IMPLEMENTASI ENGLISH TIME DI JOGJA GREEN SCHOOL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Dewi Zuricha Pratiwi NIM 11108241152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
MOTTO
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam
hati mereka, karena itu berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka pelajaran dan katakan kepada mereka Qaulan Baligha -perkataan yang berbekas
pada jiwa mereka.”
(Terjemahan QS An-Nisa ayat 63)
“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.”
(Terjemahan QS. Az Zumar: 9)
Sabar itu ilmu tingkat tinggi. Belajarnya setiap hari. Latihannya setiap saat.
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu dan bapak tersayang, Wiwik Suryani dan Sutardi beserta adiku. 2. Almamaterku tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.
IMPLEMENTASI ENGLISH TIME DI JOGJA GREEN SCHOOL Oleh
Dewi Zuricha Pratiwi NIM 11108241152
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kegiatan English Time di Jogja Green School. Fokus penelitian adalah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran bahasa Inggris.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek utama penelitian ini adalah guru dan siswa Sekolah Dasar Jogja Green School. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang mencakup data condensation, data display, dan conclusion drawing/ verifying. Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perencanaan kegiatan English Time telah sesuai dengan tujuan umum Kurikulum 2013 serta visi sekolah, (2) penyusunan DLP sudah sesuai dengan standar proses penyusunan RPP Kurikulum 2013, (3) English Time dirancang sedemikian rupa melalui variasi kegiatan berdasarkan karakteristik siswa sekolah dasar, (4) bilingualism merupakan pedoman yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris di Jogja Green School. Pelaksanaan kegiatan English Time mencakup (1) pengajaran grammar, vocabulary, dan pronounciation dilakukan secara terpadu, (2) banyak dilakukan kegiatan Listening dan Speaking sesuai tujuan utama yaitu untuk membiasakan anak berbicara dengan bahasa Inggris, (3) variasi kegiatan selalu dilakukan to make English fun, (4) kegitaan English Time dilaksanakan dalam konteks pembelajaran bermakna, (5) kegiatan Reading dan Writing belum menjadi prioritas terutama di level rendah, (6) kegiatan pembelajaran tidak selalu dilaksanakan melalui urutan kegiatan pendahuluan, isi dan penutup. Penilaian pembelajaran di Jogja Green School mencakup (1) semua kegiatan pembelajaran dinilai dalam bentuk deskripsi yang dilaporkan dalan News Letter, (2) penilaian pembelajaran bahasa Inggris tidak dilakukan secara spesifik namun masuk dalam penilaian pembelajaran secara keseluruhan, (3) selama proses kegiatan English Time guru lebih sering memberikan compliment terhadap pencapaian yang dilakukan oleh siswa, pada tingkat yang lebih tinggi penilaian dilakukan dengan penilaian proses.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Implementasi English Time di Jogja Green School” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi telah memberi
banyak pelajaran dan pengalaman berharga bagi penulis.
Terselesaikannya skripsi tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, maka dari itu penulis menampaikan terima kasih kepada.
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. beserta jajaran Wakil Rektor I, II, III, dan IV yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk belajar di UNY.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Dr. Haryanto, M. Pd. bersama jajaran Wakil Dekan I, II, dan III yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY, Drs. Suparlan, M. Pd. I. dan Fathurrahman, M. Pd.yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak P. Sarjiman, M. Pd. Dan Bapak Dr. Ali Mustadi, M. Pd. yang telah
memberikan bimbingan, semangat, serta doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Sri Rochadi, M. Pd. selaku dosen pendamping akademik yang selalu
6. Seluruh dosen PGSD FIP yang telah bersedia membagikan ilmu selama penulis belajar di UNY.
7. Ibu Suyantiningsih, M. Ed. selaku dosen jurusan KTP/ TP FIP UNY yang
telah bersedia me-review instrumen penelitian dan memberikan bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan baik.
8. Bapak, Sutardi dan Ibu, Wiwik Suryani yang tiada putus memberikan doa, dukungan, nasihat, serta semangat dalam kesederhanaannya.
9. Adik, Winda Restiana dengan keluguannya memberiku kesempatan untuk
dapat menyelesaikan studiku hingga skripsi ini berhasil ditulis.
10. Bulik dan Om, Iin dan Wito, yang setia mendengar kisah perjuanganku,
terima kasih atas doa dan bantuannya.
11. Kepala Jogja Green School yang telah memberikan izin penelitian sehingga penulis dapat mengambil data di sekolah tersebut.
12. Kepala sekolah, segenap guru, dan siswa kelas I-IV Jogja Green School yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.
13. Sahabat-sahabat angkatan 2011, khususnya untuk PGSD kelas D kampus
UPP II FIP UNY yang saling memberikan semangat dan doa.
14. Keluarga „asosialita‟ (April, Aisah, Kia, Zidni, Nastiti, Karin) sahabat seperjuangan, terima kasih atas doa, bantuan, dan dukungannya.
15. Sahabat, Mifta dan Dwi, perjuanganku takkan berarti tanpa doa, motivasi, dan bantuan dari kalian, terima kasih.
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR BAGAN ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Fokus Penelitian ... 6
C.Rumusan Masalah ... 6
D.Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pembelajaran Bahasa Inggris ... 8
B. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 9
C.Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 11
1. Komponen Pembelajaran Bahasa Inggris ... 11
a. Grammar (Tata Bahasa) ... 12
b. Vocabulary (Kosakata) ... 14
a. Preproduction ... 16
b. Early Production ... 16
c. Extending Production ... 16
3. Metode Pengajaran Bahasa Inggris ... 17
4. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 19
a. Listening (Kegiatan Mendengarkan/ Menyimak) ... 21
b. Speaking (Kegiatan Berbicara) ... 23
c. Reading (Kegiatan Membaca) ... 24
d. Writing (Kegiatan Menulis) ... 26
D.Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris ... 27
E. Perkembangan Linguistik (Perkembangan Bahasa Inggris) Anak ... 28
1. Perkembangan Kosakata ... 28
2. Perkembangan Sintaksis ... 29
3. Perkembangan Kemampuan Mendengarkan ... 29
4. Perkembangan Kemampuan Komunikasi Lisan ... 29
5. Perkembangan Kesadaran Metalinguistik ... 30
F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar dalam Belajar Bahasa Inggris ... 30
G.Kerangka Pikir ... 32
H.Pertanyaan Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi Penelitian ... 37
C.Subyek Penelitian ... 37
D.Sumber Data ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
1. Observasi Partisipatif ... 38
2. Wawancara Mendalam ... 39
3. Dokumentasi ... 40
F. Instrumen Penelitian ... 41
1. Lembar Observasi Partisipatif ... 41
3. Dokumentasi ... 43
G.Teknik Analisis Data ... 44
H. Keabsahan Data ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49
1. Lokasi Sekolah... 49
2. Visi dan Misi Sekolah ... 49
B. Deskripsi Subyek dan Obyek Penelitian ... 50
C.Hasil Penelitian ... 50
1. Perencanaan English Time ... 50
2. Pelaksanaan English Time ... 55
3. Penilaian English Time ... 65
D. Pembahasan ... 66
1. Perencanaan English Time... 66
2. Pelaksanaan English Time ... 69
3. Penilaian English Time ... 78
E. Keterbatasan Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR TABEL
Hal
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Tahap Pembelajaran Kosakata ... 14
Gambar 2. Kemampuan Reseptif Bahasa Inggris Anak... 20
Gambar 3. Kemampuan Produktif Bahasa Inggris Anak ... 20
Gambar 4. Konsep Dasar Keterampilan Berbicara ... 22
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Lembar Observasi Partisipatif Implementasi English Time ... 85
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Mendalam Program English Time untuk Guru ... 92
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Mendalam Program English Time untuk Siswa ... 95
Lampiran 4. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 1 ... 97
Lampiran 5. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 2 ... 105
Lampiran 6. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 3 ... 112
Lampiran 7. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 4 ... 119
Lampiran 8. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 5 ... 127
Lampiran 9. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 6 ... 135
Lampiran 10. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 7 ... 143
Lampiran 11. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 8 ... 151
Lampiran 12. Catatan Lapangan dan Hasil Observasi 9 ... 158
Lampiran 13. Kondensasi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Guru ... 165
Lampiran 14. Kondensasi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Siswa ... 175
Lampiran 15. Triangulasi Data ... 179
Lampiran 16. Foto ... 185
Lampiran 17. Dokumen DLP ... 190
Lampiran 18. Dokumen Sumber Materi dan Media Pembelajaran... 193
Lampiran 19. Surat Pernyataan Review Instrumen... 199
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak digunakan di dunia.
