

c. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memperoleh

bahan pelajaran dan mempelajarinyadengan minat dan

kemampuannnya.

Pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa

berperilaku, hal ini memberikan makna bahwa pembelajaran

(30)

merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah

informasi yang selanjutnya dapat menghasilkan hasil belajar dalam

bentuk ingatan jangka panjang.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran

dapat diartikan sebagai penciptaan serta pengaturan sistem

lingkungan dalam menyediakan seperangkat kondisi lingkungan

anak yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas

belajar. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah berupa

sejumlah tugas-tugas yang harus dilakukan anak,

persoalan-persoalan yang menuntut anak untuk memecahkannya, seperangkat

keterampilan yang dikuasai anak, termasuk pula seperangkat

kondisi berupa sejumlah pengetahuan yang perlu dikuasai anak.

2) Komponen-komponen Pembelajaran

Komponen pembelajaran menurut Achmad Rifa’i

(2010:194-196) terdiri atas :

a. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan

pembelajaran biasanya berupa pengetahuan, keterampilan, dan

sikap dalam tujuan pembelajarn khusus. Setelah siswa

melaksanakan proses belajar mengajar, selain mereka

memperoleh hasil belajar, mereka juga akan mendapatkan

(31)

akan sifat pengetahuan, tenggang rasa, dan kecermatan dalam

berbahasa, dan sebagainya.

b. Subyek belajar

Subjek belajar dalam pembelajaran merupakan

komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus

objek. Sebagai subjek karena peserta didik adalah individu

yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek

karena kegiatan pembelajaran dapat mencapai perubahan

perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu dari pihak

diperlukan partisipasi aktif dari peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Untuk kepentingan perencanaan pembelajaran

yang efektif perlu adanya pengetahuan guru tentang diagnosis

kesulitan belajar dan analisis tugas.

c. Materi Pelajaran

Materi pelajaran juga merupakan komponen utama

dalam proses pembelajaran, karena materi akan memberikan

warna dalam kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang

tersusun secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas

akan berpengaruh juga pada jalannya proses pembelajaran.

Materi pembelajaran dalam sistem pembelajaran terdapat

dalam silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku

(32)

d. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum

mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan

strategi pembelajaran, guru perlu memilih model-model

pembelajaran, metode, dan teknik-teknik mengajar yang

menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan

strategi yang akan digunakan perlu mempertimbangkan tujuan,

karakteristik siswa, dam materi pelajaran agar strategi

pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.

e. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu

proses penyampaian pesan pembelajaran. Media digunakan

dalam kegiatan instruksional karena media dapat memperbesar

benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi

dapat dilihat dengan jelas. Selain itu media juga dapat

menyajikan benda yang jauh dari subyek belajar dan

menyajikan peristiwa-peristiwa yang komplek, rumit menjadi

sistematik dan sederhana.

f. Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam

(33)

alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya.

Komponen penunjang memiliki fungsi memperlancar,

melengkapi, dan mempermudah proses pembelajaran.

b. Belajar

1) Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan

perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu

yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar

memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,

sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi

seseorang.

C.T.Morgan dalam Introduction to Psychology

merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam

menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari

pengalaman yang lalu (Pupuh Fathurrohman, 2007:5).

Menurut Oemar Hamalik (2009:45) belajar mengandung

pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,

termasuk juga perbaikan perilaku.

Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning

mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan

tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam

(34)

atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau

keadaan-keadaan sesaat seseorang (Pupuh Fathurrohman,

2007:5).

M. Sobirin Sutikno mengartikan belajar sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang memperoleh

suatu perubahanyang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya (Pupuh Fathurrohman,

2007:5).

Menurut Udin S. Winataputra (2007:1.5) belajar adalah

proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka

ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan

berkelanjutan dari bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses

belajar sepanjang hayat. Pengertian belajar dalam konteks tujuan

pendidikan nasional dimaknai sebagai kegiatan untuk menjadi

orang yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, caka, kretif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

(35)

Sedangkan menurut Thursan Hakim (2005:1), belajar adalah suatu

proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan

tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,

pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya

pikir, dan lain-lain kemampuan.

