KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-HEKSAN, ETIL ASETAT DAN ETANOL
HERBA LABU SIAM (Sechium edule Sw) DENGAN METODE DPPH
SKRIPSI
OLEH:
RATIH INDAH SYARI PRATIWI NIM 081524048
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-HEKSAN, ETIL ASETAT DAN ETANOL
HERBA LABU SIAM (Sechium edule Sw) DENGAN METODE DPPH
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
RATIH INDAH SYARI PRATIWI NIM 081524048
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-HEKSAN, ETIL ASETAT DAN ETANOL
HERBA LABU SIAM (Sechium edule Sw) DENGAN METODE DPPH
OLEH:
RATIH INDAH SYARI PRATIWI NIM 081524048
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Februari 2011 Panitia Penguji Pembimbing I
Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS, Apt., NIP 195112231980032002 NIP 194908111976031001
Pembimbing II Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., NIP 195112231980032002
Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.,
NIP 195103261978022001 Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt., NIP 196006121980032001
Drs. Saiful Bahri, M.Si., Apt., NIP 195208241983031001
Dekan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-Heksan, Etil Asetat dan Etanol Herba Labu Siam (Sechium edule Sw) Dengan Metode DPPH”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak herba labu siam (Sechium edule Sw) dengan menggunakan BHT sebagai pembanding positif. Melalui penelitian diketahui bahwa ekstrak herba labu siam (Sechium edule Sw) memiliki aktivitas antioksidan. Akan tetapi aktivitas antioksidan dari ekstrak tersebut masih dibawah aktivitas antioksidan dari pembanding BHT. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi masukan mengenai sumber antioksidan baru dengan pemanfaatan herba labu siam.
Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Syahbudinsyah dan Sri Sekarwaty yang tiada pernah ada hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada adik-adik tersayang yang selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
2. Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., dan Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., selaku pembimbing penulis yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian dengan penuh kesabaran hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Pandapotan Nasution, MPS, Apt., Drs. Saiful Bahri, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt., selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan masukan dan saran selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku dosen wali yang telah memberi bimbingan dan dorongan kepada penulis selama perkuliahan. 5. Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., selaku kepala Laboratorium
Obat Tradisional yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
6. Sahabat dan teman-teman penulis yang namanya tidak dapat ditulis satu persatu, yang telah begitu banyak membantu penulis dalam proses penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Medan, Februari 2011 Penulis,
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-HEKSAN, ETIL ASETAT DAN ETANOL
HERBA LABU SIAM (Sechium edule Sw) DENGAN METODE DPPH Abstrak
Tumbuhan labu siam (Sechium edule Sw) dapat tumbuh dimana saja, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, dan banyak ditanam di pekarangan. Batangnya menjalar sehingga perlu ditanam berdekatan dengan pohon lain agar batangnya dapat melilit. Labu siam merupakan sayuran yang banyak disukai.
Karakterisasi simplisia herba labu siam dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Ekstrak herba labu siam diperoleh secara maserasi berkesinambungan dengan menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol. Ekstrak herba labu siam di uji aktivitas antioksidannya sebagai penangkap radikal bebas dengan metode DDPH. Data diolah menggunakan persamaan regresi untuk memperoleh harga IC50.
Pemeriksaan makroskopik terhadap herba labu siam segar yaitu berwarna hijau, bentuk jantung, ujung meruncing. Pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan segar penampang melintang daun labu siam terlihat kutikula, epidermis atas, hipodermis, palisade, bunga karang, epidermis bawah, berkas pengangkut dan rambut penutup. Hasil karakteristik simplisia diperoleh kadar air 7,99%, kadar sari yang larut dalam air 24,99%, kadar sari yang larut dalam etanol 13,92%, kadar abu total 8,31%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,05%.
Hasil uji aktivitas antioksidan pada ekstrak n-heksan mempunyai nilai IC50
sebesar 156,14 µ g/ml, ekstrak etil asetat mempunyai nilai IC50 sebesar 135,15
µg/ml dan ekstrak etanol mempunyai nilai IC50 sebesar 147,24 µ g/ml. Semua
ekstrak memiliki aktivitas antioksidan.
CHARACTERIZATION OF SIMPLEX AND ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST OF EXTRACT n-HEXANE, ETHYL ACETATE AND ETHANOL
LABU SIAM HERB (Sechium edule Sw) WITH DPPH METHODE
Abstract
Labu siam (Sechium edule Sw) can grow anywhere, either in the lowlands and highlands and lot of planted in the yard. The stem spread so need to be planted adjacent to another tree for twisting. Labu siam is a vegetable much to preferred.
The characterization of simplex labu siam herb made by macroscopic examination, microscopic examination, determination of water content, water-soluble extract, ethanol-water-soluble extract, total ash content and acid inwater-soluble ash content. The extract of labu siam herb obtained by maceration continuous using the solvent n-hexane, ethyl acetate, and the ethanol. The extract of labu siam herb was tested antioxidant activity assay as a catcher free radicals with DPPH methode. The data were analyzed using a regression equation to obtain IC50 value.
The macroscopic examination of the fresh labu siam herb is green, heart shape, tapered tip. The microscopic examination of the fresh tissue cross sections looked cuticula, top epidermis, hipodermis, palisade, spongy layer, bottom epidermis, the carrier files and hair covered. The results obtained characteristic of 7.99% water content, 24.99% water-soluble essence content, 13.92% ethanol-soluble essence content, 8.31% total ash content, 1.05% acid inethanol-soluble ash content.
