• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA PANGKALPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA PANGKALPINANG"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

3- 1 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

(RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Bab 3

(2)

3- 2 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.1 KONDISI FISIK

3.1.1 Letak Geografis

Keluarnya UU Nomor 27 Tahun 2000 meresmikan pembentukan Bangka Belitung sebagai provinsi baru sekaligus juga menetapkan Pangkalpinang sebagai Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain sebagai ibukota provinsi, Kota Pangkalpinang juga merupakan wilayah otonomi yang berdiri sendiri sebagai kota. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki dua pulau terbesar yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung, serta beberapa pulau kecil lainnya, diantaranya Pulau Lepar, Pulau Seliu, Pulau Mandanau, Pulau Nado, dan Pulau Batudinding. Secara geografis, posisi kota ini terletak pada garis 106° 4’ sampai dengan 106°

7’ Bujur Timur dan garis 204’

sampai 2010’ Lintang Selatan. Daerah ini terletak pada bagian timur Pulau Bangka dengan batas-batas sebagai berikut :

a. sebelah utara berbatasan dengan desa pagarawan Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka

b. sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan pangkalan baru Kabupaten Bangka Tengah

c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka

d. sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan

Sebagai sebuah kota, Pangkalpinang merupakan daerah yang strategis sebagai pusat pembangunan. Hal ini disebabkan karena sebagai ibukota provinsi, Pangkalpinang memiliki beberapa fungsi sebagai pusat pengembangan pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Fungsi-fungsi tersebut adalah :

1. pusat pemerintahan dan permukiman penduduk; 2. pusat perdagangan dan industri;

3. pusat pelayanan sosial (pendidikan dan kesehatan) serta distribusi barang dan jasa;

(3)

3- 3 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

4. pusat administrasi penambangan timah, dan 5. pusat lembaga keuangan.

Untuk mengakomodasikan perkembangan kota inilah, maka Wilayah Kota Pangkalpinang yang sebelumnya hanya sebesar 31,7 km2 diperluas melalui Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1984 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pangkalpinang dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bangka, sehingga menjadi sebesar 89,4 km2, dan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Daerah Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Desa Selindung, maka luas wilayah Kota Pangkalpinang saat ini kurang lebih 118,408 km2. Namun berdasarkan kepada hasil perhitungan dari bakosurtanal dan perhitungan di lapangan luas Kota Pangkal Pinang sebenarnya kurang lebih sekitar 104 km2.

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan perluasan Wilayah Pangkalpinang, kota yang sebelumnya terdiri dari 5 kecamatan ini, kemudian menjadi 7 kecamatan dengan 42 kelurahan.

Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Gerunggang (6 kelurahan), Pangkalbalam (5 kelurahan), Tamansari (5 kelurahan), Rangkui (8 kelurahan), Bukit Intan (7 kelurahan), Gabek (6 Kelurahan) serta Girimaya (5 kelurahan). Dilihat dari presentase Kecamatan Bukit Intan merupakan kecamatan terluas di Kota Pangkalpinang yaitu sebesar 37.86 km2 ( 36%) dari luas Kota Pangkalpinang, sedangkan Kecamatan Tamansari merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu sebesar 2.64 km2 (2%) dari luas Kota Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.1, gambar 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Kecamatan di Kota Pengkalpinang Tahun 2011 No Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah

(4)

3- 4 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

No Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah (km2)

Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

Gambar 3.1

Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Kecamatan di Kota Pengkalpinang Tahun 2011

(5)

3- 5 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 3.2

(6)

3- 6 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.1.2 Topografi

Kota Pangkalpinang memiliki kondisi topografi relatif datar, dengan kelandaian rata-rata 0 sampai 15%, hanya di beberapa tempat yang topografinya bergelombang dan berbukit - bukit yaitu di bagian Barat dan Selatan (Bukit Girimaya dan Bukit Menara). Ketinggian tanah umumnya rendah yaitu berkisar 0 – 30 M di atas permukaan laut, hanya sebagian kecil yang memiliki ketinggian di atas 30 meter dari permukaan laut yaitu sekitar Bukit Giri, Bukit Merapin dan Bukit Baru Disekitar pesisir pantai dan sungai masih berupa rawa-rawa dan ditumbuhi pohon bakau. Secara morfologi Kota Pangkalpinang

miring ke arah Timur dan cekung dibagian tengah, dimana bagian pusat kota lebih rendah dari bagian Barat, Utara dan Selatan, sehingga pada musim hujan di bagian pusat kota sering terjadi banjir, kondisi ini menjadi kendala utama dalam pengembangan kota. Sedangkan daerah yang tidak terkena banjir terutama daerah bagian barat dan selatan yaitu bukit Girimaya dan bukit menara dengan ketinggian diatas 20 sampai 30 meter diatas permukaan laut. Kondisi kemiringan lahan sangat berpengaruh dalam pengembangan suatu wilayah. Ada beberapa klasifikasi kemiringan lereng, menurut Direktorat Jendral Kehutanan, Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Datar (kurang dari 8 %), kemiringan ini akan dapat mendukung penggunaan yang paling intensif, segala macam usaha pertanian dan kegiatan non pertanian

2. Sedang/berombak (antara 8 – 15 %), masih dapat mendukung penggunaan tanah untuk permukiman dan pertanian, tetapi memerlukan pengelolaan yang hati-hati.

3. Agak berat/Bergelombang (antara 15 – 25 % ), usaha pertanian terbatas, banyak investasi diperlukan.

4. Berat/berbukit (antara 25 – 45 %), vegetasi penutup sangat diperlukan, karena sangat mudah dipengaruhi erosi.

(7)

3- 7 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.2

Kemiringan Lereng di Kota Pengkalpinang No Kecamatan Kelurahan Kelerengan

0-2% 2-5% 5-15%

(8)

3- 8 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 3.3

(9)

3- 9 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.1.3 Geologi

Tanah di daerah Kota Pangkalpinang mempunyai pH rata-rata di bawah 5 dengan jenis tanah podzolik merah kuning, regosol, gleisol dan organosol yang merupakan pelapukan dari batuan induk. Sedangkan pada sebagian kecil daerah rawa jenis tanahnya asosiasi Alluvial-Hydromorf dan Glayhumus serta regosol kelabu muda yang berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

Keadaan tanah yang demikian kurang cocok untuk ditanami padi, tetapi masih memungkinkan untuk ditanami palawija. Pada daerah pinggiran, yaitu Desa Tuatunu dan Desa Air Itam cukup potensial menghasilkan lada dan karet. Kondisi geologi umum di daerah ini; formasi yang tertua adalah batu kapur berumur Permo Karbon, menyusul Slate berumur Trias Atas dan terakhir Intrusi Granit berumur setelah Trias Jura. Susunan batuan granit bervariasi dari granit sampai dioditik dengan inklusi mineral berwarna gelap yaitu Biotit dan ada kalanya Amfibol Hijau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 dan gambar 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.3

Geologi di Kota Pengkalpinang

No Kecamatan Kelurahan Geologi

(10)

3- 10 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

No Kecamatan Kelurahan Geologi

1 2 3 4 5

Sumber : Hasil Analisis, tahun 2013 Ket :

1 = Lempung organik, Pasir Halus, Lumpur Organik 2 = Lempung Pasir Berkerikil

3 = Lempung Pasiran 4 = Lempung, Pasir, Kerikil

5 = Perselingan Batu Lempung dan Lempung Pasiran

3.1.4 Iklim dan Curah Hujan

Iklim daerah Kota Pangkalpinang tergolong tropis basah type A dengan variasi hujan antara 241,4 mm per bulan selama tahun 2011, dengan jumlah hari hujan rata-rata 18 hari setaip bulannya. Bulan yang terkering adalah bulan September. Hawa di daerah ini dipengaruhi oleh laut, baik angin maupun kelembabannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 4 di bawah ini.

