• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KEPUASAN PENGGUNA KATALOG INDUK NASIONAL ONLINE PERPUSTAKAAN NASIONAL RI WIRATNA TRITAWIRASTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KEPUASAN PENGGUNA KATALOG INDUK NASIONAL ONLINE PERPUSTAKAAN NASIONAL RI WIRATNA TRITAWIRASTA"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEPUASAN PENGGUNA KATALOG INDUK

NASIONAL ONLINE PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

WIRATNA TRITAWIRASTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Evaluasi Kepuasan Pengguna Katalog Induk Nasional Online Perpustakaan Nasional RI, adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, Oktober 2012

Wiratna Tritawirasta

(3)

catalog at The National Library of Indonesia. Under direction of FIRMAN ARDIANSYAH and YUYU YULIA.

The International Standard Organisation (ISO) Technical Report (TR) – 28118: Information and documentation – Performance indicators for national libraries in 2009 item A.2 of the national library service catalog in a country mentioned that the national library of a country should publish national bibliographies in a catalog as soon as possible as well as with the publication of a new collection. It can only be done in electronic form known an online catalog. In Indonesia, the National Library of Indonesia has developed an online union catalog (http://kin.pnri.go.id) since 2008. However, it showed very low utilization. By using the guidelines based on ISO 9241-11: Guidance On Usability, this evaluation concluded that the satisfaction of the online union catalog users nationwide have met the basic needs on searching information in the library of a country, although it needs to improve the web interface and dissemination/ socialization of national online union catalog so that it known by the public. Keywords: Union catalog, bibliographic record, usablility, user satisfaction.

(4)

RINGKASAN

WIRATNA TRITAWIRASTA. Evaluasi Kepuasan Pengguna Katalog Induk Nasional Online Perpustakaan Nasional RI. Dibimbing oleh FIRMAN ARDIANSYAH dan YUYU YULIA.

Internasional Standar Organisation (ISO) Technical Report (TR) – 28118 :

Information and documentation – Performance indicators for national libraries

tahun 2009 dalam butir A.2 tentang layanan katalog di perpustakaan nasional sebuah negara menyebutkan bahwa perpustakaan nasional sebuah negara harus mempublikasikan bibliografi nasionalnya dalam bentuk katalog secepat mungkin seiring dengan diterbitkannya koleksi yang baru. Hal tersebut hanya dapat dimungkinkan apabila berbentuk elektronik yang dikenal sebagai elektronik katalog. Di Indonesia, Perpustakaan Nasional RI telah mengembangkan sebuah katalog induk nasional online (http://kin.pnri.go.id) sejak tahun 2008. Namun seiring perkembangan waktu dirasa pemanfaatannya sangat minim. Metode penelitian menggunakan panduan keterpakaian berdasarkan ISO 9241-11 dalam mengajukan beberapa pertanyaan dalam survei dan heuristic evaluation terkait dengan prinsip perancangan antarmuka KIN dalam melakukan penilaian hasil survei oleh kelompok diskusi terarah (focused group discussion).

Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden, yakni pemustaka dan pustakawan yang terdapat di 33 (tiga puluh tiga) Badan Perpustakaan Propinsi. Pertanyaan tersebut dinyatakan dalam bentuk pilihan sesuai dengan skala Likert dan pertanyaan terbuka. Jumlah pertanyaan yang digunakan sebanyak 37 daftar pertanyaan yang sesuai dengan variable yang diharapkan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah keberadaan dan keterbacaan KIN online, kebutuhan dasar pengguna terhadap KIN

online, kemampuan pengguna dalam memahami/mempelajari KIN online dan

fitur-fitur yang diperlukan dalam KIN online. Penelitian dipertajam dengan mengevaluasi hasil survei menggunakan evaluasi heuristik. Evaluasi heuristik merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi sistem antarmuka secara detail yang dilakukan oleh spesialis perancang antarmuka untuk mengindentifikasikan masalah yang terjadi pada tampilan antarmuka sebuah program aplikasi. Dengan menggunakan 47 pertanyaan yang termuat dalam sepuluh tingkat keterpakaian sebuah sistem diharapkan akan mengetahui permasalahan yang terjadi pada KIN online.

Hasil survei dengan menjaring 116 pengguna baik pemustaka maupun pustakawan menunjukkan bahwa keberadaan dan keterbacaan KIN online mulai diterima oleh pengguna perpustakaan dengan indikasi 73,17% pemustaka dan 88% pustakawan telah memahami persepsi tentang katalog induk nasional online dengan benar, walau baru 21,95% pemustaka dan 45,33% pustakawan yang telah mencoba mengakses. Kebutuhan dasar KIN online sebagai sarana penelusuran dinyatakan mudah untuk digunakan oleh lebih dari 40% pengguna baik pemustaka dan pustakawan serta 29,27% pemustaka dan 36% pustakawan sepakat bahwa proses penelusuran masih dalam batas yang wajar. Namun fungsi utama KIN

online sebagai sarana salin katalog (copy cataloging) oleh sebagian besar

(5)

dinyatakan oleh pengguna bahwa 26,83% pemustaka dan 48% pustakawan memahami antarmuka dan fungsinya. Perlu menjadi informasi dan perhatian bagi pengembang aplikasi dan pustakawan sebagai pengkatalog bahwa 82,93% pemustaka dan 62,67% pustakawan memulai titik akses pencarian dari judul, yang disusul oleh subyek dan terakhir pengarang. Sebagai akhir survei didapatkan informasi bahwa perlunya penambahan fitur-fitur KIN online berbasis catalog 2.0 dimana rata-rata 64,43% pemustaka dan 74,89% pustakawan menginginkan fitur tersebut ada.

Di samping survei yang telah dilakukan di 33 Perpustakaan propinsi sebagai mitra, hasil dari survei dipertajam dengan evaluasi heuristik, di mana menghasilkan rekomendasi dari permasalahan keterpakaian pada KIN online yang mencakup permasalahan utama seperti perlunya bantuan dan dokumentasi pada halaman muka KIN online, dukungan fitur-fitur bagi pengguna pemula dan mahir seperti pada catalog 2.0 termasuk diperlukannya operator pencarian. Masalah lain seperti fungsionalitas teknis KIN online masih perlu diperbaiki seperti ruas pencarian, ikon, tataletak, penyajian hasil dan warna serta keberadaan KIN online pada dunia maya yang tersembunyi, perlu segera ditangani.

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa kepuasan pengguna katalog induk nasional online telah memenuhi kebutuhan dasar sebagai alat penelusuran informasi dan katalog rujukan di perpustakaan sebuah negara, walaupun perlu perbaikan disisi antarmuka, fitur dan perlunya sosialisasi terhadap katalog induk nasional online agar dikenal oleh masyarakat luas.

Kata Kunci: Katalog induk, cantuman bibliografi, keterpakaian, kepuasan pengguna.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(7)

WIRATNA TRITAWIRASTA

G652080015

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(8)
(9)

Nama : Wiratna Tritawirasta NRP : G652080015

Program Studi : Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si. Ir. Yuyu Yulia, S.IP., M.Si.

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi MTP Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui beasiswa yang penulis terima dari Perpustakaan Nasional RI, meskipun dengan perjuangan yang tidak mudah karena penulis harus mengerahkan segala daya, upaya, pikiran dan waktu untuk mencapainya. Penelitian ini berjudul Evaluasi Kepuasan Pengguna Katalog Induk Nasional

Online Perpustakaan Nasional RI. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011

– Maret 2012. Lokasi penelitian bertempat di instansi di mana penulis bekerja yaitu di Subbidang Otomasi, Bidang Kerjasama Perpustakaan dan Otomasi, Perpustakaan Nasional RI yang berlokasi di jalan Salemba Raya No. 28 A Jakarta dan pengambilan data survei dilakukan di 33 (tiga puluh tiga) Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi sebagai perpustakaan mitra.

Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang sempurna tidak mudah, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si dan Ibu Ir. Yuyu Yulia, S.IP., M.Si. selaku pembimbing atas arahan dan masukannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT selaku penguji pada sidang tugas akhir, dan kepada Perpustakaan Nasional RI yang telah memberikan beasiswa dan biaya penelitian selama mengikuti program pascasarjana kepada penulis, serta orangtua, istri serta rekan-rekan kampus maupun di Perpustakaan Nasional RI, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis mengakui terdapat kelemahan dan kekurangan di dalam penelitian ini, dengan demikian harapan penulis agar kelemahan dan kekurangan ini dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya.

Semoga Allah SWT selalu memberikan ridho-Nya pada setiap niat baik kita dan penelitian ilmiah ini agar bermanfaat. Amin.

