• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau: Studi di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota Chapter III VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau: Studi di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota Chapter III VIII"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Jorong Gando, Nagari Piobang,

Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

Pemilihan lokasi ini karena masyarakatnya masih menjunjung tinggi adat-istiadat

dan masih mempraktikkan adat batagak pangulu dalam kehidupannya. Sedangkan waktu penelitian untuk mengumpulkan data upacara batagak pangulu

dilakukan pada 9–10 Februari 2014.

Data penelitian tentang konteks penghulu bagi masyarakat Minangkabau

dan revitalisasi penulis kumpulkan melalui wawancara pada 12 – 16 Juni 2014

dan 4 – 7 September 2014 di Gando, Piobang, dan Padang karena ada informan

yang bekerja dan tinggal di Padang. Khusus untuk data revitalisasi tidak berhenti

pada tanggal yang sudah disebutkan di atas. Ketika penulis mengalami

kekurangan data revitalisasi, penulis setiap saat menghubungi beberapa informan

untuk melengkapi data tersebut. Data ini berguna untuk membuat model

revitalisasi batagak pangulu di Minangkabau.

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena penelitian ini

berusaha menggali, menemukan, mengungkapkan, dan menjelaskan makna dan

pola tradisi batagak pangulu secara holistik. Makna dapat dipahami sebagai

(2)

kaidah, struktur, dan formula. Kedua hal itulah yang menjadi tujuan akhir

penelitain kualitatif (Sibarani, 2012:266-227).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah emik. Pendekatan

emik adalah pendekatan yang mengkategorikan fenomena budaya menurut warga

setempat/pemilik budaya (Kaplan dan Manners, 1999:256-258). Pendekatan emik

digunakan untuk menarik pendapat-pendapat di lapangan untuk menyusun

konsep tertentu. Dalam kaitan dengan penelitian ini, penulis menganalisis

data-data revitalisasi dari informan lalu ditarik kepembentukan konsepsi (model/pola).

Untuk model analisis, penulis menggunakan model analisis

antropolinguistik yang sudah penulis modifikasi sesuai dengan data tradisi

batagak pangulu di Minangkabau. Menurut Sibarani (2012:304-305) model analisis antropolinguistik dapat diterapkan dalam kajian tradisi lisan karena

kajian antropolinguistik terhadap tradisi lisan dimulai dari unsur-unsur verbal,

kemudian masuk ke unsur-unsur nonverbal. Struktur dan formula unsur verbal

dan nonverbal tradisi lisan dapat dijelaskan melalui pemahaman teks, ko-teks,

dan konteks. Namun, dalam penelitian ini tidak semua unsur yang ada pada teks,

ko-teks, dan konteks diteliti. Teks yang diteliti adalah teks pidato adat meliputi

struktur makro, superstruktur (struktur alur), struktur mikro, kognisi sosial, dan

analisis sosial; unsur ko-teks yang diteliti hanya dibatasi pada intonasi dan

benda-benda material yang dipakai selama upacara batagak pangulu seperti pakaian

penghulu, dekorasi, merawa, carano, tanduk kerbau, dan gong; sedangkan unsur

(3)

terdapat dalam tradisi batagak pangulu tersebut. Untuk lebih jelasnya model

penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.2 di bawah ini.

Bagan 3.2 Model Analisis Tradisi Batagak Pangulu Tradisi Batagak Pangulu

Konteks:

Budaya, Sosial, Situasi, Idiologi

Riset Awal Peneliti Studi Pustaka

Performansi

Bentuk

Ko-Teks: Paraliguistik dan

Material Teks:

Struktur Makro, Alur, Mikro, Kognisi Sosial,

Analisis Sosial

Isi:

Makna dan Fungsi Nilai dan Norma

Kearifan Lokal

(4)

Keterangan:

1. Bagan ini merupakan bagan yang sudah dimodifikasi dari model analisis

antropolinguistik yang bisa diterapkan dalam kajian tradisi lisan (lihat juga

Sibarani, 2012:310).

2. Keterangan bagan:

Garis penelitian pendahuluan

Garis penelitian lanjutan

Garis hasil penelitian

Garis revitalisasi hasil penelitian

Berdasarkan bagan di atas terdapat empat tahapan penelitian, yaitu:

(1) Penelitian pendahuluan berupa pematangan persiapan dengan cara

mempelajari tradisi batagak pangulu di Minangkabau dan mencari serta

membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan tradisi batagak

pangulu tersebut.

(2) Pengumpulan data dengan cara merekam acara batagak pangulu dan

mewawancarai informan untuk mendapatkan data tambahan untuk

merumuskan revitalisasi kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak

pangulu tersebut.

(3) Menganalisis data dengan memahami performansi, teks, ko-teks, dan

(5)

norma budaya untuk menemukan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi

batagak pangulu di Minangkabau.

(4) Membuat model revitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau.

3.3 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah rekaman peresmian pengangkatan

penghulu sebagai data primer dan catatan pidato adat yang ada pada informan

(ahli pidato adat) sebagai data sekunder. Sedangkan buku-buku yang memuat

pidato adat pengangkatan penghulu seperti buku yang disusun oleh Sjamsuddin

Rajo Endah (1961), Idrus Hakimy Dt.Rajo Pangulu (1978), Jamilus Jamin

(1991), M.Dt.Mangkuto Rajo (1993), dan R. St. Tandiko dan M.I. Sutan Batuah

(1994) dijadikan sebagai literatur atau bahan bacaan karena menurut Bungin

(2007:122) apabila bahan-bahan dokumenter diterbitkan sebagai buku dan boleh

dibeli dan dibaca orang setiap saat maka sifatnya berubah menjadi literatur atau

sebagai bahan bacaan.

Data penelitian performansi, teks pidato adat (struktur makro,

superstruktur/struktur alur, struktur mikro, kognisi sosial, analisis sosial),

paralinguistik (intonasi), benda material (pakaian penghulu, dekorasi, marawa,

carano, tanduk kerbau, gong), dan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau serta hasil wawancara untuk revitalisasi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa jenis metode pengumpulan data ditempuh dalam penelitian

(6)

3.4.1 Metode Observasi Partisipatoris Langsung

Metode ini dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung

jalannya upacara batagak pangulu. Alat bantu yang digunakan dalam

pengamatan ini adalah handycam dan handphone. Alat-alat ini digunakan untuk

merekam jalannya upacara batagak pangulu dan merekam kejadian dalam bentuk

gambar.

3.4.2 Metode Wawancara Mendalam dan Terbuka

Wawancara terbuka dan mendalam digunakan untuk mendapatkan

informasi dari informan sebagai data penelitian untuk dianalisis. Dengan metode

ini peneliti mewancarai para informan. Informasi yang akan ditanyakan kepada

para informan dapat berupa informasi bentuk, isi, dan model revitalisasi sesuai

dengan konsep masyarakat.

3.4.3 Metode Diskusi Kelompok Terarah

Data penelitian diperoleh dengan cara metode diskusi kelompok terarah

dari para informan. Metode ini digunakan untuk melakukan deskripsi dan

rekonstruksi sebuah tradisi lisan. Setiap peserta akan memberikan masukan

mengenai model pengelolaan dan model revitalisasi yang terdapat dalam tradisi

batagak pangulu di Minangkabau.

Model diskusi kelompok ini penulis lakukan di sebuah kedai kopi di

Piobang pada 5 September 2014. Dengan bantuan Z. Dt. Damuangso Nan Tinggi

dapat dikumpulkan tiga orang penghulu, yaitu F. Dt. Patiah Baringek, Sy. Dt.