Ketika kepala-kepala pemerintahan bertemu, Bahasa Inggris adalah bahasa
yang paling sering digunakan. Dan ketika orang-orang dari bangsa yang
berbeda saling bertemu, bahasa Inggris adalah satu-satunya bahasa
penghubung yang digunakan oleh mereka. Bahasa Inggris merupakan bahasa
international yang digunakan dalam berkomunikasi terutama dalam dunia
usaha, salah satu contohnya adalah komunikasi dalam bisnis. Dalam sektror
tersebut bahasa Inggris merupakan bahasa yang mempersatukan
perbedaan-perbedaan antarnegara. Oleh karena itu untuk memasuki suatu usaha ataupun
kegiatan perekonomian sangat dituntut untuk menguasai bahasa international
terutama bagi usaha yang mempunyai aktivitas berhubungan dengan
perusahaan-perusahaan di tingkat internasional.
Pada 31 Desember 2015 Indonesia akan memasuki era ASEAN
Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ada
beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran barang dan jasa
bagi negara-negara ASEAN dengan bebas, dampak arus investasi secara bebas,
dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus modal secara bebas.
Dampak tersebut membuka peluang dan tantangan bagi negara-negara
anggotanya, termasuk Indonesia. Sementara tantangan yang harus dihadapi
sangat besar, tentunya akan menjadi tujuan pasar bagi produk-produk
Negara ASEAN lainnya. Fakta lain menunjukkan bahwa hingga tahun 2012
kualitas SDM di Indonesia masih menempati urutan 121 dari 187 negara, hal
tersebut telah dikomparasikan oleh lembaga dibawah PBB, UNDP (United
Nations Development Program).
Dalam era globalisasi ini, pemerintah menyadari pentingnya peran
bahasa Inggris dan sumber daya manusia yang memiliki kendala
berkomunikasi berbahsa Inggris, yang di Indonesia merupakan bahasa asing.
Pembicaraan tentang SDM tidak dapat lepas dari dunia pendidikan, sebab dasar
dari pembentukan SDM yang berkualitas berasal dari pendidikan yang bermutu.
Pendidikan yang berkualitas serta mampu memenuhi kebutuhan dan tantangan
global akan melahirkan SDM yang berkualitas, begitu pula sebaliknya.
Pendidikan dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional diartikan sebagai berikut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, dan bangsa. (Arif Rohman, 2009: 10).
Menanggapi hal tersebut, pemerintah menyusun kebijakan-kebijakan
baru yang ditempuh guna mencapai tujuan Pendidikan Nasional, salah satunya
yakni Kurikulun 2013. Kurikulum 2013 merupakan upaya untuk tematik
integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
kegiatan pembelajaarn yang sifatnya diluar jam pelajaran atau ekstrakurikuler. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar merupakan wewenang sekolah untuk menentukan apakah pelajaran tersebut perlu diberikan di sekolahnya.
Jika diperlukan, dimulai kelas berapa, dalam seminggu berapa jam, dan lain sebagainya. Diperlukan keputusan yang cermat pula mengenai tenaga pendidik
serta bahan atau materi ajarnya. Mengingat akan diberlakukannya MEA, tentu bahasa Inggris menjadi penting sebab setiap negara di anggota ASEAN
memiliki bahasa yang berbeda-beda yang menjadikan Bahasa Ingrris perlu
dipelajari sedini mungkin.
Pada kenyataannya pembelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar
dirasa kurang „perlu‟ oleh sebagian masyarakat sehingga pemerintah
melahirkan kebijakan yang menjadikan pembelajaran bahasa Inggris „tidak
harus‟ dilaksanakan oleh setiap sekolah dasar. Di sisi lain penelitian Fathman
(2007: 98) terhadap 200 anak berusia 6 - 15 tahun yang belajar Bahasa Inggris
sebagai bahasa kedua di sekolah di AS, menunjukkan bahwa anak yang lebih
muda (usia 6 - 10 tahun) lebih berhasil pada penguasaan fonologi (tata bunyi)
Bahasa Inggris. Sedangkan pada anak lebih tua (11 - 15 tahun) lebih berhasil
pada penguasaan morfologi (satuan bentuk bahasa terkecil) dan sintaksisnya
(susunan kata dan kalimat).
Pembelajaran bahasa Inggris yang yang telah dilaksanakan oleh sebagian sekolah yang dasar masih bersifat teoritik. Materi bahasa Inggris diajarkan secara „kaku‟, masih mengedepankan pembelajaran bahasa Inggris secara
kehidupan sehari-hari. Dalam kaitan ini, beberapa sekolah dasar terutama di kota-kota besar telah mengajarkan bahasa Inggris kepada siswanya. Namun, banyak guru yang ditugaskan mengajarkan bahasa Inggris bukanlah guru yang telah dipersiapkan tetapi guru yang „terpaksa‟ mengajar bahasa Inggris karena
ditugaskan kepala sekolah (Panjaitan, 2007). Proses pengajaran bahasa Inggris
untuk anak bukanlah hal yang mudah. Issu yang sering muncul dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar tentang rendahnya rasa percaya diri (self-confidence) anak karena merasa masih ada „jarak‟ dengan bahasa Inggris. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa pembelajaran dan pemerolehan bahasa asing akan lebih baik dilakukan sejak dini, dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan komunikatif, sehingga para guru harus memiliki berbagai keterampilan dalam menyajikan materi pembelajaran, kreatif dalam menyiapkan materi pembelajaran, memanfaatkan media, menciptakan situasi
dan kegiatan yang mendorong siswa berperan aktif.
Jogja Green School sebagai salah satu sekolah dasar yang mengedepankan bahasa Inggris sebagai suatu keterampilan yang perlu dikuasai
anak sejak dini, berusaha membentuk keterampilan bahasa Inggris siswa dengan melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris. Bahasa Inggris dikenalkan
kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Melalui program International Language Community, Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan komunikasi sehari-hari di sekolah (dilakukan sejak kelas
Kegiatan English Time merupakan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan setiap pagi selama kurang lebih 30 menit untuk membekali siswa dengan keterampilan bahasa Inggris sehingga dapat diaplikasikan secara
sederhana dalam kehidupan sehari-hari serta dalam pembelajaran secara keseluruhan sebagai bahasa pengantar pembelajaran disamping bahasa
Indonesia. Tujuan utama kegiatan English Time adalah untuk menumbuhkan spoken skills siswa agar tidak „canggung‟ dalam penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal bagi siswa ke jenjang
selanjutnya.
