• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY mengenai kista endometrium pada tahun 2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengetahuan dan sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY mengenai kista endometrium pada tahun 2011 - USD Repository"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF

DI KECAMATAN BERBAH, SLEMAN, DIY

MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dini Kristanti

NIM : 088114146

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF

DI KECAMATAN BERBAH, SLEMAN, DIY

MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

Yang diajukan oleh: Dini Kristanti NIM : 088114146

telah disetujui oleh :

Pembimbing

(3)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF

DI KECAMATAN BERBAH, SLEMAN, DIY

MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

Oleh: Dini Kristanti NIM : 088114146

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 20 Januari 2012

Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Ipang Djunarko, M. Sc., Apt.

Panitia Penguji : Tanda tangan

(4)

iv

Karya ini aku persembahkan untuk :

Bapak, ibu, adik, kakek, nenek, dan seluruh keluargaku, Pacarku,

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dini Kristanti

Nomor Mahasiswa : 088114146

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN BERBAH, SLEMAN, DIY MENGENAI KISTA

ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 13 Februari 2012

Yang menyatakan

(6)

vi PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kesempatan, kasih, berkat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia

Produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY terhadap Kista Endometrium pada Tahun 2011”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukanlah suatu hal yang mudah. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing, Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hatayu, M. Kes., Apt. yang dengan penuh kesabaran telah memberikan petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

2. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner penelitian.

3. Kepala Padukuhan Tampungan dan istri, Bapak Marjoko dan Ibu Ngatini yang telah memberikan ijin dan membantu dengan sukarela dalam penelitian, tidak lupa kepada Ibu Asdiyah yang juga telah membantu dalam penelitian. 4. Kepala Padukuhan Semoya, Bapak Sugito yang telah memberikan ijin, selalu

mendampingi dan membantu dalam proses penelitian.

(7)

vii

6. Kepala Padukuhan Rejosari beserta pengurus PKK Rejosari, Kepala Padukuhan Kepuh dan Kepala Padukuhan Jagalan yang telah memberikan ijin dan membantu jalannya penelitian.

7. Bupati Sleman c.q BAPPEDA Sleman, Kepala Kecamatan Berbah, Kepala

Desa Jogotirto, Kalitirto, Sendangtirto, dan Tegaltirto yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Kabupaten Sleman.

8. Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang telah memberikan ijin dan informasi

tentang penderita penyakit kista endometrium di Provinsi DIY.

9. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Bapak Ipang Djunarko,

M. Sc., Apt. yang telah memperlancar jalannya penelitian.

10. Dosen penguji, Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

11. Dosen penguji, Ibu Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt. yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

12. Konsultan statistik, Bapak Kristio yang telah bersedia membantu dan memberikan arahan dalam proses pengolahan statistik data penelitian.

13. Konsultan kuisioner, dr. F.X. Haryatno, S.H. dan dokter jaga poliklinik Universitas Sanata Dharma Paingan yang telah memberikan saran pada penyusunan kuisioner.

(8)

viii

15. Teman-teman skripsi, Bennydiktus, Kiki Veriani, L. Evi Rahmawati dan Cicilia Yunilitaayu yang selalu pantang menyerah dalam kebersamaan pada seluruh proses penyusunan skripsi ini.

16. Arum, Aga, Wenny, Vivi, Carol, Nancy, Acik, Jono,Lius, Marina Evin dan

seluruh teman-teman kelas FKK B 2008 lainnya yang selalu membantu dan memberi dukungan dalam suka dan duka.

17. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi dukungan yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk pengabdian pada masyarakat terutama mengenai kista endometrium.

(9)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 15 Desember 2011 Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

DAFTAR ISI ... x

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan umum ... 5

2. Tujuan khusus ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Penelahaan Pustaka ... 7

(11)

xi

B. Landasan Teori ... 26

C. Keterangan Empiris ... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

B. Variabel Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional ... 29

D. Subyek Penelitian dan Sampling ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Tata Cara Penelitian ... 34

1. Penentuan lokasi ... 34

2. Pengurusan ijin ... 34

3. Pembuatan instrumen penelitian ... 35

4. Sampling ... 37

5. Penyebaran kuisioner ... 37

6. Pengolahan data ... 39

G. Analisis Hasil Penelitian ... 40

H. Kelemahan Penelitian ... 41

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Karakteristik Demografi Responden ... 42

B. Pengetahuan ... 49

C. Sikap ... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Jenis pernyataan favorable dan unfavorable pada pernyataan pengetahuan dan sikap mengenai kista endometrium ... 36 Tabel II. Jumlah responden wanita usia produktif di Kecamatan Berbah . 42 Tabel III. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan

klasifikasi usia. ... 43 Tabel IV. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan desa

asal... 44 Tabel V. Distribusi wanita usia produktif berdasarkan status... 45 Tabel VI. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan tingkat

pendidikan ... 45 Tabel VII. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan

pekerjaan ... 46 Tabel VIII. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan jenis

pekerjaan ... 46 Tabel IX. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan

pengalaman menderita penyakit ... 47 Tabel X. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan asal

penyakit ... 47 Tabel XI. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan

informasi yang pernah didapat ... 48 Tabel XII. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan sumber

informasi mengenai kista endometrium ... 49 Tabel XIII. Distribusi pengetahuan wanita usia produktif ... 49 Tabel XIV. Rata-rata jumlah wanita usia produktif yang menjawab benar &

salah pada pernyataan pengetahuan ... 51 Tabel XV. Perbandingan pengetahuan wanita usia produktif berdasarkan

usia ... 52 Tabel XVI. Perbandingan pengetahuan wanita usia produktif berdasarkan

(13)

xiii

Tabel XVII. Perbandingan pengetahuan wanita usia produktif berdasarkan status ... 53 Tabel XVIII. Perbandingan pengetahuan wanita usia produktif berdasarkan

tingkat pendidikan ... 54 Tabel XIX. Perbandingan pengetahuan wanita usia produktif berdasarkan

pekerjaan ... 55 Tabel XX. Perbandingan pengetahuan wanita usia produktif berdasarkan

pengalaman menderita penyakit ... 55 Tabel XXI. Perbandingan pengetahuan wanita usia produktif berdasarkan

sumber informasi yang pernah didapat ... 56 Tabel XXII. Distribusi sikap wanita usia produktif... 57 Tabel XXIII. Jumlah wanita usia produktif dengan jawaban positif maupun

negatif pada pernyataan sikap ... 58 Tabel XXIV. Perbandingan sikap wanita usia produktif berdasarkan usia ... 59 Tabel XXV. Perbandingan sikap wanita usia produktif berdasarkan desa asal 59 Tabel XXVI. Perbandingan sikap wanita usia produktif berdasarkan status .... 60 Tabel XXVII. Perbandingan sikap wanita usia produktif berdasarkan tingkat

pendidikan ... 61 Tabel XXVIII. Perbandingan sikap wanita usia produktif berdasarkan pekerjaan

... 61 Tabel XXIX. Perbandingan sikap wanita usia produktif berdasarkan

pengalaman menderita penyakit ... 62 Tabel XXX. Perbandingan sikap wanita usia produktif berdasarkan sumber

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tempat terjadinya endometriosis ... 15 Gambar 2. Lokasi umum terjadinya endometriosis pada abdomen dan pelvis ... 16 Gambar 3. Lesi endometriotik pada pemeriksaan laparoskopi ... 23 Gambar 4. Koloni endometriosis pada pemeriksaan histopatologi ... 23 Gambar 5. Algoritma diagnosis dan treatment endometriosis ... 25 Gambar 6. Urutan rata-rata jumlah wanita usia produktif dengan jawaban benar

