• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ENGLISH TIME DI JOGJA GREEN SCHOOL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI ENGLISH TIME DI JOGJA GREEN SCHOOL."

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ENGLISH TIME DI JOGJA GREEN SCHOOL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dewi Zuricha Pratiwi NIM 11108241152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam

hati mereka, karena itu berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka pelajaran dan katakan kepada mereka Qaulan Baligha -perkataan yang berbekas

pada jiwa mereka.”

(Terjemahan QS An-Nisa ayat 63)

“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.”

(Terjemahan QS. Az Zumar: 9)

Sabar itu ilmu tingkat tinggi. Belajarnya setiap hari. Latihannya setiap saat.

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu dan bapak tersayang, Wiwik Suryani dan Sutardi beserta adiku. 2. Almamaterku tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

IMPLEMENTASI ENGLISH TIME DI JOGJA GREEN SCHOOL Oleh

Dewi Zuricha Pratiwi NIM 11108241152

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kegiatan English Time di Jogja Green School. Fokus penelitian adalah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran bahasa Inggris.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek utama penelitian ini adalah guru dan siswa Sekolah Dasar Jogja Green School. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang mencakup data condensation, data display, dan conclusion drawing/ verifying. Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perencanaan kegiatan English Time telah sesuai dengan tujuan umum Kurikulum 2013 serta visi sekolah, (2) penyusunan DLP sudah sesuai dengan standar proses penyusunan RPP Kurikulum 2013, (3) English Time dirancang sedemikian rupa melalui variasi kegiatan berdasarkan karakteristik siswa sekolah dasar, (4) bilingualism merupakan pedoman yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris di Jogja Green School. Pelaksanaan kegiatan English Time mencakup (1) pengajaran grammar, vocabulary, dan pronounciation dilakukan secara terpadu, (2) banyak dilakukan kegiatan Listening dan Speaking sesuai tujuan utama yaitu untuk membiasakan anak berbicara dengan bahasa Inggris, (3) variasi kegiatan selalu dilakukan to make English fun, (4) kegitaan English Time dilaksanakan dalam konteks pembelajaran bermakna, (5) kegiatan Reading dan Writing belum menjadi prioritas terutama di level rendah, (6) kegiatan pembelajaran tidak selalu dilaksanakan melalui urutan kegiatan pendahuluan, isi dan penutup. Penilaian pembelajaran di Jogja Green School mencakup (1) semua kegiatan pembelajaran dinilai dalam bentuk deskripsi yang dilaporkan dalan News Letter, (2) penilaian pembelajaran bahasa Inggris tidak dilakukan secara spesifik namun masuk dalam penilaian pembelajaran secara keseluruhan, (3) selama proses kegiatan English Time guru lebih sering memberikan compliment terhadap pencapaian yang dilakukan oleh siswa, pada tingkat yang lebih tinggi penilaian dilakukan dengan penilaian proses.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Implementasi English Time di Jogja Green School” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi telah memberi

banyak pelajaran dan pengalaman berharga bagi penulis.

Terselesaikannya skripsi tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, maka dari itu penulis menampaikan terima kasih kepada.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. beserta jajaran Wakil Rektor I, II, III, dan IV yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk belajar di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Dr. Haryanto, M. Pd. bersama jajaran Wakil Dekan I, II, dan III yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY, Drs. Suparlan, M. Pd. I. dan Fathurrahman, M. Pd.yang telah memberikan

kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak P. Sarjiman, M. Pd. Dan Bapak Dr. Ali Mustadi, M. Pd. yang telah

memberikan bimbingan, semangat, serta doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Sri Rochadi, M. Pd. selaku dosen pendamping akademik yang selalu

(9)

6. Seluruh dosen PGSD FIP yang telah bersedia membagikan ilmu selama penulis belajar di UNY.

7. Ibu Suyantiningsih, M. Ed. selaku dosen jurusan KTP/ TP FIP UNY yang

telah bersedia me-review instrumen penelitian dan memberikan bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan baik.

8. Bapak, Sutardi dan Ibu, Wiwik Suryani yang tiada putus memberikan doa, dukungan, nasihat, serta semangat dalam kesederhanaannya.

9. Adik, Winda Restiana dengan keluguannya memberiku kesempatan untuk

dapat menyelesaikan studiku hingga skripsi ini berhasil ditulis.

10. Bulik dan Om, Iin dan Wito, yang setia mendengar kisah perjuanganku,

terima kasih atas doa dan bantuannya.

11. Kepala Jogja Green School yang telah memberikan izin penelitian sehingga penulis dapat mengambil data di sekolah tersebut.

12. Kepala sekolah, segenap guru, dan siswa kelas I-IV Jogja Green School yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.

13. Sahabat-sahabat angkatan 2011, khususnya untuk PGSD kelas D kampus

UPP II FIP UNY yang saling memberikan semangat dan doa.

14. Keluarga „asosialita‟ (April, Aisah, Kia, Zidni, Nastiti, Karin) sahabat seperjuangan, terima kasih atas doa, bantuan, dan dukungannya.

15. Sahabat, Mifta dan Dwi, perjuanganku takkan berarti tanpa doa, motivasi, dan bantuan dari kalian, terima kasih.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Fokus Penelitian ... 6

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pembelajaran Bahasa Inggris ... 8

B. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 9

C.Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 11

1. Komponen Pembelajaran Bahasa Inggris ... 11

a. Grammar (Tata Bahasa) ... 12

b. Vocabulary (Kosakata) ... 14

(12)

a. Preproduction ... 16

b. Early Production ... 16

c. Extending Production ... 16

3. Metode Pengajaran Bahasa Inggris ... 17

4. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 19

a. Listening (Kegiatan Mendengarkan/ Menyimak) ... 21

b. Speaking (Kegiatan Berbicara) ... 23

c. Reading (Kegiatan Membaca) ... 24

d. Writing (Kegiatan Menulis) ... 26

D.Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris ... 27

E. Perkembangan Linguistik (Perkembangan Bahasa Inggris) Anak ... 28

1. Perkembangan Kosakata ... 28

2. Perkembangan Sintaksis ... 29

3. Perkembangan Kemampuan Mendengarkan ... 29

4. Perkembangan Kemampuan Komunikasi Lisan ... 29

5. Perkembangan Kesadaran Metalinguistik ... 30

F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar dalam Belajar Bahasa Inggris ... 30

G.Kerangka Pikir ... 32

H.Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian ... 37

C.Subyek Penelitian ... 37

D.Sumber Data ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Observasi Partisipatif ... 38

2. Wawancara Mendalam ... 39

3. Dokumentasi ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 41

1. Lembar Observasi Partisipatif ... 41

(13)

3. Dokumentasi ... 43

G.Teknik Analisis Data ... 44

H. Keabsahan Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

1. Lokasi Sekolah... 49

2. Visi dan Misi Sekolah ... 49

B. Deskripsi Subyek dan Obyek Penelitian ... 50

C.Hasil Penelitian ... 50

1. Perencanaan English Time ... 50

2. Pelaksanaan English Time ... 55

3. Penilaian English Time ... 65

D. Pembahasan ... 66

1. Perencanaan English Time... 66

2. Pelaksanaan English Time ... 69

3. Penilaian English Time ... 78

E. Keterbatasan Penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(14)

DAFTAR TABEL

Hal

(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Tahap Pembelajaran Kosakata ... 14

Gambar 2. Kemampuan Reseptif Bahasa Inggris Anak... 20

Gambar 3. Kemampuan Produktif Bahasa Inggris Anak ... 20

Gambar 4. Konsep Dasar Keterampilan Berbicara ... 22

(16)

DAFTAR BAGAN

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Lembar Observasi Partisipatif Implementasi English Time ... 85

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Mendalam Program English Time untuk Guru ... 92

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Mendalam Program English Time untuk Siswa ... 95

Lampiran 4. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 1 ... 97

Lampiran 5. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 2 ... 105

Lampiran 6. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 3 ... 112

Lampiran 7. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 4 ... 119

Lampiran 8. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 5 ... 127

Lampiran 9. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 6 ... 135

Lampiran 10. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 7 ... 143

Lampiran 11. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 8 ... 151

Lampiran 12. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 9 ... 158

Lampiran 13. Kondensasi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Guru ... 165

Lampiran 14. Kondensasi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Siswa ... 175

Lampiran 15. Triangulasi Data ... 179

Lampiran 16. Foto ... 185

Lampiran 17. Dokumen DLP ... 190

Lampiran 18. Dokumen Sumber Materi dan Media Pembelajaran... 193

Lampiran 19. Surat Pernyataan Review Instrumen... 199

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak digunakan di dunia.

