PEMBELAJARAN LARI CEPAT DI KELAS V
SDN CIMALAKA III KECAMATAN CIMALAKA
KABUPATEN SUMEDANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
FAJAR SUKMANA 0701113
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENJAS KAMPUS SUMEDANG
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Model Permainan Kecil Polisi dan Penyelundup Untuk meningkatkan pembelajaran Lari Cepat Di Kelas V SDN Cimalaka III Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang” ini beserta isinya adalah benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini. Hal yang sama pula, apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Sumedang, Juni 2010 Yang Membuat Pernyataan,
PEMBELAJARAN LARI CEPAT DI KELAS V SDN CIMALAKA III KECAMATAN CIMALAKA
KABUPATEN SUMEDANG
FAJAR SUKMANA 0701113
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Drs. H. Anin Rukmana M. Pd NIP. 196002061986031001
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. JS Husdarta M. Pd NIP. 194506121973031001
Mengetahui,
Ketua Program PGSD S-1 PENJAS
i
C. Lari Cepat Melalui Model Permainan Kecil Polisi dan Penyelundup 29
1. Pengertian Permainan 29
ii
iii 4.10 Rekapitulasi Hasil Perolehan Perencanaan Pembelajaran Siklus I 74 4.11 Rekapitulasi Perolehan Pelaksanaan Kinerja Guru Siklus I 75 4.19 Rekapitulasi Hasil Perolehan Perencanaan
iv
4.28 Rekapitulasi Hasil Perolehan Perencanaan
Pembelajaran Siklus III 114
4.29 Rekapitulasi Perolehan Pelaksanaan Kinerja Guru Siklus III 115 4.30 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus III 116 4.31 Rekapitulasi Tes Hasil Belajar Dari Siklus I dan Siklus III ... 118 4.32 Perbandingan Jumlah Siswa Tuntas dan Persentase Ketuntasan 120 4.33 Data Hasil Pengamatan Perencanaan Guru Tiap Siklus 121 4.34 Data Hasil Pengamatan Pelaksanaan Guru Tiap Siklus 122
v Gambar
2.1 Star Jongkok (Medium start) Pada Lari cepat (Sprint) ... 26
2.2 Start Pendek, Start Menengah, dan Start Panjang ... 26
2.3 Teknik Melewati Garis Finish ... 29
2.4 Permainan Kecil Polisi dan Penyelundup ... 33
3.1 Alur penelitian tindakan kelas model Spiral Kemmis Taggart ... 38
4.5 Grafik Persentase Perencanaan Kinerja Guru Siklus I ... 63
4.6 Grafik Persentase Pelaksanaan Kinerja Guru Siklus I ... 66
4.7 Grafik Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 69
4.8 Grafik Persentase Tingkat ketuntasan Siswa Siklus I ... 72
4.14 Grafik Persentase Perencanaan Kinerja Guru Siklus II ... 84
4.15 Grafik Persentase Pelaksanaan Kinerja Guru Siklus II ... 87
4.16 Grafik Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 90
4.17 Grafik Persentase Tingkat ketuntasan Siswa Siklus II ... 92
4.23 Grafik Persentase Perencanaan Kinerja Guru Siklus III ... 104
4.24 Grafik Persentase Pelaksanaan Kinerja Guru Siklus III ... 107
4.25 Grafik Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus III .... 110
4.26 Grafik Persentase Tingkat ketuntasan Siswa Siklus III ... 112
4.27 Grafik Persentase Ketuntasan Pada Setiap Siklus ... 121
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain agar memiliki pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan
selalu terjadi perubahan tingkah laku baik seperti aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa;
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, (Sisdiknas, 2003: 58).
Aktivitas siswa terhadap konsep lari cepat dikategorikan kepada konsep
yang memerlukan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri,
serta dapat dikembangkan melalui keterampilan secara fisik dan memerlukan
pemahaman yang lebih tinggi, seorang guru harus dapat menyajikan konsep ini
secara awal serta konkrit, dan menghubungkan dengan lingkungan sekitarnya,
sehingga konsep dapat dipahami dan dilaksanakan lebih mudah. Pernyataan
tersebut didasarkan atas pandangan Dienes, (Dedi, 2009: 30) bahwa “Konsep
dapat dipelajari dengan baik oleh siswa bila penyajiannya dimulai dengan
Piaget (Dedi, 2009: 34), menyatakan bahwa „usia 11-14 tahun anak berada pada
tahap operasional formal, pada tahap ini timbul ide-ide baru terbentuk serta
menghubungkan dan mengaitkan dengan konsep yang baru yang akan
dipelajarinya, sehingga memperoleh keseimbangan dalam belajar‟.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahap kemampuan
kondisi fisik anak usia sekolah dasar harus dikaitkan dengan hal-hal bersifat nyata
dan berlatih secara kontinyu, serta untuk memudahkan siswa dalam mempelajari
konsep lari cepat dalam proses pembelajarannya diperlukan alat bantu sebagai
motivasi siswa terhadap pembelajaran yang dilakukannya. Selain pembelajaran
dan alat bantu yang menunjang untuk mencapai tujuan yang diharapkan
diperlukan juga kondisi suasana kelas atau lingkungan yang nyaman dan
kondusif, dimana guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswanya, sehingga pembelajaran akan bermakna,
berdasarkan Usman (Mulyana, 2008: 5) “kemampuan menciptakan iklim belajar
mengajar yang tepat melalui pengelolaan kelas yang baik, memungkinkan siswa
merasa aman untuk belajar“. Maka guru harus dapat memilih dan menggunakan
model dan metode pembelajaran yang dapat menunjang siswa dalam memahami
konsep yang diajarkan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran
yang bermakna merupakan suatu proses dalam mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitif, apektif, dan psikomotorik
seseorang berdasarkan pengalaman hidupnya. Ausubel (Mulyana, 2008: 4). Dari
pendapat tersebut, terkandung makna bahwa pada saat siswa mempelajari sesuatu,
dikaitkan dengan konsep yang baru yang akan dipelajarinya, sehingga
memperoleh keseimbangan dalam belajar.