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin BAPPEDA ... 69

Lampiran 2. Surat ijin melakukan penelitian di Desa Tegaltirto ... 70

Lampiran 3. Surat ijin konsultasi kuisioner ... 71

Lampiran 4. Data rawat inap pasien endometriosis tahun 2005 – 2011 dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY ... 72

Lampiran 5. Pendataan keluarga Badan KB, PP & PA Kabupaten Sleman Tahun 2011 ... 76

Lampiran 6. Rekapitulasi hasil pendataan keluarga Kecamatan Berbah ... 78

Lampiran 7. Kuisioner penelitian ... 79

Lampiran 8. Uji reliabilitas ... 83

Lampiran 9. Normalitas data usia responden ... 85

Lampiran 10. Data pengetahuan responden... 86

Lampiran 11. Uji normalitas skor pengetahuan ... 89

Lampiran 12. Hasil uji Kruskal Wallis antar pengetahuan wanita usia produktif pada variabel usia ... 90

Lampiran 13. Hasil uji Kruskal Wallis antar pengetahuan wanita usia produktif pada variabel desa asal ... 91

Lampiran 14. Hasil uji Mann-Whitney antar pengetahuan wanita usia produktif pada variabel status ... 92

Lampiran 15. Hasil uji Kruskal Wallis antar pengetahuan wanita usia produktif pada variabel tingkat pendidikan ... 93

Lampiran 16. Hasil uji Mann-Whitney antar pengetahuan wanita usia produktif pada variabel pekerjaan ... 94

Lampiran 17. Hasil uji Mann-Whitney antar pengetahuan wanita usia produktif pada variabel pengalaman menderita penyakit ... 95

Lampiran 18. Hasil uji Mann-Whitney antar pengetahuan wanita usia produktif pada variabel informasi yang pernah didapat... 96

Lampiran 19. Data sikap responden ... 97

(16)

xvi

Lampiran 21. Hasil uji ANOVA antar sikap wanita usia produktif pada variabel usia ... 101 Lampiran 22. Hasil uji ANOVA antar sikap wanita usia produktif pada variabel

desa asal ... 102 Lampiran 23. Hasil uji T tidak berpasangan antar sikap wanita usia produktif

pada variabel status ... 103 Lampiran 24. Hasil uji ANOVA antar sikap wanita usia produktif pada variabel

tingkat pendidikan ... 104 Lampiran 25. Hasil uji T tidak berpasangan antar sikap wanita usia produktif

pada variabel pekerjaan ... 106 Lampiran 26. Hasil uji T tidak berpasangan antar sikap wanita usia produktif

pada variabel pengalaman menderita penyakit ... 107 Lampiran 27. Hasil uji T tidak berpasangan antar sikap wanita usia produktif

(17)

xvii INTISARI

Kista endometrium atau endometriosis merupakan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Sebagian besar penderita endometriosis asimptomatik dan merupakan wanita usia produktif. Endometriosis dapat menurunkan kualitas hidup terkait dengan keluhan nyeri sampai infertilitas. Peningkatan prevalensi endometriosis pada tahun 2009 mencapai 35,7% dari tahun 2008 maka kemungkinan kesadaran wanita dalam menyikapi penyakit ini masih rendah sehingga perlu dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap wanita, khususnya wanita usia produktif, mengenai kista endometrium. Kuisioner merupakan cara pengukuran paling efektif yang dapat dilakukan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta mengenai kista endometrium serta mengidentifikasi jenis informasi yang belum banyak diketahui mengenai kista endometrium. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian dianalisis dengan metode statistik deskriptif.

(18)

xviii ABSTRACT

Endometrium cyst or endometriosis is the presence of endometrial-like tissue outside the uterus. Most of the patients with endometriosis are asymptomatic and premenopausal women. It can reduce the quality of live associated with pain to infertility. However, the women‟s awareness is low, it is showed at prevalence in 2009 increased 35,7% from 2008, so need to be measuring knowledge and attitude of women, especially in premenopausal women, about endometrium cyst. Questionnaire is the most effective way of measurement can be done.

The aim of this study are to know level of knowledge and attitude from premenopausal women at Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta about endometrium cyst and to identify the information type about endometrium cyst. Questionnaire was used as the instrument.The result are analize using statistic descriptive method.

This result showed that respondents knowledge about endometrium cyst are less, while the respondents attitude are good. The most information does not know of respondents is comprehension, etiology, patophisiology, and handling endometrium cyst. Accordingly, relevant educational programs to improve the knowledge level of premenopausal women regarding endometrium cyst are needed.

(19)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kista endometrium adalah terdapatnya jaringan endometrium dan stroma yang masih berfungsi di luar kavum uteri (Moore, 2001). Saat ini kista endometrium masih merupakan enigmatic disease karena etiopatologi yang multi faktorial dan belum jelas sehingga terapinya belum adekuat (Adiyono, 2003). Sebagian besar kista endometrium terdapat pada wanita usia produktif, namun faktor resiko, insiden maupun prevalensi belum ada data-data yang lengkap karena sebagian besar penderita kista endometrium asimptomatik (Schneider, 2000). Gold standar untuk kista endometrium sendiri adalah laparoskopi yang masih tergolong mahal untuk kebanyakan orang Indonesia. (Andriana, 2006). Untuk biaya operasi pada terapi kista endometrium di salah satu rumah sakit

swasta di DIY per Juni 2010, dapat mencapai Rp 6.000.000 sampai Rp 14.000.000 dengan klasifikasi Rp 6.000.000-7.500.000 untuk kelas tiga, Rp 8.000.000-9.000.000 untuk kelas dua dan Rp 12.000.000-14.000.000 untuk kelas satu. Biaya tersebut kurang lebih sama untuk rumah sakit-rumah sakit lainnya baik swasta maupun negeri.

(20)

berbagai negara dikarenakan seringnya para wanita muda ini tidak bisa bekerja dan harus dirawat di rumah sakit sampai menurunkan kualitas hidup, terlebih lagi apabila sampai menimbulkan kemandulan.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY, jumlah kasus baru kista endometrium pada bagian rawat inap mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai 2007, yaitu 123 kasus pada tahun 2005, 143 kasus pada tahun 2006, dan 146 kasus pada tahun 2007. Adapun pada tahun 2008 mengalami penurunan yaitu hanya terdapat 54 kasus baru, namun jumlah kasus baru meningkat lagi pada tahun 2009 sampai 2011, yaitu 84 kasus pada tahun 2009, 146 kasus pada tahun 2010, dan 154 kasus pada tahun 2011. Meskipun demikian insidensi sesungguhnya belum diketahui dikarenakan data tersebut hanya merupakan laporan dari tempat-tempat pelayanan kesehatan masyarakat di provinsi DIY sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak kasus kista endometrium yang tidak dilaporkan oleh masyarakat.

(21)

Sehubungan dengan berbagai dampak klinis maupun dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kista endometrium, maka perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini. Hal itu bisa dicapai jika kita dapat mengetahui tingkat pengetahuan dan jenis informasi yang belum banyak diketahui serta sikap masyarakat terutama wanita usia produktif terhadap penyakit kista endometrium ini, sehingga diharapkan hal ini dapat menjadi acuan dalam melakukan berbagai tindakan preventif selanjutnya untuk dapat menurunkan risiko kista endometrium.