Sebagai sekolah dengan model pendidikan berbasis alam, Jogja Green
School menyajikan sistem pembelajaran yang bernuansa menyenangkan bagi siswa dan guru. Dari desain bangunan, model-model permainan, sarana dan prasarana, administrasi perkantoran, hingga proses dan kurikulum
pembelajaran mengedepankan prinsip-prinsip sustainable (berkelanjutan). English Time merupakan salah satu program unggulan di antara beberapa keunggulan lain yang dimiliki oleh Jogja Green School mengenai sistem
pembelajaran, antara lain: Scud Memory Methode, Multiple Intelligence
Programme, International Language Community, Religion Programme, Health
Programme, serta Brain Gym Community.
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat
dikaji mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Jogja Green School.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran Bahasa
pelaksanaan program English Time di sekolah tersebut dengan bekerjasama
dengan pihak sekolah.
B.Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang terkait dengan beberapa hal yang dapat dikaji
mengenai sistem pembelajaran di Jogja Green School dan supaya data yang diperoleh tidak terlalu luas, penelitian ini difokuskan pada implementasi
English Time di Jogja Green School.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
bagaimanakah implementasi English Time di Jogja Green School?
D.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan program
English Time di Jogja Green School.
E.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Sekolah/ guru
2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan-kebijakan baru yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris pada tingkat
sekolah dasar.
3. Penelitian lebih lanjut
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Pembelajaran Bahasa Inggris
Sugihartono, dkk (2007: 81) menyatakan bahwa pembelajaran
merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem
lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Dalam
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2014 Tentang Pedoman Umum
Pembelajaran disebutkan bahwa,
“Pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, dan berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia”.
Udin Syaefudin Sa‟ud (2012: 124) menegaskan bahwa pembelajaran
sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan
yang melibatkan pendidik dan peserta didik dalam rangka mengembangkan
potensi peserta didik dan mencapai tujuan yang telah direncanakan,
dilaksanakan melalui berbagai metode serta dievaluasi agar mencapai hasil
Sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri atas beberapa komponen seperti yang disebutkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 41) antara lain: (a) tujuan, (b) bahan pelajaran, (c) kegiatan belajar-mengajar,
(d) metode, (e) alat, (f) sumber pelajaran, serta (f) evaluasi. Pembelajaran bahasa Inggris merupakan kegiatan yang merujuk pada kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada komponen keterampilan berbahasa Inggris untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, dilaksanakan melalui berbagai metode pengajaran bahasa Inggris, serta dievaluasi agar mencapai hasil yang
optimal. Kegiatan English Time mengacu pada kegiatan pengembangan keterampilan bahasa anak yang dilakukan dengan berbagai metode
pembelajaran.
B.Perencanaan Pembelajaran Bahasa Inggris
Untuk melaksanakan pembelajaran diperlukan landasan dalam menyusun
perencanaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan , isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang dilakukan dituangkan dalam skenario pembelajaran. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menyususn skenario pembelajaran menurut
Mulyasa (Abdul Majid, 2007: 94) yaitu: (1) rumusan kompetensi dalam
sederhana serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan
kompetensi siswa, (3) kegiatan yang disusun harus menunjang dan sesuai
dengan kompetensi yang telah dilaksanakan, (4) persiapan mengajar yang
dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya, dan (5)
harus ada koordinasi antarkomponen program sekolah.
Penyusunan perencanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013
mengacu pada pembelajaran tematik sehingga dinamakan sebagai RPP
Tematik Terpadu, tidak ada pemisahan perencanaan untuk setiap mata
pelajaran. Berdasarkan Materi Implementasi Kurikulum 2013, penyusunan
RPP Tematik Terpadu seyogyanya mengacu pada komponen penyusunan RPP
dari Standar Proses yang meliputi: (1) identitas, (2) Kompetensi Inti, (3)
Kompetensi Dasar, (4) Indikator, (5) tujuan pembelajaran, (6) materi
pembelajaran, (7) metode pembelajaran, (8) langkah pembelajaran, (9) sumber
dan media, dan (10) penilaian.
Perencanaan pembelajaran bahasa Inggris, yang mana menurut kebijakan
Kurikulum 2013 tidak termasuk pada pembelajaran intrakurikuler,
menyesuaikan pada pedoman umum perencanaan pembelajaran (Tematik)
berdasarkan Implementasi Pembelajaran Kurikulum 2013. Hal ini menjadi
otoritas sekolah untuk merencanakan serta melaksanakan pembelajaran bahasa
C.Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Inggris
Pelaksanaan pembelajaran (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2010: 1)
adalah suatu kegiatan yang bersifat edukatif, dikarenakan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentuyang
telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan operasionalisasidari perencanaan pembelajaran,
sehingga tidak terlepas dari perencanaan pembelajaran yang telah disusun.
Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi belajar
mengajar yang terdapat faktor yang saling berhubungan, antara lain: tujuan
pembelajaran, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan,
metode yang digunakan, alat bantu mengajar, prosedur penilaian serta suasana
mengajar.
1. Komponen Pembelajaran Bahasa Inggris
Dalam pembelajaran bahasa, baik bahasa pertama, kedua, atau bahasa
asing, pengajaran komponen bahasa merupakan komponen dari program
bahasa. Meskipun mengajar praktis di lapangan berlangsung secara terpadu,
pendidik perlu memahami konsep penting yang berkaitan dengan ketiga
komponen bahasa, terutama mengenai komponen bahasa Inggris. Kasihani K.E
Suyanto (2010: 57) mengungkapkan, pada umumnya komponen bahasa terdiri dari tiga, yaitu grammar (tata bahasa), vocabulary (kosakata), dan
a. Grammar (Tata Bahasa)
Tata bahasa merupakan aturan yang harus diikuti dalam
mempelajari suatu bahasa dengan benar. Komponen ini adalah kerangka
bahasa yang harus diikuti agar bahasa bisa diterima. Istilah structure atau
grammar sering dipakai dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk
komponen pertama ini.
Kegiatan pembelajaran bahasa Ingrris pada tingkat sekolah dasar
sebaiknya tidak memberikan grammar dalam bentuk rumus, pola kalimat,
atau aturan bahasa yang harus dihafalkan oleh siswa. Grammar baiknya
diajarkan dalam bentuk terintegrasi dengan kosakata (vocabulary) dalam
kalimat pernyataan, misalnya melalui tanya jawab atau wacana yang
langsung diberikan sebagai suatu bentuk bahasa yang utuh dan bermakna.
Berikut beberapa teknik pengajaran grammar di sekolah dasar.
1) Menyajikan pola atau kaidah berbahasa Inggris yang sederhana,
misalnya penggunaan tenses (simple present), pola kalimat sehari-hari
(subyek + kata kerja + obyek), bentuk singular-plural, kata ganti, dan
lain sebagainya.
2) Menyajikan pola-pola yang paling sederhana terlebih dahulu dan
urutkan materi dari yang mudah, setahap demi setahap menuju ke
materi yang lebih sulit.
3) Menyajikan butir grammar dalam konteks yang bermakna bagi siswa,
4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pola tersebut,
misalnya siswa diminta bertanya kepada temannya atau pada guru.
5) Drill dapat dilakukan untuk memantapkan siswa mengenai pola
tertentu.
6) Gunakan gambar bila perlu.
b. Vocabulary (Kosakata)
Kosakata merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu
bahasa dan memberikan makna bila ketika digunakan. Kosakata bahasa
Inggris yang perlu dipelajari oleh siswa pada tingkat sekolah dasar
diperkirakan sebanyak lebih kurang 500 kata.
