EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ANDAR M. HUTAGALUNG NIM : 8106176028
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ANDAR M. HUTAGALUNG NIM : 8106176028
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
ANDAR M. HUTAGALUNG (8106176028) ABSTRAK
Pembelajaran fisika di sekolah kurang meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses siswa, walaupun pembelajaran di sekolah menggunakan metode praktikum, tetapi tetap saja kurang mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa. Mulai dari persiapan, melaksanakan dan menyelesaikan masalah, siswa masih dibantu oleh guru. Dari keadaan ini guru yang seharusnya hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa tidak tercapai. Dari berbagai fakta tersebut telah dilakukan penelitian ini dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapankan model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau perlakuan terhadap dua variabel (kelas), satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol melalui penerapan model pembelajaran Inquiry Training.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran Inquiry Training. Data hasil penelitian mendapatkan N-gain keterampilan proses sains kelas eksperimen sebesar 0,84 (kategori tinggi) dan N-gain kelas kontrol sebesar 0,68 (kategori sedang). Sedangkan pada keterampilan berpikir kritis siswa N-gain kelas eksperimen sebesar 0,75 (kategori tinggi) dan N-gain kelas kontrol sebesar 0,67 (kategori sedang). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer yang diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran inquiry training yang diterapkan pada kelas kontrol.
ii
THE EFFECT OF USING INQUIRY TRAINING’S MODEL OF COMPUTER MEDIA ON THE SKILL OF SCIENCE
PROCESS AND STUDENT’S THINKING ABILITY CRITICALLY
ANDAR M. HUTAGALUNG (8106176028)
ABSTRACT
The learning of physic in school has not efficient yet in increasing the skill of the science process and the student’s thinking ability critically. Although the study in school uses practicum method, but it has not efficient yet in increasing the skill of the science process and the student’s thinking ability critically. Start from preparation, doing and solving problem, student still needs teacher’s helping, therefore the goal of teacher as facilitator cannot be achieve. The purpose of the research is to know if there is any difference between the skill of the science process and the student’s thinking ability critically using inquiry training’s model of computer media.
The method used in the research is quasi experiment or conducting two variables (classes), one class as experiment given use inquiry training’s model of computer media and the other class as a control class use of inquiry training’s model
The result of the research using inquiry training’s model of computer media significantly can increase the skill of the science process and the student’s thinking ability critically, it is compared with inquiry training’s model learning. The result data of science class research are N-gain experiment class 0.84 (high category) and N-gain control class 0.68 (medium category). On the contrary based on the student’s thinking ability critically of N-gain experiment class 0.75 (high category) and N-gain control class 0.67 (medium category). Based on the result it can be concluded that the inquiry training’s model of computer media in experiment class significantly can increase the science process and the student’s thinking ability critically, it is compared with inquiry training’s model conducted in control class.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul ”Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Media Komputer
Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika.
Tesis ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dosen pembimbing I yaitu Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D dan dosen pembimbing II yaitu Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S yang selalu memberi bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.M., M.S, Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
iv
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana, Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan atas kerja sama dan kekeluargaan yang penulis alami selama menempuh pendidikan.
6. Bapak Drs. Joslan Simanjuntak selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Balige yang telah memberikan dukungan moril serta memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi kepada penulis.
7. Teristimewa kepada ayahanda Eben Hutagalung, S.Pd, Ibunda Rusmaida Napitupulu, dan seluruh keluarga serta Kekasih Penulis Fitri Ernawati Sitorus, SE yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan kaya ilmiah dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak i
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel viii
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 9
1.3. Batasan Masalah 9
1.4. Rumusan Masalah 10
1.5. Tujuan Penelitian 10
1.6. Manfaat Penelitian 11 1.7. Defenisi Operasional 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 13 2.1.1. Konsep Dasar Media Pembelajaran 13 2.1.2. Multimedia Interaktif 14
2.1.3. Media Interaktif Berbasis Komputer 16
vi
2.1.7.4. Hukum I Kirrchoff 41
2.1.7.5. Rangkaian Hambatan 45
2.1.7.6. Penerapan Hukum Ohm dan Hukum I Kirrchoff 46 2.2. Hasil Penelitian yang Relevan 48
2.3. Kerangka Konseptual 49
2.4. Hipotesis 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 52
3.2. Populasi dan Sampel 52