(7)

mendiskusikan pengelolaan dan model revitalisasi tradisi batagak pangulu di

Minangkabau. Foto metode diskusi kelompok terarah dilaksanakan di kedai kopi

dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1

Diskusi Kelompok Terarah di Kedai Kopi (Dokumen Isman 2014)

3.4.4 Metode Dokumenter

Data penelitian juga dikumpulkan dengan cara metode dokumenter. Data

ini diperoleh dari catatan pidato adat yang ada pada informan (ahli pidato adat)

dan audio-visual berupa rekaman acara batagak pangulu.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini

Nasution (2003) menyatakan analisis data kualitatif telah dimulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

(8)

pegangan bagi penelitian selanjutnya. Namun, dalam penelitian ini, analisis data

lebih difokuskan pada proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

3.5.1 Analisis Data Sebelum di Lapangan

Analisis data dilakukan terhadap data sekunder dari hasil studi pustaka

atau studi pendahuluan yang digunakan untuk memfokuskan penelitian. Dalam

hal ini sumber data adalah catatan pidato adat pasambahan batagak pangulu di

Minangkabau yang ada pada ahli pidato adat dan buku-buku teks.

3.5.2 Analisis Data di Lapangan

Teknik analisis data yang digunakan selama di lapangan adalah model

teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) serta

Spradley (1980). Miles dan Huberman (1992) menyatakan aktivitas dalam

analisis data kualitatif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,

serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.

a. Pengumpulan data

Data penelitian ini adalah rekaman peresmian pengangkatan penghulu sebagai

data primer dan catatan pidato adat yang ada pada informan (ahli pidato adat)

sebagai data sekunder.

b. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya direduksi. Dalam hal ini

peneliti memilih data yang pokok, memfokuskan pada data yang penting, lalu

(9)

peneliti akan memberi kode-kode pada aspek tertentu yang merupakan fokus

penelitian.

b. Penyajian data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Data yang

disajikan adalah uraian upacara batagak pangulu.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan awal yang peneliti tetapkan tentang data-data penelitian tentang

tradisi batagak pangulu di Minangkabau (adanya unsur ko-teks seperti

intonasi dan benda-benda material yang dipakai selama upacara batagak

pangulu seperti pakaian penghulu, dekorasi, merawa, carano, dan gong; unsur teks seperti struktur makro, superstruktur (struktur alur), dan struktur

mikro; dan unsur konteks seperti koteks budaya, sosial, situasi, dan idiologi)

baru bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap penelitian selanjutnya. Namun,

apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten dari penelitian

lapangan, kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

Selanjutnya Spradley (2007) menyatakan teknik analisis data

disesuaikan dengan tahapan penelitian sebagai berikut.

a. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grandtour and

(10)

intonasi, benda material, makna, fungsi, dan kearifan lokal yang terdapat

dalam upacara batagak pangulu.

b. Pada tahap menentukan fokus, analisis data dilakukan dengan cara analisis

taksonomi. Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi

rinci untuk mengetahui struktur internalnya.

c. Pada tahap seleksi, analisis data dilakukan dengan cara analisis

komponensial. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi selanjutnya diorganisasi. Kalau ditemukan perbedaan data

dilakukan triangulasi data sehingga setiap elemen yang berbeda akan dapat

ditemukan.

d. Pada tahap penentuan objek penelitian dilakukan analisis tema. Dengan

analisis ini yang akan menjadi objek penelitian adalah teks (struktur makro,

struktur alur, dan struktur mikro), paralinguistik (intonasi), benda material

(pakaian penghulu, dekorasi, merawa, tanduk kerbau, carano, gong), makna

dan fungsi, nilai dan norma, serta kearifan lokal yang terdapat dalam upacara

batagak pangulu.

3.5.3 Analisis Data Setelah Selesai di Lapangan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah data diperoleh dari

lapangan adalah sebagai berikut.

a. Memaparkan dan menganalisis performansi batagak pangulu di Jorong

Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh

(11)

b. Menganalisis teks (struktur makro, superstruktur/struktur alur, struktur

mikro, kognisi sosial, dan analisis sosial) yang terdapat dalam upacara

batagak pangulu di Minangkabau.

c. Menganalisis paralinguistik (intonasi) dan benda material (pakaian penghulu,

dekorasi, merawa, tanduk kerbau, carano, gong) yang terdapat dalam tradisi

batagak pangulu di Minangkabau.

d. Menganalisis konteks batagak pangulu bagi masyarakat Minangkabau untuk

menganalisis nilai dan norma budaya dalam rangka menemukan kearifan

lokal.

e. Menganalisis makna dan fungsi serta nilai dan norma yang terdapat dalam

tradisi batagak pangulu di Minangkabau.

f. Menemukan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di

Minangkabau.

g. Membuat model revitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau.

3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009:330). Selanjutnya Denkin

(dalam Rahardjo, 2012) mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau

kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling

terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Triangulasi meliputi

(12)

Pertama, triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan dengan cara

membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian

kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk

memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai

informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi

atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa

menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi

tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh

dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

Kedua, triangulasi antarpeneliti. Triangulasi antarpeneliti dilakukan

dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis

data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi

yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu

harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik

kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari

triangulasi.

Ketiga, triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data adalah menggali

kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan

observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen

sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan gambar atau foto.

(13)

selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai

fenomena yang diteliti.

Keempat, triangulasi teori. Triangulasi teori hasil akhir penelitian

kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi

tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk

menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang

dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman

pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara

mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh

Keabsahan data dicek dengan teknik triangulasi sumber data. Data pidato

adat dan pasambahan batagak pangulu yang diperoleh dari observasi melalui

teknik rekaman, dicek dengan data pidato adat yang dalam bentuk tertulis yang

ada pada informan (ahli pidato adat) penulis peroleh dengan cara wawancara.

Kemudian data ini juga dicek dengan buku-buku yang memuat pidato adat dan

(14)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.1 Data Penelitian

Berikut adalah paparan data penelitian berupa latar penelitian dan

performansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang,

Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

Paparan latar penelitian ini adalah daerah lokasi penelitian sedangkan

performansi tradisi batagak pangulu adalah jalannya upacara batagak pangulu

tersebut.

4.1.1 Deskripsi Latar Penelitian 4.1.1.1 Provinsi Sumatera Barat

Minangkabau secara administratif saat ini termasuk ke dalam Provinsi

Sumatera Barat. Wilayah ini terletak 10 Lintang Utara - 30 Lintang Selatan dan

980 - 1020 Bujur Timur yang dilalui oleh garis kartulistiwa. Provinsi Sumatera

Barat juga merupakan bagian dari kawasan pegunungan bukit barisan yang

membujur dari barat laut (utara) hingga ke tenggara (selatan) Pulau Sumatera

dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara,

sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Jambi, sebelah timur

berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Riau, dan sebelah barat berbatasan dengan

Samudera Hindia. Sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat ini adalah Padang

(BP PAAM dan LPAAM, 2012:776). Berikut peta Provinsi Sumatera Barat

(15)

Peta 4.2

Peta Provinsi Sumatera Barat (Sumberhttps://www.google.co.id/)

Provinsi Sumatera Barat terdiri atas 19 kabupaten dan kota, yaitu:

Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota,

Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok

Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang

Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota

Padang, Kota Solok, Kota Sawah Lunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi,

Kota Payakumbuh, dan Kota Pariaman. Luas wilayah daratan Provinsi Sumatera

Barat ini adalah 42.297,30 km per segi dan perairan laut 186.500 km per segi.

Jumlah penduduk menurut data BPS tahun 2010 tercatat sebanyak 4.827.973 jiwa

dengan mayoritas beragama Islam. Selain itu, ada juga yang beragama Kristen

terutama di kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Budha (BP PAAM dan

(16)

Mayoritas penduduk Sumatera Barat bersuku Minangkabau. Di daerah

Pasaman selain suku Minangkabau juga terdapat suku Batak dan suku

Mandailing. Kemudian di kepulauan Mentawai terdapat suku Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis China,

Tamil , dan suku Nias serta di beberapa daerah transmigrasi seperti Sitiung,

Lunang Silaut, dan Padang Gelugur terdapat pula suku Jawa.

Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu

bahasa Minangkabau memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek

Pariaman, dialek Pesisir Selatan,dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga bahasa

Batak dan bahasa Mandailing.

Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang gubernur yang dipilih

dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5

tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah berperan sebagai perwakilan

atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang

kewenangannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010. Sementara hubungan pemerintah

provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukan subordinat,

masing-masing pemerintahan daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Sampai tahun 1979 satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah

nagari yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Dengan diberlakukannya

(17)

dihilangkan diganti dengan desa dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya

menjadi desa. Kedudukan wali nagari juga dihapus dan administrasi

pemerintahan dijalankan oleh para kepala desa. Namun, sejak bergulirnya

reformasi pemerintahan ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah atau yang lazim dikenal dengan

undang-undang otonomi daerah, rakyat Sumatera Barat dengan penuh antusias

mencanangkan kembali kesistem pemerintahan nagari yang dikukuhkan dengan

Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Ketentuan Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari kemudian diubah dengan Perda

Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari (BP PAAM

dan LKAAM, 2012:774-775).

Pemerintahan nagari merupakan suatu struktur pemerintahan yang

otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut adat sebagai pengatur tata

kehidupan anggotanya. Sistem ini kemudian disesuaikan dengan konstitusi yang

berlaku di Indonesia. Sekarang pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan

pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi daerah terendah untuk daerah

kabupaten mengantikan istilah pemerintah desa yang digunakan sebelumnya.

Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan kota masih

sebagai lembaga adat belum menjadi bagian dari struktur pemerintahan daerah.

Nagari pada awalnya dipimpin secara bersama oleh para penghulu di

nagari tersebut. Kemudian pada masa pemerintah Hindia Belanda dipilih salah

seorang dari para penghulu tersebut untuk menjadi wali nagari. Dalam

(18)

jorong atau wali jorong. Namun, pada saat ini dibantu oleh sekretaris nagari (setnag) dan beberapa pegawai negri sipil (PNS) bergantung pada kebutuhan

masing-masing nagari. Wali nagari ini dipilih oleh anak nagari (penduduk

nagari) secara demokratis dalam pemilihan langsung untuk 6 tahun masa jabatan.

Dalam sebuah nagari dibentuk Kerapatan Adat Nagari (KAN), yakni lembaga

yang beranggotakan tungku tigo sajarangan (tungku tiga sejerangan). Tiga

tungku sejerangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri atas ninik

mamak (penghulu), alim ulama, dan cerdik pandai (kaum intelektual), sama

dengan Badan Musyawarah Desa (BPD) dalam sistem administrasi desa.

Keputusan-keputusan penting yang akan diambil selalu dimusyawarahkan antara

wali nagari dan tungku tiga sejerangan di Balai Adat atau Balairung Sari Nagari.

4.1.1.2 Kabupaten Lima Puluh Kota

Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kabupaten yang berada

dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Lima Puluh Kota ini adalah

kabupaten paling timur di Provinsi Sumatera Barat yang merupakan pintu

gerbang utama jalur darat dengan Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten

Lima Puluh Kota terletak pada 0025’28,710 Lintang Utara dan 0022’14,520

Lintang Selatan serta 10015’44,100 - 10050’47,800 Bujur Timur dan memiliki

luas wilayah 3.354,30 km². Secara administrasi Kabupaten Lima Puluh Kota

berbatasan dengan wilayah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau, sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sijunjung, sebelah

(19)

timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau. Sebagai ibu kota

Kabupaten Lima Puluh Kota ini adalah Sarilamak (BP PAAM dan LPAAM,

2012:983). Berikut peta Kabupaten Lima Puluh Kota seperti terdapat pada

gambar 4.3 di bawah ini.

Peta 4.3

Peta Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumberhttps://www.google.co.id/)

Kabupaten Lima Puluh Kota beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata

berkisar antara 2200 sampai dengan 3750 mm /tahun, suhu rata-rata berkisar

antara 20°C sampai dengan 25°C. Jumlah penduduk menurut data BPS tahun

2010 tercatat sebanyak 348.249 jiwa dengan mayoritas beragama Islam. Selain

itu, ada juga yang beragama Kristen Protestan dan Kristen Khatolik dengan

(20)

beragama diwujudkan dalam forum kerukunan umat beragama (BP PAAM dan

LPAAM, 2012:785-788).

Kabupaten Limapuluh Kota terdiri dari 13 Kecamatan, 79 Nagari, dan

401 Jorong. Berikut adalah nama kecamatan dan nagari di Kabupaten Lima Puluh

Kota. Pertama, Kecamatan Akabiluru dengan ibu kota kecamatan Padang Laweh

dan luas wilayah 94,26 km2. Kecamatan ini terdiri dari 7 nagari dan 26 jorong,

yaitu (1) Nagari Koto Tangah, (2) Nagari Batu Hampa, (3) Nagari Sariak Laweh,

(4) Nagari Sungai Balantik, (5) Nagari Suayan, (6) Nagari Pauh Sangik, dan (7)

Nagari Durian Gadang.

Kedua, Kecamatan Bukik Barisan ibu kota kecamatan Banja Loweh dan

luas wilayah 294,20 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan 37 jorong, yaitu

(1) Nagari Maek, (2) Nagari Baruah Gunuang, (3) Nagari Banja Laweh (4)

Nagari Koto Tangah (5) Nagari Sungai Naniang.

Ketiga, Kecamatan Guguak dengan ibu kota kecamatan

Danguang-Ganguang dan luas wilayah 106,20 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan

30 jorong, yaitu (1) Nagari Kubang, (2) Nagari GuguakVIII Koto, (3) Nagari VII

Koto Talago, (4) Nagari Sungai Talang, dan (5) Nagari Simpang Sugiran.

Keempat, Kecamatan Gunuang Omeh dengan ibu kota kecamatan Koto

Tinggi dan luas wilayah 156,54 km2. Kecamatan ini terdiri atas 3 nagari dan 17

jorong, yaitu (1) Nagari Koto Tinggi, (2) Nagari Pandam, dan (3) Nagari Talang

Anau.

Kelima, Kecamatan Harau dengan ibu kota kecamatan Tanjung Pati

(21)

jorong, yaitu (1) Nagari Sarilamak, (2) Nagari Harau, (3) Nagari Taram, (4)

Nagari Koto Tuo, (5) Nagari Solok Bio-Bio, (6) Nagari Tarantang, (7) Nagari

Batu Balang, (8) Nagari Bukit Limbuku, (9) Nagari Lubuak Batingkok, (10)

Nagari Gurun, dan (11) Nagari Pilubang.

Keenam, Kecamatan Kapur IX dengan ibu kota kecamatan Muaro Paiti

dan luas wilayah 723,36 km2. Kecamatan ini terdiri atas 7 nagari dan 31 jorong,

yaitu (1) Nagari Galugua, (2) Nagari Sialang, (3) Nagari Lubuak Alai, (4) Nagari

Koto Lamo, (5) Nagari Muaro Paiti, (6) Nagari Koto Bangun, dan (7) Nagari

Durian Tinggi.

Ketujuh, Kecamatan Lareh Sago Halaban dengan ibu kota kecamatan

Pakan Rabaa dan luas wilayah 394,85 km2. Kecamatan ini terdiri atas 8 nagari

dan 49 jorong, yaitu (1) Nagari Sitanang, (2) Nagari Ampalu, (3) Nagari Halaban,

(4) Nagari Balai Panjang, (5) Nagari Batu Payuang, (6) Nagari Tanjuang Gadang,

(7) Nagari Labuah Gunuang, dan 8) Nagari Bukit Sikumpa.

Kedelapan, Kecamatan Luak dengan ibu kota kecamatan Pakan Sabtu dan

luas wilayah 61,68 km2. Kecamatan ini terdiri atas 4 nagari dan 34 jorong, yaitu

(1) Nagari Sungai Kamuyang, (2) Nagari Tanjung Haro Si Kabu-Kabu, (3)

Nagari Mungo, dan (4) Nagari Andaleh.

Kesembilan, Kecamatan Mungka dengan ibu kota kecamatan Padang

Loweh dan luas wilayah 83,76 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan 20

jorong, yaitu (1) Nagari Simpang Kapuak, (2) Nagari Talang Maua, (3) Nagari

(22)

Kesepuluh, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan ibu kota kecamatan

Pangkalan Koto Baru dan luas wilayah 712,06 km2. Kecamatan ini terdiri atas 6

nagari dan 33 jorong, yaitu (1) Nagari Koto Alam, (2) Nagari Manggilang, (3)

Nagari Pangkalan, (4) Nagari Gunung Malintang, (5) Nagari Tanjung Balik, dan

(6) Nagari Tanjung Pauh.

