• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

41

Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Koripan yaitu di SD Negeri Koripan 01 dan SD Negeri Koripan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, diamana SD Negeri Koripan 01 sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri Koripan 04 sebagai kelas kontrol. Jumlah semua siswa kelas IV dari kedua SD adalah 47 anak dengan latar belakang orang tua sebagian besar bermata pencaharian sebagai

petani. Meskipun demikian kedua SD tersebut mampu menunjukkan prestasi yang baik dan melakukan pembelajaran yang cukup baik.

Jumlah seluruh guru di SD Negeri Koripan 01 berjumlah 10 orang, yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru serta kariyawan semua beragama islam.

Terdapat 6 orang guru sebagai guru kelas, 1 guru olah raga, 1 guru agama islam, 1 pegawai TU dan 1 sebagai penjaga sekolah. Keadaan sekolah sangat mendukung dalam proses pembelajaran, walaupun bangunan sekolah sudah lama tetapi masih terlihat bagus dengan penataan yang rapi dan terdapat taman sekolah yang bagus. Keadaan sekolah terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang untuk kantin dan dapur, 1 ruang pertemuan, 1 ruang guru, dan ruang WC.

Pembelajaran di SD Negeri Koripan 04 berjumlah 9 orang, yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru serta kariyawan semua beragama islam. Terdapat 6 orang guru sebagai guru kelas, 1 guru olah raga, 1 guru agama islam, dan 1 sebagai penjaga sekolah. Keadaan sekolah sangat mendukung dalam proses pembelajaran bangunan sekolah masih baru dengan penataan yang rapi dan terdapat taman sekolah yang bagus. Keadaan sekolah terdiri dari 6 ruang kelas, 1

(2)

4.2Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dari mengidentifikasi masalah pembelajaran di kelas dengan mewawancarai guru kelas IV SD Negeri SD Negeri Koripan 01 dan kelas IV SD Negeri Koripan 04 dan mengamati sistem pembelajaran IPA di kelas tersebut. Setelah menemukan permasalahan dikelas, langkah selanjutnya menyusun proposal penelitian, surat ijin penelitian, instrumen penelitian, RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, sampai pada uji coba instrumen penelitian untuk mendapatkan soal

yang valid dan reliabel.

Peneliti melakukan tes awal random dengan pokok bahasan energi panas dan energi bunyi. Data yang diperoleh dari hasil tes awal yang dilakukan secara random digunakan untuk mengetahui kesetaraan (homogen) dari kedua kelas

tersebut.

Penelitian ini dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri Koripan 01 sebagai kelas eksperimen. Sedangkan kelas IV SD Negeri Koripan 04 sebagai kelas kontrol yang hanya menggunakan model ceramah. Materi pembelajaran yang digunakan dengan pokok bahasan energi panas dan energi bunyi.

Pada kelas eksperimen, penelitian ini memperoleh hasil observasi aktivitas guru, dan penilaian hasil belajar siswa. Sedangkan pada kelas kontrol, penelitian ini menghasilkan evaluasi hasil belajar melalui penilain hasil belajar siswa yaitu tes akhir setelah perlakuan, karena di dalam pembelajaran menggunakan model ceramah kondisi siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan siswa cenderunng pasif di dalam pembelajaran. Setelah proses eksperimen selesai, maka

dilakukan analisis statistik dari data yang telah terkumpul untuk kemudian disusun dalam bentuk laporan penelitian. Pelaksanaan perlakuan penelitian di SD Negeri Koripan 01 dan SD Negeri Koripan 04 dilakukan 3 kali pertemuan dalam pelaksanaan penelitian seperti tercantum dalam jadwal penelitian. Jadwal

(3)

Tabel 4.1

Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Koripan 01 dan SD Negeri Koripan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan

1 Sabtu, 7 Maret 2015  Meminta izin kepada Kepala Sekolah dan melakukan wawancara pada guru SD Negeri Koripan 01.

2 Senin, 9 Maret 2015  Meminta izin kepada Kepala Sekolah dan melakukan wawancara pada guru SD Negeri Koripan 04.

3 Rabu, 11 Maret 2015  Observasi pembelajaran IPA di SD Negeri Koripan 01 dan SD Negeri Koripan 04. 4 Jumat, 17 April 2015  Menyerahkan RPP dan berkonsultasi RPP

dengn guru kelas di guru SD Negeri Koripan 01.