The result of antioxidant activity test of n-hexane extract is IC50 156,14
µg/ml, ethyl acetate extract is IC50 135,15 µg/ml and ethanol extract is IC50 147,24
µg/ml. All the extract has antioxidant activity.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... .i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... ..iii
ABSTRAK ... ...v
ABSTRACT ... ..vi
DAFTAR ISI ... .vii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... .…… 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Hipotesis ... .…… 3
1.4 Tujuan Penelitian ... .…… 3
1.5 Manfaat Penelitian ... .…… 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Uraian Tumbuhan... 4
2.1.1 Daerah Tumbuh ... 4
2.1.2 Nama Daerah ... 4
2.1.3 Nama Asing ... 5
2.1.4 Sistematika Tumbuhan ... 5
2.1.5 Morfologi Tumbuhan ... 5
2.1.7 Kegunaan Labu Siam ... 6
2.2 Radikal Bebas... 8
2.3 Antioksidan ... 9
BAB III. METODE PENELITIAN ... ..10
3.1 Alat-alat ... ..10
3.2 Bahan-bahan ... ..10
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... ..10
3.3.1 Pengumpulan Sampel ... ..10
3.3.2 Identifikasi Tumbuhan ... ..10
3.3.3 Pengolahan Sampel ... ..10
3.4 Pembuatan Pereaksi ... ..11
3.4.1 Pereaksi Bouchardat ... ..11
3.4.2 Pereaksi Mayer ... ..11
3.4.3 Pereaksi Dragendorff ... ..11
3.4.4 Pereaksi Molish ... ..11
3.4.5 Larutan Asam Klorida 2 N ... ..11
3.4.6 Larutan Asam Sulfat 2 N... ..12
3.4.7 Larutan Asam Nitrat 0,5 N ... ..12
3.4.8 Larutan Timbal (II) Asetat 0,4 ... ..12
3.4.9 Larutan Besi (III) Klorida 1% b/v ... ..12
3.4.10 Larutan Pereaksi Kloralhidrat ... ..12
3.4.11 Larutan Pereaksi Lieberman-Burchad... ..12
3.4.12 Larutan DPPH 0,5 mM ... ..12
3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik ... ..13
3.5.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... ..13
3.5.3 Penetapan Kadar Air ... ..13
3.5.4 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air... ..14
3.5.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol ... ..15
3.5.6 Penetapan Kadar Abu Total ... ..15
3.5.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam ... ..15
3.6 Skrining Fitokimia ... ..16
3.6.1 Pemeriksaan Alkaloida... ..16
3.6.2 Pemeriksaan Glikosida ... ..17
3.6.3 Pemeriksaan Triterpenoid/Steroida ... ..17
3.6.4 Pemeriksaan Flavonoida ... .18
3.6.5 Pemeriksaaan Tannin ... .18
3.6.6 Pemeriksaan Saponin ... .18
3.6.7 Pemeriksaan Antrakinon ... .18
3.7 Pembuatan Ekstrak n-Heksan, Etil Asetat, dan Etanol Herba Labu Siam (Sechium edule Sw) Secara Maserasi ... .19
3.8 Pengujian Kemampuan Antioksidan Dengan Spektrofotometri Visibel .20 3.8.1 Prinsip Metode DPPH ... .20
3.8.2 Pembuatan DPPH ... .20
3.8.3 Pembuatan Larutan Induk ... .20
3.8.4 Pengukuran Aktivitas Antioksidan Sampel Uji dan BHT... .20
3.8.5 Penentuan Persen Peredaman ... .21
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... .26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... .27
5.1 Kesimpulan ... .27
5.2 Saran ... .27
DAFTAR PUSTAKA ... .28
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... .24
2. Bagan Kerja Penelitian ... .25
3. Makroskopik Tumbuhan ... .26
4. Mikroskopik Tumbuhan ... .28
5. Hasil Perhitungan Karakteristik Simplisia ... .29
6. Bagan Pembuatan Ekstrak Herba Labu Siam ... .34
7. Gambar Alat Spektrofotometri UV-Vis ... .36
8. Data konsentrasi dan % inhibisi ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol herba labu siam dan BHT setelah didiamkan selama 60 menit ... .37
9. Perhitungan % inhibisi ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol herba labu siam dan BHT setelah didiamkan selama 60 menit ... .39
10. Perhitungan nilai IC50 ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol herba labu siam dan BHT setelah didiamkan selama 60 menit ... .42
11. Grafik Hasil Pengukuran ... .46
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-HEKSAN, ETIL ASETAT DAN ETANOL
HERBA LABU SIAM (Sechium edule Sw) DENGAN METODE DPPH Abstrak
Tumbuhan labu siam (Sechium edule Sw) dapat tumbuh dimana saja, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, dan banyak ditanam di pekarangan. Batangnya menjalar sehingga perlu ditanam berdekatan dengan pohon lain agar batangnya dapat melilit. Labu siam merupakan sayuran yang banyak disukai.
Karakterisasi simplisia herba labu siam dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Ekstrak herba labu siam diperoleh secara maserasi berkesinambungan dengan menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol. Ekstrak herba labu siam di uji aktivitas antioksidannya sebagai penangkap radikal bebas dengan metode DDPH. Data diolah menggunakan persamaan regresi untuk memperoleh harga IC50.
Pemeriksaan makroskopik terhadap herba labu siam segar yaitu berwarna hijau, bentuk jantung, ujung meruncing. Pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan segar penampang melintang daun labu siam terlihat kutikula, epidermis atas, hipodermis, palisade, bunga karang, epidermis bawah, berkas pengangkut dan rambut penutup. Hasil karakteristik simplisia diperoleh kadar air 7,99%, kadar sari yang larut dalam air 24,99%, kadar sari yang larut dalam etanol 13,92%, kadar abu total 8,31%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,05%.
Hasil uji aktivitas antioksidan pada ekstrak n-heksan mempunyai nilai IC50
sebesar 156,14 µ g/ml, ekstrak etil asetat mempunyai nilai IC50 sebesar 135,15
µg/ml dan ekstrak etanol mempunyai nilai IC50 sebesar 147,24 µ g/ml. Semua
ekstrak memiliki aktivitas antioksidan.
CHARACTERIZATION OF SIMPLEX AND ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST OF EXTRACT n-HEXANE, ETHYL ACETATE AND ETHANOL
LABU SIAM HERB (Sechium edule Sw) WITH DPPH METHODE
Abstract
Labu siam (Sechium edule Sw) can grow anywhere, either in the lowlands and highlands and lot of planted in the yard. The stem spread so need to be planted adjacent to another tree for twisting. Labu siam is a vegetable much to preferred.
The characterization of simplex labu siam herb made by macroscopic examination, microscopic examination, determination of water content, water-soluble extract, ethanol-water-soluble extract, total ash content and acid inwater-soluble ash content. The extract of labu siam herb obtained by maceration continuous using the solvent n-hexane, ethyl acetate, and the ethanol. The extract of labu siam herb was tested antioxidant activity assay as a catcher free radicals with DPPH methode. The data were analyzed using a regression equation to obtain IC50 value.
The macroscopic examination of the fresh labu siam herb is green, heart shape, tapered tip. The microscopic examination of the fresh tissue cross sections looked cuticula, top epidermis, hipodermis, palisade, spongy layer, bottom epidermis, the carrier files and hair covered. The results obtained characteristic of 7.99% water content, 24.99% water-soluble essence content, 13.92% ethanol-soluble essence content, 8.31% total ash content, 1.05% acid inethanol-soluble ash content.
