Mikaela Yuliani. 2016. Implementasi Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Materi Balok yang Mengakomodasi Teori Van Hiele di Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengimplementasikan perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan implementasi perangkat pembelajaran PPR, mendeskripsikan hasil implementasi yang meliputi 3C (Competence, Conscience, Compassion), dan mendeskripsikan respon siswa.
Penelitian ini menggunakan perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan oleh peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang digunakan meliputi: silabus, RPP, LKS, bahan ajar, THB, dan penilaian sikap. Selain itu peneliti juga menggunakan instrumen penelitian yang berupa panduan wawancara, lembar observasi dan kuesioner respon siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan pembelajaran PPR sebesar 90,47%, hal ini menunjukkan bahwa implementasi perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele sudah terlaksana dengan baik.(2) Hasil ulangan menunjukkan 58,82% siswa tuntas KKM, selain itu nilai ulangan juga dikelompokkan sesuai kriteria nilai tes siswa yakni 52,94% siswa mendapat kriteria baik sekali, 17,65% siswa mendapat kriteria baik, 8,82% siswa mendapat kriteria cukup, 14,71% mendapat kriteria kurang, dan 5,88% siswa mendapat kriteria gagal. Hasil pengamatan pada aspek conscience menunjukkan bahwa 49,335% siswa memiliki kepercayaan diri yang cukup baik, 44,7% siswa menunjukkan tanggung jawab yang baik, 71,705% siswa memiliki ketelitian yang baik, dan 50,805% siswa menunjukkan kerja sama yang baik. Hasil pengamatan pada aspek compassion menunjukkan bahwa 55,26% siswa menunjukkan sikap membantu yang baik dan 50,805% siswa menunjukkan sikap saling menghargai yang baik. (3) Hasil persentase kuesioner respon siswa kategori netral sebesar 20,58%, persentase respon siswa kategori bagus sebesar 64,71%, dan persentase respon siswa kategori sangat bagus sebesar 14,71%.
Mikaela Yuliani. 2016. The Implementation of Learning Media of Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) in Rectangular Solid Materials that Accommodate Van Hiele Theory in Grade VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.
This research is qualitative descriptive study that implements learning media of Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) in rectangular solid materials that accommodate Van Hiele theory. The purpose of this research is to describe the implementation of PPR learning media, describe the results of the implementation which include 3C (Competence, Conscience, Compassion), and describe students’ responses.
This research uses learning media that has been tested by previous researchers. Learning media that is used include: syllabus, lesson plan, worksheet, teaching materials, THB, and attitude assessment. In addition, the researcher is also using instruments in the form of interview, observation sheet, and questionnaire of students’ responses.
The results showed that: (1) percentage of the implementation of PPR learning amounted to 90.47%, it shows that the implementation of PPR learning media in rectangular solid materials that accommodate Van Hiele theory was already performing well. (2) The results of exam showed that 58.82% students completed the KKM, besides test scores were also classified according to criteria of students’ test scores, namely 52.94% students got excellent criteria, 17.65% students got good criteria, 8.82% got fair criteria, 14.71% students got poor, and 5.88% students got fail criteria. The observation results of conscience aspect showed that 49.335% students had good confidence, 44.7% students showed good responsibility, 71.705% students had good accuracy, and 50.805% students showed good cooperation. The observation results of compassion aspect showed that 55.26% students had good attitude and 50.805% students showed good respect. (3) The percentage’s results of the questionnaire of students’ responses which include neutral category was 20.58%, the percentage students’ responses which include good category was 64.71% and the percentage of students’ responses which include excellent was 14.71%.
IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) PADA MATERI BALOK YANG MENGAKOMODASI TEORI VAN HIELE DI KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Mikaela Yuliani
NIM: 121414030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua orangtua dan keluarga tercinta
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira, kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah
menjadi sukacita” (Yoh 16:20)
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu”
(Luk 1:38)
“Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat” (Luk 21:28)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku” (Filipi 4:13)
ABSTRAK
Mikaela Yuliani. 2016. Implementasi Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Materi Balok yang Mengakomodasi Teori Van Hiele di Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengimplementasikan perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan implementasi perangkat pembelajaran PPR, mendeskripsikan hasil implementasi yang meliputi 3C (Competence, Conscience, Compassion), dan mendeskripsikan respon siswa.
Penelitian ini menggunakan perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan oleh peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang digunakan meliputi: silabus, RPP, LKS, bahan ajar, THB, dan penilaian sikap. Selain itu peneliti juga menggunakan instrumen penelitian yang berupa panduan wawancara, lembar observasi dan kuesioner respon siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan pembelajaran PPR sebesar 90,47%, hal ini menunjukkan bahwa implementasi perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele sudah terlaksana dengan baik.(2) Hasil ulangan menunjukkan 58,82% siswa tuntas KKM, selain itu nilai ulangan juga dikelompokkan sesuai kriteria nilai tes siswa yakni 52,94% siswa mendapat kriteria baik sekali, 17,65% siswa mendapat kriteria baik, 8,82% siswa mendapat kriteria cukup, 14,71% mendapat kriteria kurang, dan 5,88% siswa mendapat kriteria gagal. Hasil pengamatan pada aspek conscience menunjukkan bahwa 49,335% siswa memiliki kepercayaan diri yang cukup baik, 44,7% siswa menunjukkan tanggung jawab yang baik, 71,705% siswa memiliki ketelitian yang baik, dan 50,805% siswa menunjukkan kerja sama yang baik. Hasil pengamatan pada aspek compassion menunjukkan bahwa 55,26% siswa menunjukkan sikap membantu yang baik dan 50,805% siswa menunjukkan sikap saling menghargai yang baik. (3) Hasil persentase kuesioner respon siswa kategori netral sebesar 20,58%, persentase respon siswa kategori bagus sebesar 64,71%, dan persentase respon siswa kategori sangat bagus sebesar 14,71%.