5 Sabtu, 18 April 2015  Menyerahkan RPP dan berkonsultasi RPP dengn guru kelas di guru SD Negeri Koripan 04.

6 Sabtu, 25 April 2015  Perkalanalan dengan siswa kelas kontrol dan memberikan pretest.

 Perkenalan dengan siswa kelas eksperimen dan memberikan pretest.

7 Selasa, 27 April 2015  Kegiatan pembelajaran pertemuan 1 pada kelas eksperimen materi energi panas.

 Kegiatan pembelajaran pertemuan 1 pada kelas eksperimen materi energi panas. 8 Rabu, 29 April 2015  Kegiatan pembelajaran pertemuan 2 pada

kelas eksperimen materi energi bunyi.

 Kegiatan pembelajaran pertemuan 2 pada kelas eksperimen materi energi bunyi. 9 Sabtu, 30 April 2015  Kegiatan pembelajaran pertemuan 3 pada

kelas eksperimen dan memberikan posttest pada kelas eksperimen.

(4)

4.3Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, sehingga peneliti perlu memaparkan hasil analisis data dengan, uji normalitas, uji homogenitas, uji analisis deskriptif dan uji hipotesis.

4.3.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini pada prinsipnya bertujuan untuk menentukan apakah populasi atau data mempunyai katagori varian yang sama atau tidak. Jika varian sama, maka dikatakan homogen.

Uji homogenitas yang dipakai adalah nilai atau hasil soal pretest dan posttest kedua kelompok yang menjadi sampel penelitian yaitu siswa kelas IV SD Negeri Koripan 01 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri koripan 04 sebagai kelas kontrol. Analisis ini menggunakan program SPSS for Windows version 16.0 yaitu one way anova. Jika hasil uji homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varians yang dimiliki oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, atau dapat dikatakan sampel-sampel tersebut homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Hasil Uji Homogenitas Pretest Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. .957 5 11 .484

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa signifikansi uji homogenitas nilai hasil belajar pretest sebesar 0,484. Kriteria bahwa kelompok dapat dinyatakan homogen apabila signifikansinya > 0,05. Sehingga diperoleh hasil bahwa 0,484 >

(5)

Tabel 4.3

Hasil Uji Homogenitas Posttest Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. .270 4 14 .892

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa signifikansi uji homogenitas nilai hasil

belajar posttest sebesar 0,892. Kriteria bahwa kelompok dapat dinyatakan homogen apabila signifikansinya > 0,05. Sehingga diperoleh hasil bahwa 0,892 > 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan berasal dari kelompok yang homogen.

4.3.2 Uji Normalitas

(6)

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest eksperimen

Pretest kontrol

N 24 23

Normal Parametersa Mean 59.42 60.43 Std. Deviation 8.188 7.861 Most Extreme Differences Absolute .138 .174 Positive .138 .174 Negative -.082 -.087 Kolmogorov-Smirnov Z .677 .836 Asymp. Sig. (2-tailed) .749 .488 a. Test distribution is Normal.

Tabel 4.4 mendeskripsikan hasil uji normalitas pretest terhadap penyebaran data. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa data normalitas kelas eksperimen yang didapat berdistribusi normal. Nilai pretest kelompok eksperimen dengan teknik One Sample Kolmogrov-smirnov. Hal ini dibuktikan dengan hasil Sig. (2-tailed) >0,05 yaitu kelas eksperimen sebesar 0,749 (0,749>0,05). Jadi dari tabel output dapat diambil kesimpulan bahwa data tersebut dinyatakan berdistribusi normal.

(7)

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Posttest eksperimen

Posttest kontrol

N 24 23

Normal Parametersa Mean 82.08 70.22 Std. Deviation 5.372 7.330 Most Extreme Differences Absolute .151 .132 Positive .151 .097 Negative -.109 -.132 Kolmogorov-Smirnov Z .739 .632 Asymp. Sig. (2-tailed) .645 .819 a. Test distribution is Normal.

Tabel 4.5 mendeskripsikan hasil uji normalitas terhadap penyebaran data. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:

1. Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa data pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Nilai posttest kelompok eksperimen dengan teknik One Sample Kolmogrov-smirnov. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai signifikansi hasil perhitungan kelas eksperimen yang menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,814 (0,814 > 0,05). Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa selebaran data pada kelas eksperimen berdistribusi normal.