Bogor, Oktober 2012

(11)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 April 1973 yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan bapak Hernandono dan ibu Nunuk Susmiyati. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan kuliahnya di jurusan Teknik Komputer, Universitas Gunadarma Depok dengan gelar sebagai Sarjana Komputer. Setelah mendapatkan gelar sarjananya tersebut penulis sempat bekerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer (STMIK) Darmajaya Bandarlampung sampai dengan tahun 2001, kemudian bekerja di Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Bina Sarana Informatika. Pada tahun 2003 penulis menjadi Pegawai Negeri Sipil di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di tahun 2008 penulis mendapatkan beasiswa pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor yang diperoleh dari institusi tempat penulis bekerja. Selama mengikuti program pascasarjana, penulis sempat menyajikan makalah berjudul : Indonesia E-Mobile Library : a prototype to

covers outreach area pada Conference of Congress of Southeast Asian Librarians

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xiii DAFTAR LAMPIRAN ... I xv PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Roadmap Penelitian ... 5

2.2 Katalog ... 6

2.2.1 Format Metadata ... 7

2.2.2 MARC (Machine Readable Catalog) ... 8

2.3 Katalog Induk (Union Catalogue) ... 12

2.4 Katalog Induk Nasional (KIN) Online ... 13

2.5 Orientasi Tingkat Keterpakaian Pengguna Dan Kepuasan Pengguna Berdasarkan International Standard Organization (ISO)... 18

2.6 Katalog Online Generasi Lanjut (Next-Generation Catalogs)... 20

2.7 Evaluasi Heuristik (Heuristic Evaluation) ... 21

2.8 Kelompok Diskusi terarah (Focused Group Discussion) ... 21

III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Tahapan Penelitian ... 23

3.1.1 Persiapan ... Error! Bookmark not defined. 3.1.2 Survei ... Error! Bookmark not defined. 3.1.3 Pengolahan Data... Error! Bookmark not defined. 3.1.4 Evaluasi ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Variabel Penelitian ... 30

3.3 Waktu Dan Tempat Penelitianl ... 31

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

(13)

4.1.4 Fitur-Fitur Yang Diperlukan Dalam KIN Online... 48

4.2 Hasil Evaluasi Heuristik ... 51

V SIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Simpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tampilan hasil cantuman MARC pada OPAC Perpustakaan Nasional RI ... 11

2 Tampilan hasil cantuman MARC pada KIN online ... 17

3 Kategori standar keterpakaian (usability) dan rancangan sistem berbasis manusia (human-centred design) menurut ISO ... 19

4 Bagan alir kegiatan penelitian ... 28

5 Pengenalan pengguna terhadap KIN online ... 34

6 Waktu rata-rata penggunaan OPAC/ mesin pencari (menit)... 35

7 Pengenalan pengguna terhadap KIN online perpulau di Indonesia ... 36

8 Aksesibilitas KIN online melalui internet ... 37

9 Langkah penelusuran KIN online ... 39

10 Proses yang diperlukan untuk pencarian pada KIN online ... 40

11 Hasil pencarian KIN online ... 41

12 Faktor kesulitan salin katalog bagi pustakawan ... 42

13 Frekuensi penggunaan salin katalog bagi pustakawan persesi pemasukan data ... 43

14 Persepsi pengguna terhadap antarmuka KIN online ... 44

15 Persepsi pengguna terhadap pemilihan huruf, tata letak dan Warna KIN online ... 45

16 Persepsi pengguna terhadap ruas penelusuran dan lokasi KIN online ... 46

17 Persepsi pengguna terhadap operator penelusuran KIN online ... 47

18 Titik akses yang dipakai pengguna dalam mencari koleksi ... 48

19 Fitur-fitur yang ditawarkan KIN online ... 49

20 Salin katalog KIN online ... 56

(15)

Halaman

1 Tag yang sering dipakai sebagai cantuman bibliografi ... 8

2 Pengukuran kepuasan pengguna diturunkan dari ISO 9241-11 ... 26

3 Fitur yang dimiliki oleh katalog online perpustakaan generasi lanjut ... 27

4 Peringkat permasalahan evaluasi heuristik ... 29

5 Responden berdasarkan jenis kelamin (orang) ... 32

6 Responden berdasarkan umur (orang) ... 33

7 Responden berdasarkan tingkat pendidikan (orang) ... 33

8 Tingkat permasalahan No.4 KIN online ... 52

9 Tingkat permasalahan No.3 KIN online ... 53

10 Tingkat permasalahan No.2 KIN online ... 53

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bentuk Kuesioner ... 64

2 Daftar pertanyaan evaluasi heuristik (heuristic evaluation) ... 81

3 Kodefikasi hasil survei dan evaluasi heuristik ... 89

4 Hasil survei ... 90

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi utama perpustakaan nasional ialah menyimpan semua bahan pustaka yang tercetak dan terekam yang diterbitkan di suatu negara. Dengan demikian untuk mendukung fungsi tersebut perlu ditunjang dengan undang-undang deposit yang mewajibkan setiap penerbit dan pencetak mengirimkan contoh terbitannya. (Sulistyo-Basuki 1993)

Sesuai Undang-Undang No. 43 tahun 2007 Perpustakaan Nasional RI memiliki fungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan memiliki tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan hal tersebut.

Berbagai usaha telah lama dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI untuk melaksanakan amanat undang-undang, di antaranya dengan membangun perpustakaan deposit nasional dan sesuai Undang-Undang Nomor 4 tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam yang mensyaratkan agar seluruh penerbit menyerahkan hasil karyanya kepada Perpustakaan Nasional RI sebanyak dua eksemplar untuk karya cetak dan satu salinan rekaman untuk karya rekam. Sejatinya, seiring pemberian International Standard Book Number (ISBN) dan penyerahan bahan pustaka pada Perpustakaan Nasional RI, maka saat itulah pemasukan mengenai data bahan pustaka yang baru dimuat ke dalam basis data yang berisi keterangan mengenai koleksi yang pernah diterbitkan di Indonesia yang dikenal sebagai katalog induk nasional (KIN).

Internasional Standar Organisation (ISO) Technical Report (TR) 28118 : Information and documentation – Performance indicators for national libraries

tahun 2009 mensyaratkan dalam butir A.2 tentang layanan katalog di perpustakaan nasional sebuah negara. Dalam butir A.2 disebutkan perpustakaan nasional harus mempublikasikan bibliografi nasionalnya dalam bentuk katalog secepat mungkin seiring dengan diterbitkannya koleksi yang baru dalam suatu

(18)

negara. Dengan demikian, hal tersebut hanya dapat dimungkinkan apabila katalog berbentuk elektronik yang dikenal sebagai katalog berbasis elektronik.

Syarat tersebut bagi Perpustakaan Nasional RI merupakan hal yang cukup berat di mana Perpustakaan Nasional RI harus mampu menerbitkan katalog induknya untuk menghimpun seluruh koleksi bibliografi di nusantara yang tersebar di Indonesia.

Dengan semangat menghimpun seluruh karya yang terdapat di nusantara, maka Perpustakaan Nasional RI mulai membuat beberapa kegiatan dalam menunjang program Perpustakaan Digital Nasional Indonesia. Tahap awal dari kegiatan ini adalah pemberian bantuan (intensifikasi) bagi perpustakaan yang terdapat di ibukota propinsi berupa penyediaan perangkat keras dan lunak yang bertujuan agar terdapat keseragaman teknologi yang dipakai sehingga tidak ada kesenjangan yang terjadi antara bagian barat, tengah dan timur Indonesia pada tahun 2008. Tahap selanjutnya pada tahun 2009, menghubungkan sistem informasi manajemen perpustakaan di masing-masing propinsi dengan teknologi komunikasi data (virtual private network) untuk menghimpun informasi koleksi di masing-masing perpustakaan. Kelanjutan kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya katalog induk nasional (KIN) secara online dalam bentuk web (kin.pnri.go.id) di samping pembangunan beberapa situs-situs terkait seperti Bibliografi Nasional Indonesia (bni.pnri.go.id), Arsip web (arsipweb.pnri.go.id), Pusaka Indonesia (pdni.pnri.go.id) dan kumpulan situs perpustakaan mitra (perpusmitra.pnri.go.id). Pada tahun 2010, beberapa perpustakaan secara berangsur-angsur mengisi data pada situs tersebut.

Namun setelah hampir tiga tahun sejak pengembangan program Perpustakaan Digital Nasional, khususnya penggunaan katalog induk nasional (KIN) secara online masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini di antaranya diindikasikan dengan belum dimanfaatkannya katalog induk nasional bagi masyarakat umum di mana rata-rata pengguna mengakses situs katalog induk nasional online sebanyak 20 hit/harinya dan belum banyaknya penggunaan fasilitas salin katalog (copy cataloging) pada situs katalog induk nasional online oleh pustakawan khususnya di daerah (propinsi), ditambah belum tersosialisasinya pemanfaatan katalog induk nasional (KIN) online oleh pihak

(19)

Perpustakaan Nasional RI pada pengguna. Di samping itu banyak faktor lain mengapa pemanfaatan katalog online masih sangat minim seperti perlunya pelatihan, pengalaman, fitur yang ditawarkan oleh sistem katalog online, topik yang dicari serta karakteristik individual pengguna (Borgman 1986). Demikian pula hasil survei yang dilakukan oleh OCLC (Online Computer Library Center) pada tahun 2005 yang cukup mengejutkan bahwa pencari informasi lebih memilih mesin pencari yang ada di internet (84%) dibandingkan pada situs web yang dimiliki oleh perpustakaan (1%) termasuk di dalamnya Online Public Access

Catalog (OPAC).