Menurut Syaripuddin (1992: 1) altetik adalah salah satu cabang olahraga tertua, yang telah dilakukan oleh manusia sejak jaman purba sampai dewasa ini. Bahkan boleh dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini atletik sudah ada, karena gerakan-gerakan yang terdapat di cabang olahraga atletik, seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupannya sehari-hari.
Atletik berasal dari bahasa Yunani, yaitu athlon atau athlum yang artinya
pertandingan, perlombaan, atau perjuangan sedangkan orang yang melakukannya
dinamakan athleta (atlet).
Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis
besar dapat dikelompokan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata ini berasal dari
bahasa Yunani “athlon” yang berarti “kontes”. Atletik merupakan cabang
olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM. Induk
organisasi untuk olah raga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia).
Salah satu cabang atletik yang akan dibahas dalm penelitian ini yaitu
cabang lari cepat. Menurut Adisasmita (1992: 35) Lari cepat (sprint) adalah semua
nomor lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh (sprint) atau kecepatan
maksimal, sepanjang jarak yang harus ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter,
masih digolongkan dalam lari jarak pendek.
Untuk pembelajaran lari cepat di SD lebih menekankan pada proses
namun, orientasi pendidikan lebih cepat,lebih jauh dan lebih tinggi, dapat juga
wahana bagi pendidikan jasmani. Karena itu ide-ide bermain harus dipilih secara
cermat guna mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran
dalam pendidikan jasmani. Permainan yang tujuannya untuk mengembangkan
kecepatan atau daya tahan harus diatur secara tepat, seperti bentuk latihan yang
dibutuhkan guna peningkatan kualitas fisik yang dimaksud. Terutama penentuan
kepadatan rangsangan, harus benar-benar diperhatikan. Perkembangan kecepatan
untuk lari sprint misalnya, melakukan bentuk latihan yang menuntut kecepatan
lari maksimal jarak lari harus pendek dan ada waktu antara untuk pemulihan.
Permainan kecil adalah permainan yang dilakukan dengan menggunakan
alat atau tidak menggunakan alat yang biasa dilakukan oleh anak-anak kecil pada
saat mereka berkumpul (Soemitro, 1992: 30).
Salah satu yang dimainkan di SD yaitu permainan kecil polisi dan
penyelundup. Permainan kecil polisi dan penyelundup ini biasanya lebih dikenal
dimata masyarakat yaitu permainan rakyat, dan biasanya dengan adanya
permainan kecil polisi dan penyelundup ini hubungan sosial makin erat.
Permainan kecil polisi dan penyelundup adalah salah satu permianan
kecil yang biasa dilakukan anak-anak pada saat mereka berkumpul. Permainan ini
dapat dilakukan dengan membuat sebuah lingkaran yang disesuaikan dengan
jumlah anak yang mengikuti permainan ini, setelah terbentuk lingkaran kemudian
ditentukan 2 orang yang keluar dari lingkaran yang nantinya 1 orang menjadi
polisi dan 1 orang menjadi penyelundup. Masing-masing berdiri bersebrangan di
dimulai, maka polisi harus lari dan berusaha mengejar penyelundup, sedangkan
penyelundup berusaha lari dari kejaran polisi.
Jarak lari penyelundup dibatasi tidak boleh lebih dari satu keliling.
Sebelum satu keliling, penyelundup dapat mencolek pundak teman yang
membentuk lingkaran, dan akan menggantikan orang yang dikejar polisi. Anak
yang baru digantikan menempati tempat anak yang mengganti. Apabila polisi
dapat menangkap penyelundup maka tugasnya bertukar antara yang dikejar dan
pengejar (Soemitro, 1992: 43-44).
Pengaruh serta manfaat permainan kecil polisi dan penyelundup terhadap
perkembangan jiwa anak antara lain yaitu: Mengembangkan kecerdasan anak,
mengembangkan intelektual anak, mengembangkan kreativitas anak,
mengembangkan kecerdasan logika anak, meningkatkan reaksi anak, dan juga
bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan pembelajaran lari cepat siswa
terlihat tidak semangat mengikuti pembelajaran karena tidak dikemas dalam
bentuk permainan membuat siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran
tersebut. Diakibatkan dari guru tidak memodifikasi terhadap konsep yang
mengarah ke pembelajaran lari cepat.
Untuk melengkapi data laporan, peneliti melakukan tes praktek lari cepat
sebagai data awal, selain tes praktek tersebut siswa diberikan angket untuk
mengetahui antusias terhadap pembelajaran yang diberikan. Maka peneliti
meningkatkan pembelajaran lari cepat melalui permainan kecil polisi dan
penyelundup.