Tabel 3.4

Rata-rata Curah Hujan, Hari Hujan, Arah Angin,

Kecepatan Angin Rata-Rata di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Bulan/Tahun Curah Hujan Hari Hujan Arah Angin Kecepatan

(11)

3- 11 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 3.4

(12)

3- 12 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Suhu udara di Kota Pangkalpinang selama tahun 2011, bervariasi antara 23.3ºC – 32.3ºC, dengan suhu minimum 24.0 ºC dan maksimum 31.0 ºC, rata-rata suhu udara yaitu 26,9 ºC. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5

Rata-rata Suhu Udara, Minimum dan Maksimum

di Kota Pangkalpinang (OC) Tahun 2011

No Bulan/Tahun Minimum Maksimum Rata-rata

1 Januari 23.6 29.9 26.0 hari. Rata-rata kecepatan angin cukup bervariasi setiap bulannya yaitu 2,6 knot pada bulan Mei, yang terendah pada bulan November dan Desember sebesar 1,5 knot dan yang tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu 6,1 knot. Untuk lebih jelasnya mengenai rata-rata curah hujan, hari hujan, arah mata angin dan kecepatan angin di Kota Pangkalpinang tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6

Rata-rata Tekanan Udaran, Kelembaban dan Penyinaran Matahari di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

(13)

3- 13 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.1.5 Hidrologi

Di wilayah Kota Pangkalpinang terdapat beberapa sungai, pada umumnya sungai-sungai kecil yang ada di wilayah ini bermuara ke Sungai Rangkui. Di samping Sungai Rangkui terdapat juga Sungai Pedindang di bagian selatan. Kedua sungai ini berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota yang kemudian mengalir ke Sungai

Baturusa dan berakhir di Laut Cina Selatan. Sungai-sungai ini selain berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota, juga befungsi sebagai prasarana transportasi sungai dari pasar ke Sungai Baturusa dan terus ke laut. Anak Sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong kacang Pedang ke Sungai Rangkui yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930-an. Pada dasarnya wilayah kota Pangkalpinang kalau dilihat morfologinya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota lebih rendah, sehingga keadaan ini memberikan dampak negatif, yaitu rawan banjir terutama pada musim hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui Sungai Rangkui yang membelah Kota Pangkalpinang.

Adapun daerah yang tidak pernah tergenang terletak di sebelah Utara, Barat dan Selatan kota. Sedangkan daerah Timur yang berbatasan dengan Sungai Rangkui dan Laut Cina Selatan dan bagian tengah kota yang dilalui oleh sungai Rangkui sering tergenang oleh air pasang (rob), daerah yang tergenang tersebut terutama Kecamatan Rangkui, Pangkal Balam dan Taman Sari. Sungai Baturusa dan Sungai Rangkui selain berguna untuk mengalirkan air hujan juga dimanfaatkan untuk sarana transportasi air, terutama oleh para nelayan dan pedagang ikan di kota Pangkalpinang karena Sungai Rangkui ini melalui pusat kota di samping pasar Kota Pangkalpinang. Anak Sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong Kacang Pedang ke Sungai Rangkui.

(14)

3- 14 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 3.5

(15)

3- 15 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.1.6 Rawan Bencana

a. Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam (natural hazard) yang sering terjadi di Indonesia. Dampak dari gempa bumi, selain korban jiwa adalah kerusakan infrastruktur, dan bangunan permukiman lainnya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi, dipengaruhi olek karakteristik tanah/batuan setempat, di samping karakteristik guncangan (ground shaking) yang dihasilkan oleh suatu besaran kegempabumian (magnitude).

Ditinjau dari aspek tektonika secara regional bagian Indonesia Timur, Kota Pangkalpinang dan Pulau Bangka pada umumnya, merupakan daerah busur luar (back arc) yang jauh dari daerah mandala tumbukan (subduction zone). Kondisi ini menunjukkan bahwa Wilayah Kota Pangkalpinang jauh dari pusat gempa. Berdasarkan peta zona seismik, Wilayah Kota Pangkalpinang termasuk dalam zona dengan percepatan gempa (g) 0,20 – 0,40.

b. Banjir

Sebagaimana menurut hukum air dan gravitasi, wilayah yang berpotensi banjir, adalah daerah dataran rendah. Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi sekunder, daerah banjir adalah Kecamatan Rangkui dan Kecamatan Tamansari.

Daerah ini, pada bagian permukaannya dibentuk oleh lempung hingga lanauan (berdasarkan proses pengendapan, butiran yang lebih halus dan ringan diendapkan pada bagian paling atas). Lapisan lempung lanauan ini, bersifat tidak meluluskan air, khususnya pada endapan aluvium sungai.

Banjir di daerah ini umumnya disebabkan meluapnya air sungai pada musim penghujan karena tidak mampu menampung kapasitas air. Sungai-sungai yang menjadi langganan; banjir adalah Sungai Rangkui (membelah Kota Pangkalpinang), Sungai Selindung dan meander Sungai Baturusa. Pada kondisi normal, genangan air di sungai tersebut di atas maupun rawa yang terbentuk di sekitar bantaran S. Baturusa, cepat surut. Namun, pada saat air laut sedang pasang, air sungai akan tertahan dan membalik ke arah hulu. Dalam kondisi demikian, air genangan banjir menjadi lambat surutnya.

(16)

3- 16 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

cukup lama dan luas terutama daerah pusat kota yaitu meliputi Kecamatan Rangkui dan Pangkalbalam serta Tamansari, dimana letaknya lebih rendah dari bagian Barat, Utara dan Selatan, hal inilah yang menjadi kendala utama bagi Kota Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7 dan gambar 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.7

Rawan Bencana Banjir di Kota Pengkalpinang No Kecamatan Kelurahan Rawan Bencana

Banjir 6 Gerunggang Kacang Pedang

Tuatunu Bukit Merapin Bukit Sari Taman Bunga Air Kelapa Tujuh 7 Girimaya Sriwijaya

Bukit Besar Batu Intan Semabung Baru Pasar Padi

(17)

3- 17 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 3.6

(18)

3- 18 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

c. Gerakan Tanah

Berdasarkan studi geologi Kota Pangkalpinang, gerakan tanah jarang terjadi, karena sebagian besar daerah pemetaan umumnya datar, dan walaupun berbukit batuannya relatif masih segar dan masif. Secara teoritis, daerah yang berpotensi untuk terjadi gerakan tanah (longsoran) pada suatu daerah dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :

1. Kemiringan dan tinggi lereng (mulai dari > 9% atau > 25%); 2. Sifat dan mekanik tanah;

3. Keairan, menyangkut muka air tanah (tekanan hidrostatis); 4. Jenis litologi, khususnya fraksi halus (lempung dan lanau);

5. Struktur geologi, mikro (celah, batas bidang diskontinu), makro (patahan, kekar, dsb);

6. Kegempabumian, goncangan menimbulkan keretakan dan ketidakstabilan; 7. Pengaruh aktivitas manusia, antara lain pemotongan lereng;