(8)

4.4Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunkan metode eksperimen untuk menyelidiki pengaruh terhadap hubungan sebab akibat, dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan yang berbeda pada beberapa untuk perbandingan. Kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran model discovery learning dan menyediakan kelompok kontrol menggunakan model ceramah. Dalam pembelajaran ini waktu yang digunakan adalah 3x pertemuan (6 jam pelajaran), untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran dengan model discovery learning pada kelas eksperimen,

maka dilakukan observasi.

Tabel 4.6

Keterlaksanaan Perlakuan Guru Kelas Eksperimen Indikator

Keterlaksanaan

Aspek Skor Item Terlaknanya Pertemuan ke-

I II

Kegiatan Awal 4 4 4

Kegiatan Inti 26 24 26

Kegiatan Akhir 3 3 3

Jumlah 33 31 33

Presentase 94% 100%

Dari tabel 4.6 dapat terlihat keterlaksanaan dalam pembelajaran di kelas

eksperimen menggunakan model discovery learning. Untuk lebih jelas lembar observasi pelaksanaan dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 112.

Pada pertemuan pertama jumlah hasil skor penilaian guru berjumalah 31 atau 94%. Secara umum dapat dapat dikatakan pada pembelajaran pertemuan pertama kurang maksimal. Kegiatan yang belum dilakukan yaitu pada saat awal pembelajaran guru belum mengecek kesiapan siswa sudah siap untuk mengikuti proses pembelajaran atau belum.

(9)

Tabel 4.7

Keterlaksanaan Perlakuan Siswa Kelas Eksperimen Indikator

Keterlaksanaan

Aspek Skor Item Terlaknanya Pertemuan ke-

I II

Kegiatan Awal 5 4 5

Kegiatan Inti 14 12 14

Kegiatan Akhir 1 1 1

Jumlah 20 17 20

Presentase 85% 100%

Dari tabel 4.7 dapat terlihat keterlaksanaan dalam pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model discovery learning. Untuk lebih jelas lembar observasi pelaksanaan dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 121.

Pada pertemuan pertama siswa sudah antusias mengikuti pelajaran dengan penerapan model discovery learning, namun siswa masih bingung karena belum terbiasa diterapkan model tersebut oleh guru. Tetapi dengan bimbingan dan penjelasan, siswa mulai dapat memahami dan menyesuaikan dengan model yang digunakan oleh guru. Pada saat kegiatan di dalam kelompok siswa masih merasa malu untuk mengerjakan tugas, langkah apa saja yang harus mereka kerjakan terlebih dahulu. Siswa masih bingung dalam melakukan kegiatan belajar dengan menemukan sendiri melalui percobaan tanpa diberitahu oleh guru. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan 85% terlaksana dan 15% tidak

terlaksana.

(10)

4.5Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

4.5.1 Analisis Deskriptif Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol Hasil analisis data deskriptif kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan SPSS for Windows version 16.0 berikut ini tabel distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen

No. Interval Frekuensi Presentase Kategori

1 47 – 54 8 33% Kurang

2 55 – 62 8 33% Kurang

3 63 – 70 5 21% Kurang

4 71 – 78 3 13% Cukup

5 79 – 86 - 0% Baik

6 87 – 94 - 0% Baik sekali

Jumlah 24 100%

Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui interval nilai siswa yang mendapat nilai 47 sampai 54 terdiri dari 8 siswa dengan presentase 33%. Siswa yang mendapat nilai 55 sampai 62 terdiri dari 8 siswa dengan presentase 33%. Siswa yang mendapat nilai 63 sampai 70 terdiri dari 5 siswa dengan presentase 21%. Siswa yang mendapat nilai 71 sampai 78 terdiri dari 3 siswa dengan presentase 13%.

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol

No. Interval Frekuensi Presentase Kategori

1 47 – 54 6 26% Kurang

2 55 – 62 9 39% Kurang

3 63 – 70 5 22% Kurang

4 71 – 78 3 13% Cukup

5 79 – 86 - 0% Baik

6 87 – 94 - 0% Baik sekali

Jumlah 23 100%

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui interval nilai siswa yang mendapat nilai 47 sampai 54 terdiri dari 6 siswa dengan presentase 26%. Siswa yang

(11)

Siswa yang mendapat nilai 71 sampai 78 terdiri dari 3 siswa dengan presentase 13%.

Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah dilakukan analisis distribusi frekuensi dilakukan analisis

deskriptif. Dibawah ini data empirik hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada mata pelajaran IPA yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maksimum, jumlah, rata-rata, dan standar deviasi.