The result of antioxidant activity test of n-hexane extract is IC50 156,14
µg/ml, ethyl acetate extract is IC50 135,15 µg/ml and ethanol extract is IC50 147,24
µg/ml. All the extract has antioxidant activity.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tanpa disadari dalam tubuh manusia secara terus menerus terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh berupa polusi lingkungan, sinar ultraviolet, asap rokok dan asap kendaraan. Senyawa radikal ini akan menyerang komponen penyusun organ tubuh manusia dan menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti katarak, aterosklerosis, kanker dan jantung. Oleh karena itu tubuh memerlukan suatu substansi penting yang berfungsi membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas yang terbentuk yaitu antioksidan. Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron sehingga menjadi tidak reaktif lagi. Sistem antioksidan sebagai mekanisme pertahanan terhadap serangan radikal bebas, secara alami telah ada dalam tubuh manusia (Kosasih, 2004).
dalam bahan pangan, contohnya Butylated Hydroxyanisole (BHA), Butylated Hydroxytoluen (BHT) dan propil galat (Kumalaningsih, 2006).
Buah-buahan dan sayur-sayuran memegang peranan penting dalam menunjang kesehatan dan kebugaran tubuh, juga dapat menekan timbulnya penyakit akibat proses penuaan. Sebab dalam buah dan sayur terkandung berbagai macam vitamin, mineral, serat pangan dan komponen antioksidan (Kumalaningsih, 2006).
Labu siam (Sechium edule Sw) termasuk suku Cucurbitaceae merupakan salah satu jenis labu yang cukup populer di Indonesia. Buah labu siam umumnya disajikan sebagai sayuran berkuah bersama dengan sayuran lain, kadang-kadang juga tersaji sebagai lalapan matang dengan dikukus atau direbus. Buah labu siam baik untuk menyembuhkan gangguan sariawan, panas dalam, serta menurunkan demam pada anak-anak. Pucuk batang dan daun mudanya juga sering disaji bersama dengan buahnya sebagai sayuran, selain itu juga biasa dibuat lalapan. Buah labu siam mengandung vitamin A, B, C, saponin dan tannin. Daunnya mengandung saponin, flavonoid dan polifenol (Anonim, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam (Sechium edule Sw) dengan metode DPPH, karena metode ini dianggap yang paling murah dan sederhana.
1.2 Perumusan Masalah
a. Bagaimana karakteristik simplisia herba labu siam.
c. Apakah ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam memiliki aktivitas sebagai antioksidan untuk meredam radikal bebas.
1.3 Hipotesis
a. Karakteristik simplisia herba labu siam dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur Materia Medika Indonesia.
b. Herba labu siam mengandung golongan senyawa kimia flavonoid, tanin, dan saponin yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
c. Ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam memiliki aktivitas antioksidan.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui karakteristik simplisia herba labu siam yang diteliti. b. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam herba
labu siam.
c. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam dibandingkan dengan BHT sebagai kontrol positif. 1.5 Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh (habitat), nama daerah, nama asing, sistematika tumbuhan, morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan kegunaan dari tumbuhan.
2.1.1 Daerah Tumbuh
Tanaman labu tergolong mudah ditanam. Tak heran bila wilayah tanamnya menyebar di berbagai belahan dunia, dari daerah beriklim tropis sampai subtropis. Dataran tinggi berhawa dingin maupun dataran rendah berhawa panas cocok ditanami labu. Labu siam dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 200-1000 m. (Nazaruddin, 1999)
Adaptasi labu terhadap prilaku optimal cuaca juga sangat baik. Labu tak hanya mampu berantisipasi terhadap kurangnya air di musim kemarau, melainkan juga terhadap kelebihan air di musim hujan. Labu akan tumbuh optimal pada tanah yang kering, berdrainase dan aerasi baik, gembur, serta kaya bahan organik. Tanah yang cenderung asam dengan pH 5 – 6,5 justru disukainya. (Nazaruddin, 1999)
2.1.2 Nama Daerah
Sumatera (Melayu) : Labu Siem
2.1.3 Nama Asing
Sayuran ini dikenal dengan nama internasional chayote atau chajota 2.1.4 Sistematika Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales Familia : Cucurbitaceae Genus : Sechium
Spesies : Sechium edule Sw. (Depkes RI, 2000) 2.1.5 Morfologi Tumbuhan
Batang : Lunak, beralur, banyak cabang, terdapat pembelit berbentuk spiral, kasap, berwarna hijau.
Daun : Tunggal, bentuk jantung, tepi bertoreh, ujung meruncing, pangkal runcing, kasap, panjang 4-25 cm, lebar 3-20 cm, tangkai panjang, pertulangan menjari, berwarna hijau. Bunga : Majemuk, di ketiak daun, kelopak bertajuk lima, mahkota
beralur, benang sari lima, kepala sari berwarna jingga, putik satu berwarna kuning.
Buah : Buni, bulat, menggantung, permukaan berlekuk, berwarna hijau keputih-putihan.
Biji : Pipih, berkeping dua, berwarna putih.
2.1.6 Kandungan Kimia
Buah dan daun Sechium edule Sw. mengandung saponin. Di samping itu buahnya juga mengandung alkaloid dan tannin, sedangkan daunnya mengandung flavonoida dan polifenol. (Depkes RI, 2000)
2.1.7 Kegunaan Labu Siam
1. Diuretik. Kandungan air pada labu siam memiliki efek diuretik yang
baik sehingga melancarkan buang air kecil.
2. Menurunkan tekanan darah. Melalui urine yang banyak terbuang
akibat sifat diuretik dari labu siam, kandungan garam di dalam darah
pun ikut berkurang. Berkurangnya kadar garam yang bersifat
menyerap atau menahan air ini akan meringankan kerja jantung dalam
memompa darah sehingga tekanan darah akan menurun. Kandungan
alkoloidnya berfungsi sebagai vasodilator. Oleh sebab itulah, labu siam
bisa menurunkan darah tinggi.
3. Buah tanaman ini baik untuk menyembuhkan gangguan sariawan,
panas dalam, serta menurunkan demam pada anak-anak karena
mengandung banyak air.
4. Gangguan asam urat.
5. Penderita diabetes melitus juga cocok mengonsumsi labu siam yang
telah dikukus. Kandungan patinya mengenyangkan sehingga penderita
diabetes melitus tak lagi mengonsumsi makanan pokok secara
Komposisi gizi labu siam dapat dilihat pada tabel. Buah labu siam
memiliki kadar serat yang cukup baik, yaitu 1,7 g per 100 g. Konsumsi serat
dalam jumlah yang cukup sangat baik untuk mengatasi sembelit dan aman untuk
lambung yang sensitif atau radang usus. Serat pangan dapat mengurangi risiko
penyakit kanker yang disebabkan sistem pencernaan yang tidak sempurna.
