• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN PASIEN MEMILIH JENIS PENGOBATAN ANTARA MODERN DAN TRADISIONAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DETERMINAN PASIEN MEMILIH JENIS PENGOBATAN ANTARA MODERN DAN TRADISIONAL SKRIPSI"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN PASIEN MEMILIH JENIS PENGOBATAN ANTARA MODERN DAN TRADISIONAL

(STUDI PADA PASIEN PENDERITA DIABETES DI KECAMATAN TANAH JAWA)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh : KHAIRUL ARIF

140901021

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas limpahan berkat yang telah diberikan kepada penulis, kesehatan, kelancaran dan anugerah yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyelesaian kuliah dan penelitian skripsi ini, banyak pihak yang sudah membantu baik secara moril dan maupun materil.Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang telah diberikan, tentunya baik secara langsung dan tidak langsung selama penyelesaian studi dan skripsi ini. Secara khusus rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Harmona Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, MSP selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Juga selaku dosen penguji yang juga telah memberikan masukan dalam menyempurnakan hasil penelitian berikut.

4. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, dan dosen mata kuliah. Penulis ucapkan terimakasih banyak atas ilmu pengetahuan, motivasi yang diberikan serta kesabaran dalam membimbing saya selama

(3)

perjalanan studi dan penulisan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan panjang umur selalu kepada Ibu.

5. Dosen-dosen Sosiologi yang sudah memberikan saya ilmu pengetahuan, bimbingan serta motivasi selama perkuliahan antara lain; Prof. Dr.

Sismudjito, Ph.D; Prof. Dr. Badaruddin, M.Si; Drs. Henry Sitorus, M.Si;

Drs. Junjungan SBP Simanjuntak, M.Si; Drs. Muba Simanihuruk, M.Si;

Dr. Hadriana Marhaeni Munthe, M.Si; Henri Sitorus, S.Sos., M.Sc, Ph. D;

Dra. Lina Sudarwati, M.Si;Prof. Riza buana, M.Phil, Ph.D;Drs. Mukhtar Efendi Harahap, M.SP; danBisru Hafi, S.Sos., M.Si.

6. Staf dan karyawan Program Studi Sosiologi yakni Kak Ernita, dan Bang Abel. Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

7. Secara khusus saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang saya cintai dan kasihi, yaitu bapak saya Ponidi dan Mamak saya Umi Aisyahi.Terima kasih telah membesarkan dan mendidik saya, memberikan dukungan moril, materil, cinta, perhatian, kasih sayang dan terutama doayang senantiasa disampaikan.Terimakasih untuk selalu mendukung, mendoakan dan menyemangati saya. Terimakasih karena selalu ada untuk saya. Selalu mengingatkan saya untuk sholat dan menjaga diri dari segala hal yang merugikan diri saya,kalian adalah anugerah terbesar yang Allah berikan dalam hidup saya. Tanpa kalian berdua, saya tidak akan bisa sampai pada tahap ini dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik, semoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat, Kesehatan,

(4)

Karunia dan keberkahan di dunia dan di akhirat kepada bapak dan mamak untuk semua yang telah diberikan kepada penulis.

8. Kepada saudari-saudari yang saya sayangi, Kakanda Sri Dewi Astika dan Kakanda Nur Khasanah yang telah menjadi sosok sudari yang melengkapi hidup saya dan selalu memberi dukungan berupa gagasan dan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Kepada seluruh keluarga besar H.M. Parwono, terkhusus kepada bik Rahayu, bik Halimah, wak Ponisa, wak poniren, lek Budi, lek duan, dan lek topo terimakasi yang sebesar-besarnya saya ucapakan untuk semua bantuan dan perhatiannya yang diberikan kepada saya sehingga saya bisa tetap semangat dan kuat selama menjalani masa perkuliahan hingga sampai saat ini saya bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Sobat-sobat P3 (Para Pencari Pakta); Alfat, Reza, Rio, Azul, Irsyad, Antonius, Lae Diagung, Adrianus, Uly, Darwin, Angga, dan Nivo. Terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah mewarnai kehidupan semasa kuliah, sungguh kalian yang membuat penulis bangga dan bersyukur menjadi bagian dari Sosiologi 2014. Panjang umur pertemanan P3.

11. Teman-teman dari grup Sangge-sangge; Nia, Tiwi, Dina, Sulastri, Juniarta, dan Srik. Terimkasi yang sebesar sebesar-besarnya karena telah mewarnai kehidupan semasa kuliah, saya sangat bersyukur memiliki teman-teman seperti kalian.

12. Kepada teman dan anggota di pengurusan IMASI (Ikatan Mahasiswa Sosiologi) terkusus kepada Isan (Ketua IMASI) Terimakasih yang sebesar-

(5)

besarnya karena telah memberikan kepercayaan dan pengetahuan kepada saya tentang keorganisasian mahasiswa semasa kuliah.

13. Kepada teman-teman satu bimbingan; azizah, citra, dan mesra terimakasih banyak karena telah menemani, saling membantu dan saling memotivasi dalam perjuangan menyelesaikan skripsi ini, saya sangat senang berada satu tim dengan kalian.

14. Kepada semua teman-teman stambuk 2014Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, terimakasih atas segala bantuan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih telah menjadi teman menimba ilmu selama menjalani masa-masa perkuliahan hingga saat ini.

15. Tidak lupa juga saya menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh masyarakat, Kecamatan Tanah Jawa. Khususnya seluruh Informan yang telah memberikan waktunya dan dengan ramah menerima saya sehingga saya mendapatkan data yang cukup dalam menyusun skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya.Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan karya tulis ini.Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan menambah wawasan bagi pembaca khususnya bagi penulis juga.

Medan, 20 Oktober2018 Penulis

KHAIRUL ARIF

(6)

ABSTRAK

DETERMINAN PASIEN MEMILIH JENIS PENGOBATAN ANTARA MODERN DAN TRADISIONAL

(STUDI PADA PASIEN PENDERITA DIABETES DI KECAMATAN TANAH JAWA)

Diabetes melitus merupakan penyakit pembunuh urutan ketiga di Indonesia, di tahun 2017 penderitanya sudah mencapai 10 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta jiwa, di Kecamatan Tanah Jawa penderitanya sudah mencapai 609 jiwa. Pada umumnya penyakit diabetes merupakan penyakit yang lebih identik dengan masyarakat perkotaan,namun di tanah jawa angka penderita diabetesnya tergolong cukup tinggi, padahal kecamatan tersebut masih berbentuk desa.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena produksi dan distribusi penyakit diabetes yang ada di Kecamatan Tanah Jawa serta untuk mengetahui determinan sosial yang menentukan atau menyebabkan seorang pasien penderita diabetes memilih jenis pengobatan anatara modern dan tradisional.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam.Teknik pengumpulan data yang dilakukan ada dua macam yaitu primer dan sekunder.Teknik pengumpulan data primer menggunakan metode observasi dan wawancara, sedangkan teknik pengumpulan data sekunder menggunakan metode studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita diabetes di Kecamatan Tanah Jawa terkena penyakit diabetes diakibatkan oleh penyebab-penyebab sosial, adapun fenomena distribusi penyakit diabetes yaitu munculnya pusat ragam pangan mengakibatkan gaya hidup masyarakat menjadi lebih konsumtif, kebiasaan minum dan pangan manis, jenis pekerjaan non fisik, shif/jam kerja malam yang mengakibatkan kurangnya waktu tidur. Kemudian adapun fenomena produksi penyakit diabetesnya yaitu masih mewarisi pola makan yang lebih banyak mengonsumsi nasi (karbohidarat) dari pada lauk, munculnya penyakit pada usia 30an karena kebiasaan-kebiasaan tidak sehat, jarang berolahraga, obesitas, kurang tidur dan sering begadang. Sedangkan untuk determinan sosial pasien memilih jenis pengobatan antara tradisional dan modern hasil penelitiannya sebagai berikut, adapun determinan sosial pasien memilih jenis pengobatan tradisional yaitu karena kulture/budaya, keadaan ekonomi dan sosialisasi informasi. Determinan sosial pasien memilih jenis pengobatan modern yaitu karena adanya trust (kepercayaan), kepemilikan modal (finansial) dan karena pengetahuan mengenai pengobatan modern.