Peneliti melakukan penelitian di Kabupaten Sleman, Yogyakarta karena dari total 535 kasus kista endometrium yang menyerang wanita usia produktif di Provinsi DIY menurut data dari Dinas Kesehatan Yogyakarta tahun 2005-2009 bagian rawat inap, sebanyak 250 kasus terjadi di Kabupaten Sleman dengan angka kematian sebanyak 24 jiwa pada tahun 2009. Penelitian ini dilakukan secara serempak pada lima kecamatan di Kabupaten Sleman. Kecamatan yang dipilih yaitu kecamatan yang berada di pinggir Kotamadya pada daerah barat, utara, maupun timur, dan mempunyai jumlah penduduk yang relatif tinggi maupun merupakan daerah berkembang karena menurut Baziad (2010) kista endometrium banyak ditemukan pada perempuan di kota-kota besar, yang tingkat polusinya tinggi. Lima kecamatan yang dipilih yaitu Kecamatan Berbah, Kalasan, Depok, Ngaglik, dan Mlati.

1. Permasalahan

(22)

a. Seperti apakah karakteristik wanita usia produktif di Kecamatan Berbah? b. Seberapa tinggi tingkat pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan

Berbah terkait kista endometrium?

c. Seperti apakah sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kista endometrium?

d. Informasi apa saja yang belum banyak diketahui wanita usia produktif di

Kecamatan Berbah terkait kista endometrium?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif mengenai kista endometrium belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan adalah:

(23)

waktu tiga tahun. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian. Tujuan dalam penelitian Kusuma Andriana adalah memberikan gambaran profil penderita kista endometrium sedangkan tujuan pada penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengukur pengetahuan dan sikap serta identifikasi informasi yang belum banyak diketahui oleh wanita usia produktif di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman DIY.

3. Manfaat

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan sebagai acuan metode untuk pengukuran pengetahuan, sikap serta idenifikasi informasi yang dibutuhkan masyarakat.

b. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bila akan melakukan edukasi mengenai kista endometrium sehingga edukasi akan berjalan lebih efektif.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

(24)

2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan gambaran demografi karakteristik wanita usia produktif di

Kecamatan Berbah.

b. Mengukur tingkat pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan

Berbah terkait kista endometrium.

c. Mengukur sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah terhadap kista endometrium.

(25)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelahaan Pustaka

1. Perilaku

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas yang merupakan hasil akhir hubungan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan dan fantasi (Notoatmodjo, 2007). Perilaku kesehatan dapat diartikan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya mencakup pengetahuan tentang kesehatan, sikap serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2007).

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti keinginan, minat, kehendak, emosi, berpikir, motivasi, dan reaksi. Perilaku adalah suatu respon seseorang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar. Ada dua macam bentuk respon, yaitu:

a. Bentuk pasif. Bentuk pasif disebut juga respon internal, yaitu yang

terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan, sikap dan pengetahuan.

(26)

Terdapat berbagai macam teori determinasi perilaku menurut pendapat beberapa para ahli, yaitu:

a. Teori Kepribadian Spranger. Spranger membagi kepribadian manusia menjadi enam macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh salah satu nilai budaya yang dominan. Kemudian kepribadian tersebut menentukan pola dasar perilaku manusia.

Skema teori kepribadian

(Notoatmodjo, 2007) b. Teori Lawrence Green. Menurut Lawrence Green, perilaku

kesehatan seseorang terbentuk dipengaruhi oleh:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors): pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors): lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas atau sarana kesehatan.

(27)

Bagan teori pengaruh pendidikan terhadap perilaku

(Notoatmodjo, 2007). c. Teori Snehandu B. Kar. Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatan (behavior intention)

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)

3) Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebility of information)

4) Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau

keputusan (personal autonomy)

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action

(28)

Menurut Azwar (2007) terdapat tiga domain pada perilaku yang berbeda satu sama lain, yaitu:

a. Ranah kognitif. Ranah kognitif adalah representasi dari apa yang dipercayai individu pemilik sikap. Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat atau ketahui terbentuk ide atau gagasan tentang karakteristik suatu objek, dan ini menjadi dasar pengetahuan seseorang tentang apa yang diharapkan dari objek tertentu. Tetapi kadang kepercayaan terbentuk karena kurang atau tidak adanya informasi yang benar tentang objek yang dihadapi.

b. Ranah afektif. Ranah afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek.

c. Ranah psikomotor. Ranah psikomotor merupakan kecenderunagn berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi, banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaan terhadap suatu objek. Ranah psikomotor meliputi bentuk perilaku yang dapat dilihat secara langsung, tetapi juga bentuk perilaku pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang mengenai suatu objek.

(29)

Semakin bertambahnya umur responden maka perilaku kesehatan reproduksinya juga semakin baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka perilaku kesehatannya juga semakin baik. Selain itu, status bekerja juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Sarwono, 2007) karena adanya interaksi dengan dunia luar atau budaya luar sehingga lebih mudah menerima ide baru.

2. Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sumber pengetahuan menurut Nursalam (2003) berasal dari tradisi, autoritas, pengalaman seseorang, trial and error, alasan yang logis, maupun pendekatan ilmiah. Pengetahuan merupakan penyebab atau motivator bagi seseorang untuk bersikap dan berperilaku (Azwar, 2007).

Dandash dan Mohaimeed (2007) dalam penelitiannya mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait kanker panyudara mengemukakan bahwa usia dapat mempengaruhi pengetahuan. Semakin bertambahnya usia maka pengetahuannya makin tinggi. Adapun pengalaman tidak berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.

(30)

Sedangkan tingkat pengetahuan pada masing–masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100 % 2) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56 – 75 % 3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40 – 55 %

4) Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai 0 – 39 % (Arikunto, 2007). Pengukuran pengetahuan dapat pula dilakukan dengan menganalisis tiap kategori pertanyaan pengetahuan yang diajukan. Tingkat pengetahuan pada satu pertanyaan dikatakan baik bila skor 76 – 100 %. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56 – 75 %. Tingkat pengetahuan pada satu pertanyaan dikatakan kurang baik bila skor 40 – 55 %. Tingkat pengetahuan pada satu pertanyaan dikatakan tidak baik bila skor 0 – 39 % (Okobia, Bunker, Okonofua, Osime, 2006 dan Arikunto, 2007).

3. Teori sikap (Attitude)

Menurut Mar‟at (1982), sikap merupakan kumpulan dari berpikir,

(31)

merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Sikap seseorang dapat berubah dengan bertambahnya informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2007). Seperti pada penelitian Narasty (2009) tentang kanker serviks dan

papsmear bahwa informasi yang pernah diterima oleh seseorang akan mempengaruhi perilaku orang tersebut, dimana peningkatan perilaku paling tinggi terjadi pada orang yang sudah pernah menerima informasi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007) secara tidak langsung dapat dilakukan dengan memberi pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).

Menurut Andi (2009), penilaian sikap dapat dilakukan berdasarkan sistem skoring menurut Arikunto (2007) seperti halnya pada pengukuran tingkat pengetahuan.

1) Skap baik bila skor atau nilai 76 – 100 %. 2) Sikap cukup baik bila skor atau nilai 56 – 75 %. 3) Sikap kurang baik bila skor atau nilai 40 – 55 %. 4) Sikap tidak baik bila skor atau nilai 0 – 39 %.

(32)

Tingkat sikap pada satu pertanyaan dikatakan kurang baik bila skor 40 – 55 %. Tingkat sikap pada satu pertanyaan dikatakan tidak baik bila skor 0 – 39 % (Okobia, et al., 2006 dan Arikunto, 2007).