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dapat dijadikan sebagai asumsi dasar dalam memformulasikan masalah penelitian, sehingga dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

(1) Apakah dengan adanya katalog induk nasional (KIN) online telah memenuhi keinginan pemustaka dan pustakawan di 33 (tiga puluh tiga) perpustakaan propinsi seluruh Indonesia terhadap kebutuhan penelusuran informasi bahan pustaka dan membantu pekerjaan pustakawan dalam mengolah bahan pustaka sehari-hari?

(2) Apakah katalog induk nasional (KIN) online telah berorientasi kepada keinginan pengguna? dan apakah memang telah sesuai dengan harapan pemustaka dan pustakawan di Indonesia? Apakah ada aspek orientasi lain sehingga perlu ada pembenahan dari sisi penyajian bagi pengguna?

(3) Apakah bentuk katalog induk nasional (KIN) online telah sesuai standar internasional, khususnya terkait tentang keterpakaian (usability) dan telah berorientasi terhadap pengguna?

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, aspek-aspek tersebut dapat terjawab dan akan dituangkan dalam bentuk rekomendasi yang dapat dijadikan pedoman dasar untuk pengembangan katalog induk nasional (KIN) online di kemudian hari.

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kepuasan pengguna katalog induk nasional (KIN) online di Perpustakaan Nasional RI berdasarkan persepsi pengguna baik pemustaka maupun pustakawan di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah mengetahui persepsi pemustaka dan pustakawan terhadap katalog induk nasional (KIN) online, di samping:

(1) Bahan evaluasi dan rekomendasi bagi Perpustakaan Nasional RI dalam mengembangkan katalog induk nasional (KIN) online di kemudian hari; (2) Bahan masukan yang tepat dalam merancang antarmuka berbasis pengguna

bagi katalog induk nasional (KIN) online Perpustakaan Nasional RI;

(3) Bahan evaluasi dan rujukan bagi perpustakaan di Indonesia dalam mengembangkan katalog online berbasis pengguna.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

(1) Evaluasi penggunaan katalog induk nasional dibatasi pada kepuasan pengguna (user satisfaction) yang mengambil turunan dari International

Standard Organization (ISO) 9241-11 : Panduan keterpakaian (Guidance on usability);

(2) Lingkup pengambilan data dibatasi pada 33 (tiga puluh tiga) badan perpustakaan propinsi yang menjadi perpustakaan mitra dengan melibatkan pemustaka dan pustakawan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, maka definisi pemustaka adalah pengguna perpustakaan yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan; sedang pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

(3) Metode analisa saat pengolahan data menggunakan statistik deskriptif dan evaluasi heuristik (heuristic evaluation).

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Roadmap Penelitian

Penelitian mengenai tingkat kepuasan katalog induk nasional di sebuah perpustakaan nasional pernah dilakukan oleh Lindström dan Martin (2008) di Perpustakaan Nasional Swedia. Hasil dari penelitian tersebut, Lindström dan Marten menyarankan perlunya pengujian pengguna yang terus menerus dan melakukan proses rancangan berbasis pengguna. Mereka juga menegaskan bahwa model pengembangan sistem informasi manajemen perpustakaan yang dilakukan secara iterasi dengan versi yang terus berkembang sangat disarankan oleh mereka agar sistem mudah dikembangkan dan dengan leluasa dapat menambah fitur-fitur yang baru secara lebih baik, cepat dan murah.

Seperti dikutip dalam Borgman (1986), penelitian lain mengenai tingkat penggunaan katalog perpustakaan online bermula semenjak internet dengan halaman web-nya sudah mulai berkembang. Penelitian katalog perpustakaan

online atau yang dikenal dengan katalog terbacakan mesin/ online public access catalag (OPAC) telah dilakukan oleh Penniman terkait dengan evaluasi kebiasaan

pengguna perpustakaan terhadap sistem temu kembali di National Library of Medicine Maryland; Borgman pada Perpustakaan Universitas Negara Bagian Ohio dan Lombardo & Condic pada Perpustakaan Universitas Oakland, Michigan saat melakukan migrasi menggunakan sistem OPAC yang baru.

Penelitian-penelitian tentang penggunaan katalog perpustakaan online juga dilakukan oleh lembaga-lembaga independen seperti Online Computer Library

Center (OCLC) pada tahun 2009 terkait dengan harapan pengguna baik

pemustaka maupun pustakawan.

Penelitian di Indonesia tentang evaluasi kepuasan pengguna khususnya mengenai katalog induk nasional (KIN) online yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu penulis mengambil tema tersebut dengan alasan belum pernah dilakukan penelitian tersebut, terlebih cakupan yang cukup luas dari pengguna, baik pemustaka dan pustakawan tersebar di 33 (tiga puluh tiga) propinsi di Indonesia,

(22)

dengan berbagai latar belakang pendidikan, penetrasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang beragam, baik dari infrastruktur maupun kesempatan serta masih minimnya informasi terkait KIN online menjadi tantangan bagi penulis.

2.2 Katalog

Seperti dikutip Dhiman dan Rani (2005), katalog berasal dari bahasa Yunani, Katalogos. “Kata” berarti sesuai dengan atau oleh. “Logos” memiliki banyak arti seperti “kata-kata”, ”urutan” atau ”alasan/lantaran”. Bila diartikan berarti sebuah karya di mana isi disusun dengan cara yang "masuk akal" dengan "urutan" tertentu atau sesuai dengan "rencana" yang ditetapkan. Masih dalam sumber yang sama beberapa pendapat di antaranya :

Charles Ammi Cutter mendefinisikan katalog perpustakaan dalam bukunya ’Rules for a Dictionary Catalogue’ sebagai daftar buku yang disusun pada beberapa

rencana yang pasti.

James Duff Brown mendefinisikan katalog perpustakaan dalam bukunya ’Manual of Library Economy’ sebagai sebuah penjelasan yang disusun secara logis dan

sebagai kunci buku dan isinya yang terbatas pada buku di perpustakaan.

S. Akers dan Margaret Mann menjelaskan bahwa katalog adalah sebuah catatan

dari bahan perpustakaan.

S.R. Ranganathan mendefinisikan katalog sebagai sebuah metode yang mengatur

catatan dari informasi tentang sumber-sumber bibliografi.

H. Sharp mendefinisikan katalog sebagai rekaman dari informasi mengenai

naskah, buku, pamflet, komposisi musik, gambar, barang cetakan, peta, slide.

Mal (2006) mendefinisikan katalog sebagai sebuah daftar dari buku, peta, koin, perangko, rekaman suara atau bahan dalam berbagai media lain yang merupakan sebuah koleksi dengan tujuan utamanya untuk merekam, menggambarkan dan mengindeks kepemilikan koleksi secara khusus.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa katalog merupakan daftar dari koleksi perpustakaan yang disusun secara sistematis, sehingga memungkinkan pengguna perpustakaan dapat mengetahui dengan mudah koleksi

(23)

apa yang dimiliki oleh perpustakaan dan di mana koleksi tersebut dapat ditemukan.

Bentuk-bentuk katalog perpustakaan di antaranya adalah katalog kartu, katalog buku, katalog dalam bentuk mikro (microform catalog) dan katalog yang diakses melalui komputer (Chan 1994). Prosedur pembuatan katalog mengikuti standar pengkatalogan (pembuatan deskripsi dan subyek katalog), klasifikasi dan pekerjaan authority.

Perpustakaan Nasional RI mengikuti standar pengkatalogan berdasarkan AACR2 (Anglo-American Cataloguing Rules second edition tahun 1978), standar klasifikasi menggunakan Dewey Decimal Classication (DDC) dan pekerjaan

authority control sebagai sarana bagi pustakawan untuk menentukan keseragaman

akses pada katalog dan untuk memberikan identitas yang jelas dari penulis dan subjek serta memberikan istilah kosakata yang baku dalam pencarian oleh pemustaka.

Seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, pada katalog yang diakses melalui komputer, pengkatalog perlu memasukkan kode-kode dan informasi tertentu yang memuat tentang data dari suatu koleksi tertentu yang nantinya dikenal sebagai format metadata katalog terbacakan komputer untuk dapat ditelusur keberadaan sumber informasi tersebut.

2.2.1 Format Metadata

Foulonneau dan Riley (2008) mengutip dari Caplan (2003) mendefinisikan metadata adalah informasi yang terstruktur tentang sumber informasi dari setiap jenis atau format. Pendit (2008) menyatakan dari prespektif pengembangan pangkalan data metadata sering diartikan sebagai sesuatu yang mengontrol data; sesuatu yang menjadikan data terstruktur dan terkendali untuk kepentingan tertentu. National Information Standard Organization (2004) menyatakan bahwa metadata adalah informasi yang terstruktur yang menggambarkan, menjelaskan, menempatkan atau membuat agar sumber informasi dapat lebih mudah untuk diambil, digunakan, atau dikelola. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa metadata adalah penyajian informasi yang terstruktur untuk menggambarkan sumber informasi yang berupa koleksi perpustakaan baik tercetak maupun

(24)

elektronik. Penyajian infomasi dalam hal ini dapat berupa informasi dalam bentuk tercetak (kartu katalog) atau elektronik (online public access catalog) dengan berbagai ragam dan fiturnya.