Pada umumnya, anak-anak lebih cepat belajar katakata bila
ditunjang dengan alat peraga, misalnya gambar atau benda nyata. Selain
itu kosakata perlu disajikan dalam konteks. Kenyataan menunjukkan
bahwa bila kata disajikan dalam konteks (dan bukan kata lepas) ,
pembelajaran akan berlangsung lebih konkret dan lancar sebab siswa
mempunyai pemahaman yang utuh, terutama konteks yang berkaitan
dengan dunia anak.
Secara sederhana pembelajaran kosakata dapat dilakukan melalui
Gambar 1. Tahap Pembelajaran Kosakata
Sumber: Kasihani K.E. Suyanto (2010:48)
1. Introducing : memperkenalkan kata baru dengan ucapan yang
jelas dan benar, menggunakan gambar atau benda nyata.
2. Modeling : memberikan contoh dengan bertindak sebagai model.
3. Practicing : melatih siswa untuk menirukan dan berlatih.
4. Applying : memberi kesempatan siswa untuk menerapkan dalam
situasi yang tepat dengan bantuan guru.
Pembelajaran kosakata untuk kelas rendah (lower classes)lebih
banyak digunakan dengan teknik Listen And Repeat, sedangkan untuk
upper classes, memperkenalkan kosakata yang lebih bervariasi.
Menurut Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 50), pemula
pembelajar bahasa Inggris mengerti apa yang mereka dengar dan baca
dalam hal kosakata yang mereka kenali, serta kemampuan
mengekspresikan arti terbatas pada kosakata yang telah mereka dalami.
Kata tunggal sejatinya merupakan salah satu bagian dari pengembangan
kosakata. Kata tunggal merupakan petunjuk pertama untuk dapat
mengartikan bagi pembelajar pemula, dan pondasi utama untuk 1. Introducing
3. Practicing
mengekspresikan arti suatu kalimat atau bacaan. Storytelling dan story
reading menyediakan jembatan untuk mempelajari kosakata baru.
c. Pronounciation (Pengucapan)
Pronounciation merupakan cara mengucapkan kata-kata suatu
bahasa. Ucapan bahasa Inggris sangat berbeda dengan sistem ucapan
bahasa ibu atau bahasa Indonesia. Untuk siswa sekolah dasar perlu
diberikan perhatian khusus untuk huruf tertentu yang sering
menimbulkan kesulitan ucapan (a-e, g-j, h-r, dan y-z). Selain itu ada
tekanan (stress) dalam bahasa Inggris, sebagian besar pada kata benda,
kerja, sifat dan keterangan.
Secara umum, ada dua intonasi dalam kalimat bahasa Inggris, yaitu
rising intonation (intonasi naik) dan falling intonation (intonasi turun).
Intonasi dalam bahasa Inggris dapat juga bermakna lain. Pelafalan yang
benar perlu diberikan sejak awal. Hal ini akan berpengaruh pada
keterampilan berbicara.
Pengajaran pronounciation secara langsung bagi siswa kelas
rendah menurut Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 60) mendorong
siswa untuk fokus pada segi permukaan bahasa dari pada artinya. Metode
ini merupakan cara mengajak siswa listen for speaking daripada listen for
meaning, mendukung mereka untuk sekedar parrot language daripada
2. Tahap Pembelajaran Bahasa Inggris
Spangenberg-Urbschat & Pritchard (Donoghue, 2009: 37) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa asing adalah hampir
sama dengan bahasa ibu. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan 3
hal mengenai pembelajaran bahasa asing: a. Usia siswa bukan menjadi poin
utama karena strategi pembelajaran bahasa hampir sama, b. Siswa belajar
mealui tahap berkembang, seperti ketika mereka belajar bahasa ibu, c. siswa
harus diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan bahasa yang dipelajarinya
pada situasi tertentu.
Selanjutnya Krashen dan Terrel merumuskan tingkatan dalam
pembelajaran bahasa Inggris sebagai berikut.
a. Preproduction (Tahap Preproduksi)
Tahap ini disebut juga tahap diam. Siswa hanya aktif
mendengarkan dan memahami. Guru lebih banyak berbicara,
mendominasi pembelajaran. Siswa merespon perintah-perintah sederhana.
b. Early Production (Tahap Penerapan Awal)
Pada tahap ini siswa mampu menggunakan kata tunggal hingga
frasa-frasa pendek sederhana. Guru biasanya mengajukan pertanyaan
yang jawabannya satu kata atau sekedar “ya” dan “tidak”.
c. Extending Production (Tahap Pengembangan)
Siswa mulai dapat menggunakan kalimat pada tahap ini, dapat
3. Metode Pengajaran Bahasa Inggris
Ahmad Izzan (2010: 39) menjelaskan terdapat beberapa metode yang
digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing sebagai
berikut.
a. Direct Method. Tujuan utama dari metode langsung adalah agar siswa
mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Untuk mencapai tujuan ini
siswa diberi latihan untuk mengasosiasi kata, frasa, dan kalimat dengan
artinya melalui demonstrasi, gerakan, serta ekspresi.
b. Natural Method. Menurut metode alamiah bahasa ibu tidak boleh terlibat
dan digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris, demikian pula
terjemahan. Dalam proses belajar siswa digiring ke alam ketika ia
mempelajari bahasa ibu.
c. Psichological Method. Metode ini juga berhubungan erat dengan metode
langsung. Disebut metode psikologi karena proses pembelajarannya
berdasarkan pengamatan perkembangan mental dan asosiasi pikiran.
d. Phonetic Method. Metode ini dikenal juga dengan nama metode ucapan
(oral method). Pembelajaran diawali dengan latihan pendengaran (ear
training) diikuti dengan latihan pengucapan bunyi , lalu merangkai
kalimat dalam percakapan.
e. Reading Method. Tujuannya adalah untuk memberikan siswa
kemampuan memahami teks yang diperlukan dalam studi mereka dengan
menyajikan teks bacaan kemudian pembicaraan mengenai isi, tata bahasa,
f. Grammar Method. Guru memberikan kaidah kaidah tata bahasa bahasa
Inggris agar siswa dapat menerapkannya pada terjemahannya.
g. Translation Method. Metode ini diawali dengan menerjemahkan bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indonesia, kemudian sebaliknya sehingga
pemahaman arti dapat ditangkap denga jelas oleh siswa. Namun, metode
ini tidak dapat digunakan untuk mencapai kemampuan berbahasa secara
aktif dan akurat.
h. Grammar-Translate Method. Kegiatan belajar terdiri dari penghafalan
tata bahasa Inggris dan penerjemahan tanpa kaitan dalam kalimat.
i. Eclectic Method. Kemahiran berbahasa Inggris diajarkan melalui urutan:
percakapan, latihan menulis, memahami (comperehenssion), dan
membaca.
j. Unit Method. Penyajian bahan ajar dilakukan oleh siswa dan
diterjemahkan oleh guru ke dalam bahasa Inggris kemudian guru
memberikan uraian dan penjelasan khusus mengenai tata-bahasanya.
k. Language Control Method. Merupakan cara pengajaran bahasa Inggris
yang didasarkan atas pemilihan kata dan struktur kaliamt dari segi
frekuensi pemakai dan penggunaannya.
l. Mimicry-Memorization Method. Pengajaran bahasa Inggris dengan
proses pengingatan menggunakan kekuatan memori. Latihan selain
diberikan oleh guru, juga oleh native informant. Kegiatan belajar berupa
pengucapan dan penggunaan kosakata dengan meniru sampai akhirnya
menjadi hapal.
m.Practice-Theory Method. Dalam metode ini yang diutamakan adalah
praktek, baru kemudian teori. Metode ini sebenarnya kelanjutan dari
metode mim-mem.
n. Cognate Method. Siswa mempelajari kata bahasa Inggris dasar yang
mirip dengan kata dalam bahasa ibu, baik dalam bentuk maupun arti.
o. Dual-Language Method. Agak mirip dengan metode kognasi berdasarkan
persamaan dan perbedaan antara kedua bahasa.Perbandingan tersebut
tidak terbatas pada kata-kata, tetapi juga pada sistem bunyi dan gramatika
kedua bahasa.