4. Kuisioner

Kuesioner merupakan teknik mengumpulkan data yang dilakukan degan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif dan cepat (Sugiyono, 2008).

(33)

negatif. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2008).

5. Besar sampel

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (cit., Nawawi, 2007) untuk populasi > 10.000 banyaknya sampel minimal diperoleh dengan menggunakan rumus sampel sebagai berikut :

Keterangan:

d : derajat ketepatan yang diinginkan z : standar deviasi normal (1,96 untuk derajat kemaknaan 95%)

p : proporsi populasi (0,5) q : 1,0-p

N : besarnya populasi n : besarnya sampel

6. Endometriosis

Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan endometrium baik kelenjar maupun stromanya di luar kavum uteri atau miometrium (Roberts, 2006). Hasil dari proses endometriosis ini dapat menimbulkan adanya kista endometrium.

(34)

and Arici, 2002). Menurut Schorge, Schaffer, Halvorson, Hoffman, Bradshaw, and Cunningham (2008), sebagian besar kasus endometriosis ditemukan pada daerah yang berada pada pelvis meliputi ovarium, rongga pelvik, anterior dan posterior cul-de-sac, dan uterosacral ligaments sehingga dapat mempengaruhi

rectovaginal septum, ureter, kandung kemih, perikardium, bekas luka operasi, dan pleura. Secara anatomi, hal ini ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Lokasi umum terjadinya endometriosis pada abdomen dan pelvis. Dikutip dari Schorge, J.O., et al. (2008)

Selain itu, menurut Research Center Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development (2002) dan Baziad (2010), endometriosis juga dapat tumbuh pada paru-paru, otak, diafragma, mata dan bagian tubuh lainnya walaupun hal ini sangat jarang terjadi.

Endometriosis bukanlah kanker dan merupakan benign disease. Namun dengan adanya karakteristik malignant disease yang dimiliki oleh endometriosis meliputi sifat invasif, pertumbuhan tak terbatas, kecenderungan metastasis, dan

(35)

Secara umum pertumbuhan dan pemeliharaan implant endometriotik tergantung pada steroid ovarial sehingga endometriosis lebih banyak terjadi pada wanita usia reproduktif dan jarang pada pre atau posmenarke maupun posmenopause (Roberts, 2006).

b. Patogenesis. Sampai saat ini, penyebab pasti dari endometriosis

belum diketahui. Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis endometriosis antara lain: teori implantasi dan regurgitasi, teori coelomic-metaplasia, teori embryonic cell rest, teori genetik dan imunologi, teori hormonal, dan teori lingkungan.

Teori implantasi dan regurgitasi merupakan teori paling popoler yang dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1921. Dijelaskan bahwa endometriosis terjadi karena darah haid mengalir balik melalui tuba ke dalam rongga pelvik (retrograde). Mekanisme ini secara konsisten diobservasi pada manusia dan didukung dengan adanya distribusi anatomi implan dari jaringan endometriosis. Teori ini tidak dapat menjelaskan observasi bahwa hampir semua wanita mengalami reflux menstruation ini tapi hanya 5% sampai 10% wanita yang mengalami penyakit endometriosis. Selain itu, teori ini juga tidak dapat menerangkan kasus endometriosis di luar pelvis (Leyland, et al., 2010 dan Kapoor, 2011).

Teori coelomic-metaplasia dikemukakan oleh Dr Robert Meyer pada tahun 1919. Dijelaskan bahwa endometriosis timbul saat sel coelomic mesothelial

(36)

pelvic peritonium berasal dari epitel dinding coelomic. Teori metaplasia ini dapat menjelaskan terjadinya endometriosis hampir di semua organ tubuh. Akan tetapi, jika coelomic-metaplasia sama halnya dengan metaplasia, seharusnya dengan bertambahnya umur maka prevalensi endometriosis akan meningkat. Pada kenyataannya, kejadian endometriosis menurun seiring dengan berhentinya menstruasi (Overton, Davis, Millan, and Shaw, 2007 dan Leyland, et al., 2010).

Pada teori embryonic cell rest menjelaskan bahwa sisa-sisa sel embrionik dapat menjelaskan adanya endometrium ektopik, duplikasi tak sempurna dari duktus mulleri yang kemudian dapat berkembang menjadi suatu endometriosis terutama di dalam kavum peritonium maupun ligamentum latum (Overton, et al.,

2007).

Pada teori genetik dan imunologi yang dikemukakan oleh Dmowski dkk menjelaskan bahwa faktor genetik dan imunologi dapat menjadikan seorang wanita lebih rentan terkena endometriosis. Banyak laporan menyatakan bahwa wanita dengan endometriosis seringkali berasal dari keluarga dengan insiden endometriosis yang tinggi. Gangguan imunitas disebabkan oleh adanya kegagalan dalam sistem pengumpulan dan pembuangan sampah haid oleh makrofrag dan fungsi sel NK yang menurun (Overton, et al., 2007 dan Simatupang, 2003).

Teori hormonal dikutip dari Simatupang (2003) menyatakan bahwa

kehamilan dapat meredam endometriosis karena rendahnya kadar FSH, LH dan

E2. Di samping itu, pemberian hormon steroid seks dapat menekan sekresi FSH

dan LH sehingga dapat pula mempengaruhi endometriosis. Estrogen, khususnya

(37)

Pada teori lingkungan, menjelaskan bahwa lingkungan juga berpengaruh

terhadap endometriosis khususnya yang berhubungan dengan racun yang

mempunyai efek pada hormon reproduksi dan respon pada sistem imun.

Percobaan oleh Endometriosis Association pada tahun 1990 pada kera

menunjukkan 79% kera yang terpapar dioksin didapatkan endometriosis pada

tubuhnya. Tingkat keparahan endometriosis pada kera tersebut berhubungan

dengan kadar TCDD (2, 3, 7, 8,-tetrachlorodibenzo-p-dioxin) yang merupakan

bentuk paling toksik dari dioxin (Simatupang, 2003 dan Endometriosis

Association, 1990).

c. Etiologi. Walaupun penyebab pasti endometriosis belum diketahui

namun dari berbagai teori yang telah dijelaskan pada patogenesis maka dapat diketahui bahwa etiologi endometriosis dapat terjadi karena adanya aliran darah haid mengalami reflux, adanya metaplasia, adanya sisa-sisa sel embrionik, kelainan genetik dan sistem imun, pengaruh hormon, dan pengaruh lingkungan yang mengandung racun.

Proses kiret yang tidak bersih dapat menyebabkan adanya sisa-sisa sel embrionik dalam rongga pelvik maupun peritonium yang dapat mempengaruhi adanya endometriosis.

Eisenberg (2009) mengatakan bahwa terjadinya menstruasi yang

berlangsung lebih dari 7 hari dan siklus menstruasi yang pendek (27 hari atau

kurang) dapat menyebabkan endometriosis. Namun, belum ada referensi yang

menjelaskan bahwa siklus haid yang tidak teratur dapat mengakibatkan

(38)

Research Center Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child

Health and Human Development (2002) mengemukakan bahwa kadar estrogen yang merupakan hormon pada siklus reproduksi dapat meningkatkan

pertumbuhan endometriosis. Peningkatan sekresi estrogen juga dapat

menyebabkan kadar kortisol tinggi dalam darah sehingga dapat menimbulkan

stres (Hapsari, 2010). Selain itu, stres dapat mengakibatkan turunnya enzim yang

memproduksi anti-inflammatory prostaglandin sehingga berpengaruh pada

dampak endometriosis (Overton, et al., 2007).

d. Faktor risiko. Endometriosis umumnya terjadi pada wanita usia produktif tetapi dapat pula terjadi pada masa pubertas dan perempuan pasca menopause yang mendapat terapi sulih hormon (Andriana, 2006).