2.2.2 MARC (Machine Readable Catalog)

Seperti dikemukakan sebelumnya, MARC merupakan cantuman (record) bibliografis yang dihasilkan dalam bentuk katalog online. Agar data katalog dapat terbacakan mesin, tiap elemen harus dikodekan (Chan, 1994). Pengkodean tersebut sesuai dengan aturan AACR2. Cantuman dari MARC terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama berisi informasi yang dimasukkan oleh pengkatalog dan selebihnya dikalkulasikan secara otomatis oleh komputer yang dikenal sebagai Label Cantuman (Header/Leader). Bagian kedua berfungsi sebagai “daftar isi” sebuah cantuman yang dikenal sebagai Direktori dan bagian terakhir merupakan Ruas berisi data bibliografi karya yang dikatalog. Ruas tersebut direpresentasikan melalui kode tiga digit yang merupakan identitas yang diberikan kepada setiap ruas data bibliografi suatu cantuman yang dikenal sebagai Tag. Tabel 1 memperlihatkan Tag yang umum digunakan.

Tabel 1 Tag yang umum digunakan sebagai cantuman bibliografi

Tag Pernyataan

008 Keterangan umum* (Coded control information**) 010 Nomor kendali Library of Congress

020 Nomor Buku Standar Internasional (ISBN) 040 Sumber pengkatalogan

043 Kode wilayah

050 Nomor panggil Library of Congress 082 Nomor panggil Desimal Dewey (DDC) 090 Nomor panggil lokal

100 Entri utama – Nama orang

110 Entri utama – Nama badan korporasi 111 Entri utama – Nama pertemuan

(25)

Tag Pernyataan 130 Entri utama – Judul seragam

245 Pernyataan judul 250 Pernyataan edisi

260 Penerbitan, Distribusi, dsb (Imprint) 300 Deskripsi fisik

400 Pernyataan seri/Entri tambahan – Nama orang

410 Pernyataan seri/Entri tambahan – Nama badan korporasi 440 Pernyataan seri/Entri tambahan – Judul

500 Catatan umum 504 Catatan bibliografi 505 Catatan isi

600 Entri tambahan subyek – Nama orang

610 Entri tambahan subyek – Nama badan korporasi 611 Entri tambahan subyek – Nama pertemuan 650 Entri tambahan subyek – Topik

651 Entri tambahan subyek – Nama geografis 653 Indeks – Uncontrolled

700 Entri tambahan – Nama orang

710 Entri tambahan – Nama badan korporasi 730 Entri tambahan – Judul seragam

740 Entri tambahan – Judul lain 800 Entri tambahan seri – Nama orang

810 Entri tambahan seri – Nama badan korporasi 811 Entri tambahan seri – Nama pertemuan

Sumber : Chan (1994)

Salah satu keunggulan teknologi katalog online saat ini adalah dengan berbagai bentuk cantuman bibliografi dapat diambil untuk ditampilkan. Terlepas dari puluhan paket perangkat lunak katalog di pasaran, masing-masing menawarkan gaya tersendiri dalam menampilkan antarmuka. Namun sebagian besar dari paket tersebut memungkinkan perpustakaan untuk menyesuaikan

(26)

tampilan bibliografi mereka dan memetakan beberapa ruas-ruas MARC sesuai dengan kepentingannya (Wool 1996).

Dalam antarmuka pencarian, cantuman MARC standar tidak menyediakan seluruh informasi yang diperlukan. Proses ekstraksi data diperlukan terkait dengan lokasi koleksi, eksemplar dan informasi khusus lainnya yang tidak terdapat didalam cantuman MARC. Kadang authority file juga dipakai dalam keperluan ini (Breeding 2010). Untuk itulah OCLC membagi tingkat kerincian bibliografis atau level deskripsi bibliografis menjadi lima tingkatan (OCLC Bibliographic Formats

and Standards) yang digunakan untuk memenuhi kelengkapan informasi metadata

dari sebuah koleksi yang terdiri atas:

1. Full-level cataloging. Cantuman memenuhi kebutuhan pada deskripsi tingkat kedua (AACR2, rule 1.0D2).

2. Core-level cataloging. Cantuman memenuhi kebutuhan pada deskripsi tingkat pertama (AACR2, rule 1.0D1) dan beberapa tambahan pada deskripsi tingkat kedua (AACR2, rule 1.0D2).

3. Minimal-level cataloging. Cantuman memenuhi kebutuhan pada deskripsi tingkat pertama (AACR2, rule 1.0D1).

4. Abbreviated-level cataloging. Cantuman tidak memenuhi spesifikasi tingkat-minimal (ELvl code 3)

5. Dublin Core. Seluruh cantuman ditampilkan menggunakan format metadata Dublin Core (ELvl code 3).

Perpustakaan Nasional RI menggunakan IndoMARC dalam pembuatan cantuman bibliografis untuk terbitan Indonesia dalam Bibliografi Nasional Indonesia (BNI) dan untuk pengkatalogan terbitan lain yang ditambahkan pada koleksinya. Keseluruhan cantuman ini akan menjadi landasan bagi terciptanya pangkalan data bibliografi nasional (PNRI 2011). Menurut Pedoman Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI (2002), tingkat deskripsi bibliografis menggunakan tingkatan Full-level cataloging/ level kedua dengan aturan sebagai berikut :

1. Data bibliografis tingkat 2 menurut standar deskripsi bibliografis internasional (ISBD/ International Standard Bibliographic Description) dan peraturan katalogisasi yang digunakan;

(27)

2. Memasukkan kode pustakawan (pengkatalog, pengklasifikasi dan korektor); 3. Memasukkan kode operator pemasukkan data;

4. Data bibliografis sesuai kebutuhan format metadata IndoMARC dengan rincian sebagai berikut :

a. Ruas data yang panjangnya tetap (Fixed) berisi : Tahun terbit, kode tempat terbit, kode bahasa, kode ilustrasi, kode terbitan pemerintah, kode terbitan konferensi, kode indeks, kode tajuk utama, kode cantuman yang sudah dimodifikasi dan kode sumber katalogisasi.

b. Ruas data yang panjangnya tidak tetap (variabel data field) berisi : Nomor standar bahan pustaka (ISBN, ISSN), sumber katalogisasi, kode wilayah, nomor panggil, nomor DDC, tajuk utama (nama orang/ nama badan korporasi/ nama pertemuan), judul seragam, judul, edisi, penerbit, deskripsi fisik, seri, catatan, tajuk subyek, tajuk tambahan, tajuk tambahan judul lain, tajuk tambahan seri, nomor induk/eksemplar.

Contoh tampilan hasil cantuman MARC melalui katalog terbacakan mesin (OPAC) Perpustakaan Nasional RI (http://opac.pnri.go.id) pada aplikasi

Integrated Library System (INLIS) seperti diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Tampilan hasil cantuman MARC pada OPAC Perpustakaan Nasional RI (http://opac.pnri.go.id).

(28)

2.3 Katalog Induk (Union Catalogue)

Menurut Hanson (1981) seperti dikutip Chelak dan Azadeh (2009), katalog induk (union catalogue) berasal dari bahasa Yunani “Katalogos” dan bahasa Latin “Unio” yang berarti umum. Katalog induk menurut arti sederhana merupakan sekumpulan cantuman (record) katalog yang berasal dari dua atau lebih perpustakaan yang bertujuan untuk memfasilitasi pinjaman antar perpustakaan dan pemanfaatan secara bersama berbagai sumber daya (Gorman 2005). Sekumpulan cantuman tersebut yang merupakan usaha dari berbagai organisasi yang kemudian memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian secara konsisten dari berbagai perpustakaan merupakan keuntungan utama dari terbentuknya katalog induk.

Seperti dikutip Chelak dan Azadeh (2009), banyak keuntungan dengan dibuatnya katalog induk bagi perpustakaan dan pustakawan seperti :

1. Fasilitas untuk melakukan katalogisasi dan perbaikan dalam kecepatan mengkatalog.

Harmawan (2008) menyatakan bahwa salah satu fungsi utama katalog induk ialah mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing). Fungsi tersebut bukan ditujukan untuk kepentingan pengguna perpustakaan secara langsung, melainkan untuk kepentingan para pustakawan khususnya pengkatalog dan pengklasir. Katalog induk juga memungkinkan pengkatalog dan pengklasir menyalin, mengkopi, atau mengunduh data bibliografi dan nomor kasifikasi yang sudah ada dalam katalog induk tersebut sehingga akan sangat menghemat biaya, tenaga dan waktu dan akan mempercepat pemrosesan bahan pustaka serta pada gilirannya akan meningkatkan pelayanan kepada pengguna perpustakaan.

Dalam melakukan salin katalog, proses yang umum digunakan adalah sebagai berikut (Jauhiainen 2004) :

a. Cantuman metadata koleksi yang ingin dimasukkan, sebelumnya dicari dahulu pada katalog induk;

b. Apabila ditemukan, cantuman metadata disalin dengan memasukkan perintah khusus kemudian dimasukkan ke basisdata lokal.