8. Tata guna lahan, penggundulan hutan.

d. Erosi

Secara umum, erosi terbagi dalam dua jenis, yaitu : Erosi Permukaan dan Erosi Sungai. Mekanisme tejadinya erosi permukaan disebabkan oleh aliran air permukaan (surface water run off) pada lapisan tanah atau batuan yang kurang padu dan mudah luruh apabila terkena air. Erosi sungai adalah erosi secara lateral atau ke arah samping kelokan sungai (meandering) yang tajam membentuk huruf C atau pada sungai lurus namun dalam dan tebingnya membentuk huruf V atau U. Erosi sungai cenderung meningkat pada musim penghujan, karena jumlah/debit dan permukaan air sungai bertambah, sehingga energi untuk menggerus semakin besar. Akibat dari erosi sungai ini, adalah hilangnya beban penyangga samping pada tebing yang bersangkutan, sehingga tebing akan menjadi tidak stabil atau stabilitas tebing terganggu, selanjutnya akan menyebabkan terjadinya longsoran. Erosi sungai dapat dijumpai pada muara Sungai Baturusa (Kecamatan Pangkalbalam) dan Sungai Selindung yang tersusun oleh endapan Aluvium Sungai (Qas).

e. Abrasi

(19)

3- 19 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Januari, Mei, Juli dan Nopember, di mana kecepatan angin (dari arah Timur Laut) dapat mencapai kecepatan 18 knot/jam. Akibatnya adalah, energi dan tinggi gelombang Laut Cina Selatan bertambah dan gejala abrasi semakin meningkat.

f. Perosokan Tanah

Gejala perosokan terjadi apabila lapisan tanah yang lunak dengan kompresibilitas tinggi, menyangga beban yang melebihi daya dukung, maka kemungkinan besar akan terjadi perosokan (settlement). Daerah yang mempunyai kecenderungan mengalami perosokan adalah daerah bekas rawa alami dan bekas galian tambang timah yang tidak direklamasi secara semestinya. Sebagai contoh, area bekas kolong yang ditimbun secara sembarangan dapat menimbulkan perosokan, semakin dalam kolong yang ditimbun, semakin besar pula potensi perosokan.

Perosokan dapat menjadi kendala atau faktor penghambat dalam perencanaan pengembangan fisik ataupun penataan ruang. Oleh karena itu, lokasi perencanaan struktur bangunan, harus memperhatikan kondisi lokasi tapak (bekas rawa/kolong atau bukan), sehingga kerusakan dan kerugian dapat dihindari atau dikurangi.

3.1.7 Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan di Kota Pangkalpinang meliputi kawasan peruntukan zona lindung dan zona budidaya. Zona lindung di kawasan perencanaan meliputi hutan lindung, daerah resapan air, zona perlindungan setempat, zona rawan bencana dan ruang terbuka hijau yang berfungsi lindung, sedangkan zona budidaya yang tedapat di Kota

(20)

3- 20 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Pangkalpinang dapat di lihat pada Tabel 3.8 dan Gambar 3.7 dan Gambar 3.8 di bawah ini.

Tabel 3.8

Penggunaan Lahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Penggunaan Lahan

Kecamatan

Rangkui Bukit Intan

Pangkal Balam

Taman

Sari Gerunggang

1 Lahan Sawah 2 Lahan Kering

a. Pekarangan 601 1862 1309 118 466

b. Tegal 9 258 578 408

c. Ladang 50

d. Pengembalaan/Padang Rumput

1 155

e. Sementara Tidak di Usahakan

17 100 200

f. Ditanami Kayu-kayu hutan 8

g. Hutan 140

h. Perkebunan 5 15 545

i. Lain-lain 111 370.5 887.5 12.5 1526 3 Lahan Lainnya

a. Rawa-rawa 27 822 309 609 b. Tambak 7.5 167.5 112.5 2.5 10

c. Kolam 1.5 1 5 6

Jumlah 787 3654 3556 133 3710

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Gambar 3.7

(21)

3- 21 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Peta 3.8

(22)

3- 22 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.2 KONDISI DEMOGRAFI

Aspek kependudukan dan sosial budaya merupakan faktor penting dalam penyusunan tata ruang. Dengan aspek ini diharapkan dapat diketahui perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan, sehingga perkiraan penduduk pada masa yang akan datang lebih mudah dilakukan. Sedangkan faktor sosial budaya diharapkan dapat membantu dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di wilayah perencanaan.

Pola pertumbuhan penduduk di Kota Pangkalpinang akan berpengaruh terhadap pola kebutuhan lahan di masa mendatang. Dalam pembahasan tentang aspek kependudukan beberapa hal yang penting untuk dikemukakan antara lain jumlah penduduk, pertambahan dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut struktur umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin.

Jumlah penduduk terbanyak di Kota Pangkalpinang pada tahun 2007 adalah di Kecamatan Rangkui dengan jumlah penduduk mencapai 39.778 Jiwa, sedangkan Kecamatan Tamansari merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terendah di Kota Pangkalpinang dengan jumlah penduduk 12.343 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.9

Jumlah Penduduk di Kota Pangkalpinang Tahun 2007- Tahun 2011

No Kecamatan Luas Jumlah Penduduk Kota Pangkalpinang

2007 2008 2009 2010 2011

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Pada tahun 2011 kecamatan yang merupakan wilayah terpadat di Kota Pangkalpinang adalah Kelurahan Gerunggang dengan penduduk mencapai 35841 Jiwa dan Kecamatan Girimaya merupakan kecamatan terendah jumlah penduduknya dengan jumlah mencapai 19708 jiwa.

(23)

3- 23 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

beberapa kecamatan merupakan hasil pemekaran dari kecamatan yang berada di Kota Pangkalpinang sehingga terdapat peningkatan penduduk di beberapa Kecamatan di Kota Pangkalpinang. Untuk laju pertumbuhan penduduk dinyatakan dalam bentuk persen (%) yang merupakan angka yang menunjukan besarnya persentase perubahan penduduk dari satu tahun ke tahun berikutnya. Laju pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi oleh angka kelahiran, kematian dan migrasi. Angka persentase digunakan untuk menghitung/ memperkirakan/ memproyeksikan jumlah penduduk untuk waktu yang akan datang.

3.2.1 Distribusi Penduduk

Distribusi penduduk merupakan sebaran penduduk pada sebuah wilayah, ini ditandai oleh jumlah penduduk yang tersebar, di Kota Pangkalpinang konsentrasi penduduk yang cukup tinggi pada umumnya tersebar di wilayah kelurahan yang selama ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data terakhir Kecamatan Dalam Angka Kota Pangkalpinang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperoleh tahun 2011, jumlah penduduk di Kota Pangkalpinang berjumlah 189.910 jiwa yang tersebar di 7 kecamatan dan 42 kelurahan. Dilihat dari penyebaran penduduknya, penduduk di Kota Pangkalpinang terbanyak tersebar di Kecamatan Rangkui dengan jumlah 36.109 jiwa atau sebesar 19,01%. Penyebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan Girimaya dengan jumlah 19.708 jiwa atau hanya sebesar 10,38 % dari jumlah keseluruhan penduduk di Kota Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya Distribusi penduduk di Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini.

Tabel 3.10

Distribusi Jumlah Penduduk Kota Pangkalpinang Tahun 2011

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.2.2 Kepadatan Penduduk

(24)

3- 24 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

tergolong paling kecil dibandingkan kecamatan lainnya. Selain itu, tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Tamansari besar kemungkinan disebabkan oleh banyaknya lahan terbangun sehingga terjadi pemusatan permukiman dan kegiatan perkotaan lainnya di kecamatan ini. Kegiatan perdagangan dan jasa merupakan jenis kegiatan

yang relatif terfokus di kecamatan Tamansari.

Kecenderungan pertambahan jumlah penduduk serta sebaran kepadatan penduduk seperti dijelaskan di atas, perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota terutama dalam pengembangan Kota Pangkalpinang kedepan. Ditambah lagi perubahan status menjadi Ibukota Provinsi akan memberikan banyak konsekuensi terutama pada penataan pemanfaatan ruang.