Kata Kunci: Diabetes, Distribusi Penyakit, Produksi Penyakit, Determinan Sosial.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR MATRIKS x

DAFTAR GAMBAR xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan masalah 10

1.3 Tujuan Penelitian 10

1.4 Manfaat Penelitian 10

1.4.1 Manfaat Teoritis 10

1.4.2 Manfaat Praktis 11

1.5 Defenisi Konsep 11

1.5.1 Produksi Penyakit 11

1.5.2 Distribusi Penyakit 12

1.5.3 Determinan 14

1.5.4 Diabetes Melitus 14

1.5.5 Perilaku Sakit 15

1.5.6 Modul Perilaku 16

1.5.7 Pengobatan Tradisional 18

1.5.8 Pengobatan Modern 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20

2.1 Rasionalitas Max Weber 20

(8)

2.2 Model Perubahan Perilaku Kesehatan Suchman 23

BAB III METODE PENELITIAN 27

3.1 Jenis Penelitian 27

3.2 Lokasi Penelitian 28

3.3 Unit Analisis dan Informa 29

3.3.1 Unit Analisis 29

3.3.2 Informan 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data 30

3.4.1 Data Primer 31

3.4.2 Data Sekunder 32

3.5 Interpretasi Data 32

3.6 Keterbatasan Penelitian 33

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 34

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 34

4.2 Komposisi Penduduk Kecamatan Tanah Jawa 36 4.2.1 Komposisi Penduduk Menururt Jenis Kelamin 36 4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia 37 4.3 Sarana Kesehatan Kecamatan Tanah Jawa 38 4.4 Sarana Peribadatan Kecamatan Tanah Jawa 39 4.5 Sarana Pendidikan Kecamatan Tanah Jawa 40 4.6 Sarana Transportasi Kecamatan Tanah Jawa 41

4.7 Profil Informan dan Temuan Data 42

4.8 Fenomena Produksi Penyakit Diabetes di Kecamatan Tanah Jawa 63 4.8.1 Munculnya Pusat Ragam Pangan Mengakibatkan Gaya

Hidup Masyarakat Menjadi Lebih Konsumtif 63 4.8.2 Kebiasaan Minum dan Pangan Manis 69

(9)

4.8.3 Jenis Pekerjaan Yang Lebih Banyak Menggunakan

Pikiran Dari Pada Menggunakan Fisik 72 4.8.4 Shif/Jam Kerja Malam Yang Mengakibatkan Kurangnya

Waktu Tidur 75

4.9 Fenomena Distribusi Penyakit Diabetes di Kecamatan Tanah Jawa 76 4.9.1 Masih Mewarisi Pola Makan Yang Lebih Banyak

Mengonsumsi Nasi (Karbohidrat) Dari pada Lauk 76 4.9.2 Munculnya Penyakit Pada Usia 30an Karena Kebiasaan-

Kebiasaan Tidak Sehat 80

4.9.3 Jarang Berolahraga 81

4.9.4 Obesitas 83

4.9.5 Kurang Tidur dan Sering Begadang 84 4.10 Determinan Sosial Memilih Jenis Pengobatan Berdasarkan Teori Pilihan

Rasional Max Weber 86

4.10.1 Pengobatan Tradisional 87

4.10.2 Pengobatan Modern 93

4.11 Model Perubahan Perilaku Kesehatan Suchman 99

BAB V PENUTUP 107

5.1 Kesimpulan 107

5.2 Saran 109

DAFTAR PUSTAKA 111

LAMPIRAN 114

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Menurut Jenis Penyakit di

Kecamatan Tanah Jawa 3

Tabel 2: Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 36 Tabel 3: Komposisi Penduduk Menurut Usia 37

Tabel 4: Sarana Kesehatan 38

Tabel 5: Sarana Peribadatan 39

Tabel 6: Sarana Pendidikan 40

Tabel 7: Kondisi Infrastruktur Perhubungan 41 Tabel 8: Profil dan Jumlah Informan Penelitian 63 Tabel 9: Aktivitas Informan di Pusat Jajanan 64 Tabel 10: Aktivitas Minum Teh Manis dan Kesekuaan Masakan Manis 71 Tabel 11: Jumlah Makan Informan Sebelum Terkena Diabetes 76 Tabel 12: Usia Informan Saat Terkena Diabetes 81 Tabel 13: Berat Badan Informan Sebelum Terkena Diabetes 84

(11)

DAFTAR MATRIKS

Matriks 1: Hasil Wawancara Tentang Alasan Sering Membeli

Pangan di Pusat Panganan Simpang Tangsi Balimbingan 66 Matriks 2: Hasil Wawancara tentang Aktivitas Membeli Panganan Baru

Yang Sedang Hits/Ngetren di Pusat Pangan Simpang Tangsi 68 Matriks 3: Hasil Wawancara Tentang Kesukaan Terhadap Cita Rasa

Masakan Manis 72

Matriks 4: Hasil Wawancara Tentang Pengaruh Jenis Pekerjaan

Dengan Penyakit Diabetes 74

Matriks 5: Hasil Wawancara Tentang Keteraturan Jam Makan 79 Matriks 6: Hasil Wawancara Tentang Waktu Untuk Berolahraga 82 Matriks 7: Hasil Wawancara Tentang Jam tidur 86 Matriks 8: Hasil Wawancara Tentang Pilihan Rasional Memilih Jenis

Pengobatan Tradisional 92

Matriks 9: Hasil Wawancara Tentang Pilihan Rasional Memilih Jenis

Pengobatan Modern 98

Matriks 10: Hasil Wawancara Tentang Tindakan Yang Dilakukan

Setelah Mengetahui Menderita Penyakit Diabetes 105

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Drajat Kesehatan Menurut Henrik L.Blum 16 Gambar 2: Tipe-Tipe Tindakan Sosial Menurut Max Weber 20

Gambar 3: Peta Kecamatan Tanah Jawa 34

Gambar 4: Lokasi Pusat Panganan Simpang Tangsi Balimbingan 68 Gambar 5: Hubungan Determinan Sosial Dengan Teori

Pilihan Rasional Max Weber 99

Gambar 6: Perubahan Perilaku Kesehatan Informan

Berdasarkan Teori Suchman 104

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia salah satu penyakit yang menjadi penyebab terbesar kematian bagi penderitanya yaitu penyakit diabetes melitus (DM). Penyakit diabetes mellitus berada pada urutan ke 3 sebagai penyakit pembunuh di Indonesia berdasarkan hasil Sample Registration Survey 2014 yang menyebutkan bahwa, diabates dengan komplikasi menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia (solo.tribunnews.com, diakses pada tanggal 04/01/2018).

Diabetes melitus (DM) atau yang biasa disebut diabetes adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah akibat gangguan sekresi insulin. Diabetes mellitus di sebut juga penyakit kencing manis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kencing manis adalah penyakit yang menyebabkan air kencing yang di produksi bercampur zat gula. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda-tanda gejala awal penyakit Diabetes melitus. Akibat terburuk yang disebapkan oleh penyakit diabetes ini yaitu kematian, penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal karena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung, gangguan saraf dan lain sebagainya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan data teranyarnya yakni jumlah penderita diabetes melitus (DM) saat ini naik menjadi 422 juta jiwa.

Khusus di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

(14)

Kementerian Kesehatan RI, terakhir tahun 2013 sudah mencapai angka 9,1 juta jiwa. Dan jumlah ini terus bertambah, diprediksi pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta jiwa (poskotanews.com, diakses pada tanggal 18/01/2018).

Bahkan di tahun 2017 jumlah penderita diabetes di Indonesia sudah mencapai 10 juta jiwa dengan rincian, sebanyak 1,67 juta jiwa berusia di bawah 40 tahun, 4,65 juta jiwa berusia 40-59 tahun, sedangkan sisanya 2 juta jiwa berusia 60-79 tahun. Berdasarkan data rincian jumlah penderita diabetes menurut umur tersebut dapat dikatakan bahwa usia penderita diabetes di Indonesia semakin muda di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hasil penelitian ini mengindikasikan saat ini 1 dari 10 orang warga mengidap diabetes melitus.Berdasarkan jumlah tersebut saat ini Indonesia berada di urutan ke 7 negara dengan jumlah penduduk tertinggi mengidap DM di dunia (kompas.com, diakses pada tanggal 18/01/2018).

Kemudian berdasarkan Informasi yang dihimpun, dari data yang diterima Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, sejak Januari 2016 hingga Oktober 2016, tercatat 16.482 orang menderita DM. Bahkan, jumlah itu belum seluruhnya karena 10 Kabupaten/Kota yakni Medan, Deliserdang, Labuhan Batu Selatan, Tanjung Balai, Tapanuli Utara, Samosir, Tapanuli Selatan Nias dan Nias Utara, belum menyerahkan data ke Dinkes Sumut (jawapos.com, diakses pada tanggal 04/01/2018).