(29)

c. Apabila tidak ditemukan, cantuman metadata dibuat dalam basisdata lokal, yang kemudian secara berkala katalog induk akan mengambil metadata yang baru dibuat.

2. Meningkatkan ketersediaan mutu cantuman baik untuk bibliografis maupun

authority dalam jaringan bibliografi nasional yang dikenal sebagai

pengawasan bibliografi (bibliographic control) yang merupakan sebuah mekanisme untuk mengetahui karya cetak dan karya rekam yang telah dihasilkan oleh sebuah negara.

3. Standar bersama dalam hal pengembangan dan pemeliharaan;

4. Pengembangan dalam pasokan dan koleksi bersama baik tercetak maupun elektronik, layanan pengiriman dokumen bersama, tautan bersama untuk penyedia koleksi dan jurnal elektronik.

Menurut Stubley (2003) seperti dikutip Chelak dan Azadeh (2009), keuntungan bagi pemustaka adalah :

1. Konfirmasi atas ketersediaan koleksi dan lokasinya;

2. Mengetahui jangka waktu ketersediaan dari koleksi dan kebutuhan pemustaka.

2.4. Katalog Induk Nasional (KIN) Online

Pembentukan katalog induk nasional (KIN) bermula saat Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1975 - 1980) menerbitkan KIN pada tahun 1980. Pusat Pembinaan Perpustakaan dahulu merupakan Kantor Bibliografi Nasional (1952-1975) yang memang bertugas menghimpun Bibliografi Nasional yang terdapat di Indonesia. Masa transisi antara Pusat Pembinaan Perpustakaan yang dilebur menjadi Perpustakaan Nasional RI melahirkan sebuah literatur sekunder dalam bentuk buku tercetak yang memuat intisari data buku yang diterbitkan oleh penerbit nasional dengan tujuan agar masyarakat luas dapat mengetahui buku-buku apa saja yang ada di perpustakaan dan di mana buku-buku dapat diketemukan. Di dalam buku tersebut juga diakui bahwa untuk membangun sebuah katalog induk tingkat nasional yang lengkap tidaklah mudah. Perlu waktu, tenaga dan biaya untuk menghasilkan katalog tingkat nasional, sehingga penyusun KIN tersebut hanya mencakup 27 perpustakaan yang terdapat di DKI Jakarta.

(30)

Awal penyusunannya, masing-masing perpustakaan peserta mengirimkan kartu-kartu entri (entry catalogue) berdasarkan pengadaan tahun 1970 – 1977 (restropektif) yang diutamakan buku dalam bidang ilmu sosial dan humaniora (walaupun ada yang mengirimkan sains dan teknologi), menggunakan sistem ISBD (International Standard Bibliographic Description) dalam deskripsi setiap entri serta disusun menggunakan abjad.

Seiring berjalannya waktu berbagai usaha telah ditempuh Perpustakaan Nasional RI untuk membangun KIN yang bertaraf nasional dengan mengadakan lokakarya dan sosialisasi tentang pentingnya KIN tersebut sehingga awal tahun 1980, mulai bermunculan katalog induk daerah (KID) di beberapa propinsi.

Tahun 1995, Perpustakaan Nasional RI sebenarnya sudah menerapkan Sistem Informasi Perpustakaan yang dikenal sebagai VTLS (Virginia Tech

Library System) yang menjadi cikal bakal otomasi perpustakaan di tingkat pusat

dan daerah dimana pada saat itu masing-masing propinsi diberikan bantuan MicroVTLS untuk didistribusikan ke beberapa propinsi dengan harapan akan membangun sistem katalog elektronik yang kuat disetiap daerah. Namun seiring berjalannya waktu dan perawatan yang sangat mahal akhirnya program tersebut terhenti di tengah jalan.

Tahun 2008, Berdasarkan Undang-Undang Perpustakaan No. 43 tahun 2007 disebutkan dalam BAB IV tentang koleksi perpustakaan, pasal 13 ayat (1) menegaskan bahwa ”Koleksi nasional diinventarisasi, diterbitkan dalam bentuk katalog induk nasional (KIN) dan didisribusikan oleh Perpustakaan Nasional”. Pada ayat (2) juga menegaskan ”Koleksi nasional yang berada di daerah diinventarisasi, diterbitkan dalam bentuk katalog induk daerah (KID) dan didisribusikan oleh perpustakaan umum daerah”. Dalam penjelasan pasal 13 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa ”penerbitan katalog induk nasional dan daerah dilakukan baik secara tercetak (hardcopy) maupun secara terdigitalisasi (softcopy)”.

Menindaklanjuti amanat Undang-Undang Perpustakaan dan pembangunan

World Digital Library (WDL) yang dibahas dalam UNESCO Experts Meeting on the World Digital Library pada tanggal 1 Desember 2005 di mana secara tegas

(31)

perpustakaan digital untuk Indonesia maka Perpustakaan Nasional RI memutuskan untuk membuat sebuah rencana induk membangun jejaring perpustakaan dalam kegiatan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia (PDNI) yang didalamnya berisi KIN online di mana seluruh tahapannya termuat di dalam

Grand Design E-Library 2010 – 2014 Perpusnas. Rencana tersebut memiliki 3

tahapan :

1. Tahap 1 (satu) adalah menyediakan sarana dan prasarana bagi perpustakaan mitra di masing-masing ibukota propinsi. Berdasarkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2008 tahap satu tersebut dinyatakan dalam kegiatan Penyediaan Perangkat Keras dan Lunak E-Library. Dengan adanya sarana perangkat keras dan lunak serta prasarana yang seragam menggunakan standar pengolahan dan format metadata yang sama (IndoMARC), diharapkan akan menghasilkan pemahaman yang sama tentang pentingnya membangun jejaring perpustakaan.

2. Tahap 2 (dua) adalah menyiapkan hubungan antarperpustakaan daerah melalui saluran fisik yang termuat dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2009 yang dinyatakan dalam kegiatan Penyediaan Jaringan VPN (Virtual Private

Network) dan internet Perpustakaan Mitra E-Library. Di satu sisi

Perpustakaan Nasional RI sebagai induk akan menyiapkan infrastruktur untuk menghimpun seluruh koleksi metadata yang terdapat di seluruh perpustakaan daerah.

3. Tahap 3 (tiga) adalah proses pemasukan data, baik metadata maupun full

text yang termuat dalam situs Pusaka Indonesia oleh Pustakawan di tiap

propinsi seiring bantuan tahap 1 dan 2. Perpustakaan Nasional RI juga melakukan evaluasi untuk menguji sampai sejauh mana efektifitas dan efisiensi dari pembangunan sistem yang telah berjalan melalui kegiatan pembinaan, supervisi, bimbingan teknis dan evaluasi setiap tahunnya dari 2008 dan direncanakan berakhir tahun 2014.

(32)

Setelah kegiatan berjalan sejak tahun 2008, kondisi perkembangan rencana induk pembangunan perpustakaan digital nasional indonesia terkait KIN cukup bervariasi (Isyanti 2011) :

1. Perpustakaan mitra yang belum memiliki sistem komputer (sistem informasi manajemen perpustakaan), umumnya berpartisipasi dalam pembangunan KIN online dengan berkontribusi mengirimkan data bibliografisnya. Permasalahan utama timbul karena masalah finansial, kurangnya perhatian pimpinan terkait, konflik internal dan lambatnya mengirimkan data bibliografis karena pengoperasiannya dibebankan kepada seseorang atau sekelompok unit kerja yang tidak ada kaitannya dengan KIN online.

2. Perpustakaan mitra yang telah memiliki sistem komputer (sistem informasi manajemen perpustakaan) buatan sendiri namun tidak mengikuti standar metadata IndoMARC yang dipakai oleh KIN online. Dalam kasus ini perpustakaan mitra ada yang segera beralih ke program yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional RI yang telah berstandar MARC, ada yang tidak mau bergabung dengan alasan telah menanamkan investasi yang begitu besar dan menganggap standar IndoMARC cukup merepotkan serta ada pula yang tidak segera mengambil keputusan.

3. Perpustakaan mitra yang telah memiliki sistem komputer (sistem informasi manajemen perpustakaan) yang ada di pasaran namun tidak atau belum sepenuhnya mengikuti standar metadata IndoMARC yang dipakai oleh KIN online, sehingga kasus yang terjadi mirip dengan Perpustakaan mitra yang telah memiliki sistem komputer (Sistem Informasi manajemen perpustakaan) buatan sendiri.