Ketika kepala-kepala pemerintahan bertemu, Bahasa Inggris adalah bahasa

yang paling sering digunakan. Dan ketika orang-orang dari bangsa yang

berbeda saling bertemu, bahasa Inggris adalah satu-satunya bahasa

penghubung yang digunakan oleh mereka. Bahasa Inggris merupakan bahasa

international yang digunakan dalam berkomunikasi terutama dalam dunia

usaha, salah satu contohnya adalah komunikasi dalam bisnis. Dalam sektror

tersebut bahasa Inggris merupakan bahasa yang mempersatukan

perbedaan-perbedaan antarnegara. Oleh karena itu untuk memasuki suatu usaha ataupun

kegiatan perekonomian sangat dituntut untuk menguasai bahasa international

terutama bagi usaha yang mempunyai aktivitas berhubungan dengan

perusahaan-perusahaan di tingkat internasional.

Pada 31 Desember 2015 Indonesia akan memasuki era ASEAN

Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ada

beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran barang dan jasa

bagi negara-negara ASEAN dengan bebas, dampak arus investasi secara bebas,

dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus modal secara bebas.

Dampak tersebut membuka peluang dan tantangan bagi negara-negara

anggotanya, termasuk Indonesia. Sementara tantangan yang harus dihadapi

(19)

sangat besar, tentunya akan menjadi tujuan pasar bagi produk-produk

Negara ASEAN lainnya. Fakta lain menunjukkan bahwa hingga tahun 2012

kualitas SDM di Indonesia masih menempati urutan 121 dari 187 negara, hal

tersebut telah dikomparasikan oleh lembaga dibawah PBB, UNDP (United

Nations Development Program).

Dalam era globalisasi ini, pemerintah menyadari pentingnya peran

bahasa Inggris dan sumber daya manusia yang memiliki kendala

berkomunikasi berbahsa Inggris, yang di Indonesia merupakan bahasa asing.

Pembicaraan tentang SDM tidak dapat lepas dari dunia pendidikan, sebab dasar

dari pembentukan SDM yang berkualitas berasal dari pendidikan yang bermutu.

Pendidikan yang berkualitas serta mampu memenuhi kebutuhan dan tantangan

global akan melahirkan SDM yang berkualitas, begitu pula sebaliknya.

Pendidikan dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional diartikan sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, dan bangsa. (Arif Rohman, 2009: 10).

Menanggapi hal tersebut, pemerintah menyusun kebijakan-kebijakan

baru yang ditempuh guna mencapai tujuan Pendidikan Nasional, salah satunya

yakni Kurikulun 2013. Kurikulum 2013 merupakan upaya untuk tematik

integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan

pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata

(20)

kegiatan pembelajaarn yang sifatnya diluar jam pelajaran atau ekstrakurikuler. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar merupakan wewenang sekolah untuk menentukan apakah pelajaran tersebut perlu diberikan di sekolahnya.

Jika diperlukan, dimulai kelas berapa, dalam seminggu berapa jam, dan lain sebagainya. Diperlukan keputusan yang cermat pula mengenai tenaga pendidik

serta bahan atau materi ajarnya. Mengingat akan diberlakukannya MEA, tentu bahasa Inggris menjadi penting sebab setiap negara di anggota ASEAN

memiliki bahasa yang berbeda-beda yang menjadikan Bahasa Ingrris perlu

dipelajari sedini mungkin.

Pada kenyataannya pembelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar

dirasa kurang „perlu‟ oleh sebagian masyarakat sehingga pemerintah

melahirkan kebijakan yang menjadikan pembelajaran bahasa Inggris „tidak

harus‟ dilaksanakan oleh setiap sekolah dasar. Di sisi lain penelitian Fathman

(2007: 98) terhadap 200 anak berusia 6 - 15 tahun yang belajar Bahasa Inggris

sebagai bahasa kedua di sekolah di AS, menunjukkan bahwa anak yang lebih

muda (usia 6 - 10 tahun) lebih berhasil pada penguasaan fonologi (tata bunyi)

Bahasa Inggris. Sedangkan pada anak lebih tua (11 - 15 tahun) lebih berhasil

pada penguasaan morfologi (satuan bentuk bahasa terkecil) dan sintaksisnya

(susunan kata dan kalimat).

Pembelajaran bahasa Inggris yang yang telah dilaksanakan oleh sebagian sekolah yang dasar masih bersifat teoritik. Materi bahasa Inggris diajarkan secara „kaku‟, masih mengedepankan pembelajaran bahasa Inggris secara

(21)

kehidupan sehari-hari. Dalam kaitan ini, beberapa sekolah dasar terutama di kota-kota besar telah mengajarkan bahasa Inggris kepada siswanya. Namun, banyak guru yang ditugaskan mengajarkan bahasa Inggris bukanlah guru yang telah dipersiapkan tetapi guru yang „terpaksa‟ mengajar bahasa Inggris karena

ditugaskan kepala sekolah (Panjaitan, 2007). Proses pengajaran bahasa Inggris

untuk anak bukanlah hal yang mudah. Issu yang sering muncul dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar tentang rendahnya rasa percaya diri (self-confidence) anak karena merasa masih ada „jarak‟ dengan bahasa Inggris. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa pembelajaran dan pemerolehan bahasa asing akan lebih baik dilakukan sejak dini, dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan komunikatif, sehingga para guru harus memiliki berbagai keterampilan dalam menyajikan materi pembelajaran, kreatif dalam menyiapkan materi pembelajaran, memanfaatkan media, menciptakan situasi

dan kegiatan yang mendorong siswa berperan aktif.

Jogja Green School sebagai salah satu sekolah dasar yang mengedepankan bahasa Inggris sebagai suatu keterampilan yang perlu dikuasai

anak sejak dini, berusaha membentuk keterampilan bahasa Inggris siswa dengan melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris. Bahasa Inggris dikenalkan

kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Melalui program International Language Community, Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan komunikasi sehari-hari di sekolah (dilakukan sejak kelas

(22)

Kegiatan English Time merupakan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan setiap pagi selama kurang lebih 30 menit untuk membekali siswa dengan keterampilan bahasa Inggris sehingga dapat diaplikasikan secara

sederhana dalam kehidupan sehari-hari serta dalam pembelajaran secara keseluruhan sebagai bahasa pengantar pembelajaran disamping bahasa

Indonesia. Tujuan utama kegiatan English Time adalah untuk menumbuhkan spoken skills siswa agar tidak „canggung‟ dalam penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal bagi siswa ke jenjang

selanjutnya.

Sebagai sekolah dengan model pendidikan berbasis alam, Jogja Green

School menyajikan sistem pembelajaran yang bernuansa menyenangkan bagi siswa dan guru. Dari desain bangunan, model-model permainan, sarana dan prasarana, administrasi perkantoran, hingga proses dan kurikulum

pembelajaran mengedepankan prinsip-prinsip sustainable (berkelanjutan). English Time merupakan salah satu program unggulan di antara beberapa keunggulan lain yang dimiliki oleh Jogja Green School mengenai sistem

pembelajaran, antara lain: Scud Memory Methode, Multiple Intelligence

Programme, International Language Community, Religion Programme, Health

Programme, serta Brain Gym Community.

Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat

dikaji mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Jogja Green School.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran Bahasa

(23)

pelaksanaan program English Time di sekolah tersebut dengan bekerjasama

dengan pihak sekolah.

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang terkait dengan beberapa hal yang dapat dikaji

mengenai sistem pembelajaran di Jogja Green School dan supaya data yang diperoleh tidak terlalu luas, penelitian ini difokuskan pada implementasi

English Time di Jogja Green School.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

bagaimanakah implementasi English Time di Jogja Green School?

D.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan program

English Time di Jogja Green School.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Sekolah/ guru

(24)

2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan-kebijakan baru yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris pada tingkat

sekolah dasar.

3. Penelitian lebih lanjut

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Bahasa Inggris

Sugihartono, dkk (2007: 81) menyatakan bahwa pembelajaran

merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem

lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan

belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Dalam

Permendikbud Nomor 81A Tahun 2014 Tentang Pedoman Umum

Pembelajaran disebutkan bahwa,

“Pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, dan berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia”.

Udin Syaefudin Sa‟ud (2012: 124) menegaskan bahwa pembelajaran

sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan,

dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai

tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif. Dari beberapa

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan

yang melibatkan pendidik dan peserta didik dalam rangka mengembangkan

potensi peserta didik dan mencapai tujuan yang telah direncanakan,

dilaksanakan melalui berbagai metode serta dievaluasi agar mencapai hasil

(26)

Sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri atas beberapa komponen seperti yang disebutkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 41) antara lain: (a) tujuan, (b) bahan pelajaran, (c) kegiatan belajar-mengajar,

(d) metode, (e) alat, (f) sumber pelajaran, serta (f) evaluasi. Pembelajaran bahasa Inggris merupakan kegiatan yang merujuk pada kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada komponen keterampilan berbahasa Inggris untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, dilaksanakan melalui berbagai metode pengajaran bahasa Inggris, serta dievaluasi agar mencapai hasil yang

optimal. Kegiatan English Time mengacu pada kegiatan pengembangan keterampilan bahasa anak yang dilakukan dengan berbagai metode

pembelajaran.

B.Perencanaan Pembelajaran Bahasa Inggris

Untuk melaksanakan pembelajaran diperlukan landasan dalam menyusun

perencanaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum menurut

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 merupakan seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan , isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang dilakukan dituangkan dalam skenario pembelajaran. Beberapa

hal yang harus diperhatikan dalam menyususn skenario pembelajaran menurut

Mulyasa (Abdul Majid, 2007: 94) yaitu: (1) rumusan kompetensi dalam

(27)

sederhana serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan

kompetensi siswa, (3) kegiatan yang disusun harus menunjang dan sesuai

dengan kompetensi yang telah dilaksanakan, (4) persiapan mengajar yang

dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya, dan (5)

harus ada koordinasi antarkomponen program sekolah.

Penyusunan perencanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013

mengacu pada pembelajaran tematik sehingga dinamakan sebagai RPP

Tematik Terpadu, tidak ada pemisahan perencanaan untuk setiap mata

pelajaran. Berdasarkan Materi Implementasi Kurikulum 2013, penyusunan

RPP Tematik Terpadu seyogyanya mengacu pada komponen penyusunan RPP

dari Standar Proses yang meliputi: (1) identitas, (2) Kompetensi Inti, (3)

Kompetensi Dasar, (4) Indikator, (5) tujuan pembelajaran, (6) materi

pembelajaran, (7) metode pembelajaran, (8) langkah pembelajaran, (9) sumber

dan media, dan (10) penilaian.

Perencanaan pembelajaran bahasa Inggris, yang mana menurut kebijakan

Kurikulum 2013 tidak termasuk pada pembelajaran intrakurikuler,

menyesuaikan pada pedoman umum perencanaan pembelajaran (Tematik)

berdasarkan Implementasi Pembelajaran Kurikulum 2013. Hal ini menjadi

otoritas sekolah untuk merencanakan serta melaksanakan pembelajaran bahasa

(28)

C.Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Inggris

Pelaksanaan pembelajaran (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2010: 1)

adalah suatu kegiatan yang bersifat edukatif, dikarenakan pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentuyang

telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Pelaksanaan

pembelajaran merupakan operasionalisasidari perencanaan pembelajaran,

sehingga tidak terlepas dari perencanaan pembelajaran yang telah disusun.

Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi belajar

mengajar yang terdapat faktor yang saling berhubungan, antara lain: tujuan

pembelajaran, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan,

metode yang digunakan, alat bantu mengajar, prosedur penilaian serta suasana

mengajar.

1. Komponen Pembelajaran Bahasa Inggris

Dalam pembelajaran bahasa, baik bahasa pertama, kedua, atau bahasa

asing, pengajaran komponen bahasa merupakan komponen dari program

bahasa. Meskipun mengajar praktis di lapangan berlangsung secara terpadu,

pendidik perlu memahami konsep penting yang berkaitan dengan ketiga

komponen bahasa, terutama mengenai komponen bahasa Inggris. Kasihani K.E

Suyanto (2010: 57) mengungkapkan, pada umumnya komponen bahasa terdiri dari tiga, yaitu grammar (tata bahasa), vocabulary (kosakata), dan

(29)

a. Grammar (Tata Bahasa)

Tata bahasa merupakan aturan yang harus diikuti dalam

mempelajari suatu bahasa dengan benar. Komponen ini adalah kerangka

bahasa yang harus diikuti agar bahasa bisa diterima. Istilah structure atau

grammar sering dipakai dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk

komponen pertama ini.

Kegiatan pembelajaran bahasa Ingrris pada tingkat sekolah dasar

sebaiknya tidak memberikan grammar dalam bentuk rumus, pola kalimat,

atau aturan bahasa yang harus dihafalkan oleh siswa. Grammar baiknya

diajarkan dalam bentuk terintegrasi dengan kosakata (vocabulary) dalam

kalimat pernyataan, misalnya melalui tanya jawab atau wacana yang

langsung diberikan sebagai suatu bentuk bahasa yang utuh dan bermakna.

Berikut beberapa teknik pengajaran grammar di sekolah dasar.

1) Menyajikan pola atau kaidah berbahasa Inggris yang sederhana,

misalnya penggunaan tenses (simple present), pola kalimat sehari-hari

(subyek + kata kerja + obyek), bentuk singular-plural, kata ganti, dan

lain sebagainya.

2) Menyajikan pola-pola yang paling sederhana terlebih dahulu dan

urutkan materi dari yang mudah, setahap demi setahap menuju ke

materi yang lebih sulit.

3) Menyajikan butir grammar dalam konteks yang bermakna bagi siswa,

(30)

4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pola tersebut,

misalnya siswa diminta bertanya kepada temannya atau pada guru.

5) Drill dapat dilakukan untuk memantapkan siswa mengenai pola

tertentu.

6) Gunakan gambar bila perlu.

b. Vocabulary (Kosakata)

Kosakata merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu

bahasa dan memberikan makna bila ketika digunakan. Kosakata bahasa

Inggris yang perlu dipelajari oleh siswa pada tingkat sekolah dasar

diperkirakan sebanyak lebih kurang 500 kata.

Pada umumnya, anak-anak lebih cepat belajar katakata bila

ditunjang dengan alat peraga, misalnya gambar atau benda nyata. Selain

itu kosakata perlu disajikan dalam konteks. Kenyataan menunjukkan

bahwa bila kata disajikan dalam konteks (dan bukan kata lepas) ,

pembelajaran akan berlangsung lebih konkret dan lancar sebab siswa

mempunyai pemahaman yang utuh, terutama konteks yang berkaitan

dengan dunia anak.