Tabel 4.10 kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 24 mempunyai nilai rata-rata 59,42. Nilai maksimal hasil pretest kelas kontrol 77 dengan nilai minimal 48 dan jumlah nilai dari semua nilai siswa 1426 sedangkan standar deviasinya 8.188.

(12)

Tabel 4.11

Hasil Pretest Kelas Kontrol Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Control 23 48 77 1390 60.43 7.861 Valid N (listwise) 23

Dari uji deskriptif statistik di atas dapat dilihat bahwa variabel pretest

kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 23 mempunyai nilai rata-rata 60,43. Nilai maksimal hasil pretest kelas kontrol 77 dengan nilai minimal 48 dan jumlah nilai dari semua nilai siswa 1390 sedangkan standar deviasinya 7.861.

Dari hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut dapat diketahui bahwa selisih rata-rata kedua kelas adalah 1,01. Selisih rata-rata nilai pretest di gambarkan dengan diagram batang sebagai berikut.

Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

4.5.2 Analisis Deskriptif Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol Setelah kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapat perlakuan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA, siswa diberikan posttest untuk mengukur ketercapaian indikator. Hasil analisis data deskriptif kelas eksperimen dan kelas

kontrol menggunakan SPSS for Windows version 16.0. berikut ini tabel distribusi frekuensi nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

58.5 59 59.5 60 60.5 61

eksperimen kontrol

Pretest

eksperimen

(13)

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen

No. Interval Frekuensi Presentase Kategori

1 47 – 54 - 0% Kurang

2 55 – 62 - 0% Kurang

3 63 – 70 - 0% Kurang

4 71 – 78 6 25% Cukup

5 79 – 86 13 54% Baik

6 87 – 94 5 21% Baik sekali

Jumlah 24 100%

Dari tabel 4.12 diatas dapat diketahui interval nilai siswa yang mendapat nilai 71 sampai 78 terdiri dari 6 siswa dengan presentase 25%. Siswa yang mendapat nilai 79 sampai 86 terdiri dari 8 siswa dengan presentase 54%. Siswa yang mendapat nilai 87 sampai 94 terdiri dari 5 siswa dengan presentase 21%.

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol

No. Interval Frekuensi Presentase Kategori

1 47 – 54 - 0% Kurang

2 55 – 62 4 17% Kurang

3 63 – 70 7 30% Kurang

4 71 – 78 10 44% Cukup

5 79 – 86 2 9% Baik

6 87 – 94 - 0% Baik sekali

Jumlah 23 100%

(14)

Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Analisis distribusi frekuensi dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Dibawah ini data empirik hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada mata pelajaran IPA yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maksimum, jumlah, rata-rata, dan standar deviasi. Berikut ini hasil analisis deskriptif posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.14 kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 24 mempunyai nilai rata-rata 82,08. Nilai maksimal hasil pretest kelas eksperimen 94 dengan nilai minimal 72 dan jumlah nilai dari semua nilai siswa 1970 sedangkan standar deviasinya 5.372.

(15)

Tabel 4.15

Hasil Postest Kelas Kontrol Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Control 23 60 86 1615 70.22 7.330 Valid N (listwise) 23

Dari uji deskriptif statistik di atas dapat dilihat bahwa variabel pretest

kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 23 mempunyai nilai rata-rata 70,22. Nilai maksimal hasil pretest kelas kontrol 86 dengan nilai minimal 60 dan jumlah nilai dari semua nilai siswa 1615 sedangkan standar deviasinya 7.330.

Menurut hasil posttest selisih nilai rata-rata antara kelas eksperimen

dengan kelas kontrol 11,86. Berikut ini adalah gambar diagram yang menunjukkan selisih nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

4.5.3 Ketuntasan KKM

Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan hasil posttest pada mata pelajaran IPA dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika siswa mendapat nilai di bawah KKM (nilai<71) maka siswa tersebut hasil belajarnya tidak tuntas, apabila

siswa mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan KKM (nilai71) maka

60 65 70 75 80 85

eksperimen kontrol

Posttest

eksperimen

(16)

siswa tersebut hasil belajarnya tuntas. Ketuntasan KKM hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.16

Ketuntasan KKM Nilai Posttest

Skor KKM Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Frekuensi

Dari tabel 4.16 digambarkan menggunakan diagram lingkaran hasil ketuntasan nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.