Adapun pemerolehan hasil tes awal yang dilakukan peneliti diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 1.1
Keterangan :
T = Tuntas
BT = Belum Tuntas
Skor Ideal = 15
Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor Ideal
= 235 x 100 420
= 56
Nilai KKM = 75
Jika siswa mendapat nilai > 75 dikatakan tuntas.
Jika siswa mendapat nilai < 75 dikatakan belum tuntas.
Deskriptor :
1. Gerakan Kaki
a. Kaki tidak diatas rata-rata air dan tidak rileks.
b. Kaki berada diatas rata-rata air dan tidak rileks.
c. Kaki berada diatas rata-rata air dan rileks.
2. Ayunan Tangan
a. Ayunan tangan tidak berada disamping badan dan tidak rileks.
b. Ayunan tangan berada disamping badan dan tidak rileks.
c. Ayunan tangan berada disamping badan dan rileks.
3. Pandangan
b. Arah pandangan lurus kedepan dan tidak rileks.
c. Arah pandangan lurus kedepan dan rileks.
4. Posisi Badan
a. Posisi badan tidak condong kedepan dan tidak rileks.
b. Posisi badan condong kedepan dan tidak rileks.
c. Posisi badan condong kedepan dan rileks.
5. Koordinasi
a. Gerakan kaki tidak diatas rata-rata air, Ayunan tangan tidak
disamping badan, pandangan tidak lurus kedepan, posisi tubuh
tidak condong dan tidak rileks.
b. Gerakan kaki diatas rata-rata air, Ayunan tangan disamping
badan, pandangan lurus kedepan, posisi tubuh condong dan
tidak rileks.
c. Gerakan kaki diatas rata-rata air, Ayunan tangan disamping
badan, pandangan lurus kedepan, posisi tubuh condong dan
rileks.
Kriteria Penilaian
Skor 3 = Jika siswa melaksanakan 3 deskriptor.
Skor 2 = Jika siswa melaksanakan 2 deskriptor.
Skor 1 = Jika siswa melaksanakan 1 deskriptor.
Dari data awal tersebut dapat diperoleh bahwa skor yang diperoleh baru
235 yaitu (56) dari target 420 (100), dan dari 28 orang siswa ada 6 orang siswa
(21%) dinyatakan tuntas, dan 22 orang siswa (79%) dinyatakan belum tuntas.
Dengan demikian, kemampuan siswa di kelas V SDN Cimalaka III dalam
pembelajaran lari cepat masih rendah dan perlu diperbaiki.
Permasalahan tersebut terjadi karena siswa di kelas V SDN Cimalaka III
belum menguasai gerak dasar lari cepat, serta dalam pembelajaran tidak dikemas
ke dalam bentuk permainan.
Melalui penerapan model permainan kecil polisi dan penyelundup,
pembelajaran lari cepat akan terasa lebih menarik, dan siapapun tidak akan cepat
bosan, mendapatkan banyak pariasi dalam pembelajaran, memotivasi kreativitas
semangat belajar siswa, selain itu juga siswa dapat belajar sambil bermain.
Supaya pembelajaran lari cepat dapat berjalan dengan lancar, guru harus
biasa memberikan motivasi atau dorongan yang bisa membuat siswa terpacu
semangatnya untuk mengikuti pembelajaran lari cepat ini, apabila siswa tidak
mempunyai motivasi untuk melakukan pembelajaran lari cepat maka tidak akan
timbul pembelajaran seperti yang diharapkan sesuai tujuan yang akan dicapai.
Dari permasalahan dan dari paparan di atas maka peneliti mengambil
judul “Penerapan Model Permainan Kecil Polisi Dan Penyelundup Untuk
Meningkatkan Pembelajaran Lari Cepat Di Kelas V SDN Cimalaka III Kecamatan
B. Perumusan Dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Dalam pembelajaran lari cepat berdasarkan observasi yang dilakukan
penulis pada siswa kelas V SDN Cimalaka III, permasalahan-permasalahan yang
terjadi diantaranya:
a. Siswa belum mampu menguasai gerak dasar lari cepat.
b. Keterbatasan melakukan lari cepat yang mengakibatkan kurangnya
pengalaman gerak dalam pemebelajaran lari cepat.
c. Pembelajaran kurang menarik dikarenakan tidak dikemas kedalam
bentuk permainan.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini mengenai “Penerapan
Model Permainan Kecil Polisi Dan Penyelundup Untuk Meningkatkan
Pembelajaran Lari Cepat Di Kelas V SDN Cimalaka III Kecamatan Cimalaka
Kabupaten Sumedang”, maka peneliti ini dapat dirumuskansebagai berikut:
1) Bagaimana perencanaan pembelajaran lari cepat melalui model
permainan kecil polisi dan penyelundup?
2) Bagaimana pelaksanaan penerapan model permainan kecil polisi dan
penyelundup sebagai bentuk modifikasi dalam pembelajaran lari
cepat?
3) Bagaimana dampak penerapan model peremainan kecil polisi dan
Penjabaran rumusan masalah di atas merupakan fokus kajian dari
permasalahan peneliti tindakan kelas ini. Agar terarahnya penelitian ini, maka
penggambaran deskripsi dalam pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a) Bagaimana gambaran kinerja guru dalam pembelajaran lari cepat di
kelas V SDN Cimalaka III?
Indikator:
(a) Perencanaan Pembelajaran.
(b) Pelaksanaan Pembelajaran.
(c) Evaluasi Pembelajaran.
b) Bagaimana gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran lari cepat
di kelas V SDN Cimalaka III?
