BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Jorong Gando, Nagari Piobang,
Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Pemilihan lokasi ini karena masyarakatnya masih menjunjung tinggi adat-istiadat
dan masih mempraktikkan adat batagak pangulu dalam kehidupannya. Sedangkan waktu penelitian untuk mengumpulkan data upacara batagak pangulu
dilakukan pada 9–10 Februari 2014.
Data penelitian tentang konteks penghulu bagi masyarakat Minangkabau
dan revitalisasi penulis kumpulkan melalui wawancara pada 12 – 16 Juni 2014
dan 4 – 7 September 2014 di Gando, Piobang, dan Padang karena ada informan
yang bekerja dan tinggal di Padang. Khusus untuk data revitalisasi tidak berhenti
pada tanggal yang sudah disebutkan di atas. Ketika penulis mengalami
kekurangan data revitalisasi, penulis setiap saat menghubungi beberapa informan
untuk melengkapi data tersebut. Data ini berguna untuk membuat model
revitalisasi batagak pangulu di Minangkabau.
3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena penelitian ini
berusaha menggali, menemukan, mengungkapkan, dan menjelaskan makna dan
pola tradisi batagak pangulu secara holistik. Makna dapat dipahami sebagai
kaidah, struktur, dan formula. Kedua hal itulah yang menjadi tujuan akhir
penelitain kualitatif (Sibarani, 2012:266-227).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah emik. Pendekatan
emik adalah pendekatan yang mengkategorikan fenomena budaya menurut warga
setempat/pemilik budaya (Kaplan dan Manners, 1999:256-258). Pendekatan emik
digunakan untuk menarik pendapat-pendapat di lapangan untuk menyusun
konsep tertentu. Dalam kaitan dengan penelitian ini, penulis menganalisis
data-data revitalisasi dari informan lalu ditarik kepembentukan konsepsi (model/pola).
Untuk model analisis, penulis menggunakan model analisis
antropolinguistik yang sudah penulis modifikasi sesuai dengan data tradisi
batagak pangulu di Minangkabau. Menurut Sibarani (2012:304-305) model analisis antropolinguistik dapat diterapkan dalam kajian tradisi lisan karena
kajian antropolinguistik terhadap tradisi lisan dimulai dari unsur-unsur verbal,
kemudian masuk ke unsur-unsur nonverbal. Struktur dan formula unsur verbal
dan nonverbal tradisi lisan dapat dijelaskan melalui pemahaman teks, ko-teks,
dan konteks. Namun, dalam penelitian ini tidak semua unsur yang ada pada teks,
ko-teks, dan konteks diteliti. Teks yang diteliti adalah teks pidato adat meliputi
struktur makro, superstruktur (struktur alur), struktur mikro, kognisi sosial, dan
analisis sosial; unsur ko-teks yang diteliti hanya dibatasi pada intonasi dan
benda-benda material yang dipakai selama upacara batagak pangulu seperti pakaian
penghulu, dekorasi, merawa, carano, tanduk kerbau, dan gong; sedangkan unsur
terdapat dalam tradisi batagak pangulu tersebut. Untuk lebih jelasnya model
penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.2 di bawah ini.
Bagan 3.2 Model Analisis Tradisi Batagak Pangulu Tradisi Batagak Pangulu
Konteks:
Budaya, Sosial, Situasi, Idiologi
Riset Awal Peneliti Studi Pustaka
Performansi
Bentuk
Ko-Teks: Paraliguistik dan
Material Teks:
Struktur Makro, Alur, Mikro, Kognisi Sosial,
Analisis Sosial
Isi:
Makna dan Fungsi Nilai dan Norma
Kearifan Lokal
Keterangan:
1. Bagan ini merupakan bagan yang sudah dimodifikasi dari model analisis
antropolinguistik yang bisa diterapkan dalam kajian tradisi lisan (lihat juga
Sibarani, 2012:310).
2. Keterangan bagan:
Garis penelitian pendahuluan
Garis penelitian lanjutan
Garis hasil penelitian
Garis revitalisasi hasil penelitian
Berdasarkan bagan di atas terdapat empat tahapan penelitian, yaitu:
(1) Penelitian pendahuluan berupa pematangan persiapan dengan cara
mempelajari tradisi batagak pangulu di Minangkabau dan mencari serta
membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan tradisi batagak
pangulu tersebut.
(2) Pengumpulan data dengan cara merekam acara batagak pangulu dan
mewawancarai informan untuk mendapatkan data tambahan untuk
merumuskan revitalisasi kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak
pangulu tersebut.
(3) Menganalisis data dengan memahami performansi, teks, ko-teks, dan
norma budaya untuk menemukan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi
batagak pangulu di Minangkabau.
(4) Membuat model revitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
3.3 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah rekaman peresmian pengangkatan
penghulu sebagai data primer dan catatan pidato adat yang ada pada informan
(ahli pidato adat) sebagai data sekunder. Sedangkan buku-buku yang memuat
pidato adat pengangkatan penghulu seperti buku yang disusun oleh Sjamsuddin
Rajo Endah (1961), Idrus Hakimy Dt.Rajo Pangulu (1978), Jamilus Jamin
(1991), M.Dt.Mangkuto Rajo (1993), dan R. St. Tandiko dan M.I. Sutan Batuah
(1994) dijadikan sebagai literatur atau bahan bacaan karena menurut Bungin
(2007:122) apabila bahan-bahan dokumenter diterbitkan sebagai buku dan boleh
dibeli dan dibaca orang setiap saat maka sifatnya berubah menjadi literatur atau
sebagai bahan bacaan.
Data penelitian performansi, teks pidato adat (struktur makro,
superstruktur/struktur alur, struktur mikro, kognisi sosial, analisis sosial),
paralinguistik (intonasi), benda material (pakaian penghulu, dekorasi, marawa,
carano, tanduk kerbau, gong), dan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau serta hasil wawancara untuk revitalisasi.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa jenis metode pengumpulan data ditempuh dalam penelitian
3.4.1 Metode Observasi Partisipatoris Langsung
Metode ini dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung
jalannya upacara batagak pangulu. Alat bantu yang digunakan dalam
pengamatan ini adalah handycam dan handphone. Alat-alat ini digunakan untuk
merekam jalannya upacara batagak pangulu dan merekam kejadian dalam bentuk
gambar.
3.4.2 Metode Wawancara Mendalam dan Terbuka
Wawancara terbuka dan mendalam digunakan untuk mendapatkan
informasi dari informan sebagai data penelitian untuk dianalisis. Dengan metode
ini peneliti mewancarai para informan. Informasi yang akan ditanyakan kepada
para informan dapat berupa informasi bentuk, isi, dan model revitalisasi sesuai
dengan konsep masyarakat.
3.4.3 Metode Diskusi Kelompok Terarah
Data penelitian diperoleh dengan cara metode diskusi kelompok terarah
dari para informan. Metode ini digunakan untuk melakukan deskripsi dan
rekonstruksi sebuah tradisi lisan. Setiap peserta akan memberikan masukan
mengenai model pengelolaan dan model revitalisasi yang terdapat dalam tradisi
batagak pangulu di Minangkabau.
Model diskusi kelompok ini penulis lakukan di sebuah kedai kopi di
Piobang pada 5 September 2014. Dengan bantuan Z. Dt. Damuangso Nan Tinggi
dapat dikumpulkan tiga orang penghulu, yaitu F. Dt. Patiah Baringek, Sy. Dt.
mendiskusikan pengelolaan dan model revitalisasi tradisi batagak pangulu di
Minangkabau. Foto metode diskusi kelompok terarah dilaksanakan di kedai kopi
dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.