ABSTRACT
Mikaela Yuliani. 2016. The Implementation of Learning Media of Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) in Rectangular Solid Materials that Accommodate Van Hiele Theory in Grade VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.
This research is qualitative descriptive study that implements learning media of Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) in rectangular solid materials that accommodate Van Hiele theory. The purpose of this research is to describe the implementation of PPR learning media, describe the results of the implementation which include 3C (Competence, Conscience, Compassion), and describe students’ responses.
This research uses learning media that has been tested by previous researchers. Learning media that is used include: syllabus, lesson plan, worksheet, teaching materials, THB, and attitude assessment. In addition, the researcher is also using instruments in the form of interview, observation sheet, and questionnaire of students’ responses.
Key words: Learning media, Reflective Pedagogy Paradigm, rectangular solid, Van Hiele theory
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi
Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Materi Balok
yang Mengakomodasi Teori Van Hiele di Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mendukung penulis dari awal penulisan skripsi hingga
5. Bapak Th. Sugiarto Pudjohartono, M.T., selaku Dosen Pembimbing
Akademik 2012 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
6. Ibu Veronica Fitri Rianasari, M.Sc., Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., Ibu Maria
Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., dan Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. selaku dosen ahli
yang telah menjadi validator instrumen pembelajran dan instrumen penelitian.
7. Br. Yosep Anton Utmiyadi FIC, S.S., selaku Kepala SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat
berlangsung dengan baik.
8. Ibu Caecilia Peny Suryaningtyas, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII D
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia membantu penelitian
ini.
9. Siswa-siswi kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah
berpartisipasi dalam membantu melancarkan pelaksanaan penelitian.
10.Kedua orang tua, Edmundus Campion Ambar setiadi dan Anatasia Hendar
Supatmi yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan doa bagi
penulis.
11.Kakakku Yohana Wulandari yang selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi.
12.Sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberikan semangat dan motivasi
bagi penulis: Raymunda Rahayuningsih, Ika Siwi Wulandani, Adventa
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
8. Respon Siswa ... 29
B. Penelitian yang Relevan ... 31
C. Kerangka Berpikir ... 33
BAB III Metode Penelitian ... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Setting Penelitian ... 34
C. Jenis Data ... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 37
F. Validitas ... 45
G. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV Pelaksanaan Penelitian, Analisis Data, dan Pembahasan ... 51
A. Pelaksanaan Penelitian ... 51
B. Analisis Data ... 56
1. Analisis Data Implementasi Perangkat Pembelajaran PPR ... 56
2. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 58
3. Analisis Penilaian Sikap Siswa ... 60
4. Analisis Data Kuesioner ... 69
C. Pembahasan ... 71
1. Pelaksanaan Implementasi Perangkat Pembelajaran PPR ... 71
2. Hasil Pencapaian 3C (Competence,Conscience, dan Compassion) ... 95
3. Deskripsi Respon Siswa ... 99
D. Keterbatasan Penelitian ... 101
BAB V Penutup ... 102
A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 105
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kubus Satuan untuk Menentukan Rumus Volume ... 26
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ... 38
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa ... 40
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan PPR ... 41
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Conscience(Suara Hati) ... 43
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Compassion(Kepedulian) ... 43
Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Tes Hasil Belajar ... 44
Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 44
Tabel 3.8 Kriteria Skor Maksimal Butir Soal pada Tes ... 47
Tabel 3.9 Kriteria Nilai Tes Siswa ... 47
Tabel 3.10 Kriteria Skor Kuesioner Pernyataan Positif ... 49