Salah satu faktor penyebab tingkat kepadatan ini antara lain ditunjang dengan kelengkapan fasilitas yang tersedia baik berupa kegiatan pendidikan, kesehatan, perdagangan dan lain-lain. Dengan keadaan ini, menjadi daya tarik bagi penduduk luar untuk melakukan aktifitas perekonomian ataupun aktifitas lainnya. Sehingga perlu ada intervensi pemerintah untuk melakukan tindakan baik insentif ataupun disinsentif, baik berupa pengenaan pajak, memperketat perizinan, pemberlakukan KDB-KLB terutama central-cental kegiatan, ataupun dengan pengalihan sebagian kegiatan kedaerah lain yang masih berbatasan.

Faktor kepadatan ini berpengaruh pada pola penggunaan lahan, tipe lingkungan, dan fasilitas-fasilitas/sarana-sarana transportasi dan sarana komunikasi. Secara rinci jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.9 di bawah ini

Tabel 3.11

Kepadatan Penduduk Kota Pangkalpinang Tahun 2011

(25)

3- 25 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 3.9

(26)

3- 26 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.2.3 Struktur Penduduk

Dalam pembahasan tentang aspek kependudukan beberapa hal yang penting untuk dikemukakan antara lain jumlah penduduk, pertambahan dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut struktur umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Struktur penduduk dilakukan untuk mengetahui komposisi penduduk di Kota Pangkalpinang berdasarkan penduduk menurut umur, penduduk menurut tingkat pendidikan, penduduk menurut mata pencaharian, penduduk menurut jenis kelamin dan penduduk menurut agama.

A. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari segi biologis, yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. Angka sex ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk pria dalam setiap 100 penduduk wanita. Data jumlah penduduk Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 mencapai 189.910 jiwa dengan Struktur penduduk laki-laki sebesar 95.987 jiwa (50, 54 %) dan jumlah penduduk perempuan mencapai 93.923 jiwa (49,46 %).

Artinya, perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria, dari rasio jenis kelamin ini maka terlihat bahwa penduduk Kota Pangkalpinang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, adapun sek ratio terbesar terdapat di Kecamatan Pangkalbalam dan Kecamatan Gerunggang dengan sex ratio mencapai 104, sedangkan Kecamatan Gabek merupakan kecamatan dengan sex ratio terrendah yaitu sebesar 95, bila dirinci per kecamatan tidak semua kecamatan di Kota Pangkalpinang mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.12 dan gambar 3.10 di bawah ini.

Tabel 3.12

Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Pangkalpinang Tahun 2011

(27)

3- 27 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Grafik 3.10

Grafik Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Pangkalpinang Tahun 2011

B. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Struktur penduduk menurut kelompok umur dapat menunjukkan beberapa indikator kependudukan, yaitu jumlah angkatan kerja (usia produktif), angka ketergantungan, potensi pergerakan penduduk, dan sebagainya. Proyeksi ini sangat diperlukan, terutama untuk memperkirakan aspek-aspek sebagai berikut :

 Potensi tenaga kerja yang tersedia dan perkiraan kesempatan kerja yang harus disediakan serta beberapa kebijakan yang harus dirumuskan

 Perkiraan penyediaan/alokasi fasilitas sesuai dengan kebutuhan

(28)

3- 28 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.13

Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-4 9391 8805 18196

C. Struktur Penduduk Berdasarkan Agama

Dari tahun ke tahun Kota Pangkalpinang selalu berupaya untuk meningkatkan sarana dan fasilitas peribadatan serta rasa tentram dalam menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing individu. Hai ini tercermin dari meningkatnya tempat peribdataatan secara total, rasa aman dalam menjalankan ibadahnya dan sebagainya.

Prosentase penduduk Kota Pangkalpinang menurut agama yang dipeluk pada tahun 2011 sebesar 167624 jiwa (80,54 persen) islam, Katolik sebesar 7972 jiwa (3,83 persen), Kristen 7497 jiwa (3,60 persen), Hindu 80 jiwa (0,04 persen), Budha sebesar 16303 jiwa (7,83 persen), Konghucu sebesar 8403 jiwa (4,04 persen) dan agama lainnya sebesar 236 jiwa (0,1 persen). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.14 di bawah ini.

Tabel 3.14

Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Agama Jumlah Penduduk Prosentase

1 Islam 167624 80.54

(29)

3- 29 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.2.4 Adat Istiadat/Budaya

Masyarakat Kota Pangkalpinang masih menjunjung tinggi adat istiadat, walaupun sudah membuka diri dengan budaya luar, namun msyarakat Kota Pangkalpinang masih tetap menjungjung tinggi nilai – nilai tradisi, budaya serta kearifan lokal. Bahasa harian yang digunakan masyarakat Kota Pangkalpinang adalah bahasa Melayu, dengan dialek dan pelafalan yang majemuk.

Seperti telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, agama yang paling banyak dianut adalah agama Islam. Namun demikian pengaruh agama Kong Hu Cu masih sangat dominan terutama pada penduduk yang berketurunan Cina. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya bangunan-bangunan Klenteng yang digunakan sebagai tempat peribadatan oleh penduduk yang beragama Kong Hu Cu. Meskipun tergolong minoritas jika dibandingkan para penganut lain, kegiatan keagamaan Kong Hu Cu cukup mengundang perhatian dan turut mewarnai kekayaan kebudayaan Kota Pangkalpinang.

Di Kota Pangkalpinang diskriminasi antara warga Indonesia asli dengan warga negara keturunan asing dalam hal ini keturunan Cina hampir tidak ada. Mereka hidup saling berdampingan, saling menolong, saling membaur dalam kegiatan sosial ekonomi serta sama-sama berusaha dan bekerja dalam kegiatan pengembangan Kota Pangkalpinang. Hal ini merupakan satu potensi yang perlu terus dikembangkan guna meningkatkan proses pembangunan.

Mengingat penduduk etnis Cina relatif cukup banyak di Kota Pangkalpinang, maka perkembangan kegiatan-kegiatan dari adat Cina cukup berkembang dan berjalan pada setiap tahunnya. Kegiatan-kegiatan bernuansa adat kepercayaan Cina tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya untuk penduduk setempat melainkan juga bagi para penduduk luar Kota Pangkalpinang terutama bagi wisatawan yang sedang berkunjung. Adapun beberapa kegiatan adat Cina yang ditemui di Kota Pangkalpinang adalah :

1. Tahun Baru Imlek; 2. Cap Go Me;

3. Sembahyang Kubur (Ceng Beng); 4. Sembahyang Kue Cang (Pek Cun); 5. Sembahyang Rebut;

(30)

3- 30 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.3 KONDISI SARANA PELAYANAN UMUM

Kondisi sarana dan prasarana berfungsi untuk mendukung kegiatan dan mobilitas masyarakat setempat, guna mengetahui hal tesebut maka dilihat berdasarkan sebagai berikut :

3.3.1 Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan yang terdapat di Kota Pangkalpinang adalah sebanyak 98 unit langgar, 85 unit masjid, 9 gereja Kristen Protestan, 7 Gereja Kristen Katolik, 9 vihara dan 4 Kelenteng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.15 Jumlah Sarana Peribadatan Tahun 2011.

Tabel 3.15

Jumlah Sarana Peribadatan Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Kecamatan

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.3.2 Sarana Pendidikan

(31)

3- 31 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

4 buah), serta terdapat juga lembaga pendidikan pra sekolah sebanyak 40 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.16 di bawah ini.