Gambar 3.1
Diskusi Kelompok Terarah di Kedai Kopi (Dokumen Isman 2014)
3.4.4 Metode Dokumenter
Data penelitian juga dikumpulkan dengan cara metode dokumenter. Data
ini diperoleh dari catatan pidato adat yang ada pada informan (ahli pidato adat)
dan audio-visual berupa rekaman acara batagak pangulu.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini
Nasution (2003) menyatakan analisis data kualitatif telah dimulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
pegangan bagi penelitian selanjutnya. Namun, dalam penelitian ini, analisis data
lebih difokuskan pada proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
3.5.1 Analisis Data Sebelum di Lapangan
Analisis data dilakukan terhadap data sekunder dari hasil studi pustaka
atau studi pendahuluan yang digunakan untuk memfokuskan penelitian. Dalam
hal ini sumber data adalah catatan pidato adat pasambahan batagak pangulu di
Minangkabau yang ada pada ahli pidato adat dan buku-buku teks.
3.5.2 Analisis Data di Lapangan
Teknik analisis data yang digunakan selama di lapangan adalah model
teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) serta
Spradley (1980). Miles dan Huberman (1992) menyatakan aktivitas dalam
analisis data kualitatif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.
a. Pengumpulan data
Data penelitian ini adalah rekaman peresmian pengangkatan penghulu sebagai
data primer dan catatan pidato adat yang ada pada informan (ahli pidato adat)
sebagai data sekunder.
b. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya direduksi. Dalam hal ini
peneliti memilih data yang pokok, memfokuskan pada data yang penting, lalu
peneliti akan memberi kode-kode pada aspek tertentu yang merupakan fokus
penelitian.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Data yang
disajikan adalah uraian upacara batagak pangulu.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan awal yang peneliti tetapkan tentang data-data penelitian tentang
tradisi batagak pangulu di Minangkabau (adanya unsur ko-teks seperti
intonasi dan benda-benda material yang dipakai selama upacara batagak
pangulu seperti pakaian penghulu, dekorasi, merawa, carano, dan gong; unsur teks seperti struktur makro, superstruktur (struktur alur), dan struktur
mikro; dan unsur konteks seperti koteks budaya, sosial, situasi, dan idiologi)
baru bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap penelitian selanjutnya. Namun,
apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten dari penelitian
lapangan, kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
Selanjutnya Spradley (2007) menyatakan teknik analisis data
disesuaikan dengan tahapan penelitian sebagai berikut.
a. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grandtour and
intonasi, benda material, makna, fungsi, dan kearifan lokal yang terdapat
dalam upacara batagak pangulu.
b. Pada tahap menentukan fokus, analisis data dilakukan dengan cara analisis
taksonomi. Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi
rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
c. Pada tahap seleksi, analisis data dilakukan dengan cara analisis
komponensial. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi selanjutnya diorganisasi. Kalau ditemukan perbedaan data
dilakukan triangulasi data sehingga setiap elemen yang berbeda akan dapat
ditemukan.
d. Pada tahap penentuan objek penelitian dilakukan analisis tema. Dengan
analisis ini yang akan menjadi objek penelitian adalah teks (struktur makro,
struktur alur, dan struktur mikro), paralinguistik (intonasi), benda material
(pakaian penghulu, dekorasi, merawa, tanduk kerbau, carano, gong), makna
dan fungsi, nilai dan norma, serta kearifan lokal yang terdapat dalam upacara
batagak pangulu.
3.5.3 Analisis Data Setelah Selesai di Lapangan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah data diperoleh dari
lapangan adalah sebagai berikut.
a. Memaparkan dan menganalisis performansi batagak pangulu di Jorong
Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh
b. Menganalisis teks (struktur makro, superstruktur/struktur alur, struktur
mikro, kognisi sosial, dan analisis sosial) yang terdapat dalam upacara
batagak pangulu di Minangkabau.
c. Menganalisis paralinguistik (intonasi) dan benda material (pakaian penghulu,
dekorasi, merawa, tanduk kerbau, carano, gong) yang terdapat dalam tradisi
batagak pangulu di Minangkabau.
d. Menganalisis konteks batagak pangulu bagi masyarakat Minangkabau untuk
menganalisis nilai dan norma budaya dalam rangka menemukan kearifan
lokal.
e. Menganalisis makna dan fungsi serta nilai dan norma yang terdapat dalam
tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
f. Menemukan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di
Minangkabau.
g. Membuat model revitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
3.6 Pengecekan Keabsahan Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009:330). Selanjutnya Denkin
(dalam Rahardjo, 2012) mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau
kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling
terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Triangulasi meliputi
Pertama, triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan dengan cara
membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian
kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi
atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi
tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh
dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.
Kedua, triangulasi antarpeneliti. Triangulasi antarpeneliti dilakukan
dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis
data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi
yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu
harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik
kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari
triangulasi.
Ketiga, triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data adalah menggali
kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan
observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen
sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan gambar atau foto.
selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai
fenomena yang diteliti.
Keempat, triangulasi teori. Triangulasi teori hasil akhir penelitian
kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara
mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh
Keabsahan data dicek dengan teknik triangulasi sumber data. Data pidato
adat dan pasambahan batagak pangulu yang diperoleh dari observasi melalui
teknik rekaman, dicek dengan data pidato adat yang dalam bentuk tertulis yang
ada pada informan (ahli pidato adat) penulis peroleh dengan cara wawancara.
Kemudian data ini juga dicek dengan buku-buku yang memuat pidato adat dan
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
Berikut adalah paparan data penelitian berupa latar penelitian dan
performansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang,
Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Paparan latar penelitian ini adalah daerah lokasi penelitian sedangkan
performansi tradisi batagak pangulu adalah jalannya upacara batagak pangulu
tersebut.
4.1.1 Deskripsi Latar Penelitian 4.1.1.1 Provinsi Sumatera Barat
Minangkabau secara administratif saat ini termasuk ke dalam Provinsi
Sumatera Barat. Wilayah ini terletak 10 Lintang Utara - 30 Lintang Selatan dan
980 - 1020 Bujur Timur yang dilalui oleh garis kartulistiwa. Provinsi Sumatera
Barat juga merupakan bagian dari kawasan pegunungan bukit barisan yang
membujur dari barat laut (utara) hingga ke tenggara (selatan) Pulau Sumatera
dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara,
sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Jambi, sebelah timur
berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Riau, dan sebelah barat berbatasan dengan
Samudera Hindia. Sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat ini adalah Padang
(BP PAAM dan LPAAM, 2012:776). Berikut peta Provinsi Sumatera Barat
Peta 4.2
Peta Provinsi Sumatera Barat (Sumberhttps://www.google.co.id/)
Provinsi Sumatera Barat terdiri atas 19 kabupaten dan kota, yaitu:
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota,
Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok
Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang
Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota
Padang, Kota Solok, Kota Sawah Lunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi,
Kota Payakumbuh, dan Kota Pariaman. Luas wilayah daratan Provinsi Sumatera
Barat ini adalah 42.297,30 km per segi dan perairan laut 186.500 km per segi.
Jumlah penduduk menurut data BPS tahun 2010 tercatat sebanyak 4.827.973 jiwa
dengan mayoritas beragama Islam. Selain itu, ada juga yang beragama Kristen
terutama di kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Budha (BP PAAM dan
Mayoritas penduduk Sumatera Barat bersuku Minangkabau. Di daerah
Pasaman selain suku Minangkabau juga terdapat suku Batak dan suku
Mandailing. Kemudian di kepulauan Mentawai terdapat suku Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis China,
Tamil , dan suku Nias serta di beberapa daerah transmigrasi seperti Sitiung,
Lunang Silaut, dan Padang Gelugur terdapat pula suku Jawa.
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu
bahasa Minangkabau memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek
Pariaman, dialek Pesisir Selatan,dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga bahasa
Batak dan bahasa Mandailing.
Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang gubernur yang dipilih
dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5
tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah berperan sebagai perwakilan
atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang
kewenangannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010. Sementara hubungan pemerintah
provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukan subordinat,
masing-masing pemerintahan daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Sampai tahun 1979 satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah
nagari yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Dengan diberlakukannya
dihilangkan diganti dengan desa dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya
menjadi desa. Kedudukan wali nagari juga dihapus dan administrasi
pemerintahan dijalankan oleh para kepala desa. Namun, sejak bergulirnya
reformasi pemerintahan ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah atau yang lazim dikenal dengan
undang-undang otonomi daerah, rakyat Sumatera Barat dengan penuh antusias
mencanangkan kembali kesistem pemerintahan nagari yang dikukuhkan dengan
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Ketentuan Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari kemudian diubah dengan Perda
Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari (BP PAAM
dan LKAAM, 2012:774-775).
Pemerintahan nagari merupakan suatu struktur pemerintahan yang
otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut adat sebagai pengatur tata
kehidupan anggotanya. Sistem ini kemudian disesuaikan dengan konstitusi yang
berlaku di Indonesia. Sekarang pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan
pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi daerah terendah untuk daerah
kabupaten mengantikan istilah pemerintah desa yang digunakan sebelumnya.
Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan kota masih
sebagai lembaga adat belum menjadi bagian dari struktur pemerintahan daerah.
Nagari pada awalnya dipimpin secara bersama oleh para penghulu di
nagari tersebut. Kemudian pada masa pemerintah Hindia Belanda dipilih salah
seorang dari para penghulu tersebut untuk menjadi wali nagari. Dalam
jorong atau wali jorong. Namun, pada saat ini dibantu oleh sekretaris nagari (setnag) dan beberapa pegawai negri sipil (PNS) bergantung pada kebutuhan
masing-masing nagari. Wali nagari ini dipilih oleh anak nagari (penduduk
nagari) secara demokratis dalam pemilihan langsung untuk 6 tahun masa jabatan.
Dalam sebuah nagari dibentuk Kerapatan Adat Nagari (KAN), yakni lembaga
yang beranggotakan tungku tigo sajarangan (tungku tiga sejerangan). Tiga
tungku sejerangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri atas ninik
mamak (penghulu), alim ulama, dan cerdik pandai (kaum intelektual), sama
dengan Badan Musyawarah Desa (BPD) dalam sistem administrasi desa.
Keputusan-keputusan penting yang akan diambil selalu dimusyawarahkan antara
wali nagari dan tungku tiga sejerangan di Balai Adat atau Balairung Sari Nagari.
4.1.1.2 Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kabupaten yang berada
dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Lima Puluh Kota ini adalah
kabupaten paling timur di Provinsi Sumatera Barat yang merupakan pintu
gerbang utama jalur darat dengan Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten
Lima Puluh Kota terletak pada 0025’28,710 Lintang Utara dan 0022’14,520
Lintang Selatan serta 10015’44,100 - 10050’47,800 Bujur Timur dan memiliki
luas wilayah 3.354,30 km². Secara administrasi Kabupaten Lima Puluh Kota
berbatasan dengan wilayah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sijunjung, sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau. Sebagai ibu kota
Kabupaten Lima Puluh Kota ini adalah Sarilamak (BP PAAM dan LPAAM,
2012:983). Berikut peta Kabupaten Lima Puluh Kota seperti terdapat pada
gambar 4.3 di bawah ini.
Peta 4.3
Peta Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumberhttps://www.google.co.id/)
Kabupaten Lima Puluh Kota beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata
berkisar antara 2200 sampai dengan 3750 mm /tahun, suhu rata-rata berkisar
antara 20°C sampai dengan 25°C. Jumlah penduduk menurut data BPS tahun
2010 tercatat sebanyak 348.249 jiwa dengan mayoritas beragama Islam. Selain
itu, ada juga yang beragama Kristen Protestan dan Kristen Khatolik dengan
beragama diwujudkan dalam forum kerukunan umat beragama (BP PAAM dan
LPAAM, 2012:785-788).
Kabupaten Limapuluh Kota terdiri dari 13 Kecamatan, 79 Nagari, dan
401 Jorong. Berikut adalah nama kecamatan dan nagari di Kabupaten Lima Puluh
Kota. Pertama, Kecamatan Akabiluru dengan ibu kota kecamatan Padang Laweh
dan luas wilayah 94,26 km2. Kecamatan ini terdiri dari 7 nagari dan 26 jorong,
yaitu (1) Nagari Koto Tangah, (2) Nagari Batu Hampa, (3) Nagari Sariak Laweh,
(4) Nagari Sungai Balantik, (5) Nagari Suayan, (6) Nagari Pauh Sangik, dan (7)
Nagari Durian Gadang.
Kedua, Kecamatan Bukik Barisan ibu kota kecamatan Banja Loweh dan
luas wilayah 294,20 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan 37 jorong, yaitu
(1) Nagari Maek, (2) Nagari Baruah Gunuang, (3) Nagari Banja Laweh (4)
Nagari Koto Tangah (5) Nagari Sungai Naniang.
Ketiga, Kecamatan Guguak dengan ibu kota kecamatan
Danguang-Ganguang dan luas wilayah 106,20 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan
30 jorong, yaitu (1) Nagari Kubang, (2) Nagari GuguakVIII Koto, (3) Nagari VII
Koto Talago, (4) Nagari Sungai Talang, dan (5) Nagari Simpang Sugiran.
Keempat, Kecamatan Gunuang Omeh dengan ibu kota kecamatan Koto
Tinggi dan luas wilayah 156,54 km2. Kecamatan ini terdiri atas 3 nagari dan 17
jorong, yaitu (1) Nagari Koto Tinggi, (2) Nagari Pandam, dan (3) Nagari Talang
Anau.
Kelima, Kecamatan Harau dengan ibu kota kecamatan Tanjung Pati
jorong, yaitu (1) Nagari Sarilamak, (2) Nagari Harau, (3) Nagari Taram, (4)
Nagari Koto Tuo, (5) Nagari Solok Bio-Bio, (6) Nagari Tarantang, (7) Nagari
Batu Balang, (8) Nagari Bukit Limbuku, (9) Nagari Lubuak Batingkok, (10)
Nagari Gurun, dan (11) Nagari Pilubang.
Keenam, Kecamatan Kapur IX dengan ibu kota kecamatan Muaro Paiti
dan luas wilayah 723,36 km2. Kecamatan ini terdiri atas 7 nagari dan 31 jorong,
yaitu (1) Nagari Galugua, (2) Nagari Sialang, (3) Nagari Lubuak Alai, (4) Nagari
Koto Lamo, (5) Nagari Muaro Paiti, (6) Nagari Koto Bangun, dan (7) Nagari
Durian Tinggi.
Ketujuh, Kecamatan Lareh Sago Halaban dengan ibu kota kecamatan
Pakan Rabaa dan luas wilayah 394,85 km2. Kecamatan ini terdiri atas 8 nagari
dan 49 jorong, yaitu (1) Nagari Sitanang, (2) Nagari Ampalu, (3) Nagari Halaban,
(4) Nagari Balai Panjang, (5) Nagari Batu Payuang, (6) Nagari Tanjuang Gadang,
(7) Nagari Labuah Gunuang, dan 8) Nagari Bukit Sikumpa.
Kedelapan, Kecamatan Luak dengan ibu kota kecamatan Pakan Sabtu dan
luas wilayah 61,68 km2. Kecamatan ini terdiri atas 4 nagari dan 34 jorong, yaitu
(1) Nagari Sungai Kamuyang, (2) Nagari Tanjung Haro Si Kabu-Kabu, (3)
Nagari Mungo, dan (4) Nagari Andaleh.