Di berbagai daerah Kabupatan ataupun Kecamatan yang ada di Indonesia jumlah penderita diabetes pastilah memiliki urutan ataupun jumlah yang berbeda- beda di setiap daerahnya, pada penulisan proposal skripsi ini saya mengambil

(15)

lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Tanah Jawa, di kecamatan ini penyakit diabetes berada pada urutan ke 6 terbanyak dari 18 jenis penyakit yang ada.

Berdasarkan data dari BPS “Kecamatan Tanah Jawa Dalam Angka Tahun 2017”

penderita diabetes di Kecamatan ini berdasarkan jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas mencapai 609 jiwa dengan rincian, umur 15-44 berjumlah 50 jiwa, umur 45-60 berjumlah 318 jiwa dan umur >60 berjumlah 241 jiwa.

Tabel 1

Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Menurut Jenis Penyakit di Kecamatan Tanah Jawa Tahun 2016

N O

JENIS PENYAKIT GOLONGAN UMUR JUMLA

<1 1-4 5-14 15-44 45-60 >60 H

1 ISPA 502 1.157 1.472 1.143 1.524 1.163 6.459

2 HIPERTENSI - - - 197 995 1.212 2.404

3 DIARE 253 502 461 542 340 254 2.099

4 GASTRITIS - - - 565 755 314 1.634

5 PENYAKIT KULIT 5 99 191 370 295 315 1.270

6 DIABETES - - - 50 318 241 609

7 TBC PARU - - 1 145 222 100 468

8 BRONKITIS - 10 15 54 91 37 434

9 TUKAK LAMBUNG - 2 39 183 201 127 380

10 KECELAKAAN - 33 49 165 115 7 369

11 JAMUR KULIT - - 28 136 79 121 364

12 KONJUNGIVITAS - 9 30 41 37 10 290

13 PENYAKIT LAINNYA 2 5 11 80 67 17 180

14 PENYAKIT TELINGA - 45 43 48 15 - 149

15 CACINGAN - 39 26 9 3 - 77

16 CARIES GIGI - - 11 32 12 1 56

17 DEMAM BERDARAH DENGUE

- 1 19 15 12 - 47

18 SKABIES - 3 5 5 5 - 18

JUMLAH 762 1.903 2.401 3.780 5.086 3.919 17.307 Diolah berdasarkan data BPS, Tanah Jawa Dalam Angka 2017.

Berbicara mengenai Kecamatan Tanah Jawa, kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun. Terletak 100 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan luas wilayah kecamatan mencapai 172,04𝐾𝐾𝐾𝐾2, dengan jumlah penduduk 47.646 Jiwa atau rata-rata kepadatan penduduk per 1

(16)

Km2 terdapat 277 jiwa. Kecamatan Tanah Jawa yang terdiri dari 20 Nagori (desa)/kelurahan ini berjarak ± 50 Km dari Kantor Bupati Simalungun dengan waktu tempuh ± 1 jam, sedangkan dengan Kotamadya Pematang Siantar hanya berjarak ± 21 Km dengan waktu tempuh ± 30 menit. Untuk menuju ibu kota kabupaten sendiri dan beberapa kabupaten lainnya masyarakat Kecamatan Tanah Jawa haruslah melalui Kotamadya Pematang Siantar.

Asal usul masyarakat Tanah Jawa merupakan suku pendatang dari Pulau Jawa dan suku Batak Toba yang merantau ke daerah Simalungun. Suku Jawa sendiri datang dimungkinkan oleh program pemerintah melalui transmigrasi ke wilayah Sumatera khususnya Sumatera Utara dan dimungkinkan juga terjadi pada masa penjajahan kolonial yang banyak memperkerjakan mereka diperkebunan- perkebunan yang terdapat di Sumatera Utara. Sedangkan suku Batak Toba merupakan penyebaran dari wilayah Toba dengan keinginan merantau atau sering disebut transmigrasi mandiri untuk lebih meningkatkan taraf hidup karena lahan pertanian yang semakin sempit dan kesuburan tanah yang menurun. Sektor pertanian hingga kini masih mendominasi sumber pendapatan daerah dibandingkan dengan sektor lain.

Kecamatan Tanah Jawa merupakan daerah yang masih berbentuk desa, namun angka penderita diabetesnya tergolong cukup tinggi, hal ini membuat penelitian ini menjadi lebih menarik karena penyakit diabetes merupakan penyakit yang umumnya banyak di derita oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, namun dalam hal ini malah daerah pedesaan yang penduduknya sebagian besar merupakan petani dan pekerja kebun yang justru banyak menderita

(17)

diabetes, penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit degeneratif yang mana penyakit ini disebabkan oleh penuaan seiring dengan usia maupun karena gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan makan-makanan manis, kelebihan berat badan, genetik dan jarang berolahraga, hal ini menjadi menarik jika kita melihat apa sebenarnya yang menyebabkan munculnya angka penderita diabetes yang cukup tinggi tersebut di Kecamatan Tanah Jawa yang merupakan daerah pedesaan, jika ditelusuri berdasarkan siapa yang memproduksi dan mendistribusikan asal mula bibit-bibit penyakit tersebut sehingga mengakibatkan tingginya angka penderita diabetes tersebut.

Adanya penyakit itu tidak selalu diakibatkan oleh keadaan biologis tubuh namun penyakit itu bisa diakibatkan serta diproduksi oleh penyebab-penyebab sosial seperti gaya hidup, lingkungan, kelas sosial, usia, gender, serta status sosio ekonomi. Jadi berdasarkan sudut pandang sosiologis penyakit itu diakibatkan oleh faktor-faktor sosial, perilaku seseorang merupakan sumber dari segala dampak yang muncul pada dirinya baik itu kesehatan ataupun penyakit, dalam hal ini kita membahas mengenai penyakit diabetes, berdasarkan penjelasan diatas diabetes merupakan penyakit degeneratif yaitu penyakit yang ditimbulkan oleh gaya hidup seseorang yang tidak sehat, disini kita melihat bahwa perilaku seseorang serta gaya hidupnya sangat mempengaruhi akan penyakit diabetes contohnya seperti gaya hidup yang sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat seperti gorengan yang mengandung banyak minyak, makanan cepat saji yang mengandung banyak zat perasa, meminum minuman yang tinggi kadar gulanya, serta kurangnya waktu untuk berolahraga yang mengakibatkan menumpuknya lemak (obesitas ) serta penyakit.

(18)

Selain perilaku individu keadaan lingkungan merupakan salah satu faktor sosial penyebab penyakit diabetes yang mana dengan ke adaan lingkungan yang tidak sehat juga mendukung terjadinya pendistribusian penyakit diabetes, lingkungan juga dapat menyumbang terjadinya penyakit yaitu dengan adanya tren makanan dan minuman baru serta keberadaan tempat-tempat yang menyediakan makanan dan minuman yang tidak sehat, seperti gorengan yang mengandung banyak minyak, makanan cepat saji yang mengandung banyak zat perasa, minuman yang bersoda serta tinggi kadar gulanya, makanan dan minuman tersebut yang apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat menyebabkan penyakit, khususnya penyakit diabetes, dengan munculnya tempat-tempat tersebut dapat mempengaruhi kebiasaan atau prilaku seseorang yang tadinya tidak mengenal makanan atau minuman tersebut menjadi mengenal serta mengakibatkan kecenderungan untuk terus mengonsumsi hal tersebut sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan munculnya penyakit diabetes serta seiring berjalannya waktu akan mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan serta kualitas hidup bagi masyarakat akibat kebiasaan atau gaya hidup yang tidak sehat tersebut.

Dengan menurunnya kualitas kesehatan seseorang hal itu juga akan berdampak atas kualitas hidupnya, yang mana dengan menurunnya kuliatas kesehatan (sakit) mereka harus mengeluarkan penghasilan atau uang mereka untuk biaya pengobatan, diabetes melitus termasuk dalam penyakit yang menghabiskan biaya kesehatan besar karena tidak bisa disembuhkan dan kerap menimbulkan komplikasi. Besarnya pembiayaan kesehatan akibat diabetes terlihat dari klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan hingga

(19)

2015.Diabetes dan komplikasinya termasuk penyakit katastropik yang menghabiskan 33 persen biaya kesehatan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan atau sekitar 3,27 triliun rupiah. beban riil negara terhadap diabetes dipastikan jauh lebih besar dari Rp 3,27 triliun. Hingga 2015, baru 60 persen penduduk yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional.Masih banyak pasien diabetes yang membayar sendiri pengobatannya.Selain itu, baru 30 persen penderita diabetes yang terdiagnosis.Itu pun belum semua mendapatkan pengobatan optimal, kondisi itu membuat pengeluaran kesehatan rata-rata pasien diabetes Indonesia sangat kecil. Tahun 2015, rata-rata pasien mengeluarkan 171 dollar AS atau Rp 2,2 juta.