Selain lima belas macam metode tersebut, masih ada beberapa metode
pembelajaran bahasa Inggris yang merupakan variasi dari metode-metode
tersebut misalnya metode situasi (situation method), metode percakapan
(conversation method), dan metode dasar (basic method).Secara garis besar
prosedur pengajaran bahasa Inggris ada dua yaitu langsung (direct method) dan
tak langsung (indirect method). Dalam suatu pengajaran bahasa Inggris juga
tidak hanya bertumpu pada satu metode saja untuk proses pembelajaran secara
keseluruhan, pengajaran bahasa Iggris dapat dilakukan dengan beberapa
metode sesuai dengan konteks yang diajarkan.
4. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
dan menengah. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKLSP)
dikembangkan berdasarkan setiap satuan pendidikan. Untuk bahasa Inggris di
sekolah dasar antara lain: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Hal ini sesuai dengan kemampuan bahasa yang dimiliki anak antara lain
keterampilan pemahaman (kemampuan reseptif) dan keterampilan
pengungkapan pikiran (kemampuan produktif). Konsep ini dituangkan dalam
[image:37.595.120.518.276.646.2]denah sederhana berikut.
Gambar 2. Kemampuan Reseptif Bahasa Inggris Anak
(a)Kemampuan Reseptif
Gambar 3. Kemampuan Produktif Bahasa Inggris Anak
(b)Kemampuan Productif
B
Sumber: Ahmad Izzan (2010: 77)
Keterangan:
M1 = Menyimak Suara (speech sound) Identifikasi suara (fonem, morfem) Decoding Tulisan Identifikasi huruf (kata, frasa, kalimat) Decoding Konsep (ide) M1 Konsep (ide) M2 Konsep (ide) Menyusun bunyi jadi kata,
frasa, kalimat
Encoding
Konsep (ide)
Menyusun huruf jadi kata,
M3 = Mengarang
B = Berbicara
Proses decoding ialalah proses mengidentifikasi bunyi- bunyi dan
mengubahnya menjadi ide tau konsep. Sementara proses encoding yaitu proses
seleksi bunyi, fonem, dan morfem yang akan disusun dalam bentuk bahasa.
Kemampuan reseptif terdiri dari kegiatan menyimak dan membaca, sedangkan
kemampuan produktif terdiri dari kegiatan menulis/ mengarang dan berbicara.
Menurut Yanuarita Widi Astuti dan Ali Mustadi (2014: 250), keempat
keterampilan berbahasa tersebut terkait dan saling menunjang satu sama lain. Setiap keterampilan erat sekali hubungannya dengan ketiga ketrampilan yang
lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang kronologis dan hirarkis, yaitu mula-mula belajar menyimak, lalu berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Berikut
beberapa kajian mengenai empat kegiatan yang mengembangkan keterampilan bahasa Inggris bagi anak.
a. Listening (Kegiatan Mendengarkan/ Menyimak)
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 281) menyatakan
tujuan pembelajaran keterampilan menyimak bagi tingkat pemula yaitu
dapat memahami tuturan (pernyataan) singkat (sederhana), dengan
cakupan materi antara lain: benda-benda yang ada di dalam kelas, warna,
binatang, angka 1-100, waktu (jam, hari, bulan, tahun), istilah
Menurut Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 71), Listening
merupakan sarana utama bagi kelas rendah dimana siswa melakukan
kontak awal dengan bahasa Inggris yang mereka pelajari. Bagi siswa
sekolah dasar, menyimak adalah suatu kegiatan yang tidak mudah karena
kosakata bahasa Inggris mereka masih terbatas. Kesulitan merekat
terbantu ketika apa yang disampaikan guru diiringi dengan gerakan
tangan, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh. Berikut beberapa contoh
kegiatan listening.
1) Listen and Imitate
Digunakan untuk mempelajari kosakata baru. Siswa
mendengarkan dulu apa yang dikatakan oleh guru kemudian
menirukan dengan ucapan yang benar.
2) Listen and Repeat
Kegiatan ini berupa permainan. Guru membisikkan kalimat/
frasa dalam Bahasa Inggris pada siswa pertama, lalu siswa pertama
pertama membisikkan kalimat/ frasa tersebut pada siswa kedua dan
seterusnya. Guru akan mengecek apakah kalimat yang disampaikan
siswa terakhir sama dengan apa yang diberikan guru.
3) Listen and Follow Instructions
Dalam kegiatan ini siswa harus mendengarkan dengan seksama
instruksi yang diberikan guru kemudian diikuti dengan mengerjakan
kegiatan sesuai instruksi, misalnya listen and guess atau listen and do
4) Listen and Match
Dalam kegiatan ini siswa memenghubungkan gambar dengan
kalimat yang baru saja disampaikan guru.
[image:40.595.108.549.166.383.2]b. Speaking (Kegiatan Berbicara)
Gambar 4. Konsep Dasar Keterampilan Berbicara
Sumber: Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 286)
Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 286) tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta
didik dapat:
1) melafalkan bunyi-bunyi bahasa,
2) menyampaikan informasi,
3) menyatakan setuju atau tidak setuju,
4) menjelaskan identitas diri,
5) menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan,
6) menyatakan ungkapan rasa hormat,
7) bermain peran.
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
Penyimak Pembicaraan Media Sarana
Interaksi
Dalam kegiatan speaking guru harus memperhatikan tujuan dari
kegiaan tersebut. Pada speaking terkontrol tujuannya adalah untuk
mempraktikkan bahasa yang dipelajari dengan benar dan mengutamakan
accuracy, guru dapat mengoreksi kesalahan pada waktu itu juga.
Dalam speaking yang bersifat lebih bebas, misalnya dalam kegiatan
games, role play, dan questions and answer, tujuannya adalah
memberikan semangat kepada siswa untuk mengemukakan idenya serta
fokus pada content dan bukan pada struktur. Kegiatan speaking bisa
berupa: short dialogue, questions and answer, games, role play, retelling
story, dan sebagainya.
Menurut Helenn Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 36),
games merupakan metode familiar yang diciptakan guru sekolah dasar
dan menengah untuk pembelajaran bahasa asing. Permainan juga
menyediakan hubungan emosional dan indera bermain yang dapat
memperbanyak pengetahuan dan memori. Guru memilih atau
menciptakan permainan untuk memperkenalkan dan mempraktekkan
bahasa Inggris yang kemudian siswa bisa menerapkannya dalam konteks
yang natural untuk tujuan yang komunikatif.
Sarana lain untuk menghubungkan bahasa dengan action antara
lain songs, rhymes, dan finger-plays yang melibatkan motorik fisik anak.
c. Reading (Keterampilan Membaca)
Prinsip pembelajaran keterampilan membaca yaitu reading for
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 289) mengemukakan tujuan
keterampilan membaca untuk tingkat dasar (pemula) sebagai berikut:
- mengenali lambang-lambang,
- mengenali kata atau kalimat,
- menemukan ide pokok dan kata kunci,
- menceritakan kembali isi bacaan pendek.