Kesembilan, Kecamatan Mungka dengan ibu kota kecamatan Padang
Loweh dan luas wilayah 83,76 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan 20
jorong, yaitu (1) Nagari Simpang Kapuak, (2) Nagari Talang Maua, (3) Nagari
Kesepuluh, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan ibu kota kecamatan
Pangkalan Koto Baru dan luas wilayah 712,06 km2. Kecamatan ini terdiri atas 6
nagari dan 33 jorong, yaitu (1) Nagari Koto Alam, (2) Nagari Manggilang, (3)
Nagari Pangkalan, (4) Nagari Gunung Malintang, (5) Nagari Tanjung Balik, dan
(6) Nagari Tanjung Pauh.
Kesebelas, Kecamatan Payakumbuh dengan ibu kota kecamatan Koto
Baru Simalanggang dan luas wilayah 99,47 km2. Kecamatan ini terdiri atas 7
nagari dan 27 jorong, yaitu (1) Nagari Koto Baru Simalanggang, (2) Nagari Taeh
Baruh, (3) Nagari Taeh Bukit, (4) Nagari Simalanggang, (5) Nagari Piobang, (6)
Nagari Sungai Baringin, dan (7) Nagari Koto Tangah Simalanggang.
Keduabelas, Kecamatan Situjuah dengan ibu kota kecamatan Situjuah
Banda Dalam dan luas wilayah 74,18 km2. Kecamatan ini terdiri dari 5 nagari
dan 27 jorong, yaitu (1) Nagari Situjuah Gadang, (2) Nagari Situjuah Ladang
Laweh, (3) Nagari Situjuah Batua, (4) Nagari Tungka, dan (5) Nagari Situjuah
Banda Dalam.
Ketigabelas, Kecamatan Suliki dengan ibu kota kecamatan Suliki dan luas
wilayah 136,94 km2. Kecamatan ini terdiri atas 6 nagari dan 29 jorong, yaitu (1)
Nagari Suliki, (2) Nagari Tanjung Bungo, (3) Nagari Sungai Rimbang, (4) Nagari
Kurai, (5) Nagari Limbanang, dan (6) Nagari Andiang (BP PAAM dan LPAAM,
2012:798-1013).
4.1.1.3 Kecamatan Payakumbuh dan Nagari Piobang
Kecamatan Payakumbuh merupakan salah satu wilayah administrasi
Koto Baru Simalanggang. Luas wilayah mencapai 99,47 km2 yang berarti 2,97 %
dari luas wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yang luasnya 3.354,30 km2
dengan batas wilayah sebelah utara Kecamatan Mungka, sebelah selatan
Kecamatan Akabiluru dan Kota Payakuumbuh, sebelah timur Kecamatan Harau
dan Kota Payakumbuh, dan sebelah barat Kecamatan Mungka dan Guguak.
Salah satu nagari yang berada di Kecamatan Payakumbuh adalah Nagari
Piobang dengan luas wilayah 9,83 km2. Nagari Piobang ini dibentuk pada tahun
2001. Dasar pembentukan adalah Perda No. 1 Tahun 2001 dengan kode wilayah
130801006. Nagari Piobang ini terdiri atas 3 jorong, yaitu (1) Jorong Piobang, (2)
Jorong Gando, dan (3) Jorong Ampang dengan batas-batas wilayah sebelah utara
dengan Nagari Koto Baru Simalanggang, sebelah selatan dengan Nagari Durian
Gadang, sebelah Barat dengan Nagari Sungai Talang, dan sebelah Timur dengan
Sungai Beringin. Berikut monografi Nagari Piobang seperti terdapat pada gambar
4.4 di bawah ini.
Peta 4.4
Jumlah penduduk Nagari Piobang berdasarkan data Desember 2012
adalah 4.454 jiwa tersebar di tiga jorong, yaitu Jorong Ampang 1513 jiwa,
Jorong Gando 1682 jiwa, dan Jorong Gando 1259 jiwa. Berdasarkan jenis pekerjaan penduduk nagari Piobang berkerja di berbagai sektor seperti petani,
pegawai negeri sipil, tentara, wirawasta, perawat, bidan, pedagang, tukang, dan
pensiunan.
Struktur pemerintahan Nagari Piobang dipimpin oleh walai nagari yang
mempunyai hubungan yang setara dengan Ketua Kerapatan Adat Nagari dan
Ketua Badan Musyawarah Nagari. Kemudian dalam pemerintahan nagari wali
nagari dibantu oleh sekretaris dan kepala jorong. Di bawah sekretsris terdapat
Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan
Administrasi dan Keuangan. Masing-masing kepala urusan dibantu oleh staf.
Struktur organisasi Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nagari Piobang 2009–
2014 dipimpin oleh seorang ketua dibantu oleh dua orang wakil ketua dan tiga
orang anggota serta dua orang dubalang, di bawahnya bendahara dan sekretaris
lalu dibantu oleh bagian urusan adat; urusan kepemudaan, seni, dan permainan
anak nagari; urusan pusaka/tanah ulayat; dan urusan sengketa seperti terdapat
Gambar 4.5
Struktur Organisasi Kerapatan Adat Nagari Piobang (Sumber Dokumen Isman 2014)
Di Nagari Piobang terdapat berbagai macam suku yang terhimpun ke
dalam empat pesukuan atau sering juga disebut dengan niniak mamak ampek
suku (ninik mamak empat suku). Masing-masing persukuan dipimpin oleh seorang ninik mamak (penghulu) yang dipilih secara musyawarah yang dikenal
dengan sangsoko17. Daftar soko18 dan sangsoko sekenagarian Piobang dapat
dilihat pada lampiran 1.
4.1.2 Performansi Tradisi Batagak Pangulu
Persiapan acara batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang,
Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat
menurut Bapak Iskandar sebagai ketua panitia baralek pangulu (berhelat
17Sangsoko adalah gelar kebesaran yang diberikan oleh kerapatan bersama dengan jalan mufakat dan sifatnya tidak turun-temurun sebagaimana soko. Sangsoko dipilih berdasarkan mufakat penghulu-penghulu dalam dalam satu-kesatuan pesukuan atau kesatuan satu nagari (Penghulu, 1984:33).
18Soko adalah gelar yang diterima turun-temurun di dalam suatu kaum yang fungsinya adalah
penghulu) sudah dirancang sejak Oktober 2013. Acara baralek pangulu ini diikuti
sebanyak 16 orang penghulu yang gelar penghulunya sudah dilekatkan di
perkuburan, terbenam, dan talipek (terlipat)19 yang akan dilewakan atau
diresmikan di Balai Adat Gando. Sebelum dilewakan atau diresmikan di balai
adat, ke-16 penghulu ini telah melakukan tahapan sebelumnya yaitu
mamuntiang20.
Acara puncak batagak pangulu atau malewakan gola pangulu di Jorong
Gando dilaksanakan hari Senin tanggal 10 Februari 2014. Sebelum acara puncak
ini digelar, hari Minggu tanggal 9 Februari 2014 diadakan persipan yakni
penyembelihan seekor kerbau. Penyembelihan kerbau dilaksanakan setelah sholat
Zuhur yang disaksikan oleh pemangku adat Nagari Piobang, calon penghulu yang
akan dilewakan (dikukuhkan/diresmikan), keluarga penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan/diresmikan), para perantau, dan masyarakat yang ada di Jorong Gando sekitarnya.
Setelah kerbau disembelih pada siang hari, pada malam hari kerbau tersebut dimasak oleh keluarga niniak mamak yang akan dikukuhkan (diresmikan) gelarnya dan dibantu oleh masyarakat. Masakan ini akan dihidangkan pada esok harinya ketika upacara batagak pangulu dilaksanakan. Masakan ini dihidangkan di balai adat dan dimakan bersama-sama dengan pemangku adat yang ada di Nagari Piobang, niniak mamak (penghulu/datuk)
19Talipek artinya ketika penghulu meninggal dunia dan belum ada kesepakatan kaum siapa penggantinya, pengangkatan penghulu tertunda sampai ada kesepakatan baru. Penghulu baru bisa diangkat apabila sudah ada kesepakatan kaum (Dirajo, 2009:184).