Tabel 3.11 Kriteria Skor Kuesioner Pernyataan Negatif ... 49
Tabel 3.12 Kriteria Respon Siswa ... 49
Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan Implementasi Perangkat Pembelajaran PPR ... 57
Tabel 4.2 Tabel Tes Hasil Belajar Siswa Kelas VIII D ... 58
Tabel 4.3 Persentase Banyak Siswa Sesuai Kriteria THB ... 59
Tabel 4.4 Hasil Persentase Penilaian Conscience Pertemuan Pertama ... 61
Tabel 4.5 Hasil Persentase Penilaian Conscience Pertemuan Kedua ... 62
Tabel 4.6 Hasil Persentase Compassion Pertemuan Pertama ... 66
Tabel 4.7 Hasil Persentase Compassion Pertemuan Kedua ... 67
Tabel 4.8 Analisis Kuesioner Respon Siswa ... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Balok ABCD.EFGH ... 22
Gambar 2.2 Diagonal sisi balok ABCD.EFGH ... 22
Gambar 2.3 Diagonal ruang balok ABCD.EFGH ... 23
Gambar 2.4 Bidang diagonal balok ABCD.EFGH ... 23
Gambar 2.5 Balok ABCD.EFGH ... 24
Gambar 2.6 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH ... 24
Gambar 2.7 Jaring-jaring Balok ... 25
Gambar 4.1 Diagram Persentase Hasil Belajar Siswa ... 60
Gambar 4.2 Diagram Persentase Conscience (Percaya Diri) ... 64
Gambar 4.3 Diagram Persentase Conscience (Tanggung Jawab) ... 64
Gambar 4.4 Diagram Persentase Conscience (Teliti) ... 65
Gambar 4.5 Diagram Persentase Conscience (Kerjasama) ... 65
Gambar 4.6 Diagram Persentase Compassion (Saling Membantu) ... 68
Gambar 4.7 Diagram Persentase Compassion (Saling Menghargai) ... 68
Gambar 4.8 Diagram Persentase Kuesioner Respon Siswa ... 71
Gambar 4.9 Guru Mengingatkan Materi Sebelumnya ... 74
Gambar 4.10 Guru Membagi Siswa ke dalam Beberapa Kelompok ... 75
Gambar 4.11 Siswa Berdiskusi dalam Kelompok ... 77
Gambar 4.12 Siswa sedang Membongkar kardus ... 78
Gambar 4.13 Guru Bersama Siswa Membahas LKS ... 79
Gambar 4.14 Siswa mulai menulis Refleksi ... 80
Gambar 4.15 Contoh Hasil Refleksi S3 Nomor 1 ... 81
Gambar 4.16 Contoh Hasil Refleksi S7 Nomor 1 ... 81
Gambar 4.17 Contoh Hasil Refleksi S27 Nomor 2 ... 81
Gambar 4.18 Contoh Hasil Refleksi S15 Nomor 2 ... 82
Gambar 4.19 Contoh Hasil Refleksi S32 Nomor 3 ... 82
Gambar 4.20 Contoh Hasil Refleksi S8 Nomor 3 ... 82
Gambar 4.21 Contoh Jawaban Aksi S15 ... 83
Gambar 4.22 Siswa Membawa Jaring-jaring Balok ... 83
Gambar 4.23 Siswa Mulai Masuk ke dalam Kelompok ... 88
Gambar 4.25 Siswa Menuliskan Hasil Diskusi di Papan Tulis ... 90
Gambar 4.26 Contoh Hasil Refleksi S3 Nomor 1 ... 92
Gambar 4.27 Contoh Hasil Refleksi S20 Nomor 1 ... 92
Gambar 4.28 Contoh Hasil Refleksi S28 Nomor 2 ... 92
Gambar 4.29 Contoh Hasil Refleksi S1 Nomor 2 ... 92
Gambar 4.30 Contoh Hasil Refleksi S20 Nomor 3 ... 93
Gambar 4.31 Contoh Jawaban Aksi S27 ... 94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 108
Lampiran 2 Lembar Validasi Pedoman Wawancara 109
Lampiran 3 Lembar Validasi Observasi 111
Lampiran 4 Lembar Validasi Kuesioner 113
Lampiran 5 Lembar Validasi Silabus 115
Lampiran 6 Lembar Validasi RPP 118
Lampiran 7 Silabus 122
Lampiran 8 RPP 128
Lampiran 9 Bahan Ajar 143
Lampiran 10 LKS 155
Lampiran 11 Soal THB dan Pedoman Penskoran 165
Lampiran 12 Penilaian Conscience dan Compassion 171
Lampiran 13 Lembar Kuesioner Respon Siswa 174
Lampiran 14 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan 176
Lampiran 15 Lembar Observasi Keterlaksanan Pembelajaran 179
Lampiran 16 Hasil LKS Siswa 185
Lampiran 17 Lembar Jawab Ulangan Siswa 196
Lampiran 18 Hasil Refleksi Siswa 200
Lampiran 19 Hasil Aksi Siswa 202
Lampiran 20 Daftar Nilai siswa 203
Lampiran 21 Hasil Penilaian Conscience dan Compassion 205
Lampiran 22 Transkripsi Video 212
Lampiran 23 Hasil Wawancara Siswa 223
Lampiran 24 Hasil Kuesioner Siswa 225
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai pengetahuan
yang mampu mempersiapkan siswa dimasa yang akan datang. Banyak orang
berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mendapatkan pendidikan
setinggi-tingginya untuk bekal di masa depan. Namun banyak orang belum
menyadari bahwa pendidikan bukan hanya untuk menciptakan manusia dengan
keahlian tinggi, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menumbuhkan manusia-manusia
terpelajar yang mau dan mampu memperjuangkan keadilan serta memiliki
nilai-nilai kemanusiaan (Subagya dkk, 2008: 3). Pendidikan diharapakan mampu
menumbuhkembangkan pribadi dan karakter siswa, sehingga dikemudian hari
mereka siap menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial yang tangguh.