Secara sederhana pembelajaran kosakata dapat dilakukan melalui

(31)
[image:31.595.129.529.88.244.2]

Gambar 1. Tahap Pembelajaran Kosakata

Sumber: Kasihani K.E. Suyanto (2010:48)

1. Introducing : memperkenalkan kata baru dengan ucapan yang

jelas dan benar, menggunakan gambar atau benda nyata.

2. Modeling : memberikan contoh dengan bertindak sebagai model.

3. Practicing : melatih siswa untuk menirukan dan berlatih.

4. Applying : memberi kesempatan siswa untuk menerapkan dalam

situasi yang tepat dengan bantuan guru.

Pembelajaran kosakata untuk kelas rendah (lower classes)lebih

banyak digunakan dengan teknik Listen And Repeat, sedangkan untuk

upper classes, memperkenalkan kosakata yang lebih bervariasi.

Menurut Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 50), pemula

pembelajar bahasa Inggris mengerti apa yang mereka dengar dan baca

dalam hal kosakata yang mereka kenali, serta kemampuan

mengekspresikan arti terbatas pada kosakata yang telah mereka dalami.

Kata tunggal sejatinya merupakan salah satu bagian dari pengembangan

kosakata. Kata tunggal merupakan petunjuk pertama untuk dapat

mengartikan bagi pembelajar pemula, dan pondasi utama untuk 1. Introducing

3. Practicing

(32)

mengekspresikan arti suatu kalimat atau bacaan. Storytelling dan story

reading menyediakan jembatan untuk mempelajari kosakata baru.

c. Pronounciation (Pengucapan)

Pronounciation merupakan cara mengucapkan kata-kata suatu

bahasa. Ucapan bahasa Inggris sangat berbeda dengan sistem ucapan

bahasa ibu atau bahasa Indonesia. Untuk siswa sekolah dasar perlu

diberikan perhatian khusus untuk huruf tertentu yang sering

menimbulkan kesulitan ucapan (a-e, g-j, h-r, dan y-z). Selain itu ada

tekanan (stress) dalam bahasa Inggris, sebagian besar pada kata benda,

kerja, sifat dan keterangan.

Secara umum, ada dua intonasi dalam kalimat bahasa Inggris, yaitu

rising intonation (intonasi naik) dan falling intonation (intonasi turun).

Intonasi dalam bahasa Inggris dapat juga bermakna lain. Pelafalan yang

benar perlu diberikan sejak awal. Hal ini akan berpengaruh pada

keterampilan berbicara.

Pengajaran pronounciation secara langsung bagi siswa kelas

rendah menurut Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 60) mendorong

siswa untuk fokus pada segi permukaan bahasa dari pada artinya. Metode

ini merupakan cara mengajak siswa listen for speaking daripada listen for

meaning, mendukung mereka untuk sekedar parrot language daripada

(33)

2. Tahap Pembelajaran Bahasa Inggris

Spangenberg-Urbschat & Pritchard (Donoghue, 2009: 37) dalam

penelitiannya mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa asing adalah hampir

sama dengan bahasa ibu. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan 3

hal mengenai pembelajaran bahasa asing: a. Usia siswa bukan menjadi poin

utama karena strategi pembelajaran bahasa hampir sama, b. Siswa belajar

mealui tahap berkembang, seperti ketika mereka belajar bahasa ibu, c. siswa

harus diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan bahasa yang dipelajarinya

pada situasi tertentu.

Selanjutnya Krashen dan Terrel merumuskan tingkatan dalam

pembelajaran bahasa Inggris sebagai berikut.

a. Preproduction (Tahap Preproduksi)

Tahap ini disebut juga tahap diam. Siswa hanya aktif

mendengarkan dan memahami. Guru lebih banyak berbicara,

mendominasi pembelajaran. Siswa merespon perintah-perintah sederhana.

b. Early Production (Tahap Penerapan Awal)

Pada tahap ini siswa mampu menggunakan kata tunggal hingga

frasa-frasa pendek sederhana. Guru biasanya mengajukan pertanyaan

yang jawabannya satu kata atau sekedar “ya” dan “tidak”.

c. Extending Production (Tahap Pengembangan)

Siswa mulai dapat menggunakan kalimat pada tahap ini, dapat

(34)

3. Metode Pengajaran Bahasa Inggris

Ahmad Izzan (2010: 39) menjelaskan terdapat beberapa metode yang

digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing sebagai

berikut.

a. Direct Method. Tujuan utama dari metode langsung adalah agar siswa

mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Untuk mencapai tujuan ini

siswa diberi latihan untuk mengasosiasi kata, frasa, dan kalimat dengan

artinya melalui demonstrasi, gerakan, serta ekspresi.

b. Natural Method. Menurut metode alamiah bahasa ibu tidak boleh terlibat

dan digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris, demikian pula

terjemahan. Dalam proses belajar siswa digiring ke alam ketika ia

mempelajari bahasa ibu.

c. Psichological Method. Metode ini juga berhubungan erat dengan metode

langsung. Disebut metode psikologi karena proses pembelajarannya

berdasarkan pengamatan perkembangan mental dan asosiasi pikiran.

d. Phonetic Method. Metode ini dikenal juga dengan nama metode ucapan

(oral method). Pembelajaran diawali dengan latihan pendengaran (ear

training) diikuti dengan latihan pengucapan bunyi , lalu merangkai

kalimat dalam percakapan.

e. Reading Method. Tujuannya adalah untuk memberikan siswa

kemampuan memahami teks yang diperlukan dalam studi mereka dengan

menyajikan teks bacaan kemudian pembicaraan mengenai isi, tata bahasa,

(35)

f. Grammar Method. Guru memberikan kaidah kaidah tata bahasa bahasa

Inggris agar siswa dapat menerapkannya pada terjemahannya.

g. Translation Method. Metode ini diawali dengan menerjemahkan bahasa

Inggris ke dalam bahasa Indonesia, kemudian sebaliknya sehingga

pemahaman arti dapat ditangkap denga jelas oleh siswa. Namun, metode

ini tidak dapat digunakan untuk mencapai kemampuan berbahasa secara

aktif dan akurat.

h. Grammar-Translate Method. Kegiatan belajar terdiri dari penghafalan

tata bahasa Inggris dan penerjemahan tanpa kaitan dalam kalimat.

i. Eclectic Method. Kemahiran berbahasa Inggris diajarkan melalui urutan:

percakapan, latihan menulis, memahami (comperehenssion), dan

membaca.

j. Unit Method. Penyajian bahan ajar dilakukan oleh siswa dan

diterjemahkan oleh guru ke dalam bahasa Inggris kemudian guru

memberikan uraian dan penjelasan khusus mengenai tata-bahasanya.

k. Language Control Method. Merupakan cara pengajaran bahasa Inggris

yang didasarkan atas pemilihan kata dan struktur kaliamt dari segi

frekuensi pemakai dan penggunaannya.

l. Mimicry-Memorization Method. Pengajaran bahasa Inggris dengan

proses pengingatan menggunakan kekuatan memori. Latihan selain

diberikan oleh guru, juga oleh native informant. Kegiatan belajar berupa

(36)

pengucapan dan penggunaan kosakata dengan meniru sampai akhirnya

menjadi hapal.

m.Practice-Theory Method. Dalam metode ini yang diutamakan adalah

praktek, baru kemudian teori. Metode ini sebenarnya kelanjutan dari

metode mim-mem.

n. Cognate Method. Siswa mempelajari kata bahasa Inggris dasar yang

mirip dengan kata dalam bahasa ibu, baik dalam bentuk maupun arti.

o. Dual-Language Method. Agak mirip dengan metode kognasi berdasarkan

persamaan dan perbedaan antara kedua bahasa.Perbandingan tersebut

tidak terbatas pada kata-kata, tetapi juga pada sistem bunyi dan gramatika

kedua bahasa.