20Mamuntiang adalah menyembelih seekor kambing di rumah gadang kaum atau suku lalu
yang baru diangkat, bundo kanduang, keluarga penghulu yang baru dikukuhkan, undangan, dan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Pada malam hari diadakan acara kesenian untuk memeriahkan acara
batagak pangulu atau malewakan gola pangulu tersebut. Kesenian yang ditampilkan berupa saluang samalam suntuak (salung semalam suntuk)21. Acara
ini juga diselingi dengan tarian yang dipersembahkan oleh muda-mudi Jorong
Gando tersebut.
Pada hari Senin tanggal 10 Februari 2014 diadakan acara puncak, yakni
mengukuhkan 16 orang penghulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan
Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Acara ini
dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh Prof. Dr. Rahman
Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten 50 Kota sekaligus Ketua
Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten, Muspida
Kabupaten Lima Puluh Kota, Ketua DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, anggota
DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, Walikota Payakumbuh atau yang mewakili,
Camat Kecamatan Payakumbuh yang juga ketua LKAAM Kecamatan, Wali
Nagari Piobang, Ketua KAN Nagari Piobang, niniak mamak (penghulu), alim
ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, generasi muda Nagari Piobang, Prof. Dr.
Dorojatun Kuncaraningrat sebagai tamu, dan anak Nagari Piobang.
Acara dimulai pukul 9.00 WIB. Seluruh niniak mamak (penghulu) yang
akan diresmikan diarak dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Nagari Piobang
yang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjemput niniak mamak pucuak dan
niniak mamak ampek suku (ninik mamak pucuk dan ninik mamak empat suku). Di samping itu, tujuan arak-arakan ini adalah untuk memberitahu masyarakat
nagari bahwa di Jorong Gando diadakan acara batagak pangulu. Arak-arakan ini
disertai dengan manti, bundo kanduang, malin, dan dubalang masing-masing
niniak mamak yang akan diresmikan atau dikukuhkan serta anggota kaum para penghulu yang akan diresmikan atau dikukuhkan dan masyarakat.
Sesampai di Balai Adat Nagari Piobang dimintalah niniak mamak pucuak
dan niniak mamak ampek suku untuk datang ke Balai Adat Gando untuk
mengukuhkan gelar penghulu dengan sembah kata adat. Setelah selesai
permintaan ini dengan sembah kata adat lalu niniak mamak pucuak dan niniak
mamak ampek suku berserta niniak mamak yang akan diresmikan berserta rombongan kembali berarak ke Balai Adat Jorong Gando. Setelah sampai di
Balai Adat Gando niniak mamak pucuak, niniak mamak ampek suku, bundo
kanduang, manti, malin, para undangan duduk di kursi yang sudah disediakan. Tidak lama kemudian datanglah Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang
diwakili oleh Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten
Lima Puluh Kota berserta rombongan yang disambut dengan tari pasambahan
dan diberi sirih pinang sebagai penghormatan kepada tamu. Setelah selesai tari
pasambahan kemudian staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota beserta rombongan dipersilakan duduk di tempat
yang sudah disediakan.
Acara mengukuhkan (meresmikan) gelar penghulu dimulai pukul 10.00
wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan dengan doa
Ustad Hendri. Pesan yang disampaikan dalam doa adalah Haji Piobang telah
membawa pembaharuan dalam Islam dan di Jorong Gando terdapat satu Balai
Adat untuk bermusyawarah bagi niniak mamak untuk menegakkan adat bersendi
syarak, syarak bersendi kitabullah. Enam belas orang niniak mamak yang baru
berilah hidayah untuk mendampingi niniak mamak yang terdahulu, jadikan niniak
mamak yang takut kepada Allah dan sayang pada kemenakan sehingga terwujud Jorong Gando yang sejahtera.
Acara berikutnya adalah mengukuhkan/meresmikan gelar penghulu oleh
F Dt. Patiah Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato
pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt.Kiraiang/Dt.Sirah, Dt.Tan Marajo, dan Dt.Sidi Panduko. Pidato adat dan pasambahan malewakan gala
pangulu dapat dilihat pada lampiran 2.
Setelah gelar penghulu dikukuhkan atau diresmikan, acara selanjutnya
adalah pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuak adat
nagari. Sebelum pemasangan deta (destar) dilakukakan dulu pemukulan gong
tujuh kali oleh niniak mamak ampek suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt.
Mangkuto, Prima Ali S, H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo.
Setelah pemasangan deta (destar) acara berikutnya adalah pembacaan
nama-nama penghulu yang baru dikukuhkan (lihat lampiran 3 dan penyerahan
surat tanda penghulu oleh sekretaris Kerapatan Adat Nagari Piobang oleh F. Dt.
Bijo sekaligus penyerahan tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak
Setelah pembacaan nama-nama penghulu yang baru beserta perangkatnya
oleh sekretaris KAN Piobang F. Dt. Bijo kemudian dilanjutkan penyerahan surat
tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru
dikukuhkan atau diresmikan yang telah ditunjuk, yaitu Z. Dt. Panduko (Suku
Caniago), H. Dt. Sinaro (Suku Sambilan), H.P. Dt. Mangiang Sati (Suku
Bendang), dan Dt. Bijo (Suku Ompek Ibu).
Sesudah penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat
niniak mamak yang baru dikukuhkan atau diresmikan selanjutnya sepatah kata dari niniak mamak yang baru dikukuhkan atau diresmikan yang disampaikan oleh
R. Dt. Rajo Nan Panjang. Dalam sambutannya R. Dt. Rajo Nan Panjang meminta
kepada niniak mamak yang senior dan LKAAM membimbing niniak mamak
yang baru dilantik untuk mewujudkan nagari yang berbasis adat dan syarak serta
roda ekonomi masyarakat digerakkan dan ditingkatkan. Selanjutnya R. Dt. Rajo
nan Panjang mengajak seluruh niniak mamak untuk memakmurkan mesjid karena
ada sinyalemen bahwa mesjid semakin hari semakin lengang seperti tedapat pada
kutipan pidato di bawah ini.
Ada sinyalemen mesjid makin ke desa semakin lengang semakin ke kota semakin ramai, mari kita kembali kehidupan desa yang religius. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tentu niniak mamak yang terlebih dahulu ke mesjid. Mesjid semua pusat kegiatan apabila sifatnya positif.
Setelah pidato sambutan dari penghulu yang baru dilewakan yang
disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang, acara berikutnya laporan panita
terlaksana Februari 2014 ini. Malewakan gola dilaksanakan 10 Februari 2014 ini
adalah niniak mamak yang sudah 20 sampai dengan 25 tahun yang terbenam,
terlipat, gadang di pekuburan tetapi belum diresmikan, serta ada juga yang
dibangkit baru. Disamping itu, ada juga ninik mamak yang baru dilewakan ini
baru kelas 5 Sekolah Dasar, yaitu Dt. Rajo Nan Sati. Biaya malewakan gola
pangulu (mengukuhkan gelar penghulu) ini 4,5 juta per orang atau total keseluruhannya Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Anggaran ini
belum termasuk persiapan yang dilakukan oleh tiap-tiap penghulu yang akan
dilewakan (dikukuhkan atau diresmikan). Anggaran persipan ini lebih kurang 3
juta rupiah per penghulu.
Acara berikutnya adalah laporan panitia pelaksana pemugaran Balai Adat
Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara. Dalam laporannya Japilus
Simbara menyatakan renovasi dimulai tahun 2009 sampai dengan Februari 2014.
Dana renovasi ini berasal dari masyarakat, perantau, niniak mamak, wali nagari,
Ketua LKAAM, dan lain-lain. Kemudian Ketua Renovali Balai Adat Gando ini
berpesan kepada niniak mamak yang baru dilantik penghulu baru harus belajar
adat istiadat dan belajar itu tidak ada batasnya. Karena sekarang tahun politik,
masyarakat jangan terjadi terkotak-kotak mari dibangun nagari ini saciok bak
ayam sadantiang bak basi22.