Adanya anggota keluarga yang pernah menderita endometriosis dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya endometriosis (Schorge, et al., 2008 dan Eisenberg, 2009).

Menurut Baziad (2010) endometriosis banyak ditemukan pada

perempuan di kota-kota besar, yang tingkat polusinya tinggi. Maka faktor risiko

terjadinya endometriosis meningkat pada wanita yang sering terpapar polusi. Para

ahli menduga bahwa beberapa senyawa kimia seperti dioksin, DDT atau merkuri

berpengaruh terhadap timbulnya endometriosis.

e. Patofisiologi. Tritunggal gejala khas yang berhubungan dengan

(39)

1) Nyeri : dismenore sekunder, dismenore primer parah, dispareunia, nyeri ovulasi, nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi, nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual.

2) Perdarahan abnormal yaitu hipermenorea, menoragia, spotting sebelum menstruasi, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.

3) Keluhan buang air besar dan buang air kecil : nyeri sebelum, pada saat & sesudah BAB, darah pada feces diare, konstipasi dan kolik.

(40)

perkembangan embrio dan mempengaruhi sitokin dan prostaglandin yang pada akhirnya berpengaruh pada proses implanasi sehingga menurunkan angka implanasi dan angka kehamilan.

f. Pencegahan. Tidak ada cara yang pasti untuk menurunkan risiko endometriosis. Akan tetapi, karena hormon estrogen dapat menyebabkan penebalan lapisan uterus selama siklus menstruasi, maka dapat dilakukan penurunan kadar estrogen dalam tubuh. Untuk menjaga kadar estrogen agar tetap rendah dapat dilakukan:

Olahraga secara teratur

Menjaga agar jumlah lemak dalam tubuh tetap rendah

Menghindari konsumsi alkohol dalam jumlah yang tinggi serta minuman yang mengandung kafein

(Eisenberg, 2009).

Selain itu, karena endometriosis dapat disebabkan oleh polutan serta

senyawa kimia maka untuk mencegah endometriosis dapat dilakukan dengan

menjauhi makanan yang dipupuk menggunakan pestisida kimia serta makanan

yang mengandung bahan kimia seperti pengawet atau pewarna makanan.

Memakan buah-buahan dan sayuran yang mengandung antioksidan

secara teratur juga dapat meningkatkan sistem imun sehingga dapat menurunkan

faktor risiko endometriosis (Overton, C., et al., 2007).

g. Diagnosis. Diagnosis endometriosis ditegakkan berdasarkan

(41)

ditemukan adanya uterus retrofleksi, massa adneksa, nodul di cul-de-sac, dan penebalan ligamentum uterosakral. Pemeriksaan USG bisa membantu adanya keterlibatan ovarium. Pemeriksaan laparoskopi merupakan pemeriksaan baku serta dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi. Diagnosis laparoskopi mempunyai sensitivitas 97%, spesifisitas 95% dan akurasi 96%. 36% hasil diagnostik laparoskopi digugurkan dengan pemeriksaan histopatologi (Arya & Shaw, 2005 dan Moore, 2001). Hasil diagnostik pemeriksaan laparoskopi dan histopatologi dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

Implan endometriotik yang klasik adalah berwarna gelap, biru kehitaman, mempunyai gambaran khas yang disebut powder-burn like lesi. Lesi bahkan bisa hampir tak terlihat. Lesi yang tidak khas bervariasi dalam warna dari merah ke coklat, hitam, putih atau kuning, lesi dapat pula terlihat jernih atau seperti vesikel berwarna kemerahan. Penampakan lesi ini tergantung pada lokasi, suplai pembuluh darah lokal, jumlah perdarahan dan atau fibrosis yang terjadi (Lessey, 2000).

Gambar 3. Lesi endometriotik yang berwarna merah dan putih pada pemeriksaan

laparoskopi

Gambar 4. Koloni endometriosis pada pemeriksaan histopatologi

(42)

h. Pengobatan. Pengobatan akan sangat tergantung, apakah saat masih remaja, sudah kawin dan ingin anak, sudah kawin belum ingin anak, atau pada usia perimenopause. Selain itu juga sangat tergantung dari stadium endometriosis itu sendiri. Pengobatan operatif hanya dilakukan apabila pengobatan medisinal tidak memberikan respons yang memuaskan. Namun, apabila kelainan ini berhubungan dengan masalah infertilitas, pengobatan operatif lebih sering diutamakan terutama apabila terdapat perlekatan pelvis yang dapat mengganggu hubungan antara tubaovarium dan peritoneum; atau proses ovum pick-up. Pengobatan medisinal didasarkan pada pengetahuan observasi, bahwa regresi endometriosis dapat terjadi pada keadaan anovulasi, kehamilan dan menopause. Algoritma pengobatan berdasarkan diagnosis dapat dilihat pada gambar 5.

(43)

Gambar 5. Algoritma diagnosis dan treatment pada wanita yang diduga atau dipastikan terkena endometriosis. COCs = kombinasi kontrasepsi oral; GnRH = gonadotropin-releasing hormone; IUI = inseminasi intrauterin; NSAIDs =

obat anti inflamasi non steroid. Dikutip dari Schorge, et al. (2008)

i. Terapi non farmakologi. Manajemen endometriosis dapat pula

dilakukan secara non farmakologis meliputi:

Low-fat vegetarian diet untuk menurunkan gejala endometriosis

Mengkonsumsi antioksidan termasuk besi dan vitamin C untuk meningkatkan sistem imun

Asam lemak omega 3 untuk menurunkan respon inflamasi

(44)

Magnesium untuk mengurangi dismenore dan menurunkan nyeri juga untuk detoksifikasi estrogen

Menghindari stres agar kadar anti-inflammatory prostaglandin tetap stabil

Menghindari polutan kimia

(Overton, C., et al., 2007).

B. Landasan Teori

Menurut Arikunto (2007) pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Skor tiap responden dijumlahkan dan dibuat persentase dengan total skor 20. Pengetahuan baik, bila skor 76-100%. Pengetahuan cukup, bila skor 56-75%. Pengetahuan kurang, bila skor 40-55%. Pengetahuan tidak baik, bila skor 0-39%. Akan tetapi tidak ada perbedaan antara pengetahuan kurang dan tidak baik sehingga dilakukan akumulasi menjadi pengetahuan rendah dengan skor < 56%. Pengetahuan dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan (Dandash dan Mohaimeed, 2007 serta Nawaz, 2011).

(45)

dan dibuat persentase dengan total skor 80. Sikap baik, bila skor 76-100%. Sikap cukup, bila skor 56-75%. Sikap kurang, bila skor 40-55%. Sikap tidak baik, bila skor 0-39%. Akan tetapi tidak ada perbedaan antara sikap kurang dan tidak baik sehingga dilakukan akumulasi menjadi sikap buruk dengan skor < 56%. Sikap dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan informasi yang pernah didapat (Sarwono, 2007 dan Nawaz, 2011).

C. Keterangan Empiris

Hasil penelitian akan menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif serta jenis informasi yang belum banyak diketahui terkait kista endometrium di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY tahun 2011.