Tabel 3.16

Jumlah Sarana Pendidikan Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Nama

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Rangkui 6 13 2 3 2 2 2 - 2 1 1 1

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Untuk perguruan tinggi di Kota Pangkalpinang sudah terdapat 12 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, dapat di lihat pada tabel 3.17 sebagai berikut :

Tabel 3.17

Perguruan Tinggi di Kota Pangkalpinang No Nama Perguruan Tinggi

1.

Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) PERTIBA Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PERTIBA Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) IBEK

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ABDI NUSA Akademi Kebidanan (AKBID) Bunga Bangsaku Bangka Akademi Kebidanan (AKBID) BABEL

Akademi Kebidanan (AKBID) Citra Delima Akademi Keperawatan (AKPER) Pemda Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan AMIK Atma Luhur

Universitas Terbuka

Universitas Bangka Belitung (UBB), Rektorat

Sumber : Buku Putih Sanitas (BPS) Kota Pangkalpinang Tahun 2012

3.3.3 Sarana Kesehatan

(32)

3- 32 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

namun ada juga yang dilaksanakan cukup mengalami hambatan. Hal ini memberikan gambaran menganai derajat keseatan masyarakat yang ditinjau dari pola penyakit, gizi masyarakat dan angka kematian. Derajat kesehatan juga dipengaruhi/didukung olah situasi demografi dan lingkungan. Jumlah rumah sakit di Kota Pangkalpinang sebanyak 3 buah yang terdiri dari 1 Rumah Sakit Pemerintah yakni RSUD Kota Pangkalpinang dan Rumah Sakit DKT, serta RS Swasta yakni RS Bakti Timah dan RS Bakti Wara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.18 di bawah ini.

Tabel 3.18

Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Sarana Kesehatan Pemerintah Swasta Jumlah

1 Rumah Sakit 1 2 3

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.4 KONDISI PRASARANA TRANSPORTASI

Transportasi merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam memperkokoh ketahanan nasional. Sistem Transportasi yang handal, berkemampuan tinggi, efektif dan efisien dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah, pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa yang muaranya meningkatkan daya saing nasional. Transportasi yang berupa jalan raya, terminal dan jembatan merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan wilayah. Sistem jaringan pergerakan merupakan hal utama yang harus ada dalam pengolahan sumber daya alam, pengangkutan dalam kegiatan produksi dan distribusi, mendukung pergerakan barang dan orang, pembentuk struktur ruang dan lain sebagainya.

(33)

3- 33 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

mudahnya interaksi antar wilayah, maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya), karena hubungan antar wilayah yang semakin mudah akan merangsang, membangkitkan pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan membuka isolasi wilayah, sehingga wilayah tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonominya.

3.4.1 Perhubungan Darat

Perhubungan darat adalah melalui jalan raya baik untuk angkutan dalam kota maupun luar kota, termasuk juga angkuta sungai, danau dan penyeberangan. Panjang jalan di Kota Pangkalpinang tahun 2011 cenderung mengalami penambahan bila di bandingkan tahun sebelumnya. Dalam wilayah pulau Bangka kendaraan/sarana angkutan yang digunakan di pulau ini berupa bus, truk, pick up, oplet. Sarana angkutan lainnya adalah sepeda motor, jeep dan sedan.

a. Kondisi Jaringan Jalan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah

dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Merujuk pada Udang-undang tersebut, berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan, fungsi tersebut dibedakan menjadi jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder.

 Jalan arteri primer adalah menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah;

 Jalan kolektor primer adalah menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan local;

(34)

3- 34 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

 Jalan lingkungan primer adalah menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di alam lingkungan kawasan perdesaan;

 Jalan arteri sekunder adalah menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua;

 Jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud adalah menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

 Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan;

 Jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.

Selain itu, kondisi jalan di Kota Pangkalpinang tidak terlerpas dari masalah kemacetan yang menimbulkan dampak serta pengaruh terhadap kelancaran pergerakan lalu lintas, secara umum kemacetan tersebut ditimbulkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1) Bangkitan pergerakan kendaraan yang tinggi terutama pada jam-jam tertentu yang diakibatkan oleh adanya kawasan perdagangan dan jasa serta perkantoran maupun sarana pelayanan umum.

2) Adanya persimpangan-persimpangan yang tidask dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas yang memadai sehingga terjadi kemacetan yang memusat dan mencapai waktu yang cukup lama.

3) Tidak tersedianya lahan parkir yang memadai terutama di sekitar kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran dan sarana pelayanan umum sehingga kendaraan yang berhenti memarkir dibadan jalan dan mengurangi kinerja jalan.

4) Kurangnya disiplin pemakai jalan dalam mematuhi peraturan lalulintas. Untuk lebih jelas kondisi jaringan jalan yang teridentifikasi di Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada tabel 3.19 s/d tabel 3.21 di bawah ini.

Tabel 3.19

Panjang Jalan Menurut Pemerintah yang Berwenang di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Jalan Panjang Jalan (km)

1 Jalan Negara 2 Jalan Provinsi

3 Jalan Kabupaten/Kota 338.713

(35)

3- 35 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.20

Panjang Jalan Menurut Lapisan Permukaan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Tabel 3.21

Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Jaringan jalan disusun untuk mewujudkan pelayanan aksesibilitas yang merata di seluruh wilayah Kota Pangkalpinang, dan mengarahkan pertumbuhan wilayah terutama pada wilayah pengembangan baru dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya daerah. Sistem jaringan jalan yang ada di Kota Pangkalpinang terdiri dari:

1) Jalan Kolektor Primer

Fungsi Jalan kolektor Primer terhadap transportasi Kota Pangkalpinang adalah jalan-jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota-kota besar lainnya dalam ibukota provinsi, atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara satu PKW dengan PKW dalam satu provinsi, atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar Pusat Pelayanan Kota (Primer) dalam wilayah Kota Pangkalpinang. Penetapan ruas jalan kolektor primer saat ini di Kota Pangkalpinang, terdiri atas :

Kolektor Primer 1

1) Jalan Raya Sungailiat – Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Mayor Syafri Rahman – Jalan Soekarno-Hatta; dan

2) Jalan Masjid Jamik – Jalan Depati Amir

Kolektor Primer 2 1) Jalan Solihin GP;

2) Jalan Yos Sudarso – Jalan Laksamana Malahayati; 3) Jalan Depati Hamzah;

(36)

3- 36 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

4) Jalan Aleksander – Jalan Pulau Bangka; 5) Jalan R.E Martadinata;

6) Jalan PPI;

7) Jalan Pulau Pelepas; 8) Jalan Pulau Ketawai;

9) Jalan Ahmad Rasidi Hamzah;

2) Jalan Kolektor Sekunder

Fungsi jalan kolektor sekunder terhadap transportasi Kota Pangkalpinang adalah ruas-ruas jalan yang melayani pergerakan dari pusat sekunder dengan pusat sekunder lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor Sekunder antara lain:

1) Jalan Abdullah Bursyah; 2) Jalan Adyaksa;

3) Jalan Ahmad Yani; 4) Jalan Air Mangkok; 5) Jalan Air Mawar; 6) Jalan Basuki Rahmat; 7) Jalan Batin Tikal; 8) Jalan Batu Kaldera; 9) Jalan Batu Nirwana; 10) Jalan Batu Nirwana II; 11) Jalan Cendrawasih; 12) Jalan Cut Nyak Dien; 13) Jalan Fatmawati;

19) Jalan Letkol Saleh Ode; 20) Jalan M. Saleh Zainuddin; 21) Jalan Mustika;

22) Jalan Pahlawan 12; 23) Jalan Ratna Raya; 24) Jalan Ratu Tunggal; 25) Jalan Raya Pasir Padi; 26) Jalan Stania;

(37)

3- 37 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tipologi Angkutan Umum 3) Jalan Lokal Sekunder

Fungsi jalan lokal sekunder terhadap transportasi Kota Pangkalpinang adalah ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar jalan kolektor sekunder dengan jalan kolektor sekunder. Ruas jalan jalan lokal sekunder yang ditetapkan antara lain seluruh jalan selain yang telah disebutkan sebelumnnya. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi jaringan jalan di Kota Pangkalpinang dapat di lihat pada gambar 3.11 di bawah ini.