Dalam kegiatan membaca siswa tidak harus mengerti arti kata per
kata bahasa Inggris, yang penting mereka dapat mengerti konteks dari
suatu bacaan.topik bacaan juga hendaknya berkaitan dengan dunia anak
dan lingkugan sekitarnya, mengunakan gambar sebagai alat bantu,
sertakalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang. Kegiatan membaca
biasanya meliputi:
1) membaca wacana pendek dengan suara keras atau dalam hati,
2) memasang kata atau kalimat pada gambar yang cocok,
3) mencocokkan pertanyaan dan jawaban yang ada,
4) menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang sudah dibaca,
5) melengkapi kalimat yang belum lengkap.
Menceritakan dan membaca cerita menurut Curtain dan Carol Ann
Dahlberg (2010: 38) merupakan salah satu hal yang disukai anak, dan
siswa dari segala usia bisa terpikat dalam sebuah cerita yang bagus.
Struktur kalimat yang mudah dalam cerita dapat membantu untuk lebih
memahami artinya, terutama ketika banyak didukung oleh visual,
d. Writing (Kegiatan Menulis)
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi
tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibanding dengan ketiga
keterampilan lainnya. Tujuan pembelajaran keterampilan menurut
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 292) antara lain:
- menyalin satuan-satuan bahasa sederhana,
- menulis satuan bahasa yang sederhana,
- menulis pernyataan dan pertanyaan yang sederhana,
- menulis paragraf pendek.
Writing merupakan keterampilan yang kompleks karena
memerlukan kemampuan mengeja, struktur, dan penggunaan kosakata.
Menulis hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan
siswa. Menulis dapat dibedakan ke dalam dua kategori berikut.
1) Menyalin kata, kalimat, atau wacana pendek. Menyalin diterapkan
untuk pembelajar bahasa Inggris pemula. Materi yang dituliskan
biasanya terpatas pada kata per kata. Tujuannya untuk dengan ejaan
yang benar dan mengenal kosakata baru.
2) Menulis yang menuntut kreativitas, sebaiknya diterapkan siswa pada
tingkat lebih tinggi. Tujuannya untuk melatih siswa menulis dan
mengeja, menggunakan tanda baca, dan mengenal kosakata baru serta
struktur atau kalimat. Materi yang ditulis berupa frasa atau kalimat
D.Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris
Penilaian atau evaluasi adalah proses yang dilakukan untuk mengukur
tingkat ketercapaian suatu tujuan. Istilah evaluasi biasanya mengacu pada
proses pembuatan keputusan (judgement), menetapkan nilai (value), atau
memutuskan tentang manfaat (worth) (Arends, 2008: 217). Evaluasi
pembelajaran adalah upaya yang ditempuh dalam rangka mengukur dan
menilai baik aspek kualitas maupun kuantitas ketercapaian berdasarkan
kriteria tertentu atas tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Kemdikbud (2013: 3) penilaian dalam pendidikan merupakan proses
mengumpulkan dan menafsirkan informasi yang dapa digunakan untuk
memberitahu: (1) peserta didik dan orang tuanya mengenai kemajuan dan hasil
belajar peserta didik mencakup sikap, keterampilan, pengetahuan, dan perilaku,
dan (2) berbagai pihak yang berkaitan dengan pembuatan keputusan
pendidikan mengenai peserta didik. Hasil penilaian, baik internal maupun
eksternal wahib dilaporkan kepada peserta didik, orang tua pendidik, dan
pihak-pihat yang berkepentingan. Laporan memuat deskripsi kemajuan belajar
dan hasil belajar siswa secara utuh dan menyeluruh. Hasil penilaian dapat
digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik dan memberikan
umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran (Kemdikbud, 2013: 12)
Penilaian sesuai dengan kebutuhannya dapat menggunakan berbagai cara,
baik tes maupun non-tes, untuk memantau kemajuan belajar, proses belajar,
dan hasil belajar bahasa Inggris. Cara apa pun ynag digunakan dalam penilaian,
yang akurat tentang pencapaan kompetensi peserta sisik. Selain itu, cara yang
digunakan harus edukatif, adil bagi semua peserta didik, dan terbuka bagi
semua pihak.
Penilaian pembelajaran bahasa Inggris mengacu pada pedoman umum
pembelajaran (Tematik) berdasarkan Implementasi Pembelajaran daam
Kurikulum 2013. Penilaian pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013
meliputi penilaian autentik baik pada proses pembelajaran maupun hasil belajar
yang dilaporkan dalam bentuk deskriptif.
E.Perkembangan Linguistik (Kemampuan Bahasa Inggris) Anak
Jeanne Ellis Ormrod (2008: 70) mengemukakan bahwa kemampuan bahasa anak terus berkembang dan menjadi matang sepanjang masa kanak-kanak dan remaja. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai
berikut.
1. Perkembangan Kosakata
Pengetahuan siswa mengenai makna-makna kata bahasa Inggris, disebut
semantika tidaklah bersifat mutlak. Terkadang pemahaman awal anak-anak bersifat samar-samar dan tidak akurat. Salah satu cara mendorong semantika
2. Perkembangan Sintaksis
Aturan-aturan sintaksis memungkinkan kita meletakkan berbagai kata sekaligus menjadi kalimat-kalimat yang memiliki tata bahasa Inggris yang
tepat. Pemahaman dan penggunaan konstruksi-konstruksi yang kompleks terus berkembang sepanjang tahun-tahun sekolah dasar ketika anak diajarkan bahasa
Inggris sejak mulai duduk di bangku sekolah. 3. Perkembangan Kemampuan Mendengarkan
Kemampuan siswa memahami apa yang didengar dipengaruhi oleh
pengetahuan mereka mengenai kosakata dan sintaksis, namun faktor-faktor lain juga berpengaruh. Pemahaman anak mengenai apa yang didengar seringkali
dipengaruhi oleh konteks tempat mereka mendengarkan kata-kata tersebut. Ketika anak terbiasa mendengarkan kata-kata bahasa Inggris dalam keseharian, kemampuan menyimak anak tersebut akan berkembang lebih baik.
4. Perkembangan Kemampuan Komunikasi Lisan
Sebuah komponen komunkasi lisan yang efektif adalah pragmantika, yakni konvensi-konvensi sosial yang mengarahkan interaksi lisan yang tepat
dengan orang lain. Pragmantika menyangkut tidak hanya mengenai etiket berbahasa Inggris tetapi juga mencakup strategi mengawali dan mengakhiri
precakapan, mengubah subyek pembicaraan, menceritakan kisah, dan berdebat secara efektif. Pragmantika lahir ketika anak sering melakukan latihan keterampilan berbicara bahasa Inggris seperti melakukan percakapan dan lain
5. Perkembangan Kesadaran Metalinguistik
Kesadaran metalinguistik merupakan kemampuan memikirkan hakikat bahasa Inggris itu sendiri. Kesadaran metalinguistik berkembang lambat
seiring berlalunya waktu. Bagi siswa SD, mereka secara berangsur-angsur menjadi mampu menentukan kapan kalimat dapat diterima secara gramatikal
dan kapan tidak dapat diterima. Penguasaan tata bahasa/ kaidah berbahasa Inggris yang tepat menjadi kunci utama perkembangan metalinguistik anak.
F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar dalam Belajar Bahasa Inggris
Menurut Kasihani K.E. Suyanto (2010:15), berikut ini karakteristik atau
ciri-ciri young learner secara umum. Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan adanya ciri-ciri yang lain yang dimiliki oleh sekelompok anak tertentu dan perseorangan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan dalam belajar bahasa Inggris.