(46)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental deskriptif. Data yang didapat berupa data kuantitatif menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel utama

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, status, adanya pengalaman penyakit yang diderita responden apapun jenisnya dan asalnya, usia, dan tempat tinggal dari masing-masing responden.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap kista endometrium.

2. Variabel Pengacau

a. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah informasi dari instansi pendidikan formal maupun informal.

b. Variabel tak terkendali dalam penelitian ini adalah informasi dari media

(47)

C. Definisi Operasional 1. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan diukur berdasarkan skor jawaban responden pada kuisioner bagian pengetahuan. Tingkat pengetahuan responden tinggi bila skornya 15 – 20. Tingkat pengetahuan responden sedang bila skornya 12 – 15. Tingkat pengetahuan responden rendah bila skornya < 12.

2. Sikap

Sikap responden diukur berdasarkan skor jawaban responden pada kuisioner bagian sikap. Sikap responden baik bila skornya 60 – 80. Sikap responden sedang bila skornya 45 – 60. Sikap responden buruk bila skornya < 45.

3. Wanita usia produktif

Wanita usia produktif adalah wanita yang sudah dan masih mengalami siklus menstruasi dari usia 15 tahun sampai 52 tahun yang tinggal di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

4. Kista endometrium

Kista endometrium adalah terdapatnya jaringan endometrium, baik dalam bentuk kelenjar maupun stromanya, yang masih berfungsi dan terdapat di luar rongga panggul. Kista endometrium biasa disebut kista oleh masyarakat.

5. Tingkat pendidikan

(48)

6. Pekerjaan

Status bekerja jika responden mendapat upah atas pekerjaannya. Status tidak bekerja jika responden tidak mendapat upah.

D. Subyek Penelitian dan Sampling

1. Subyek penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua wanita usia produktif di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Provinsi DIY dengan jumlah 12362 orang (Pendataan Keluarga Badan KB, PP & PA Kabupaten Sleman, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian wanita usia produktif di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Provinsi DIY. Jenis sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode purposive sampling. Kriteria inklusi yang digunakan sebagai berikut :

a) Wanita usia produktif yang sudah dan masih mengalami siklus menstruasi dari usia 15 tahun sampai 52 tahun yang tinggal di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

b) Bisa membaca dan menulis.

c) Bukan merupakan tenaga kesehatan.

d) Tidak mempunyai latar belakang pendidikan formal maupun informal mengenai kista endometrium dalam dua tahun terakhir.

(49)

Kriteria eksklusi yang digunakan adalah sebagai berikut :

a) Wanita usia produktif yang tinggal di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,

Yogyakarta yang tidak bersedia menjadi responden. a) Responden yang tidak lengkap mengisi kuisioner. b) Responden yang tidak mengisi kuisioner sendiri.

2. Sampling

Perhitungan banyaknya sampel minimal pada penelitian ini menggunakan rumus sampling menurut Notoatmodjo (cit., Nawawi, 2007) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

d : derajat ketepatan yang diinginkan

z : standar deviasi normal (1,96 untuk derajat kemaknaan 95%) p : proporsi populasi

q : 1,0-p

(50)

Berdasarkan perhitungan tersebut maka didapat minimal sampel kecamatan 95,3075 dan dilakukan pembulatan menjadi 95 orang. Pengambilan sampel dilakukan di tiap desa dengan menggunakan perhitungan proporsi sebagai berikut:

Perbandingan:

populasi : sampel minimal = 12362 : 95 = 130 : 1

Jumlah sampel tiap desa:

Jogotirto :

Kalitirto :

Sendangtirto :

Tegaltirto :

Penelitian dilakukan dengan membagikan 199 kuisioner dan kembali 141 kuisioner, namun yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi hanya sebanyak 133 kuisioner, sehingga dalam penelitian jumlah kuisioner yang dianalisis sebanyak 133 kuisioner. Akan tetapi terdapat 3 kuisioner yang tidak diisi sendiri oleh responden sehingga menimbulkan bias, maka kuisioner di-drop out dan tersisa 130 kuisioner.

E. Instrumen Penelitian

(51)

1. Bagian pertama adalah kuisioner tipe isian dengan bentuk closed form item

yang memuat tentang data demografi responden dan skala tingkat pengenalan responden mengenai kista endometrium yang terdiri dari 12 pertanyaan. Pertanyaan bagian pertama ini meliputi nama, usia, apakah masih menstruasi, Kecamatan, Desa, Dusun, status, pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir, riwayat penyakit, asal riwayat penyakit, adanya informasi mengenai kista endometrium yang pernah diperoleh responden serta asal informasi tersebut. Selain itu, pada akhir kuisioner disertakan tempat untuk tanda tangan responden yang berarti responden telah bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian.

2. Bagian kedua adalah kuisioner tipe pilihan bentuk force choice untuk meneliti fakta-fakta subyektif mengenai pengetahuan tentang kista endometrium dengan memberikan 20 pernyataan. Responden diminta memilih salah satu dari dua alternatif jawaban yaitu “ya” jika setuju dengan pernyataan tersebut atau “tidak”

jika tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Pernyataan nomor 1 dan 2 mengenai definisi/sinonim, nomor 3 – 6 mengenai etiologi, nomor 7 – 10 mengenai faktor risiko, nomor 11 – 14 mengenai patofisiologi, nomor 15 – 17 mengenai pencegahan, dan nomor 18 – 20 mengenai pengatasan.

(52)

F. Tata Cara Penelitian

1. Penentuan lokasi

Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Berbah karena letaknya yang berada pada perbatasan kota sehingga dengan mobilitas yang tinggi maka tingkat polusi udara yang dapat mempengaruhi tumbuhnya kista endometrium juga akan tinggi. Pengambilan data dilakukan di semua desa Kecamatan Berbah yaitu Desa Jogotirto, Kalitirto, Sendangtirto, dan Tegaltirto. Pemilihan padukuhan tempat data akan diambil yaitu sesuai ijin yang didapat.

2. Pengurusan ijin

Pengurusan ijin penelitian pertama kali dilakukan di BAPPEDA Sleman dan mendapat ijin penelitian selama 7 bulan. Selanjutnya perijinan dilanjutkan ke pemerintah Kecamatan Berbah menggunakan ijin dari BAPPEDA Sleman. Berdasarkan kebijakan Camat Berbah untuk pengambilan data penelitian di tiap desa Kecamatan Berbah dapat menggunakan ijin dari BAPPEDA tanpa harus menggunakan tembusan ijin dari pemerintah Kecamatan Berbah.

(53)

pertama yaitu di Padukuhan Jagalan Desa Tegaltirto dan Padukuhan Kepuh Desa Kalitirto, lalu di Padukuhan Rejosari Desa Jogotirto, kemudian di Padukuhan Tampungan Desa Sendangtirto, lalu di Padukuhan Semoya Desa Tegaltirto, dan terakhir di Padukuhan Sumber Lor Desa Kalitirto.

3. Pembuatan instrumen penelitian

a. Penyusunan kuisioner. Pertama, dibuat item-item pertanyaan untuk kuisioner tipe isian sehubungan dengan data demografi responden yang berkaitan dengan variabel penelitian, selain itu juga mengenai skala pengenalan responden mengenai kista endometrium dan juga form tanda tangan responden.

Selanjutnya dibuat item-item pernyataan mengenai pengetahuan tentang kista endometrium meliputi definisi/sinonim, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, pencegahan dan pengatasan kista endometrium dengan alternatif jawaban “ya”

atau “tidak” untuk tiap pernyataan.