Berikutnya adalah sambutan pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo
Baguno. Dalam sambutannya pucuk adat Nagari Piobang menyampaikan di
Nagari Piobang terdapat sekitar 73 niniak mamak (penghulu), ada 29 orang lagi
yang belum ke balerong atau yang belum dilewakan (dikukuhkan). Istimewa di
Nagari Piobang mempunyai dua balai adat yaitu di Piobang dan Gando, tetapi
adat tetap satu yang dipakai (adat selingkar nagari). Datuk-datuk
(penghulu-penghulu) yang belum sampai ke balerong (balai adat) mudah-mudahan bisa
mengikuti jejak-jejak datuk (penghulu) yang sudah dilewakan (dikukuhkan/diresmikan). Niniak mamak di Nagari Piobang, soko (gelar) tidak
boleh dibawa ke rantau dipilih kemanakan sebagai tungkek (tongkat), soko (gelar)
tinggal di kampung. Amanat pucuk adat Nagari Piobang kepada penghulu yang
baru dilantik dapat dilihat pada lampiran 4.
Acara berikutnya adalah sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S.H.,
Dt. Pobo. Dalam sambutannya Wali Nagari Piobang berpesan niniak mamak
yang baru dilewakan (dikukuhkan/diresmikan) menjaga martabat dan wibawa
sebagai seorang penghulu. Kalau niniak mamak tidak bisa menjaga martabat dan
wibawa tidak ada orang yang akan segan dan hilang bangsa karena budi seperti
terdapat pada kutipan di bawah ini.
Indak martabat jatuah wibawa, tak ado urang nan kasagan, nan banyak basuo musim kini, dek manuruik putaran maso, ilang bangso karano budi, malotak indak ditampeknyo, nan ndak didonga lah didonga, nan tak tasuo lah tasuo, gajah tadorong gadiang patah, harimau malompek dek bolangnyo.
Tidak martabat jatuh wibawa, tak ada orang yang akan segan, yang banyak bersua sekarang ini, karena menurut putaran masa, hilang bangsa karana budi, meletakkan tidak di tempatnya, yang tidak didengar telah didengar, yang tak bersua telah bersua, gajah terdorong gading patah, harimau malompat karena belangnya.
Kemudian Wali Nagari Piobang berharap kepada niniak mamak yang baru
yang duduknya sudah sama rendah dan tegaknya sudah sama tinggi untuk
bersama-sama membangun Nagari Piobang agar terjuwud masyarakat yang
makmur menuju masyarakat yang sejahtera. Kerja sama dan kebersamaan seluruh
niniak mamak dalam membangun nagari akan bisa menjadi nagari adatnya bersandi syarak, syarak telah menjadi adat, adat elok agama rancak (bagus), tujuannya sama untuk selamat sehingga terwujud masyarakat makmur dan
sejahtera seperti kata papatah padi masak jagung meupih, mentimun mengarang
bunga, ternak berkembang biak, nagari aman dan sentosa.
Berikutnya sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli
gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Dalam sambutan Gubernur Sumatera
Barat menyatakan bahwa Sumatera Barat memiliki potensi sumber daya kultural
yang kaya, unik, dan bernilai tinggi sebagai potensi kearifan lokal yang tidak
dimiliki oleh daerah-daerah lain. Untuk itu, gubernur berharap penghululah untuk
menjaga nilai-nilai kearifan lokal tersebut karena dalam perkembangan global
yang terus terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung telah
mengakibatkan terjadinya pendangkalan nilai-nilai kearifan lokal tersebut di
tengah masyarakat. Pidato Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang dibacakan
oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. dapat dilihat pada lampiran
5.
Acara berikutnya sambutan Bupati Lima Puluh Kota sekaligus sebagai
Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima
Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo. Bupati Lima Puluh Kota dalam
apresiasi terhadap adat Minangkabau yang dituangkan dalam bentuk
undang-undang. Karena itu, pemerintah daerah sangat memberi apresiasi yang
setinggi-tingginya terhadap niniak mamak telah dilewakan (dikukuhkan/diresmikan) di
Kanagarian Piobang ini. Kemudian niniak mamak diharapkan betul-betul
memahami adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pemahaman ini
jangan sampai keliru dalam memahami adat Minangkabau. Selanjutnya juga
dingatkan kepada niniak mamak tidak semua masalah kriminal diselesaikan
dengan hukum positif. Niniak mamak harus bisa menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi anak kemenakan. Kalau ada permasalahan yang muncul langsung
diselesaikan jangan sampai masalah itu menjadi besar.
Dengan berakhirnya sambutan Bupati Lima Puluh Kota berakhir pulalah
acara batagak pangulu atau melewakan gola pangulu di Jorong Gando, Nagari
Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi
Sumatera Barat. Acara ini berakhir tepat pukul 14.00 WIB.
Acara berikutnya adalah peresmian Balai Adat Gando yang ditandai
dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc.
Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh undangan, niniak
mamak di lingkungan kenagarian Piobang, niniak mamak yang baru dilantik, manti, tuanku, dan dubalang di Balai Adat Gando. Sedangkan bundo kanduang makan di rumah gadang Dt. Rajo Nan Panjang. Sebelum acara makan bersama
dimulai didahului oleh sembah kata dan sesudah makan bersama dan maurak selo
Acara berikutnya adalah pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong
Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama dan foto-foto
oleh penghulu yang baru dilewakan (dikukuhkan/diresmikan).
Pada malam hari diadakan acara kesenian talempong oleh Sanggar Seni
Tradisional Tolang Pitunang dan tari-tarian yang ditampilkan oleh muda-mudi
Jorong Gando. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Gando dan sekitarnya, penghulu yang baru dilewakan, dan para perantau yang pulang khusus
menghadiri acara batagak pangulu.
Berdasarkan perfomansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari
Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi
Sumatera Barat di atas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Performansi Tradisi Batagak Pangulu
di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat
No. Hari/Tanggal Uraiaian Kegiatan
1. Minggu,
9 Februari 2014
1. Penyembelihan kerbau setelah sholat zuhur dan pada malam hari kerbau itu dimasak oleh ibu-ibu anggota kaum penghulu yang akan diresmikan. 2. Pada malam hari diadakan acara kesenian saluang
samalam suntuak dan diselingi dengan tari-tarian oleh pemuda-pemudi Jorong Gando.
2. Senin,
10 Februari 2014
1. Tepat pukul 9.00 WIB arak-arakan penghulu yang mau dikukuhkan atau diresmikan disertai dengan bundo kanduang, tuanku, manti, dubalang, dan anggota kaum lainnya dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Piobang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjeput penghulu pucuk dan penghulu empat suku.
3. Penghulu pucuk dan penghulu empat suku beserta rombongan penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan) kembali ke Balai Adat Gando. Setelah sampai di Balai Adat Gando penghulu pucuk, penghulu empat suku, penghulu yang akan diresmikan, bundo kanduang, manti, malin, para undangan duduk di kursi yang sudah disediakan. 4. Rombongan Gubernur yang diwakili oleh staf ahli
Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Rahman Sani, M.Sc. dan Bupati Lma Puluh Kota beserta unsur muspida, anggota DPRD, dan undangan lainnya datang di Balai Adat Gando disambut dengan tari pasambahan dan setelah itu disilakan duduk di tempat yang sudah disediakan.