Pendidikan erat hubunganya dengan proses pembelajaran yang berlangsung di
sekolah. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa proses
pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa belum menemukan konsep secara
mandiri, sehingga pembelajaran terlihat monoton, masih ada siswa yang terlihat
individualis, kurang peduli dengan keadaan sekitar, masih ada siswa yang terlihat
masih pasif, dan jarang mengajukan pertanyaan pada guru. Selain itu, berdasarkan
hasil wawancara dengan guru, peneliti mengetahui bahwa guru tidak terbiasa
mengajak siswa untuk merefleksikan pengalaman pembelajaran yang telah
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan variasi pembelajaran yang dapat
menumbuhkembangkan nilai kemanusiaan dan karakter siswa yaitu dengan
variasi pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan kepribadian
siswa menjadi pribadi yang memiliki nilai kemanusiaan (Subagya dkk, 2008:
39). Pola pikir yang dimaksud disini adalah pola pikir dalam membentuk pribadi,
siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa
difasilitasi dengan pertanyaan agar mampu merefleksikan pengalaman tersebut,
dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa mampu membuat
niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika pola pikir tersebut,
siswa diharapkan mengalami pengalaman itu sendiri, bukan sekedar mendapat
informasi karena diberi tahu. Melalui refleksi siswa diharapkan yakin dengan diri
sendiri, bukan karena patuh dengan tradisi atau peraturan. Melalui aksi, siswa
diharapkan berbuat dengan kemauannya sendiri, bukan karena ikut-ikutan.
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki tujuan dalam rumusan 3C yaitu
Competence, Conscience, dan Compassion. Competence berarti menguasai ilmu
pengetahuan/keterampilan yang dipelajari. Conscience berarti mempunyai hati
nurani yang dapat membedakan yang baik dan tidak baik. Compassion berarti
kepekaan untuk berbuat baik bagi orang lain yang membutuhkan dan mempunyai
kepedulian pada orang lain.
Geometri merupakan cabang matematika yang diajarkan pada setiap jenjang
pendidikan, dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Menurut
menumbuhkan kemampuan berfikir logis, mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah dan pemberian alasan serta dapat mendukung banyak topik
lain. Geometri merupakan bagian matematika yang dekat dengan siswa, karena
hampir semua objek visual yang ada disekitar merupakan objek geometri.
Geometri dapat dikatakan sebagai salah satu materi yang dianggap penting dalam
matematika. Menurut Usiskin (dalam Safrina, 2014:10) ada tiga alasan mengapa
geometri perlu diajarkan yaitu pertama, geometri satu-satunya bidang matematika
yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia nyata. Kedua,
geometri satu-satunya yang dapat memungkinkan ide-ide matematika yang dapat
divisualisasikan, dan yang ketiga, geometri dapat memberikan contoh yang tidak
tunggal tentang sistem matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, peneliti mengetahui bahwa masih ada siswa yang
masih kesulitan dalam mempelajari bangun ruang sisi datar, contohnya siswa
masih kesulitan menentukan luas permukaan balok.
Menurut Nur’aeni (2010) untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari
geometri, kita dapat memanfaatkan teori pembelajaran Van Hiele. Teori Van
Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari
geometri, dimana siswa tidah dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa
melewati tingkat yang lebih rendah. Teori Van Hiele menyatakan bahwa ada lima
tingkat berpikir siswa yaitu, level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2
(deduksi informal), level 3 (deduksi) dan level 4 (rigor). Selain itu, untuk
mengajukan tahapan pembelajaran yang melibatkan 5 fase yaitu, informasi,
orientasi terarah, eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan
mengimplementasikan perangkat pembelajaran dengan menggunakan PPR pada
materi balok menggunakan teori Van Hiele di kelas VIII yang sudah
dikembangkan oleh peneliti sebelumnya (Prabaningrum, 2016). Penelitian ini
diharapkan dapat menindak lanjuti penelitian sebelumnya dengan baik sehingga
pelaksanaannya dapat berjalan dengan lebih optimal. Berdasarkan alasan tersebut,
penelitian ini diberi judul “Implementasi Perangkat Pembelajaran PPR pada
Materi Balok yang Mengakomodasi Teori Van Hiele di Kelas VIII D SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Pendidikan bukan hanya untuk menciptakan manusia dengan keahlian tinggi.
2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru.
3. Siswa belum menemukan konsep secara mandiri.
4. Pembelajaran terlihat monoton.
5. Siswa masih terlihat pasif, jarang mengajukan pertanyaan pada guru.
6. Masih ada siswa yang masih kesulitan dalam mempelajari bangun ruang sisi
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah, maka permasalahan ini dibatasi pada perangkat
pembelajaran PPR yang akan diimplementasikan di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele. Materi
balok pada penelitian ini dibatasi pada kompetensi dasar 3.9 yaitu menentukan
luas permukaan dan volume balok.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keterlaksanaan implementasi perangkat pembelajaran PPR pada
materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele di kelas VIII D SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
2. Bagaimana hasil implementasi perangkat pembelajaran PPR pada materi
balok yang mengakomodasi teori Van Hiele di kelas VIII D SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta?
3. Bagaimana respon siswa kelas VIII D setelah mengikuti pembelajaran yang
mengimplementasikan perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan implementasi perangkat pembelajaran
PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele pada siswa
kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
2. Untuk mendeskripsikan hasil implementasi perangkat pembelajaran PPR pada
materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
3. Untuk mendeskripsikan respon siswa kelas VIII D setelah mengikuti
pembelajaran yang mengimplementasikan perangkat pembelajaran PPR pada
materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele.
F. Batasan Istilah
Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah, antara lain:
1. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
2. Hasil belajar adalah perubahan kemampuan siswa baik kognitif, afektif
maupun psikomotorik setelah mengikuti proses belajar mengajar.
