• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa indo untuk memberikan nilai ke suatu variable. (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bahasa indo untuk memberikan nilai ke suatu variable. (4)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA INDONESIA

SEMESTER II

KELAS/PROGRAM

X - TEKNIK KOMPUTER JARINGAN

(2)

1.7.Menggunakan kalimat yang baik, tepat, dan santun

MENGGUNAKAN KALIMAT YANG BAIK,TEPAT,DAN SANTUN

1. syarat-syarat kalimat yang baik dan komunikatif

komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.

proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut:

1. komunikator(sender) yang mempunyai maksut berkomunikasi dengan orang lain. mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud

2. pesan(message) disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung.

proses penyampaian pesan dari pembicara kepada pendengar melalui sarana bahasa secara lisan dan tulisan bertujuan agr pesan atau informasi tersebut dapat dipahami poleh pendengar yang nantinya mendapatkan respon jawaban atau tanggapan yang sesuai.

kalimat yang baik adalah kalimat yang pilihan katanya sesuai dengan kamus besar bahasa indonesia dan ejaan yang digunakan harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan ( EYD). kalimat yang disampaikan harus bersifat efektrif artinya maksut kalimat tersebut dapat ditangkap oleh pendengar/pembacanya sama persis dengan yang disampaikan oleh pembicara atau

penukisnya.

jadi kalimat yang baik dan komunikatif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. tidak menyimpang dari kaidah bahasa

2. logis atau dapat diterima nalar

3. jelas dan dapat menyampakan maksut atau pesan dengan tepat.

2. kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat ketidak certmatan itu dapat berupa sebagai berikut:

1. ketidak lengkpan unsur-unsurnya

2. ketidak tepatan unsur-unsurnya

3. pengunaan unsur-unsur kalimat yang berlebihan

4. pilihan kata tidak tepat

(3)

1. kalimat terlalu luas atau berbentuk majemuk kmpleks

2. kalimat yang terperinci tetai pengertiannya secara umum sudah diketahui

3. kalimat tidak logis

4. menggunakan kalimat yang efektif

kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis atau pembicara. ciri-ciri kalimat efektif meliputiu berikut:

1. kesatuan gagasan

2. kesejajaran

3. kehematan

4. penekanan

5. kelogisan

5. menggunakn kalimat yang santun

kalimat yang santun dapat diidentifikasi dari reaksi pembaca atau pendengar yang menjadi sarana kalimat tersebut.

kalimat yang santun tidak akan membangkitkan emosi bagi orang yang menjadi sasaran orang tersebut.

sasarannya antara lain dari segi berikut

1. bernada mernendahkan,meremehkan,dan mengancam

2. bernada arogan memaksa atau mengancam

3. bernada menyindir bahkan menuduh

4. tidak proposional

5. tidak pada tempatnya

dari segi bahsa ketidak santutan dapat disebabkan oleh hal sebagai berikut:

1. pemilihan kata atau kalimat yang kasar

2. kelalian mengunakan sarana-sarana penghalus

(4)

 intonasi yang lembut

 pemakaian kata- kata penghalus seperti: sebaiknya,seyogyanya,kalau boleh.

 dalam beberapa hal pengubahan kestrukturannya dapat memperhalus kalimat.

A. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah

kalimat: kaidah bahasa, nalar, ketersampaian pesan

1. Kaidah bahasa diartikan sebagai aturan/pedoman yang harus dipatuhi oleh seseorang pembicara untuk menyampaikan ide kepada lawan bicaranya

2. Penalaran kalimat adalah proses berpikir untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.

Jenis-jenis penalaran

a.Deduksi, dilakukan terhadap data (pernyataan) umum kedalam simpulan yang khusus. Penalaran deduksi dapat secara langsunh (entimen) dan tidak langsung (silogisme).

Contoh silogisme

- Premis umum: Hakim yang baik tidak menerima unag suap

- Premis khusus : Ny. Hanny hakim yang baik

- Simpulan : Ny.Hanny tidak menerima uang suap

Contoh entimen

- Ny. Hanny tidak menerima uang suap karena ia hakim yang baik

b.Induksi, dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa khusus, kemudiandirumuskan sebuah simpulan yang mencakup semua peristiwa khusus itu.

Penalaran induksi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai ciri-ciri tetentu (generalisasi) dan dengan menggunakan dua hal yang memiliki sifst sama (analogi).

Contoh generalisasi

(5)

- Jika dipanaskan, tembaga memuai

- Jika dipanaskan, emas memuai

- Jika dipanaskan, semua logam memuai

Contoh analogi

- Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin yang diciptakan oleh manusia. Tidakkah alam yang megah ini ada pula penciptannya.

B.Contoh-contoh kalimat efektif

Tidak efektif : Ayahnya mengajar Bahasa Indonesia di sekolah kami.

Efektif : Ayahnya mengajarkan Bahasa Indonesia di sekolah kami.

Ayahnya mengajari kami Bahasa Indonesia

1.Pendekatan/ Metode pembelajaran

1. Pendekatan : Individu, kelompok

2. Metode : Ceramah ,Diskusi

2. Contoh kalimat efektif, komunikatif, dan santun

3. Contoh kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat 4. Contoh kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat.

Kalimat Yang Baik, Benar, dan Santun

A. Kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat.

Ialah kalimat yang disampaikan sudah sesuai kaidah tetapi penyampaiannya tidak lugas, padat, tidak logis, dan menyulitkan komunikan untuk memahaminya.

Ketidakkomunikatifan dapat ditinjau dari:

a. Kalimatnya terlalu luas/kompleks (semakin panjang kalimat semakin susah dimengerti).

b. Kata penjelas tak efektif (kata dijelaskan dengan deret kata yang rumit padahal bentuk

aslinya lebih jelas)

contoh: Rudi membeli baju dengan kerah pendek yang biasa dipakai untuk shalat di masjid yang

umumnya berwarna putih dan berlengan panjang. Kalimat tersebut dapat diganti: Rudi membeli

baju koko.

(6)

Contoh: pemenang terbaik ke-2 diraih oleh Sujarwo. kalimat tersebut dapat diganti: pemenang

ke-2 diraih oleh Sujarwo. Kata terbaik dihilangkan karena bermakna paling baik, jadi tidak ada

terbaik kedua, terbaik itu selalu pertama.

B. Kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat

Ialah kalimat yang dapat dipahami maknanya oleh komunikan karena sudah terbiasa diucapkan/ditulis tetapi tidak memenuhi kaidah (aturan kebahasaan) kalimat yang baik/cermat.

Artinya, nyambung tapi salah.