Kesebelas, Kecamatan Payakumbuh dengan ibu kota kecamatan Koto

Baru Simalanggang dan luas wilayah 99,47 km2. Kecamatan ini terdiri atas 7

nagari dan 27 jorong, yaitu (1) Nagari Koto Baru Simalanggang, (2) Nagari Taeh

Baruh, (3) Nagari Taeh Bukit, (4) Nagari Simalanggang, (5) Nagari Piobang, (6)

Nagari Sungai Baringin, dan (7) Nagari Koto Tangah Simalanggang.

Keduabelas, Kecamatan Situjuah dengan ibu kota kecamatan Situjuah

Banda Dalam dan luas wilayah 74,18 km2. Kecamatan ini terdiri dari 5 nagari

dan 27 jorong, yaitu (1) Nagari Situjuah Gadang, (2) Nagari Situjuah Ladang

Laweh, (3) Nagari Situjuah Batua, (4) Nagari Tungka, dan (5) Nagari Situjuah

Banda Dalam.

Ketigabelas, Kecamatan Suliki dengan ibu kota kecamatan Suliki dan luas

wilayah 136,94 km2. Kecamatan ini terdiri atas 6 nagari dan 29 jorong, yaitu (1)

Nagari Suliki, (2) Nagari Tanjung Bungo, (3) Nagari Sungai Rimbang, (4) Nagari

Kurai, (5) Nagari Limbanang, dan (6) Nagari Andiang (BP PAAM dan LPAAM,

2012:798-1013).

4.1.1.3 Kecamatan Payakumbuh dan Nagari Piobang

Kecamatan Payakumbuh merupakan salah satu wilayah administrasi

(23)

Koto Baru Simalanggang. Luas wilayah mencapai 99,47 km2 yang berarti 2,97 %

dari luas wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yang luasnya 3.354,30 km2

dengan batas wilayah sebelah utara Kecamatan Mungka, sebelah selatan

Kecamatan Akabiluru dan Kota Payakuumbuh, sebelah timur Kecamatan Harau

dan Kota Payakumbuh, dan sebelah barat Kecamatan Mungka dan Guguak.

Salah satu nagari yang berada di Kecamatan Payakumbuh adalah Nagari

Piobang dengan luas wilayah 9,83 km2. Nagari Piobang ini dibentuk pada tahun

2001. Dasar pembentukan adalah Perda No. 1 Tahun 2001 dengan kode wilayah

130801006. Nagari Piobang ini terdiri atas 3 jorong, yaitu (1) Jorong Piobang, (2)

Jorong Gando, dan (3) Jorong Ampang dengan batas-batas wilayah sebelah utara

dengan Nagari Koto Baru Simalanggang, sebelah selatan dengan Nagari Durian

Gadang, sebelah Barat dengan Nagari Sungai Talang, dan sebelah Timur dengan

Sungai Beringin. Berikut monografi Nagari Piobang seperti terdapat pada gambar

4.4 di bawah ini.

Peta 4.4

(24)

Jumlah penduduk Nagari Piobang berdasarkan data Desember 2012

adalah 4.454 jiwa tersebar di tiga jorong, yaitu Jorong Ampang 1513 jiwa,

Jorong Gando 1682 jiwa, dan Jorong Gando 1259 jiwa. Berdasarkan jenis pekerjaan penduduk nagari Piobang berkerja di berbagai sektor seperti petani,

pegawai negeri sipil, tentara, wirawasta, perawat, bidan, pedagang, tukang, dan

pensiunan.

Struktur pemerintahan Nagari Piobang dipimpin oleh walai nagari yang

mempunyai hubungan yang setara dengan Ketua Kerapatan Adat Nagari dan

Ketua Badan Musyawarah Nagari. Kemudian dalam pemerintahan nagari wali

nagari dibantu oleh sekretaris dan kepala jorong. Di bawah sekretsris terdapat

Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan

Administrasi dan Keuangan. Masing-masing kepala urusan dibantu oleh staf.

Struktur organisasi Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nagari Piobang 2009–

2014 dipimpin oleh seorang ketua dibantu oleh dua orang wakil ketua dan tiga

orang anggota serta dua orang dubalang, di bawahnya bendahara dan sekretaris

lalu dibantu oleh bagian urusan adat; urusan kepemudaan, seni, dan permainan

anak nagari; urusan pusaka/tanah ulayat; dan urusan sengketa seperti terdapat

(25)

Gambar 4.5

Struktur Organisasi Kerapatan Adat Nagari Piobang (Sumber Dokumen Isman 2014)

Di Nagari Piobang terdapat berbagai macam suku yang terhimpun ke

dalam empat pesukuan atau sering juga disebut dengan niniak mamak ampek

suku (ninik mamak empat suku). Masing-masing persukuan dipimpin oleh seorang ninik mamak (penghulu) yang dipilih secara musyawarah yang dikenal

dengan sangsoko17. Daftar soko18 dan sangsoko sekenagarian Piobang dapat

dilihat pada lampiran 1.

4.1.2 Performansi Tradisi Batagak Pangulu

Persiapan acara batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang,

Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat

menurut Bapak Iskandar sebagai ketua panitia baralek pangulu (berhelat

17Sangsoko adalah gelar kebesaran yang diberikan oleh kerapatan bersama dengan jalan mufakat dan sifatnya tidak turun-temurun sebagaimana soko. Sangsoko dipilih berdasarkan mufakat penghulu-penghulu dalam dalam satu-kesatuan pesukuan atau kesatuan satu nagari (Penghulu, 1984:33).

18Soko adalah gelar yang diterima turun-temurun di dalam suatu kaum yang fungsinya adalah

(26)

penghulu) sudah dirancang sejak Oktober 2013. Acara baralek pangulu ini diikuti

sebanyak 16 orang penghulu yang gelar penghulunya sudah dilekatkan di

perkuburan, terbenam, dan talipek (terlipat)19 yang akan dilewakan atau

diresmikan di Balai Adat Gando. Sebelum dilewakan atau diresmikan di balai

adat, ke-16 penghulu ini telah melakukan tahapan sebelumnya yaitu

mamuntiang20.

Acara puncak batagak pangulu atau malewakan gola pangulu di Jorong

Gando dilaksanakan hari Senin tanggal 10 Februari 2014. Sebelum acara puncak

ini digelar, hari Minggu tanggal 9 Februari 2014 diadakan persipan yakni

penyembelihan seekor kerbau. Penyembelihan kerbau dilaksanakan setelah sholat

Zuhur yang disaksikan oleh pemangku adat Nagari Piobang, calon penghulu yang

akan dilewakan (dikukuhkan/diresmikan), keluarga penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan/diresmikan), para perantau, dan masyarakat yang ada di Jorong Gando sekitarnya.

Setelah kerbau disembelih pada siang hari, pada malam hari kerbau tersebut dimasak oleh keluarga niniak mamak yang akan dikukuhkan (diresmikan) gelarnya dan dibantu oleh masyarakat. Masakan ini akan dihidangkan pada esok harinya ketika upacara batagak pangulu dilaksanakan. Masakan ini dihidangkan di balai adat dan dimakan bersama-sama dengan pemangku adat yang ada di Nagari Piobang, niniak mamak (penghulu/datuk)

19Talipek artinya ketika penghulu meninggal dunia dan belum ada kesepakatan kaum siapa penggantinya, pengangkatan penghulu tertunda sampai ada kesepakatan baru. Penghulu baru bisa diangkat apabila sudah ada kesepakatan kaum (Dirajo, 2009:184).

20Mamuntiang adalah menyembelih seekor kambing di rumah gadang kaum atau suku lalu

(27)

yang baru diangkat, bundo kanduang, keluarga penghulu yang baru dikukuhkan, undangan, dan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Pada malam hari diadakan acara kesenian untuk memeriahkan acara

batagak pangulu atau malewakan gola pangulu tersebut. Kesenian yang ditampilkan berupa saluang samalam suntuak (salung semalam suntuk)21. Acara

ini juga diselingi dengan tarian yang dipersembahkan oleh muda-mudi Jorong

Gando tersebut.