Isyanti (2011) juga menegaskan bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam membangun katalog induk diantaranya :

1. Katalog yang akan disumbangkan pada katalog induk harus memiliki standar nasional maupun internasional;

2. Setiap perpustakaan yang berpartisipasi harus memiliki komitmen untuk membuat katalog baru (original cataloging) untuk digunakan bersama dan

(33)

memanfaatkan cantuman katalog yang sudah dibuat sesuai kebutuhan dan bersifat segera;

3. Keinginan yang kuat untuk berbagi sumberdaya lokal dengan pihak lain dan sebaliknya

4. Anggaran yang memadai.

Melihat kondisi yang ada di beberapa perpustakaan, sebagian besar perpustakaan mitra mulai melihat manfaat yang dimiliki oleh KIN online. Seiring waktu kegiatan pemasukan data telah dilakukan oleh pustakawan dari Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah melalui komputer personal. Cantuman metadata diharapkan akan membentuk katalog induk daerah online. Gambar 2 merupakan contoh masukan cantuman dari pustakawan propinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 2 Tampilan hasil cantuman MARC pada KIN online.

Hasil pemasukan data katalog di masing-masing perpustakaan daerah akan menghasilkan KIN dalam bentuk KIN online /online union catalog (http://kin.pnri.go.id) yang mulai dipublikasikan pada tahun 2008. Namun seiring dengan bertambahnya koleksi yang masuk dan semakin mudahnya akses ke

(34)

perpustakaan mitra melalui virtual private network (VPN) untuk menghubungkan pangkalan data katalog pusat dan daerah, pemanfaatan dalam bentuk akses pada KIN online Perpustakaan Nasional RI masih memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan akses pengguna yang mengunjungi kin.pnri.go.id kurang dari 20 hit per harinya. (September 2011)

2.5 Orientasi Tingkat Keterpakaian Pengguna Dan Kepuasan Pengguna Berdasarkan International Standard Organization (ISO)

International Standard Organization (ISO) tentang interaksi manusia dan

komputer membahas secara detail empat bagian yang diperlukan untuk mengukur tingkat keterpakaian suatu sistem (Bevan 2006). Standar yang berkaitan dengan keterpakaian tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Bagian 1 (Section-1). Penggunaan produk yang akan diuji berdasarkan tingkat efektifitas, efisiensi dan kepuasan dalam kaitannya dengan penggunaan suatu produk. Standar yang berkenaan untuk bagian 1 adalah keterpakaian (ISO 9241-11), kemudahan dalam penggunaan terkait dengan kualitas perangkat lunak (ISO/IEC 9126-1), evaluasi adaptasi kultur dan bahasa dalam pengunaan perangkat lunak, perangkat keras dan produk teknologi informasi lainnya (ISO/IEC DTR 19764), contoh metrik dari efektifitas, produktivitas, keamanan dan kepuasan dari kualitas sebuah produk (ISO/IEC TR 9126-4). 2. Bagian 2 (Section-2). Antarmuka dan interaksi dengan pengguna baik

perangkat lunak maupun perangkat keras. Standar yang berkenaan untuk bagian 2 terkait kualitas produk adalah tampilan dan perilaku dalam antarmuka pengguna termasuk di dalamnya antarmuka multimedia (ISO 14915 dan IEC 61997), penggunaan ikon (ISO/IEC 11581), penggunaan

Personal Digital Assistant/PDA (ISO/IEC 18021) dan kendali kursor

(ISO/IEC 10741), panduan rinci dalam merancang antarmuka pengguna berbasis layar (ISO 9241 parts 10,12-17) dan kriteria evaluasi dari antarmuka pengguna (ISO/IEC 9126 parts 2 dan 3).

3. Bagian 3 (Section-3). Proses yang digunakan untuk mengembangkan produk. Standar yang berkenaan untuk bagian 3 terkait kualitas proses dalam menghasilkan sebuah produk adalah aktifitas yang diperlukan untuk

(35)

merancang produk berbasis pengguna (ISO 13407), tipe dari metode yang dapat dipakai (ISO 16982) dan evaluasi dari proses produksi perangkat lunak (ISO/IEC 14598)

4. Bagian 4 (Section-4). Kemampuan dari organisasi untuk menerapkan rancangan berbasis pengguna. Standar yang berkenaan untuk bagian 4 terkait kemampuan organisasi dalam menghasilkan sebuah produk adalah pemodelan kematangan keterpakaian (ISO TR 18529), penaksiran proses dari persoalan sistem berbasis manusia (ISO PAS 18152).

Berikut Gambar 3 yang menjelaskan hubungan logis dari ke empat langkah tersebut.

Gambar 3 Kategori standar keterpakaian (usability) dan rancangan sistem berbasis manusia (human-centred design) menurut beberapa standar ISO yang digunakan. (Bevan N. 2006)

Terkait penelitian mengenai panduan keterpakaian, ISO 9241-11 mendefinisikan istilah keterpakaian (usability) dan menjelaskan bagaimana mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk menentukan atau mengevaluasi kegunaan dari terminal tampilan visual dalam hal mengukur kinerja dan kepuasan pengguna. ISO 9241-11 juga menjelaskan bagaimana mengukur kepuasan dan performa pengguna terhadap setiap komponen sistem terhadap penggunaan keseluruhan sistem. Definisi keterpakaian (usability) sendiri menurut ISO 9241-11 menunjuk pada tingkat sebuah produk yang dapat digunakan oleh pengguna tertentu untuk mencapai tujuan spesifik dengan efektif, efisien dan memuaskan dalam sebuah konteks penggunaan. Definisi efektif, efisien dan memuaskan menurut ISO 9241:

product development process

life cycle processes Quality in

use Product quality

Process quality Organisational capability effective efficient satisfying Product use In Context (Section 1) Interface and interaction (Section 2-3) User centred process (Section 4) Usability Capabilities (Section 5)

(36)

1. Efektifitas : Tepat dan lengkapnya langkah pengguna dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam konteks ini, pengguna harus menjalankan langkah-langkah yang tepat dan lengkap. Tidak ada satupun langkah yang terlewatkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.

2. Efisiensi : Sumber daya yang diperlukan oleh pengguna terkait dengan ketepatan dan kelengkapan dalam mencapai tujuan.

3. Kepuasan pengguna : Kebebasan pengguna untuk memilih dan terbebas dari rasa ketidaknyamanan, memiliki sikap positif terhadap penggunaan produk.

Keterpakaian (usability) juga memiliki lima atribut: kemampuan untuk mempelajari dan menggunakan sistem, efisiensi sistem, kemampuan untuk mengingat, toleransi kesalahan dan kepuasan pengguna. Kekritisan atribut-atribut tergantung pada jenis aplikasi yang digunakan (Scholtz 1998).

2.6. Katalog Online Generasi Lanjut (Next-Generation Catalogs)

Kemampuan web 2.0 yang tidak hanya menampilkan informasi namun juga melibatkan pengguna dalam berpartisipasi dalam web tersebut. Kehadiran web 2.0 berimbas pada perpustakaan dan memunculkan banyak istilah khususnya di perpustakaan seperti library 2.0, catalogs 2.0 dan Online Public Access Catalog (OPAC) 2.0 yang sebenarnya merujuk pada usaha perpustakaan untuk mengarah pada kemampuan web 2.0 dalam menampilkan beberapa fitur yang berkaitan dengan tugas dan fungsi perpustakaan yang diharapkan akan mengait minat pemustaka untuk berkunjung ke web perpustakaan. Adapun catalogs 2.0 atau

Online Public Access Catalog (OPAC) 2.0 oleh beberapa kalangan dikenal

sebagai katalog perpustakaan generasi lanjut (next-generation library catalogs). Adapun dua fitur utama yang dimiliki oleh catalogs 2.0 atau OPAC 2.0 adalah (Wilson 2007) :

1. Memperluas fitur penggunaan dalam mencari melalui katalog online dengan memanfaatkan data bibliografi MARC dan data sirkulasi untuk mencari dan menggabungkan data dari sumber lain,

2. Membangun jejaring sosial melalui personalisasi, penandaan (tagging) komunitas pengguna serta menambah pengalaman pencarian.

(37)

Secara garis besar fitur - fitur yang dimiliki oleh katalog online perpustakaan generasi lanjut menurut pendapat Thompson et.al. (2008) adalah digunakannya

user tag, user review, simple search interface, facets, relevancy, spell check, related search, enriched display, functional requirement bibliographic records, records sharing, de-duplication dan export features to bibliographic management utilities, sedangkan Breeding (2010) berpendapat bahwa catalog 2.0 setidaknya

memiliki fitur tag cloud, user review, user contributed and rankings,

personalization, visual search tool, faceted navigation, relevancy ranked result, search term recommendation, recommended related resources, visually enriched display, record groups of related material dan connection with external application.