Ketidakcermatan kalimat dapat ditinjau dari:

 Ketidaklengkapan unsur-unsurnya (tidak memenuhi syarat minimal kalimat yakni subjek –

predikat, tidak terdapat objek untuk kalimat yang disertai predikat transitif) contoh:

1. Dengan mengucap bismillah, acara ini dibuka. (tidak bersubjek/siapa yang membuka acara

tidak disebutkan).

2. Adik membaca (tidak disertai objek padahal predikat “membaca” membutuhkan objek

contoh buku/komik,dsb)

 Ketidaktepatan penempatan unsur-unsurnya (menjadikan kalimat bermakna rancu, dan

janggal).

Contoh: Pada malam itu, membahas pelebaran jalan oleh warga RT 03. (kata membahas tidak

tepat karena kalimat tersebut bersifat pasif seharusnya dibahas,)

 Penggunaan unsur kalimat yang berlebihan (mubazir)

Ketentuan mubazir bisa dengan cara: 1. Pemakaian kata tugas semakna

contoh: Mencuri adalah merupakan perbuatan dosa Ia rajin belajar agar supaya naik kelas

2. Pengulangan bentuk jamak

contoh: Para hadirin dimohon berdiri (hadirin sudah bermakna jamak) Beberapa negara-negara hadir pada KTT XV (negara-negara sudah

bermakna jamak.

3. Pleonasme/deret kata semakna

contoh: ia naik ke atas bukit Surowiti, Adik masuk ke dalam rumah

 Pilihan kata tidak tepat Contoh: Jalan akbar itu menghubungkan Gresik dengan

Lamongan (kata “akbar” tidak tepat seharusnya “raya” biarpun bersinonim

 Penggunaan kata tugas yang salah

Kata tugas (pada, di, ke, dari, daripada, kepada) harus sesuai kegunaannya.

Kesalahan yang sering terjadi: kata tugas “pada” untuk menyebut tempat/orang contoh: Pada bukit itu ditemukan Candi, Ia memberi uang pada pengemis. Kata tugas “daripada” untuk makna ‘asal’ contoh: Benda itu terbuat daripada karet.

C. Kalimat yang cermat dan komunikatif (kalimat efektif)

ialah kalimat yang memenuhi kaidah sebagai kalimat dan maknanya mudah dipahami. kalimat ini bisa juga disebut kalimat efektif. Artinya, nyambung dan benar. Syarat-syaratnya:

a. tidak menyimpang dari kaidah bahasa (Gramatikal), misal harus ada S-P, Predikat butuh objek harus disertai objek, dsb.

b. logis atau dapat diterima nalar

c. tidak mengandung unsur mubazir (efisien)

(7)

Contoh untuk jenis ini Bisa diperbandingkan dengan dua kriteria sebelumnya yakni kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat dan kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat.

1.8. Mengucapkan kalimat dengan jelas, lancar, bernalar, dan wajar

A.Konsep dan pola intonasi, tekanan, nada, irama, dan jeda

ada pula unsur lain yang fungsinya berkaitan dengan unsur suprasegmental, yaitu tekanan,

intonasi, dan jeda. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa tekanan adalah gejala yang ditimbulkan akibat adanya pengkhususan dalam pelafalan sebuah suku kata atau kata. Atau dengan kalimat

lain, diterangkan bahwa tekanan adalah bentuk tinggi rendahnya, panjang pendeknya, atau

keras lembutnya suara atau pengucapan. Biasanya kata yang mengalami tekanan tertentu adalah kata yang dipentingkan.

Ternyata ada yang menarik ketika berbicara tentang tekanan, mengapa menarik? Rupanya,

tekanan dalam bahasa Indonesia tidak mengubah makna seperti pada bahasa Batak Toba

/bóntar/ artinya putih, dan /bentár/ artinya darah. Tekanan hanya menunjukkan sesuatu kata atau

frasa yang ditonjolkan atau dipentingkan agar mendapat pemahaman secara khusus bagi pendengar. Tekanan tertentu pada sebuah kata atau frasa menguatkan maksud pembicara.

Biasanya tekanan didukung oleh ekspresi atau mimik wajah sebagai bagian dari ciri bahasa lisan. Contoh penggunaan pola tekanan:

1. Adi membeli novel di toko buku.

(yang membeli novel Adi, bukan orang lain)

2. Adi membeli novel di toko buku. (Adi membeli novel, bukan membaca)

3. Adi membeli novel di toko buku. (yang dibeli Adi novel bukan alat tulis)

4. Adi membeli novel di toko buku.

(Adi membeli novel di toko buku bukan di pasar)

Ciri suprasegmental lainnya, menurut buku Bahasa Indonesia, adalah intonasi. Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka

(1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titinada paling rendah, sedangkan angka 4 melambangkan

titinada paling tinggi.

Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya. Dalam keadaan marah seseorang sering menyatakan sesuatu dengan intonasi menaik dan meninggi, sedangkan suasana sedih cenderung berintonasi menurun. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat. Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya bersifat pernyataan, sedangkan yang diakhiri dengan intonasi menaik umumnya berupa kalimat tanya.

(8)

Mereka sudah pergi.(1)

Mereka sudah pergi?(4) Kapan?(4)

Ketika membahas tentang intonasi, itu berarti saya juga harus mengenal apa itu jeda. Menurut buku Bahasa Indonesia yang saya baca, diterangkan di sana, bahwa Jeda adalah penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan.

Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--]. Jeda juga dapat memengaruhi pengertian atau makna kalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.

Menurut pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit

Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika jedanya berubah. Misalnya,

1. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit. (yang sakit dokter Joko Susanto)

2. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit. (yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)

3. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit. (yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)

Setelah belajar tentang tekanan; intonasi; jeda di atas, tahulah saya, ternyata saya masih belum

cukup pengetahuan, maupun ilmu dalam berbahasa selama ini. Pentingnya memahami tekanan, intonasi, dan jeda ini akan nampak terlihat ketika saya mendengar berita di radio, maupun di TV (baca: te ve) lokal maupun nasional. Dan saya kira, hal ini pasti selalu menjadi prioritas utama (lebih diperhatikan) bagi media dalam hal pelaporan berita menggunakan bahasa lisan. Penting, karena pasti akan berdampak menyeluruh terhadap pendengar. Ya Rabb, tambahkanlah ilmu kepadaku dan pemahaman yang baik, sesungguhnya hamba hanya ingin belajar dari kehidupan.

B.Teknik Membaca Indah

Pengertian Membaca Indah

(9)

memahami pikiran, peran pengarang. Misalnya, ketika membaca puisi dimana pembaca memperhatikan lafal, intonasi dan ekspresinya” (Tarigan, 1979:23). Sedangkan menurut Soedarso mengatakan bahwa membaca indah adalah “Keterampilan-keterampilan pokok yang telah ditanam di sekolah dasar dan keterampilan membaca indah ini sebagai kegiatan rutin setiap hari seperti penyiar radio, pembicara televis, penyanyi dan pembaca puisi”. (2006:37).

Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa membaca indah merupakan aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun anak didik dalam upaya menangkap dan memperoleh informasi baik dengan lapal, intonasi maupun irama dalam membaca itu sendiri.

Definisi lain menjelaskan bahwa membaca indah ialah “Membmaca yang mengutamakan keindahan bahasa atau keindahan bacaan. Pengajaran membaca indah selalu teringat kepada pengajaran kesastraan (apresiasi sastra) bahan bacaan selalu diambil dari bahan-bahan kesatuan (1989:44). Dari semua pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa membaca indah adalah suatu keterampilan yang mengutamakan keindahan beridrama, menghayati serta menjiwai isi bacaan.

Membaca indah sering juga disebut membaca emosional. Dinamakan demikian, sebab selalu menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan keindahan atau estetika yang dapat menimbulkan emosi atau perasaan dari pembaca atau pendengarannya. Tijuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat memperoleh suatu keindahan yang sumbernya adalah bahasa atau keindahan yang bersumber dari unsur bacaan, unsur irama, unsur intonasi, kalimat seru, kalimat ajakan dan jenis-jenis kalimat lain secara tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan ini.

Tujuan Membaca Indah

Adapun tujuan membaca indah banyak sekali diantaranya adalah:

a. Agar siswa memiliki pengetahuan, sebagai dasar untuk keterampilan membaca puisi, ddrama dan semua yang berkaitan dengan sastra.

b. Agar siswa memiliki keterampilan membaca sehingga dapat memahami dan mengungkapkan kembali isi bacaan.

c. Agar siswa memiliki sikap gemar dan terbiasa membaca (Tarigan, 1979:23).

(10)

Manfaat Membaca Indah

Dalam membaca indah, selain mempunyai tujuan juga memiliki manfaat bagi anak didik. Adapun manfaat membaca indah adalah sebagai berikut:

a. Siswa terasa dalam pengucapan bahasa lisan (intonasi) seperti kita membaca dialog atau bercakap-cakap dalam bentuk apapun atas penggunaan bahasa yang baik.

b. Dengan pengajaran membaca indah siswa dilatih untuk menghargai sesuatu yang indah. Contohnya ketika membaca puisi.

c. Dengan membaca indah siswa lebih mudah menanggapi makna suatu bacaan.

d. Juga dapat memberikan kenikmatan estetik (keindahan) (Tarigan, 1979:23).

Jadi, dapat dipahami bahwa manfaat membaca indah adalah siswa diharapkan mampu mengucapkan bahasa secara lisan dan tulisan dengan baik serta mudah menanggapi makna suatu bacaan dan menikmatinya dengan bahasa indah yang digunakan.

Faktor kemampuan berbahasa untuk membacakan karya orang lain di depan pihak ketiga antara lain dalam bentuk:

1. Teknik pengucapan, meliputi hal-hal:

1.1 Teknik menaikkan volume dan tinggi rendah nada; 1.2 Teknik menaikkan tempo bicara;

1.3 Teknik mengurangi volume, nada, dan tempo. 2. Teknik artikulasi

3. Teknik intonasi dan pungtuasi 4. Teknik aksentuasi dan jeda

C.Contoh pengucapan kalimat yang jelas, lancar, bernalar, dan wajar

Penggunaan kalimat secara lisan dituntut kejelasan dan kelancaran. Untuk membuat kalimat menjadi jelas dan lancar, perlu dicermati cara pengucapan kalimat berdasarkan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat.

 tekanan berhubungan dengan keras lembutnya ucapan. Biasanya digunakan untuk

(11)

 intonasi berkaitan dengan naik turunnya pengucapan kalimat

 penggunaan nada dan irama berkaitan dengan panjang pendeknya pengucapan/tempo

bicara

 jeda disebut juga penghentian. Dalam tulisan jeda dapat ditulis (/) untuk koma, dan

(//)untuk titik.

1.9. Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas

kata

Menulis dengan Memanfaatkan Kategori/Kelas, Membaca, dan Pidato(Berbicara)

Menulis dengan Memanfaatkan Kategori/Kelas

Sebuah kalimat sederhana dapat diperluas dengan menambahkan keterangan pada frasa-frasa kalimat tersebut. Keterangan yang dapat ditambahkan adalah keterangan tempat, waktu, alat, dan cara.

Perhatikan contoh berikut.

a. Iwan menulis surat. (kalimat sederhana)

b. Iwan menulis surat di kamarnya. (keterangan tempat) c. Iwan menulis surat pada malam hari. (keterangan waktu)

d. Iwan menulis surat menggunakan bolpoin baru. (keterangan alat) e. Iwan menulis surat dengan hati-hati. (keterangan cara)

Dalam bahasa Indonesia, keterangan tempat selalu terdiri atas kata depan seperti ke, dari, dalam, ke atas, ke bawah, ke dalam, ke luar, dari atas,

dan dari bawah. Adapun keterangan cara memberikan keterangan tambahan bagaimana suatu peristiwa, kegiatan, atau keadaan itu berlangsung.

Keterangan

cara dapat diikuti dengan kata benda, tetapi dapat juga diikuti dengan kata sifat.

Keterangan waktu menunjuk lamanya suatu proses atau keadaan

berlangsung, atau keadaan sesuatu, yang penggunaannya didahului dengan numeralia. Dalam pemakaian, keempat kata keterangan itu dapat

dikombinasikan,

misalnya, keterangan tempat dan keterangan waktu, atau dapat

juga keterangan cara dipadukan dengan keterangan tempat dan keterangan waktu.

Langkah-langkah Membaca Cepat dengan Teknik Skimming dan Scanning

(12)

teknik skimming adalah sebagai berikut.

a. Siapkan wacana atau buku yang hendak dibaca.

b. Siapkan dua kertas kosong, satu untuk mencatat ide pokok, satu lagi untuk

mencatat apabila ada hal-hal yang mengganggu konsentrasi, seperti ada janji atau kegiatan yang lain.

c. Mulailah membaca dalam hati.

d. Urutkan catatan pada kertas pertama dan sisihkan catatan pada kertas kedua.

e. Mulailah untuk menyimpulkan.

f. Lakukan berulang-ulang sampai mendapatkan hasil maksimal.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membaca cepat dengan teknik scanning adalah sebagai berikut.

a. Siapkan wacana atau buku yang hendak dibaca.

b. Siapkan kebutuhan/pokok informasi yang diinginkan dari buku atau wacana

yang dibaca.

c. Carilah informasi yang dibutuhkan saja.

d. Catat informasi yang dibutuhkan dalam selembar kertas kosong. e. Teliti kembali catatan yang telah dibuat.

f. Tampilkan kembali informasi yang telah ditulis dengan bahasa sendiri. g. Lakukan terus menerus untuk mendapatkan hasil optimal.