Skiner (Dimyati, 2006:9) berpandangan bahwa belajar

adalah suatu perilaku. Pada saat seseorang belajar , maka

responnnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila seseorang

tidak belajar, maka responnya akan menurun. Dalam belajar

ditemukan adanya hal-hal berikut :

a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon

pebelajar.

b. Respons si pebelajar.

c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.

Gagne juga memiliki pendapat tentang belajar. Menurut

Gagne (Dimyati, 2006:10), belajar merupakan kegiatan yang

kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar

seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal

dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh

pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses

(36)

pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne,

belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal,

kondisi internal, dan hasil belajar. Gagne berpendapat bahwa

dalam belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan belajar,

pemerolehan dan unjuk belajar, dan alih belajar. Pada tahap

persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian,

pengharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap

pemerolehan dan performansi digunakan untuk menyajikan

stimulus yang jelas sifatnya, memberikan bimbingan belajar,

memunculkan perbuatan siswa serta penguatan. Tahap alih belajar

meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakuan

secara umum.

Piaget memiliki pendapat yang berbeda dengan Gagne.

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu

sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan

lingkungan (Dimyati, 2006:13). Dengan adanya interaksi dengan

lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Perkembangan intelektual menurut Piaget melalui

tahap-tahap berikut :

a. Sensori motor (0 sampai 2 tahun).

Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan

kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal

(37)

perabaan dan mengerakkannya.

b. Pra operasional (2 sampai 7 tahun).

Pada tahap ini anak mampu menggunakan simbol, bahasa,

konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan

menggolong-golongkan.

c. Operasional konkret (7 sampai 11 tahun).

Pada tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis.

d. Operasi formal (11 tahun ke atas).

Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang

dewasa.

Rogers (Dimyati, 2006:16) mengemukakan pentingnya

guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan

tersebut adalah sebagai :

a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk

belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak

ada artinya.

b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti

mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang

bermakna bagi dirinya.

d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti

belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar

(38)

pengubahan diri terus menerus.

e. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi

secara bertanggung jawab dalam proses belajar.

f. Belajar mengalami dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi

dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberikan

peluang untuk belajar kreatif, self evaluationdan kritik diri. g. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh

dan sungguh-sungguh.

Dalam konsep belajar mengandung tiga unsur utama

(Achmad Rifa’i, 2010:82-84) yaitu :

a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

Perilaku mengacu pada suatu tindakan atau berbagai

tindakan. Dalam kegiatan belajar di sekolah, perubahan

perilaku itu mengacu pada kemampuan mengingat atau

menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan siswa

memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik.

Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar atau belum

belajar perlu adanya perbandingan antara perilaku sebelum

dan setelah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi

perubahan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa siswa

tersebut telah belajar.

b. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses

(39)

Pengalaman dapat membatasi jenis-jenis perubahan perilaku

yang dipandang mencerminkan belajar. Pengalaman dalam

belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial.

Perubahan perilaku karena perkembangan dan kematangan

fisik tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar.

c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.

Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang

susah diukur.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat

diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku

serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang

yang terjadi akibat melakukan proses interaksi secara

terus-menerus dengan lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman

bermakna. Dalam interaksi tersebut terjadi proses mental,

intelektual, dan emosional yang pada akhirnya menjadi suatu

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya. Dalam

belajar yang tepenting adalah proses bukan hasil yang

diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha

sendiri, adapun orang lain hanya sebagai perantara dalam

kegiatan belajar.

2) Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan

(40)

lingkungan belajar dipengaruhi beberapa komponen yang sangat

mempengaruhi. Komponen-komponen itu berupa tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang akan disajikan,

guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan

social tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana

prasarana belajar mengajar yang tersedia. Belajar yang dilakukan

oleh seseorang bertujuan :

a. Untuk mendapatkan pengetahuan.

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.

Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak

dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan

pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan

memperkaya pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan.

Penanaman konsep atau merumuskan konsep

memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan dapat dididik

yaitu dengan melatih kemampuan. Demikian juga

mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan.

Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu

akan menuruti kaidah tertentu dan bukan semata-semata

(41)

c. Pembentukan sikap.

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan

pribadi anak didik, guru harus bijak dan hati-hati dalam

menentukan pendekatan. Untuk itu dibutuhkan kecakapan

dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa

menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh. Dalam

interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi,

dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh siswa.

Pembentukan sifat mental dan perilaku anak didik tidak akan

terlepas dari soal penanaman nilai. Dengan dilandasi

nilai-nilai, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk

mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dupelajari

(Sardiman, 2010:25-28).

Jadi pada intinya, tujuan belajar adalah untuk

mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap

mental.

3) Peranan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Kegiatan mengajar

sendiri memilki arti suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur

lingkungan sebaik-baiknya dan mengatur hubungan dengan anak ,

sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 2003:49). Suatu proses

(42)

membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Menurut pendapat

Sudirman (2003:143-146) menyebutkan beberapa peranan guru

dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut :

a. Informator

Guru dalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai pelaksana

cara mengajar informative, laboratorium, studi lapangan dan

sumber informasi akademik maupun umum.

b. Organisator

Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop,

jadwal pelajaran, dan lain-lain. Komponen yang berkaitan dengan

kegiatan belajar mengajar semuanya diorganisasikan sedemikian

rupa, sehingga mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar

pada diri siswa.

c. Motivator

Guru di dalam kegiatan belajar mengajar harus dapat merangsang

dan memberikan dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa,

menumbuhkan aktivitas dan daya cipta siswa, sehingga akan

terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar.

d. Pengarah

Guru dalam hal ini berperan membimbing dan mengarahkan

kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Inisiator

(43)

Ide-ide tersebut merupakan Ide-ide-Ide-ide kreatif yang dapat dicontohkan

kepada siswa.

f. Transmiter

Guru dalam hal ini akan bertindak sebagai penyebar

kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilitator

Guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar

mengajar, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung

secara efektif.

h. Mediator

Di dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai

penengah, misalnya dalam acara diskusi kelas. Mediator dapat

juga diartikan sebagai penyedia media.

i. Evaluator

Guru bertugas mengevaluasi siswa dalam kegiatan belajar

mengajar.

c. Keterampilan Guru

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah salah satu

hal yang penting agar guru dapat menjadi seorang guru yang

professional. Jadi di samping guru harus menguasai materi yang

diajarkan, keterampilan dasar mengajar adalah merupakan keterampilan

penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

(44)

keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh guru, yaitu :

1. Keterampilan menjelaskan

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran tidak hanya

sekedar menceritakan sesuatu kepada peserta didik melainkan

keterampilan menyajikan bahan pelajaran yang diorganisasikan

secara sistematis sebagai satu kesatuan yang berarti, sehingga

mudah dipahami oleh siswa. Menjelaskan pada dasarnya adalah

menuturkan secara lisan mengenai bahan pelajaran sehingga

memudahkan siswa untuk memahami bahan pelajaran. Hasil

belajar yang diperoleh dari penjelasan adalah pemahaman, bukan

ingatan. Melalui penjelasan siswa dapat memahami sebab akibat,

dan memahami prinsip.Penyampaian informasi ataupun uraian

tentang suatu pokok masalah harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan

karakteristik siswa.

c. Materi penjelasan harus dikuasai oleh guru.

d. Materi harus bermanfaat dan bermakna bagi siswa.

e. Dalam menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang

kongkrit.

f. Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah, maupun akhir

pelajaran.

(45)

rancangan guru.

Adapun tujuan dari penggunaan penjelasan dalam proses

pembelajaran yaitu (LP3I, 2010:83) :

a. Untuk membimbing siswa dalam memahami konsep, prinsip

ataupun hukum yang menjadi bahan pelajaran.

b. Membantu siswa dalam memecahkan masalah.

c. Mengkomunikasikan ide, pesan kepada siswa.

d. Melatih siswa mandiri dalam mengambil keputusan.

e. Melatih siswa untuk berpikir logis.

2. Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau

pertanyaan yang dilontarkan guru yang menuntut respon atau

jawaban dari siswa. Menurut Wahid Murni (2010:99)

keterampilan bertanya merupakan keterampilan untuk

mendapatkan jawaban dari orang lain.Pertanyaan yang diajukan

guru akan mengandung unsure pengendalian atas pengajaran yang

berlangsung. Kenyataan tersebut memungkinkan pengajaran

menjadi menarik, perhatian anak, menuntut mereka untuk berfikir

untuk menjawabnya dengan tepat. Pengajuan pertanyaan yang

bermakna dan menarik perhatian anak sehingga anak merasa

senang dalam belajar merupakan tugas yang tidak sederhana bagi

seorang guru. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam

(46)

a. Pertanyaan hendaknya singkat, jelas, dan disusun dengan

kata-kata yang sederhana.

b. Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja.

c. Petanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random.

d. Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada siswa.

e. Pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan

siswa.

f. Sebaiknya hindari pertanyaan leading question.

Hal yang harus dihindari guru saat bertanya yaitu :

a. Mengajukan pertanyaaan yang memberikan jawaban

serentak.

b. Mengulang pertanyaan sendiri.

c. Menjawab pertanyaan sendiri.

d. Mengulang jawaban siswa.

3. Keterampilan menggunakan variasi

Penggunaan variasi dilakukan agar peserta didik terhindar

dari perasaan jenuh dan membosankan yang menyebabkan

perasaan malas muncul. Pengajaran sepantasnya tidak monoton,

berulang-ulang dan menimbulkan rasa jenuh pada siswa.

Pengertian penggunaan variasi merupakan keterampilan guru

dalam menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk

mewujudkan tujuan belajar siswa sekaligus mengatasi kebosanan

(47)

Penggunaan variasi terdiri dari variasi dalam mengajar, variasi

dalam penggunaan media, variasi dalam penggunaan metode, dan

variasi dalam pola interaksi.

4. Keterampilan memberi penguatan

Memberi penguatan merupakan tindakan terhadap suatu

respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong

munculnya peningkatan kualitas tingkah laku.

Pemberian penguatan dapat berupa penguatan berupa

kata-kata (verbal), penguatan gerak tubuh atau mimik muka

(gestural), penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan

cara sambutan, penguatan dengan pemberian kegiatan yang

menyenangkan, dan penguatan berupa tanda.

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk

mengkondisikan mental siswa agar siap dalam menerima pelajaran.

Dalam membuka pelajaran, siswa harus mengetahui tujuan yang

akan dicapai dan langkah-langkah yang akan ditempuh.

Keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam

mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru

dapat menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat

pencapaian siswa, dan keberhasilan guru dalam proses belajar

(48)

6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan

guru melayani kegiatan siswa dalam belajar dalam kelompok

dengan jumlah siswa antara 3 sampai 5 orang atau paling banyak 8

anak untuk setiap kelompok. Sedangkan keterampilan mengajar

perorangan adalah kemampuan guru dalam menentukan tujuan,

bahan ajar, dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan

memperhatikan perbedaan individu siswa.

7. Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan

guru dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar

mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan

kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang

menguntungkan, menyenangkan siswa dan penciptaan disiplin

belajar secara sehat.

8. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang

dilakukan dalam kerjasama kelompok yang bertujuan memecahkan

suatu permasalahan, mengkaji konsep, prinsip atau keterampilan

tertentu. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam memimpin diskusi

yaitu melaksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan,

memberi waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab

(49)

dan menjadikan guru sebagai teman dalam diskusi.

d. Aktivitas Siswa

Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada

prinsipnya belajar itu adalah berbuat, “learning by doing”.

Aktivitas merupakan perbuatan baik berupa kegiatan fisik maupun

mental (Sardiman, 2011: 100). Aktivitas terbentuk karena adanya

suatu pengajaran yang efektif sedangkan dalam pengajaran yang

tradisional hanya terbentuk aktivitas semu (Hamalik, 2008: 171).

Aktivitas siswa dipengaruhi adanya motivasi. Dengan adanya

motivasi maka akan muncul dorongan melakukan suatu perbuatan .