5. Pukul 10.00 WIB acara malewakan gala pangulu di Jorong Gando dimulai. Protokol membacakan susunan acara.
a. Acara pertama adalah pembacaan wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan pembacaan doa oleh Ustad Hendri.
b. Malewakan gala pangulu oleh F Dt. Patiah Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt. Kiraiang/Dt. Sirah, Dt. Tan Marajo, dan Dt. Sidi Panduko.
c. Pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuk adat nagari yang sebelumnya dilakukakan pemukulan gong tujuh kali oleh niniak mamak empat suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt. Mangkuto, Prima Ali S, H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo. d. Pembacaan dan penyerahan surat tanda
penghulu oleh sekretaris Kerapatan Adat Nagari Piobang F. Dt. Bijo sekaligus penyerahan tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan yang telah ditunjuk sebelumnya. e. Setelah pembacaan nama-nama penghulu
Mangiang Sati (Suku Bendang), dan Dt. Bijo (Suku Ompek Ibu).
f. Sambutan dari niniak mamak yang baru dilewakan disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang.
g. Laporan panita baralek pangulu oleh Bapak Iskandar.
h. Laporan panitia pelaksana pemugaran Balai Adat Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara.
i. Amanat pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo Baguno.
j. Sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S. H. Dt. Pobo.
k. Sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc.
l. Sambutan Bupati Lima Puluh Kota Sekaligus sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo. Acara ini berakhir tepat pukul 14.00 WIB. m. Acara berikutnya adalah peresmian Balai
Adat Gando yang ditandai dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh undangan, niniak mamak di lingkungan kenagarian Piobang, niniak mamak yang baru dilantik, manti, tuanku, dan dubalang di Balai Adat Gando. Sedangkan bundo kanduang makan di rumah gadang Dt. Rajo Nan Panjang.
n. Acara berikutnya adalah pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama penghulu yang baru dilewakan. o. Pada malam hari diadakan acara kesenian
4.2 Temuan Penelitian
Berikut ini adalah temuan penelitian berupa (1) performansi, teks,
ko-teks, dan konteks; (2) makna dan fungsi; (3) kearifan lokal; dan (3) model
revitalisasi.
4.2.1 Analisis Performansi, Teks, Ko-teks, dan Konteks
Performansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang,
Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat
dapat dikelompokan menjadi (1) acara adat/inti, (2) seremonial, dan (3) hiburan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt. Kiraiang/Dt. Sirah, Dt. Tan Marajo, dan Dt. Sidi Panduko.
c. Pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuak adat nagari yang sebelumnya dilakukakan pemukulan gong tujuh kali oleh niniak mamak empat suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt. Mangkuto, Prima Ali, S.H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo.
d. Pembacaan nama-nama penghulu yang baru beserta perangkatnya oleh sekretaris KAN Piobanag F. Dt. Bijo kemudian dilanjutkan penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan.
e. Amanat pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo Baguno
2. Acara Seremonial a. Arak-arakan penghulu yang mau dikukuhkan dan rombongan dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Piobang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjeput penghulu pucuk dan penghulu empat suku Setelah arak-arakan itu kembali lagi ke Balai Adat Gando
b. Penyambutan gubernur yang diwakili oleh staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat Prof. Dr. Rahman Sani, M.Sc. dan Bupati Lma Puluh Kota beserta unsur muspida, anggota DPRD, dan undangan lainnya dengan tari pesembahan.
c. Pembacaan wahyu ilahi oleh
Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan pembacaan doa oleh Ustad Hendri.
d. Sambutan dari niniak mamak
yang baru dilewakan disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang.
e. Laporan panita baralek pangulu oleh Bapak Iskandar.
f. Laporan panitia pelaksana
pemugaran Balai Adat Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara
g. Sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S. H. Dt. Pobo.
h. Sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc.
i. Sambutan Bupati Lima Puluh Kota Sekaligus sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo.
j. Peresmian Balai Adat Gando yang ditandai dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc.
k. Pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama penghulu yang baru dilewakan.
3. Acara Hiburan a. Pada malam hari pertama
diadakan acara kesenian saluang samalam suntuak dan diselingi dengan tari-tarian oleh muda-mudi Jorong Gando.
Berikut adalah hasil temuan analisis teks, ko-teks, dan konteks seperti
terdapat pada table 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3
Temuan Data Teks, Ko-teks, dan Konteks Tradisi
Melegitimasi gelar penghulu di Minangkabau
2. Super Struktur 1. Pendahuluan
a. Pembukaan dengan mengucapkan salam.
b. Penyampaian pantun yang berisi pusaka nenek moyang dari dahulu tetap dipakai dan sedikit pun tidak akan hilang.
c. Sejarah nenek moyang orang Minangkabau.
2. Isi
a. Ninik yang berdua Dt. Patiah nan Sabatang dan Dt. Katumangungan dibutlah adat dan lembaga. Rantau diberi beraja dan luak diberi berpenghulu. Luak di Minagkabau terdiri atas Luak Tanah Datar, Luak Lubuk Agam, dan Luak Lima Puluh. b. Penekanan delapan perkara untuk anak
laki-laki di Minangkabau sesuai dengan pepatah adat yang dikemukakan oleh Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan, yaitu: (1) menjadi tuanku; (2) kedua
d. Ninik mamak sudah sepakat menerima
2. Talibun batuah nan bapucuak sabana bulek nan baurek sabana tunggang.
b. Bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang sumarak anjuang nan tinggi c. Kok bulek lah buliah digolongkan, kok
pipiah lah buliah dilayangkan. d. Gayung basambuik kato bajawok.
e. Barek nan sapikua ringan nan sajinjiang
f. Bulek aia lah ka pambuluah, bulak kato karano mufakaik, dicari bulek nan sagolek, dicari pipih nan
i. Dibawo sailia samudiak sepantang sepajapian, diimbaukan di labuah nan golong dipanggikan di pakan nan rami.
disusun oleh tokoh-tokoh adat masa lalu. Kemudian dilanjutkan oleh para pemimpin adat pada masa sekarang. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh adat di Nagari Piobang disusun teks pidato dan pasambahan adalah untuk meligitimasi atau mengesahkan keberadaan penghulu di nagari.
c. Analisis Sosial Penghulu adalah pemimpin adat di Minangkabau. Jabatan penghulu adalah sebagai pemegang sako datuk secara turun-temurun menurut garis keturunan ibu dalam sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Sebagai pemimpin adat penghulu memelihara, menjaga, mengawasi, mengurusi, dan menjalankan seluk-beluk adat di nagari. Di samping itu, penghulu juga sebagai pemimpin dan pelindung kaumnya sepanjang adat.
moyang Minangkabau agar tetap dilestarikan. Dalam tataran adat Minangkabau batagak pangulu ini termasuk dalam adat yang diadatkan. Adat ini tidak mungkin diubah lagi karena nenek moyang yang menyusun dan berhak mengubahnya sudah tidak ada lagi (Dirajo, 2009:144). Kalau ada pihak-pihak lain yang mencoba menghapus atau mengubahnya akan menimbulkan celaka pada orangnya dan kalau adat yang diadatkan dihapus akan menghancurkan adat Minangkabau.
b. Konteks Sosial Konteks sosial tradisi batagak pangulu adalah bertujuan untuk melihat faktor-faktor sosial yang mempengaruhi tadisi batagak pangulu tersebut. Faktor sosial kaum menjadi bangga, derajat kaum menjadi terangkat, penghulu menjadi terhormat, dsb.
c. Konteks Situasi Konteks situasi batagak panglu atau malewakan gala di Minangkabau dilaksanakan pada hari kerja. Upacara batagak pangulu dilaksanakan pada hari Senin 10 Februari 2014. Tujuan dilaksanakan pada hari kerja adalah agar undangan terutama aparat perintah daerah dapat menghadirinya. Dalam acara ini dihadiri oleh aparat pemerintahan seprti staf ahli gubernur Sumatera Barat, Bupati 50 Kota, aparat muspida Kabupaten 50 Kota, anggota DPRD Kabupaten 50 Kota, Camat Payakumbuh, dan aparat muspika kecamatan. Kemudian tempat pelaksanaan di Balai Adat dengan halaman yang cukup luas untuk menampung undangan, ninik mamak, manti, cerdik pandai, bundo kanduang, dan anak nagari.
semudik penghulu yang belum dikukuhkan atau diresmikan untuk membicarakan masalah-masalah anak nagari yang menyangkut adat dan pembangunan.