3. Tujuan dan Manfaat Membaca Cepat Tujuan utama membaca cepat adalah

a. memeroleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat; b. menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;

c. menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. Adapun manfaat membaca cepat adalah sebagai berikut.

a. Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan efektif.

b. Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau bacaan.

c. Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memerhatikan atau membaca bagian yang tidak diperlukan.

Melafalkan Kata dengan Artikulasi yang Tepat dalam Pidato

(13)

baik apabila bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan, orang yang berbicara, serta tempat itu digunakan.

Tentu tidak menyenangkan apabila seseorang

dalam berpidato tidak menggunakan kalimat-kalimat yang jelas. Maksudnya adalah pengucapan lafalnya tidak jelas, sehingga informasi yang disampaikan tidak mudah dipahami.

Penyampaian informasi dalam pidato akan

terganggu apabila seseorang dalam mengucapkan kata atau kalimat tidak jelas secara artikulasi. Oleh karena itu, artikulasi memegang

peranan penting dan utama dalam pidato.

Berpidato membutuhkan kepiawaian dalam menyusun kosa kata yang tepat berdasarkan tempat, pendengar, dan tujuan dari pidato tersebut.

Berdasarkan

tujuannya, pidato dibedakan menjadi: 1. pidato yang bertujuan mendorong, 2. pidato yang bertujuan meyakinkan, 3. pidato yang bertujuan untuk bertindak,

4. pidato yang bertujuan memberitahukan atau mengabarkan, dan 5. pidato yang bertujuan menyenangkan atau hiburan.

Pidato dengan tujuan apa pun, dapat disampaikan secara lugas maupun dengan

ungkapan yang mengiaskan maksud-maksud tertentu. Jenis-jenis metode pidato

adalah sebagai berikut.

1. Metode impromptu (serta merta)

Pembicara berpidato secara spontanitas, mendadak, dan serta merta dengan penyampaian secara improvisasi.

2. Metode menghafal

Pembicara membuat semacam teks dan terus dihafalkan selama pidato. 3. Metode naskah

Pembicara selalu membawa dan menggunakan naskah atau teks selama berpidato.

4. Metode ekstemporan

Merupakan jalan tengah antara metode menghafal dan naskah. Uraian yang akan disampaikan dipersiapkan dalam bentuk kerangka/catatan. Kerangka itulah yang dikembangkan selama pidato berlangsung.

(14)

TUJUANAgar kita memahami kelas kata dan macam-macam frasa serta dapat memanfaatkan kelas kata dalam membuat kalimat rincian sehingga kalimat tetap efektif.

PENGERTIAN

Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat.

Kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologi, yaitu afiksasi

(pengimbuhan), reduplikasi ( pengulangan), dan komposisi (Penggabungan ) Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan / jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan

KELAS KATA TERBAGI MENJADI 5 KELOMPOK: 1. Kata kerja ( verba )

2. Kata sifat ( adjektiva )

3. Kata keterangan ( adverbia )

4. Kata benda (nomina),kata ganti(pronomina) kata bilangan (numeralia).

5. Kelompok kata tugas ialah : a. Kata Sandang ( artikel ) b. Kata Depan ( preposisi ) c. Kata Hubung ( konjungsi ) d. Partikel

e. Kata Seru ( interjeksi )

PENJELASAN:

1.KATA KERJA

•Kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan perbuatan / tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat.

•Ciri-ciri kata kerja (verba)

1. verba berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. 2. Dapat diberi aspek waktu,seperti akan, sedang dan telah.

3. Dapat diingkari dengan kata tidak

4. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat

2.

KATA SIFAT

•Kata sifat / adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/benda

•Fungsi adjektiva:

(15)

3

.

KATA KETERANGAN

•Kata keterangan / adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva,nomina predikatif atau kalimat

•Macam-macam adverbia :

a. Adverbia dasar bebas, misalnya : alangkah, agak, amat, niat, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.

b. adverbia turunan terbagi atas :

1. adverbia reduplikasi misalnya : agak-agak, lagi-lagi lebih-lebih, paling-paling.

2. Adverbia gabungan misalnya : belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.

3. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas misalnya : terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.

4

.KATA BENDA, KATA GANTI, KATA BILANGAN

A. KATA BENDA (NOMINA)

•Kata benda/nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak)

Ciri-ciri kata benda:

1.Berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.

2.Dapat diingkari dengan kata bukan.

contoh: bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan

3.Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS.

contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting

B.KATA GANTI

Kata ganti/pronomina adalah kata yang dipakai untuk

Mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk menggantikan kata benda atau nomina.

Macam-macam pronomina.

Ada 3 macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yaitu : (1) pronomina persona .

(16)

Kata bilangan / numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyak orang, binatang, dan benda

Macam-macam numeralia :

a. Numeralia utama (kardinal) terdiri atas :

- Bilangan penuh misalnya : satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.

- Bilangan pecahan misalnya : sepertiga, duapertiga, lima perenam.

- Bilangan gugus misalnya : lusin, gros, kodi, atau ton.

5.

KATA TUGAS

•Kata tugas terdiri atas :

•A. Kata Sandang ( artikel)

Kata sandang / artikel adalah kata yang mendampingi kata benda / yang membatasi makna jumlah orang / benda. Macam-macam artikel :

a. Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.

b. Artikula/ artikel bermakna jamak, misalnya :para petani, para guru, para ilmuwan.

c. Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.

d. Artikula/artikel khusus, misalnya : Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar kehormatan), Hang Tuah, dan Dang Halimah

(panggilan pria dan wanita dalam sastra lama ).

(17)

C.Contoh penggunaan kata berdasarkan kelas kata

1. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.

(1) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat. Contoh:

pergi (Pergi dengan gembira.) tidur (Tidur dengan nyenyak.) jalan (Jalan dengan santai.)

(2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah. Contoh:

(akan) mandi (sedang) tidur (telah) pergi

(3) Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh:

(tidak) makan (tidak) lihat (tidak) pulang

(4) Berawalan me- dan ber-Contoh:

Melatih, melihat , merakit , berdiskusi , berpikir , berusaha . 2. Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.

(18)

(1) Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali.

Contoh:

indah (sangat indah/indah sekali) baik (sangat baik/baik sekali) tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali) (2) Dapat diberi awalan se- dan ter-. Contoh:

luas (seluas/terluas) bodoh (sebodoh/terbodoh) mudah (semudah/termudah) buruk (seburuk/terburuk) baik (sebaik/terbaik)

(3) Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh:

murah (tidak murah) sulit (tidak sulit) pahit (tidak pahit)

3. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.

Berikut adalah macam-macam adverbia.

(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.

(2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.

(a) Adverbia reduplikasi, misalnya; lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.

(19)

(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.

4. Kata benda (Nomina)

Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep, ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi persyaratan berikut.