Motivasi juga akan mengarahkan perbuatan sesuai tujuan yang

diinginkan. Selain itu motivasi juga berfungsi sebagai penggerak,

besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu

pekerjaan (Oemar Hamalik, 2007:175).

Di dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang

berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan

ilmu jiwa lama dan pandangan ilmu jiwa modern. Menurut

pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru

sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas

didominasi oleh siswa (Sardiman, 2011:103).

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di

sekolah. Aktivitas tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat

(50)

Diedrich (Sardiman, 2011:101) membuat daftar yang berisi 177

macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai

berikut :

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya yaitu membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan

orang lain.

2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan

wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,

laporan, angket, dan menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik,

peta, dan diagram.

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain

melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi,

bermain, berkebun, beternak.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi,

mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat

(51)

8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan

gugup.

Jadi dengan adanya klasifikasi aktivitas di atas

menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan

bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan di atas dapat diciptakan

di sekolah, tentu sekolah akan menjadi lebih dinamis, tidak

membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang

maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai

pusat dan transformasi kebudayaan.

e. Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Pengertian IPS

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

mulai dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB sampai SMA

sederajat. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu social hal tersebut

diungkapkan oleh E. Mulyasa (Nurul Farida Istiqomah, 2010:11).

Menurut Mu’nisah (2004:2) IPS merupakan mata

pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai

ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan

psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan

kehidupannya. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa IPS

(52)

humaniora untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan.

Dengan program sekolah, IPS dikembangkan dengan perpaduan

yang sistematis berdasarkan disiplin ilmu antropologi, arkeologi,

ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filosofi, ilmu politik, psikologi,

agama, dan sosiologi, serta materi yang diperlukan dari ilmu

humaniora, matematika, dan ilmu alam.

Edgar B. Wesley (Mu’nisah, 2004:2), berpendapat bahwa

IPS adalah bagian atau aspek-aspek dari ilmu-ilmu social yang

diseleksi dan diadaptasi untuk digunakan bagi kepentingan

pengajaran di sekolah. John Jarolimek (Mu’nisah, 2004:2)

mengartikan IPS sebagai bagian dari ilmu-ilmu soaial yang

diseleksi bagi pencapaian tujuan pengajaran.

Menurut Binning (Mu’nisah, 2004:3) IPS adalah mata

pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan

organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari

kelompok sosial.

Berdasarkan pengertian IPS di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa IPS merupakan program pendidikan atau

bidang studi dalam kurikulum sekolah yang mempelajari

kehidupan manusia dengan lingkungannya.

2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama IPS adalah membantu manusia (generasi)

(53)

yang informatif dan rasional sebagai warga negara yang baik dari

budaya yang berbeda-beda serta dalam konteks masyarakat yang

demokratis dalam dunia yang saling membutuhkan.

Menurut pendapat Gross (Etin Solihatin, 2008;14) tujuan

IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara

yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Selain itu tujuan lain

dari pendidikan IPS adalah mengembangkan pengetahuan siswa

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap

persoalan yang dihadapinya. Kosasih (Etin Solihatin, 2008:15)

menyatakan IPS dapat membantu siswa dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya

mengerti dan memahami lingkungan sosail masyarakatnya.

Sedangkan menurut Fenton (Mu’nisah, 2004:5) tujuan dari

IPS adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang

baik, mengajar anak didik berkemampuan berfikir dan agar anak

didik dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.

Menurut Clark (Mu’nisah, 2004:5), bahwa titik berat IPS

adalah perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan

sosialnya serta manusia dengan kegiatan dan interaksi antara

mereka, dan agar anak didik dapat menjadi anggota masyarakat

yang produktif dan dapat memberi andil dalam masyarakat yang

merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong

(54)

masyarakat. Dapat pula dikatakan bahwa tujuan IPS dalah sama

dengan tujuan umum seluruh program sekolah yaitu membentuk

warga negara yang baik.