Gambar 4.5 Diagram Lingkaran Ketuntasan Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

4.5.4 Analisis Hasil Penelitian

Hasil pretest pada kelas eksperimen yang berjumlah 24 siswa diperoleh nilai rata-rata 59,42. Sedangkan untuk kelass kontrol yang berjumlah 23 siswa diperoleh nilai rata-rata 60,43. Selisih nilai rata-rata pretest kedua kelompok adalah 1,01. Nilai tertinggi pretest pada kelas eksperimen 77 dan nilai terendah 48. Sedangkan nilai tertinggi pretest pada kelas kontrol 77 dan nilai terendah 48.

(17)

Hasil posttest pada kelas eksperimen yang berjumlah 24 siswa diperoleh nilai rata-rata 82,08. Sedangkan untuk kelas kontrol yang berjumlah 23 siswa diperoleh nilai rata-rata 70,22. Selisih nilai rata-rata posttest kedua kelompok adalah 11,86. Nilai tertinggi posttest pada kelas eksperimen 94 dan nilai terendah 72. Sedangkan nilai tertinggi posttest pada kelas kontrol 86 dan nilai terendah 60 Peningkatan rata-rata nilai pretest ke posttest pada kelas eksperimen adalah 22,66. Sedangkan peningkatan rata-rata nilai pretest ke posttest pada kelas kontrol adalah 9,8.

Menurut hasil posttest yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut, dari

jumlah 24 siswa pada kelas eksperimen seluruh siswa mendapatkan nilai diatas KKM. Sedangkan hasil posttest yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut, dari jumlah 23 siswa pada kelas kontrol 12 siswa mendapatkan nilai diatas KKM, dan 11 siswa lainnya mendapatkan nilai dibawah KKM.

4.6 Uji Beda Rata-Rata

Dengan melihat hasil pretest dan posttest terlihat jelas perbedaan rata-rata nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan. Untuk lebih jelas uji-t ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan dua rat-rata yang dilakukan pada nilai posttest dari kelompok eksperimen yang menggunakan model discovery learning dan kelompok kontrol yang menggunakan model konvensional dalam pembelajaran. Berikut adalah hasil analisis data menggunakan SPSS for windows version 16.0

Tabel 4.17

Hasil Uji Beda Rata-Rata Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol dengan Independent Samples T Test

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean nilai

posttest

(18)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Berdasarkan tabel Independent Samples T Test diketahui nilai t hitung sebesar 0,6350 dengan probabilitas signifikansi yaitu 0,000. Karena probabilitas signifikansi pada t-test < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat

perbedaan yang nyata setelah dilakukan treatmen. Jadi Penggunaan model discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Koripan 01 pada tahun ajaran 2014/2015 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

4.7 Hasil Uji Hipotesis

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, setelah treatmen yang di peroleh dari hasil analisis uji t-hitung menggunakan signifikansi 2-tailed pada independent sample test maka analisis hipotesisnya adalah :

(19)

H1 : Ada pengaruh yang signifikan kelompok eksperimen setelah

menggunakan model discovery learning dalam pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV semester II dengan kelompok kontrol setelah menggunakan model ceramah.

Berdasarkan analisis uji t-hitung menggunakan signifikansi 2-tailed pada independent sample test maka dapat diajukan analisis sebagai berikut: Ho diterima jika signifikasi lebih besar dari 0,05 (Ho>0,05), dan HO ditolak jika signifikasi

lebih kecil dari 0,05 (Ho<0,05), karena signifikansi 2-tailed pada independent sample test yang telah diperoleh signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,05 ( 0,000 < 0,05 ), karena signifikansi 2-tailed pada independent sample test lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model discovery learning dengan model ceramah dalam pembelajaran IPA dengan materi energi panas dan

energi bunyi terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Koripan 01 dan SD Negeri Koripan 04 Semester II Tahun Ajaran 2014/2015.

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Koripan 01 Semester II Tahun Ajaran 2014/2015. Subyek pada penelitian ini adalah siswa-siswi dikedua SD yaitu siswa-siswa-siswi SD Negeri Koripan 01 sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri Koripan 04 sebagai kelompok kontrol.

Model discovery learning merupakan suatu model pembelajaran melalui

penemuan. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide

penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran. Jerome Brunner (M.Hosnan,2014:281) mengungkapkan

bahwa model discovery learning adalah model yang mendorong siswa untuk

mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum

praktis contoh pengalaman. Belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai

hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan

(20)

penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu

hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau

proses deduktif, melakukan observasi dan membuat masalah

(M.Hosnan,2014:281). Model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery learning terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery learning dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan.