Pada hari Senin tanggal 10 Februari 2014 diadakan acara puncak, yakni

mengukuhkan 16 orang penghulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan

Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Acara ini

dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh Prof. Dr. Rahman

Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten 50 Kota sekaligus Ketua

Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten, Muspida

Kabupaten Lima Puluh Kota, Ketua DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, anggota

DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, Walikota Payakumbuh atau yang mewakili,

Camat Kecamatan Payakumbuh yang juga ketua LKAAM Kecamatan, Wali

Nagari Piobang, Ketua KAN Nagari Piobang, niniak mamak (penghulu), alim

ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, generasi muda Nagari Piobang, Prof. Dr.

Dorojatun Kuncaraningrat sebagai tamu, dan anak Nagari Piobang.

Acara dimulai pukul 9.00 WIB. Seluruh niniak mamak (penghulu) yang

akan diresmikan diarak dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Nagari Piobang

yang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjemput niniak mamak pucuak dan

(28)

niniak mamak ampek suku (ninik mamak pucuk dan ninik mamak empat suku). Di samping itu, tujuan arak-arakan ini adalah untuk memberitahu masyarakat

nagari bahwa di Jorong Gando diadakan acara batagak pangulu. Arak-arakan ini

disertai dengan manti, bundo kanduang, malin, dan dubalang masing-masing

niniak mamak yang akan diresmikan atau dikukuhkan serta anggota kaum para penghulu yang akan diresmikan atau dikukuhkan dan masyarakat.

Sesampai di Balai Adat Nagari Piobang dimintalah niniak mamak pucuak

dan niniak mamak ampek suku untuk datang ke Balai Adat Gando untuk

mengukuhkan gelar penghulu dengan sembah kata adat. Setelah selesai

permintaan ini dengan sembah kata adat lalu niniak mamak pucuak dan niniak

mamak ampek suku berserta niniak mamak yang akan diresmikan berserta rombongan kembali berarak ke Balai Adat Jorong Gando. Setelah sampai di

Balai Adat Gando niniak mamak pucuak, niniak mamak ampek suku, bundo

kanduang, manti, malin, para undangan duduk di kursi yang sudah disediakan. Tidak lama kemudian datanglah Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang

diwakili oleh Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten

Lima Puluh Kota berserta rombongan yang disambut dengan tari pasambahan

dan diberi sirih pinang sebagai penghormatan kepada tamu. Setelah selesai tari

pasambahan kemudian staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota beserta rombongan dipersilakan duduk di tempat

yang sudah disediakan.

Acara mengukuhkan (meresmikan) gelar penghulu dimulai pukul 10.00

(29)

wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan dengan doa

Ustad Hendri. Pesan yang disampaikan dalam doa adalah Haji Piobang telah

membawa pembaharuan dalam Islam dan di Jorong Gando terdapat satu Balai

Adat untuk bermusyawarah bagi niniak mamak untuk menegakkan adat bersendi

syarak, syarak bersendi kitabullah. Enam belas orang niniak mamak yang baru

berilah hidayah untuk mendampingi niniak mamak yang terdahulu, jadikan niniak

mamak yang takut kepada Allah dan sayang pada kemenakan sehingga terwujud Jorong Gando yang sejahtera.

Acara berikutnya adalah mengukuhkan/meresmikan gelar penghulu oleh

F Dt. Patiah Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato

pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt.Kiraiang/Dt.Sirah, Dt.Tan Marajo, dan Dt.Sidi Panduko. Pidato adat dan pasambahan malewakan gala

pangulu dapat dilihat pada lampiran 2.

Setelah gelar penghulu dikukuhkan atau diresmikan, acara selanjutnya

adalah pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuak adat

nagari. Sebelum pemasangan deta (destar) dilakukakan dulu pemukulan gong

tujuh kali oleh niniak mamak ampek suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt.

Mangkuto, Prima Ali S, H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo.

Setelah pemasangan deta (destar) acara berikutnya adalah pembacaan

nama-nama penghulu yang baru dikukuhkan (lihat lampiran 3 dan penyerahan

surat tanda penghulu oleh sekretaris Kerapatan Adat Nagari Piobang oleh F. Dt.

Bijo sekaligus penyerahan tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak

(30)

Setelah pembacaan nama-nama penghulu yang baru beserta perangkatnya

oleh sekretaris KAN Piobang F. Dt. Bijo kemudian dilanjutkan penyerahan surat

tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru

dikukuhkan atau diresmikan yang telah ditunjuk, yaitu Z. Dt. Panduko (Suku

Caniago), H. Dt. Sinaro (Suku Sambilan), H.P. Dt. Mangiang Sati (Suku

Bendang), dan Dt. Bijo (Suku Ompek Ibu).

Sesudah penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat

niniak mamak yang baru dikukuhkan atau diresmikan selanjutnya sepatah kata dari niniak mamak yang baru dikukuhkan atau diresmikan yang disampaikan oleh

R. Dt. Rajo Nan Panjang. Dalam sambutannya R. Dt. Rajo Nan Panjang meminta

kepada niniak mamak yang senior dan LKAAM membimbing niniak mamak

yang baru dilantik untuk mewujudkan nagari yang berbasis adat dan syarak serta

roda ekonomi masyarakat digerakkan dan ditingkatkan. Selanjutnya R. Dt. Rajo

nan Panjang mengajak seluruh niniak mamak untuk memakmurkan mesjid karena

ada sinyalemen bahwa mesjid semakin hari semakin lengang seperti tedapat pada

kutipan pidato di bawah ini.

Ada sinyalemen mesjid makin ke desa semakin lengang semakin ke kota semakin ramai, mari kita kembali kehidupan desa yang religius. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tentu niniak mamak yang terlebih dahulu ke mesjid. Mesjid semua pusat kegiatan apabila sifatnya positif.

Setelah pidato sambutan dari penghulu yang baru dilewakan yang

disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang, acara berikutnya laporan panita

(31)

terlaksana Februari 2014 ini. Malewakan gola dilaksanakan 10 Februari 2014 ini

adalah niniak mamak yang sudah 20 sampai dengan 25 tahun yang terbenam,

terlipat, gadang di pekuburan tetapi belum diresmikan, serta ada juga yang

dibangkit baru. Disamping itu, ada juga ninik mamak yang baru dilewakan ini

baru kelas 5 Sekolah Dasar, yaitu Dt. Rajo Nan Sati. Biaya malewakan gola

pangulu (mengukuhkan gelar penghulu) ini 4,5 juta per orang atau total keseluruhannya Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Anggaran ini

belum termasuk persiapan yang dilakukan oleh tiap-tiap penghulu yang akan

dilewakan (dikukuhkan atau diresmikan). Anggaran persipan ini lebih kurang 3

juta rupiah per penghulu.

Acara berikutnya adalah laporan panitia pelaksana pemugaran Balai Adat

Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara. Dalam laporannya Japilus

Simbara menyatakan renovasi dimulai tahun 2009 sampai dengan Februari 2014.

Dana renovasi ini berasal dari masyarakat, perantau, niniak mamak, wali nagari,

Ketua LKAAM, dan lain-lain. Kemudian Ketua Renovali Balai Adat Gando ini

berpesan kepada niniak mamak yang baru dilantik penghulu baru harus belajar

adat istiadat dan belajar itu tidak ada batasnya. Karena sekarang tahun politik,

masyarakat jangan terjadi terkotak-kotak mari dibangun nagari ini saciok bak

ayam sadantiang bak basi22.

Berikutnya adalah sambutan pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo

Baguno. Dalam sambutannya pucuk adat Nagari Piobang menyampaikan di

Nagari Piobang terdapat sekitar 73 niniak mamak (penghulu), ada 29 orang lagi

(32)

yang belum ke balerong atau yang belum dilewakan (dikukuhkan). Istimewa di

Nagari Piobang mempunyai dua balai adat yaitu di Piobang dan Gando, tetapi

adat tetap satu yang dipakai (adat selingkar nagari). Datuk-datuk

(penghulu-penghulu) yang belum sampai ke balerong (balai adat) mudah-mudahan bisa

mengikuti jejak-jejak datuk (penghulu) yang sudah dilewakan (dikukuhkan/diresmikan). Niniak mamak di Nagari Piobang, soko (gelar) tidak

boleh dibawa ke rantau dipilih kemanakan sebagai tungkek (tongkat), soko (gelar)

tinggal di kampung. Amanat pucuk adat Nagari Piobang kepada penghulu yang

baru dilantik dapat dilihat pada lampiran 4.