1. Pada umumnya, anak-anak usia 5-7 tahun memiliki sikap egocentric dimana ada kecenderungan menghubungkan apa yang mereka pelajari atau mereka
lakukan dengan dirinya sendiri. Mereka memberikan perhatian pada frasa atau kalimat yang menyangkut benda-benda yang dimilikinya atau apa pun
yang ada pada dirinya. Sikap egocentric mengalami perubahan ketika anak-anak menginjak usia 10 tahun (kelas 4 SD) menuju ke hubungan timbal balik atau reciprocity. Perhatiannya tidak lagi berpusat pada dirinya, tetapi
2. Anak usia 5-7 tahun masih sulit membedakan hal-hal konkret dan abstrak. Memperkenalkan bahasa Inggris kepada anak-anak diawali dengan hal konkret sebelum hal yang bersifat abstrak. Ketika menginjak usia 8-10
tahun, anak sudah dapat membedakan antara fakta dan fiksi , juga bisa mengerti hal abstrak.
3. Anak-anak cenderung imajinatif dan aktif, serta menyukai pembelajaran melalui permainan, cerita, maupun lagu sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar bahasa Inggris.
4. Perasaan mudah bosan juga merupakan salah satu ciri anak-anak. Mereka tingkat konsentrasi dan perhatian yang pendek (10-15 menit) sehingga
kegiatan belajar bahasa Inggris harus variatif.
5. Kehidupan anak penuh warna dan keceriaan. Kegiatan dan tugas yang disertai gambar yang menarik atau dengan lagu dapat membantu anak
belajar kosakata dan frasa bahasa Inggris dalam waktu singkat.
6. Anak-anak menyukai cerita sebagaimana mereka menyukai permainan. Melalui cerita, siswa dilatih memusatkan perhatian pada konteks secara
keseluruhan daripada dinyatakan kata per kata. Sementara melalui permainan, siswa terdorong untuk lebih aktif dan bebas menggunakan
bahasa Inggris.
7. Anak-anak lebik menyukai mengerjakan tugas sendiri, tetapi dengan teman di dekatnya, sangat self-centered sampai batas usia 7 tahun. Usia 8-9 tahun
8. Anak-anak usia 8-10 tahun cukup mempunyai kesadaran dan kesiapan berbahasa. Kesiapan berbahasa yang dimiliki diusung ke dalam kelas bahasa Inggris. Pada usia sebelumnya, sebenarnya belum sepenuhnya menyadari
untuk apa belajar bahasa Inggris walaupun mereka merasa senang dan bersemangat tinggi.
9. Pada umumnya anak menyukai percakapan intrik untuk berbicara dan berinteraksi tentang apa yang dimiliki. Cara yang paling efektif bagi anak untuk belajar menggunakan bahasa Inggris adalah dengan jalan
menggunakan bahasa itu sendiri.
10. Siswa sekolah dasar pada umumnya adalah pebelajar yang merupakan
pemikir aktif. Mereka senang belajar sesuatu, termasuk juga belajar bahasa asing dengan cara melakukan sesuatu (learning by doing).
G.Kerangka Berpikir
Perkembangan zaman membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan akan terus berkembang menuju
pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan ber-daya saing. Pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan
pembangunan bangsa akan menjadi kereta penggerak dalam pembangunan segala bidang serta sebagai tameng untuk menghadapi tantangan globalisme. Segala upaya kebijakan dilakukan guna mewujudkan hal tersebut.
mengenai pembelajaran bahasa Inggris tingkat dasar terus berkembang. Penyelenggaraan pembelajaran bahasa Inggris saat ini dilimpahkan kepada kewenangan sekolah yang mampu dan merasa perlu melaksanakan
pembelajaran bahasa Inggris. Seperti tertuang dalam kebijakan Kurikulum2013. Kurikulum 2013 dalam pendidikan dasar bertujuan untuk tidak hanya
menempelkan dasar-dasar pengetahuan tetapi juga menanamkan karakter serta menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki keterampilan sehingga mampu memenuhi kebutuhan pembangunan bangsa. Kegiatan
pembelajaran Bahasa Inggris pada tingkat pendidikan dasar bertujuan untuk membekali peserta didik keterampilan dasar berbahasa Inggris agar dapat
dilanjutkan pada jenjang berikutnya. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris yang tepat diharapkan selaras dengan tujuan utama pembelajaran bahasa asing sebagai salah satu keterampilan untuk mampu
bersaing dalam pembangunan bangsa di tingkat global.
Keterampilan berbahasa Inggris harus diakomodasi melalui empat kemampuan berbahasa Inggris yakni menyimak (listening), membaca (reading),
berbicara (speaking), dan menulis (wrtiting). Untuk dapat menguasai empat keterampilan bahasa Inggris, siswa perlu diajarkan komponen dasar
pembelajaran bahasa Inggris yaitu tata bahasa (grammar), kosakata (vocabulary), serta pelafalan (pronounciation) melalui metode-metode pembelajaran yang tepat.
budaya sekolah yang diterapkan di Jogja Green School melalui program English Time. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan implementasi English
Time di Jogja Green Shool dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaian. Berikut kerangka pikir dari penelitian ini digambarkan melalui bagan di bawah ini.
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Keterampilan berbahasa Inggris
Keterampilan produktif Keterampilan
reseptif
Menyimak (listening)
Menulis (writing) Berbicara (speaking)
Membaca (reading)
Komponen penguasaan bahasa Inggris
Pengucapan (pronounciation)
Kosakata (vocabulary)
Tata bahasa (grammar)
Pembelajaran bahasa Inggris dalam program English Time di Jogja Green Pendidikan berkembang sesuai tuntutan zaman
agar menghasilkan SDM berdaya saing global
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional perlu untuk dikuasai untuk memenuhi tantangan globalisme
H.Pertanyaan Penelitian
Berdasakan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan kegiatan English Time di Jogja Green School?
2. Bagaimanakah pelaksanaan kegiataan English Time di Jogja Green School?
3. Bagaimanakah penilaian dalam kegiatan English Time di Jogja Green
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dilakukan pada latar alamiah dan mengungkapan data verbal serta analisisnya tidak
menggunakan rumus-rumus statistik. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2007: 4) metodologi kualitatif sebagi prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Hal tersebut didukung oleh Djam‟an Satori dan Aan Komariah (2011: 28) yang menyatakan penelitian kualitatif
ditandai dengan langkah kerja yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, setting sosial terejewantahkan dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Penelitian ini akan mendeskripsikan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan English Time di Jogja Green School pada tahun ajaran 2015-2016.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif
deskriptif. Sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif tersebut diatas, penelitian ini tidak akan mengubah situasi dan kondisi infroman, situasi dan tempat
penelitian tetap seperti biasa. Selain itu dilakukan pula deskripsi lapangan yang tidak terbatas pada pengumpulan data, namun meliputi nanalisis dan interpretasi data guna memberikan gambaran secara obyektif tentang realita di
B.Lokasi Penelitian
Penelitin ini dilakukan dengan mengambil lokasi SD Jogja Green School
yang beralamat di Dusun Jambon RT04/ rw 22, Trihanggo, Gamping, Sleman,
Yogyakarta. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena program pembelajaran bahasa Inggris menjadi salah satu keunggulan di sekolah berbasis
alam ini. Selain itu di Jogja Green School, bahasa Inggris menjadi bahasa
pengantar kedua dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
C.Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subyek utama penelitian
yakni guru dan siswa kelas I, II, III, dan IV yang mana disebut dengan L1, L2, L3, dan L4 (L= Level atau tingkat kelas) di Jogja Green School. Subjek penelitian berhubungan dengan apa atau siapa yang diteliti. Subjek penelitian
merupakan entitas yang mempengaruhi disain penelitian, pengumpulan data,
dan keputusan analisis data.