Indikator:
(1) Partisipasi menumbuhkan ketertarikan siswa dalam
pembelajaran dan menyenangi pembelajaran lari cepat.
(2) Siswa bersemangat dalam pembelajaran lari cepat dengan
berbagai permainan.
c) Bagaimana peningkatan hasil belajar pada pembelajaran lari cepat di
kelas V SDN Cimalaka III?
Indikator:
Siswa kelas V SDN Cimalaka III mampu melakukan gerak dasar lari
2. Pemecahan Masalah
Agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran berdasarkan rumusan
masalah yang ada diatas, maka penulis mencoba berdasarkan cara agar dapat
memodifikasi pembelajaran lari cepat.
Salah satu caranya yaitu:
a. Mengembangkan cara atau bentuk perencanaan model permainan
kecil polisi dan penyelundup yang mengarah kepada pembelajaran
lari cepat.
b. Penerapan model permainan kecil polisi dan penyelundup sebagai
modifikasi pembelajaran lari cepat.
c. Dengan menggunakan metode bermain untuk meningkatkan
pembelajaran lari cepat.
Target yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu dalam aspek
perencanaan, pelaksanaana, aktivitas siswa, juga hasil belajar mampu mencapai
hasil maksimal yaitu 100. Meskipun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) telah
ditetapkan yaitu 75.
Tahapan perencanaan dalam pembelajaran lari cepat menggunakan
model permainan kecil polisi dan penyelundup adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan Tindakan
a) Meminta ijin kepada kepala sekolah.
b) Membuat rencana pembelajaran lari cepat dengan model
c) Membuat lembaran observasi tindakan, pengaruh, atau masalah
proses pembelajaran lari cepat.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Melaksanakan pembelajaran lari cepat menggunakan model
permainan kecil polisi dan penyelundup.
b) Memantau dan mengoreksi kegiatan pembelajaran lari cepat
menggunakan model permainan kecil polisi dan penyelundup.
3) Observasi
Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa pada
saat pembelajaran lari cepat dengan penerapan model permainan
kecil polisi dan penyelundup, serta untuk mengumpulkan data dan
membuat catatan lapangan mengenai hal-hal yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung.
4) Refleksi
a) Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian
tujuan tindakan.
Dalam kegiatan refleksi ini para pelaku (peneliti, guru, dan
kepala sekolah) yang terlibat dalam penelitian tindakan mempunyai
banyak kesempatan untuk meningkatkan motivasi dalam mengikuti
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada di atas telah peneliti paparkan
sebelumnya, maka penelitian tindakan kelas bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran lari cepat kedalam
bentuk yang lebih menarik yaitu ke dalam bentuk model permainan
kecil polisi dan penyelundup.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan model permainan kecil
polisi dan penyelundup sebagai bentuk modifikasi dalam
pembelajaran lari cepat.
3. Untuk mengetahui dampak penerapan model peremainan kecil polisi
dan penyelundup terhadap pembelajaran lari cepat.
D. Manfaat Dan Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pihak-pihak yang berkecibung dalam bidang pendidikan.
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Siswa banyak mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran,
dapat bermain sambil belajar, itu terjadi karena adanya model
pembelajaran permainan.
b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam melakukan
pembelajaran lari cepat.
2. Manfaat Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan kreativitas mengajar, kemudian juga
mencoba menerapkan model pembelajaran permainan sebagai
wadah atau motivasi baru dalam proses pembelajaran.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan
kreativitas belajar pendidikan jasmani.
3. Manfaat Bagi Sekolah
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
sekolah supaya dapat mengembangkan model-model pembelajaran.
4. Manfaat Bagi Peneliti
a. Dapat menambah wawasan bagi penulis dalam mengembangkan
pembelajaran penjas melalui metode bermain.
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengembangan metode
bermain sebagai modifikasi pembelajaran penjas.
5. Manfaat Bagi Lembaga UPI Kampus Sumedang
Bagi UPI PGSD Kampus Sumedang, yaitu hasil Penelitian
Tindakan Kelas ini sebagai masukan dan bahan acuan dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran untuk menghasilkan tenaga pendidik
yang memiliki kompetensi tinggi, khususnya bagi UPI PGSD Kampus
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap pokok-pokok masalah yang
diteliti, berikut ini dijelaskan secara optimal beberapa istilah yang dipandang perlu
diketahui kejelasannya, sebagai berikut:
1. Lari cepat (sprint) adalah semua nomor lari yang dilakukan dengan
kecepatan penuh (sprint) atau kecepatan maksimal, sepanjang jarak
yang harus ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter, masih
digolongkan dalam lari jarak pendek. Menurut Adisasmita (1992:
35).
2. Permainan kecil adalah permainan yang dilakukan dengan
menggunakan alat atau tidak menggunakan alat yang biasa
dilakukan oleh anak-anak kecil pada saat mereka berkumpul
(Soemitro, 1992: 30).
3. Polisi dan penyelundup adalah salah satu permianan kecil yang
biasa dilakukan anak-anak pada saat mereka berkumpul.