Acara berikutnya adalah sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S.H.,

Dt. Pobo. Dalam sambutannya Wali Nagari Piobang berpesan niniak mamak

yang baru dilewakan (dikukuhkan/diresmikan) menjaga martabat dan wibawa

sebagai seorang penghulu. Kalau niniak mamak tidak bisa menjaga martabat dan

wibawa tidak ada orang yang akan segan dan hilang bangsa karena budi seperti

terdapat pada kutipan di bawah ini.

Indak martabat jatuah wibawa, tak ado urang nan kasagan, nan banyak basuo musim kini, dek manuruik putaran maso, ilang bangso karano budi, malotak indak ditampeknyo, nan ndak didonga lah didonga, nan tak tasuo lah tasuo, gajah tadorong gadiang patah, harimau malompek dek bolangnyo.

Tidak martabat jatuh wibawa, tak ada orang yang akan segan, yang banyak bersua sekarang ini, karena menurut putaran masa, hilang bangsa karana budi, meletakkan tidak di tempatnya, yang tidak didengar telah didengar, yang tak bersua telah bersua, gajah terdorong gading patah, harimau malompat karena belangnya.

Kemudian Wali Nagari Piobang berharap kepada niniak mamak yang baru

(33)

yang duduknya sudah sama rendah dan tegaknya sudah sama tinggi untuk

bersama-sama membangun Nagari Piobang agar terjuwud masyarakat yang

makmur menuju masyarakat yang sejahtera. Kerja sama dan kebersamaan seluruh

niniak mamak dalam membangun nagari akan bisa menjadi nagari adatnya bersandi syarak, syarak telah menjadi adat, adat elok agama rancak (bagus), tujuannya sama untuk selamat sehingga terwujud masyarakat makmur dan

sejahtera seperti kata papatah padi masak jagung meupih, mentimun mengarang

bunga, ternak berkembang biak, nagari aman dan sentosa.

Berikutnya sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli

gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Dalam sambutan Gubernur Sumatera

Barat menyatakan bahwa Sumatera Barat memiliki potensi sumber daya kultural

yang kaya, unik, dan bernilai tinggi sebagai potensi kearifan lokal yang tidak

dimiliki oleh daerah-daerah lain. Untuk itu, gubernur berharap penghululah untuk

menjaga nilai-nilai kearifan lokal tersebut karena dalam perkembangan global

yang terus terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung telah

mengakibatkan terjadinya pendangkalan nilai-nilai kearifan lokal tersebut di

tengah masyarakat. Pidato Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang dibacakan

oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. dapat dilihat pada lampiran

5.

Acara berikutnya sambutan Bupati Lima Puluh Kota sekaligus sebagai

Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima

Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo. Bupati Lima Puluh Kota dalam

(34)

apresiasi terhadap adat Minangkabau yang dituangkan dalam bentuk

undang-undang. Karena itu, pemerintah daerah sangat memberi apresiasi yang

setinggi-tingginya terhadap niniak mamak telah dilewakan (dikukuhkan/diresmikan) di

Kanagarian Piobang ini. Kemudian niniak mamak diharapkan betul-betul

memahami adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pemahaman ini

jangan sampai keliru dalam memahami adat Minangkabau. Selanjutnya juga

dingatkan kepada niniak mamak tidak semua masalah kriminal diselesaikan

dengan hukum positif. Niniak mamak harus bisa menyelesaikan masalah-masalah

yang dihadapi anak kemenakan. Kalau ada permasalahan yang muncul langsung

diselesaikan jangan sampai masalah itu menjadi besar.

Dengan berakhirnya sambutan Bupati Lima Puluh Kota berakhir pulalah

acara batagak pangulu atau melewakan gola pangulu di Jorong Gando, Nagari

Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi

Sumatera Barat. Acara ini berakhir tepat pukul 14.00 WIB.

Acara berikutnya adalah peresmian Balai Adat Gando yang ditandai

dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc.

Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh undangan, niniak

mamak di lingkungan kenagarian Piobang, niniak mamak yang baru dilantik, manti, tuanku, dan dubalang di Balai Adat Gando. Sedangkan bundo kanduang makan di rumah gadang Dt. Rajo Nan Panjang. Sebelum acara makan bersama

dimulai didahului oleh sembah kata dan sesudah makan bersama dan maurak selo

(35)

Acara berikutnya adalah pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong

Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama dan foto-foto

oleh penghulu yang baru dilewakan (dikukuhkan/diresmikan).

Pada malam hari diadakan acara kesenian talempong oleh Sanggar Seni

Tradisional Tolang Pitunang dan tari-tarian yang ditampilkan oleh muda-mudi

Jorong Gando. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Gando dan sekitarnya, penghulu yang baru dilewakan, dan para perantau yang pulang khusus

menghadiri acara batagak pangulu.

Berdasarkan perfomansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari

Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi

Sumatera Barat di atas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Performansi Tradisi Batagak Pangulu

di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat

No. Hari/Tanggal Uraiaian Kegiatan

1. Minggu,

9 Februari 2014

1. Penyembelihan kerbau setelah sholat zuhur dan pada malam hari kerbau itu dimasak oleh ibu-ibu anggota kaum penghulu yang akan diresmikan. 2. Pada malam hari diadakan acara kesenian saluang

samalam suntuak dan diselingi dengan tari-tarian oleh pemuda-pemudi Jorong Gando.

2. Senin,

10 Februari 2014

1. Tepat pukul 9.00 WIB arak-arakan penghulu yang mau dikukuhkan atau diresmikan disertai dengan bundo kanduang, tuanku, manti, dubalang, dan anggota kaum lainnya dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Piobang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjeput penghulu pucuk dan penghulu empat suku.

(36)

3. Penghulu pucuk dan penghulu empat suku beserta rombongan penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan) kembali ke Balai Adat Gando. Setelah sampai di Balai Adat Gando penghulu pucuk, penghulu empat suku, penghulu yang akan diresmikan, bundo kanduang, manti, malin, para undangan duduk di kursi yang sudah disediakan. 4. Rombongan Gubernur yang diwakili oleh staf ahli

Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Rahman Sani, M.Sc. dan Bupati Lma Puluh Kota beserta unsur muspida, anggota DPRD, dan undangan lainnya datang di Balai Adat Gando disambut dengan tari pasambahan dan setelah itu disilakan duduk di tempat yang sudah disediakan.

5. Pukul 10.00 WIB acara malewakan gala pangulu di Jorong Gando dimulai. Protokol membacakan susunan acara.

a. Acara pertama adalah pembacaan wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan pembacaan doa oleh Ustad Hendri.

b. Malewakan gala pangulu oleh F Dt. Patiah Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt. Kiraiang/Dt. Sirah, Dt. Tan Marajo, dan Dt. Sidi Panduko.

c. Pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuk adat nagari yang sebelumnya dilakukakan pemukulan gong tujuh kali oleh niniak mamak empat suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt. Mangkuto, Prima Ali S, H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo. d. Pembacaan dan penyerahan surat tanda

penghulu oleh sekretaris Kerapatan Adat Nagari Piobang F. Dt. Bijo sekaligus penyerahan tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan yang telah ditunjuk sebelumnya. e. Setelah pembacaan nama-nama penghulu

(37)

Mangiang Sati (Suku Bendang), dan Dt. Bijo (Suku Ompek Ibu).

f. Sambutan dari niniak mamak yang baru dilewakan disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang.

g. Laporan panita baralek pangulu oleh Bapak Iskandar.

h. Laporan panitia pelaksana pemugaran Balai Adat Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara.

i. Amanat pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo Baguno.

j. Sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S. H. Dt. Pobo.

k. Sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc.

l. Sambutan Bupati Lima Puluh Kota Sekaligus sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo. Acara ini berakhir tepat pukul 14.00 WIB. m. Acara berikutnya adalah peresmian Balai

Adat Gando yang ditandai dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh undangan, niniak mamak di lingkungan kenagarian Piobang, niniak mamak yang baru dilantik, manti, tuanku, dan dubalang di Balai Adat Gando. Sedangkan bundo kanduang makan di rumah gadang Dt. Rajo Nan Panjang.

n. Acara berikutnya adalah pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama penghulu yang baru dilewakan. o. Pada malam hari diadakan acara kesenian

(38)

4.2 Temuan Penelitian

Berikut ini adalah temuan penelitian berupa (1) performansi, teks,

ko-teks, dan konteks; (2) makna dan fungsi; (3) kearifan lokal; dan (3) model

revitalisasi.