4) Prasarana dan Sarana Angkutan Umum

Kota-kota yang sustainable secara ekonomi, sosial dan lingkungan adalah visi kota yang diperkuat oleh pelayanan angkutan umum sebagai tulang punggung pergerakan mayoritas penduduk, berdaya sain dan memberikan kontribusi terhadap rendahnya biaya transportasi penduduk. Secara umum, kota-kota dibagi menurut jenis angkutannya berupa angkutan individu dan angkutan massal, memiliki ciri operasi angkutan umum:

 Kota Kecil: Angkutan umum terdiri dari Angkutan Kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek.

 Kota Menengah: Angkutan umum, terdiri dari Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan kota (Angkot) dan bus sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek

 Kota Besar: Angkutan Massal, terdiri dari Sistem Transit, Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek

(38)

3- 38 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 3.11

(39)

3- 39 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Trayek Angkutan adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel 3.22 s/d tabel 3.23 di bawah ini.

Tabel 3.22

Jumlah Kendaraan Roda Empat dan Roda Dua yang terdaftar di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Kendaraan Jumlah

1 Kendaraan Roda Empat 19463 1. Mobil Penumpang 11991

a. Sedan 1260

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Tabel 3.23

Lalu Lintas Penumpang Menurut Trayek/Jurusan yang Menggunakan Fasilitas Perum Damri di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Trayek Armada Jumlah Jumlah Penumpang

Berangkat Datang

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

5) Kondisi Terminal

(40)

3- 40 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Rangkui), dan. Terminal yang dikembangkan di Kota Pangkalpinang adalah terminal penumpang dan/atau terminal barang.

6) Kondisi Pedestrian

Menurut Rapoport (1991), pedestrian sebagai pengguna jalur pedestrian dalam melakukan aktivitasnya diwarnai dengan perilaku sosial (with activities of socialibility), menunjukkan dimungkinkannya kegiatan lain selain pedestrian. Jalur pejalan kaki di Kota Pangkalpinang dibagi menjadi dua kelompok aktivitas pelayanan publik, yaitu sistem pedestrian dan sistem sirkulasi kendaraan. Jalur pedestrian terdapat di kedua sisi tepi jalan membentuk jalur linier mengikuti jaringan jalan.

Hampir di semua penggal jalan di Kota Pangkalpinang, pedagang formal dan PKL menempati sebagian atau semua area jalur pedestrian untuk bedagang, sehingga mengakibatkan pejalan kaki tidak leluasa melakukan aktivtas, di lain pihak PKL akan lebih mudah menjangkau konsumen terutama untuk pedestrian. Jalur pedestrian di Kota Pangkalpinang tidak jelas pemanfaatannya baik sebagai kebutuhan publik maupun kebutuhan privat. Selain berfungsi sebagai area PKL, jalur pedestrian juga berfungsi sebagai area parkir, hal tersebut sangat rentan Berdasarkan hasil observasi lapangan diketahui bahwa jalan yang telah memiliki pedestrian terdiri dari : 1. Jalan Sudirman dan

2. Jalan Ahmad Yani

3. Sepanjang sisi utara taman merdeka.

4. Kawasan Mendara Kelurahan Kejaksaan Kecamatan Tamansari

Fenomena jalur pejalan kaki yang terdapat di Kota Pangkalpinang, antara lain:

1) Bedasarkan Fungsi

 Konflik fungsi, yaitu terdapat fungsi hunian dan komersil, serta konflik fungsi pedestrian antara pedestrian dengan PKL dan elemen yang terdapat di jalur pedestrian.

 Penumpukan aktivitas pada fungsi-fungsi tertentu, sehingga terjadi kepadatan aktivitas, seperti di depan fasilitas pelayanan (sekolah, kantor, dan lain-lain) serta pasar.

 Jalur pedestrian yang berfungsi untuk pejalan kaki, dengan adanya PKL, membuat pejalan kaki turun ke jalan raya.

2) Berdasarkan ruang dan massa

(41)

3- 41 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

 Pedestrian yang sempit (±0,5 - 1,5 meter) tidak terlindung dari matahari (panas), tidak nyaman, dan tidak terdapat tempat pemberhentian untuk duduk dan beristirahat sejenak.

3) Berdasarkan sirkulasi dan traffic

 Tidak terdapatnya kantong parkir, sehingga parkir berada pada badan jalan pada kedua sisi jalan.

 Pemanfaatan pedestrian oleh PKL khususnya pada malam hari dan parkir becak yang mengakibatkan pedestrian terpaksa berjalan pada badan jalan yang mengganggu arus lalu lintas.

 Kepadatan tinggi pada waktu-waktu tertentu karena sebagian besar kawasan merupakan kawasan komersil.

 Tempat pemberhentian moda ilegal, yaitu pemberhentian angkutan kota yang mengganggu arus sirkulasi.

7) Kondisi Parkir

Ketersediaan ruang parkir merupakan kebutuhan mutlak daerah perkotaan khususnya di pusat-pusat kegiatan warga kota. Sistem parkir menggunakan badan jalan (on street parking) diterapkan di beberapa ruas jalan utama.

Pengembangan sistem parkir

sebagai bagian dari manajemen transportasi diarahkan untuk mengurangi penggunaan badan jalan sebagai ruang parkir, sehingga kapasitas jalan dapat dipergunakan secara maksimal. Beberapa prinsip pengembangan perparkiran yang diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Off street parking, yaitu pengembangan dengan sistem parkir khusus yang tidak menggunakan badan jalan. Pengembangan sistem ini terutama di pusat pemerintahan kota, perkantoran dan pusat-pusat kegiatan komersial;

2. On street parking, yaitu pengembangan sistem perparkiran yang menggunakan badan jalan yang ada. Sistem ini harus dibatasi dan hanya diberlakukan di lokasi pemukiman atau jalan-jalan lingkungan. Sistem ini tidak direkomendasikan diterapkan di rusas-ruas jalan utama.

(42)

3- 42 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.4.2 Perhubungan Laut

Angkutan laut merupakan salah satu akses arus keluar maupun masuk penumpang dan barang dari dan menuju Kota Pangkalpinang. Pintu gerbang perhubungan laut di Kota Pangkalpinang adalah Pelabuhan Pangkalbalam, yang dikelola oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Pangkalbalam. Pelabuhan Pangkalbalam memiliki :

Kapasitas : 2000 DWT

Letak : 4 Km dari muara Sungai Baturusa

Status : Entry Sea Port (1948)

Dilayani : CIQ (Countainer System 40 (feet)

Adapun pelabuhan itu sendiri terdiri dari : Pelabuhan Umum

Pelabuhan Pangkalbalam menjadi pelabuhan antar pulau baik penumpang maupun barang, yang berlokasi di Kelurahan Lontong Pancur dan Kelurahan Ketapang (Kecamatan Pangkalbalam);

Pelabuhan Khusus

 pangkalan pendaratan ikan dari segi intensitas dan kapasitas pendaratan ikan di Kelurahan Temberan Kecamatan Bukit Intan; dan

 pelabuhan khusus pendukung industri di Kelurahan Temberan Kecamatan Bukit Intan.