Selain lima belas macam metode tersebut, masih ada beberapa metode

pembelajaran bahasa Inggris yang merupakan variasi dari metode-metode

tersebut misalnya metode situasi (situation method), metode percakapan

(conversation method), dan metode dasar (basic method).Secara garis besar

prosedur pengajaran bahasa Inggris ada dua yaitu langsung (direct method) dan

tak langsung (indirect method). Dalam suatu pengajaran bahasa Inggris juga

tidak hanya bertumpu pada satu metode saja untuk proses pembelajaran secara

keseluruhan, pengajaran bahasa Iggris dapat dilakukan dengan beberapa

metode sesuai dengan konteks yang diajarkan.

4. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

(37)

dan menengah. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKLSP)

dikembangkan berdasarkan setiap satuan pendidikan. Untuk bahasa Inggris di

sekolah dasar antara lain: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Hal ini sesuai dengan kemampuan bahasa yang dimiliki anak antara lain

keterampilan pemahaman (kemampuan reseptif) dan keterampilan

pengungkapan pikiran (kemampuan produktif). Konsep ini dituangkan dalam

[image:37.595.120.518.276.646.2]

denah sederhana berikut.

Gambar 2. Kemampuan Reseptif Bahasa Inggris Anak

(a)Kemampuan Reseptif

Gambar 3. Kemampuan Produktif Bahasa Inggris Anak

(b)Kemampuan Productif

B

Sumber: Ahmad Izzan (2010: 77)

Keterangan:

M1 = Menyimak Suara (speech sound) Identifikasi suara (fonem, morfem) Decoding Tulisan Identifikasi huruf (kata, frasa, kalimat) Decoding Konsep (ide) M1 Konsep (ide) M2 Konsep (ide) Menyusun bunyi jadi kata,

frasa, kalimat

Encoding

Konsep (ide)

Menyusun huruf jadi kata,

(38)

M3 = Mengarang

B = Berbicara

Proses decoding ialalah proses mengidentifikasi bunyi- bunyi dan

mengubahnya menjadi ide tau konsep. Sementara proses encoding yaitu proses

seleksi bunyi, fonem, dan morfem yang akan disusun dalam bentuk bahasa.

Kemampuan reseptif terdiri dari kegiatan menyimak dan membaca, sedangkan

kemampuan produktif terdiri dari kegiatan menulis/ mengarang dan berbicara.

Menurut Yanuarita Widi Astuti dan Ali Mustadi (2014: 250), keempat

keterampilan berbahasa tersebut terkait dan saling menunjang satu sama lain. Setiap keterampilan erat sekali hubungannya dengan ketiga ketrampilan yang

lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang kronologis dan hirarkis, yaitu mula-mula belajar menyimak, lalu berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Berikut

beberapa kajian mengenai empat kegiatan yang mengembangkan keterampilan bahasa Inggris bagi anak.

a. Listening (Kegiatan Mendengarkan/ Menyimak)

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 281) menyatakan

tujuan pembelajaran keterampilan menyimak bagi tingkat pemula yaitu

dapat memahami tuturan (pernyataan) singkat (sederhana), dengan

cakupan materi antara lain: benda-benda yang ada di dalam kelas, warna,

binatang, angka 1-100, waktu (jam, hari, bulan, tahun), istilah

(39)

Menurut Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 71), Listening

merupakan sarana utama bagi kelas rendah dimana siswa melakukan

kontak awal dengan bahasa Inggris yang mereka pelajari. Bagi siswa

sekolah dasar, menyimak adalah suatu kegiatan yang tidak mudah karena

kosakata bahasa Inggris mereka masih terbatas. Kesulitan merekat

terbantu ketika apa yang disampaikan guru diiringi dengan gerakan

tangan, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh. Berikut beberapa contoh

kegiatan listening.

1) Listen and Imitate

Digunakan untuk mempelajari kosakata baru. Siswa

mendengarkan dulu apa yang dikatakan oleh guru kemudian

menirukan dengan ucapan yang benar.

2) Listen and Repeat

Kegiatan ini berupa permainan. Guru membisikkan kalimat/

frasa dalam Bahasa Inggris pada siswa pertama, lalu siswa pertama

pertama membisikkan kalimat/ frasa tersebut pada siswa kedua dan

seterusnya. Guru akan mengecek apakah kalimat yang disampaikan

siswa terakhir sama dengan apa yang diberikan guru.

3) Listen and Follow Instructions

Dalam kegiatan ini siswa harus mendengarkan dengan seksama

instruksi yang diberikan guru kemudian diikuti dengan mengerjakan

kegiatan sesuai instruksi, misalnya listen and guess atau listen and do

(40)

4) Listen and Match

Dalam kegiatan ini siswa memenghubungkan gambar dengan

kalimat yang baru saja disampaikan guru.

[image:40.595.108.549.166.383.2]

b. Speaking (Kegiatan Berbicara)

Gambar 4. Konsep Dasar Keterampilan Berbicara

Sumber: Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 286)

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 286) tujuan

pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta

didik dapat:

1) melafalkan bunyi-bunyi bahasa,

2) menyampaikan informasi,

3) menyatakan setuju atau tidak setuju,

4) menjelaskan identitas diri,

5) menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan,

6) menyatakan ungkapan rasa hormat,

7) bermain peran.

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan

Penyimak Pembicaraan Media Sarana

Interaksi

(41)

Dalam kegiatan speaking guru harus memperhatikan tujuan dari

kegiaan tersebut. Pada speaking terkontrol tujuannya adalah untuk

mempraktikkan bahasa yang dipelajari dengan benar dan mengutamakan

accuracy, guru dapat mengoreksi kesalahan pada waktu itu juga.

Dalam speaking yang bersifat lebih bebas, misalnya dalam kegiatan

games, role play, dan questions and answer, tujuannya adalah

memberikan semangat kepada siswa untuk mengemukakan idenya serta

fokus pada content dan bukan pada struktur. Kegiatan speaking bisa

berupa: short dialogue, questions and answer, games, role play, retelling

story, dan sebagainya.

Menurut Helenn Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 36),

games merupakan metode familiar yang diciptakan guru sekolah dasar

dan menengah untuk pembelajaran bahasa asing. Permainan juga

menyediakan hubungan emosional dan indera bermain yang dapat

memperbanyak pengetahuan dan memori. Guru memilih atau

menciptakan permainan untuk memperkenalkan dan mempraktekkan

bahasa Inggris yang kemudian siswa bisa menerapkannya dalam konteks

yang natural untuk tujuan yang komunikatif.

Sarana lain untuk menghubungkan bahasa dengan action antara

lain songs, rhymes, dan finger-plays yang melibatkan motorik fisik anak.

c. Reading (Keterampilan Membaca)

Prinsip pembelajaran keterampilan membaca yaitu reading for

(42)

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 289) mengemukakan tujuan

keterampilan membaca untuk tingkat dasar (pemula) sebagai berikut:

- mengenali lambang-lambang,

- mengenali kata atau kalimat,

- menemukan ide pokok dan kata kunci,

- menceritakan kembali isi bacaan pendek.

Dalam kegiatan membaca siswa tidak harus mengerti arti kata per

kata bahasa Inggris, yang penting mereka dapat mengerti konteks dari

suatu bacaan.topik bacaan juga hendaknya berkaitan dengan dunia anak

dan lingkugan sekitarnya, mengunakan gambar sebagai alat bantu,

sertakalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang. Kegiatan membaca

biasanya meliputi:

1) membaca wacana pendek dengan suara keras atau dalam hati,

2) memasang kata atau kalimat pada gambar yang cocok,

3) mencocokkan pertanyaan dan jawaban yang ada,

4) menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang sudah dibaca,

5) melengkapi kalimat yang belum lengkap.

Menceritakan dan membaca cerita menurut Curtain dan Carol Ann

Dahlberg (2010: 38) merupakan salah satu hal yang disukai anak, dan

siswa dari segala usia bisa terpikat dalam sebuah cerita yang bagus.