3. Implementasi adalah suatu aktivitas yang membutuhkan proses pada ide,
konsep, kebijakan, dan tindakan yang memberikan perubahan atau dampak
4. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah polapikir dalam
menumbuhkembangkan kepribadian siswa menjadi pribadi yang memiliki
nilai kemanusiaan dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.
5. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam
mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih
tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah.
6. Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah bidang berbentuk
persegi panjang.
7. Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
8. Respon siswa adalah reaksi yang dilakukan siswa dalam menanggapi
pengaruh atau rangsangan dalam dirinya dari suatu proses pembelajaran.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya
dalam pembelajaran matematika. Adapun kegunaannya sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan inspirasi proses
pembelajaran dengan menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan
menggunakan teori pembelajaran Van Hiele pada materi yang berhubungan
dengan geometri.
Siswa diharapkan dapat memaknai proses pembelajaran yang telah
berlangsung dan memahami bangun ruang sisi datar sesuai teori Van Hiele
dengan baik.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat meningkatkan wawasan tentang implementasi
Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran matematika dan
menambah pengalaman peneliti dalam menggunakan teori pembelajaran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Belajar
Menurut Winkel (1987: 36) belajar adalah aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai
sikap. Perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan
terhadap hasil yang telah diperoleh, perubahan itu bersifat relatif konstan dan
berbekas. Hudojo (1981: 2) berpendapat bahwa belajar adalah proses untuk
mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah
laku manusia dan tingkah laku ini menjadi tetap, tidak akan berubah lagi dengan
modifikasi yang sama. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap
2. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Menurut Majid
(2014: 27) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses
belajar mengajar. Kunandar (2014: 62) berpendapat bahwa hasil belajar adalah
kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik
yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Sedangkan Purwanto (2009: 46) berpendapat bahwa hasil belajar
adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar, perubahan perilaku tersebut
disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan
dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan kemampuan siswa baik kognitif, afektif maupun
psikomotorik setelah mengikuti proses belajar mengajar.
3. Implementasi
Menurut Mulyasa (2008: 178), Implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan
maupun nilai, dan sikap. Menurut Oxford Advance Learner’s Dictionary (dalam
Mulyasa, 2008:178) implementasi adalah: “put something into effect”, (penerapan
sesuatu yang memberikan efek atau dampak). Menurut Usman (dalam Hadiyanti,
suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana untuk mencapai tujuan kegiatan.
Dari pendapat para ahli tersebut, menurut peneliti implementasi adalah suatu
aktivitas yang membutuhkan proses pada ide, konsep, kebijakan, dan tindakan
yang memberikan perubahan atau dampak untuk mencapai tujuan kegiatan.
4. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Menurut Subagya dkk (2008: 39) PPR adalah polapikir dalam
menumbuhkembangkan kepribadian siswa menjadi pribadi yang memiliki nilai
kemanusiaan. Polapikir yang dimaksud disini adalah pola pikir dalam membentuk
pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa
difasilitasi dengan pertanyaan agar mampu merefleksikan pengalaman tersebut,
dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa mampu membuat
niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika pola pikir tersebut,
siswa diharapkan mengalami pengalaman itu sendiri, bukan sekedar mendapat
informasi karena diberi tahu. Melalui refleksi siswa diharapkan yakin dengan diri
sendiri, bukan karena patuh dengan tradisi atau peraturan. Melalui aksi siswa
diharapkan berbuat dengan kemauannya sendiri, bukan karena ikut-ikutan.
Menurut Suparno (2015: 18) PPR adalah suatu pedagogi bukan hanya
sekedar metode pembelajaran. Suatu pedagogi tersebut diartikan sebagai
pendekatan, suatu cara guru mendampingi siswa sehingga siswa berkembang
menjadi pribadi yang utuh. Dalam PPR, tujuan seluruh pendidikan adalah agar
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa PPR adalah
polapikir dalam menumbuhkembangkan kepribadian siswa menjadi pribadi yang
memiliki nilai kemanusiaan dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menekankan langkah-langkah
beruntun yang terdiri dari: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi
(Suparno, 2015: 21).
a. Konteks
Konteks adalah deskripsi tentang “dengan siapa” berinteraksi, “bagaimana” latar belakang dan pengalaman hidupnya, “dimana” dan “seperti
apa” lingkungan tempatnya berinteraksi, “apa” yang diharapkan muncul dari
interaksi tersebut, serta “mengapa” mengikuti pembelajaran ini (P3MP-LPM
USD, 2012:13). Menurut Suparno (2015: 21) konteks merupakan unsur
pertama dalam pembelajaran PPR, guru perlu mengerti konteks siswa,
lingkungan, dan sekolah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa konteks adalah gambaran atau ilustrasi untuk
mengembangkan materi ataupun sikap dalam proses pembelajaran.
b. Pengalaman
Pengalaman menunjuk pada setiap kegiatan yang memuat pemahaman
kognitif dan unsur afektif yang dihayati oleh siswa (Subagya, 2010:50).
Menurut Suparno (2015: 28) pengalaman adalah suatu kejadian yang sungguh
terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat menyentuh pikiran, hati,
kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa. Pengalaman belajar, pengalaman
direfleksikan sehingga pembelajaran punya makna bagi siswa. Tugas guru
adalah menyediakan pengalaman itu bagi siswa sehingga siswa sungguh
mengalami sendiri dan pengalaman itu menjadi miliknya.