4.2.1 Analisis Performansi, Teks, Ko-teks, dan Konteks

Performansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang,

Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat

dapat dikelompokan menjadi (1) acara adat/inti, (2) seremonial, dan (3) hiburan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt. Kiraiang/Dt. Sirah, Dt. Tan Marajo, dan Dt. Sidi Panduko.

c. Pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuak adat nagari yang sebelumnya dilakukakan pemukulan gong tujuh kali oleh niniak mamak empat suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt. Mangkuto, Prima Ali, S.H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo.

d. Pembacaan nama-nama penghulu yang baru beserta perangkatnya oleh sekretaris KAN Piobanag F. Dt. Bijo kemudian dilanjutkan penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan.

e. Amanat pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo Baguno

(39)

2. Acara Seremonial a. Arak-arakan penghulu yang mau dikukuhkan dan rombongan dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Piobang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjeput penghulu pucuk dan penghulu empat suku Setelah arak-arakan itu kembali lagi ke Balai Adat Gando

b. Penyambutan gubernur yang diwakili oleh staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat Prof. Dr. Rahman Sani, M.Sc. dan Bupati Lma Puluh Kota beserta unsur muspida, anggota DPRD, dan undangan lainnya dengan tari pesembahan.

c. Pembacaan wahyu ilahi oleh

Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan pembacaan doa oleh Ustad Hendri.

d. Sambutan dari niniak mamak

yang baru dilewakan disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang.

e. Laporan panita baralek pangulu oleh Bapak Iskandar.

f. Laporan panitia pelaksana

pemugaran Balai Adat Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara

g. Sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S. H. Dt. Pobo.

h. Sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc.

i. Sambutan Bupati Lima Puluh Kota Sekaligus sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo.

j. Peresmian Balai Adat Gando yang ditandai dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc.

k. Pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama penghulu yang baru dilewakan.

3. Acara Hiburan a. Pada malam hari pertama

diadakan acara kesenian saluang samalam suntuak dan diselingi dengan tari-tarian oleh muda-mudi Jorong Gando.

(40)

Berikut adalah hasil temuan analisis teks, ko-teks, dan konteks seperti

terdapat pada table 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3

Temuan Data Teks, Ko-teks, dan Konteks Tradisi

Melegitimasi gelar penghulu di Minangkabau

2. Super Struktur 1. Pendahuluan

a. Pembukaan dengan mengucapkan salam.

b. Penyampaian pantun yang berisi pusaka nenek moyang dari dahulu tetap dipakai dan sedikit pun tidak akan hilang.

c. Sejarah nenek moyang orang Minangkabau.

2. Isi

a. Ninik yang berdua Dt. Patiah nan Sabatang dan Dt. Katumangungan dibutlah adat dan lembaga. Rantau diberi beraja dan luak diberi berpenghulu. Luak di Minagkabau terdiri atas Luak Tanah Datar, Luak Lubuk Agam, dan Luak Lima Puluh. b. Penekanan delapan perkara untuk anak

laki-laki di Minangkabau sesuai dengan pepatah adat yang dikemukakan oleh Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan, yaitu: (1) menjadi tuanku; (2) kedua

(41)

d. Ninik mamak sudah sepakat menerima

(42)

2. Talibun batuah nan bapucuak sabana bulek nan baurek sabana tunggang.

b. Bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang sumarak anjuang nan tinggi c. Kok bulek lah buliah digolongkan, kok

pipiah lah buliah dilayangkan. d. Gayung basambuik kato bajawok.

e. Barek nan sapikua ringan nan sajinjiang

f. Bulek aia lah ka pambuluah, bulak kato karano mufakaik, dicari bulek nan sagolek, dicari pipih nan

i. Dibawo sailia samudiak sepantang sepajapian, diimbaukan di labuah nan golong dipanggikan di pakan nan rami.

(43)

disusun oleh tokoh-tokoh adat masa lalu. Kemudian dilanjutkan oleh para pemimpin adat pada masa sekarang. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh adat di Nagari Piobang disusun teks pidato dan pasambahan adalah untuk meligitimasi atau mengesahkan keberadaan penghulu di nagari.

c. Analisis Sosial Penghulu adalah pemimpin adat di Minangkabau. Jabatan penghulu adalah sebagai pemegang sako datuk secara turun-temurun menurut garis keturunan ibu dalam sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Sebagai pemimpin adat penghulu memelihara, menjaga, mengawasi, mengurusi, dan menjalankan seluk-beluk adat di nagari. Di samping itu, penghulu juga sebagai pemimpin dan pelindung kaumnya sepanjang adat.

(44)

moyang Minangkabau agar tetap dilestarikan. Dalam tataran adat Minangkabau batagak pangulu ini termasuk dalam adat yang diadatkan. Adat ini tidak mungkin diubah lagi karena nenek moyang yang menyusun dan berhak mengubahnya sudah tidak ada lagi (Dirajo, 2009:144). Kalau ada pihak-pihak lain yang mencoba menghapus atau mengubahnya akan menimbulkan celaka pada orangnya dan kalau adat yang diadatkan dihapus akan menghancurkan adat Minangkabau.

b. Konteks Sosial Konteks sosial tradisi batagak pangulu adalah bertujuan untuk melihat faktor-faktor sosial yang mempengaruhi tadisi batagak pangulu tersebut. Faktor sosial kaum menjadi bangga, derajat kaum menjadi terangkat, penghulu menjadi terhormat, dsb.

c. Konteks Situasi Konteks situasi batagak panglu atau malewakan gala di Minangkabau dilaksanakan pada hari kerja. Upacara batagak pangulu dilaksanakan pada hari Senin 10 Februari 2014. Tujuan dilaksanakan pada hari kerja adalah agar undangan terutama aparat perintah daerah dapat menghadirinya. Dalam acara ini dihadiri oleh aparat pemerintahan seprti staf ahli gubernur Sumatera Barat, Bupati 50 Kota, aparat muspida Kabupaten 50 Kota, anggota DPRD Kabupaten 50 Kota, Camat Payakumbuh, dan aparat muspika kecamatan. Kemudian tempat pelaksanaan di Balai Adat dengan halaman yang cukup luas untuk menampung undangan, ninik mamak, manti, cerdik pandai, bundo kanduang, dan anak nagari.

(45)

semudik penghulu yang belum dikukuhkan atau diresmikan untuk membicarakan masalah-masalah anak nagari yang menyangkut adat dan pembangunan.

4.2.2 Analisis Makna dan Fungsi serta Nilai dan Norma

Berikut adalah hasil temuan analisis makna dan fungsi serta nilai dan

norma seperti terdapat pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4

Temuan Data Makna dan Fungsi serta Nilai dan Norma

Makna dan Fungsi Nilai dan Norma

(46)

4.2.3 Analisis Kearifan Lokal

Temuan data kearifan lokal tradisi batagak pangulu di Minangkabau

terdapat sembilan unsur, yakni gotong royong, musyawarah dan mufakat,

kerukunan dan penyelesaian konflik, kebenaran dan keadilan, kesopansantunan,

komitmen, keharmonisan, pengelolaan gender, dan kesetiakawanan sosial yang

dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5

Temuan Data Kearifan Lokal No. Kearifan Lokal Keterangan

1. Gotong royong Biaya batagak pangulu di Minangkabau bisa mencapai 100 juta rupiah bahkan lebih. Biaya perhelatan yang sangat besar ini dan tidak semua penghulu dapat melaksanakannya. Biaya yang cukup besar ini dapat diatasi dengan meresmikan gelar penghulu secara bersama-sama. Kemudian kalau ada satu kaum atau suku akan meresmikan gelar penghulunya sendiri mereka bersama-sama menanggulanginya. Bantuan yang diberikan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bantuan berupa uang, pemikiran, beras, kelapa, kayu bakar, dan tenaga.