Permainan ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah lingkaran
yang disesuaikan dengan jumlah anak yang mengikuti permainan
ini, setelah terbentuk lingkaran kemudian ditentukan 2 orang yang
keluar dari lingkaran yang nantinya 1 orang menjadi polisi dan 1
orang menjadi penyelundup. Masing-masing berdir di luar
lingkaran. Setelah ada tanda yang diberikan oleh guru bahwa
permainan dimulai, maka polisi harus lari dan berusaha mengejar
polisi. Jarak lari penyelundup dibatasi tidak boleh lebih dari satu
keliling. Sebelum satu keliling, penyelundup dapat mencolek
pundak teman yang membentuk lingkaran, dan akan menggantikan
orang yang dikejar polisi. Anak yang baru digantikan menempati
tempat anak yang mengganti. Apabila polisi dapat menangkap
penyelundup maka tugasnya bertukar antara yang dikejar dan
pengejar (Sumitro, 1992: 43-44).
4. Meningkatkan adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada diri
hasil dari belajar atau latihan (SISDIKNAS, 2003).
5. Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar
memperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indera dapat
dilaksanakan dengan jalan menggunakan media atau alat bantu.
Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi
artinya menggunakan banyak metode (Krisna, 2009).
6. Altetik adalah salah satu cabang olahraga tertua, yang telah
dilakukan oleh manusia sejak jaman purba sampai dewasa ini.
Bahkan boleh dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini
atletik sudah ada, karena gerakan-gerakan yang terdapat di cabang
olahraga atletik, seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar
adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupannya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SDN Cimalaka III Kecamatan Cimalaka
Kabupaten Sumedang. Kondisi SDN Cimalaka III dapat dikatakan cukup kuat,
dengan bangunan dinding yang sangat kokoh. SDN Cimalaka III dibangun di atas
tanah seluas 1400 m² dan dibangun secara permanen dan pengaturan yang sesuai
dengan lingkungan sekitar dan bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi
siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Bangunan sekolah terdiri dari 7
ruangan kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, gudang dan
MCK.
Dalam penelitian ini penulis dibantu oleh beberapa pendamping sebagai
mitra peneliti. Pada saat pelaksanaan penelitian, penulis disamping sebagai
peneliti juga sebagai praktisi atau pengajar. Pendamping atau mitra peneliti dalam
penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Guru Penjas kelas V. Dari mitra peneliti
ini diharapkan bisa memberikan masukan dalam penelitian ini mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan yaitu mulai bulan
pukul 07.00 sampai selesai, kegiatan dipusatkan di lapangan sepak bola
khususnya dalam pelaksanaan, sedangkan pelaksanaan evaluasi persiklus
dilaksanakan di depan sekolah. Sedangkan waktu cadangan seandainya hari
tersebut ada halangan seperti libur atau hujan lebat maka kegiatan dipindahkan ke
hari Sabtu karena hari tersebut merupakan hari yang biasa diisi dengan kegiatan
pengembangan diri jadi masih ada waktu kosong yang bisa diisi dengan kegiatan
ini. Adapun jadwal Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tahapan
persiapan dan pembekalan, perencaan, pelaksaan siklus I, II, III, pengolahan data
dan penyusunan laporan secara lengkap terdapat dalam table di bawah ini :
Table 3.1
Penentuan rencana kegiatan di
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa di kelas V SDN Cimalaka III yang
berjumlah 28 siswa, terdiri dari 13 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
1. Kondisi Guru
Pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah guru yang mengajar di SDN
Cimalaka III sebanyak 22 orang dan satu orang penjaga sekolah. Sebagian besar
guru adalah lulusan dari perguruan tinggi sehingga memiliki kualitas yang baik
untuk memberikan pengajaran kepada siswa.
Tabel 3.2
Data Guru SD Negeri Cimalaka III Tahun ajaran 2010/2011
No Nama Guru Pangkat/Golongan Jabatan
1. H. Tata Surayana IV/b Kepala Sekolah
20. Dedeng Adiwikarna II/c Penjaga
21. Ida Widaningsih - Guru Kelas
22. Elis Cacih R., S.Ag - Guru Kelas
2. Kondisi Siswa
SDN Cimalaka III merupakan salah satu sekolah yang berada di wilayah
Sumedang yang siswa-siswanya berasal dari wilayah daerah sekitar lingkungan
sekolah. Kebanyakan siswa-siswanya berasal dari keluarga menengah ke bawah.
Untuk tahun ajaran 2010/2011 sekarang ini jumlah siswa SDN Cimalaka
sebanyak 308 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 175 orang dan perempuannya
133 orang. Ini berasal dari kelas I sampai kelas VI. Penerimaan siswa di sekolah
ini setiap tahun mengalami peningkatan karena pihak orangtua menganggap SDN
Cimalaka III lebih dekat dengan tempat tinggal dan kualitas pendidikan yang baik.
Tabel 3.3
Data Siswa SD Negeri Cimalaka III Tahun Ajaran 2010/2011
Kelas Jenis Kelamin Jumlah
L P
I 27 24 51
II 29 16 45
III 32 15 47
IV 42 24 66
V 24 34 56
VI 21 23 43
Jumlah 175 133 308
3. Lingkungan Belajar
Jarak SDN Cimalaka III berada tepat dipinggir alun-alun Cimalaka,
sebagian besar mata pencaharian orangtua siswa adalah sebagai wiraswasta karena
secara geografis daerah Cimalaka merupakan daerah perdagangan karena dekat
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian tindakan kelas ini, menggunakan pengolahan data
kualitatif, sehubungan dengan definisi yang di ungkapkan oleh Bogdan dan
Taylor (Moleong, 2002: 3) yaitu “Prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
diamati”. Dengan demikian, proses dan hasil penelitian yang dilakukan
digambarkan secara jelas dan rinci melalui penggunaan kata-kata yang
digeneralisasikan dengan menekankan makna dari perolehan data yang
sebenarnya.
Penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur yang
mempunyai dampak langsung bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme
guru dalam mengelola proses pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan utama
penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki praktik (proses dan hasil)
pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam penelitian ini bertujuan bagaimana
mengatasi kesulitan anak dalam pembelajaran gerak dasar lari cepat melalui
model permainan kecil polisi dan penyelundup, sehingga dengan bantuan
permainan tersebut kesulitan anak dapat dipecahkan.
Berbekal dari keinginan memperbaiki pembelajaran penjas pada nomor
lari, penulis mempersiapkan diri tentang apa itu penelitian tindakan kelas, latar
belakang, karakter dan prosedur yang harus ditempuh. Berdasarkan Kemmis
dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005: 12) dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas
Sebuah inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenani situasi tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari : a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.
Metode peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas dengan rancangan model spiral Kemmis dan Taggart.
Karena permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana mengatasi
kesulitan anak dalam pembelajaran gerak dasar lari cepat melalui model
permainan kecil polisi dan penyelundup, sehingga dengan model permainan polisi
dan penyelundup, hasil belajar siswa dapat meningkat.
Penelitian sampai saat ini dipercaya sebagai kegiatan penting untuk
memecahkan masalah, karena itu pemahaman metode ilmiah dalam penelitian
menyebabkan penelitian dipahami secara meluas sebagai salah satu proses belajar
berulang dari serangkaian pengalaman.
Dengan demikian pemilihan metode penelitian tindakan kelas sangat
cocok digunakan dalam penelitian ini, karena yang dijadikan objek penelitian
adalah siswa, sedangkan peneliti sebagai orang yang mengumpulkan data dan
objek yang dijadikan alat pengumpul data.
a. Jenis-Jenis Penelitian dan Alasan Mengambil PTK
Penelitian sampai saat ini dipercaya sebagai kegiatan penting untuk
memecahkan masalah, karena itu pemahaman metode ilmiah dalam penelitian
menyebabkan penelitian dipahami secara meluas sebagai salah satu proses belajar
Penelitian adalah suatu kegiatan pencarian penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu teknologi. Margono dalam Hatimah, dkk (2008: 81).
Klasifikasi penelitian menurut salah satu ahli diantaranya yaitu Hadi dan
Haryono dalam Hatimah, dkk (2008: 82), membagi penelitian berdasarkan sifat
dan permasalahannya menjadi 8 kelompok sebagai berikut :
1.Penelitian Historis 2. Penelitian Deskriptif 3. Penelitian Perkembangan 4. Penelitian Kasus dan Lapangan 5. Penelitian Korelasional
6. Penelitian Kasual Kooperatif 7. Penelitian Eksperimental 8. Penelitian Tindakan
Dari pendapat diatas maka penelitian yang dilakukan peneliti pada
penelitian ini dapat dimasukan kelompok penelitian tindakan yaitu tindakan dalam
kelas sebagai upaya memperbaiki pembelajaran siswa.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah bentuk siklus desain Kemmis dan Mc. Taggart. Gambaran
Gambar 3.1
Model spiral Kemmis & Tanggart, (dalam Wiriaatmadja, 2005:66)
Gambar di atas terlihat jelas alur aktivitas dalam penelitian tindakan yang
diawali dengan tindakan (planing) yaitu rencana tindakan yang akan dilaksanakan
penerapan tindakan (action) yaitu sesuatu yang akan dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya perbaikan, perubahan, dan peningkatan yang diinginkan;
mengobservasi yaitu aktivitas mengamati proses dan hasil dari suatu tindakan
yang akan dilakukan; dan melakukan refleksi (reflection) yaitu suatu kegiatan
mengkaji, dan melihat dan mempertimbangkan hasil dari suatu tindakan.
Jika hasil refleksi menunjukan perlunya dilakukan perbaikan atas
tindakan, maka rencana tindakan yang akan dilaksanakan berikutnya mengulang
suatu tindakan dengan cara memperbaiki atau mengoptimalkan dari suatu
tindakan sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat
dipecahkan secara optimal.
Diharapkan pada akhir pertemuan tujuan penelitian dapat tercapai, yaitu
meningkatkan pembelajaran lari cepat.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitin tindakan kelas ini
berbentuk siklus yang akan dilaksanakan tiga siklus. Penulis menggunakan model
spiral Kemmis dan MC Tariggant, yaitu siklus yang dilakukan secara berulang
dan berkelanjutan. Model siklus mengikuti rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus pertama merupakan
bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya.
Langkah- langkah prosedur penelitian :
1. Perencanaan Tindakan
b. Membuat rencana pembelajaran lari cepat dengan model permainan kecil
polisi dan penyelundup.
c. Membuat lembaran observasi tindakan, pengaruh, atau masalah proses
pembelajaran lari cepat.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Melaksanakan pembelajaran lari cepat menggunakan model permainan
kecil polisi dan penyelundup.
b. Memantau dan mengoreksi kegiatan pembelajaran lari cepat menggunakan
model permainan kecil polisi dan penyelundup.
3. Observasi
Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat
pembelajaran lari cepat dengan penerapan model permainan kecil polisi dan
penyelundup, serta untuk mengumpulkan data dan membuat catatan lapangan
mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
a. Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan
tindakan.