Menurut P3MP-LPM USD (2012: 16-17) dalam tahap pengalaman ini,
siswa diajak untuk melakukan kegiatan yang memuat tidak hanya aspek
kognitif (pemahaman) atas materi yang tengah disimak, tetapi juga aspek
afektif (perasaan/penghayatan) dan aspek psikomotorik (niat/kehendak). Jadi,
keseluruhan pribadi (akal budi, rasa, dan kehendak) siswa diasah supaya
mereka memperoleh pengetahuan yang semakin utuh. Pengalaman dalam
pembelajaran ada dua jenis yaitu pengalaman langsung dan tidak langsung.
Pengalaman langsung adalah pengalaman atas peristiwa/kejadian yang
digeluti oleh siswa sendiri baik di dalam maupun di luar kelas yang dikaitkan
dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari. Misalnya diskusi dan penelitian
dalam laboratorium. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang
diperoleh siswa (bukan dialami sendiri) dari mendengar, membaca, dan
melihat melalui berbagai media. Pengalaman tidak langsung kurang memiliki
kekuatan membangkitkan dimensi afektif. Oleh karena itu, pengalaman tidak
langsung perlu diperkaya dengan imajinasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah
kegiatan yang memuat aspek kognitif (pemahaman) atas materi yang tengah
disimak, aspek afektif (perasaan/penghayatan) dan aspek psikomotorik
(niat/kehendak) yang dapat menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan,
c. Refleksi
Menurut Subagya (2010: 55) refleksi berarti menyimak kembali penuh
perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi
spontan supaya dapat menangkap maknanya lebih mendalam. Jadi, refleksi
adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman
manusiawi. Suparno (2015: 33) berpendapat bahwa dalam refleksi siswa
dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya, mengambil makna bagi hidup pribadi, dan hidup bersama. Menurut
P3MP-LPM USD (2012: 18-20) refleksi merupakan suatu proses menuju
perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya.
Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan
daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu,
pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk
menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari. Melalui refleksi,
pengalaman siswa diharapkan menjadi bermakna sehingga mampu
mendorong melakukan aksi (tindakan). Refleksi harus menjadi proses
formatif yang membentuk kesadaran siswa mengenai sikap, kebiasaan, nilai,
cara pandang, dan cara berpikir mereka. Melalui refleksi siswa diharapakan
tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kedalaman competence, conscience,
dan compassion.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa refleksi adalah
suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi yang
d. Aksi
Aksi adalah kegiatan yang mencerminkan pertumbuhan batin berdasarkan
pengalaman yang telah direfleksikan (P3MP-LPM USD, 2012: 29). Aksi
memiliki dua aspek, yaitu aspek internal dan eksternal. Aspek internal
merupakan pertumbuhan batin yang terjadi berkat proses refleksi. Aspek
eksternal adalah manifestasi dari pertumbuhan batin itu. Dengan demikian
aksi selalu mencakup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin (hasil dari refleksi
pengalaman) dan manifestasi lahiriahnya (perwujudan nyata). Menurut
Suparno (2015: 37) aksi adalah tindakan, entah masih batin atau sudah
tindakan psikomotorik, yang dilakukan siswa setelah merefleksikan
pengalaman belajar. Secara nyata aksi dapat berupa sikap diri yang berubah
lebih baik dan tindakan nyata keluar yang dapat dilihat dan dirasakan orang
lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksi adalah kegiatan entah masih batin atau
sudah tindakan psikomotorik yang memaknai pengalaman yang telah
direfleksikan.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas untuk memonitor perkembangan akademis siswa
(P3MP-LPM USD, 2012: 34-35). Evaluasi merupakan proses sistematis
pengumpulan, pengolahan, dan pengambilan keputusan atas data obyek,
untuk selanjutnya dipertimbangkan pemberian nilai atas obyek berdasarkan
kriteria tertentu. Obyek penilaian dalam evaluasi pembelajaran adalah proses
strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran,
cara mengajar yang dilaksanakan, minat, sikap dan cara belajar siswa.
Menurut Suparno (2015:40) evaluasi dimaksudkan untuk melihat
keseluruhan bagaimana proses PPR itu terjadi dan berkembang. Evaluasi
berkaitan dengan tujuan pembelajaran yaitu 3C (Competence, Conscience,
Compassion). Competence mencakup 3 aspek yaitu kognitif, psikomotorik,
dan afektif. Conscience dan compassion mencakup aspek afektif. Berikut
penjelasan 3C (Competence, Conscience, Compassion) menurut Kolvenback.
1) Competence yaitu siswa kompeten dalam ilmu yang dipelajari. Disini segi
intelektual dan skill menjadi penting. Unsur kognitif dan skill siswa
dikembangkan.
2) Conscience yaitu suara hati. Siswa dikembangkan suara hatinya, sehingga
dapat dengan jelas mengerti, dapat mendeteksi apakah sesuatu hal atau
tindakan itu baik atau tidak baik, dan dapat mengambil keputusan.
3) Compassion yaitu kepekaan kepada kebutuhan orang lain yang
membutuhkan. Siswa digerakkan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain
yang membutuhkan.