Struktur kalimat yang mudah dalam cerita dapat membantu untuk lebih

memahami artinya, terutama ketika banyak didukung oleh visual,

(43)

d. Writing (Kegiatan Menulis)

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi

tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibanding dengan ketiga

keterampilan lainnya. Tujuan pembelajaran keterampilan menurut

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 292) antara lain:

- menyalin satuan-satuan bahasa sederhana,

- menulis satuan bahasa yang sederhana,

- menulis pernyataan dan pertanyaan yang sederhana,

- menulis paragraf pendek.

Writing merupakan keterampilan yang kompleks karena

memerlukan kemampuan mengeja, struktur, dan penggunaan kosakata.

Menulis hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan

siswa. Menulis dapat dibedakan ke dalam dua kategori berikut.

1) Menyalin kata, kalimat, atau wacana pendek. Menyalin diterapkan

untuk pembelajar bahasa Inggris pemula. Materi yang dituliskan

biasanya terpatas pada kata per kata. Tujuannya untuk dengan ejaan

yang benar dan mengenal kosakata baru.

2) Menulis yang menuntut kreativitas, sebaiknya diterapkan siswa pada

tingkat lebih tinggi. Tujuannya untuk melatih siswa menulis dan

mengeja, menggunakan tanda baca, dan mengenal kosakata baru serta

struktur atau kalimat. Materi yang ditulis berupa frasa atau kalimat

(44)

D.Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris

Penilaian atau evaluasi adalah proses yang dilakukan untuk mengukur

tingkat ketercapaian suatu tujuan. Istilah evaluasi biasanya mengacu pada

proses pembuatan keputusan (judgement), menetapkan nilai (value), atau

memutuskan tentang manfaat (worth) (Arends, 2008: 217). Evaluasi

pembelajaran adalah upaya yang ditempuh dalam rangka mengukur dan

menilai baik aspek kualitas maupun kuantitas ketercapaian berdasarkan

kriteria tertentu atas tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Kemdikbud (2013: 3) penilaian dalam pendidikan merupakan proses

mengumpulkan dan menafsirkan informasi yang dapa digunakan untuk

memberitahu: (1) peserta didik dan orang tuanya mengenai kemajuan dan hasil

belajar peserta didik mencakup sikap, keterampilan, pengetahuan, dan perilaku,

dan (2) berbagai pihak yang berkaitan dengan pembuatan keputusan

pendidikan mengenai peserta didik. Hasil penilaian, baik internal maupun

eksternal wahib dilaporkan kepada peserta didik, orang tua pendidik, dan

pihak-pihat yang berkepentingan. Laporan memuat deskripsi kemajuan belajar

dan hasil belajar siswa secara utuh dan menyeluruh. Hasil penilaian dapat

digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik dan memberikan

umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran (Kemdikbud, 2013: 12)

Penilaian sesuai dengan kebutuhannya dapat menggunakan berbagai cara,

baik tes maupun non-tes, untuk memantau kemajuan belajar, proses belajar,

dan hasil belajar bahasa Inggris. Cara apa pun ynag digunakan dalam penilaian,

(45)

yang akurat tentang pencapaan kompetensi peserta sisik. Selain itu, cara yang

digunakan harus edukatif, adil bagi semua peserta didik, dan terbuka bagi

semua pihak.

Penilaian pembelajaran bahasa Inggris mengacu pada pedoman umum

pembelajaran (Tematik) berdasarkan Implementasi Pembelajaran daam

Kurikulum 2013. Penilaian pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013

meliputi penilaian autentik baik pada proses pembelajaran maupun hasil belajar

yang dilaporkan dalam bentuk deskriptif.

E.Perkembangan Linguistik (Kemampuan Bahasa Inggris) Anak

Jeanne Ellis Ormrod (2008: 70) mengemukakan bahwa kemampuan bahasa anak terus berkembang dan menjadi matang sepanjang masa kanak-kanak dan remaja. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai

berikut.

1. Perkembangan Kosakata

Pengetahuan siswa mengenai makna-makna kata bahasa Inggris, disebut

semantika tidaklah bersifat mutlak. Terkadang pemahaman awal anak-anak bersifat samar-samar dan tidak akurat. Salah satu cara mendorong semantika

(46)

2. Perkembangan Sintaksis

Aturan-aturan sintaksis memungkinkan kita meletakkan berbagai kata sekaligus menjadi kalimat-kalimat yang memiliki tata bahasa Inggris yang

tepat. Pemahaman dan penggunaan konstruksi-konstruksi yang kompleks terus berkembang sepanjang tahun-tahun sekolah dasar ketika anak diajarkan bahasa

Inggris sejak mulai duduk di bangku sekolah. 3. Perkembangan Kemampuan Mendengarkan

Kemampuan siswa memahami apa yang didengar dipengaruhi oleh

pengetahuan mereka mengenai kosakata dan sintaksis, namun faktor-faktor lain juga berpengaruh. Pemahaman anak mengenai apa yang didengar seringkali

dipengaruhi oleh konteks tempat mereka mendengarkan kata-kata tersebut. Ketika anak terbiasa mendengarkan kata-kata bahasa Inggris dalam keseharian, kemampuan menyimak anak tersebut akan berkembang lebih baik.

4. Perkembangan Kemampuan Komunikasi Lisan

Sebuah komponen komunkasi lisan yang efektif adalah pragmantika, yakni konvensi-konvensi sosial yang mengarahkan interaksi lisan yang tepat

dengan orang lain. Pragmantika menyangkut tidak hanya mengenai etiket berbahasa Inggris tetapi juga mencakup strategi mengawali dan mengakhiri

precakapan, mengubah subyek pembicaraan, menceritakan kisah, dan berdebat secara efektif. Pragmantika lahir ketika anak sering melakukan latihan keterampilan berbicara bahasa Inggris seperti melakukan percakapan dan lain

(47)

5. Perkembangan Kesadaran Metalinguistik

Kesadaran metalinguistik merupakan kemampuan memikirkan hakikat bahasa Inggris itu sendiri. Kesadaran metalinguistik berkembang lambat

seiring berlalunya waktu. Bagi siswa SD, mereka secara berangsur-angsur menjadi mampu menentukan kapan kalimat dapat diterima secara gramatikal

dan kapan tidak dapat diterima. Penguasaan tata bahasa/ kaidah berbahasa Inggris yang tepat menjadi kunci utama perkembangan metalinguistik anak.

F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar dalam Belajar Bahasa Inggris

Menurut Kasihani K.E. Suyanto (2010:15), berikut ini karakteristik atau

ciri-ciri young learner secara umum. Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan adanya ciri-ciri yang lain yang dimiliki oleh sekelompok anak tertentu dan perseorangan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau

kegagalan dalam belajar bahasa Inggris.

1. Pada umumnya, anak-anak usia 5-7 tahun memiliki sikap egocentric dimana ada kecenderungan menghubungkan apa yang mereka pelajari atau mereka

lakukan dengan dirinya sendiri. Mereka memberikan perhatian pada frasa atau kalimat yang menyangkut benda-benda yang dimilikinya atau apa pun

yang ada pada dirinya. Sikap egocentric mengalami perubahan ketika anak-anak menginjak usia 10 tahun (kelas 4 SD) menuju ke hubungan timbal balik atau reciprocity. Perhatiannya tidak lagi berpusat pada dirinya, tetapi

(48)

2. Anak usia 5-7 tahun masih sulit membedakan hal-hal konkret dan abstrak. Memperkenalkan bahasa Inggris kepada anak-anak diawali dengan hal konkret sebelum hal yang bersifat abstrak. Ketika menginjak usia 8-10

tahun, anak sudah dapat membedakan antara fakta dan fiksi , juga bisa mengerti hal abstrak.

3. Anak-anak cenderung imajinatif dan aktif, serta menyukai pembelajaran melalui permainan, cerita, maupun lagu sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar bahasa Inggris.