Komposisi Gizi per 100 gram Labu Siam
Komposisi gizi Kadar
Energi (kkal) 17
Protein (g) 0,82
Lemak (g) 0,13
Karbohidrat (g) 3,9
Serat (g) 1,7
Gula (g) 1,85
Kalsium (mg) 17
Besi (mg) 0,34
Magnesium (mg) 12
Fosfor (mg) 18
Kalium (mg) 125
Natrium (mg) 2
Seng (mg) 0,74
Tembaga (mg) 0,12
Mangan (mg) 0,19
Selenium (mg) 0,2
Vitamin C 7,7
Tiamin (mg) 0,03
Riboflavin (mg) 0,03
Niacin (mg) 0,47
Vitamin B6 (mg) 0,08
Folat (mkg) 93
Vitamin E (mkg) 0,12
Vitamin K (mkg) 4,6
Sumber: Anonim 2010
Kandungan asam folat pada buah labu siam juga cukup baik, yaitu 93 mkg
per 100 g. Konsumsi 100 gram labu siam cukup untuk memenuhi 23,25 persen
kebutuhan tubuh akan asam folat. Asam folat sangat penting bagi ibu hamil
karena dapat mengurangi risiko kelahiran bayi cacat. Konsumsi asam folat yang
rendah pada ibu hamil berhubungan erat dengan berat bayi lahir rendah dan
Labu siam juga mengandung banyak serat. Selama tinggal di saluran
pencernaan, serat pangan akan mengikat zat-zat karsinogenik (penyebab kanker).
2.2 Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu spesies kimia yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan spesies tersebut menjadi sangat reaktif untuk mencari pasangannya dengan menarik atau menyerang elekron dari senyawa lain sehingga menyebabkan senyawa tersebut akan menjadi radikal juga. Salah satu contoh radikal bebas adalah spesies oksigen reaktif atau Reactive Oxygen Species (ROS), yang terbentuk melalui aktivasi molekul oksigen pada reaksi oksidasi reduksi. Penambahan elektron pada orbital molekul oksigen pada keadaan dasar (ground state) menyebabkan oksigen tereduksi, membentuk radikal bebas. Contoh senyawa oksigen reaktif adalah anion superoksida, oksigen triplet, radikal perhidroksil, radikal hidroksil, dsb (Kosasih, 2004).
Semua gangguan tersebut dapat memicu munculnya berbagai penyakit (Kosasih, 2004).
2.3 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dalam kadar rendah dibanding bahan yang dapat dioksidasi, sangat memperlambat atau menghambat oksidasi bahan tersebut. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal atau dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Atas dasar fungsinya, antioksidan dapat dibedakan menjadi lima: (Kumalaningsih, 2006)
a. Antioksidan primer, merupakan sistem enzim pada tubuh manusia, contohnya: enzim superoksida dismutase.
b. Antioksidan sekunder, merupakan antioksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan berupa tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik yang berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar.
d. Oxygen scavenger, yang mampu mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi reduksi, misalnya vitamin C.
e. Chelators atau sequestrant, yang dapat mengikat logam yang mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya asam sitrat.
Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Untuk mempermudah pemahaman tentang mekanisme kerja antioksidan perlu dijelaskan lebih dahulu mekanisme oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1). pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3).
Inisiasi : RH —- R* + H* (1) Propagasi : R* + O2 —–ROO* (2) ROO* + RH —–ROOH +R* (3)
Terminasi : ROO* +ROO* —- non radikal (reaksi 4) R* + ROO* —- non radikal
R* + R* —– non radikal
Beberapa contoh komponen flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan
Komponen Sumber
Vitamin
Vitamin C
Vitamin E
Buah-buahan & sayuran
Padi-padian, kacang-kacangan dan minyak
Anthosianidin
Oenin
Cyanidin
Delphinidin
Anggur (wine)
Buah anggur, raspberri, strawberri
Kulit buah aubergine
Flavo-3-ols
Quercertin
Kaempferol
Bawang, kulit buah apel, buah berri, buah anggur, tea dan brokoli
Leek, brokoli, buah anggur dan teh
Flavonone
Rutin
Luteolin
Chrysin
Apigenin
Bawang, kulit buah apel, buah berri, buah anggur, tea dan brokoli
Lemon, olive, cabe merah
Kulit buah
Celery dan parsley
Flavan-3-ols
(Epi)catecin
Red/black grape wine
Epigallocatecin
Epigallocatecin gallate
Epicatecin gallate
Tea
Tea
Flavonone
Taxifolin
Narirutin
Naringenin
Hesperidin
Hesperetin
Buah jeruk citrus
Buah jeruk citrus
Buah jeruk citrus
Jus Orange
Jus Orange
Theaflavin
Theaflavin
Theaflavin-3-gallate
Theaflavin-3’-gallate
Theaflavin digallate
Black tea
Black tea
Black tea
Dua jenis antioksidan yang digunakan dalam produk pangan adalah antioksidan alami dan sintetis. Vitamin E adalah antioksidan alami paling terkenal dan terdapat dalam jumlah yang cukup dalam seluruh minyak nabati. Antioksidan alami lain yakni sesamol dan gosipol, terdapat dalam minyak wijen dan minyak biji kapas. Pala dan paprika juga mengandung senyawa dengan aktivitas sebagai antioksidan. Penambahan rempah-rempah ke dalam masakan secara tidak disengaja juga menambah antioksidan di dalamnya (Anonim, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Metodologi penelitian meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak serta pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Penelitian dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan terdiri dari beaker glass, gelas ukur, labu tentukur, corong, labu alas bulat, seperangkat alat PK air, botol bersumbat, cawan berdasar rata, pipet tetes, kertas saring, aluminium foil, vacuum rotary evaporator (Buchi 461), neraca kasar (Ohaus), neraca analitis (Vibra), oven listrik (Stork), Spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu), penangas air, eksikator, mikroskop, kaca objek dan kaca penutup.
3.2 Bahan-bahan
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.3.1 Pengumpulan Sampel
Metode pengambilan herba labu siam dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Herba labu siam yang digunakan diperoleh dari Pasar Pagi Padang Bulan Medan, Kelurahan Padang Bulan Selayang II, Kecamatan Medan Selayang.
3.3.2 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi – LIPI di Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 24.
3.3.3 Pengolahan Sampel
3.4 Pembuatan Pereaksi
Pembuatan larutan pereaksi dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan Materia Medika Indonesia Jilid VI.