Dengan demikian siswa yang belajar menggunakan PPR dibantu berkembang
menjadi pribadi yang cerdas, bernurani, dan sosial. Mereka berkembang
5. Teori Van Hiele
a. Tingkatan Berpikir Teori Van Hiele
Tingkatan berpikir Van Hiele ada lima tingkat berpikir dalam geometri
(Walle, 2008:151). Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang
diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut
menjelaskan tentang bagaimana siswa berpikir dan jenis ide-ide geometri apa
yang siswa pikirkan. Berikut lima tingkatan berpikir teori Van Hiele (Walle,
2008:151-154).
1) Level 0: Visualisasi
Pada level ini siswa mulai mengenal dan menamakan bentuk-bentuk
berdasarkan karakteristik luas dan tampilan dari bentuk-bentuk tersebut.
Siswa mampu membuat pengukuran dan bahkan berbicara tentang sifat-sifat
bentuk, tetapi sifat-sifat tersebut tidak terpisahkan dari wujud sebenarnya.
Wujud dari bentuk-bentuk tersebut mendefinisikannya pada siswa. Alhasil
siswa pada tingkatan ini dapat membuat dan mulai memahami
pengelompokkan bentuk-bentuk. Penekanan pada level 0 ini terdapat pada
bentuk-bentuk yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau
digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Tujuan umum yaitu menelusuri
bagaimana bentuk-bentuk serupa atau berbeda, serta menerapkan ide-ide ini
untuk membuat berbagai kelompok dari bentuk-bentuk.
2) Level 1: Analisis
Pada level ini siswa dapat menyatakan semua bentuk dalam golongan
sebuah kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ciri-cirinya.
Siswa yang berada pada level 1 akan dapat menyebutkan sifat-sifat tetapi
belum menyadari hubungannya. Dalam mengenali sebuah bentuk, para
pemikir tingkat 1 akan menyebutkan sifat-sifat dari bentuk sebanyak
mungkin.
3) Level 2: Deduksi informal
Pada level ini siswa mulai dapat berpikir tentang sifat-sifat objek geometri
dan dapat membuat hubungan di antara sifat-sifat tersebut. Siswa pada
tingkat 2 dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapat-pendapat informal,
deduktif tentang bentuk dan sifat-sifatnya. Siswa disini lebih fokus kepada
sifat-sifat bentuk, hal yang tadinya merupakan hasil utama dalam kegiatan 1
sebelumnya, lalu siswa membentuk kumpulan hubungan-hubungan baru
yang ada di antara sifat-sifat tersebut.
4) Tahap 3: Deduksi
Pada level ini siswa mampu meneliti bukan hanya sifat-sifat bentuk saja.
Pemikiran mereka sebelumnya telah menghasilkan dugaan mengenai
hubungan antar sifat-sifat. Apakah perkiraan ini tepat? Apakah itu semua “benar”? ketika analisis pendapat informal ini berlangsung, struktur sebuah
sistem lengkap dengan aksioma, definisi, teorema, efek, dan postulat mulai
berkembang dan dapat dihargai sebagai alat dalam pembentukan kebenaran
geometri. Pada tingkat ini, siswa mulai menghargai kebutuhan dari sistem
logika yang berdasar pada kumpulan asumsi minimum dan di mana
dengan pertanyaan-pertanyaan abstrak tentang sifat-sifat geometris dan
membuat kesimpulan lebih berdasarkan pada logika daripada naluri. Tipe
pemikiran yang mengkarakterisasikan seorang pemikir pada tingkat 3 sama
dengan yang dibutuhkan pada pelajaran geometri sekolah tinggi tipikal. Di
sanalah siswa membuat sebuah daftar aksioma dan definisi untuk membuat
teorema, mereka juga membuktikan teorema tersebut dengan menggunakan
pemikiran logis dan teratikulasi.
5) Level 4: Ketepatan (Rigor)
Level ini adalah level teratas dalam tingkatan berpikir Van Hiele,
objek-objek perhatian adalah sistem dasarnya sendiri, bukan hanya
penyimpulannya dalam sistem. Terdapat apresiasi akan perbedaan dan
hubungan antara berbagai sistem dasar. Secara umum ini adalah tingkatan
mahasiswa jurusan matematika yang mempelajari geometri sebagai cabang
dari ilmu matematika.
b. Tahapan Belajar Geometri Menurut Van Hiele
Menurut D’Augustine dan Smith (1992:277), Crowley (1987:5) (dalam Nur’aeni, 2010: 32) kemajuan tingkat berpikir geometri siswa maju dari satu
tingkatan ke tingkatan berikutnya melibatkan 5 fase. Kemajuan dari satu
tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung pada pengalaman
pendidikan/pembelajaran ketimbang pada usia atau kematangan. Sejumlah
pengalaman dapat mempermudah (atau menghambat) kemajuan dalam satu
1) Fase 1 Informasi (information)
Fase ini guru mengidentifikasi segala sesuatu yang sudah
diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi berorientasi
pada topik tersebut. Guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
sesuai dengan topik yang akan dipelajari untuk mengetahui pengetahuan
dan pentingnya mempelajari topik tersebut.
2) Fase 2 Orientasi terarah/terpandu (guided orientation)
Fase ini siswa sudah mulai mejajaki objek-objek pengajaran dan
tugas-tugas terstruktur secara cermat. Siswa menerka topik secara aktif,
kemudian guru memastikan bahwa siswa menjajaki konsep-konsep
spesifik.