Itu jauh lebih kecil daripada pengeluaran rata-rata pasien diabetes dunia sebesar 1.622 dollar AS atau Rp 21,2 juta (lifestyle.kompas.com, diakses pada tanggal 04/01/2018).

Resiko terparah akibat penyakit diabetes adalah kematian, penderita penyakit diabetes melitus dapat meninggal karena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung, saraf, serta stroke.

Untuk menghindari resiko terburuk dari penyakit diabetes ini, banyak pasien atau penderita diabetes di Kecamatan Tanah Jawa yang mencoba berbagai cara ataupun metode pengobatan untuk terhindar dari resiko terparah tersebut, ada pasien yang mencoba pengobatan modern seperti rumah sakit serta pelayanan kesehatan medis lainnya yang mengandalkan obat-obatan farmasinya yang teruji secara klinis dan diproduksi dengan proses yang canggih (mesin), serta proses pengobatannya didukung dengan kecanggihan alat serta fasilitas pengobatan yang modern. Kemudian ada pula pasien yang menggunakan pengobatan tradisional yaitu seperti bahtra, tabib, orang pintar, dan lainnya, pengobatan tradisional

(20)

merupakan pengobatan yang mengandalkan pengetahuan pengobatan yang turun- temurun serta ramuan herbal dari tanaman obat-obatan.pengobatannya dilakukan dengan cara serta peralatan yang masih manual yaitu seperti terapi, akupuntur, serta pijat. Pengobatan tradisional ini juga di dukung dengan keadaan Tanah Jawa yang mana di kecamatan ini masih mudah di temui tanaman obat-obatan serta di daerah Tanah Jawa dan sekitarnya masih banyak di temui praktik-praktik pengobatan tradisional.

Berdasarkan hasil pengamatan berupa observasi dan wawancara di Kecamatan Tanah Jawa pada tanggal 19 Februari 2018, terhitung ada sekitar 70%

dari pasien yang menderita penyakit diabetes memilih jenis pengobatan tradisional untuk menangani penyakitnya tersebut, adapun pengobatan tradisional yang ada di Kecamatan Tanah Jawa dan sekitarnya yaitu pengobatan Tong Chang Jhiang Tiongkok, pengobatan Sidukap Naburuk, pengobatan Kanjeng Dewi dan lain sebagainya. Kemudian sisanya 30% dari pasien yang menderita diabetes memilih jenis pengobatan modern untuk penanganan penyakitnya tersebut, adapun tempat-tempat pengobatan modern yang menjadi pilihan para pasien yaitu Rumah Sakit Balimbingan, Rumah Sakit Vita Insani, dan Rumah Sakit Harapan.

Data ini saya ambil berdasarkan realitas keadaan di Kecamatan Tanah Jawa yang mana rasio pasien memilih jenis pengobatan lebih cenderung pada pengobatan tradisional dari pada pengobatan modern, rasionya dapat dikatakan 7 dari 10 pasien memilih jenis pengobatan tradisional dan 3 sisanya memilih jenis pengobatan modern, hal ini saya dapat dari penuturan pasien serta masyarakat yang tinggal di Kecamatan Tanah Jawa berdasarkan sepengetahuan mereka para pasien penderita diabetes di Kecamatan tersebut lebih cenderung berobat ke

(21)

pengobatan tradisional serta mereka (pasien) juga sering merekomendasikan pengobatan tradisional karena mereka sudah mencoba dan mendapatkan hasil yang baik dari pengobatan tradisional tersebut.

Pemilihan jenis pengobatan antara pasien penderita diabetes pastilah berbeda-beda baik itu pengobatan tradisional maupun pengobatan modern, hal ini dikarenakan setiap pasien atau warga mempunya rasionalitas ataupun faktor yang mempengaruhi mereka untuk memilih jenis pengobatan apa yang akan digunakan sesuai dengan pemikiran ataupun keyakinan mereka, di Kecamatan Tanah Jawa ada pasien penderita diabetes yang harus rutin pergi ke rumah sakit bahkan sampai harus pergi ke luar negri untuk mengobati penyakit diabetesnya tersebut, namun ada pula pasien yang memilih menggunakan pengobatan tradisional dengan obatan-obatan herbalnya di era modern ini untuk pengobatan penyakitnya tersebut.

Berdasarkan penjelasan serta data di atas saya mengambil topik

“Determinan Pasien Memilih Jenis Pengobatan antara Tradisional dan Modern”

pada pasien penderita diabetes ini untuk pengerjaan skripsi saya, untuk itu melalui penulisan proposal skripsi ini saya akan mencoba melihat dan menjelaskan mengenai fenomena penyakit diabetes di Kecamatan Tanah Jawa, kemudian menggali informasi tentang faktor-faktor yang menentukan atau menyebabkan seorang pasien penderita diabetes memilih jenis pengobatan (modern/tradisional) untuk menangani penyakit diabetesnya tersebut.

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan bahasan latar belakang masalah, maka yang menajadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1) Bagaimana fenomena produksi dan distribusi penyakit diabetes di Kecamatan Tanah Jawa?

2) Apa sajakah Determinan sosial yang menentukan atau menyebabkan seorang pasien penderita diabetes memilih jenis pengobatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui fenomena produksi dan distribusi penyakit diabetes di Kecamatan Tanah Jawa.

2) Untuk mengetahui determinan sosial yang menentukan atau menyebabkan seorang pasien penderita diabetes memilih jenis pengobatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sesuatu yang sangat diharapkan dan diinginkan ketika penelitian telah selesai dilakukan. Secara umum manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu:

1.4.1 Manfaat Teoritis

(23)

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat menambah referensi pembelajaran dan penelitian mengenai sosiologi kesehatan terutama bagi pihak-pihak yang membutuhkan guna dijadikan sebagai perbandingan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, segala bentuk rangkain kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kemampuan berpikir peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah.Tulisan ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan menjadi bahan rujukan penelitian berikutnya bagi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian mengenai fenomena pengobatan penyakit diabetes.

1.5 Definisi Konsep

1.51 Produksi Penyakit

Peter Davis adalah seorang sosiolog yang mengembangkan suatu model penyakit, yang memusatkan perhatian pada penyebab-penyebab sosial ketimbang proses penyakit, davis merupakan profesor ilmu kesehatan masyarakat pada Christchurch University di Selandia Baru (Davis, 1994). Argument davis adalah bahwa alih-alih memusatkan perhatian pada penyakit individual dan tubuh individual, penelitian kesehatan dan kebijakan kesehatan seharusnya diarahkan kepada institusi ekonomi, politik, dan kebudayaan yang memproduksi penyakit.

Jadi, ia mengusulkan klasifikasi penyakit yang berdasarkan pada determinan ekonomi, sosial, budaya dan politik dari keadaan sakit dan penyakit.

(24)

• Dalam konteks ekonomi, institusi pasar kerja, dalam kerangka ekonomi kapitalisme, yang menghasilkan keuntungan yang ditempatkan sebelum keamanan, ditunjukan sebagai penyebab kecelakaan dan kematian karena industri.

• Pembentukan sosial penyakit, melalui institusi keluarga dan kekerabatan, bekerja sendiri dalam konteks urbanisasi dan mobilitas sosial, dapat ditargetkan sebagai penyumbang atau penyebab hipertensi dan sakit gangguan jiwa.

• Faktor-faktor budaya seperti keyakinan, praktik, dan gaya hidup, biasanya mewujudkan dalam berbagia pola konsumsi khususnya diet dan alkohol dapat dilihat sebagai faktor-faktor kunci, kanker usus akhir, dan kanker paru-paru.

• Pada tataran politik adalah penyakit-penyakit yang merupakan produk struktur-struktur kekuasaan dan tingkat partisipasi berbagai kelompok dalam masyarakat yang tidak setara, yang menimbulkan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh masalah akses ke pelayanan dan ekuitas dalam distribusi pelayanan (White, 2012).