3.4.1 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida P dilarutkan dalam air secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium P kemudian ditambahkan air hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.2 Pereaksi Mayer
Larutan raksa (II) klorida P 2,266% b/v sebanyak 60 ml dicampur dengan 10 ml larutan kalium iodida P 50 % b/v, kemudian ditambahkan air secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.3 Pereaksi Dragendorff
Larutan bismut nitrat P 40% b/v dalam asam nitrat P sebanyak 20 ml dicampur dengan 50 ml kalium iodida P 54,4% b/v, didiamkan sampai memisah sempurna. Lalu diambil lapisan jernihnya dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.4 Pereaksi Molish
Sebanyak 3 g α-naftol P, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga
diperoleh larutan 100 ml (Ditjen POM, 1995). 3.4.5 Larutan Asam Klorida 2 N
3.4.6 Larutan Asam Sulfat 2 N
Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,8 ml ditambahkan air suling sampai 100 ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.7 Larutan Asam Nitrat 0,5 N
Sebanyak 3,4 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan air suling hingga volume 100 ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.8 Larutan Timbal (II) Asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat P dilarutkan dalam air bebas karbon dioksida hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.9 Larutan Besi (III) Klorida 1% b/v
Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.10 Larutan Pereaksi Kloralhidrat
Sebanyak 50 g kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling (Ditjen POM, 1995).
3.4.11 Larutan Pereaksi Lieberman-Burchad
Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrat dicampurkan dengan 1 bagian asam sulfat pekat. Larutan pereaksi ini harus dibuat baru (Harborne, 1987).
3.4.12 Larutan DPPH 0,5 mM
3.5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Hasil karakteristik simplisia herba labu siam dapat dilihat pada Tabel 3.1 halaman 17.
3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap herba labu siam segar meliputi pemeriksaan bentuk, ukuran, warna, bau dan rasa. Gambar makroskopik herba labu siam dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 26.
3.5.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap jaringan segar penampang melintang daun labu siam yaitu dengan cara meneteskan larutan kloralhidrat di atas objek glass lalu meletakkan sayatan jaringan segar, dipanaskan sebentar di api lalu ditutupi dengan kaca penutup. Gambar mikroskopik penampang melintang daun labu siam dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 28.
3.5.3 Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen). Cara kerja:
1. Penjenuhan Toluen
2. Penetapan Kadar Air Simplisia
Ke dalam labu yang berisi toluen jenuh diatas, dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, l992). Hasil perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 29.
3.5.4 Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, 20 ml filtrat dipipet, diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan dipanaskan
pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung
3.5.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 95% menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, 20 ml filtrat dipipet, diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata
yang telah ditara dan dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari
yang larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995). Hasil perhitungan kadar sari yang larut dalam etanol dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 31.
3.5.6 Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia ditimbang, dimasukkan ke dalam krus
porselen yang telah dipijar di dalam oven pada suhu 105ºC selama 30 menit dan
ditara, diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran
dilakukan pada suhu 450ºC sampai bobot tetap. Kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu total dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995). Hasil perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 32.
3.5.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC
dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995). Hasil perhitungan kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 33.
3.6 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia serbuk simplisia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, glikosida, steroida/triterpenoida, flavonoida, tanin, saponin dan antrakinon. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia herba labu siam dapat dilihat pada Tabel 3.2 halaman 18.
3.6.1 Pemeriksaan Alkaloid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudiaan ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida sebagai berikut: a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer
akan terbentuk endapan menggumpal berwama putih atau kuning bila terdapat alkaloida.
b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat akan terbentuk endapan berwama coklat sampai kehitaman bila terdapat alkaloida.
3.6.2 Pemeriksaan Glikosida
Sebanyak 3 g serbuk simplisia ditimbang, lalu disari dengan 30 ml campuran dari 7 bagian etanol 95% dan 3 bagian air suling. Kemudiaan direfluks selama 10 menit, didinginkan, lalu disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran 2 bagian isopropanol dan 3 bagian kloroform, perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat, disaring, kemudiaan diuapkan pada temperatur
tidak lebih dari 500C, sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut: 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes larutan perekasi Molish, lalu ditambahkan dengan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula (glikon) (Ditjen POM, 1995).
3.6.3 Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
3.6.4 Pemeriksaan Flavonoida
Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditambah 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk Mg, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika pada lapisan amil alkohol terjadi warna merah kekuningan atau jingga (Farnsworth, 1966).
3.6.5 Pemeriksaaan Tannin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru atau kehitaman menunjukkan adanya tannin (Ditjen POM, 1995).
3.6.6 Pemeriksaan Saponin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk busa yang stabil tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (Ditjen POM, 1995).
3.6.7 Pemeriksaan Antrakinon
3.7 Pembuatan Ekstrak n-Heksan, Etil Asetat, dan Etanol Herba Labu Siam (Sechium edule Sw) Secara Maserasi
Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi berkesinambungan menggunakan tiga pelarut.
Caranya:
Sebanyak 400 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana tertutup, dituangi dengan 3000 ml n-heksan, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai, ampasnya dicuci dengan n-heksan disimpan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian dienaptuangkan.
Terhadap ampas dikeringkan dengan cara diangin-anginkan kemudian di maserasi kembali dengan menggunakan 3000 ml etil asetat, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai, ampasnya dicuci dengan etil asetat disimpan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian dienaptuangkan.
Lalu masing-masing maserat diuapkan dengan alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental kemudian ekstrak dikeringkan dengan teknik freeze dryer.
3.8 Pengujian Kemampuan Antioksidan Dengan Spektrofotometri Visibel 3.8.1 Prinsip Metode DPPH
Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazil) sebagai radikal bebas dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning) dengan dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50%) digunakan
sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan sampel uji. 3.8.2 Pembuatan DPPH
Timbang 19,7 mg DPPH kemudian dilarutkan dalam metanol hingga volume 100 ml. Dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda.
3.8.3 Pembuatan Larutan Induk
Sebanyak 25 mg sampel uji (ekstrak kental) ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda.
3.8.4 Pengukuran Aktivitas Antioksidan Sampel Uji dan BHT
Larutan induk dipipet sebanyak 5 ml; 7,5 ml; dan 10 ml ke dalam labu
ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 200 µg/ml, 300 µg/ml dan
400 µg/ml. Ke dalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH
Sebanyak 25 mg BHT ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Dipipet sebanyak 0,5 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk
mendapatkan konsentrasi larutan uji 20 µg/ml. Ke dalam masing-masing labu
ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Pengukuran dilakukan setelah didiamkan selama 60 menit.
3.8.5 Penentuan Persen Peredaman
Penentuan aktivitas penangkap radikal bebas dari sampel uji menggunakan metode DPPH. Pengukuran dilakukan setelah didiamkan selama 60 menit. Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan ekstrak tersebut dihitung sebagai persen inhibisi (% inhibisi) dengan rumus sebagai berikut:
% inhibisi =
Akontrol Asampel
Akontrol )
( −
X 100%
Keterangan : Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
Asampel = Absorbansi sampel
3.8.6 Penentuan Nilai IC50
Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas penangkap radikal adalah nilai IC50 (Inhibition Concentration 50%), nilai tersebut menggambarkan
B A B IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor Jl. Raya Jakarta-Bogor menunjukkan bahwa sampel termasuk suku Cucurbitaceae spesies Sechium edule Sw.