Setelah itu dibuat item-item pernyataan mengenai sikap mengenai keinginan responden untuk memahami lebih lanjut kista endometrium, antisipasi dampak, serta upaya pencegahan penyakit kista endometrium. Jawaban pernyataan bagian sikap terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “tidak setuju” atau “sangat tidak setuju” untuk tiap pernyataan.

Dalam pembuatan kuisioner ini, peneliti banyak bertanya pada orang yang menguasai tata cara pembuatan kuisioner penelitian. Jenis pernyataan pada kuisioner bagian pengetahuan dan sikap terdiri dari pernyataan favourable dan

(54)

Tabel I. Jenis pernyataan favorable dan unfavorable pada pernyataan pengetahuan dan sikap mengenai kista endometrium

Variabel Favorable Unfavorable

Pengetahuan 3, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13,

b. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa. Setelah pembuatan

item-item pertanyaan selesai maka dilanjutkan dengan uji validitas. Uji validitas kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan validitas konstruk yaitu dengan menggunakan pendapat dari ahli (professional judgement).

Uji validitas tidak melibatkan perhitungan statistik, melainkan hanya analisis rasional oleh 2 dokter yang memahami kista endometrium. Salah satu dokter memberikan saran perbaikan pada bahasa yang digunakan dalam kuisioner. Dokter yang lain memberikan saran perbaikan pada kuisioner bagian pengetahuan yaitu dengan menghapus empat pernyataan dan mengganti tiga pernyataan serta menyempurnakan lima pernyataan pada kuisioner bagian sikap.

Bersamaan dengan uji validitas juga dilakukan uji pemahaman bahasa kepada 20 wanita usia produktif yang tidak termasuk dalam sampel. Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui bahasa yang digunakan dalam kuisioner mudah dipahami atau tidak oleh responden dalam penelitian ini.

c. Uji reliabilitas. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan

Alpha Cronbach dengan taraf kepercayaan 95%. Oleh karena uji validitas menggunakan professional judgementmaka kuisioner tersebut reliabel jika nilai α

(55)

Uji reliabilitas kuisioner dilakukan pada wanita usia produktif baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah yang bukan termasuk dalam sampel. Pengujian kuisioner pertama kali dengan 48 responden didapatkan hasil α = 0,419

untuk kuisioner bagian pengetahuan dan α= 0,699 untuk kuisioner bagian sikap. Pengujian kuisioner kedua dengan 39 responden didapatkan hasil α = 0,761 untuk

kuisioner bagian pengetahuan dan α= 0,815 untuk kuisioner bagian sikap. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa kuisioner telah reliabel.

4. Sampling

Jumlah sampel minimal untuk Desa Jogotirto yaitu 21 orang, Desa Kalitirto 25 orang, Desa Sendangtirto 28 orang, dan Desa Tegaltirto 21 orang.

Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi. Dipilih wanita yang masih menstruasi dengan usia 15 – 52 tahun, bisa membaca dan menulis, bukan tenaga kesehatan, tidak memiliki latar belakang pendidikan formal maupun informal mengenai kista endometrium dalam 2 tahun terakhir, dan tentunya bersedia menjadi responden.

5. Penyebaran kuisioner

Pengambilan data sebisa mungkin dilakukan pada pertemuan wanita dan mempunyai jadwal pertemuan yang akan segera berlangsung untuk efisiensi waktu, biaya, serta tenaga, namun karena susahnya mencari padukuhan yang bersedia menerima kedatangan peneliti pada pertemuan wanita maka terkadang pengambilan data dilakukan secara door to door.

(56)

saat itu juga di tempat penelitian, terkecuali apabila ada kebijakan tersendiri dari para pemberi ijin di tempat pengambilan data agar kuisioner diisi di rumah masing-masing dan dikembalikan dengan cara dikumpulkan keesokan harinya. Sebelum pengisian kuisioner, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penyebaran kuisioner dan jika para responden telah menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian maka satu per satu responden yang sesuai kriteria inklusi dibagikan kuisioner. Selama pengisian kuisioner responden didampingi peneliti, ini dimaksudkan jika responden mengalami kesulitan maka dapat bertanya langsung kepada peneliti, namun jika kuisioner dibawa pulang maka terlebih dahulu peneliti menjelaskan segala sesuatu tentang cara pengisian kuisioner dengan lebih detail dan dilakukan pengulangan penjelasan sampai responden benar-benar memahami.

(57)

di-drop out. Kuisioner yang dibagikan di Padukuhan Sumber Lor yaitu 25 kuisioner dan kembali 13 kuisioner dengan 3 kuisioner yang di-drop out.

6. Pengolahan data

Untuk data demografi dan skala tingkat pengenalan, pengolahan data dilakukan dengan cara menghitung jawaban responden yang sama dan dipersentasekan dari total responden sehingga dapat diketahui distribusi karakteristik demografi responden.

Untuk kuisioner bagian pengetahuan, pengolahan data dilakukan dengan menghitung jawaban benar responden. Pernyataan yang dijawab responden dengan benar diberi skor 1, sedangkan pernyataan yang dijawab salah oleh responden diberi skor 0. Lalu skor tersebut dijumlahkan untuk tiap responden. Selain itu, dilakukan pula penjumlahan jawaban responden pada tiap pernyataan pengetahuan sehingga dapat diketahui jumlah responden yang menjawab salah maupun benar pada tiap pernyataan. Oleh karena kuisioner terdiri dari 6 kategori pernyataan maka dihitung rata-rata jumlah responden yang menjawab salah maupun benar pada tiap kategori pernyataan. Lalu dibuat persentase dengan total 100% untuk tiap kategori pernyataan benar dan salah.

Pengolahan data pada kuisioner bagian sikap dilakukan dengan skoring

(58)

unfavorable (nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 13, 17, 19, dan 20) jika responden menjawab “sangat setuju” maka diberi skor 1, jika responden menjawab “setuju”

maka diberi skor 2, jika responden menjawab “tidak setuju” maka diberi skor 3, danjika responden menjawab “sangat tidak setuju” maka diberi skor 4. Lalu skor tersebut dijumlahkan untuk tiap responden. Selain itu dilakukan pula perhitungan jumlah responden yang mempunyai sikap positif maupun negatif untuk tiap pernyataan pada kuisioner bagian sikap. Responden mempunyai sikap positif bila skor 3 atau 4 dan sikap negatif bila skor 1 atau 2. Lalu dibuat persentase dengan total 100% untuk tiap pernyataan bagian sikap.

G. Analisis Hasil Penelitian

Analisis data pada bagian demografi responden dapat langsung dilihat dari persentase demografi tiap responden. Melalui hasil persentase tersebut dapat dilihat karakteristik demografi responden berdasarkan usia, desa asal, atatus, tingkat pendidikan, pekerjaan, adanya pengalaman penyakit, dan informasi yang pernah didapat responden mengenai kista endometrium.

Analisis tingkat pengetahuan yaitu: bila responden mampu menjawab 16 – 20 pernyataan dengan benar dikatakan pengetahuannya tinggi, bila responden

(59)

mampu menjawab benar pada tiap kategori pernyataan pengetahuan maka pengetahuan responden mengenai kategori pernyataan tersebut sudah tinggi. Jika > 55 % responden mampu menjawab benar pada tiap kategori pernyataan pengetahuan maka pengetahuan responden mengenai kategori pernyataan tersebut sedang. Jika < 55 % responden mampu menjawab benar pada tiap kategori pernyataan pengetahuan maka pengetahuan responden tersebut rendah.