3.3. Variabel Penelitian 52
3.4. Jenis dan Desain Instrumen 53
3.5. Prosedur Penelitian 55
3.6. Instrumen Penelitian 56
3.7. Analisis Butir Soal 58
3.8. Teknik Analisis Data 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Coba Instrumen 69
4.1.1 Validitas Tes 69
4.1.2 Reliabilitas Tes 71
4.1.3 Daya Pembeda 71
4.1.4 Tingkat Kesukaran 73
4.2 Tes Keterampilan Proses Sains 74 4.3 Tes Kemampuan Berpikir Kritis 83
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 91
5.2 Saran 92
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains 21 Tabel 2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 24 Tabel 2.3. Sintaks Inquiry Model Latihan Penelitian 28 Tabel 2.4. Hambatan Jenis Suatu Bahan 38 Tabel 2.5. Hubungan Antara Bahan Konduktor, Semiknduktor,
Isolator, dan Nilai Konduktivitasnya 41 Tabel 2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan 48 Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 53 Tabel 3.2. Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Terikat 54 Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains 56 Tabel 3.4. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis 57 Tabel 4.1 Validitas Butir Soal Keterampilan Proses Sains 70 Tabel 4.2 Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis 70 Tabel 4.3 Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains dan Kemempuan
Berpikir Kritis 71
ix
Sains Kelas Kontrol 74
Tabel 4.9 Hasil Pretes, Postes, Dan N-Gain Keterampilan Proses
Sains Kelas Eksperimen 76
Tabel. 4.10 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas terhadap Skor
Pretes Kedua Kelas 77
Tabel 4.11 Rekapitulasi Skor Tes Keterampilan Proses Sains 78
Tabel 4.12. Tests of Normality 79
Tabel 4.13 Test of Homogeneity of Variance 80 Tabel 4.14 Independent Samples Test 81 Tabel 4.15 Hasil Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Berpikir
Kritis Kelas Kontrol 83
Tabel 4.16 Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen 84
Tabel. 4.17 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas terhadap Skor
Pretes Kedua Kelas 86
Tabel 4.18 Rekapitulasi Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis 86
Tabel 4.19 Tests of Normality 87
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Konsep Multimedia 19
Gambar 2.2. Grafik V terhadap I 36
Gambar 2.3. Berbagai Simbol Hambatan 38 Gambar 2.4. Rangkaian Listrik Terbuka 42 Gambar 2.5. Rangkaian Listrik Tertutup 42 Gambar 2.6. Tiga Hambatan Disusun Seri 42 Gambar 2.7. Tiga Hambatan Disusun Paralel 43 Gambar 2.8. Rangkaian Seri Tiga Hambatan 45 Gambar 2.9. Rangkaian Paralel Tiga Hambatan 46 Gambar 2.10. Rangkaian Sederhana 47 Gambar 3.1. Tahap-Tahap Penelitian 55 Gambar 4.1 Grafik Skor Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains
Kelas Kontrol 75
Gambar 4.2 Grafik Skor Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains
Kelas Eksperimen 76
Gambar 4.3 Grafik Skor Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol 84
Gambar 4.4 Grafik Skor Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 96
Lampiran 2. Bahan Ajar 114
Lampiran 3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 122 Lampiran 4. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains 127 Lampiran 5. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis 133
Lampiran 6. Lembar Validasi 137
Lampiran 7A. Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Proses Sains 141 Lampiran 7B. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis 143 Lampiran 7C. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan
Tingkat Kesukaran Keterampilan Proses Sains 145 Lampiran 7D. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan
Tingkat Kesukaran Kemampuan Berpikir Kritis 157 Lampiran 7E. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas dengan
Menggunakan SPSS 164
Lampiran 8A. Skore Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol 168 Lampiran 8B. Skore Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen 170 Lampiran 8C. Skore Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol 172 Lampiran 8D. Skore Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen 174
Lampiran 9B. Uji Homogenitas 180 Lampiran 9C. Data Pretes Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen 181 Lampiran 9D. Data Postes Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen 187 Lampiran 9E. Data N-gain Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen 193 Lampiran 9F. Pengujian Hipotesis 198 Lampiran 9G. Uji Paired Sample Test Keterampilan Proses Sains dan
Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains sebagai produk berarti dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, teori-teori yang sudah diterima kebenarannya dan sains sebagai proses berarti seluruh kegiatan dan sikap untuk mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan.
IPA-Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains, sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai produk.
Semiawan (1996) mengemukakan empat alasan yang melandasi perlunya diterapkan keterampilan proses sains dalam proses belajar dan pembelajaran bagi siswa adalah sebagai berikut:
1. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.
2. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis lebih mudah memahami konsep, apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh kongkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental.
3. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relatif, artinya, suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima.
3
pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental.
Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat (Spliter dalam Redhana, 2003). Siswa yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya atau orang lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis dan mengevaluasi argumen, proses mental, strategi dan representasi seseorang yang diguanakan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan mempelajari konsep baru, dan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang akan dikerjakan dan diyakini.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang akan digunakan untuk mengintegrasikan konsep yang diterima dari proses pembelajaran di sekolah dengan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sekolah sebaiknya tidak hanya menekankan pada pemahaman konsep siswa tetapi juga keterampilan berpikirnya.
dikemukakan Gega (dalam Muhfahroyin, 2009) bahwa dalam pengembangan keterampilan proses juga termasuk pemberdayaan kemampuan berpikir kritis. Dalam memberdayakan keterampilan proses dapat dilakukan bersama pemberdayaan kemampuan berpikir kritis. Asesmen kemampuan berpikir kritis dapat digunakan secara bersama untuk mengukur keterampilan proses, sebagaimana halnya pada penguasaan konsep yang juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis..
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman di lapangan yang dilakukan di SMP Negeri 3 Balige, model pembelajaran yang digunakan oleh guru fisika selama ini cenderung menggunakan model konvensional dengan urutan ceramah, tanya jawab dan penugasan. Dalam proses pembelajaran guru tidak menyesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran. Dengan metode ini siswa hanya memperoleh sejumlah informasi yang bersumber dari guru saja. Informasi dan komunikasi yang terjadi satu arah ini menyebabkan siswa lebih banyak menunggu tanpa berbuat sesuatu untuk menemukan sendiri konsep-konsep fisika. Guru lebih banyak berbuat, sementara siswa hanya menunggu informasi yang disampaikan. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan suasana belajar menjadi kurang interaktif dan menimbulkan sifat pasif pada siswa.
5
Siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diterangkan atau ditulis oleh guru di papan tulis. Berdasarkan hasil penelitian dari pusat kurikulum (dalam Kaswan, 2004), ternyata metode ceramah dengan guru menulis di papan tulis merupakan metode yang paling sering digunakan. Hal ini menyebabkan isi mata pelajaran fisika dianggap sebagai bahan hafalan, sehingga siswa tidak menguasai konsep.
Keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih berhasil jika diterapkan model pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa mencari, menemukan dan memahami fisika itu sendiri sehingga siswa dapat membangun konsep-konsep fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian dikembangkan atau mungkin diperbaiki oleh guru yang mengajar. Salah satu model yang cocok untuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis adalah model Inquiry salah satunya adalah dengan menggunakan model inquiry training.
Menurut Joyce (2011) model pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.
menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan apa yang ditemukan orang lain.
Model pembelajaran inquiry training ini, selain dapat mencapai tujuan sebuah pokok bahasan juga dapat meningkatkan Keterampilan proses (mengamati, mengumpulkan dan mengolah data), pelajar aktif dan mandiri, pengungkapan verbal, toleransi terhadap keadaaan yang ambigu (memiliki dua arti) dan juga ketekunan, berfikir logis, sikap bahwa semua pengetahuan itu sifatnya sementara.
Hasil pembelajaran utama dari inquiry training adalah proses-proses yang melibatkan aktifitas observasi, mengumpulkan dan mengolah data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis, merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pencapaian indikator pada keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis.
Pengembangan model pembelajaran inquiry training yang inovatif berbasis riset diantaranya dengan mengembangkan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi memungkinkan dihasilkannya multimedia interaktif dalam pembelajaran yang memudahkan dan membangkitkan motifasi belajar siswa dalam mempelajari fisika.
7
guru mendesain pembelajaran yang dapat meminimalkan kehadiran guru. Guru sebagai fasilitator dapat mengkonstruksi pembelajaran berbasis komputer yang dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa. Melalui media interaktif berbasis komputer siswa segera mendapat feedback melalui komputer dan latihan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kemampuan siswa. Media pembelajaran interaktif dengan panduan komputer melibatkan pengguna dalam aktivitasaktivitas yang menuntut proses mental didalam pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi informasi harus didukung oleh orientasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran sendiri merupakan interaksi komunikasi aktif antara peserta didik dengan guru dalam kegiatan pendidikan yang di dalamnya teradapat kegiatan belajar peserta didik dan kegiatan mengajar guru yang berlangsung bersamaan dalam kurun waktu yang sama (Arifin, 2003).
terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus menggunakan segenap kemampuannya, dan bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist) yang melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinquiry yang digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.
Rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran fisika terjadi di SMP Negeri 3 Balige. Konsep-konsep fisika yang disampaikan masih kurang dipahami siswa, hal ini terlihat dari ulangan harian siswa pokok bahasan listrik dinamis yang memperoleh nilai rata-rata 62,25 pada tahun pelajaran 2011/2012. Dari nilai ulangan harian ini hanya 6 dari 24 orang siswa yang tuntas, yakni mencapai nilai ≥ 75 secara klasikal. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dirancang
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga mampu menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan keterampilan kritis dan keterampilan proses sains.