4.2.2 Analisis Makna dan Fungsi serta Nilai dan Norma
Berikut adalah hasil temuan analisis makna dan fungsi serta nilai dan
norma seperti terdapat pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Temuan Data Makna dan Fungsi serta Nilai dan Norma
Makna dan Fungsi Nilai dan Norma
4.2.3 Analisis Kearifan Lokal
Temuan data kearifan lokal tradisi batagak pangulu di Minangkabau
terdapat sembilan unsur, yakni gotong royong, musyawarah dan mufakat,
kerukunan dan penyelesaian konflik, kebenaran dan keadilan, kesopansantunan,
komitmen, keharmonisan, pengelolaan gender, dan kesetiakawanan sosial yang
dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5
Temuan Data Kearifan Lokal No. Kearifan Lokal Keterangan
1. Gotong royong Biaya batagak pangulu di Minangkabau bisa mencapai 100 juta rupiah bahkan lebih. Biaya perhelatan yang sangat besar ini dan tidak semua penghulu dapat melaksanakannya. Biaya yang cukup besar ini dapat diatasi dengan meresmikan gelar penghulu secara bersama-sama. Kemudian kalau ada satu kaum atau suku akan meresmikan gelar penghulunya sendiri mereka bersama-sama menanggulanginya. Bantuan yang diberikan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bantuan berupa uang, pemikiran, beras, kelapa, kayu bakar, dan tenaga.
2. Musyawarah dan
Mufakat
3. Kerukunan dan penyelesaian konflik
Penghulu di Minangkabau berfungsi untuk menjaga kerukunan dan penyelesai konflik yang timbul di antara kemenakan. Hal ini terlihat ketika sambutan yang diberikan oleh staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Bupati Lima Puluh Kota. Dalam sambutanya Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh staf ahli Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. menyatakan penghulu yang menjadi suluh dendang dalam nagari dan sebagai panutan masyarakat kok kusuik nan kamanyalasaikan kok karuah nan kamajannihkan (jika kusut yang menyelesaikan jika keruh yang menjernihkan). Hal ini juga dipertegas oleh Buapati Lima Puluh Kota sekaligus Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) yang menyatakan tidak semua masalah kriminal diselesaikan dengan hukum positif. Niniak mamak harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak kemenakan. Kalau ada permasalahan yang muncul langsung diselesaikan jangan sampai masalah itu menjadi besar.
4. Kebenaran dan
keadilan
Penghulu di Minangkabau selalu dituntut berkata benar dan menghukum secara adil. Dalam sambutanya Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh staf ahli Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. menyatakan bajalan dinan luruih bakato dinan bana di muko jadi tauladan di samping jadi pambimbing di belakang menjadi pendorong ka kanan elok (berjalan yang lurus berkata yang benar di muka jadi teladan di samping jadi pambimbing di belakang menjadi pendorong ke yang elok). Begitu juga dalam menjatuhkan hukuman dalam satu perkara kalau ada perselisihan di antara kemenakan penghulu menjatuhkan hukuman secara adil.
syarak, syarak bersendi kitabullah. Lalu dilanjutkan dengan permintaan ampun penyampai pidato adat kepada Tuhan sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut ada yang salah. Penyampai pidato adat menyadari bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan dan mempunyai ilmu yang sedikit bila dibandingkan dengan ilmu dimiliki Tuhan. Begitu juga dalam mengakhiri pidato adat juga diucapkan salam.
6. Komitmen Ada komitmen dan sinergi yang kuat antara adat dan agama. Dalam perjanjian Bukit Marapalam dinyatakan adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Hal ini mengisyaratkan bahwa adat itu tidak bertentangan dengan agama dan adat itu sejalan dengan agama.
7. Keharmonisan Keharmonisan terlihat pada keserasian antara adat dan agama. Adat sejalan dengan agama yang terkenal dengan adaik basandi sarak, sarak basandi kitabullah (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah). Maksudnya, adat di Minangkabau sejalan dengan agama dan adat yang tidak bertentangan dengan agama. Adat Minangkabau adalah adat yang Islami yang bersumber pada Al Quran, sunnah nabi, ijmak, dan kiyas (Marajo, 2006:9-11). Hukum dan norma Islam bersumber kepada empat sumber tersebut. Karena bersifat universal, hukum dan norma Islam diterima oleh masyarakat Minangkabau dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
penghulu tersebut akan dilipat (terbenam). Gelar penghulu ini kembali dipakai atau dikukuhkan apabila kemenakan perempuan tadi melahirkan anak laki-laki. Jadi, dalam hal pengelolaan gender anak laki-lakilah yang menjadi penghulu di Minangkabau. Sedangkan perempuan juga diberi kedudukan yang sama dengan laki-laki yang disebut dengan bundo kanduang.
9. Kesetiakawanan sosial Bantuan kaum atau suku yang diberikan ketika diadakan acara batagak pangulu bermacam-macam sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kalau dia kaya dapat memberi bantuan dalam bentuk uang, kalau dia cerdik pandai dapat memberi bantuan dalam bentuk pemikiran, kalau dia punya beras dan kelapa dapat member bantuan dalam bentuk beras dan kelapa untuk dimasak, kalau dia tidak punya apa-apa hanya punya tenaga dan tenaganya ini bisa digunakan untuk membantu jalannya acara tersebut. Bagi orang Minangkabau tidak ada manusia yang tidak berguna, semua manusia berguna sesuai dengan kemampuannya masing-masing sesuai bunyi papatah nan cadiak bao baiyo, nan buto pahambuih lasuang, nan pakak pambao badia, nan lumpuah pangajuik ayam (yang cerdik dibawa berunding, yang buta penghembus lesung, yang tuli pembawa bedil, yang lumpuh penghalau ayam). Kemudian kestiakawanan sosial juga terlihat ketika makan bersama. Kerbau yang disembelih dimakan oleh anak nagari secara bersama-sama.
4.2.4 Analisis Revitalisasi
Data penelitian revitalisasi melalui wawancara penulis kumpulkan 12–16
Juni 2014 dan 4– 7 September 2014 di Gando, Piobang, dan Padang karena ada
informan yang bekerja dan tinggal di Padang. Pengumpulan data revitalisasi tidak
kekurangan data revitalisasi, penulis setiap saat menghubungi beberapa informan
untuk melengkapi data tersebut. Data ini berguna untuk membuat model
revitalisasi batagak pangulu atau malewakan gala di Minangkabau. Berikut data
penelitian dirangkum pada tabel 4.6 di bawah ini.
BAB V
PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
5.1 Performansi
Performansi batagak pangulu di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota dikelompokkan atas tiga kelompok
acara, yaitu acara adat (inti), seremonial, dan hiburan. Berikut uraian
masing-masing performansi batagak pangulu tersebut.
5.1.1 Acara Adat (Acara Inti) Minggu, 9 Februari 2014
Sebelum upacara puncak batagak pangulu atau malewakan gala pangulu
ini digelar, Minggu 9 Februari 2014 diadakan persipan yakni penyembelihan
seekor kerbau. Penyembelihan kerbau dilaksanakan setelah sholat Zuhur yang
disaksikan oleh penghulu pucuk, penghulu empat suku, penghulu yang akan
dilewakan (dikukuhkan), anggota kaum para penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan ), para perantau, dan masyarakat yang ada di Jorong Gando
sekitarnya.
Kerbau yang disembelih untuk acara batagak pangulu atau malewakan
gala pangulu ini harus mempunyai syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah (1) kerbau jantan dan sudah cukup umur (4 tahun); (2) tidak cacat; (3)
sehat; (4) tanduk panjangnya lebih kurang 40 cm seperti terdapat pada gambar