Analisis sikap responden yaitu: bila skor akhir responden 61 – 80 dikatakan mempunyai sikap baik, bila skor akhir responden 45 – 60 dikatakan mempunyai sikap sedang, bila skor akhir responden < 45 dikatakan mempunyai sikap buruk. Adapun untuk mengetahui kecenderungan sikap responden yaitu dengan melihat jumlah responden yang bersikap positif dan negatif pada tiap pernyataan sikap. Jika > 75 % responden mempunyai sikap positif pada tiap pernyataan sikap maka sikap responden mengenai pernyataan tersebut sudah baik. Jika > 55 % responden mempunyai sikap positif pada tiap pernyataan sikap maka sikap responden mengenai pernyataan tersebut sedang. Jika < 55 % responden mampu menjawab benar pada tiap pernyataan tersebut maka sikap responden mengenai pernyataan tersebut buruk atau cenderung negatif.

H. Kelemahan Penelitian

(60)

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden meliputi usia, desa asal, status, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengalaman menderita penyakit, dan sumber informasi yang pernah didapat responden.

Pengecekan data untuk melihat kelengkapan jawaban kuisioner dilakukan menggunakan program komputer. Ketidaklengkapan data akan menghasilkan data

missing. Jika terjadi hal demikian maka dilakukan pengecekan kembali pada kuisioner responden yang bersangkutan dan apabila memang data responden tersebut tidak lengkap maka akan di drop out. Hasil dari program tersebut disajikan dalam tabel II.

Tabel II. Jumlah responden wanita usia produktif di Kecamatan Berbah

Usia Desa Status Tingkat

(61)

Andriana (2006) terdapat penderita endometriosis dengan usia maksimal 52 tahun di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada bulan Desember 2003 sampai Februari 2004. Pembagian umur responden yaitu berdasarkan alasan rasionalitas yang dibagi menjadi 4 kelompok umur.

Persentase usia tertinggi responden dari hasil penelitian yaitu 35 – 44 tahun, diikuti responden usia 25 – 34 tahun lalu responden usia 15 – 24 tahun dan yang terakhir responden usia > 44 tahun. Responden usia lebih dari 44 tahun merupakan responden dengan jumlah paling sedikit karena pada usia lebih dari 44 tahun banyak wanita yang telah mengalami menopause sehingga tidak masuk dalam kriteria inklusi maupun eksklusi. Rangkuman hasil distribusi karakteristik usia responden disajikan dalam tabel III.

Tabel III. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan klasifikasi usia

Usia

(tahun) Jumlah responden Persentase (%)

15-24 29 23,31 utara, Desa Sendangtirto yang berada di wilayah barat selatan, dan Desa Tegaltirto yang berada di wilayah barat utara.

(62)

Responden paling banyak dalam penelitian ini yaitu dari Desa Sendangtirto dengan jumlah hampir separuh dari total responden dengan persentase sebesar 46,92 %.

Adapun besar jumlah responden di desa lainnya hampir sama persentasenya yaitu 17,69 % di Desa Jogotirto; 16,15 % di Desa Kalitirto; dan 19,23 % di Desa Tegaltirto. Rangkuman hasil penelitian disajikan dalam tabel IV.

Tabel IV. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan desa asal

Desa Jumlah responden Persentase (%)

Jogotirto 23 17,69

Kalitirto 21 16,15

Sendangtirto 61 46,92

Tegaltirto 25 19,23

Total 130 100

3. Status

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah wanita usia produktif yang bersedia menjadi responden. Dengan demikian, subyek uji yang diikutsertakan yaitu wanita, baik yang sudah menikah maupun belum menikah, yang sudah dan masih menstruasi.

(63)

menyebabkan jumlah kuisioner yang kembali sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah kuisioner yang dititipkan sehingga mengurangi data responden yang belum menikah. Selain itu, dilakukan pula alternatif door to door namun wanita belum menikah sangat jarang ada di rumah karena kesibukan sekolah maupun bekerja sampai larut malam ataupun bekerja di daerah lain. Rangkuman hasil demografi karakteristik responden berdasarkan status disajikan dalam tabel V.

Tabel V. Distribusi wanita usia produktif berdasarkan status

Status Jumlah responden Persentase (%)

Sudah menikah 103 79,23

Belum menikah 27 20,77

Total 133 100

4. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pada penelitian ini dibagi menjadi empat kategori yaitu lulusan SD, lulusan SMP atau sederajat, lulusan SMA atau sederajat dan lulusan Perguruan Tinggi termasuk D1, D2, D3 maupun S1.

Jumlah responden paling banyak yaitu 52,31 % merupakan lulusan SMA atau sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sudah baik. Adapun jumlah responden lulusan SD dan SMP atau sederajat relatif sama, sedangkan jumlah responden paling sedikit adalah lulusan perguruan tinggi yaitu sebesar 8,46 %. Rangkuman hasil penelitian disajikan dalam tabel VI.

Tabel VI. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah responden Persentase (%)

Lulus SD 24 18,46

Lulus SMP atau sederajat 27 20,77

Lulus SMA atau sederajat 68 52,31

Lulus Perguruan Tinggi 11 8,46

(64)

5. Pekerjaan

Pada penelitian ini, distribusi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dibagi menjadi dua yaitu responden yang bekerja dan tidak bekerja. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan demikian, responden yang dimasukkan dalam kelompok tidak bekerja yaitu ibu rumah tangga, pelajar atau mahasiswa, tidak mempunyai pekerjaan, maupun yang sedang mencari pekerjaan.

Responden paling banyak adalah responden yang tidak bekerja dengan jumlah melampaui setengah dari total jumlah responden dengan presentase 66,92%. Hal ini dikarenakan pengambilan data dilakukan pada pertemuan ibu-ibu dengan mayoritas ibu-ibu tersebut merupakan ibu rumah tangga. Rangkuman hasil penelitian disajikan dalam tabel VII dan tabel VIII.

Tabel VII. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah responden Persentase (%)

Bekerja 43 33,08

Tidak bekerja 87 66,92

Total 130 100

Tabel VIII. Distribusi karakteristik wanita usia produktif berdasarkan jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan Jumlah responden Persentase (%)

Wiraswasta 13 10,00

Karyawan/buruh 23 17,69

Guru 4 3,08

PNS 2 1,54

Petani 1 0,77

Tidak bekerja 87 66,92

Gambar

Gambar 3. Lesi endometriotik pada pemeriksaan laparoskopi ........................... 23
Gambar 1.                  Tempat terjadinya endometriosis. Dikutip dari Eisenberg (2009)
Gambar 2. Lokasi umum terjadinya endometriosis pada abdomen dan pelvis.
Gambar 3. Lesi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nina Deviana : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Mahasiswa Mengenai Kosmetik Mengandung Merkuri (Hg) Di Akademi Kebidanan Hafsyah Medan Tahun 2009, 2009. USU Repository © 2009..

Pebedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker payudara terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pada wanita

Hasil penelitian menunjukkan: (1) pengetahuan remaja sebagian besar adalah baik, (2) Sikap remaja usia sebagian besar adalah baik, (3) terdapat hubungan pengetahuan dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Laki-Laki Terhadap Kebiasaan Merokok di S MU Parulian 1 Medan Tahun 2009.. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Rokok

Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya penyakit menular seksual maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMA Negeri 7 Medan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Alfika (2012) dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Sada ri Terhadap Sikap Remaja Putri di SMA Sleman 1

Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan terhadap 79 remaja puteri di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat menggambarkan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pemanfaatan obat