Berdasarkan pemikiran Peter Davis diatas dalam penelitian ini saya memfokuskan pada bagaimana penyakit itu diakibatkan atau diproduksi oleh penyebab-penyebab sosial, dalam pemikirannya Davis mengklasifikasikan penyebab penyakit berdasarkan pada faktor ekonomi, sosial, budaya dan politik.Jadi dalam penelitian ini saya ingin melihat bagaimana faktor sosial tersebut menjadi penyebab dari timbulnya penyakit diabetes melitus.

1.5.2 Distribusi Penyakit

Secara sosiologis telah terbukti adanya perbedaan perilaku individu yang menjadi anggota kelompok yang berlainan di masyarakat.Serta adanya keterkaitan antara keanggotaan dalam kelompok dengan berbagai faktor sosial.Bendix dan

(25)

lipset (1965) telah menghantarkan kita ke berbagai hasil penelitian yang memaparkan adanya keterkaitan ketidak samaan kedudukan dalam stratifikasi dengan berbagai gejala sosial, seperti kestabilan keluarga, keanggotaan dalam kelompok, kebersamaan, gaya berbusana, sikap politik dan hal yang ada sangkut- pautnya dengan kesehatan, seperti fertilitas, harapan hidup, dan kesehatan jiwa.

Kaitan faktor sosial dengan kesehatan ini telah lama diamati. Rechelle dan Kern (1994) berpendapat perhatian terhadap hubungan antara kesehatan dan faktor sosial, seperti kemiskinan, faktor ekonomi dan pekerjaan telah berkembang di Eropa semenjak masa-masa kajian medika sosial selama abad 19. Scambler (1993) juga mengisahkan bahwa di inggris abad 19 telah ada kajian yang memaparkan adanya hubungan antara kelas sosial dan mortalitas, yaitu angka kematian di kalangan profesional lebih rendah daripada di kalangan tukang, karyawan, dan buruh beserta keluarganya. Kesemuanya ini menunjukan bahwa penyakit tidak terdistribusi secara merata di kalangan penduduk. Dalam kaitannya dengan epidemologi sosial cockerham mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian para epidemiologi terdapat empat variabel yang terkait dengan kesehatan dan harapan hidup, yaitu usia, gender, ras dan kelas sosial atau status sosio ekonomi (White, 2012).

Jadi berdasarkan penuturan dari Scambler diatas, penyebabran penyakit tidak terdistribusi secara merata kepada masyarakat karena adanya perbedaan kelas sosial, jadi dalam penelitian ini saya akan mencoba melihat serta menjelaskan bagaimana faktor-faktor sosial (usia, gender, ras dan kelas sosial)

(26)

dapat mempengaruhi penyebaran suatu penyakit terkhusus pada penyakit diabetes melitus.

1.5.3 Determinan

Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti pernah bahkan sering mendengar maupun mengucap kata Determinan, tapi kita juga belum tentu tau apa arti sebenarnya kata tersebut. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui pengertian sebenarnya dari kata Determinan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI )Determinan diartikan sebagai faktor yang menentukan.

Jadi dalam penulisan skripsi ini dengan menggunakan kata Determinan, saya ingin mencari informasi tentang faktor-faktor apa sebenarnya yang menentukan pasien penderita diabetes memilih dan menggunakan jenis pengobatan untuk penyembuhan penyakitnya tersebut. Dalam hal ini untuk mengetahui faktor-faktor tersebut saya menggunakan determinan berdasarkan aspek-aspek sosial yaitu; kelas, ekonomi, gender, etnis serta politik.

1.5.4 Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. Dengan kata lain, diabetes militus adalah penyakit yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi melebihi batas-batas normal.

Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin yang paling banyak dijumpai. Kata “diabetes” berasal dari bahasa Yunani “diabetes” yang berarti

(27)

“bocor/pancuran”, sedangkan “melitus” berasal dari bahasa Latin “mellitus” yang berarti “madu atau gula”. Jadi istilah diabetes melitus menggambarkan gejala diabetes yang tidak terkontrol, yakni banyak keluar air seni (urine) yang manis karena tingginya kandungan gula dalam urine penderita. Itulah sebabnya penyakit ini dalam bahasa Indonesia sering disebut penyakit “kencing manis”.

Adapun tanda atau gejala yang umumnya menunjukan seseorang menderita penyakit diabetes yaitu; sering buang air kecil, pada umumnya orang yang terkena diabetes memiliki intensitas buang air kecil yang lebih banyak dari orang sehat pada umumnya selain sering buang air kecil mereka juga sulit menahan untuk tidak buang air kecil, kemudian banyak makan, pada umumnya penderita diabetes sering merasa lapar pada akhirnya menyebabkan mereka sering makan untuk melampiaskan rasa laparnya tersebut hal ini terjadi diakibatkan tubuh tidak sanggup memetabolisme karbohidrat yang dimakan, kemudian akibat metabolisme tubuh yang telah menurun tersebut juga mengakibatkan berat badan terus menurun, pada umumnya penderita diabetes juga mengalami keadaan lemah syahwat baik pada pria ataupun wanita, serta penderita diabetes juga sering merasakan keadaan tubuh yang lemas serta sering merasa mengantuk.

1.5.5 Perilaku Sakit

Sebelum mengetahui tentang pengertian perilaku sakit ada baiknya kita mengetahui apa sebenarnya pengertian sakit terlebih dahulu, menurut perspektif sosiologi Sakit (illness) merupakan penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Jadi berdasarkan pengertian sakit (illness) tersebut dapat dikatakan Prilaku sakit merupakan segala bentuk tindakan yang dilakukan

(28)

oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Dalam hal ini melihat bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan penderita diabetes dalam memperoleh kesembuhan atau pengobatan terhadap penyakitnya, disini saya menggunakan pemikiran dari Suchman mengenai prubahan prilaku kesehatan yang isinya ia mengembangkan 5 konsep dasar yang berguna dalam menganalisis prilaku sakit yaitu; shopping, fragmentation, procrastination, self medication, dan discontinuity.

1.5.6 Modul Perilaku

Gambar 1

Derajat Kesehatan menurut Henrik L.Blum

Dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan atau lebih spesifik lagi yaitu drajat kesehatan, perilaku manusia merupakan salah satu faktor utama dalam terwujudnya derajat kesehatan individu secara prima.Henrik L. Blum memetakan bahwa derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah perilaku manusia itu sendiri.

LINGKUNGAN 45%

PERILAKU 30%

DERAJAT KESEHATAN MORBIDITAS

DAN MORTALITAS

PELAYANA N KESEHATA

N 20%

KETURUN AN 5%

(29)

Dari peta pemikiran tersebut, dapat dilihat bahwa Blum meyakini bahwa perilaku individu memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan layanan kesehatan.Sementara faktor genetis hanya berpengaruh sebesar 5%.Teori dari Blum ini, seolah ingin menegaskan bahwa layanan kesehatan hanya faktor kecil dalam meningkatkan derajat kesehatan.Sedangkan faktor perilaku dan lingkungan merupakan faktor yang sangat besar dalam mendukung derajat kesehatan manusia.

Berdasarkan pemikiran Blum dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan dan prilaku merupakan dua faktor terbesar yang mempengaruhi drajat kesehatan seseorang, hal ini tidak dapat dipungkiri karena keadaan seseorang baik sosial maupun kesehatan itu sangat dipengaruhi oleh dimana lingkungan dia tinggal serta perilaku atau gaya hidup yang dimilikinya, begitu pula dengan penyakit diabetes pada umumnya penderita diabetes mereka bisa menderita diabetes karena pengaruh lingkungan yang tidak baik misalnya keadaan lingkungan yang diisi dengan banyaknya toko ataupun tempat makan yang menjual berbagai makanan cepat saji, makanan dan minuman yang manis, serta makanan yang mengikuti tren gaya barat seperti KFC, Burger dan Pizza. Hal ini lah yang mempengaruhi pola gaya hidup seseorang atau masyarakat dengan keadaan lingkungan yang seperti itu sehingga menyebabkan masyarakat memiliki perilaku yang cenderung tidak sehat dengan sering mengonsumsi makanan cepat saji serta makanan dan minuman yang manis dengan jangka waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan mereka menderita diabetes karena keadaan lingkungan yang tidak baik tersebut.

(30)

Kemudian berdasarkan pemikiran Blum meskipun pelayanan kesehatan menyumbang 20% sebagai faktor ketiga terbesar yang mempengaruhi drajat kesehatan seseorang hal ini menunjukan bahwa meski tidak terlalu besar namun pelayanan kesehatan juga sebagai faktor yang mempengaruhi drajat kesehatan seseorang, dalam hal ini bagi para penderita diabetes pelayanan kesehatan merupakan sarana yang digunakan penderita diabetes untuk pengobatan serta kontrol kesehatan mereka, dalam skripsi ini saya mengambil dua bentuk pelayanan kesehatan atau pengobatan yaitu modern dan tradisional, dua bentuk pelayanan kesehatan ini merupakan faktor yang mempengaruhi drajat kesehatan bagi para penderita diabetes karena mereka memerlukan penanganan dari pelayanan kesehatan untuk mengatasi penyakitnya tersebut.