Secara khusus, tujuan dari pengajaran IPS di sekolah dapat

dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu :

a. Memberikan ilmu pengetahuan pada siswa tentang

pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada

masa lalu, sekarang dan di masa yang akan datang.

b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk

mencari dan mengolah informasi.

c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai demokrasi dalam

kehidupan bermasyarakat.

d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil

bagian dalam kehidupan sosial.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa

agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab. IPS sebagai mata pelajaran dalam kurikulum sekolah

(55)

3) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek

sebagai berikut :

a. Manusia, tempat, dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2007: 575).

4) Materi Ilmu Pengetahuan Sosial

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan

salah satu bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang wajib

ditempuh peserta didik (UU Sisdiknas, 2003: 19). Mata pelajaran

ini diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMA/MA/SMK.

Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada

jenjang SD/MI, substansi IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi,

dan Ekonomi. Muatan tersebut bersifat terpadu, artinya bahwa

muatan pelajaran tersebut dipelajari dalam satu mata pelajaran

yaitu IPS (Sapriya, 2009: 194).

Kurikulum IPS harus memuat bahan pelajaran yang sesuai

dengan tujuan institusional tingkat sekolah dan tujuan pendidikan

nasional. Di dalamnya hendaknya berisikan bahan yang

memungkinkan siswa untuk berpikir dan berlatih kritis, analitis,

(56)

sosial, dan proses internalisasi yang menekankan pada proses

mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pengetahuan

yang sudah disederhanakan (Etin Solihatin, 2008:14).

Hal tersebut juga harus diimbangi dengan salah satu prinsip

KTSP yaitu dikembangkan berdasarkan potensi daerah atau

lingkungan sekitar dan tingkat perkembangan peserta didik (BSNP,

2006: 3).

5) Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS di SD/MI berfungsi untuk mengembangakan

pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang

masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. IPS juga berfungsi

sebagai media untuk mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan

di lingkungan sendiri dan antarmanusia. Selain itu IPS dapat

mensistematiskan bahan informasi, dan kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya agar lebih bermakna

(Drs. Soewarso, M.Ed).

Model ini dirumuskan untuk membantu mengembangkan:

a) Analisa tentang perilaku dan nilai-nilai pribadi.

b) Strategi pemecahan masalah antar pribadi dan pribadi dengan

orang lain.

c) Pengenalan jiwa dan perasaan orang lain.

d) Pengetahuan tentang fakta-fakta sosial dan nilai-nilai.

(57)

f. Media dalam pembelajaran IPS

1. Media pembelajaran Pengetahuan Sosial

Istilah Media berasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari

“medium” yang berarti pengantar. Makna umum dari media yaitu

segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber

informasi kepada penerima informasi (Etin Solihatin, 2008:22). Proses

belajar mengajar juga menggunakan media yang dalam penggunaannya

disebut media pembelajaran. Menurut AECT (Etin Solihatin, 2008:23)

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh orang

untuk menyalurkan pesan. Gagne (Etin Solihatin, 2008:23) mengartikan

media sebagai komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsang mereka untuk belajar. Menurut Masitoh (2010:670

mengungkapkan bahwa media merupakan saluran yang dilalui pesan

dalam suatu peristiwa kominikasi. Dalam pembelajaran media

memegang peranan penting sebagai alat yang diharapkan dapat

mendorong belajar lebih efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa media

merupaka bagian dari sumber belajar yang mampu menarik minat siswa

dalam menerima pembelajaran.

2. Manfaat Media Pembelajaran IPS

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran

adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga

pembelajaran lebih efektif dan efisien. Menurut Kemp dan Dayton (Etin

(58)

sebagai berikut : (a) menyampaikan materi dapat diseragamkan; (b)

Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; (c) Proses

Pembelajaran menjadi lebih interaktif; (d) efisien dalam waktu dan

tenaga; (e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa; (f) media dapat

menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar;

(g)mengubah peran guru ke arah lebih positif dan produktif.