Dalam kegiatan refleksi ini para pelaku (peneliti, guru, dan kepala
sekolah) yang terlibat dalam penelitian tindakan mempunyai banyak
kesempatan untuk meningkatkan motivasi dalam mengikuti pembelajaran
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi yang objektif dalam pengumpulan data
diperlukan adanya instrumen atau alat pengumpul data yang tepat. Dengan
penggunaan alat pengumpul data penelitian yang tepat, permasalahan yang
sebelumnya dirumuskan akan dapat dipecahkan dan terekam dengan baik. Adapun
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh observer baik pada objek penelitian yaitu
aktivitas siswa, maupun aktivitas guru. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
dan mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lari
cepat menggunakan model permainan kecil polisi dan penyelundup siswa di kelas
V SDN Cimalaka III Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Serta untuk
mengumpulkan data dan catatan lapangan yang lengkap mengenai hal-hal yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang dilakukan oleh
pewawancara kepada objek penelitian dan pihak-pihak yang terkait selama
pembelajaran tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai
proses pembelajaran yang dilakukan, yang terkait dengan penelitian.
Pedoman wawancara ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab oleh objek penelitian dan pihak yang terkait dengan pembelajaran
wawancara adalah untuk memperoleh data verbal yang memungkinkan tidak
muncul dalam observasi dan tes.
Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah, guru penjas, dan siswa
untuk memperoleh data tentang hambatan minat siswa dalam penerapan model
permainan kecil polisi dan penyelundup sebagai modifikasi pembelajaran lari
cepat.
3. Tes
Tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa. Tes yang dilakukan peneliti berupa tes praktek, yang berupa tes praktek lari
cepat.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang
terjadi dalam penerapan model permainan kecil polisi dan penyelundup sebagai
modifikasi pembelajaran lari cepat.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengolahan
data kualitatif, dilakukan saat pelaksanaan refleksi dari setiap siklus
pemerolehannya berdasarkan setiap tindakan. Pengolahan data ini dilakukan
setelah data terkumpul yang diperoleh dari seluruh instrumen penelitian hasil
observasi, wawancara, catatan lapangan, tes praktek dan data hasil dibaca,
dipelajari, dan ditelaah. Langkah selanjutnya pengolahan data yang dilakukan
a. Reduksi Data
Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian
untuk penyederhanaan, abstraksi, transformasi data kasar yang diperoleh menjadi
informasi hasil tindakan.
b. Paparan Data
Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang
digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk paparan naratif dan
representative grafik.
c. Penyimpulan
Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan
mencari makna setiap gejala yang diperolehnya yang mungkin ada, alur kausalitas
dari fenomena, dan proposisi. Selanjutnya data tersebut disusun dan
dikategorisasikan, kemudian disajikan, dimaknai, disimpulkan dan terakhir
diperiksa keabsahannya.
2. Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data dilakukan sejak awal
penelitian pada setiap aspek kegiatan penelitian. Peneliti juga dapat langsung
menganalisis apa yang diamati, situasi dan suasana kelas/lapangan, hubungan
guru dengan anak didik dan anak didik dengan teman yang lainnya. Analisis
menurut Nasution (Sugiyono 2005: 88) menyatakan bahwa :
cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Hal ini berarti bahwa peneliti akan melakukan analisis data sejak tahap
orientasi lapangan. Ini selaras dengan pendapat Miles dan Huberman (dalam
Wiriaatmaja 2005: 139) yang menyatakan "...the ideal model for data collection
and analysis is one interweaves them from the beginning" yang artinya model
ideal dari peagumpulan data dan analisis data adalah secara bergantian
berlangsung sejak awal. Pada tahap ini data ditelaah, direnungkan, dimaknai, dan
diberi penjelasan supaya data yang telah didapat dicek untuk menentukan
keabsahan data tersebut. Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data
menggunakan ketekunan pengamatan. Data yang terjaring lewat observasi di
tringulasi kepada guru dan siswa. Ini dilakukan setelah selesai pembelajaran. Hal
ini selaras dengan pernyataan Moleong (2005: 175) yang menyatakan
„Pengecekan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik, misalnya ketekunan pengamatan, perpanjangan
keikutsertaan, tringulasi dan pengecekan teman sejawat‟. Analisis data dilakukan
melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi
data adalah proses penyederhanan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan
dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data
adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan
naratif, repsentasi grafik dan sebagainya. Sedangkan penyimpulan adalah proses
pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisasikan dalam bentuk
penyetaraan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung arti
G. Validasi Data
Keabsahan data penelitian dapat dilihat dari kemampuan menilai data
dari aspek validitas data penelitian. Untuk menguji validitas penelitian dapat
dilakukan dengan teknik triangulasi, member chek, audit trial dan expert opinion.
(Wiriaatmadja: 2005).
1. Triangulasi
Memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara
kolaboratif.
2. Member Chek
Dilakukan untuk mengecek kebenaran dan kesahihan data. Dalam
proses ini data atau informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan
dikonfirmasikan kepada guru dan siswa melalui kegiatan reflektif pada setiap
akhir pembelajaran melaui diskusi.
3. Audit Trial
Mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpul data dengan cara
mendiskusikan dengan pembimbing dan teman-teman mahasiswa.