1.5.7 Pengobatan Tradisional

Pada penelitian skripsi ini karena topik saya membahas tentang bagaimana masyarakat memilih jenis pengobatan untuk penangan penyakit diabetes melitus, pada bagian ini saya memaparkan tentang penjelasan atau maksud dari pengobatan tradisional.Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional adalah metode pengobatan yang digunakan dalam berbagai masyarakat sejak jaman dahulu yang diturunkan dan dikembangkan secara bertahap dari generasi kegenarasi berdasarkan tingkat pemahaman manusia terhadap pengetahuan dari masa ke masa. Pengobatan tradisional atau obat tradisional juga kadang-kadang disebut sebagai obat rakyat, obat herbal, pengobatan tradisional dalam pengobatannya mengandalkan ramuan herbal ataupun tanaman obat-obatan serta

(31)

cara pengobatannya yang masih manual sperti bahtra, tabib, pijat/urut, akupuntur, terapi dan lain sebagainya.

1.5.8 Pengobatan Modern

Pada penelitian skripsi ini karena topik saya membahas tentang bagaimana masyarakat memilih jenis pengobatan untuk penangan penyakit diabetes melitus, pada bagian ini saya memaparkan tentang penjelasan atau maksud dari pengobatan modern.Pengobatan modern merupakan cara-cara pengobatan yang dilakukan berdasarkan penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek.biasanya pengobatan medis menggunakan beberapa terapan disiplin ilmu pengetahuan dalam mengobati sebuah penyakit, cara pemeriksaan dan diagnose penyakit pun lebih akurat daripada pengobatan tradisional. Selain itu obat yang gunakan dalam pengobatan medis semuanya merupakan hasil uji klinis yang mendalam dan memiliki fungsi yang dapat dibuktikan secara ilmiah, kemudian dalam pengobatan selain menggunakan obat-obatan hasil uji klinis (farmasi) mereka juga didukung dengan peralatan serta fasilitas medis yang canggih.

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rasionalitas Max Weber

Rasionalitas merupakan konsep dasar yang Weber gunakan dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial.Pembedaan pokok yang diberikan adalah antara tindakan rasional dan yang non rasional. Singkatnya, tindakan rasional (menurut Weber) berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan.Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber membedakannya ke dalam empat tipe.Semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah pula dipahami. Empat tipe tindakan sosial tersebut antara lain:

Rasionalitas instrumental, Rasionalitas berorientasi nilai, tindakan tradisonal dan tindakan afektif.

TIPE-TIPE TINDAKAN SOSIAL

Gambar 2

Tipe-tipe tindakan sosial menurut Max Weber Tindakan

Rasional Instrumental

Tindakan Rasional Nilai

Tindakan Afektif

Tindakan Tradisional

Dengan mengacu pada

tujuan

Dengan mengacu pada

nilai

Diklasisikasikan sesuai orientasi

pengaruh

Diklasifikasikan di bawah pengaruh adat dan kebiasaan

(33)

1. Tindakan Rasionalitas Instrumental

Tindakan sosial ini merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang berdasarkan atas pertimbangan dan juga pilihan secara sadar yang berkaitan dengan suatu tujuan tindakan tersebut dan ketersediaan suatu alat yang digunakan untuk dapat memperolehnya. Seperti contohnya : seorang siswa yang seringkali terlambat datang ke sekolah disebabkan tak memiliki kendaraan, yang pada akhirnya ia membeli suatu kendaraan supaya ia datang ke sekolah lebih cepat dan tidak lagi terlambat. Dan tindakan ini telah dipertimbangkan secara matang supaya ia memperoleh suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain untuk menentukan suatu tujuan itu bisa saja suatu tindakan dilakukan agar dapat memperoleh tujuan tersebut

Tindakan ini diarahkan kepada orientasi rasional terhadap tujuan individu yang berbeda dengan tujuan individu lain. Orientasi inilah yang disebut dengan rasionalitas instrumental, yang melalui harapan terhadap obyek di luar atau orang lain sebagai kondisi atau alat meraih keberhasilan mencapai tujuan rasional yang telah ditetapkannya.

2. Tindakan Rasional Nilai

Tindakan rasional nilai mempunyai sifat bahwa alat yang ada hanya merupakan suatu pertimbangan dan juga perhitungan secara sadar, dan sementara untuk tujuannya telah ada di dalam suatu hubungan dengan suatu nilai individu yang bersifat absolut.yang melibatkan kesadaran akan keyakinan nilai absolut dari suatu etika, estetika, agama atau bentuk-bentuk lain dari perilaku yang kesemua itu terlepas dari keberhasilan eksternal. Seperti contoh : dalam beribadah atau

(34)

seseorang yang mendahulukan orang tua ketika mengantri pembelian atau sembako. Itu artinya, tindakan sosial dari 4 tipe tindakan sosial menurut Max Weber ini telah dipertimbangkan terlebih dulu disebabkan mendahulukan suatu nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.

3. Tindakan Afektif

Untuk tipe tindakan ini lebih membawa perasaan atau emosi tanpa perencanaan yang sadar, diarahkan kepada sesuatu yang berpengaruh, khususnya terhadap emosi yang ditentukan oleh faktor tertentu serta kondisi perasaan aktor itu sendiri.Tindakan ini bersifat spontan, tidak rasioanl, dan juga merupakan suatu ekspresi emosional atau individu. Seperti contoh : hubungan kasih sayang diantara dua pasangan yang sedang jatuh cinta. Dan tindakan ini umumnya terjadi atas rangsangan dari luar yang sifatnya otomatis.

4. Tindakan Tradisional

Dalam tindakan ini, seseorang memperlihatkan suatu perilaku tertentu yang disebabkan karena kebiasaan yang dimiliki dari nenek moyang yang sudah berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama, tanpa perencanaan.Seperti pulang kampung saat Lebaran.

Dengan demikian tindakan rasional individu sebenarnya didasarkan pada dua jenis rasionalitas yang bisa dipilih individu, yakni rasionalitas instrumental dam rasional yang berorientasi nilai.Di luar itu, tindakan individu bisa saja diarahkan kepada tindakan tradisional yang non rasional berdasarkan kebiasaan atau tindakan efektif yang didominasi perasaan atau emosi belaka.

(35)

Jadi dengan teori ini saya ingin melihat bagaimana rasionalitas pasien penderita diabetes dalam memilih jenis pengobatan antara tradisional dengan modern, serta melihat apa yang menjadi pertimbangan atau penyebab menentukan jenis pengobatan tersebut.

2.2 Model Perubahan Perilaku Kesehatan Suchman

Model perubahan perilaku kesehatan menurut suchman yang terpenting yaitu menyangkut pola sosial dan perilaku sakit yang tampak pada cara orang mencari, menemukan, dan melakukan perawatan medis. Pendekatan yang digunakan berkisar pada adanya 4 unsur yang merupakan faktor utama dalam perilaku sakit, yaitu: (1) perilaku itu sendiri, (2) sekuensinya, (3) tempat atau ruang lingkup, dan (4) variasi pelaku selama tahap-tahap perawatan medis.

Arti keempat unsur tersebut dapat dikembangkan 5 konsep dasar yang berguna dalam menganalisis perilaku sakit, yaitu:

1) Shopping, yaitu proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnose dan pengobatan sesuai dengan harapan.

2) Fragmentation, yaitu proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.

3) Procrastination, yaitu proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan.

4) Self medication, yaitu pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai macam ramuan atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya.

5) Discontinuity, yaitu penghentian proses pengobatan.

(36)

Pada setiap tingkat, setiap orang harus megambil keputusan-keputusan dan melakukan perilaku-perilaku tertentu yang berkaitan dengan kesehatan.Pada tingkat permulaan terdapat 3 dimensi gejala yang menjadi pertanda adanya ketidak beresan dalam diri seseorang.Pertama, adanya rasa sakit, kurang enak badan atau sesuatu yang tidak biasa dialami.Kedua, pengetahuan seseorang tentang gejala tersebut mendorongnya membuat penafsiran-penafsiran yang berkaitan dengan akibat penyakit serta gangguan terhadap fungsi sosialnya.Ketiga, perasaan terhadap gejala tersebut berupa takut atau rasa cemas.