2.7. Evaluasi Heuristik (Heuristic Evaluation)

Pengujian penggunaan sistem berbasis antarmuka web memiliki dua tujuan, pertama adalah agar terjadi komunikasi antara pengembang aplikasi dengan pengguna dan yang kedua adalah evaluasi terhadap antarmuka tersebut. Antarmuka sendiri diartikan sebagai bagian dari komputer dan perangkat lunak dimana pengguna dapat melihat, mendengar, menyentuh, berbicara, mengerti atau mengarahkan (Galitz 2007). Diharapkan dengan adanya tujuan tersebut, pengembang mengetahui tujuan penggunaan, persepsi, pertanyaan dan masalah. Salah satu metode untuk melakukan pengujian sistem adalah dengan evaluasi heuristik (heuristic evaluation). Evaluasi heuristik merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi sistem antarmuka secara detail yang dilakukan oleh spesialis perancang antarmuka untuk mengindetifikasikan masalah yang terjadi pada tampilan antarmuka sebuah program aplikasi (umumnya web). Menurut Nielsen (2005), terdapat sepuluh tingkat keterpakaian suatu sistem yaitu :

1. Penampakan (visibility) status sistem;

2. Kecocokan antara sistem dengan dunia nyata; 3. Kebebasan dan kendali pengguna terhadap sistem; 4. Konsisten dan baku (standar);

5. Pencegahan kesalahan;

(38)

7. Fleksibel dan efisien dalam penggunaan; 8. Instruksi jelas dan sederhana;

9. Membantu pengguna untuk mengenal, mendiagnosa dan menghilangkan kesalahan;

10. Adanya bantuan dan dokumentasi dalam sistem.

Hasil dari evaluasi heuristik umumnya akan dikategorikan berdasarkan tingkat permasalahan yang terjadi dalam sebuah sistem (severity ratings).

2.8 Kelompok Diskusi Terarah (Focused Group Discussion)

Menurut Vaughn et al. seperti dikutip Puchta (2004), kelompok diskusi terarah memiliki dua elemen :

1. Seorang moderator terlatih yang mengatur arah diskusi dengan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan atau panduan wawancara;

2. Memiliki tujuan memunculkan perasaan peserta, sikap dan persepsi tentang topik yang dipilih.

Kelompok diskusi terarah merupakan sekelompok kecil orang yang beranggotakan 8 – 12 orang. Diharapkan dengan menggunakan kelompok diskusi terarah yang memiliki pengetahuan tentang analisa sistem antarmuka web, dapat dipakai bagi penelitian untuk mengevaluasi secara heuristik atas kepuasan pengguna katalog induk nasional online di Perpustakaan Nasional RI.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian

Dalam mengidentifikasi faktor-faktor terkait dengan evaluasi kepuasan pengguna, diperlukan model penelitian yang diadaptasi dari Standar ISO 9241-11 berkaitan dengan keterpakaian KIN online (usability). Yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan pengguna terhadap KIN online yang diambil dari survei di 33 perpustakaan propinsi. Salah satu cara untuk mendapatkan data survei adalah menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data mengingat sebaran populasi yang letaknya berjauhan. Penelitian ditunjang dengan evaluasi heuristik yang merupakan sebuah metode untuk menemukan masalah keterpakaian (usability problem) dalam perancangan desain antarmuka sehingga pengguna dapat memberikan saran yang terkait dengan proses iterasi perancangan sebuah desain antarmuka. Pengujian evaluasi heuristic akan melibatkan sekelompok kecil anggota yang akan menilai masalah keterpakaian (usability problem) dengan merujuk pada 10 tingkat keterpakaian sebuah sistem.

Langkah-langkah dalam melakukan penelitian seperti yang dijelaskan dalam Gambar 4 : Mulai Persiapan  Studi Literatur  Pengumpulan data  Penyusunan Proposal Survei

 Survei oleh Pemustaka dan Pustakawan di 33 Perpustakaan Propinsi melalui kuesioner

 Survei menggunakan turunan ISO 9241-11 untuk melihat keterpakaian dan harapan penggunaan katalog online

(40)

Gambar 4 Bagan alir kegiatan penelitian.

3.1.1 Persiapan

Studi Literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang terkait dengan KIN online yang sesuai dengan tingkat keterpakaian (usability). Studi literatur juga digunakan sebagai :

1. Penyusunan kuesioner bagi pemustaka dan pustakawan di 33 perpustakaan propinsi untuk memperoleh data yang akurat terkait tingkat kepuasan pengguna KIN online.

2. Penyusunan bahan evaluasi antarmuka bagi kelompok diskusi terarah (focused group discussion).

Adapun subjek penelitian yang dimaksud adalah KIN online pada situs resmi http://kin.pnri.go.id. Sedangkan objek penelitian adalah pengguna perpustakaan baik pemustaka maupun pustakawan yang memanfaatkan KIN online yang berada di Badan Perpustakaan dan Arsip di 33 (tiga puluh tiga) propinsi sebagai perpustakaan mitra.

Populasi dari penelitian ini adalah pengguna KIN online yang berada di Badan Perpustakaan dan Arsip di 33 (tiga puluh tiga) propinsi sedangkan jumlah sampel adalah 132. Terkait dengan banyaknya jumlah sampel dalam penelitian

Evaluasi

 Evaluasi heuristik dalam mengevaluasi hasil survei yang dilakukan oleh kelompok diskusi terarah (focused group disscussion)

 Temuan dan rekomendasi dalam rangka penyempurnaan katalog induk nasional online

Selesai Pengolahan Data

 Analisis data

(41)

aturan yang menyebutkan bahwa apabila jumlah responden kurang dari jumlah x, maka data dikatakan tidak valid. Lebih lanjut disarankan bahwa penentuan sampel untuk penelitian keterpakaian berdasarkan interval kepercayaan berbanding dengan ukuran sampel yang diambil.

Mantra dan Masduki (1987) seperti dikutip Soewadji (2012) juga menyebutkan empat faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan besar kecilnya jumlah sampel didasarkan atas derajat keseragaman, tingkat presisi, rencana analisis serta tenaga, waktu dan biaya. Atas dasar tersebut, penelitian mengambil 4 (empat) orang resonden yang terdiri atas pemustaka dan pustakawan di perpustakaan sebanyak 33 perpustakaan propinsi mitra, sehingga jumlah responden yang terkumpul sebanyak 132 orang responden. Teknik sampling yang dipakai adalah pengambilan sampel dari populasi yang berstrata secara random/ acak (stratified random sampling). Populasi yang berstrata dimaksud adalah jumlah dari 33 perpustakaan propinsi mitra, yang masing-masing dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu pemustaka dan pustakawan.

3.1.2 Survei

Metode survei digunakan untuk melihat keterpakaian KIN online. Pengukuran tingkat keterpakaian tersebut diturunkan dari International Standard

Organisation/ISO 9241-11 dan interaksi pemustaka dan pustakawan berdasarkan

kebiasaan pengguna dalam menggunakan KIN online. Hasil survei yang diperoleh kemudian dijabarkan menggunakan metode deskriptif, sehingga dapat diketahui pendapat pemustaka dan pustakawan mengenai KIN online saat ini. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 37 pertanyaan yang berisi 35 buah pertanyaan tertutup dan 2 buah pertanyaan terbuka berisi pendapat dan saran tentang kepuasan pengguna dan harapan pengguna terhadap KIN online.

(42)

Dalam mengukur tingkat keterpakaian pemustaka dan pustakawan, menerapkan contoh standar ISO 9241-11 seperti dalam Tabel 2.

Tabel 2 Pengukuran kepuasan pengguna diturunkan dari ISO 9241-11 Tujuan keterpakaian

berdasarkan ISO 9241-11

Tujuan keterpakaian

berdasarkan penelitian Ukuran kepuasan

Keterbacaan (Learnability)

Keberadaan dan keterbacaan KIN

online.

Peringkat skala terhadap ketidaknyamanan visual KIN online.

Memenuhi kebutuhan pengguna (Meets needs

of users)

Memenuhi kebutuhan dasar pengguna terhadap KIN online.

Peringkat skala kepuasan atas penggunaan KIN

online Kemampuan untuk mempelajari sistem (Learnability) Kemampuan dalam memahami/ mempe-lajari KIN online

Peringkat skala kemu-dahan penggunaan KIN

online

Minimalisasi dalam kebutuhan alat bantu (Minimization of

support requirements)

Kemampuan dalam fitur-fitur KIN online yang diperlukan sebagai alat bantu pencarian

Peringkat skala kepuasan pengguna terhadap fitur-fitur/ fasilitas pendukung KIN online

Sumber : International Standard Organization. 1998. Ergonomic requirements for office work

with visual display terminals (VDT-s) Part 11 : Guidance on usability

Turunan dari ISO 9241-11 (Guidance of usability) menjelaskan bahwa terkait dengan pengukuran tingkat kepuasan diukur menggunakan peringkat skala (rating scale) dapat diukur dengan pendekatan obyektif atau subyektif. Pengukuran obyektif dari kepuasan dapat didasarkan pada pengamatan perilaku pengguna atau berdasarkan pemantauan respon fisiologis dari pengguna. Pengukuran subyektif dari kepuasan dihasilkan dari reaksi pengguna, sikap dan pendapatnya.