Sedangkan untuk jalur pelayaran dari pelabuhan tersebut meliputi jalur regional antar pulau dimana secara umum jalur pelayaran terdiri atas :

 Jalur pelayaran pangkal pinang – Jakarta (Begitupun sebaliknya)

 Jalur pelayaran pangkalpinang – Tanjung Pandan (Begitupun sebaliknya)

 Jalur pelayaran pangkalpinang – Batam (Begitupun sebaliknya)

(43)

3- 43 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.24

Arus Kunjungan Kapal Berdasarkan Jenis Pelayaran Di Pelabuhan Pangkalpinang Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Pelayaran Satuan Jumlah

Kunjungan

1 Melalui Dermaga Umum

a. Pelayaran Luar Negeri Unit GT

161 209130 b. Pelayaran Dalam Negeri Unit

GT d. Pelayaran Perintis Unit

GT g. Pelayaran Dalam Negeri Unit

GT

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.4.3 Perhubungan Udara

Meskipun lokasi bandar udara depati Amir bukan terletak di Kota Pangkalpinang akan tetapi kota pangkalpinang termasuk kedalam wilayah pengaruh (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbanagan) dari Bandara Depati Amir tersebut. Daerah yang termasuk kedalam wilayah

KKOP adalah Kecamatan Bukit Intan yang dipengaruhi : 1. Kawasan Lepas landas

2. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan 3. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar

(44)

3- 44 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.5. KONDISI PEREKONOMIAN

3.5.1 Perkembangan Ekonomi (PDRB) Kota Pangkalpinang

Pada tahap awal pembangunan ekonomi suatu daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi ini mengandung unsur dinamis yaitu adanya perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu, penggunaan indikator kinerja perekonomian daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pertumbuhan ekonomi (economic growth) sampai saat ini masih digunakan untuk memantau perbaikan ekonomi suatu daerah.

Produk Domestik Reional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan produksi (Production Approach), yaitu perhitungan PDRB didasarkan pada total nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam kurun waktu satu tahun dengan menggunakan harga konstan (Constant Price). Oleh karena itu Produk Domestik Regional Bruto adalah suatu indikator makro yang menggambarkan kondisi ekonomi di suatu wilayah pada satuan tertentu. PDRB atas dasar harga tetap atau konstan pada tahun tertentu bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB dari tahun ke tahun, dan laju perekonomian secara riil yang menunjukkan kenaikan/penurunanya yang tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga. PDRB ini dilihat dari sudut sektoral ekonomi / lapangan usaha, yang menunjukkan besarnya kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah dari proses produksi dari setiap kegiatan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Gross Regional Domestic Product (GRDP) Kota Pangkalpinang adalah nilai output yang diproduksi/dihasilkan di dalam Wilayah Kota Pangkalpinang, mencakup output dari faktor produksi milik domestik (orang dan perusahaan penduduk dalam wilayah kota ini) dan output dari faktor produksi orang luar wilayah (orang dan perusahaan luar kota yang bekerja/beroperasi di dalam wilayah).

(45)

3- 45 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.25

Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011

No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011**

1 Pertanian 125,933 129,361 134,041 150674 172721 208295 234297

2 Pertambangan dan penggalian 0 0 0 0 0 0 0

3 Industri pengolahan 135096 156234 176887 204067 212275 237719 256200

4 Listrik,gas dan air bersih 28517 31967 36459 38738 42654 50761 58544

5 Bangunan/konstruksi 103993 117710 135314 169348 184648 213235 239485

6 Perdagangan,hotel dan restoran 714531 774660 848790 990180 1075683 1289791 1500540

7 Pengangkutan dan komunikasi 157949 171167 195398 230243 238041 269419 301085

8 Keuangan Persewaan 126057 148117 157342 167333 177307 215767 259518

9 Jasa-jasa 307876 376486 430264 515112 637091 768002 882134

Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) 1699951 1905703 2114494 2465695 2740420 3252990 3731804

Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

*) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

Tabel 3.26

Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011

No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011**

1 Pertanian 99090 100154 101220 102790 104110 105541 106542

2 Pertambangan dan penggalian 0 0 0 0 0 0 0

3 Industri pengolahan 99095 106599 114766 122186 125132 12963 132049

4 Listrik,gas dan air bersih 9658 9946 10627 10954 11710 13218 14176

5 Bangunan/konstruksi 74145 79980 85576 92814 96434 100337 105791

6 Perdagangan,hotel dan restoran 387065 400489 415598 430269 448706 476993 507428

7 Pengangkutan dan komunikasi 90577 93628 99282 106037 107791 113222 119970

8 Keuangan Persewaan 92824 101060 106062 111845 117287 127199 140751

9 Jasa-jasa 156470 168368 179812 193018 209531 230318 252791

Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) 1008924 1060224 1112943 1169914 1220701 1296467 1379499

Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

*) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

Di Kota Pangkalpinang lapangan sektor ”pertambangan” relatif tidak memberikan

kontribusi terhadap PDRB, tidak demikian halnya dengan sektor ”listrik, gas, dan air bersih” telah memberikan kontribusinya terhadap PDRB meskipun relatif kecil.

Sebagai satu-satunya Kota di Provinsi Bangka Belitung, Pangkalpinang yang luas wilayahnya hanya sekitar 1% dari total wilayah Bangka Belitung memang dalam konstelasi pembangunan nasional lebih dikonsentrasikan untuk konsep pembangunan daerah yang mengandalkan peran sektor-sektor ”industri

pengolahan”, ”perdagangan”, ”jasa”, dan ”pariwisata” dalam perekonomiannya.

Jika dilihat dari lapangan usahanya, maka penyumbang PDRB terbesar pada tahun 2011 ini adalah sektor perdagangan sebesar 40,21 persen diikuti sektor jasa – jasa sebesar 23,64 persen dan sector angkutan san komunikasi sebesar 8,07%.

(46)

3- 46 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.27

Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011

No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011**

100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

*) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

Tabel 3.28

Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011

No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011**

100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

*) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

Bila ditinjau dari sisi pertumbuhan PDRB per lapangan usaha, dapat dilihat bahwa lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran serta bangunan memiliki tren yang paling stabil, sedangkan untuk keenam jenis lapangan usaha lainnya memiliki tren yang fluktuatif. Sebelum terjadi krisis ekonomi, peranan sektor industri terus mengalami peningkatan dan secara perlahan menggeser peranan sektor-sektor lainnya.

(47)

3- 47 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.5.2 Laju Pertumbuhan Ekomoni (LPE) Kota Pangkalpinang

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) atau Economic Growth pada umumnya sering digunakan adalah pertumbuhan ekonomi atas dasar harag konstan, karena menggambarkan pertumbuhan produksi riil untuk barang maupun jasa yang dihasilkan dari masing-masing sektor ekonomi/lapangan usaha. Dengan demikian angka pertumbuhan merupakan suatu indikator yang cukup relevan untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah pada periode waktu tertentu, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang strategis untuk meningkatkan pembangunan daerah dan memacu pertumbuhan ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi secara riil pada tahun 2005-2011 untuk masing-masing sektor ekonomi/lapangan usaha di Kota Pangkalpinang, pertumbuhannya berkisar 7-35% hampir untuk beberapa sektor lapangan usaha. secara berturut-turut yaitu : keuangan persewaan; perdagangan, hotel dan restoran; Listrik, gas dan air bersih; Jasa-jasa; pertanian; Bangunan/konstruksi; pengangkutan/konstruksi; dan industry pengolahan. Dengan demikian pada periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi Kota Pangkalpinang jauh di bawah angka laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kondisi relatif pertumbuhan perekonomian Pangkalpinang demikian tentunya dapat dikatakan tidak terlalu menggembirakan mengingat Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi ini, yang seharusnya relatif lebih dominan dalam mempengaruhi keadaan perekonomian pada wilayah provinsi. Kinerja relatif perekonomian Kota Pangkalpinang terhadap Provinsi yang rendah ini sudah selayaknya harus menjadi perhatian sungguh-sungguh dari seluruh pemangku kepentingan dalam wilayah ini terutama Pemerintah Kota Pangkalpinang. Secara lengkap laju pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor ekonomi/lapangan usaha dan sub lapangan usaha atas dasar harga berlaku, di Kota Pangkalpinang untuk tahun 2005 -2011 dapat dilihat pada tabel 3.29 s/d tabel 3.30 di bawah ini.