Suchman mengemukakan hipotesis bahwa perilaku medis yang terjadi pada setiap tahap penyakit mencerminkan orientasi kesehatan serta afiliasi masing-masing kelompok sosial.

Dalam menentukan reaksi/tindakannya sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, menurut Suchman, individu berproses melalui tahap- tahap berikut ini:

1) Tahap pengenalan gejala

Individu memutuskan bahwa dirinya dalam keadaan sakit yang ditandai dengan rasa tidak enak dan keadaan itu dianggapnya dapat membahayakan dirinya.

2) Tahap asumsi peran sakit

Karena merasa sakit dan memerlukan pengobatan, individu mulai mencari pengakuan dari kelompok, baik di lingkungan keluarga, tempat kerja, masyarakat atau pihak lain yang terkait. Dengan pengakuan sakit terhadap sakit ini diharapkan dirinya dapat diberikan peran sesuai dengan kondisi

(37)

yang sedang dialaminya tersebut, yaitu dengan meminta pembebasan dari tugas sehari-harinya.

3) Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

Individu mulai mencari, menghubungi serta menemukan sarana kesehatan sesuai dengan informasi yang diperoleh dan pengalamannya tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan (modern/tradisional).

4) Tahap ketergantungan si sakit

Individu memutuskan bahwa dirinya sebagai orang sakit dan ingin disembuhkan, harus menggantungkan diri kepada prosedur pengobatan dan harus patuh terhadap perintah orang yang akan menyembuhkannya.

Ada ketergantungan dari pasien terhadap seorang pelayan tenaga medis.Pada diri pasien muncul kepercayaan, bahwa pelayanan medis memiliki kemampuan untuk memberikan layanan dan tindakan sesuai dengan yang diharapkan.

5) Tahap penyembuhan atau rehabilitasi

Pada tahap ini seorang individu akan mengevaluasi ulang mengenai perannya selama ini. Bila berbagai aktivitas dan peran sosialnya dapat dilakukan kembali dengan baik, maka kualitas dan drajat kesehatannya sudah membaik dan dapat dikatakan sebagai sehat sementara bila tambah memburuk, bisa jadi individu tersebut sampai pada tahap akut atau bahkan meninggal dunia.

Saya menggunakan teori ini karena menurut saya teori atau pemikiran Suchman ini sesuai untuk penelitian skripsi saya karena berdasarkan teori ini saya ingin menganalisis pola sosial dan perilaku sakit serta cara pasien penderita

(38)

diabetes mencari, menemukan, dan melakukan perawatan medis untuk mengatasi penyakit mereka tersebut berdasarkan konsep-konsep yang di jelaskan oleh Suchman di atas.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Meleong, 2006:6). Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam mengnai fenomena penyakit dan pengobatan diabetes, terkhususnya informasi mengenai faktor apa dan bagaimana sehingga membuat pasien memilih jenis pengobatan antara modern dan tradisional.

Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami permasalahan yang diteliti sehingga diharapkan dapat memperoleh data dan informasi dari apa yang diamati. Pendekataan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan, berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi atau fenomena tertentu (Bungin, 2007;68).

(40)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan yaitu di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara, saya memilih daerah ini dikarenakan beberapa alasan yaitu sebagai berikut:

1) Berdasarkan data dari BPS “Kecamatan Tanah Jawa Dalam Angka Tahun 2017” penderita diabetes di kecamatan ini berdasarkan jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas mencapai 609 jiwa dengan rincian, umur 15-44 berjumlah 50 jiwa, umur 45-60 berjumlah 318 jiwa dan umur >60 berjumlah 241 jiwa.

2) Belum pernah dilakukannya penelitian tentang “Determinan Pasien Memilih Jenis Pengobatan antara Tradisional dan Modern” dengan menggunakan pendekatan Sosiologi di Kecamatan Tanah Jawa.

3) Di Kecamatan Tanah Jawa dan daerah sekitarnya masih banyak terdapat pengobatan tradisional serta masih mudahnya ditemukan tanaman obat- obatan (herbal) ditengah kemajuan dan kemodernan pengobatan pada era saat ini.

4) Beragamnya jenis pengobatan yang dipilih oleh pasien penderita diabetes untuk menangani penyakitnya tersebut mulai dari pengobatan tradisional, serta pengobatan Modern yang bahkan sampai harus pergi keluar negeri untuk pengobatannya.

5) Mayoritas penduduknya yang hidup dari hasil pertanian serta berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah, berdasarkan ini saya akan melihat jenis pengobatan apa yang akan dipilih.

(41)

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai suatu subjek penelitian atau keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bugin, 2007: 5152). Salah satu ciri atau karakteristik dari hasil hasil penelitian sosial adalah apa yang disebut dengan unit of analysis. Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu, kelompok, dan sosial. Unit analisis pada penelitian ini adalah para pasien penderita diabetes dengan melihat faktor apa dan bagaimana faktor tersebut dapat menyebabkan atau menentukan pasien memilih jenis pengobatan antara modern dan tradisional untuk menangani penyakitnya tersbut.

3.3.2 Informan

Menurut Spradley informan adalah seorang pembicara asli dengan mengulang kata-kata, frase, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami permasalahan penelitian prinsip dan cara penentuan informan menurut Spradley adalah meliputi; mempertimbangkan tentang informan (selektif dalam memilih informan yang akan diteliti), mengerti informan (memperhatikan hak kepentingan informan dan melindungi atas konsekuensi yang akan muncul), menyampaikan tujuan penelitian (supaya informan mengerti apa yang bisa mereka

(42)

bantu), melindungi privasi informan, dan jangan mengeksploitasi informan (james p. Spradley, 2006: xii).

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah pasien penderita diabetes yang tinggal di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, dengan kriteria sebagai berikut:

1) Telah mederita diabetes lebih dari satu tahun.

2) Berusia mulai dari 30 tahun sampai >60 tahun.

3) Bertempat tinggal di Kecamatan Tanah Jawa.

4) Telah melakukan pengobatan baik modern ataupun tradisional.

Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling yaitu penentuan sampel mula-mula jumlahnya kecil, kemudian

membesar.Ibarat bola salju yang menggelinding yang lam-lama menjadi besar.

Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

(43)

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan bahan mentah yang menjadi inti bagi pengembangan kegiatan penelitian yang sedang berlangsung.Data primer diperoleh langsung dari tatap muka dan wawancara dengan informasi serta pengamatan selama dilapangan. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer adalah dengan cara:

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utama selain panca indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseoramg untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja panca indera serta dibantu dengan panca indera lainnya (Bungin, 2007)

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data maka wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari para informan dengan cara bertanya secara langsung secara tatap muka. Namun demikian teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung, melainkan dapat saja dengan cara memanfaatkan sarana komunikasi lain,

(44)

misalnya telepon dan internet tetapi untuk mendapatkan hasil wawancara yang efektif dan bagus dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan wawancara langsung karena peneliti dapat melihat secara langsung ekspresi dari informan dalam menjalankan dan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diberikan dalam penelitian (Bungin 2007).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data kedua setelah data primer dengan kata lain data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder dapat diperoleh dari sumber yang berada diluar lapangan penelitian seperti dari buku-buku, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.Selain bahan bacaan cetak, media elektronik dan sumber online juga membantu dalam penelitian ini untuk menemukan teori dan penunjang terkait masalah yang dikaji.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengkajian data yang mencakup perilaku objek, hasil wawancara, temuan data dilapangan yang terindentifikasi dan bahan-bahan kepustakaan yang telah dikumpulkan, interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan juga dokumentasi.Setelah itu data yang diperoleh tersebut dipelajari dan ditelaah kembali untuk mencari jawaban pertanyaan rumusan masalah sehingga terbentuklah solusi. Lalu data yang sudah lengkap, direduksi dengan

(45)

caraabstraksi. Abstraksi merupakan rangkuman yang terperinci merujuk pula pada inti temuan data sehingga tetap pada fokus penelitian.

3.6 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian proposal skripsi ini peneliti masih memiliki banyak keterbatasan dalam hal data dan informasi yang berkaitan dengan judul penelitian, jadi dalam penelitian ini peneliti untuk menjelaskan jawaban atas faktor-faktor atau determinan yang menentukan pasien penderita diabetes memilih jenis pengobatan hanya berdasarkan pada faktor-faktor atau determinan berdasarkan aspek sosial seperti kelas, gender, etnis, budaya dan lain sebagainya.