(1) Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat. Contoh:

Mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)

Pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat indah)

Pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah) (2) Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.

Contoh: permainan pertunjukan kesehatan

(3) Dapat diingkari dengan kata bukan. Contoh :

Saya (bukan saya) Roti (bukan roti) Gubuk (bukan gubuk) 5. Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina. Contoh:

(20)

Kami sangat berharap kepada kalian. Dia telah meninggalkan kita.

Itu memang miliknya.

6. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.

Contoh:

Ibu membeli gelas selusin.

Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya. Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.

Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan. 7. Kata Tugas

Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan, (2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.

(1) Kata Depan (Preposisi)

Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.

Contoh:

di (sebelah) utara = menunjuk arah ke timur = menunjuk arah dari pasar = menunjuk tempat pada hari senin = menunjuk waktu (2) Kata Sambung (Konjungsi)

Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.

Contoh :

(21)

tidak makan, tetapi minum ia tidak naik kelas karena bodoh

Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya. (3) Kata Sandang (Artikula)

Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Contoh:

sang guru (sang bermakna tunggal) para pemimpin (para bermakna jamak) si cantik (si bermakna netral) (4) Kata Seru (Interjeksi)

Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.

Contoh:

Aduh, kakiku sakit sekali.

Astaga, mengapa kamu berani mencuri ? Ayo, jangan putus asa.

“Wah, mahal sekali!” kata adik.

Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.

(5) Partikel

Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita).

Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan –pun

Kita baru saja mempelajari kelas kata beserta ciri-cirinya. Dalam suatu wacana, tentu terdapat berbagai kata, frasa, dan kalimat. Kita dapat merinci setiap kata berdasarkan kelas katanya.

A. KELAS KATA DAN CIRI-CIRINYA

(22)

a. Kata Benda

a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair. b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan. c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.

d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran. e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan. f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.

g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang bagus), pemuda (yang sangat rajin).

Kata Kerja

a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya: – Pergi (dengan adik)

– Berjalan (dengan gembira) – Menulis ( dengan musuh)

b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll. c. Kata kerja berimbuhan sesperti:

- awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat. - awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda - awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat - awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat

(23)

3.Ciri-Ciri Kata Ganti

1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara): - saya

- Aku ku - Kami - Kita

Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’ (saya = adik) 2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)

- Kamu - Engkau - Anda - Kalian

Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya sekelas. Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)

- Ia

Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia = Hasan)

4. Ciri-Ciri Kata Sifat

1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :

- indah ( indah sekali, seindah-indahnya) - Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)

2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang sifatnya, misalnya besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan indah.

3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau berada dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.

4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka kata benda. Misalnya merah delima, manis jambu.

5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat, seperti : anak itu nakal, adikku gemuk sekali

5. Ciri-Ciri Kata Sapaan.

Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.

(24)

Pak (Bentuk utuh Bapak) Yah (Bentuk utuh Ayah)

6. Ciri-Ciri Kata Penunjuk

1. Ini : digunakan untuk menunjuk kata benda yang letaknya relatif dekat dengan si pembicara 2. Itu : digunakan untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh, contoh : Itu si Unyil, mobil itu di jual.

7. Ciri-Ciri Kata Bilangan

Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan. Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.

Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.

Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain. Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.

8. Ciri-Ciri Kata Penyangkal

Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah: - Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu. - Tiada, didaerah itu tiada air

- Bukan, ini bukan mangga.

- Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.

9. Ciri-Ciri Kata Depan

Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:

1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara. 2. Arah asal : dari

3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap. 4. Pelaku : oleh

5. Alat : dengan dan berkat. 6. Perbandingan : daripada

7. Hal/ masal : tentang, mengenai. 8. Akibat : hingga, sampai

9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi. 10. Demi dan menurut.

10. Ciri-Ciri Kata Penghubung

Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat.

Contoh:

1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan, selanjutnya, adalah dan lain-lain.

(25)

11. Ciri-Ciri Kata Keterangan

Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak menerangkan keadaan/ sifat.

1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.

2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya. 3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali, jarang.

12 . Ciri-Ciri Kata Tanya

Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila, bilamana.

13. Ciri-Ciri Kata Seru

Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena kaget, terharu, marah, kagum, sedih dan lain-lain.

Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan hah. - Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya ampun. - Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.

14. Ciri-Ciri Kata Sandang

Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama diri, kata perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.

Contoh: Itu Si Hasan

Sang kancil telah sampai duluan.

15. Ciri-Ciri Kata Partikel

Kata yang digunakan untuk penegasan 1. – kah (menegaskan). Contoh: Apakah isi lemari ini

Cukupkah uang itu

2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh: Apatah dayaku menghadapi cobaan

3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh: Keluarkanlah buku tulismu.

4. pun (penegasan). Contoh: saya tak tahu, dia pun tidak tahu.

5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh: Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.

Gaji PNS naik per

KATEGORI MORFOLOGI KELAS KATA DALAM BAHASA INDONESIA

(26)

terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi. Derivasi adalah prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya berbeda-beda, tetapi leksemnya tetap seperti pada kata pangkalnya.

Kategori Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:

1. Kelas Nomina

Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi nomina itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu (1) mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2) mempunyai potensi didahului oleh kata di, ke, dari, pada.

Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni nomina yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni nomina yang terbentuk dari verba. a. Nomina Murni

Nomina murni terdiri dari nomina dasar (monomorfemis) dan nomina turunan (polimorfemis). Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut nomina denominal.

Ø Nomina Dasar

Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:

Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring, plastik, rejeki, salak, logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung, kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis, gelas, gambar, buah, ujung, uang, tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong, bulan, mata,

Ø Nomina Denominal

Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori morfologis. Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar, yakni:

Ø Kategori D-an.’

Kategori ini menyatakan makna ‘daerah/wilayah/komplek/kurnpulan sesuatu yang tersebut pada pangkal pembentukan’. Contoh: pakaian,

Ø Kategori D-an”

Kategori ini menyatakan makna ‘hasil’. Contoh: ikatan, sebutan Ø Kategori se-D

Kategori ini menyatakan makna ’satu”. Contoh: sebatangkara Ø Kategori D-D1-an

Kategori ini menyatakan makna ’seperti’. Contoh: orang-orangan Ø Kategori per-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh: perhatian Ø Kategori ke-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh:kesempatan Ø Kategori pcng-D-an

Kategori ini menyatakan makna ‘proses’. Contoh: pengalaman

b. Nomina Transposisi

(27)

2. Kelas Verba

Untuk menentukan suatu kata termasuk verba, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori pembangun kerangka sisteni morfologi verba itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu mempunya; potensi berkomhinasi dengan kata: tidak, sudah, sedang, akan, baru, telah, belum, mau, hendak,

Kelas verba yang ditemukan pada data terdiri dari (1) verba murni, yakni verba yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) verba denominal, yakni verba yang terbentuk dari nomina, (3) verba deadjektival, yakni verba yang terbentuk dan adjektiva, (4) verba denuineral, yakni verba yang terbentuk dari numeralia, dan (5) verba depronominal, yakni verba yang terbentuk dari pronomina.

a. Verba Murni

Verba murni terdiri dari verba dasar (monomorfemis) dan verba tur. (polimorfemis). Verba turunan yang terbentuk dan kata-kata verba disebut verba diverbal.

Ø Verba Dasar

Verba murni, berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada yaitu: ada, bangkit, pergi, puasa, pulang, balik, makan, mampir, datang, ucap, ubah, turun, tinggal, terima, singgah ,aman , Ø Verba Deverbal

Verba deverbal yang ditemukan pada data, terdiri dari beberapa kategori morfologis, yaitu: 1) Kategori di-D

Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan disengaja berfokus sasaran”. Contoh: diangkat, à verba 1

2) Kategori ter-D”

Kategori ini menyatakan makna “dapat di’. Contoh: tersenyum à verb 1

3) Kategori meng-D

Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.

Contoh: menyeret, menempel, menukar, mengangguk,memakai, menuju, meniru, mengangkat, memakai à verba 1

4) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini menyatakan makna ‘lokatif. Contoh: menyikapi, mempunyai à verba 5) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini menyatakan makna ‘benefaktif/direktif Contoh: meneruskan, menyilakan, menyebabkan à verba 1 6) Kategori ber-D-an

Kategori ini menyatakan makna ‘malakukan perbuatan berlangsung lama, bisa sendiri atau dengan orang lain’.

Contoh: berpandangan à verba 2 7) Kategori ber-D

Kategoii ini menyatakan makna ‘tindakan bcrlangsung lama’. Contoh: berakhir, berada, berteduh à verba 2,

Kategori meng-D

Kategori ini menyatakan makna ‘proses/keadaan’. Contoh: melompatà verba 2

(28)

Verba Denominal

Verba denominal yang ditemukan pada data meliputi enam kategori morfologis,yaitu. 1) Kategori meng-D

Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D melalui derivasi zero sehingga terbentuk verba kategori D yang menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.

Contoh: menutup, meningkat à verba I 2) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini berasal dari nomina kategon D kemudian dMenvasikan verba kategori D-i yang maknanya ‘lokatif. Contoh. menangani à verba 2

3) Kategori di-(D-i)

Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudiun diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang mempunyai makna ‘kausatif.

Contoh: ditandatangani à verba 2 4) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan yang menyataD-kan makna ‘kausatif.

Contoh: rnerupakan à verba 2 5). Kategori di-(D-kan)

Kategori berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: disebutkan, dimanfaatkan, disimpulkan, dilaksanakan, dilakukan à verba 2 6) Kategori ber-D

Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D dan menyatakan makna ‘tindakan berlangsung lama’.

Contoh: bertekad àverba 2 Ø Verba Deadjektival

Verba deadjektival yang ditemukan pada data, meliputi dim macam kategori morfologis, yaitu: 1) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: menjiwai, menghargai, menanggapi à verba 2 2) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemuadian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan, yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: melaksanakan menyenangkan, melanjutkan à verba 2 Ø Verba Demimeral

Dari data hanya ditemukan salu kalegori morfologis verba denumeral, yaitu kategori meng-D, yang diderivasikan dari numeralia bentuk dasar yang menyatakan makna ‘proses/keadaan’. Contoh: menyeluruh -» verba 2

Ø Verba Depronominal

Dari data hanya ditemukan satu kategori morfologis verba depronominal, yaitu kategori meng-(D-i), yang berasal dari pronomina bentuk dasar kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘repetitif. Contoh: mengakui —>• verba 1

(29)

Untuk menentukan suatu kata termasuk adjektiva, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adjektiva itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu mempunyai potensi berkombinasi dengan kata: sangat, agak, paling, amat, sekali,

Kelas adjektiva yang ditemukan pada data hanya satu kategori morfologis, yaitu berupa adjektiva bentuk dasar yang terdiri dari:

Contoh: apes, aman, akrab, takut, basah, banyak, baik, bodoh, cukup, kerdil, salam, suka, sudah, tersinggung, berwibawa, terlalu, spona, serius, sering, cantik, tenang,

4. Kelas Numeralia

Untuk menentukan suatu kata lermasuk numeralia, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologis numeralia itu ditandai oleh valensi: sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung dengan nomina.

Kelas numeralia yang ditemukan pada data hanya ada satu macam yaitu nrmeralia murni. Adapun yang dimaksud numeralia murni adalah numeralia yang tidak berasal dari kelas kata lain. Numeralia murni ini terdiri dari numeralia dasar

monomorfemis) dan numeralia tunman (polimortemis). Numeralia turunan yang terbentuk dari kata-kata numeralia disebut niimeralia denumeral.

a. Numeralia Dasar

Numeralia murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada dua macam, yaitu: Contoh: sebuah, sederet, dua, tujuh, sembilan, setiap, seorang,

b. Numeralia Denumeral

Numeralia denumeral tidak ditemuka pada data kartu kata,

5. Kelas Adverbia

Untuk menentukan suatu kata termasuk adverbia, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adverbia itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung dengan verba.

Kelas adverbia yang ditemukan pada data hanya ada satu kategori morfologis, yaitu berupa adverbia bentuk dasar yang terdiri dari:

Contoh: tak, telah, akan, baru, sudah, sedang, saja, juga,

6. Kelas Pronomina

Pronomina yang ditemukan pada data meliputi tiga macam, yaitu: a. Pronomina persona:

Contoh aku, suya,, anda, mereka. b. Pronomina penunjuk:

Contoh: itu, adalah c. Pronomina penanya: Contoh: bila, kapan.

7. KataTugas

Dari data yang ada ditemukan kata tugas yang meliputi: 1. Preposisi:

(30)

Konjungsi:

Contoh: lalu, serta, yang, bahkan, sebelum, kulau, karena, tetapi, muku, ketika. kemudian, scakan-akan.

1.10.Membuat berbagai teks tertulis dalam

konteks bermasyarakat dengan memilih kata,

bentuk kata, dan ungkapan yang tepat

Diksi

 Pengertian Diksi

Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti “pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dai itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.

 Kriteria Diksi

Ciri – Ciri Diksi

menggunakan lafal, tekanan, intonasi yang sesuai menentukan pilihan kata (diksi), bentuk kata dan ungkapan yang tepat dalam kalimat

KALIMAT EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:

1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif 1.Kesepadanan

(31)

objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.

Contoh:

Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).

Tidak Menjamakkan Subjek Contoh:

Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)

Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).

Contoh:

Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif). Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

3.Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:

a. Menghilangkan pengulangan subjek.

b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)

Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)

Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)

Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4.Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh:

Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)

(32)

5.Kesatuan atau Kepaduan

Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara

predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah

terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)

Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)

Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)

Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6.Keparalelan atau Kesajajaran

Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)

Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)

Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

7.Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh:

Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

(33)

b. Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh:

Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:

Anak itu bodoh, tetapi pintar.

 macam-macam diksi

1. Berdasarkan makna

a. Makna Denotatif

Makna denotasi menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotasi

berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi, pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.

Contoh: Bunga melati

b. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya dari sebuah kata. Contoh: Bunga Bank

2. Berdasarkan leksikal

a. Sinonimi

Sinonimi adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh:

• sayang bersinonim kasih

b. Antonimi

Antonimi adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan. Contoh:

• Bagus berantonim dengan jelek.

c. Homonimi adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan. Contoh :

(34)

2.1 Pengertian Penyajian Lisan

Penyajian Lisan adalahPenyampaian secara lisan atau kemampuan berbicara serta

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Pendengaran menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan

persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.

Tujuan utama penyajian lisan adalah untuk berkomunikasi tentu tidak terlepas dari kemampuan seseorang dalam menyampaikn dengan lisan. Dalam hal ini sangat di perlukan adanya kemampuan dan penguasaan dalam tekhnik-tekhnik penyajian lisan.

2.2 Jenis dan Bentuk Penyajian Lisan

Jenis Penyajian lisan sebagai berikut: 1. Pidato

2. Diskusi

3. Ceramah

4. Dialog

5. Rapat

Beberapa contoh teks tertulis yang berkaitan dengan

kemasyarakatan

(naskah pidato, ceramah, dan sebagainya

Presentasi

A. PIDATO

Pidato adalah penyajian lisan kepada sekelompok masa. Seorang bicara secara langsung di atas podium atau mimbar dan isi pembicaraannya diarahkan pada orang banyak.

Berpidato memerlukan sejumlah kemahiran dasar, yakni: a. Mampu mengungkapkan pikiran secara lisan dengan lancar,

b. Menguasai bahasa secara baik dan benar,

c. Keberanian tampil di depan umum.

2. Ciri-ciri berpidato

Pidato yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Mengandung tujuan yang jelas

b. Isi pidato mengandung kebenaran

(35)

3. Metode Berpidato

Menurut metode penyampaiannya, pidato terbagi ke dalam empat jenis. a. Metode Impromtu

Pidato Impromtu disebut juga dengan metode pidato spontan atau pidato serta-merta. Pidato impromtu disampaikan dengan tanpa persiapan. Pembicara secara langsung berbicara berdasarkan kemampuan seadanya.

b. Metode Membaca Naskah

Pidato tersebut sering pula disebut pidato manuskrip. Pidato ini umumnya dilakukan oleh pejabat negara. Pidato membacakan naskah dilakukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.

c. Metode Menghafal

Metode menghafal disebut juga memoriter. Metode ini dilakukan dengan penuh persiapan. Naskah yang akan dipidatokan dipersiapkan lebih dahulu kemudian dihafalkan kata demi kata. d. Metode Ekstemporan

Metode Ekstemporan dilakukan dengan cara menuliskan pokok-pokok pikiran (outline) yang

akan dipidatokan. Juru pidato kemudian menyampaikan masalah yang telah disampaikan itu dengan kata-katanya sendiri. Ia menggunakan catatan itu untuk mengingatkannya tentang urutan dan ide-ide penting yang hendak disampaikannya.

1. Langkah-langkah Berpidato

Langkah-langkah berpidato adalah sebagai berikut: a. Menentukan topik dan tujuan pidato

b. Mengumpulkan bahan koran atau buku yang menyajikan masalah yang berhubungan dengan

materi yang akan dipidatokan c. Mensortir materi

1) pilihlah materi yang terbaik

2) pisahkan materi yang pokok dengan materi penunjang d. Pemahaman dan penghayatan materi

1) mengkaji materi secara kritis

2) meninjau kelayakan materi dengan khalayak (audien)

3) meninjau materi yang kemungkinan menimbulkan pro dan kontra 4) menyusun sistematika materi

(36)

1) Menguasai secara utuh materi yang sudah dipersiapkan 2) Penghayatan terhadap suasana dan audien yang akan dihadapi

B. DISKUSI

Pengertian umum diskusi adalah membicarakan suatu masalah oleh para peserta diskusi dengan tujuan untuk menemukan pemecahan yang paling baik berdasarkan berbagai masukan.

Kata diskusi berasal dari bahas Latin discutio atau discusum yang berarti bertukar pikiran.

Dalam bahasa Inggris digunakan kata discussion yang berarti perundingan atau pembicaraan.

Dari segi istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu masalah untuk memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan keluarnya. Diskusi ini dapat dilakukan oleh dua-tiga orang, puluhan, dan bahkan ratusan orang.

Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul perdebatan. Debat ialah adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pemikiran/paham seseorang.

Diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran umum adalah suatu cara pembelajaran di mana peserta didik (mahasiswa) mendiskusikan (membicarakan, mencari jawaban bersama) dengan cara saling memberikan pendapatnya, kemudian disaring untuk ditemukan kesimpulan. Tentu saja persyaratan terjadinya pembelajaran dengan diskusi adalah bahwa bahasa benar-benar sudah sangat dikuasai oleh mahasiswa. Dosen tidak lagi memberikan perhatian pada bahasa, melainkan pada isi atau materi diskusi.

1. Macam macam diskusi  Seminar

Pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai suatu hal.

 Sarasehan/Simposium

Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat prasaran para ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.

 Lokakarya/Sanggar Kerja

Pertemuan yang membahas suatu karya.

 Santiaji

Pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat menjalang pelaksanaan kegiatan.

 Muktamar

(37)

 Konferensi

Pertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.

 Diskusi Panel

Diskusi yang dilangsungkan oleh panelis dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.

 Diskusi Kelompok

Penyelesaian masalah dengan melibat kan kelompok-kelompok kecil.

Pengertian Diskusi Panel

 Diskusi panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang di

hadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkannya.

 Diskusi Panel adalah sekelompok individu yang membahas topik tentang kelebihan pada

masyarakat atau pendengar diskusi.

 Panel mungkin sangat terstruktur atau mungkin saja sangat tidak formal. Suatu panel yang

berstruktur mungkin membatasi panjang dan keleluasaan dalam menuturkan kata-kata (sampai pendapat), panel yang tidak formal mungkin menekankan interaksi spontan yang bebas, para peneliti diharapkan terlebih dahulu memberikan pidato tanpa text dan memiliki

pengetahuan/keahlian sebagai dasar komentar mereka. Keanggotaan panel biasanya terdiri atas para ahli, orang-orang awam yang tertarik atau gabungan keduanya, tergantung pada topik yang dibahas. Satu kriteria penting diskusi panel yang baik adalah adanya interaksi antar para peserta diskusi panel.

Kelebihan-kelebihan dari Diskusi Panel

 Memberikan kesempatan kepada pendengar untuk mengikuti berbagai pandangan sekaligus.  Biasanya dalam diskusi panel timbul pro dan kontra pandangan, semakin sengit pro dan kontra,

maka diskusi akan semakin menarik untuk diikuti.

 Dalam diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi akan berhati-hati dalam mengajukan

pandangan atau mengemukakan pendapat, karena menyadari akan dapat langsung digugat atau dibantah.

 Peserta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih dalam hal yang didiskusikan

dapat menyampaikan pandangan.

Kekurangan-kekurangan dari Diskusi Panel

 Diskusi panel menjadi tidak menarik apabila semua peserta waswas untuk menyampaikan

pandangan secara terus terang dan semua peserta merasa sungkan untuk berbeda pandangan.

 Suasana dalam diskusi panel akan menjadi pincang atau tidak seimbang apabila ada peserta yang

jauh lebih tangkas dalam menyampaikan daripada yang lainnya.

 Ada kalanya moderator terpaksa harus berusaha membuat kesimpulannya sendiri dan

(38)

 Harus memilih moderator yang berani dan mampu turun tangan untuk menyelamatkan diskusi

agar jangan sampai pincang atau berat sebelah.

 Ada kemungkinan terjadinya “pencemaran nama baik” dalam diskusi panel. Tugas-tugas Para Pelaku dalam Diskusi Panel

Tugas-tugas Peserta:

 mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai dengan akhir dan terbagi menjadi tim affirmatif dan

oposisi yang termasuk panelis,

 mengajukan usul, pendapat, maupun komentar,

 meminta panelis untuk memberikan pembuktian contoh maupun perbandingan.

Tugas-tugas Notula/penulis:

 menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi  diperbolehkan untuk menyanggah

 diperbolehkan untuk menyetujui ataupun tidak menyetujui  membuat makalah tentang permasalahan yang di diskusikan

Tugas-tugas Penyaji/panelis:

 menyajikan materi diskusi

 berperan sebagai pembicara dalam diskusi  mengutarakan makalah yang disampaikan

 menjawab pertanyaan dari peserta dan penyanggah

Tugas-tugas Moderator:

 membuka diskusi

 membacakan riwayat kehidupan panelis  mempersilakan panelis untuk berbicara  mengatur dan memimpin jalannya diskusi  membacakan kesimpulan diskusi

Tugas-tugas Penyanggah:

(39)

 melakukan pembuktian dan menentukan nilai banding  menyanggah hal-hal yang dianggap penting

C. CERAMAH

Ceramah merupakan kelompok berbicara satu arah pembicara menyampaikan gagasannya kepada pihak lain dan tidak memerlukan reaksi sesaat dalam bentuk bicara yang berupa tanggapan atau respon.

Ceramah dapat dikategorikan sebagai metode komunikasi lisan yang paling tua. Meskipun demikian, hingga saat ini masih sering dipakai, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam kegiatan komunikasi sosial lainnya.

KelebihanCeramah

Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan.

1. Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan. Murah dalam arti

proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit. 2. Ceramah dapat menyajikan materi/ informasi yang luas. Artinya, materi yang disampaikan

banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh penceramah dalam waktu yang singkat.

3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, penceramah

dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

4. Melalui ceramah, penceramah dapat kontrol penuh atas para pendengar termasuk

mempengaruhinya.

Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

1. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.

2. Penceramah yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap

sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik pendengar yang ada di dalam sebuah ruangan, namun secara mental pendengar sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran karena pikirannya melayang ke mana-mana, sehingga pendengar mengantuk, di sebabkan gaya bertutur penceramah yang tidak menarik.

3. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh penceramah sudah mengerti apa

(40)

tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin pendengar seluruhnya sudah paham.

D. DIALOG

Pengertian Dialog secara etimologi terdiri dari dua kata yang berasl dari bahasa Yunani

(dia) yang artinya jalan, batu, cara dan (logos) yang berarti kata, sehingga dialog dapat diartikan

sebagai bagimana cara manusia dalam mengunakan sebuah kata.

Dialog bukan diskusi. Bahkan, dialog berlawanan dengan diskusi yang punya kecenderungan menuju sebuah goal tertentu, mencapai sebuah persetujuan, memecahkan persoalan atau memenangkan opini seseorang. Dialog bukan sebuah teknik untuk memecahkan persoalan atau sarana resolusi konflik.

Dialog juga dapat diartikan sebagi sebuah percakapan timbal balik antara dua orang atau lebih. Dialog sebenarnya menyatakan proses berpikir dan perubahan cara berpikir menjadi proses berpikir yang kolektif. Pada proses dialog saat orang lain berkata sesuatu, pihak lain mendengarkan dan memberikan respon yang menyatakan bahwa ia sependapat dengan orang yang sebelumnya.

Macam-Macam Dialog

1. Drama

2. Teater

3. Opera

Pengertian

1.Drama

Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak.

Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama. Dalam bahasa Belanda, drama

adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.

Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.Berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media misalnya: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.

2. Teater

Referensi

Dokumen terkait

Ilustrasi kecepatan rata-rata seorang siswa yang mengendarai motor dari rumah ke sekolah yang berjarak 10 km dalam waktu 15 menit tersebut diperlihatkan pada grafik

Analisis sidik ragam Tinggi tanaman menunjukkan pupuk Kalium dan kompos tandan kosong kelapa sawit, serta interaksi pupuk Kalium dan kompos tandan kosong kelapa sawit

Jenis Penelitian : Dosen Yunior Anggota Pusat Studi Tahun : 2010 Sumber Dana : DIPA UNY Status Proposal :

Penelitian ini dapat membantu para ibu hamil, bersalin dan melahirkan untuk dapat memperhatikan konsumsi dan asupan gizi yang seimbang terhadap kesehatan ibu sehingga

Campuran dari kedua molekul ini memiliki 15 ikatan sisi yang tidak jenuh yang bersifat letal terhadap Tribolium castaneum yang berada pada dedak padi tersebut

Setiap warga indonesia memiliki hak atas kesejahteraan hidup.apabila kesejahteraan hidup disalahgunakan dan tidak tepat sasaran pada yang berhak,kehidupan masyarakat

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusumawardhani dan Nugroho (2010) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap earnings

Barang Bahan M entah KdPenjualan KdPelanggan NamaPembeli NamaSupir NoPlat KdBM Jumlah Tipe KdBarang NamaBarang Spesifikasi KdBM NamaBM UkuranBM HargaBM SatuanBM