3. Jenis media

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai

dari yang sederhana, murah, hingga media yang canggih dan mahal

harganya. Anderson (Etin Solihatin, 2008:26) mengelompokkan media

menjadi sepuluh golongan sebagai berikut :

NO Golongan Media Contoh dalam pembelajaran

1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD, Telepon

2 Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, gambar

3 Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

4 Proyeksi Visual Diam Film bingkai, OHT

5 Proyeksi Audiovisual

diam Film bingkai bersuara

6 Visual Gerak Film bisu

7 Audiovisual Gerak Film gerak bersuara, VCD, televisi

8 Objek Fisik Benda nyata, model, spesimen 9 Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran

10 Komputer

(59)

4. Kriteria Pemilihan Media

Secara umum, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam

pemilihan media menurut Masitoh (2010:70) :

a. Dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

b. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

c. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.

d. Tidak memilih media hanya karena media tersebut baru, canggih

atau populer.

Menurut Etin Solihatin (2008:31), dalam memilih media harus

mempertimbangkan hal-hal di bawah ini : (a) tujuan; (b) sasaran didik;

(c) karakteristik media yang bersangkutan; (d) waktu; (e) biaya; (f)

ketersediaan; (g) konteks penggunaan; (h) mutu teknis; (i) prinsip

pemanfaatan media.

g. IPS di Sekolah Dasar

Dalam perkembangan pengajaran IPS di sekolah dasar telah

mengalami perubahan kurikulum berkali-kali. Hal ini dimaksudkan

untuk terus menerus meningkatkan mutu pendidikan. Desain dan isi

kurikulum akan bermakna apabila berdampak pada siswa, artinya

rencana dapat terlaksana di kelas dan benar-benar berhasil jika telah

menjadi bagian dari perilaku sebagai hasil dari belajarnya.

IPS di SD adalah mata pelajaran manusia dalam semua aspek

kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS yang diajarkan di

(60)

Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial , ilmu

bumi, ekonomi dan pemerintah. Kajian sejarah meliputi perkembangan

masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.

Pengetahuan sosial berfungsi mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan dasar dan melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa

dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi

menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan

masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. Disebutkan

bahwa IPS SD diorganisasikan mulai dari bahan pelajaran yang dekat

dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas atau kompleks. Dalam

segi proses pembelajaran menerapkan prinsip belajar aktif, mental

(pemikiran dan perasaan) dan sosial sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa SD.

h. Strategi Peer Lesson

1) Pengertian Strategi Peer Lesson

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan

belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penuangan

informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan

mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan pemeragaan semata

tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal, karenanya

diperlukan suatu strategi yang dapat mendukung atau

meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ....................
gambar wilayah yang membantu guru  dalam menyampaikan materi
gambarKaset audio yang dilengkapi
Gambar Skema alur kerangka berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat diperoleh rancangan komposisi formula optimum dengan menggunakan PVP K-30 dan sodium starch glycolate yang dapat menghasilkan mutu fisik tablet ditinjau dari

Kultivar pisang yang ditemukan pada ketinggian 0 – 200 m dpl adalah pisang Ambon Hijau, Ambon Hong, Ambon Kuning, Ambon Morosebo, Kepok Kuning, Kepok Hijau, Kepok Gabu, Raja

Dimana asam lemak esensial yang meliputi asam lemak linoleat (omega 6), linolenat (omega 3), ARA dan DHA berperan penting dalam fungsi penglihatan dan perkembangan otak

Segala puji hanya bagi Allah swt, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan komprehensif dengan judul: ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.E

Oleh karena arsip sangat penting dalam setiap organisasi/perusahaan, arsip tersebut mempunyai pengaruh dengan berbagai macam cara terhadap kegiatan setiap pegawai

Peraturan Mendikbud Republik lndonesia Nomor 30 Tahun 2012 tentang Organisasidan Tata Kerja Universitas Negeri Malang (Berita Negara Republik lndonesia Tahun ZOt Z

Penerapan pendekatan kontekstual di SD IT Lukman Al Hakim Kudus telah dilaksanakan dengan baik, namun masih banyak permasalahan antara lain, dalam menyiapkan

Implementasi kebijakan desetralisasi juga dapat memeperbaiki pereencanaan dan pengurusan di dalam borokrasi pusat dalam rangka menyelesaikan masalah ekonomi ,sosial dan politik