4. Perasaan mudah bosan juga merupakan salah satu ciri anak-anak. Mereka tingkat konsentrasi dan perhatian yang pendek (10-15 menit) sehingga

kegiatan belajar bahasa Inggris harus variatif.

5. Kehidupan anak penuh warna dan keceriaan. Kegiatan dan tugas yang disertai gambar yang menarik atau dengan lagu dapat membantu anak

belajar kosakata dan frasa bahasa Inggris dalam waktu singkat.

6. Anak-anak menyukai cerita sebagaimana mereka menyukai permainan. Melalui cerita, siswa dilatih memusatkan perhatian pada konteks secara

keseluruhan daripada dinyatakan kata per kata. Sementara melalui permainan, siswa terdorong untuk lebih aktif dan bebas menggunakan

bahasa Inggris.

7. Anak-anak lebik menyukai mengerjakan tugas sendiri, tetapi dengan teman di dekatnya, sangat self-centered sampai batas usia 7 tahun. Usia 8-9 tahun

(49)

8. Anak-anak usia 8-10 tahun cukup mempunyai kesadaran dan kesiapan berbahasa. Kesiapan berbahasa yang dimiliki diusung ke dalam kelas bahasa Inggris. Pada usia sebelumnya, sebenarnya belum sepenuhnya menyadari

untuk apa belajar bahasa Inggris walaupun mereka merasa senang dan bersemangat tinggi.

9. Pada umumnya anak menyukai percakapan intrik untuk berbicara dan berinteraksi tentang apa yang dimiliki. Cara yang paling efektif bagi anak untuk belajar menggunakan bahasa Inggris adalah dengan jalan

menggunakan bahasa itu sendiri.

10. Siswa sekolah dasar pada umumnya adalah pebelajar yang merupakan

pemikir aktif. Mereka senang belajar sesuatu, termasuk juga belajar bahasa asing dengan cara melakukan sesuatu (learning by doing).

G.Kerangka Berpikir

Perkembangan zaman membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan akan terus berkembang menuju

pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan ber-daya saing. Pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan

pembangunan bangsa akan menjadi kereta penggerak dalam pembangunan segala bidang serta sebagai tameng untuk menghadapi tantangan globalisme. Segala upaya kebijakan dilakukan guna mewujudkan hal tersebut.

(50)

mengenai pembelajaran bahasa Inggris tingkat dasar terus berkembang. Penyelenggaraan pembelajaran bahasa Inggris saat ini dilimpahkan kepada kewenangan sekolah yang mampu dan merasa perlu melaksanakan

pembelajaran bahasa Inggris. Seperti tertuang dalam kebijakan Kurikulum2013. Kurikulum 2013 dalam pendidikan dasar bertujuan untuk tidak hanya

menempelkan dasar-dasar pengetahuan tetapi juga menanamkan karakter serta menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki keterampilan sehingga mampu memenuhi kebutuhan pembangunan bangsa. Kegiatan

pembelajaran Bahasa Inggris pada tingkat pendidikan dasar bertujuan untuk membekali peserta didik keterampilan dasar berbahasa Inggris agar dapat

dilanjutkan pada jenjang berikutnya. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris yang tepat diharapkan selaras dengan tujuan utama pembelajaran bahasa asing sebagai salah satu keterampilan untuk mampu

bersaing dalam pembangunan bangsa di tingkat global.

Keterampilan berbahasa Inggris harus diakomodasi melalui empat kemampuan berbahasa Inggris yakni menyimak (listening), membaca (reading),

berbicara (speaking), dan menulis (wrtiting). Untuk dapat menguasai empat keterampilan bahasa Inggris, siswa perlu diajarkan komponen dasar

pembelajaran bahasa Inggris yaitu tata bahasa (grammar), kosakata (vocabulary), serta pelafalan (pronounciation) melalui metode-metode pembelajaran yang tepat.

(51)

budaya sekolah yang diterapkan di Jogja Green School melalui program English Time. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan implementasi English

Time di Jogja Green Shool dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaian. Berikut kerangka pikir dari penelitian ini digambarkan melalui bagan di bawah ini.

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Keterampilan berbahasa Inggris

Keterampilan produktif Keterampilan

reseptif

Menyimak (listening)

Menulis (writing) Berbicara (speaking)

Membaca (reading)

Komponen penguasaan bahasa Inggris

Pengucapan (pronounciation)

Kosakata (vocabulary)

Tata bahasa (grammar)

Pembelajaran bahasa Inggris dalam program English Time di Jogja Green Pendidikan berkembang sesuai tuntutan zaman

agar menghasilkan SDM berdaya saing global

Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional perlu untuk dikuasai untuk memenuhi tantangan globalisme

(52)

H.Pertanyaan Penelitian

Berdasakan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan kegiatan English Time di Jogja Green School?

2. Bagaimanakah pelaksanaan kegiataan English Time di Jogja Green School?

3. Bagaimanakah penilaian dalam kegiatan English Time di Jogja Green

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dilakukan pada latar alamiah dan mengungkapan data verbal serta analisisnya tidak

menggunakan rumus-rumus statistik. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2007: 4) metodologi kualitatif sebagi prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Hal tersebut didukung oleh Djam‟an Satori dan Aan Komariah (2011: 28) yang menyatakan penelitian kualitatif

ditandai dengan langkah kerja yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, setting sosial terejewantahkan dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Penelitian ini akan mendeskripsikan segala sesuatu yang

berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan English Time di Jogja Green School pada tahun ajaran 2015-2016.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif

deskriptif. Sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif tersebut diatas, penelitian ini tidak akan mengubah situasi dan kondisi infroman, situasi dan tempat

penelitian tetap seperti biasa. Selain itu dilakukan pula deskripsi lapangan yang tidak terbatas pada pengumpulan data, namun meliputi nanalisis dan interpretasi data guna memberikan gambaran secara obyektif tentang realita di

(54)

B.Lokasi Penelitian

Penelitin ini dilakukan dengan mengambil lokasi SD Jogja Green School

yang beralamat di Dusun Jambon RT04/ rw 22, Trihanggo, Gamping, Sleman,

Yogyakarta. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena program pembelajaran bahasa Inggris menjadi salah satu keunggulan di sekolah berbasis

alam ini. Selain itu di Jogja Green School, bahasa Inggris menjadi bahasa

pengantar kedua dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.

C.Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subyek utama penelitian

yakni guru dan siswa kelas I, II, III, dan IV yang mana disebut dengan L1, L2, L3, dan L4 (L= Level atau tingkat kelas) di Jogja Green School. Subjek penelitian berhubungan dengan apa atau siapa yang diteliti. Subjek penelitian

merupakan entitas yang mempengaruhi disain penelitian, pengumpulan data,

dan keputusan analisis data.

D.Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitin ini diperoleh dari dua sumber,

yaitu:

1. Sumber Primer

Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

pada pengumpul data (Sugiyono, 2005: 62). Dalam penelitian ini sumber data

(55)

dengan melakukan pengamatan dan wawancara terhadap pihak-pihak terkait

meliputi guru dan siswa berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan English Time.

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau

melalui dokumen (Sugiyono, 2005: 62). Adapun data sekunder meliputi

dokumen RPP, materi pembelajaran, serta foto berkaitan dengan kegiatan

English Time.

E.Teknik Pengumpulan Data

Djam‟an Satori dan Aan Komariah (2011: 103) menyatakan dalam

penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari sumber, dan berbagai cara. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperanserta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Demikian halnya dengan teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam peneitian ini adalah sebagi berikut. 1. Observasi Partisipatif

Bungin (Djam‟an Satori dan Aan Komariah, 2011: 105) menyatakan

(56)

behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut.

Dalam garis besarnya, observasi dapat dilakukan (1) dengan partisipasi

pengamat sebagai partisipan atau (2) tanpa partisipasi pengamat jadi sebagai non- partisipan. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2013: 72) yang

dimaksud observasi partisipan ialah apabila pengamat turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservasi. Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipatif dimana pengamat terlibat dengan kegiatan

pembelajaran siswa sehari-hari dengan mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan mengenai pelaksanaaan kegiatan English Time di Jogja Green

School.