(46)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Gambar 3

Peta Kecamatan Tanah Jawa

Tanah Jawa sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Simalungun dengan luas 172,04 𝐾𝐾𝐾𝐾2, letaknya diapit oleh 7kecamatan yaitu sebelah Utara dengan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Gunung Malela, sebelah Selatan dengan Kecamatan Hatonduhan, sebelah Barat Kecamatan Siantar, Kecamatan Dolok Panribuan dan Kecamatan Jorlang Hataran, sebelah Timur dengan Kecamatan Huta Bayu Raja.Letak astronomis kecamatan tanah jawa berada pada 02’50’18” Lintang Utara dan 99’11’20” bujur timur dengan luas 172,04𝐾𝐾𝐾𝐾2.

(47)

Menurut topografi, Kecamatan Tanah Jawa berada pada ketinggian 100- 500 m di atas permukaan laut dengan kemiringan mencapai 95 persen pada kemiringan 0-2% atau seluas 16.386 Ha, selebihnya pada kemiringan 2-15%

seluas 452 Ha, kemiringan 15-25% seluas 452 Ha, kemiringan 15-25% seluas 150 Ha, dan kemiringan 25-40% seluas 475 Ha. Hal ini menunjukan bahwa Kecamatan Tanah Jawa berada pada 1 hamparan datar.

Kecamatan Tanah Jawa yang terdiri dari 19 Nagori serta 1 kelurahan serta 96 huta dengan 3 nagori merupakan nagori swakarsa dan selebihnya 17 nagori telah menjadi nagori swasembada dengan jarak ke ibukota Kabupaten Simalungun, Pematang Raya berjarak ± 50 Kmdengan waktu tempuh ± 1 jam, sedangkan dengan Kotamadya Pematang Siantar hanya berjarak ± 21 Km dengan waktu tempuh ± 30 menit. Secara Geografi Kecamatan Tanah jawa berbatasan dengan:

Kecamatan Tanah jawa terdiri dari 20 Nagori(desa) yaitu:

1 Mekar Mulia 6 Bah Kisat 11 Bosar Galugur

16 Bayu Bagasan 2 Pardamean

Asih

7 Maligas Tongah

12 P. Tanah Jawa

17 Baliju 3 Marubun Jaya 8 Panambean

Marjanji

13 Baja Dolok 18 Bah Jambi III 4 Totap Majawa 9 Tanjung Pasir 14 Bah Jambi

II

19 Marubun Bayu 5 Balimbingan 10 Muara Mulia 15 Pagar Jambi 20 Perbalogan

Kecamatan Tanah Jawa mempunyai jumlah penduduk 47.646 Jiwa atau rata-rata kepadatan penduduk per 1 Km2 terdapat 277 jiwa.Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka

(48)

kelahiran dan adanya penduduk perantau yang datang ke kecamatan ini.Asal usul masyarakat Tanah Jawa merupakan suku pendatang dari Pulau Jawa dan suku Batak Toba yang merantau ke daerah Simalungun. Suku Jawa sendiri datang dimungkinkan oleh program pemerintah melalui transmigrasi ke wilayah Sumatera khususnya Sumatera Utara dan dimungkinkan juga terjadi pada masa penjajahan kolonial yang banyak memperkerjakan mereka diperkebunan- perkebunan yang terdapat di Sumatera Utara. Sedangkan suku Batak Toba merupakan penyebaran dari wilayah Toba dengan keinginan merantau atau sering disebut transmigrasi mandiri untuk lebih meningkatkan taraf hidup karena lahan pertanian yang semakin sempit dan kesuburan tanah yang menurun. Sektor pertanian hingga kini masih mendominasi sumber pendapatan daerah dibandingkan dengan sektor lain.

4.2 Komposisi Penduduk Kecamatan Tanah Jawa

4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Komposisi penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 23.324 48,95%

2 Perempuan 24.322 51,05%

Total 47.646 100%

Diolah berdasarkan data BPS, Tanah Jawa Dalam Angka 2017.

(49)

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk laki- laki yang lebih sedikit sekitar 48,95% bila dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan sekitar 51,05%.

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia

Penduduk Kecamatan Tanah Jawa terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat di gambarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3

Komposisi Penduduk Menurut Usia

No Golongan Usia Jumlah Persentase

1 00-09 9.201 19,31%

2 10-19 9.351 19,63%

3 20-29 5.991 12,57%

4 30-39 6.225 13,07%

5 40-49 6.249 13,12%

6 50-59 5.573 11,69%

7 60-69 3.173 6,66%

8 70+ 1.883 3,95%

Total 47.646 100%

Diolah berdasarkan data BPS, Tanah Jawa Dalam Angka 2017.

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kelompok usia penduduk di Kecamatan Tanah Jawa menunjukkan bahwa penduduk di kecamatan ini didominasi oleh penduduk yang berusia, 00-09 tahun yaitu sekitar 19,31%, yang berusia 10-19 tahun yaitu sekitar 19,63% (paling banyak), yang berusia 20-29 tahun yaitu sekitar 12,57%, yang berusia 30-39 tahun sekitar 13,07%, yang berusia 40-49 tahun yaitu sekitar 13,12%, yang berusia 50-59 tahun yaitu sekitar 11,69%, yang berusia sekitar 60-69 tahun yaitu sekitar 6,66%, dan yang paling sedikit penduduk berusia 70+ yaitu sekitar 3,95%. Berdasarkan data yang

(50)

diperoleh bahwa tingkat kelahiran di kecamatan ini jumlahnya relative rendah.

Hal ini disebabkan oleh kesadaran penduduk serta tekanan ekonomi yang terjadi sehingga muncul kesadaran oleh penduduk untuk mengikuti gerakan keluarga berancana (KB) semakin meningkat, dengan demikian tingkat kelahiran penduduk dapat ditekan jumlahnya sehingga pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.

4.3 Sarana Kesehatan Kecamatan Tanah jawa

Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap individu karena dengan keadaan sehatlah setiap individu dapat melaksanakan aktivitasnya sehari- hari.Namun untuk terus bisa menjaga tubuh agar tetap bisa sehatan juga diperlukan dukungan dari sarana-sarana kesehatan yang memadai pula. Adapun beberapa sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Tanah Jawa yaitu:

Tabel 4 Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 1

2 Puskesmas 1

3 Pustu 7

4 Poskesde 3

5 Praktek Dokter 5

6 Praktek Bidan 31

7 Posyandu 63

8 Klinik 3

Total 114

Diolah berdasarkan data BPS, Tanah Jawa Dalam Angka 2017.

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan di Kecamatan Tanah Jawa sudah terbilang memadai meskipun Rumah Sakit hanya ada satu namun hal tersebut dapat teratasi dengan adanya sarana-sarana kesehatan lainnya yang tergolong cukup banyak dan dapat membantu menyelesaikan

Gambar

Tabel 4  Sarana Kesehatan
Tabel 5  Sarana Peribadatan
Tabel 6  Sarana Pendidikan
Gambar 1. EP (Informan Pertama)  Sumber: Dokumentasi Pribadi peneliti
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa kendala yang muncul dengan adanya pencatatan manual menggunakan kartu kontrol, misalnya kartu kontrol hilang sebelum diserahkan kepada peternak mitra,

Makanan fungsional yang lain adalah makanan yang mengandung “prebiotik” yaitu komponen pangan (food ingredients) yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan

Nilai koefisien korelasi parsial komitmen organisasi dengan ketidakhadiran sebesar -0,405 dan kepuasan kerja dengan ketidakhadiran sebesar -0,488 ini berarti kedua variabel

Selama mengikuti kuliah di PGSD, praktikan mendapat bekal berupa teori-teori mulai dari semester 1 sampai semester 6. Waktu yang cukup lama untuk mempelajari bagaimana

Selain Applet, Java juga dapat digunakan untuk membuat beberapa aplikasi GUI (Graphical User Interface) yang dapat berjalan di system operasi grafis manapun , termasuk Microsoft

66 Jakart a, t elah dilaksanakan Pembukaan Dokum en Penaw aran Pengadaan Alat Opt ical Emission Spect romet er (OES) Balai Pengujian dan Ident ifikasi Barang Jakart

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan waktu panen yang tepat dengan melihat kadar gula biji jagung manis yang paling baik.. Analisa data dengan menggunakan

Bahwa telah cukup alasan untuk menghadapkan Terdakwa tersebut ke persidangan Pengadilan Militer II -10 Semarang dengan dakwaan telah melakukan serangkaian perbuatan