Hasil pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap herba labu siam segar yaitu bentuk jantung, ujung meruncing, panjang 4-25 cm, lebar 3-20 cm, berwarna hijau, tidak mempunyai bau dan rasa yang khas.
[image:43.595.139.484.494.673.2]Hasil pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap jaringan segar penampang melintang daun labu siam terlihat kutikula, epidermis atas, hipodermis, palisade, bunga karang, epidermis bawah, berkas pengangkut dan rambut penutup.
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia herba labu siam
No Karakterisasi simplisia Hasil
1 Kadar air 7,99%
2 Kadar sari yang larut dalam air 24,99%
3 Kadar sari yang larut dalam etanol 13,92%
4 Kadar abu total 8,31%
5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,05%
yaitu kadar air tidak lebih dari 10%. Hasil penetapan kadar air memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia. Kadar sari yang larut dalam air dilakukan untuk mengetahui senyawa polar yang terlarut dalam air misalnya flavonoid, tanin dan glikosida. Kadar sari yang larut dalam etanol untuk mengetahui senyawa yang terlarut dalam etanol, misalnya triterpenoid/steroid dan lemak. Kadar abu total dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa anorganik pada simplisia daun labu siam tersebut, sedangkan kadar abu yang tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan yang tidak larut dalam asam.
[image:44.595.162.466.440.673.2]Hasil skrining fitokimia terhadap herba labu siam diketahui bahwa herba labu siam mengandung senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia herba labu siam No Pemeriksaan Hasil
1 Alkaloida +
2 Flavonoida +
3 Tanin +
4 Saponin +
5 Glikosida -
6 Antrakinon -
7 Steroida/Triterpenoida -
secara umum telah diketahui dapat bertindak sebagai antioksidan yaitu sebagai penangkap radikal bebas karena gugus hidroksil yang dikandungnya dalam hal ini disebut reduktor sehingga dapat mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas (Silalahi, 2006).
Pemeriksaan aktivitas anti radikal bebas DPPH secara spektrofotometer dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan larutan pereaksi DPPH 0,5 mM. Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam dengan konsentrasi masing-masing 200 µg/ml, 300 µg/ml, 400 µg/ml yang dibandingkan dengan BHT konsentrasi 20 µg/ml sebagai kontrol larutan pereaksi DPPH 0,5 mM (tanpa penambahan sampel). Data hasil pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan alat spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 516 nm dapat dilihat pada Lampiram 8 halaman 37-38.
Dari data tersebut menunjukkan adanya penurunan nilai absorbansi DPPH pada sampel uji dengan konsentrasi yang berbeda, penurunan absorbansi ini menunjukan adanya aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam dan baku pembanding BHT. Penurunan nilai absorbansi DPPH mempunyai arti bahwa telah terjadinya penangkapan radikal DPPH oleh ekstrak.
Hasil percobaan menunjukkan ekstrak n-heksan herba labu siam mempunyai nilai IC50 sebesar 156,14 µg/ml, ekstrak etil asetat herba labu siam
mempunyai nilai IC50 sebesar 135,15 µ g/ml dan ekstrak etanol herba labu siam
mempunyai nilai IC50 sebesar 147,24 µ g/ml. BHT sebagai senyawa pembanding
mempunyai nilai IC50 sebesar 10,22 µ g/ml. Hasil perhitungan nilai IC50 dapat
Nilai IC50 yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga ekstrak memiliki
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia meliputi hasil pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap herba labu siam segar yaitu bentuk jantung, ujung meruncing, panjang 4-25 cm, lebar 3-20 cm, berwarna hijau, tidak mempunyai bau dan rasa yang khas. Hasil pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap jaringan segar penampang melintang daun labu siam terlihat kutikula, epidermis atas, hipodermis, palisade, bunga karang, epidermis bawah, berkas pengangkut dan rambut penutup. Kadar air diperoleh 7,99%, kadar sari yang larut dalam air 24,99%, kadar sari yang larut dalam etanol 13,92%, kadar abu total 8,31%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,05%.
2. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia menunjukkan bahwa serbuk simplisia herba labu siam (Sechium edule Sw) mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin yang berfungsi sebagai antioksidan.
3. Hasil uji ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam memiliki aktivitas sebagai antioksidan untuk meredam radikal bebas.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Khasiat/Manfaat Jipang atau Labu Siam. Jakarta:
Cahyana, A.H. dan Taufik, M. (2005) Isolasi Senyawa Antioksidan Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmani Nees ex Blume). Prosiding Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XV. Departemen Kimia FMIPA. IPB. Bogor: Halaman 95-100
Ditjen POM. (1986). Sediaan Galenik. Jilid II. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Halaman 10-11
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Halaman 1132-1140
Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan RI Jakarta: Halaman 321-326, 333-337
Depkes RI. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Halaman 213-214 Farnsworth, N.R. (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plants,
Journal of Pharmaceutical Sciences. Volume 55. No.3. Reheis Chemical Company. Chicago: Pages 263
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terjemahan K.Padmawinata. Edisi II. ITB Press. Bandung: Halaman 76
Kosasih, E; Setiabudi, T. (2004). Peran Antioksidan pada Lanjut Usia. Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta: Halaman 42-75
Kumalaningsih, S. (2006). Antioksidan Alami. Cetakan I. Trubus Agrisarana Surabaya: Halaman 16-25
Lembaga Biologi Nasional. (1979). Tanaman Pekarangan. LIPI. Bogor: Hal. 48 Markham, K. R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Penerbit ITB.
Bandung: Halaman 1-6
Nazaruddin. (1999). Budi Daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta: Halaman 104-108
Widayati, Eti. (1997). Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Sawadaya. Jakarta: Halaman 111-112
Skrining Fitokimia
Ekstraksi
Pemeriksaan makroskopoik
Penetapan kadar air
Penetapan kadar sari larut dalam air Alkaloid Flavonoid Tanin Saponin Glikosida Antrakinon Steroid/ Triterpenoid Penetapan kadar abu tidak
larut dalam asam
Ekstrak kental
Hasil
Penetapan kadar abu total Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Pemeriksaan mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik Lampiran 2. Bagan Kerja Penelitian
disortir
dicuci bersih dan ditiriskan
dikering anginkan untuk menghilangkan air
ditimbang
dikeringkan pada suhu ±500 C
dihaluskan dihaluskan
ditimbang
di- Pemeriksaan makroskopik maserasi
uji antioksidan
Herba Labu Siam
Simplisia Kering
Serbuk Simplisia
Lampiran 3. Makroskopik Tumbuhan
Tanaman Labu Siam (Sechium edule Sw)
Lampiran 3. (lanjutan)
Simplisia Herba Labu Siam
Lampiran 4. Mikroskopik Tumbuhan
Mikroskopik Jaringan Segar Penampang Melintang Daun Labu Siam Keterangan:
1. Kutikula 2. Epidermis atas 3. Hipodermis 4. Palisade 5. Bunga karang 6. Epidermis bawah 7. Berkas pengangkut 8. Rambut penutup
1 2
3 4 5
6 7
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Karakteristik Simplisia 1. Perhitungan Kadar Air
% Kadar Air
1. Berat Sampel : 5,002 g Volume Air : 0,4 ml
% Kadar Air = 100% 7,99% 002 , 5 4 , 0 = x
2. Berat Sampel : 5,003 g Volume Air : 0,4 ml
% Kadar Air = 100% 7,99% 003 , 5 4 , 0 = x
3. Berat Sampel : 5,006 g Volume Air : 0,4ml
% Kadar Air = 100% 7,99% 006 , 5 4 , 0 = x
Lampiran 5. (lanjutan)
2. Perhitungan Kadar Sari yang Larut dalam Air
% Kadar Sari yang Larut dalam Air = x 100%
1. Berat simplisia = 5,007 g Berat sari = 0,252 g
% Kadar Sari yang Larut dalam Air = 007 , 5 252 , 0 x 20 100
x 100% = 25,16%
2. Berat simplisia = 5,007 g Berat sari = 0,245 g
% Kadar Sari yang Larut dalam Air = 007 , 5 245 , 0 x 20 100
x 100% = 24,46%
3. Berat simplisia = 5,009 g Berat sari = 0,254 g
% Kadar Sari yang Larut dalam Air = 009 , 5 254 , 0 x 20 100
x 100% = 25,35%
% Kadar Sari Larut dalam Air rata-rata =
3 % 35 , 25 % 46 , 24 % 16 ,
25 + +
Lampiran 5. (lanjutan)
3. Perhitungan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol
% Kadar Sari yang Larut dalam Etanol = x 100%
1. Berat simplisia = 5,001 g Berat sari = 0,135 g
% Kadar Sari yang Larut dalam Etanol = 001 , 5 135 , 0 x 20 100
x 100% = 13,49%
2. Berat simplisia = 5,003 g Berat sari = 0,139 g
% Kadar Sari yang Larut dalam Etanol = 003 , 5 139 , 0 x 20 100
x 100% = 13,89%
3. Berat simplisia = 5,003 g Berat sari = 0,144 g
% Kadar Sari yang Larut dalam Etanol = 003 , 5 144 , 0 x 20 100
x 100% = 14,39%
% Kadar Sari Larut dalam Etanol rata-rata =
3 % 39 , 14 % 89 , 13 % 49 ,
13 + +
Lampiran 5. (lanjutan)
4. Perhitungan Kadar Abu Total
% Kadar Abu Total = x 100%
1. Berat simplisia =2,0004 g Berat abu = 0,1695g
% Kadar Abu Total = 100% 8,47% 0004 , 2 1695 , 0 = x
2. Berat simplisia = 2,0003 g Berat abu = 0,1616 g
% Kadar Abu Total = 100% 8,08% 0003 , 2 1616 , 0 = x
3. Berat simplisia = 2,0004 g Berat abu = 0,1682 g
% Kadar Abu Total = 100% 8,40% 0004 , 2 1682 , 0 = x
Lampiran 5. (lanjutan)
5. Perhitungan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam
% Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam = x 100%
1. Berat simplisia = 2,0004 g Berat abu = 0,0217 g
% Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam= 100% 1,08% 0004 , 2 0217 , 0 = x
2. Berat simplisia = 2,0003 g Berat abu = 0,0209 g
% Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam= 100% 1,04% 0003 , 2 0209 , 0 = x
3. Berat simplisia = 2,0004 g Berat abu = 0,0207 g
% Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam= 100% 1,03% 0004 , 2 0207 , 0 = x
% Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam rata-rata
= 1,05%
Lampiran 6. Bagan Pembuatan Ekstrak Herba Labu Siam
dimasukkan ke dalam bejana tertutup dituangi dengan 3l n-heksan, ditutup dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk
disaring
dicuci dengan n-heksan secukupnya
disimpan di dalam bejana tertutup
dibiarkan selama 2 hari terlindung dari cahaya
disaring
dikeringkan dengan
digabung, cara diangin-anginkan
diuapkan dengan dimasukkan ke
rotary evaporator dalam bejana tertutup dituangi dengan 3l etil asetat, ditutup
dibiarkan selama 5 dikeringkan hari terlindung dari dengan alat freeze cahaya sambil
dryer sesekali diaduk disaring
Maserat
Maserat
Serbuk Simplisia 400g
Ampas
Ampas
Ekstrak kental n-heksan
Lampiran 6. (lanjutan)
dicuci dengan etil asetat secukupnya disimpan di dalam bejana tertutup dibiarkan selama 2 hari terlindung dari cahaya
disaring
dikeringkan dengan cara
digabung , diangin-anginkan diuapkan dengan dimasukkan ke dalam bejana rotary evaporator tertutup
dituangi dengan 3l etanol,
ditutup
dibiarkan selama 5 hari dikeringkan terlindung dari cahaya sambil dengan sesekali diaduk alat freeze dryer disaring
dicuci dengan etanol secukupnya
disimpan di dalam bejana tertutup dibiarkan selama 2 hari terlindung dari cahaya
disaring
digabung, diuapkan dengan rotary evaporator
dikeringkan dengan alat freeze dryer Maserat
Maserat
Ampas
Ekstrak kental
etil asetat Maserat Ampas
Ampas
Maserat Ampas