2. Musyawarah dan

Mufakat

(47)

3. Kerukunan dan penyelesaian konflik

Penghulu di Minangkabau berfungsi untuk menjaga kerukunan dan penyelesai konflik yang timbul di antara kemenakan. Hal ini terlihat ketika sambutan yang diberikan oleh staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Bupati Lima Puluh Kota. Dalam sambutanya Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh staf ahli Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. menyatakan penghulu yang menjadi suluh dendang dalam nagari dan sebagai panutan masyarakat kok kusuik nan kamanyalasaikan kok karuah nan kamajannihkan (jika kusut yang menyelesaikan jika keruh yang menjernihkan). Hal ini juga dipertegas oleh Buapati Lima Puluh Kota sekaligus Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) yang menyatakan tidak semua masalah kriminal diselesaikan dengan hukum positif. Niniak mamak harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak kemenakan. Kalau ada permasalahan yang muncul langsung diselesaikan jangan sampai masalah itu menjadi besar.

4. Kebenaran dan

keadilan

Penghulu di Minangkabau selalu dituntut berkata benar dan menghukum secara adil. Dalam sambutanya Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh staf ahli Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. menyatakan bajalan dinan luruih bakato dinan bana di muko jadi tauladan di samping jadi pambimbing di belakang menjadi pendorong ka kanan elok (berjalan yang lurus berkata yang benar di muka jadi teladan di samping jadi pambimbing di belakang menjadi pendorong ke yang elok). Begitu juga dalam menjatuhkan hukuman dalam satu perkara kalau ada perselisihan di antara kemenakan penghulu menjatuhkan hukuman secara adil.

(48)

syarak, syarak bersendi kitabullah. Lalu dilanjutkan dengan permintaan ampun penyampai pidato adat kepada Tuhan sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut ada yang salah. Penyampai pidato adat menyadari bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan dan mempunyai ilmu yang sedikit bila dibandingkan dengan ilmu dimiliki Tuhan. Begitu juga dalam mengakhiri pidato adat juga diucapkan salam.

6. Komitmen Ada komitmen dan sinergi yang kuat antara adat dan agama. Dalam perjanjian Bukit Marapalam dinyatakan adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Hal ini mengisyaratkan bahwa adat itu tidak bertentangan dengan agama dan adat itu sejalan dengan agama.

7. Keharmonisan Keharmonisan terlihat pada keserasian antara adat dan agama. Adat sejalan dengan agama yang terkenal dengan adaik basandi sarak, sarak basandi kitabullah (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah). Maksudnya, adat di Minangkabau sejalan dengan agama dan adat yang tidak bertentangan dengan agama. Adat Minangkabau adalah adat yang Islami yang bersumber pada Al Quran, sunnah nabi, ijmak, dan kiyas (Marajo, 2006:9-11). Hukum dan norma Islam bersumber kepada empat sumber tersebut. Karena bersifat universal, hukum dan norma Islam diterima oleh masyarakat Minangkabau dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.

(49)

penghulu tersebut akan dilipat (terbenam). Gelar penghulu ini kembali dipakai atau dikukuhkan apabila kemenakan perempuan tadi melahirkan anak laki-laki. Jadi, dalam hal pengelolaan gender anak laki-lakilah yang menjadi penghulu di Minangkabau. Sedangkan perempuan juga diberi kedudukan yang sama dengan laki-laki yang disebut dengan bundo kanduang.

9. Kesetiakawanan sosial Bantuan kaum atau suku yang diberikan ketika diadakan acara batagak pangulu bermacam-macam sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kalau dia kaya dapat memberi bantuan dalam bentuk uang, kalau dia cerdik pandai dapat memberi bantuan dalam bentuk pemikiran, kalau dia punya beras dan kelapa dapat member bantuan dalam bentuk beras dan kelapa untuk dimasak, kalau dia tidak punya apa-apa hanya punya tenaga dan tenaganya ini bisa digunakan untuk membantu jalannya acara tersebut. Bagi orang Minangkabau tidak ada manusia yang tidak berguna, semua manusia berguna sesuai dengan kemampuannya masing-masing sesuai bunyi papatah nan cadiak bao baiyo, nan buto pahambuih lasuang, nan pakak pambao badia, nan lumpuah pangajuik ayam (yang cerdik dibawa berunding, yang buta penghembus lesung, yang tuli pembawa bedil, yang lumpuh penghalau ayam). Kemudian kestiakawanan sosial juga terlihat ketika makan bersama. Kerbau yang disembelih dimakan oleh anak nagari secara bersama-sama.

4.2.4 Analisis Revitalisasi

Data penelitian revitalisasi melalui wawancara penulis kumpulkan 12–16

Juni 2014 dan 4– 7 September 2014 di Gando, Piobang, dan Padang karena ada

informan yang bekerja dan tinggal di Padang. Pengumpulan data revitalisasi tidak

(50)

kekurangan data revitalisasi, penulis setiap saat menghubungi beberapa informan

untuk melengkapi data tersebut. Data ini berguna untuk membuat model

revitalisasi batagak pangulu atau malewakan gala di Minangkabau. Berikut data

penelitian dirangkum pada tabel 4.6 di bawah ini.

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

BAB V

PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

5.1 Performansi

Performansi batagak pangulu di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota dikelompokkan atas tiga kelompok

acara, yaitu acara adat (inti), seremonial, dan hiburan. Berikut uraian

masing-masing performansi batagak pangulu tersebut.

5.1.1 Acara Adat (Acara Inti) Minggu, 9 Februari 2014

Sebelum upacara puncak batagak pangulu atau malewakan gala pangulu

ini digelar, Minggu 9 Februari 2014 diadakan persipan yakni penyembelihan

seekor kerbau. Penyembelihan kerbau dilaksanakan setelah sholat Zuhur yang

disaksikan oleh penghulu pucuk, penghulu empat suku, penghulu yang akan

dilewakan (dikukuhkan), anggota kaum para penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan ), para perantau, dan masyarakat yang ada di Jorong Gando

sekitarnya.

Kerbau yang disembelih untuk acara batagak pangulu atau malewakan

gala pangulu ini harus mempunyai syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah (1) kerbau jantan dan sudah cukup umur (4 tahun); (2) tidak cacat; (3)

sehat; (4) tanduk panjangnya lebih kurang 40 cm seperti terdapat pada gambar

Gambar

Gambar 3.1Diskusi Kelompok Terarah di Kedai Kopi
gambar 4.3 di bawah ini.
Gambar 4.5Struktur Organisasi Kerapatan Adat Nagari Piobang
Tabel 4.2Temuan Data Performansi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dengan Rismardi (Wali Nagari Guguak VIII Koto), pada tanggal 7 Januari 2008 di Kantor Wali Nagari Guguak VIII Koto, Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat.. bersifat

Apa saja permasalahan yang dihadapi BKM untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan khususnya pembangunan sarana dan

Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik diatas selanjutnya seluruh peserta Musrenbang Nagari menyetujui serta memutuskan beberapa hal

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk memahami peran tradisi berbalas pantun dalam acara pesta perkawinan masyarakat melayu di desa Perupuk serta

Keuntungan dari tradisi berburu babi tidak hanya bagi para pemburu yang ada di Nagari Limbanang, tetapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar. Hal itu

Sumber: Data Penelitian Lapangan 2014 Dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa peran mamak membimbing kemenakan dalam hal pewarisan peran sudah bergeser, terlihat

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui bahwa lahan yang dimiliki oleh petani padi sawah di Nagari Batu Balang yang paling banyak adalah yang memiliki lahan berkisar antara 0,5

Ini menunjukkan bahwa dalam setiap acara adat yang dilakukan seperti maanta marapulai di Kenagarian Lubuk Alai Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat nilai budaya