Tujuan keterpakaian dituangkan ke dalam pengukuran subyektif dari kepuasan pengguna sebanyak 37 butir pertanyaan kuisioner menggunakan metode

(43)

pelaporan data mandiri (self-reported data) yang dambil dalam bentuk tertulis dengan menggunakan skala peringkat (Tullis 2008). Metode pelaporan data mandiri merupakan salah satu metode dimana persepsi pengguna dapat diambil untuk mengetahui persepsi dan harapan pengguna serta mengambil langkah awal untuk mengetahui produk yang ditawarkan (dalam hal ini KIN online). Kuesioner yang digunakan terdiri atas 22 pertanyaan menggunakan sistem checklist, 13 menggunakan skala peringkat dan 2 pertanyaan terbuka (open-ended question). Sistem checklist digunakan agar responden dapat memilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang ada. Skala peringkat yang digunakan adalah skala

Likert dimana pertanyaan dibedakan berdasarkan intensitas sikap atau perasaan

seseorang terhadap suatu hal tertentu. (Soewadji 2012), serta pertanyaan terbuka dimana responden dapat menyampaikan ide dan saran terkait dengan KIN online. Survei ini juga memadukan keinginan pengguna dan harapan pengguna tentang penambahan fitur yang dimiliki oleh katalog online perpustakaan generasi lanjut sesuai Tabel 3.

Tabel 3 Fitur yang dimiliki oleh katalog online perpustakaan generasi lanjut

Sumber : Breeding M. (2010) dan Thompson et.al. (2008)

Lembar kuesioner yang ditujukan bagi pemustaka dan pustakawan di 33 perpustakaan propinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pendapat Marshall Breeding Dipakai dalam penelitian A User Experience 1. User Tag Tag Clouds Ya

2. User Review User Review Ya

3. - User Contributed and Rankings Ya

4. - Personalization Ya

B System Capabilities 1. Simple Search Interface Visual Search Tool Ya

2. Facets Faceted Navigation Ya

3. Relevancy Relevancy Ranked Result Ya 4. Spell Check Search Term Recommendations Ya 5. Related Search Recommended Related Resources Ya 6. Enriched Display Visually Enriched Display Ya 7. Functional Requirements for Bibliograpic Records Record Groups of Related Material Ya

8. Record Sharing - Ya

9. De-duplication - Ya

10. Export features to Biblographic Management Utilities Connections with external application Ya

Kategorisasi Pendapat Brian Thompson, Sue Julichy, Wendy C. Robertsonz

(44)

3.1.3 Pengolahan Data

Hasil survei yang terkumpul kemudian diolah dengan tahapan pengolahan sebagai berikut (Effendi 2012) :

(1) Pengelompokan data. Jawaban yang telah diperoleh kemudian diklasifikasi/ dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan. Data yang telah diklasifikasi kemudian diberikan simbol atau kode untuk setiap jawaban. (2) Editing. Proses ini dilakukan menggunakan program spreadsheet termasuk

dalam menyajikan hasil statistik.

3.1.4 Evaluasi

Evaluasi dilakukan oleh kelompok diskusi terarah (focused group

discussion) yang terdiri dari dua orang pengembang aplikasi yang kompeten di

bidang antarmuka web khususnya KIN online, empat orang pustakawan yang kompeten di bidang sistem katalogisasi dan klasifikasi online serta di bidang layanan pengguna yang terkait dengan penelusuran online dan dua orang staf pada subbidang otomasi Perpustakaan Nasional RI yang terbiasa menangani perancangan web. Adapun tahapan evaluasi sebagai berikut :

(1) Kelompok diskusi terarah yang selanjutnya disebut evaluator akan mengisi lembar evaluasi heuristik (Lampiran 2) sebagai langkah awal untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada KIN online dilihat dari sisi teknis kedalam 10 (sepuluh) tingkat keterpakaian berdasarkan heuristic

evaluation parameter.

(2) Dilakukan rekapitulasi hasil jawaban yang dikelompokkan berdasarkan sepuluh topik, sehingga setiap topik yang terdiri atas beberapa pertanyaan akan diketahui berapa jumlah evaluator yang menjawab “Ya”, “Tidak” dan “T/A” sesuai Lampiran 5. Rekapitulasi tersebut kemudian diberikan nilai /score dimana score (%) adalah evaluator yang menjawab “Ya” (atau nilai positif) dibagi total evaluator (jumlah 8 orang) kemudian dikalikan dengan 100 sesuai pada Lampiran 3.

(3) Score (%) dicocokkan dengan tabel tingkat permasalahan sesuai Lampiran 3 sehingga akan diketahui tingkat permasalahan. Adapun hasil dari tingkat permasalahan dikelompokkan ke dalam tingkat permasalahan yang paling

(45)

parah (severity rating problem) dinyatakan dalam 5 titik skala seperti yang termuat pada Tabel 4.

Tabel 4 Peringkat permasalahan evaluasi heuristik

Tingkat

Permasalahan Penjelasan

0 Masih dapat diterima

1 Problem kecil – Tidak memerlukan perbaikan yang signifikan. (Cosmetic problem)

2 Masalah keterpakaian Minor – Perbaikan tetap diberikan dengan prioritas rendah.

3 Masalah keterpakaian Mayor – Segera diperbaiki secepat mungkin

4 Sistem memiliki problem yang harus segera ditangani (Katastropik)

(4) Dibuat pengelompokan dari tingkat yang paling parah (4) kemudian tingkat yang masih dapat diterima (0) dengan ketentuan :

a. Jika 81% - 100% evaluator memilih jawaban ”Ya” atau nilai positif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan diterima dan tidak akan ditindaklanjuti dalam evaluasi selanjutnya.

b. Jika 61% – 80% evaluator memilih jawaban ”Ya” atau nilai positif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan terdapat masalah sangat kecil (cosmetic problem) dan masih dapat diterima serta tidak akan ditindaklanjuti dalam evaluasi selanjutnya.

c. Jika 41% – 60% evaluator memilih jawaban ”Ya” atau nilai positif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan memiliki problem minor dan tidak dapat diterima serta akan ditindaklanjuti dalam evaluasi selanjutnya.

(46)

d. Jika 21% – 40% evaluator memilih jawaban ”Ya” atau nilai positif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan memiliki problem mayor dan tidak dapat diterima serta akan ditindaklanjuti dalam evaluasi selanjutnya..

e. Jika 0% – 20% evaluator memilih jawaban ”Ya” atau nilai negatif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan memiliki permasalahan yang harus segera ditangani.

(5) Hasil dari pengelompokan dengan kategori 2 sampai 4 lalu didiskusikan untuk mengetahui beberapa permasalahan yang lebih mengerucut dalam bentuk pernyataan teknis dan dicocokkan dengan hasil survei. Pernyataan masalah inilah yang menjadi masukan bagi pengembang selanjutnya.dan dijadikan dasar sebagai temuan dan menjadi rekomendasi dalam penyempurnaan KIN online

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini terbagi atas :

(1) Kuesioner dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan turunan ISO 9241 Part 11 :

guidance of usability memiliki 37 variabel dengan pembagian

a. Informasi personal, kesan dan saran memiliki 4 variabel; b. Keberadaan dan keterbacaan KIN online memiliki 7 variabel; c. Kebutuhan dasar pengguna terhadap KIN online memiliki 7 variabel; d. Pemahaman dalam mempelajari KIN online memiliki 7 variabel; e. Fitur-fitur yang diperlukan dalam KIN online memiliki 12 variabel; (2) Evaluasi heuristik dibagi menjadi sepuluh tingkat keterpakaian suatu sistem

berdasarkan parameter evaluasi heuristik (parameter heuristic evaluation) memiliki 47 variabel dengan pembagian

a. Penampakan (visibility) status sistem memiliki 10 variabel; b. Kecocokan antara sistem dengan dunia nyata memiliki 3 variabel; c. Kebebasan dan kendali pengguna terhadap sistem memiliki 4 variabel; d. Konsisten dan baku (standar) memiliki 7 variabel;

e. Pencegahan kesalahan memiliki 2 variabel;

Gambar

Gambar 1 Tampilan hasil cantuman MARC pada OPAC                            Perpustakaan Nasional RI (http://opac.pnri.go.id)
Gambar 2  Tampilan hasil cantuman MARC pada KIN online.
Gambar 4  Bagan alir kegiatan penelitian.
Tabel 2  Pengukuran kepuasan pengguna diturunkan dari ISO 9241-11  Tujuan keterpakaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti sebesar 87,2 persen keragaman variabel tidak bebas (ekspor kopi Indonesia) dapat dijelaskan oleh semua variabel bebas (yaitu produksi kopi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik pada senyawa yang terdapat pada fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus ilicifolius Linn. ) terhadap sel kanker

Berdasarkan pada pengujian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan, sistem rekomendasi pemesanan pembelian barang dengan metode logika fuzzy model base

merupakan panutan yang dijadikan sebagai sebuah percontohan dalam masyarakat. Haji jika dikaitkan dengan teori di atas masuk dalam kategori pertama, yaitu terbuka kemungkinan

Beberapa pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan aktivitas fotokatalisis TiO2 pada daerah sinar tampak antara lain dengan doping TiO2 yaitu menambahkan pengotor ke dalam

Penelitian Yuristisia (2007) Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial dengan Variable Moderasi Strategi bisnis, Perceived Environmental

Compression ratio (Cr) adalah persentasi besar data yang telah dikompresi yang didapat dari hasil perbandingan antara ukuran data setelah dikompresi dengan ukuran data

Penarikan informan dilakukan dengan teknik bola salju (Snowball sampling). Informan dalam penelitian ini adalah camat, walinagari, pemungka masyarakat yang Penggunaan