Kegiatan observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi. Pedoman observasi dibuat sebelum melakukan observasi sebagai acuan proses

pengamatan agar tetap fokus dan tidak keluar dari konteks yang menjadi tujuan penelitian yaitu mengetahui pelaksanaan kegiatan English Time di Jogja Green School.

2. Wawancara Mendalam

Menurut Lexy J. Moleong (2007: 186), wawancara merupakan

percakapan dengan maksud tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelutian kualitatif lebih mennekankan pada teknik wawancara, khususnya wawancara mendalam (in-depth interviews). Menurut

(57)

informan. Wawancara mendalam perlu dilakukan berulang kali, tidak berarti mengulangi pertanyaan yang sama dengan beberapa informan, tetapi menanyakan hal yang berbeda kepada informan yang sama untuk tujuan

klarifikasi informasi yang telah didapat dalam wawancara sebelumnya.

Wawancara pada penelitian ini dilakukan terhadap siswa dan guru

kegiatan English Time. Sampel siswa yang dipilih untuk melakukan wawancara merupakan siswa-siswa yang memiliki prestasi dan kemauan tinggi dalam kegiatan English Time. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu

membuat pedoman wawancara sebagai patokan dalam melakukan proses wawancara mengenai pelaksanaan kegiatan English Time di Jogja Green

School. 3. Dokumentasi

Sugiyono (2005: 82) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental. Dokumen digunakan untuk mendukung hasil penelitian

dari observasi dan wawancara agar lebih kredibel/ dapat dipercaya. Menurut

Djam‟in Satori dan Aan Komariah (2011: 149) studi dokumentasi yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan

penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan

menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Dokumentasi dilakukan dalam penelitian ini untuk mendukung data yang

telah diperoleh dari kegiatan observasi partisipatif dan wawancara mendalam.

(58)

dokumen materi pembelajaran, dokumen berupa foto pelaksanaan kegiatan

English Time di Jogja Green School.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif peran peneliti akan mempengaruhi

keseluruhan skenarionya, karena peneliti yang melakukan pengamatan

berperanserta (observasi partisipatif). Pada penelitian kualitatif yang menjadi

instrumen penelitian yakni peneliti itu sendiri. Oleh karena peneliti sebagai

instrumen penelitian maka peneliti juga sekaligus berperan sebagai perencana,

pelaksana, pengumpul data, melakukan analisis data serta melaporkan hasil

penelitian. Selain itu data yang terkumpul merupakan data yang tidak terduga,

maka dari itu lah tugas peneliti untuk menggali data sebanyak-banyaknya.

Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan

pedoman observasi, pedoman wawancara, dan sokumentasi. Penyusunan

indikator-indikator acuan observasi san wawancara didasarkan pada kajian

teori yang telah disusun. Instrumen-instrumen dalam pengambilan data adalah

sebagai berikut:

1. Lembar Observasi Partisipatif

Observasi dilakukan guna memperoleh data meliputi metode

pembelajaran yang diterapkan, teknik pembelajaran yang digunakan, media

pembelajaran yang digunakan, materi yang diajarkan dalam pelaksanaan

kegiatan English Time. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2013: 73)

(59)

record, (2) catatan berkala, (3) check lists, (4) rating scale, dan (5) mechanical

devices. Penyusunan lembar observasi dalam penelitian ini merupakan

pengembangan dari kisi-kisi yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori yang

[image:59.595.108.530.220.645.2]

telah dijabarkan pada bab sebelumnya.

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi

Aspek Sub Aspek Indikator

Komponen Pembelajaran

Bahasa Inggris

Grammar

Penyajian pola sederhana

Penyajian grammar dalam konteks yang bermakna Pemberian kesempatan untuk menerapkan pola

Vocabulary

Memperkenalkan kata baru Pemberian contoh (model) Proses meniru dan berlatih

Pemberian kesempatan untuk menerapkan

Pronounciati on

Pengucapan bunyi yang jelas

Tekanan penting dalam bahasa Inggris Perbedaan intonasi Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris Listening

Listen and Imitate Listen and Repeat

Listen and Follow Instructions Listen and Match

Speaking

Short Dialogue

Questions and Answer Games

Role Play Retelling Story

Reading

Membaca wacana pendek

Memasang kata atau kalimat pada gambar yang cocok

Mencocokkan pertanyaan dan jawaban yang ada Menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang sudah dibaca

Melengkapi kalimat yang belum lengkap

Writing Menyalin kata, kalimat, atau wacana pendek Menulis yang menuntut kreatifitas

2. Pedoman Wawancara Mendalam

Wawancara bertujuan memperoleh data melalui proses tanya jawab

(60)

wawancara mendalam, dimana subyek wawancaranya adalah siswa kelas I-IV dan guru kelas. Pedoman wawancara yang digunakan terdapat pada tabel berikut.

[image:60.595.139.516.220.358.2]

a. Pedoman Wawancara terhadap Guru

Tabel 2. Pedoman Wawancara Guru

Aspek Indikator

Perencanaan Landasan Pelaksanaan Program English Time

Pelaksanaan

Penggunaan Metode Pembelajaran

Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembelajaran Cakupan Materi yang Diajarkan

Kegiatan Memacu Keterampilan Berbahasa Inggris Motivasi

Penilaian Teknik Penilaian yang Digunakan Waktu Pelaksanaan Penilaian

b. Pedoman Wawancara terhadap Siswa

Tabel 3. Pedoman Wawancara Siswa

Aspek Indikator

Pendahuluan Pendahuluan Pembelajaran

Kegiatan Inti

Penerapan Metode Pembelajaran Penggunaan Media dan Sumber Belajar Motivasi

Penutup Penutup Pembelajaran

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan semua dokumen yang

berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Bahasa Inggris.

a. Data-data tertulis mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Bahasa Inggris berupa:

1) Dokumen RPP

[image:60.595.137.519.425.520.2]
(61)

b. Data berupa foto dari:

1) Proses pelaksanaan kegiatan English Time.

2) Proses wawancara guru dan siswa.

3) Sarana dan prasarana.

G.Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010: 336) analisis data dalam penelitian kualitatif dila

Gambar

Gambar 1. Tahap Pembelajaran Kosakata
Gambar 2. Kemampuan Reseptif Bahasa Inggris Anak
Gambar 4. Konsep Dasar Keterampilan Berbicara
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian penyusunan ini adalah: penyusunan instrumen pada materi Pengukuran sebagai implementasi Kurikulum 2013 telah sesuai dengan Salinan

Pada tahap perencanaan, guru melakukan penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) secara umum yang di sesuaikan dengan KTSP (kurikulum Tingkat Satuan

Kurikulum 2013 yang dilaksanakan di sekolah menengah kejuruan belum menyentuh mata pelajaran kejuruan karena proses pembelajaranya (mata pelajaran produktif) sudah memenuhi

Implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi yang melakukan proses penyusunan kurikulum yaitu pemerintah karena Kurikulum 2013 masih baru sehingga pemerintah

Implementasi Kurikulum Spektrum pada perencanaan pembelajaran meliputi: (1) pembentukan tim pengem- bang atau pokja kurikulum oleh kepala sekolah, (2) penyusunan standar

Simpulan dari penelitian penyusunan ini adalah: penyusunan instrumen pada materi Pengukuran sebagai implementasi Kurikulum 2013 telah sesuai dengan Salinan

Pada tahap perencanaan, guru melakukan penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) secara umum yang disesuaikan dengan standar KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Model kurikulum tersebut sesuai dengan Visi Misi Sekolah dalam aplikasinya sistem kurikulum tersebut sangat mengedepankan nilai-nilai al-Qur’an sebagai acuan baik dalam susunan kegiatan