Pada penelitian ini topik yang diambil adalah Listrik Dinamis. Topik ini mempelajari konsep yang sulit dijelaskan kepada siswa, karena pada topik ini menjelaskan konsep yang abstrak sehingga dalam penjelasannya memerlukan bantuan media lain. Salah satu media yang dapat digunakan adalah multimedia komputer.
9
1.2Identifikasi Masalah
Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Keterampilan proses sains siswa masih lemah
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika masih kurang. 3. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
4. Salah satu materi Fisika yang sulit dipahami oleh siswa adalah materi listrik dinamis.
5. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan kurang tepat dengan karakteristik materi pelajaran.
6. Kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang.
1.3Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry training media komputer.
2. Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh
model pembelajaran inquiy training berbasis media komputer terhadap keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa?”
Berdasarkan permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian terfokus pada:
1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer terhadap keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pembelajaran listrik dinamis. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1 Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
11
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris tentang model
pembelajaran inquiry training berbasis media komputer untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik listrik dinamis yang berguna bagi siapa saja yang berkepentingan.
2. Model pembelajaran inquiry training ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru-guru fisika dalam upaya perbaikan PBM, karena model ini mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebagai upaya meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran inquiry training ini dapat memperoleh pengalaman berinkuiri dalam pembelajaran.
1.7 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
2. Model pembelajaran berbasis media komputer didefenisikan sebagai model pembelajaran dimana penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran lainnya dilakukan melalui media komputer.
3. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah mengamati, menafsirkan, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan, membuat hipotesis, merancang penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan, yang dikemukakan Rustaman (2003)
91
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer yang diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model pembelajaran inquiry training yang diterapkan pada kelas kontrol, hal ini dapat dilihat pada
nilai Ngain kelas eksperimen 0,75 (kategori tinggi) lebih besar daripada Ngain kelas kontrol 0,67 (kategori sedang).
2. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer yang diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran inquiry training yang diterapkan pada kelas kontrol, hal ini dapat dilihat pada
5.2 . SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran, antara lain:
1. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Pemilihan simulasi tidak hanya menekankan pada kesesuaian simulasi dan konsep saja, melainkan perlunya pertimbangan akan sampainya pesan simulasi tersebut terhadap pengguna.
3. Perlunya membiasakan anak melakukan kegiatan percobaan baik dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis media komputer maupun model lain yang menggunakan laboratorium nyata, karena hakekat dari pendidikan IPA bukan hanya produk, tetapi proses dan sikap perlu juga diasah dengan membiasakan siswa pada kegiatan percobaan.
4. Sebelum diberikan tes akhir, siswa terlebih dahulu dilatih dengan berbagai soal yang berbeda tetapi masih dalam konsep yang sama sehingga ketika mengerjakan soal tes akhir, siswa mampu mengerjakan dengan baik.
93
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1987). Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry Bagian I. Jakarta : Depdikbud
Arif, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis.
http://researchangius.net/1007arief3.httml. [4 Mei 2012]
Arifin, Mulyani. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian ; suatu pendekatan praktik. Jakarta : Reineka Cipta.
Brotosiswoyo, S. (2001). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed). Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria : ASCD. 54-57.
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Darmadi, I, Wayan. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru Pada Materi Termodinamika.Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Dikmejur. (2003). Kerangka Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Depdiknas
Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river. Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Ganawati, D., Sudarmana. & Radyuni, W. (2008). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu dan Kontekstual untuk SMP/MTS Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik. (2004). Inovasi Pendidikan: Perwujudannya Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: YP. Permindo
Joyce, B. (2011). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karyadinata, R. (2006). Aplikasi Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SMA. Disertasi SPs UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Kaswan. (2004). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis Pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Kurniawan, D. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Website Pada Konsep Fluida Statis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Tesis Pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Kuswanti, Nur. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Bandung : FMIPA UPI.
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas PMIPA UPI : Bandung.
Molenda, M., Smaldino, Sharon. (2005). Intructional Technology and Media of Learning. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.
Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis. http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html [19 September 2012]
Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta
Prastati, Trini., Irawan, P. (2001). Media Sederhana. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka
95
Riyana, Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtakpen FIP UPI
Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press.
Rusman., Kurniawan, D. & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rustaman, N. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Sanjaya, W, (2006), Pembelajaran Dalam Implementasi KBK, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Semiawan, C, dkk. (1996). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia
Sudibyo, E., Widodo, W., Wasis., & Suhartanti, D. (2008). Mari Belajar IPA 3Untuk SMP/MTS Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman, E, Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evalusasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah.
Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suparman, Atwi (1991). Desain Instruksional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Uno, H dan Lamatenggo, N. (2010). Teknologi komunikasi dan informasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara