• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016."

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

Mikaela Yuliani. 2016. Implementasi Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Materi Balok yang Mengakomodasi Teori Van Hiele di Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengimplementasikan perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan implementasi perangkat pembelajaran PPR, mendeskripsikan hasil implementasi yang meliputi 3C (Competence, Conscience, Compassion), dan mendeskripsikan respon siswa.

Penelitian ini menggunakan perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan oleh peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang digunakan meliputi: silabus, RPP, LKS, bahan ajar, THB, dan penilaian sikap. Selain itu peneliti juga menggunakan instrumen penelitian yang berupa panduan wawancara, lembar observasi dan kuesioner respon siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan pembelajaran PPR sebesar 90,47%, hal ini menunjukkan bahwa implementasi perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele sudah terlaksana dengan baik.(2) Hasil ulangan menunjukkan 58,82% siswa tuntas KKM, selain itu nilai ulangan juga dikelompokkan sesuai kriteria nilai tes siswa yakni 52,94% siswa mendapat kriteria baik sekali, 17,65% siswa mendapat kriteria baik, 8,82% siswa mendapat kriteria cukup, 14,71% mendapat kriteria kurang, dan 5,88% siswa mendapat kriteria gagal. Hasil pengamatan pada aspek conscience menunjukkan bahwa 49,335% siswa memiliki kepercayaan diri yang cukup baik, 44,7% siswa menunjukkan tanggung jawab yang baik, 71,705% siswa memiliki ketelitian yang baik, dan 50,805% siswa menunjukkan kerja sama yang baik. Hasil pengamatan pada aspek compassion menunjukkan bahwa 55,26% siswa menunjukkan sikap membantu yang baik dan 50,805% siswa menunjukkan sikap saling menghargai yang baik. (3) Hasil persentase kuesioner respon siswa kategori netral sebesar 20,58%, persentase respon siswa kategori bagus sebesar 64,71%, dan persentase respon siswa kategori sangat bagus sebesar 14,71%.

(2)

Mikaela Yuliani. 2016. The Implementation of Learning Media of Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) in Rectangular Solid Materials that Accommodate Van Hiele Theory in Grade VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research is qualitative descriptive study that implements learning media of Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) in rectangular solid materials that accommodate Van Hiele theory. The purpose of this research is to describe the implementation of PPR learning media, describe the results of the implementation which include 3C (Competence, Conscience, Compassion), and describe students’ responses.

This research uses learning media that has been tested by previous researchers. Learning media that is used include: syllabus, lesson plan, worksheet, teaching materials, THB, and attitude assessment. In addition, the researcher is also using instruments in the form of interview, observation sheet, and questionnaire of students’ responses.

The results showed that: (1) percentage of the implementation of PPR learning amounted to 90.47%, it shows that the implementation of PPR learning media in rectangular solid materials that accommodate Van Hiele theory was already performing well. (2) The results of exam showed that 58.82% students completed the KKM, besides test scores were also classified according to criteria of students’ test scores, namely 52.94% students got excellent criteria, 17.65% students got good criteria, 8.82% got fair criteria, 14.71% students got poor, and 5.88% students got fail criteria. The observation results of conscience aspect showed that 49.335% students had good confidence, 44.7% students showed good responsibility, 71.705% students had good accuracy, and 50.805% students showed good cooperation. The observation results of compassion aspect showed that 55.26% students had good attitude and 50.805% students showed good respect. (3) The percentage’s results of the questionnaire of students’ responses which include neutral category was 20.58%, the percentage students’ responses which include good category was 64.71% and the percentage of students’ responses which include excellent was 14.71%.

(3)

IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) PADA MATERI BALOK YANG MENGAKOMODASI TEORI VAN HIELE DI KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Mikaela Yuliani

NIM: 121414030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua orangtua dan keluarga tercinta

(7)

HALAMAN MOTTO

“Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira, kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah

menjadi sukacita” (Yoh 16:20)

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu”

(Luk 1:38)

“Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu,

sebab penyelamatanmu sudah dekat” (Luk 21:28)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku” (Filipi 4:13)

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Mikaela Yuliani. 2016. Implementasi Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Materi Balok yang Mengakomodasi Teori Van Hiele di Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengimplementasikan perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan implementasi perangkat pembelajaran PPR, mendeskripsikan hasil implementasi yang meliputi 3C (Competence, Conscience, Compassion), dan mendeskripsikan respon siswa.

Penelitian ini menggunakan perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan oleh peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang digunakan meliputi: silabus, RPP, LKS, bahan ajar, THB, dan penilaian sikap. Selain itu peneliti juga menggunakan instrumen penelitian yang berupa panduan wawancara, lembar observasi dan kuesioner respon siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan pembelajaran PPR sebesar 90,47%, hal ini menunjukkan bahwa implementasi perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele sudah terlaksana dengan baik.(2) Hasil ulangan menunjukkan 58,82% siswa tuntas KKM, selain itu nilai ulangan juga dikelompokkan sesuai kriteria nilai tes siswa yakni 52,94% siswa mendapat kriteria baik sekali, 17,65% siswa mendapat kriteria baik, 8,82% siswa mendapat kriteria cukup, 14,71% mendapat kriteria kurang, dan 5,88% siswa mendapat kriteria gagal. Hasil pengamatan pada aspek conscience menunjukkan bahwa 49,335% siswa memiliki kepercayaan diri yang cukup baik, 44,7% siswa menunjukkan tanggung jawab yang baik, 71,705% siswa memiliki ketelitian yang baik, dan 50,805% siswa menunjukkan kerja sama yang baik. Hasil pengamatan pada aspek compassion menunjukkan bahwa 55,26% siswa menunjukkan sikap membantu yang baik dan 50,805% siswa menunjukkan sikap saling menghargai yang baik. (3) Hasil persentase kuesioner respon siswa kategori netral sebesar 20,58%, persentase respon siswa kategori bagus sebesar 64,71%, dan persentase respon siswa kategori sangat bagus sebesar 14,71%.

(11)

ABSTRACT

Mikaela Yuliani. 2016. The Implementation of Learning Media of Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) in Rectangular Solid Materials that Accommodate Van Hiele Theory in Grade VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research is qualitative descriptive study that implements learning media of Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) in rectangular solid materials that accommodate Van Hiele theory. The purpose of this research is to describe the implementation of PPR learning media, describe the results of the implementation which include 3C (Competence, Conscience, Compassion), and describe students’ responses.

This research uses learning media that has been tested by previous researchers. Learning media that is used include: syllabus, lesson plan, worksheet, teaching materials, THB, and attitude assessment. In addition, the researcher is also using instruments in the form of interview, observation sheet, and questionnaire of students’ responses.

(12)

Key words: Learning media, Reflective Pedagogy Paradigm, rectangular solid, Van Hiele theory

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi

Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Materi Balok

yang Mengakomodasi Teori Van Hiele di Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta

dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mendukung penulis dari awal penulisan skripsi hingga

(13)

5. Bapak Th. Sugiarto Pudjohartono, M.T., selaku Dosen Pembimbing

Akademik 2012 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu Veronica Fitri Rianasari, M.Sc., Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., Ibu Maria

Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., dan Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. selaku dosen ahli

yang telah menjadi validator instrumen pembelajran dan instrumen penelitian.

7. Br. Yosep Anton Utmiyadi FIC, S.S., selaku Kepala SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat

berlangsung dengan baik.

8. Ibu Caecilia Peny Suryaningtyas, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII D

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia membantu penelitian

ini.

9. Siswa-siswi kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah

berpartisipasi dalam membantu melancarkan pelaksanaan penelitian.

10.Kedua orang tua, Edmundus Campion Ambar setiadi dan Anatasia Hendar

Supatmi yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan doa bagi

penulis.

11.Kakakku Yohana Wulandari yang selalu memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberikan semangat dan motivasi

bagi penulis: Raymunda Rahayuningsih, Ika Siwi Wulandani, Adventa

(14)
(15)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

(16)

8. Respon Siswa ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III Metode Penelitian ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Setting Penelitian ... 34

C. Jenis Data ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Validitas ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV Pelaksanaan Penelitian, Analisis Data, dan Pembahasan ... 51

A. Pelaksanaan Penelitian ... 51

B. Analisis Data ... 56

1. Analisis Data Implementasi Perangkat Pembelajaran PPR ... 56

2. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 58

3. Analisis Penilaian Sikap Siswa ... 60

4. Analisis Data Kuesioner ... 69

C. Pembahasan ... 71

1. Pelaksanaan Implementasi Perangkat Pembelajaran PPR ... 71

2. Hasil Pencapaian 3C (Competence,Conscience, dan Compassion) ... 95

3. Deskripsi Respon Siswa ... 99

D. Keterbatasan Penelitian ... 101

BAB V Penutup ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kubus Satuan untuk Menentukan Rumus Volume ... 26

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ... 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa ... 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan PPR ... 41

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Conscience(Suara Hati) ... 43

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Compassion(Kepedulian) ... 43

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Tes Hasil Belajar ... 44

Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 44

Tabel 3.8 Kriteria Skor Maksimal Butir Soal pada Tes ... 47

Tabel 3.9 Kriteria Nilai Tes Siswa ... 47

Tabel 3.10 Kriteria Skor Kuesioner Pernyataan Positif ... 49

Tabel 3.11 Kriteria Skor Kuesioner Pernyataan Negatif ... 49

Tabel 3.12 Kriteria Respon Siswa ... 49

Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan Implementasi Perangkat Pembelajaran PPR ... 57

Tabel 4.2 Tabel Tes Hasil Belajar Siswa Kelas VIII D ... 58

Tabel 4.3 Persentase Banyak Siswa Sesuai Kriteria THB ... 59

Tabel 4.4 Hasil Persentase Penilaian Conscience Pertemuan Pertama ... 61

Tabel 4.5 Hasil Persentase Penilaian Conscience Pertemuan Kedua ... 62

Tabel 4.6 Hasil Persentase Compassion Pertemuan Pertama ... 66

Tabel 4.7 Hasil Persentase Compassion Pertemuan Kedua ... 67

Tabel 4.8 Analisis Kuesioner Respon Siswa ... 69

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Balok ABCD.EFGH ... 22

Gambar 2.2 Diagonal sisi balok ABCD.EFGH ... 22

Gambar 2.3 Diagonal ruang balok ABCD.EFGH ... 23

Gambar 2.4 Bidang diagonal balok ABCD.EFGH ... 23

Gambar 2.5 Balok ABCD.EFGH ... 24

Gambar 2.6 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH ... 24

Gambar 2.7 Jaring-jaring Balok ... 25

Gambar 4.1 Diagram Persentase Hasil Belajar Siswa ... 60

Gambar 4.2 Diagram Persentase Conscience (Percaya Diri) ... 64

Gambar 4.3 Diagram Persentase Conscience (Tanggung Jawab) ... 64

Gambar 4.4 Diagram Persentase Conscience (Teliti) ... 65

Gambar 4.5 Diagram Persentase Conscience (Kerjasama) ... 65

Gambar 4.6 Diagram Persentase Compassion (Saling Membantu) ... 68

Gambar 4.7 Diagram Persentase Compassion (Saling Menghargai) ... 68

Gambar 4.8 Diagram Persentase Kuesioner Respon Siswa ... 71

Gambar 4.9 Guru Mengingatkan Materi Sebelumnya ... 74

Gambar 4.10 Guru Membagi Siswa ke dalam Beberapa Kelompok ... 75

Gambar 4.11 Siswa Berdiskusi dalam Kelompok ... 77

Gambar 4.12 Siswa sedang Membongkar kardus ... 78

Gambar 4.13 Guru Bersama Siswa Membahas LKS ... 79

Gambar 4.14 Siswa mulai menulis Refleksi ... 80

Gambar 4.15 Contoh Hasil Refleksi S3 Nomor 1 ... 81

Gambar 4.16 Contoh Hasil Refleksi S7 Nomor 1 ... 81

Gambar 4.17 Contoh Hasil Refleksi S27 Nomor 2 ... 81

Gambar 4.18 Contoh Hasil Refleksi S15 Nomor 2 ... 82

Gambar 4.19 Contoh Hasil Refleksi S32 Nomor 3 ... 82

Gambar 4.20 Contoh Hasil Refleksi S8 Nomor 3 ... 82

Gambar 4.21 Contoh Jawaban Aksi S15 ... 83

Gambar 4.22 Siswa Membawa Jaring-jaring Balok ... 83

Gambar 4.23 Siswa Mulai Masuk ke dalam Kelompok ... 88

(19)

Gambar 4.25 Siswa Menuliskan Hasil Diskusi di Papan Tulis ... 90

Gambar 4.26 Contoh Hasil Refleksi S3 Nomor 1 ... 92

Gambar 4.27 Contoh Hasil Refleksi S20 Nomor 1 ... 92

Gambar 4.28 Contoh Hasil Refleksi S28 Nomor 2 ... 92

Gambar 4.29 Contoh Hasil Refleksi S1 Nomor 2 ... 92

Gambar 4.30 Contoh Hasil Refleksi S20 Nomor 3 ... 93

Gambar 4.31 Contoh Jawaban Aksi S27 ... 94

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 108

Lampiran 2 Lembar Validasi Pedoman Wawancara 109

Lampiran 3 Lembar Validasi Observasi 111

Lampiran 4 Lembar Validasi Kuesioner 113

Lampiran 5 Lembar Validasi Silabus 115

Lampiran 6 Lembar Validasi RPP 118

Lampiran 7 Silabus 122

Lampiran 8 RPP 128

Lampiran 9 Bahan Ajar 143

Lampiran 10 LKS 155

Lampiran 11 Soal THB dan Pedoman Penskoran 165

Lampiran 12 Penilaian Conscience dan Compassion 171

Lampiran 13 Lembar Kuesioner Respon Siswa 174

Lampiran 14 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan 176

Lampiran 15 Lembar Observasi Keterlaksanan Pembelajaran 179

Lampiran 16 Hasil LKS Siswa 185

Lampiran 17 Lembar Jawab Ulangan Siswa 196

Lampiran 18 Hasil Refleksi Siswa 200

Lampiran 19 Hasil Aksi Siswa 202

Lampiran 20 Daftar Nilai siswa 203

Lampiran 21 Hasil Penilaian Conscience dan Compassion 205

Lampiran 22 Transkripsi Video 212

Lampiran 23 Hasil Wawancara Siswa 223

Lampiran 24 Hasil Kuesioner Siswa 225

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai pengetahuan

yang mampu mempersiapkan siswa dimasa yang akan datang. Banyak orang

berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mendapatkan pendidikan

setinggi-tingginya untuk bekal di masa depan. Namun banyak orang belum

menyadari bahwa pendidikan bukan hanya untuk menciptakan manusia dengan

keahlian tinggi, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menumbuhkan manusia-manusia

terpelajar yang mau dan mampu memperjuangkan keadilan serta memiliki

nilai-nilai kemanusiaan (Subagya dkk, 2008: 3). Pendidikan diharapakan mampu

menumbuhkembangkan pribadi dan karakter siswa, sehingga dikemudian hari

mereka siap menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial yang tangguh.

Pendidikan erat hubunganya dengan proses pembelajaran yang berlangsung di

sekolah. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa proses

pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa belum menemukan konsep secara

mandiri, sehingga pembelajaran terlihat monoton, masih ada siswa yang terlihat

individualis, kurang peduli dengan keadaan sekitar, masih ada siswa yang terlihat

masih pasif, dan jarang mengajukan pertanyaan pada guru. Selain itu, berdasarkan

hasil wawancara dengan guru, peneliti mengetahui bahwa guru tidak terbiasa

mengajak siswa untuk merefleksikan pengalaman pembelajaran yang telah

(22)

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan variasi pembelajaran yang dapat

menumbuhkembangkan nilai kemanusiaan dan karakter siswa yaitu dengan

variasi pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Paradigma Pedagogi

Reflektif (PPR) merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan kepribadian

siswa menjadi pribadi yang memiliki nilai kemanusiaan (Subagya dkk, 2008:

39). Pola pikir yang dimaksud disini adalah pola pikir dalam membentuk pribadi,

siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa

difasilitasi dengan pertanyaan agar mampu merefleksikan pengalaman tersebut,

dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa mampu membuat

niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika pola pikir tersebut,

siswa diharapkan mengalami pengalaman itu sendiri, bukan sekedar mendapat

informasi karena diberi tahu. Melalui refleksi siswa diharapkan yakin dengan diri

sendiri, bukan karena patuh dengan tradisi atau peraturan. Melalui aksi, siswa

diharapkan berbuat dengan kemauannya sendiri, bukan karena ikut-ikutan.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki tujuan dalam rumusan 3C yaitu

Competence, Conscience, dan Compassion. Competence berarti menguasai ilmu

pengetahuan/keterampilan yang dipelajari. Conscience berarti mempunyai hati

nurani yang dapat membedakan yang baik dan tidak baik. Compassion berarti

kepekaan untuk berbuat baik bagi orang lain yang membutuhkan dan mempunyai

kepedulian pada orang lain.

Geometri merupakan cabang matematika yang diajarkan pada setiap jenjang

pendidikan, dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Menurut

(23)

menumbuhkan kemampuan berfikir logis, mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah dan pemberian alasan serta dapat mendukung banyak topik

lain. Geometri merupakan bagian matematika yang dekat dengan siswa, karena

hampir semua objek visual yang ada disekitar merupakan objek geometri.

Geometri dapat dikatakan sebagai salah satu materi yang dianggap penting dalam

matematika. Menurut Usiskin (dalam Safrina, 2014:10) ada tiga alasan mengapa

geometri perlu diajarkan yaitu pertama, geometri satu-satunya bidang matematika

yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia nyata. Kedua,

geometri satu-satunya yang dapat memungkinkan ide-ide matematika yang dapat

divisualisasikan, dan yang ketiga, geometri dapat memberikan contoh yang tidak

tunggal tentang sistem matematika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, peneliti mengetahui bahwa masih ada siswa yang

masih kesulitan dalam mempelajari bangun ruang sisi datar, contohnya siswa

masih kesulitan menentukan luas permukaan balok.

Menurut Nur’aeni (2010) untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari

geometri, kita dapat memanfaatkan teori pembelajaran Van Hiele. Teori Van

Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari

geometri, dimana siswa tidah dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa

melewati tingkat yang lebih rendah. Teori Van Hiele menyatakan bahwa ada lima

tingkat berpikir siswa yaitu, level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2

(deduksi informal), level 3 (deduksi) dan level 4 (rigor). Selain itu, untuk

(24)

mengajukan tahapan pembelajaran yang melibatkan 5 fase yaitu, informasi,

orientasi terarah, eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan

mengimplementasikan perangkat pembelajaran dengan menggunakan PPR pada

materi balok menggunakan teori Van Hiele di kelas VIII yang sudah

dikembangkan oleh peneliti sebelumnya (Prabaningrum, 2016). Penelitian ini

diharapkan dapat menindak lanjuti penelitian sebelumnya dengan baik sehingga

pelaksanaannya dapat berjalan dengan lebih optimal. Berdasarkan alasan tersebut,

penelitian ini diberi judul “Implementasi Perangkat Pembelajaran PPR pada

Materi Balok yang Mengakomodasi Teori Van Hiele di Kelas VIII D SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Pendidikan bukan hanya untuk menciptakan manusia dengan keahlian tinggi.

2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru.

3. Siswa belum menemukan konsep secara mandiri.

4. Pembelajaran terlihat monoton.

5. Siswa masih terlihat pasif, jarang mengajukan pertanyaan pada guru.

6. Masih ada siswa yang masih kesulitan dalam mempelajari bangun ruang sisi

(25)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka permasalahan ini dibatasi pada perangkat

pembelajaran PPR yang akan diimplementasikan di SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele. Materi

balok pada penelitian ini dibatasi pada kompetensi dasar 3.9 yaitu menentukan

luas permukaan dan volume balok.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keterlaksanaan implementasi perangkat pembelajaran PPR pada

materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele di kelas VIII D SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

2. Bagaimana hasil implementasi perangkat pembelajaran PPR pada materi

balok yang mengakomodasi teori Van Hiele di kelas VIII D SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta?

3. Bagaimana respon siswa kelas VIII D setelah mengikuti pembelajaran yang

mengimplementasikan perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang

(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan implementasi perangkat pembelajaran

PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele pada siswa

kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2. Untuk mendeskripsikan hasil implementasi perangkat pembelajaran PPR pada

materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

3. Untuk mendeskripsikan respon siswa kelas VIII D setelah mengikuti

pembelajaran yang mengimplementasikan perangkat pembelajaran PPR pada

materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele.

F. Batasan Istilah

Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah, antara lain:

1. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,

dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

2. Hasil belajar adalah perubahan kemampuan siswa baik kognitif, afektif

maupun psikomotorik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

3. Implementasi adalah suatu aktivitas yang membutuhkan proses pada ide,

konsep, kebijakan, dan tindakan yang memberikan perubahan atau dampak

(27)

4. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah polapikir dalam

menumbuhkembangkan kepribadian siswa menjadi pribadi yang memiliki

nilai kemanusiaan dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.

5. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam

mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih

tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah.

6. Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah bidang berbentuk

persegi panjang.

7. Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

8. Respon siswa adalah reaksi yang dilakukan siswa dalam menanggapi

pengaruh atau rangsangan dalam dirinya dari suatu proses pembelajaran.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya

dalam pembelajaran matematika. Adapun kegunaannya sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan inspirasi proses

pembelajaran dengan menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan

menggunakan teori pembelajaran Van Hiele pada materi yang berhubungan

dengan geometri.

(28)

Siswa diharapkan dapat memaknai proses pembelajaran yang telah

berlangsung dan memahami bangun ruang sisi datar sesuai teori Van Hiele

dengan baik.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat meningkatkan wawasan tentang implementasi

Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran matematika dan

menambah pengalaman peneliti dalam menggunakan teori pembelajaran

(29)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Belajar

Menurut Winkel (1987: 36) belajar adalah aktivitas mental/psikis, yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai

sikap. Perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan

terhadap hasil yang telah diperoleh, perubahan itu bersifat relatif konstan dan

berbekas. Hudojo (1981: 2) berpendapat bahwa belajar adalah proses untuk

mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah

laku manusia dan tingkah laku ini menjadi tetap, tidak akan berubah lagi dengan

modifikasi yang sama. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap

(30)

2. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Menurut Majid

(2014: 27) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses

belajar mengajar. Kunandar (2014: 62) berpendapat bahwa hasil belajar adalah

kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik

yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar

mengajar. Sedangkan Purwanto (2009: 46) berpendapat bahwa hasil belajar

adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar, perubahan perilaku tersebut

disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan

dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan kemampuan siswa baik kognitif, afektif maupun

psikomotorik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

3. Implementasi

Menurut Mulyasa (2008: 178), Implementasi merupakan suatu proses

penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan

maupun nilai, dan sikap. Menurut Oxford Advance Learner’s Dictionary (dalam

Mulyasa, 2008:178) implementasi adalah: “put something into effect”, (penerapan

sesuatu yang memberikan efek atau dampak). Menurut Usman (dalam Hadiyanti,

(31)

suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang

terencana untuk mencapai tujuan kegiatan.

Dari pendapat para ahli tersebut, menurut peneliti implementasi adalah suatu

aktivitas yang membutuhkan proses pada ide, konsep, kebijakan, dan tindakan

yang memberikan perubahan atau dampak untuk mencapai tujuan kegiatan.

4. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Subagya dkk (2008: 39) PPR adalah polapikir dalam

menumbuhkembangkan kepribadian siswa menjadi pribadi yang memiliki nilai

kemanusiaan. Polapikir yang dimaksud disini adalah pola pikir dalam membentuk

pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa

difasilitasi dengan pertanyaan agar mampu merefleksikan pengalaman tersebut,

dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa mampu membuat

niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika pola pikir tersebut,

siswa diharapkan mengalami pengalaman itu sendiri, bukan sekedar mendapat

informasi karena diberi tahu. Melalui refleksi siswa diharapkan yakin dengan diri

sendiri, bukan karena patuh dengan tradisi atau peraturan. Melalui aksi siswa

diharapkan berbuat dengan kemauannya sendiri, bukan karena ikut-ikutan.

Menurut Suparno (2015: 18) PPR adalah suatu pedagogi bukan hanya

sekedar metode pembelajaran. Suatu pedagogi tersebut diartikan sebagai

pendekatan, suatu cara guru mendampingi siswa sehingga siswa berkembang

menjadi pribadi yang utuh. Dalam PPR, tujuan seluruh pendidikan adalah agar

(32)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa PPR adalah

polapikir dalam menumbuhkembangkan kepribadian siswa menjadi pribadi yang

memiliki nilai kemanusiaan dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menekankan langkah-langkah

beruntun yang terdiri dari: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi

(Suparno, 2015: 21).

a. Konteks

Konteks adalah deskripsi tentang “dengan siapa” berinteraksi, “bagaimana” latar belakang dan pengalaman hidupnya, “dimana” dan “seperti

apa” lingkungan tempatnya berinteraksi, “apa” yang diharapkan muncul dari

interaksi tersebut, serta “mengapa” mengikuti pembelajaran ini (P3MP-LPM

USD, 2012:13). Menurut Suparno (2015: 21) konteks merupakan unsur

pertama dalam pembelajaran PPR, guru perlu mengerti konteks siswa,

lingkungan, dan sekolah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat

disimpulkan bahwa konteks adalah gambaran atau ilustrasi untuk

mengembangkan materi ataupun sikap dalam proses pembelajaran.

b. Pengalaman

Pengalaman menunjuk pada setiap kegiatan yang memuat pemahaman

kognitif dan unsur afektif yang dihayati oleh siswa (Subagya, 2010:50).

Menurut Suparno (2015: 28) pengalaman adalah suatu kejadian yang sungguh

terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat menyentuh pikiran, hati,

kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa. Pengalaman belajar, pengalaman

(33)

direfleksikan sehingga pembelajaran punya makna bagi siswa. Tugas guru

adalah menyediakan pengalaman itu bagi siswa sehingga siswa sungguh

mengalami sendiri dan pengalaman itu menjadi miliknya.

Menurut P3MP-LPM USD (2012: 16-17) dalam tahap pengalaman ini,

siswa diajak untuk melakukan kegiatan yang memuat tidak hanya aspek

kognitif (pemahaman) atas materi yang tengah disimak, tetapi juga aspek

afektif (perasaan/penghayatan) dan aspek psikomotorik (niat/kehendak). Jadi,

keseluruhan pribadi (akal budi, rasa, dan kehendak) siswa diasah supaya

mereka memperoleh pengetahuan yang semakin utuh. Pengalaman dalam

pembelajaran ada dua jenis yaitu pengalaman langsung dan tidak langsung.

Pengalaman langsung adalah pengalaman atas peristiwa/kejadian yang

digeluti oleh siswa sendiri baik di dalam maupun di luar kelas yang dikaitkan

dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari. Misalnya diskusi dan penelitian

dalam laboratorium. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang

diperoleh siswa (bukan dialami sendiri) dari mendengar, membaca, dan

melihat melalui berbagai media. Pengalaman tidak langsung kurang memiliki

kekuatan membangkitkan dimensi afektif. Oleh karena itu, pengalaman tidak

langsung perlu diperkaya dengan imajinasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah

kegiatan yang memuat aspek kognitif (pemahaman) atas materi yang tengah

disimak, aspek afektif (perasaan/penghayatan) dan aspek psikomotorik

(niat/kehendak) yang dapat menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan,

(34)

c. Refleksi

Menurut Subagya (2010: 55) refleksi berarti menyimak kembali penuh

perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi

spontan supaya dapat menangkap maknanya lebih mendalam. Jadi, refleksi

adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman

manusiawi. Suparno (2015: 33) berpendapat bahwa dalam refleksi siswa

dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam-dalamnya dan

seluas-luasnya, mengambil makna bagi hidup pribadi, dan hidup bersama. Menurut

P3MP-LPM USD (2012: 18-20) refleksi merupakan suatu proses menuju

perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya.

Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan

daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu,

pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk

menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari. Melalui refleksi,

pengalaman siswa diharapkan menjadi bermakna sehingga mampu

mendorong melakukan aksi (tindakan). Refleksi harus menjadi proses

formatif yang membentuk kesadaran siswa mengenai sikap, kebiasaan, nilai,

cara pandang, dan cara berpikir mereka. Melalui refleksi siswa diharapakan

tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kedalaman competence, conscience,

dan compassion.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa refleksi adalah

suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi yang

(35)

d. Aksi

Aksi adalah kegiatan yang mencerminkan pertumbuhan batin berdasarkan

pengalaman yang telah direfleksikan (P3MP-LPM USD, 2012: 29). Aksi

memiliki dua aspek, yaitu aspek internal dan eksternal. Aspek internal

merupakan pertumbuhan batin yang terjadi berkat proses refleksi. Aspek

eksternal adalah manifestasi dari pertumbuhan batin itu. Dengan demikian

aksi selalu mencakup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin (hasil dari refleksi

pengalaman) dan manifestasi lahiriahnya (perwujudan nyata). Menurut

Suparno (2015: 37) aksi adalah tindakan, entah masih batin atau sudah

tindakan psikomotorik, yang dilakukan siswa setelah merefleksikan

pengalaman belajar. Secara nyata aksi dapat berupa sikap diri yang berubah

lebih baik dan tindakan nyata keluar yang dapat dilihat dan dirasakan orang

lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksi adalah kegiatan entah masih batin atau

sudah tindakan psikomotorik yang memaknai pengalaman yang telah

direfleksikan.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah aktivitas untuk memonitor perkembangan akademis siswa

(P3MP-LPM USD, 2012: 34-35). Evaluasi merupakan proses sistematis

pengumpulan, pengolahan, dan pengambilan keputusan atas data obyek,

untuk selanjutnya dipertimbangkan pemberian nilai atas obyek berdasarkan

kriteria tertentu. Obyek penilaian dalam evaluasi pembelajaran adalah proses

(36)

strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran,

cara mengajar yang dilaksanakan, minat, sikap dan cara belajar siswa.

Menurut Suparno (2015:40) evaluasi dimaksudkan untuk melihat

keseluruhan bagaimana proses PPR itu terjadi dan berkembang. Evaluasi

berkaitan dengan tujuan pembelajaran yaitu 3C (Competence, Conscience,

Compassion). Competence mencakup 3 aspek yaitu kognitif, psikomotorik,

dan afektif. Conscience dan compassion mencakup aspek afektif. Berikut

penjelasan 3C (Competence, Conscience, Compassion) menurut Kolvenback.

1) Competence yaitu siswa kompeten dalam ilmu yang dipelajari. Disini segi

intelektual dan skill menjadi penting. Unsur kognitif dan skill siswa

dikembangkan.

2) Conscience yaitu suara hati. Siswa dikembangkan suara hatinya, sehingga

dapat dengan jelas mengerti, dapat mendeteksi apakah sesuatu hal atau

tindakan itu baik atau tidak baik, dan dapat mengambil keputusan.

3) Compassion yaitu kepekaan kepada kebutuhan orang lain yang

membutuhkan. Siswa digerakkan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain

yang membutuhkan.

Dengan demikian siswa yang belajar menggunakan PPR dibantu berkembang

menjadi pribadi yang cerdas, bernurani, dan sosial. Mereka berkembang

(37)

5. Teori Van Hiele

a. Tingkatan Berpikir Teori Van Hiele

Tingkatan berpikir Van Hiele ada lima tingkat berpikir dalam geometri

(Walle, 2008:151). Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang

diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut

menjelaskan tentang bagaimana siswa berpikir dan jenis ide-ide geometri apa

yang siswa pikirkan. Berikut lima tingkatan berpikir teori Van Hiele (Walle,

2008:151-154).

1) Level 0: Visualisasi

Pada level ini siswa mulai mengenal dan menamakan bentuk-bentuk

berdasarkan karakteristik luas dan tampilan dari bentuk-bentuk tersebut.

Siswa mampu membuat pengukuran dan bahkan berbicara tentang sifat-sifat

bentuk, tetapi sifat-sifat tersebut tidak terpisahkan dari wujud sebenarnya.

Wujud dari bentuk-bentuk tersebut mendefinisikannya pada siswa. Alhasil

siswa pada tingkatan ini dapat membuat dan mulai memahami

pengelompokkan bentuk-bentuk. Penekanan pada level 0 ini terdapat pada

bentuk-bentuk yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau

digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Tujuan umum yaitu menelusuri

bagaimana bentuk-bentuk serupa atau berbeda, serta menerapkan ide-ide ini

untuk membuat berbagai kelompok dari bentuk-bentuk.

2) Level 1: Analisis

Pada level ini siswa dapat menyatakan semua bentuk dalam golongan

(38)

sebuah kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ciri-cirinya.

Siswa yang berada pada level 1 akan dapat menyebutkan sifat-sifat tetapi

belum menyadari hubungannya. Dalam mengenali sebuah bentuk, para

pemikir tingkat 1 akan menyebutkan sifat-sifat dari bentuk sebanyak

mungkin.

3) Level 2: Deduksi informal

Pada level ini siswa mulai dapat berpikir tentang sifat-sifat objek geometri

dan dapat membuat hubungan di antara sifat-sifat tersebut. Siswa pada

tingkat 2 dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapat-pendapat informal,

deduktif tentang bentuk dan sifat-sifatnya. Siswa disini lebih fokus kepada

sifat-sifat bentuk, hal yang tadinya merupakan hasil utama dalam kegiatan 1

sebelumnya, lalu siswa membentuk kumpulan hubungan-hubungan baru

yang ada di antara sifat-sifat tersebut.

4) Tahap 3: Deduksi

Pada level ini siswa mampu meneliti bukan hanya sifat-sifat bentuk saja.

Pemikiran mereka sebelumnya telah menghasilkan dugaan mengenai

hubungan antar sifat-sifat. Apakah perkiraan ini tepat? Apakah itu semua “benar”? ketika analisis pendapat informal ini berlangsung, struktur sebuah

sistem lengkap dengan aksioma, definisi, teorema, efek, dan postulat mulai

berkembang dan dapat dihargai sebagai alat dalam pembentukan kebenaran

geometri. Pada tingkat ini, siswa mulai menghargai kebutuhan dari sistem

logika yang berdasar pada kumpulan asumsi minimum dan di mana

(39)

dengan pertanyaan-pertanyaan abstrak tentang sifat-sifat geometris dan

membuat kesimpulan lebih berdasarkan pada logika daripada naluri. Tipe

pemikiran yang mengkarakterisasikan seorang pemikir pada tingkat 3 sama

dengan yang dibutuhkan pada pelajaran geometri sekolah tinggi tipikal. Di

sanalah siswa membuat sebuah daftar aksioma dan definisi untuk membuat

teorema, mereka juga membuktikan teorema tersebut dengan menggunakan

pemikiran logis dan teratikulasi.

5) Level 4: Ketepatan (Rigor)

Level ini adalah level teratas dalam tingkatan berpikir Van Hiele,

objek-objek perhatian adalah sistem dasarnya sendiri, bukan hanya

penyimpulannya dalam sistem. Terdapat apresiasi akan perbedaan dan

hubungan antara berbagai sistem dasar. Secara umum ini adalah tingkatan

mahasiswa jurusan matematika yang mempelajari geometri sebagai cabang

dari ilmu matematika.

b. Tahapan Belajar Geometri Menurut Van Hiele

Menurut D’Augustine dan Smith (1992:277), Crowley (1987:5) (dalam Nur’aeni, 2010: 32) kemajuan tingkat berpikir geometri siswa maju dari satu

tingkatan ke tingkatan berikutnya melibatkan 5 fase. Kemajuan dari satu

tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung pada pengalaman

pendidikan/pembelajaran ketimbang pada usia atau kematangan. Sejumlah

pengalaman dapat mempermudah (atau menghambat) kemajuan dalam satu

(40)

1) Fase 1 Informasi (information)

Fase ini guru mengidentifikasi segala sesuatu yang sudah

diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi berorientasi

pada topik tersebut. Guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran

sesuai dengan topik yang akan dipelajari untuk mengetahui pengetahuan

dan pentingnya mempelajari topik tersebut.

2) Fase 2 Orientasi terarah/terpandu (guided orientation)

Fase ini siswa sudah mulai mejajaki objek-objek pengajaran dan

tugas-tugas terstruktur secara cermat. Siswa menerka topik secara aktif,

kemudian guru memastikan bahwa siswa menjajaki konsep-konsep

spesifik.

3) Fase 3 Eksplisitasi (explicitation)

Fase ini siswa mulai mengekspresikan/menggambarkan apa yang

telah mereka pelajari tentang topik. Siswa berpendapat tentang topik

yang sudah dipelajari dengan bahasa sendiri, kemudian guru membantu

siswa menggunakan kosa kata yang benar dan akurat. Guru

memperkenalkan istilah-istilah matematika yang relevan.

4) Fase 4 Orientasi bebas (free orientation)

Fase ini siswa mulai menerapkan hubungan-hubungan yang sedang

dipelajari untuk memecahkan soal. Siswa mengaplikasikan pengetahuan

yang sudah didapat untuk memecahkan soal yang memerlukan beberapa

(41)

5) Fase 5 Integrasi (integration)

Fase ini siswa membuat ringkasan dan mengintegrasikan tentang

topik yang sudah mereka pelajari dengan menggunakan istilah geometri

agar menggambarkan objek tersebut. Siswa sudah memperoleh

pengetahuan baru tentang topik yang dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori Van Hiele adalah

suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana

siswa tidah dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang

lebih rendah.

6. Balok

Misalkan A1 dan A2 adalah dua bidang yang sejajar,t adalah suatu garis

transversal dan R adalah daerah poligon di bidang A1 yang tidak memotong t.

Untuk setiap X di R misalkan ̅̅̅̅ adalah segmen yang sejajar t, dimana Y ada

di bidang A2. Gabungan dari seluruh segmen tersebut disebut sebagai prisma.

Daerah poligon tersebut dinamakan alas prisma. Himpunan dari seluruh titik Y

yang merupakan bagian prisma dan terletak di A2 disebut tutup prisma. Jarak h

antara A1 dan A2 disebut tinggi dari prisma. Jika t tegak lurus dengan A1 dan A2

prisma tersebut disebut prisma tegak. Parallelepipedum adalah prisma yang

alasnya merupakan daerah jajargenjang. Secara khusus balok adalah suatu

parallelepipedum yang alasnya merupakan persegi panjang dan sekaligus

(42)

a. Unsur-unsur Balok

Balok memiliki unsur-unsur yaitu sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi,

diagonal ruang, dan bidang diagonal. Penjelasan tentang unsur-unsur balok

adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Balok ABCD.EFGH

1) Sisi

Balok memiliki enam sisi. Sisi-sisi balok pada gambar 2.1 di atas yaitu

ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, ADHE, BCGF.

2) Rusuk

Sebuah balok mempunyai 12 rusuk. Rusuk balok pada gambar 2.1 di atas

yaitu ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅,

3) Titik Sudut

Sebuah balok mempunyai 8 titik sudut. Titik sudut balok pada gambar 2.1

di atas yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4) Diagonal Sisi

Gambar 2.2 Diagonal sisi balok ABCD.EFGH

(43)

5) Diagonal Ruang

Gambar 2.3 Diagonal ruang balok ABCD.EFGH

Balok memiliki empat diagonal ruang. Diagonal ruang balok pada

gambar 2.3 di atas yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅.

6) Bidang Diagonal

Gambar 2.4 Bidang diagonal balok ABCD.EFGH

Balok mempunyai 6 buah bidang diagonal. Bidang diagonal balok pada

gambar 2.4 di atas yaitu BDHF, ACGE, ADGF, BCHE, CDEF, dan ABGH. b. Sifat-sifat Balok

Balok memiliki sifat-sifat yang khas yang membedakan dengan bangun ruang

lainnya. Sifat-sifat balok adalah sebagai berikut.

1) Mempunyai 6 buah sisi yang terdiri dari 3 pasang sisi yang bentuk dan

ukurannya sama(kongruen).

2) Mempunyai 12 rusuk yang terdiri dari 3 kelompok rusuk yang sama

panjang dan sejajar.

3) Mempunyai 8 titik sudut.

4) Mempunyai 12 diagonal sisi, namun panjang diagonal sisi pada suatu

(44)

5) Mempunyai 4 diagonal ruang.

6) Mempunyai 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang, namun

bidang diagonal suatu balok tidak sama, tergantung pada letak bidang

diagonal tersebut.

c. Jaring-jaring Balok

Jaring-jaring balok adalah rangkaian enam buah persegi panjang yang jika

dilipat menurut garis persekutuan dua persegi panjang dapat membentuk

sebuah balok (Adinawan, 2014: 115). Jika balok ABCD.EFGH yang terbuat

dari karton diiris sepanjang ruas garis ̅̅̅̅̅,̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅̅ kemudian

direbahkan sisi- sisinya, maka akan diperoleh jaring- jaring balok seperti

terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Balok ABCD.EFGH

Gambar 2.6 Jaring-jaring balok ABCD.EFGH

d. Luas Permukaan Balok

Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah seluruh luas bidang sisinya

(Marini, 2013:71). Dalam menentukan luas permukaan balok, perlu diketahui E

E

E H

H

H

A B

F F G

(45)

banyak bidang pada balok dan bentuk dari masing-masing bidang tersebut.

Kemudian gunakan rumus-rumus luas bangun datar yang telah dipelajari, yaitu

luas persegi panjang.

Gambar 2.7 Jaring-jaring Balok

Dari gambar di atas terlihat bahwa jaring-jaring balok terdiri dari enam persegi

panjang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa luas permukaan balok merupakan

jumlah luas keenam persegi panjang tersebut.

Dimisalkan:

p = panjang balok, l= lebar balok dan t= tinggi balok, maka:

Luas permukaan balok =

=luas sisi atas + luas sisi bawah + luas sisi depan + luas sisi belakang + luas

sisi kanan + luas sisi kiri

= ( p × l ) +( p × l ) + ( p × t ) + ( p × t ) + ( l × t ) + ( l × t )

= 2 ( p × l ) + 2 ( p × t ) + 2 ( l × t )

= 2 ( p l + p t + l t)

Jadi, luas permukaan balok adalah 2 ( p l + p t + l t)

e. Volume Balok

Volume suatu benda adalah ukuran untuk menyatakan besarnya ruangan

yang diperlukan bagi benda tersebut (Budhi, 2006: 71). Volume diukur dalam

satuan kubik. Rumus volume balok dapat diperoleh dengan menggunakan

p l p

t l

t t

(46)

kubus satuan. Kubus satuan merupakan kubus yang rusuknya berukuran satu

satuan panjang, yang digunakan untuk menentukan volume balok.

Tabel 2.1 Kubus Satuan untuk Menentukan Rumus Volume Balok

Balok Panjang Lebar Tinggi Banyak Kubus Volume

kolom panjang, lebar, dan tinggi.

Maka diperoleh rumus volume balok = panjang × lebar × tinggi.

7. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2012:96) perangkat

pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat

berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan

(47)

1) Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar

(Trianto, 2012: 96). Silabus merupakan pedoman rencana pembelajaran yang

berfungsi sebagai acuan pengembangan RPP (Kosasih, 2014: 144). Silabus

adalah ringkasan mata pelajaran yang disusun secara sistematik, memuat

tujuan, pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, alokasi waktu, dan sumber

belajar (Munthe, 2009: 202).

Dari uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa silabus

adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang memuat pokok

bahasan, alokasi waktu, dan sumber belajar yang berfungsi sebagai acuan

pembuatan RPP.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi silabus. Rencana

pelaksanaan pembelajaran dapat menjadi panduan langkah-langkah yang akan

dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam

skenario kegiatan (Trianto, 2012: 108). Rencana pelaksanaan pembelajaran

adalah rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu

(48)

Dari uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rencana

pelaksanaan pembelajarana adalah rencana pembelajaran yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai suatu kompetensi dasar.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Trianto (2012: 111) lembar kerja siswa adalah panduan siswa

yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan

masalah. LKS berisi sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan

oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan

kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus

ditempuh.

4) Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada siswa sebagai

pemelajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan (Hidayat,

2013: 62). Bahan ajar merupakan panduan siswa dalam kegiatan

pembelajaran yang memuat materi pelajaran, informasi, dan contoh dalam

kehidupan sehari-hari (Trianto, 2012: 112). Jadi bahan ajar adalah panduan

siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berisi materi pelajaran untuk

mencapai tujuan.

5) Tes Hasil Belajar (THB)

Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui

hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tes hasil belajar

(49)

dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasasarkan kisi-kisi

penulisan butir soal (Trianto, 2012: 114). Tes hasil belajar merupakan alat

ukur yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai

kompetensi (Sanjaya, 2010: 235). Berdasarkan uraian beberapa pendapat,

maka dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah alat ukur yang

digunakan untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran

8. Respon Siswa

Menurut Abidin (dalam Susanto, 1977:51) respon adalah reaksi yang

dilakukan seseorang terhadap rangsangan, atau perilaku yang dihadirkan setelah

rangsangan. Menurut Soekanto (1983:48) respon merupakan konsekuensi dari

perilaku sebelumnya sebagai tanggapan atau jawaban suatu persoalan atau

masalah tertentu. Respon merupakan tindakan yang penuh arti dari individu

sepanjang tindakan itu memiliki makna bagi dirinya dan diarahkan pada orang

lain. Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang bersifat membatin atau

bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena terpengaruh dari situasi.

Menurut KBBI (2008: 977) yang dimaksud siswa adalah murid atau pelajar

yang sedang menempuh jenjang pendidikan pada tingkat sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, atau pada sekolah menengah atas. Sedangkan menurut

Arikunto (1996: 11) siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai obyek didik

disuatu lembaga pendidikan. Siswa sebagai anggota masyarakat sekolah yang

(50)

disimpulkan bahwa respon siswa adalah reaksi yang dilakukan siswa dalam

menanggapi pengaruh atau rangsangan dalam dirinya dari suatu proses

pembelajaran. Menurut Abidin (dalam Susanto, 1977: 52) ada tiga hal yang dilihat

dalam respon siswa, yaitu:

a. Minat

Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk

merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa

senang mempelajari materi itu (Winkel, 2005: 212). Antara minat dan

perasaan terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau

siswa yang merasa tidak senang, juga akan kurang berminat, dan sebaliknya.

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam

bidang-bidang tertentu. Minat menimbulkan motivasi internal dimana subjek

melakukan kegiatan tersebut dari hati.

b. Perasaan

Perasaaan yang dimaksud disini adalah aktivitas psikis yang di dalamnya

subyek menghayati suatu obyek (Winkel, 2005: 210). Jika perasaan

mengandung nilai positif, maka akan lahir perasaan senang, perasaan senang

ini menjadi energi bagi siswa untuk pembelajaran selanjutnya. Sebaliknya

jika perasaan mengandung nilai negatif, maka lahirlah perasaan tidak senang..

Perasaan tidak senang tidak membantu mengembangkan sikap yang positif

ataupun minat dalam belajar. Sebaliknya, perasaan senang akan menimbulkan

(51)

c. Sikap

Sikap yang dimaksud disini adalah kecenderungan subyek menerima atau

menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal

yang berguna/berharga baginya atau tidak (Winkel, 2005: 211). Dengan

demikian, siswa yang memandang belajar di sekolah pada umumnya, sebagai

sesuatu yang sangat bermanfaat baginya, akan memiliki sikap positif.

Sebaliknya, siswa yang memandang itu semua sebagai sesuatu yang tidak

berguna, akan memiliki sikap negatif.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan implementasi

perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van

Hiele.

1. Penelitian yang berupa skripsi (skripsi: tidak diterbitkan) yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Materi

Uang dan Perbankan untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan

Compassion Siswa Kelas XC SMA Negeri 1 Kasihan Bantul” yang dilakukan

oleh Yudha (2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan PPR

dalam pembelajaran ekonomi dapat meningkatkan competence, conscience,

dan compassion siswa, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rerata

skor siswa pada competence, conscience, dan compassion di akhir siklus I dan

(52)

2. Penelitian yang berupa skripsi (skripsi: tidak diterbitkan) yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele dalam

Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Kesebangunan pada Siswa

Kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta” yang dilakukan oleh Liah

(2015). Penelitian ini menghasilkan nilai rata- rata siswa yang mencapai KKM

sebesar 76 % dan rata-rata persentase keaktifan siswa sebesar 40%, sehingga

dapat dikatakan bahwa teori Van Hiele efektif digunakan dalam pembelajaran

matematika pada materi kesebangunan.

Ketiga penelitian di atas mendasari peneliti untuk mengimplementasikan

perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van

Hiele pada kelas VIII. Relevansi dari penelitian tersebut adalah pada penelitian

pertama, telah meneliti penerapan PPR untuk meningkatkan 3C. Hasil penelitian

menunjukkan peningkatan rerata skor siswa pada competence, conscience, dan

compassion di akhir siklus I dan siklus II. Oleh karena itu peneliti ingin

menerapkan pembelajaran PPR pada proses pembelajaran materi balok di SMP

yaitu di kelas VIII. Pada penelitian kedua telah dibuktikan efektivitas teori Van

Hiele dalam materi Kesebangunan di SMP kelas IX. Hasil penelitian menunjukan

efektivitas teori Van Hiele berkategori baik. Oleh karena itu peneliti ingin

menggunakan teori Van Hiele pada proses pembelajaran materi balok di SMP

yaitu di kelas VIII. Berdasarkan dua penelitian tersebut peneliti

mengimplementasikan perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang

(53)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, terlihat

pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa belum menemukan konsep secara

mandiri sehingga pembelajaran terlihat monoton. Siswa masih terlihat pasif,

jarang bertanya pada guru, dan masih terlihat kurang peduli dengan teman. Oleh

karena itu peneliti ingin mengimplementasikan pembelajaran PPR yang berisi

lima langkah yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Selain itu,

PPR juga memiliki tujuan 3C yaitu, Competence (kompetensi), Conscience (suara

hati), Compassion (kepedulian). Dengan pembelajaran PPR ini diharapkan siswa

mampu mengalami proses pengalaman belajarnya dan dapat menumbuhkan

nilai-nilai kemanusian siswa.

Menurut hasil wawancara terhadap guru, terkadang masih ada siswa yang

kesulitan dalam materi bangun ruang. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang

tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa tidah dapat naik

ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori ini

memililiki lima tingkat berpikir. Selain itu, untuk meningkatkan suatu tahap

berpikir ke tahap berpikir lebih tinggi Van Hiele mengajukan tahapan

pembelajaran yang melibatkan 5 fase yaitu, informasi, orientasi terarah,

eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi.

Oleh sebab itu, peneliti akan mengimplementasikan perangkat pembelajaran

PPR yang telah diujicoba oleh peneliti sebelumnya di SMP Negeri 1 Yogyakarta

pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele di kelas VIII D SMP

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara

sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara

tepat (Sukardi, 2008: 157). Penelitian kualitatif adalah suatu proses

penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi

objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi (Arifin, 2011: 140). Peneliti

mengimplementasikan perangkat pembelajaran PPR pada materi balok

yang mengakomodasi teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian berisi tentang tempat, waktu, subjek, dan objek

penelitian.

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta beralamat di Jalan Timoho 2/29, Desa

Muja- muja, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY.

2. Waktu Penelitian

(55)

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta, dengan jumlah siswa 34 anak, yang terdiri dari

17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

4. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah implementasi perangkat

pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van

Hiele.

C. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang

berupa angka dan non angka. Data yang berupa angka yaitu keterlaksanaan

proses pembelajaran, sikap siswa, hasil tes siswa, dan respon siswa,

sedangkan data yang berupa non angka yaitu analisis kebutuhan, respon

siswa dan transkripsi pembelajaran PPR yang mengakomodasi teori Van

Hiele. Data-data ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan

kuantitatif.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara,

observasi, penyebaran kuesioner, tes, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

(56)

langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin,

2011:233). Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah

wawancara langsung. Peneliti mewawancarai guru matematika dan

beberapa siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

Peneliti melakukan wawancara terhadap guru untuk memperoleh

informasi terkait proses pembelajaran dan hambatan yang dihadapi

guru dalam mengajar materi balok. Peneliti melakukan wawancara

terhadap beberapa siswa untuk mengetahui pendapat siswa tentang

proses pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,

objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena yang sebenarnya

untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011: 231). Peneliti mencoba

mengamati kegiatan-kegiatan siswa secara langsung. Observasi dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi proses

pembelajaran matematika di kelas, sikap siswa saat proses

pembelajaran, serta untuk mengetahui keterlaksanaan implementasi

perangkat pembelajaran PPR.

3. Tes Hasil Belajar

Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat

berbagai pertanyaan-pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus

Gambar

Gambar 2.1 Balok ABCD.EFGH
Gambar 2.3 Diagonal ruang  balok ABCD.EFGH
Gambar 2.6 Jaring-jaring balok ABCD.EFGH
Tabel 3.4  Kisi- kisi Lembar Observasi Conscience(Suara Hati)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui langkah pengembangan perangkat pembelajaran, menghasilkan rancangan produk menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan produk perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar yang mengakomodasi teori Van Hiele

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model

Lembar kegiatan siswa (LKS) yang digunakan mengacu pada pendekatan PPR dan memperhatikan model pembelajaran yang digunakan yaitu problem based learning. LKS yang

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan untuk perangkat pembelajaran pada materi garis dan sudut, dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif

Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Materi

Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Materi

PRAPEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media Memeriksa kesiapan siswa MEMBUKA PEMBELAJARAN Konteks Melakukan kegiatan apersepsiMengingatkan materi bangun