Kelebihan dalam pembelajaran discovery learning siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini

lebih lama diingat, proses menemukan sendiri menimbulkan rasa puas siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks. Dalam pembelajaran discovery learning juga terdapat kendala yang dihadapi siswa, kendala ini menjadi kekurangan dalam pembelajaran discovery learning. Kendala yang dihadapi misalnya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

Proses pembelajaran yang dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini; pemberian rangsang, mengidentifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan. Dalam pemberian rangsang siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian

(21)

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Untuk menjawab permasalahan yang diberikan siswa terlebih dahulu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Selanjutnya siswa melakukan pengolahan data dengan percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah dirancang oleh guru dalam bentuk pertanyaan yang disediakan di lembar kerja siswa. Hasil kegiatan percobaan dianalisis dan ditulis

dalam lembar kerja siswa. Setiap kelompok mempresentasikan hasil yang diperoleh dan membuktikan hasil yang diperoleh kepada teman satu kelas. Dalam model pembelajaran discovery learning, guru harus merencanakan dan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, memeriksa kesiapan siswa serta

membantu siswa yang mengalami kesulitan supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Pada penelitian ini sebelum diberi perlakuan atau tindakan, kedua kelompok tersebut diberi tes awal secara random untuk menentukan subjek penelitian dan untuk menguji kesamaan varians sehingga kedua kelompok tersebut menunjukkan keadaan dua kelompok yang homogen, artinya bahwa data tersebut berdistribusi normal dan memiliki varian yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen dapat diberi perlakuan yaitu dengan pembelajaran menggunakan model discovery learning dan kelompok kontrol menggunakan model ceramah. Setelah diberi perlakuan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi tes pada akhir

pertemuan.

Berdasarkan hasil t-hitung menggunakan menggunakan signifikansi 2-tailed pada independent sample test yang telah dilakukan setelah treatmen diperoleh signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Karena

(22)

bahwa terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Koripan 01 Semester II Tahun Ajaran 2014/2015.

Hal ini diperkuat dengan informasi yang memaparkan nilai rata-rata hasil belajar IPA, bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen nilainya lebih tinggi dari pada nilai siswa kelas kontrol. Rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 82,08 sedangkan untuk kelas kontrol nilai rata-ratanya 70,22. Jadi penggunaan model pembelajaran model discovery learning dalam pembelajaran IPA dengan materi energi panas dan energi bunyi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV

SD Negeri Koripan 01 pada semester II Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilaksanakan oleh Ayu Laksmi (2008) dan Dewi Kurnia Sari (2010). Perbedaan penelitian Ayu Laksmi

Gambar

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Koripan 01 dan SD
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Pretest
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Posttest
Tabel 4.4 mendeskripsikan hasil uji normalitas pretest terhadap
+7

Referensi

Dokumen terkait

pH optimum dari enzim amylase misalnya dapat diperoleh dengan menentukan jumlah milligram gula yang terbentuk dari beberapa reaksi yang menggunakan

Kebijakan pelayanan kesehatan menjadi salah satu komponen yang utama (Pujowati, 2012). Peningkatan pelayanan kesehatan yang baik seharusnya tidak berhenti sampai pada

Pada hasil penelitian, setelah pemberian teknik relaksasi nafas dalam secara signifikan menurunkan intensitas nyeri sesuai dengan teori Priharjo (2003, dalam Jayanthi,

31 Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Implementasi program gerakan gemar sedekah (GREGED) dalam peningkatan

obat sipilis dan herpes - Gejala Penyakit sipilis Pada Wanita akan muncul sekitar 3 minggu - 6 bulan setelah berhubungan seksual dengan penderita, umumnya penyakit

Indonesia yang memiliki wilayah negara yang sangat luas di satu sisi, sedang di sisi lain Indonesia juga harus mewujudkan tujuan negara, maka Indonesia

Menganalisishubungan perilaku orang tua terhadap kemampuan toilet training pada anak usia toddler (18 – 36 bulan) di PAUD RA KARTINI Dusun Mojosongo, Desa Balong

 Penyakit yang menyerang pada gangguan penglihatan ini ada beragam jenis nya diantaranya Miopi (tidak dapat melihat dengan jelas objek yang berada jauh), Hiperopi (tidak dapat