Lampiran 8. Data absorbansi dan % inhibisi ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol herba labu siam dan BHT setelah didiamkan selama 60 menit
1. Data absorbansi dan % inhibisi ekstrak n-heksan herba labu siam
Konsentrasi Larutan Uji
Absorbansi Pengukuran ke-
Rata-rata Absorbansi
Persen Peredaman
(%)
1 2 3
DPPH 1,066 1,064 1,064 1,064 -
200 µg/ml 0,155 0,156 0,154 0,155 85,43 300 µg/ml 0,122 0,120 0,119 0,120 88,72 400 µg/ml 0,117 0,114 0,113 0,114 89,28
2. Data absorbansi dan % inhibisi ekstrak etil asetat herba labu siam
Konsentrasi Larutan Uji
Absorbansi Pengukuran ke-
Rata-rata Absorbansi
Persen Peredaman
(%)
1 2 3
Lampiran 8. (lanjutan)
3. Data absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol herba labu siam
Konsentrasi Larutan Uji
Absorbansi Pengukuran ke-
Rata-rata Absorbansi
Persen Peredaman
(%)
1 2 3
200 µg/ml 0,102 0,101 0,102 0,101 90,50 300 µg/ml 0,098 0,097 0,097 0,097 90,88 400 µg/ml 0,086 0,087 0,080 0,084 92,10
4. Data absorbansi dan % inhibisi BHT
Konsentrasi Larutan Uji
Absorbansi Pengukuran ke-
Rata-rata Absorbansi
Persen Peredaman
(%)
1 2 3
Lampiran 9. Perhitungan % inhibisi ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol herba labu siam dan BHT setelah didiamkan selama 60 menit
1. Ekstrak n-heksan herba labu siam Konsentrasi 200 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
% inhibisi = 100% 85,43% 064 , 1 ) 155 , 0 064 , 1 ( = − x
Konsentrasi 300 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
% inhibisi = 100% 88,72% 064 , 1 ) 120 , 0 064 , 1 ( = − x
Konsentrasi 400 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
% inhibisi = 100% 89,28% 064 , 1 ) 114 , 0 064 , 1 ( = − x
2. Ekstrak etil asetat herba labu siam Konsentrasi 200 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
Konsentrasi 300 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
% inhibisi = 100% 96,52% 064 , 1 ) 037 , 0 064 , 1 ( = − x
Konsentrasi 400 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
% inhibisi = 100% 97,18% 064 , 1 ) 030 , 0 064 , 1 ( = − x
3. Ekstrak etanol herba labu siam Konsentrasi 200 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
% inhibisi = 100% 90,50% 064 , 1 ) 101 , 0 064 , 1 ( = − x
Konsentrasi 300 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
% inhibisi = 100% 90,88% 064 , 1 ) 097 , 0 064 , 1 ( = − x
Konsentrasi 400 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A A A kontrol sampel kontrol −
4. BHT
Konsentrasi 20 µg/ml
% inhibisi = ( )x100% A
A A
kontrol sampel
kontrol −
% inhibisi = 100% 97,83% 064
, 1
) 023 , 0 064 , 1 (
=
Lampiran 10. Perhitungan nilai IC50 ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol herba
labu siam dan BHT setelah didiamkan selama 60 menit 1. Perhitungan nilai IC50 ekstrak n-heksan herba labu siam
x y xy x2
0 0 0 0
200 85,43 17086 40000
300 88,72 26616 90000
400 89,28 35712 160000
Σx = 900 x = 225
Σy = 263,43 y = 65,85
Σxy = 79414 Σx2
= 290000
x = konsentrasi (µg/ml) y = % inhibisi
a = n x x n y x xy / ) ( ) ( / ) ( ) ( ) ( 2
2 − ∑
∑ − ∑ ∑ ∑ = 4 / ) 900 ( 290000 4 / ) 43 , 263 ( ) 900 ( 79414 2 − − = 0,23019
y= a x + b
b = y- a x
= 65,85 – (0,23019) (225) = 14,057
Persamaan garis regresi y = 0,23019 x + 14,057 IC50 = y = 0,23019 x + 14,057
50 = 0,23019 x + 14,057 x = 156,14
Lampiran 10. (lanjutan)
2. Perhitungan nilai IC50 ekstrak etil asetat herba labu siam
x y xy x2
0 0 0 0
200 96,05 19210 40000
300 96,52 28956 90000
400 97,18 38872 160000
Σx = 900 x = 225
Σy = 289,75 y = 72,43
Σxy = 87038 Σx2
= 290000
x = konsentrasi (µg/ml) y = % inhibisi
a = n x x n y x xy / ) ( ) ( / ) ( ) ( ) ( 2
2 − ∑
∑ − ∑ ∑ ∑ = 4 / ) 900 ( 290000 4 / ) 75 , 289 ( ) 900 ( 87038 2 − − = 0,24964
y= a x + b
b = y- a x
= 72,43 – (0,24964) (225) = 16,261
Persamaan garis regresi y = 0,24964 x + 16,261 IC50 = y = 0,24964 x + 16,261
50 = 0,24964 x + 16,261 x = 135,15
Lampiran 10. (lanjutan)
3. Perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol herba labu siam
x y xy x2
0 0 0 0
200 90,50 18100 40000
300 90,88 27264 90000
400 92,10 36840 160000
Σx = 900 x = 225
Σy = 273,48 y = 68,37
Σxy = 82204 Σx2
= 290000
x = konsentrasi (µg/ml) y = % inhibisi
a = n x x n y x xy / ) ( ) ( / ) ( ) ( ) ( 2
2 − ∑
∑ − ∑ ∑ ∑ = 4 / ) 900 ( 290000 4 / ) 48 , 273 ( ) 900 ( 82204 2 − − = 0,23624
y= a x + b
b = y- a x
= 68,37 – (0,23624) (225) = 15,216
Persamaan garis regresi y = 0,23624 x + 15,216 IC50 = y = 0,23624 x + 15,216
50 = 0,23624 x + 15,216 x = 147,24
Lampiran 10. (lanjutan) 4. Perhitungan nilai IC50 BHT
x y xy x2
0 0 0 0
20 97,83 1956,6 400
Σx = 20 x = 10
Σy = 97,83 y = 48,9
Σxy = 1956,6 Σx2
= 400
x = konsentrasi (µg/ml) y = % inhibisi
a = n x x n y x xy / ) ( ) ( / ) ( ) ( ) ( 2
2 − ∑
∑ − ∑ ∑ ∑ = 2 / ) 20 ( 400 2 / ) 83 , 97 ( ) 20 ( 6 , 1956 2 − − = 4,89
y= a x + b
b = y- a x
= 48,9 – (4,89) (10) = 0
Persamaan garis regresi y = 4,89 x + 0 IC50 = y = 4,89 x + 0
Lampiran 11. Grafik Hasil Pengukuran
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18
200 300 400
Konsentrasi
A
bs
or
ba
n
si Ekstrak etil asetat
[image:72.595.114.507.106.350.2] [image:72.595.116.507.408.670.2]Ekstrak etanol Ekstrak n-heksan
Grafik konsentrasi vs absorbansi ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam setelah didiamkan selama 60 menit
0 20 40 60 80 100 120
200 300 400
Konsentrasi
%
Inhibis
i
Ekstrak etil asetat Ekstrak etanol Ekstrak n-heksan