D.Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitin ini diperoleh dari dua sumber,
yaitu:
1. Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data
pada pengumpul data (Sugiyono, 2005: 62). Dalam penelitian ini sumber data
dengan melakukan pengamatan dan wawancara terhadap pihak-pihak terkait
meliputi guru dan siswa berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan English Time.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau
melalui dokumen (Sugiyono, 2005: 62). Adapun data sekunder meliputi
dokumen RPP, materi pembelajaran, serta foto berkaitan dengan kegiatan
English Time.
E.Teknik Pengumpulan Data
Djam‟an Satori dan Aan Komariah (2011: 103) menyatakan dalam
penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari sumber, dan berbagai cara. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperanserta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Demikian halnya dengan teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam peneitian ini adalah sebagi berikut. 1. Observasi Partisipatif
Bungin (Djam‟an Satori dan Aan Komariah, 2011: 105) menyatakan
behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut.
Dalam garis besarnya, observasi dapat dilakukan (1) dengan partisipasi
pengamat sebagai partisipan atau (2) tanpa partisipasi pengamat jadi sebagai non- partisipan. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2013: 72) yang
dimaksud observasi partisipan ialah apabila pengamat turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservasi. Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipatif dimana pengamat terlibat dengan kegiatan
pembelajaran siswa sehari-hari dengan mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan mengenai pelaksanaaan kegiatan English Time di Jogja Green
School.
Kegiatan observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi. Pedoman observasi dibuat sebelum melakukan observasi sebagai acuan proses
pengamatan agar tetap fokus dan tidak keluar dari konteks yang menjadi tujuan penelitian yaitu mengetahui pelaksanaan kegiatan English Time di Jogja Green School.
2. Wawancara Mendalam
Menurut Lexy J. Moleong (2007: 186), wawancara merupakan
percakapan dengan maksud tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelutian kualitatif lebih mennekankan pada teknik wawancara, khususnya wawancara mendalam (in-depth interviews). Menurut
informan. Wawancara mendalam perlu dilakukan berulang kali, tidak berarti mengulangi pertanyaan yang sama dengan beberapa informan, tetapi menanyakan hal yang berbeda kepada informan yang sama untuk tujuan
klarifikasi informasi yang telah didapat dalam wawancara sebelumnya.
Wawancara pada penelitian ini dilakukan terhadap siswa dan guru
kegiatan English Time. Sampel siswa yang dipilih untuk melakukan wawancara merupakan siswa-siswa yang memiliki prestasi dan kemauan tinggi dalam kegiatan English Time. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu
membuat pedoman wawancara sebagai patokan dalam melakukan proses wawancara mengenai pelaksanaan kegiatan English Time di Jogja Green
School. 3. Dokumentasi
Sugiyono (2005: 82) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental. Dokumen digunakan untuk mendukung hasil penelitian
dari observasi dan wawancara agar lebih kredibel/ dapat dipercaya. Menurut
Djam‟in Satori dan Aan Komariah (2011: 149) studi dokumentasi yaitu
mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan
penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan
menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
Dokumentasi dilakukan dalam penelitian ini untuk mendukung data yang
telah diperoleh dari kegiatan observasi partisipatif dan wawancara mendalam.
dokumen materi pembelajaran, dokumen berupa foto pelaksanaan kegiatan
English Time di Jogja Green School.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif peran peneliti akan mempengaruhi
keseluruhan skenarionya, karena peneliti yang melakukan pengamatan
berperanserta (observasi partisipatif). Pada penelitian kualitatif yang menjadi
instrumen penelitian yakni peneliti itu sendiri. Oleh karena peneliti sebagai
instrumen penelitian maka peneliti juga sekaligus berperan sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, melakukan analisis data serta melaporkan hasil
penelitian. Selain itu data yang terkumpul merupakan data yang tidak terduga,
maka dari itu lah tugas peneliti untuk menggali data sebanyak-banyaknya.
Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan
pedoman observasi, pedoman wawancara, dan sokumentasi. Penyusunan
indikator-indikator acuan observasi san wawancara didasarkan pada kajian
teori yang telah disusun. Instrumen-instrumen dalam pengambilan data adalah
sebagai berikut:
1. Lembar Observasi Partisipatif
Observasi dilakukan guna memperoleh data meliputi metode
pembelajaran yang diterapkan, teknik pembelajaran yang digunakan, media
pembelajaran yang digunakan, materi yang diajarkan dalam pelaksanaan
kegiatan English Time. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2013: 73)
record, (2) catatan berkala, (3) check lists, (4) rating scale, dan (5) mechanical
devices. Penyusunan lembar observasi dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dari kisi-kisi yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori yang
[image:59.595.108.530.220.645.2]telah dijabarkan pada bab sebelumnya.
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi
Aspek Sub Aspek Indikator
Komponen Pembelajaran
Bahasa Inggris
Grammar
Penyajian pola sederhana
Penyajian grammar dalam konteks yang bermakna Pemberian kesempatan untuk menerapkan pola
Vocabulary
Memperkenalkan kata baru Pemberian contoh (model) Proses meniru dan berlatih
Pemberian kesempatan untuk menerapkan
Pronounciati on
Pengucapan bunyi yang jelas
Tekanan penting dalam bahasa Inggris Perbedaan intonasi Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris Listening
Listen and Imitate Listen and Repeat
Listen and Follow Instructions Listen and Match
Speaking
Short Dialogue
Questions and Answer Games
Role Play Retelling Story
Reading
Membaca wacana pendek
Memasang kata atau kalimat pada gambar yang cocok
Mencocokkan pertanyaan dan jawaban yang ada Menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang sudah dibaca
Melengkapi kalimat yang belum lengkap
Writing Menyalin kata, kalimat, atau wacana pendek Menulis yang menuntut kreatifitas
2. Pedoman Wawancara Mendalam
Wawancara bertujuan memperoleh data melalui proses tanya jawab
wawancara mendalam, dimana subyek wawancaranya adalah siswa kelas I-IV dan guru kelas. Pedoman wawancara yang digunakan terdapat pada tabel berikut.
[image:60.595.139.516.220.358.2]a. Pedoman Wawancara terhadap Guru
Tabel 2. Pedoman Wawancara Guru
Aspek Indikator
Perencanaan Landasan Pelaksanaan Program English Time
Pelaksanaan
Penggunaan Metode Pembelajaran
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembelajaran Cakupan Materi yang Diajarkan
Kegiatan Memacu Keterampilan Berbahasa Inggris Motivasi
Penilaian Teknik Penilaian yang Digunakan Waktu Pelaksanaan Penilaian
b. Pedoman Wawancara terhadap Siswa
Tabel 3. Pedoman Wawancara Siswa
Aspek Indikator
Pendahuluan Pendahuluan Pembelajaran
Kegiatan Inti
Penerapan Metode Pembelajaran Penggunaan Media dan Sumber Belajar Motivasi
Penutup Penutup Pembelajaran
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan semua dokumen yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Bahasa Inggris.
a. Data-data tertulis mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Bahasa Inggris berupa:
1) Dokumen RPP
[image:60.595.137.519.425.520.2]b. Data berupa foto dari:
1) Proses pelaksanaan kegiatan English Time.
2) Proses wawancara guru dan siswa.
3) Sarana dan prasarana.
G.Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010: 336) analisis data dalam penelitian kualitatif dila