Tabel 3.29

Laju Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011

No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011**

Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

(48)

3- 48 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.30

Laju Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011

No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011**

Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

*) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

3.5.3 Pendapatan Perkapita Kota Pangkalpinang

Pendapatan per kapita Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 mencapai Rp/ 19.020.984 atau meningkat 11,46 persen terhadap tahun 2010. Peningkatan ini sekaligus mengindikasikan mulai terjadinya perbaikan pendapatan masyarakat dari tahun sebelumnya.

Bila dibandingkan dengan pendapatan perkapita menurut harga berlaku, perkembangan terlihat bahwa dari tahun 2002 terjadi perbaikan dan diikuti tahun-tahun selanjutnya yang bergerak secara linier hingga mencapai kenaikan cukup tinggi di tahun 2008 yakni naik sebesar 16,59 persen dan turun di tahun 2009 sebesar 4,39 persen. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.31 di bawah ini.

Tabel 3.31

Pendapatan Regional dan Pendapatan Perkapita Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku, 2005-2011

No Rincian 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011**

1 PDRB (juta Rp) 1699951 1905703 2114494 2465695 2740420 3252990 3731804

2 Penyusutan (juta/Rp) 84445 89216 93657 110540 121381 149043 161096

3

PDRB Atas Dasar Harga

Pasar (juta/Rp) 1615506 1816487

2020837 2355156 2619039 3103947 3570708

4

Faktor (juta/Rp) 1551221 1747530

1949374 2268688 2519063 2982356 3428532

6

Jumlah Penduduk

Pertengahan Tahun (jiwa) 148555 153576

158751 164083 169577 174758 180250

7 PDRB Perkapita (Rp) 11443245 12408857 13319560 15027121 1610329 18614254 20703489

8

Pendapatan Regional

Perkapita (Rp) 10442067 11378924

12279441 13826468 14854978 17065635 19020984

(49)

3- 49 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3.5.4 Sub Sektor Perekonomian Kota Pangkalpinang

Struktur ekonomi di Kota Pangkalpinang sangat ditentukan oleh potensi sumberdaya alam yang dimiliki maupun tingkat pendidikan dan daya saing penduduknya. Kondisi ekonomi di Kota Pangkalpinang yang akan dibahas, antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan pertambangan dan bahan galian.

a. Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Bahan Makanan (tabama) yang diusahakan petani di Kota Pangkalpinang adalah tanaman palawija (ketela pohon, ketela ambat, jagung, kacang tanah, sayuran dan buah-buahan).

Pada tahun 2011 sebagain besar jenis tanaman bahan makanan mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan. Sedangkan untuk jenis buah-buahan angka yang terjadi cukup fluktuasi. Peningkatan ini dimungkinkan sebagai dampak dari peningkatan pada luas panen.

Sedangkan upaya intensifikasi yang dilakukan pada tahun 2011 reletif masih minimal, karena pola pertanian konvesional. Kondisi ini dimungkinkan kaena mahalnya biaya saprodi dan dimungkinkan karena Kota Pengkalpinang merupakan daerah rural sehingga pembangunan di sub sektor tanaman pangan menjadi kuang mendapat perhatian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.32 s/d tabel 3.36 di bawah ini.

Tabel 3.32

Produksi Tanaman Pangan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Bulan/Tahun

(50)

3- 50 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.33

Luas Tanam, Luas Panen dan Jumlah Produksi Obat-obatan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis

Luas Tanam, Luas Panen dan Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Tanaman Luas di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Tanaman Luas

(51)

3- 51 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.36

Luas Tanam dan Jumlah Produksi Tanam Buah-buahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Tanaman Luas Tanam Produksi (ton)

1 Alpokat 466 19.0

Populasi ternak selama lima tahun terakhir cukup berfluktuasi, baik pada ternak besar, ternak kecil maupun unggas. Pada tahun 2011 populasi ternak kecil dan unggas terjadi peningkatan yaitu masing-masing sebesar 15,66 persen dan 35,16 persen. Sedangkan untuk populasi ternak besar mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 32,96 persen dari tahun lalu. Untuk lebeh jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.37 s/d tabel 3. 39 di bawah ini.

Tabel 3.37

Populasi Ternak Besar, Kecil dan Unggas di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

(52)

3- 52 RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 3.38

Populasi Daging di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

Populasi Telur Menurut Jenis Unggas di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Ternak (ton) Tahun 2011 Pengkalpinang yang letaknya berbatasan dengan Laut Cina Selatan menjadikannya sebagai salah satu daerah sentra produksi ikan laut. Selain itu sebagian kecil masih ada petani nelayan yang mengusahakan penangkapan ikan di sungai. Sedangkan usaha pertambakan umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang telah berbadan hukum. Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan di Kota Pangkalpinang sebesar 243499,2 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.40 di bawah ini.

Tabel 3.40

Jumlah Produksi Perikanan di rinci Menurut Jenisnya di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

No Jenis Ternak (ekor) Tahun 2011

3 Perikanan Laut 243259,0

4 Budidaya Laut 0

Gambar

Tabel 3.1 Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas
Tabel 3.4 Rata-rata Curah Hujan, Hari Hujan, Arah Angin,
Gambar 3.4 Peta Geologi dan jenis tanah Kota Pangkalpinang
Tabel 3.6 Rata-rata Tekanan Udaran, Kelembaban dan Penyinaran Matahari
+7

Referensi

Dokumen terkait

responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria cukup nyaman (CN), tentang kenyamanan yang diperoleh saat melakukan aktifitas terutama pengguna jalur pedestrian utama

masyarakat yang rendah di daerah dengan jumlah penduduk miskin cukup tinggi.. yang mencapai 54.100 jiwa sekitar 14,48% dari total

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 4 -17 waktu musim kemarau untuk itu perlu mencari alternatif sumber air baku yang baru untuk dapat memenuhi kebutuahan air

Demikian pula halnya dengan mayoritas penduduk di Kabupaten Kotawaringin Timur, dimana sekitar 71% penduduknya berada di daerah pedesaan, dengan sektor pertanian

Hasil perhitungan analisis tingkat pejalan kaki dan alternatif fasilitas penyeberangan jalan ( level of service pedestrian ) adalah sebagai

Kabupaten sinjai yang merupakan daerah pertanian yang cukup luas, serta ditunjang dengan infrastruktur pertanian, yang memadai seperti Irigasi baik teknis maupun semi

Jumlah sekolah menengah tingkat atas di wilayah Kabupaten Malang pada tahun 2006 tercatat sebanyak 142 unit, dengan distribusi fasilitas terbanyak berada pada

Kondisi saat ini pelayanan air bersih di wilayah Kabupaten Banyumas yang ditangani oleh PDAM masih dalam cakupan daerah perkotaan, meliputi: Kota Purwokerto, Kota