4. Expert Opinion
Pengecekan terakhir terhadap kesahihan teuan peneliti kepada pakar
profesional, dalam hal ini peneliti mengkonfirmasikan temuan kepada
pembimbing atau dosen untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berikut ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dan saran yang diperoleh
dari temuan di lapangan selama pelaksanaan penelitian pembelajaran lari sprint di
kelas V SDN Cimalaka III Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Kedua hal
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Pembelajaran lari sprint melalui model permainan kecil polisi dan
penyelundup di kelas V SDN Cimalaka III Kecamatan Cimalaka Kabupaten
Sumedang pada prosesnya meliputi perencanaan, pelaksanaan kinerja guru,
aktivitas siswa, , dan evaluasi sebagai berikut.
1. Perencanaan yang dilakukan dalam lari sprint melalui model permainan kecil
polisi dan penyelundup meliputi menyusun rencana tindakan untuk
memecahkan masalah peningkatan aktivitas KBM, salah satunya hasil belajar
siswa tentang upaya perbaikan lari sprint, perbaikan difokuskan terhadap
gerak dasar lari melalui latihan yang pertama dicobakan adalah pembelajaran
dengan permainan kecil polisi dan penyelundup perencanaan ini mencakup
menyiapkan RPP, dimana RPP terlampir, setelah RPP dibuat selanjutnya
menyiapkan instrument pengumpul data dan lain-lainnya, Rancangan
pembelajaran siklus ke I dengan alokasi waktu 2x35 menit dibagi ke dalam
bagian pendahuluan 10 menit, inti 50 menit dan penutup dan pengetesan 5
permainan dan suatu perlombaan, agar dalam proses pembelajaran banyak
variasi sehingga pembelajaran akan lebih menarik tidak menjenuhkan,
pembelajaran atletik menjadi salah satu kegiatan yang digemari dan bisa
meningkatkan kualitas fisik siswa sehingga lebih bugar dengan seperti itu
maka atletik dapat meyalurkan unsur kegembiraan dan sifat-sifat tertentu,
seperti kegigihan, semangat berlomba, dan lain-lain.
2. Pelaksanaan pembelajaran, Kinerja guru dalam pembelajaran lari sprint
melalui model permainan kecil polisi dan penyelundup mengalami
peningkatan. Berdasarkan analisis selama pembelajaran dapat dilihat
peningkatan proses pembelajaran dari setiap siklusnya. Sedangkan Aktivitas
siswa setelah pembelajaran lari sprint melalui model permainan kecil polisi
dan penyelundup mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis selama
pembelajaran dapat dilihat hampir seluruh siswa menunjukkan peningkatan
dalam aktivitas pembelajaran. Para siswa merasa senang dan bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran.
3. Peningkatan hasil belajar lari sprint yang dilaksanakan di kelas V SDN
Cimalaka III Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang melalui model
permainan kecil polisi dan penyelundup menunjukan peningkatan yang
signifikan, yakni pada data awal penelitian KKM kelas 235 yaitu (56) pada
akhir penelitian KKM kelas menjadi 420 (100).
B. Saran
Pembelajaran lari sprint melalui model permainan kecil polisi dan
hasil belajar siswa dalam melakukan lari sprint. Dengan memperhatikan hasil
penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di kelas V SDN Cimalaka III
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang ada beberapa hal yang dapat
disarankan sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut.
1. Bagi guru
a. Permainan Kecil Polisi dan Penyelundup merupakan salah satu alternatif yang
dapat digunakan dan diterapkan oleh guru pendidikan jasmani dalam
pembelajaran lari sprint. Namun demikian, guru pendidikan jasmani harus
mampu memilih dan mengembangkan teknik-teknik pembelajaran lainnya
yang cocok untuk diterapkan pada pembelajaran dengan memperhatikan
karakteristik siswa, kedalaman materi, dan hal-hal lainya yang masih perlu
dipertimbangkan.
b. Guru sebagai fasilitator harus mau dan mampu mengadakan perubahan pada
cara mengajar yang tadinya lebih banyak terpusat pada guru, sekarang harus
mulai merubahnya menjadi suatu pembelajaran yang lebih minitikberatkan
pada keaktifan dan kreatifitas peserta didik sehingga pembelajaran itu akan
lebih menarik.
2. Bagi siswa
a. Teknik gerak dasar lari sprint perlu diajarkan kepada para siswa dengan
memperhatikan tingkat perkembangan siswa.
b. Para siswa perlu dibina untuk melakukan lari sprint yang bermanfaat bagi
dirinya, sehingga dengan pembelajaran lari sprint nantinya siswa dapat
c. Diperlukan penggalian potensi masing-masing siswa dalam pelajaran
pendidikan jasmani. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan bakat yang dimiliki
setiap anak.
3. Bagi lembaga
a. Untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, maka pihak
sekolah diharapkan berupaya untuk memberikan kontribusi yang maksimal
agar pembelajaran ini berlangsung dengan tuntutan kurikulum. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran baik
untuk siswa maupun guru.
b. Pembinaan dan pelatihan yang intensif terhadap para guru juga perlu diadakan
oleh pihak sekolah, ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kemampuan
mengajarnya dalam rangka inovasi pembelajaran pendidikan jasmani.
4. Bagi peneliti lain
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bandingan sekaligus landasan
penelitian lanjut yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang
akan melakukan penelitian khususnya dengan menjadikan permainan
tradisional dalam pembelajaran sebagai tindakan.
c. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tindakan kelas hendaknya
menggunakan sumber yang lebih banyak lagi, sehingga temuan-temuan dalam