3) Fase 3 Eksplisitasi (explicitation)
Fase ini siswa mulai mengekspresikan/menggambarkan apa yang
telah mereka pelajari tentang topik. Siswa berpendapat tentang topik
yang sudah dipelajari dengan bahasa sendiri, kemudian guru membantu
siswa menggunakan kosa kata yang benar dan akurat. Guru
memperkenalkan istilah-istilah matematika yang relevan.
4) Fase 4 Orientasi bebas (free orientation)
Fase ini siswa mulai menerapkan hubungan-hubungan yang sedang
dipelajari untuk memecahkan soal. Siswa mengaplikasikan pengetahuan
yang sudah didapat untuk memecahkan soal yang memerlukan beberapa
5) Fase 5 Integrasi (integration)
Fase ini siswa membuat ringkasan dan mengintegrasikan tentang
topik yang sudah mereka pelajari dengan menggunakan istilah geometri
agar menggambarkan objek tersebut. Siswa sudah memperoleh
pengetahuan baru tentang topik yang dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori Van Hiele adalah
suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana
siswa tidah dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang
lebih rendah.
6. Balok
Misalkan A1 dan A2 adalah dua bidang yang sejajar,t adalah suatu garis
transversal dan R adalah daerah poligon di bidang A1 yang tidak memotong t.
Untuk setiap X di R misalkan ̅̅̅̅ adalah segmen yang sejajar t, dimana Y ada
di bidang A2. Gabungan dari seluruh segmen tersebut disebut sebagai prisma.
Daerah poligon tersebut dinamakan alas prisma. Himpunan dari seluruh titik Y
yang merupakan bagian prisma dan terletak di A2 disebut tutup prisma. Jarak h
antara A1 dan A2 disebut tinggi dari prisma. Jika t tegak lurus dengan A1 dan A2
prisma tersebut disebut prisma tegak. Parallelepipedum adalah prisma yang
alasnya merupakan daerah jajargenjang. Secara khusus balok adalah suatu
parallelepipedum yang alasnya merupakan persegi panjang dan sekaligus
a. Unsur-unsur Balok
Balok memiliki unsur-unsur yaitu sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi,
diagonal ruang, dan bidang diagonal. Penjelasan tentang unsur-unsur balok
adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1 Balok ABCD.EFGH
1) Sisi
Balok memiliki enam sisi. Sisi-sisi balok pada gambar 2.1 di atas yaitu
ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, ADHE, BCGF.
2) Rusuk
Sebuah balok mempunyai 12 rusuk. Rusuk balok pada gambar 2.1 di atas
yaitu ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅,
3) Titik Sudut
Sebuah balok mempunyai 8 titik sudut. Titik sudut balok pada gambar 2.1
di atas yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.
4) Diagonal Sisi
Gambar 2.2 Diagonal sisi balok ABCD.EFGH
5) Diagonal Ruang
Gambar 2.3 Diagonal ruang balok ABCD.EFGH
Balok memiliki empat diagonal ruang. Diagonal ruang balok pada
gambar 2.3 di atas yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅.
6) Bidang Diagonal
Gambar 2.4 Bidang diagonal balok ABCD.EFGH
Balok mempunyai 6 buah bidang diagonal. Bidang diagonal balok pada
gambar 2.4 di atas yaitu BDHF, ACGE, ADGF, BCHE, CDEF, dan ABGH. b. Sifat-sifat Balok
Balok memiliki sifat-sifat yang khas yang membedakan dengan bangun ruang
lainnya. Sifat-sifat balok adalah sebagai berikut.
1) Mempunyai 6 buah sisi yang terdiri dari 3 pasang sisi yang bentuk dan
ukurannya sama(kongruen).
2) Mempunyai 12 rusuk yang terdiri dari 3 kelompok rusuk yang sama
panjang dan sejajar.
3) Mempunyai 8 titik sudut.
4) Mempunyai 12 diagonal sisi, namun panjang diagonal sisi pada suatu
5) Mempunyai 4 diagonal ruang.
6) Mempunyai 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang, namun
bidang diagonal suatu balok tidak sama, tergantung pada letak bidang
diagonal tersebut.
c. Jaring-jaring Balok
Jaring-jaring balok adalah rangkaian enam buah persegi panjang yang jika
dilipat menurut garis persekutuan dua persegi panjang dapat membentuk
sebuah balok (Adinawan, 2014: 115). Jika balok ABCD.EFGH yang terbuat
dari karton diiris sepanjang ruas garis ̅̅̅̅̅,̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅̅ kemudian
direbahkan sisi- sisinya, maka akan diperoleh jaring- jaring balok seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.5 Balok ABCD.EFGH
Gambar 2.6 Jaring-jaring balok ABCD.EFGH
d. Luas Permukaan Balok
Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah seluruh luas bidang sisinya
(Marini, 2013:71). Dalam menentukan luas permukaan balok, perlu diketahui E
E
E H
H
H
A B
F F G
banyak bidang pada balok dan bentuk dari masing-masing bidang tersebut.
Kemudian gunakan rumus-rumus luas bangun datar yang telah dipelajari, yaitu
luas persegi panjang.
Gambar 2.7 Jaring-jaring Balok
Dari gambar di atas terlihat bahwa jaring-jaring balok terdiri dari enam persegi
panjang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa luas permukaan balok merupakan
jumlah luas keenam persegi panjang tersebut.
Dimisalkan:
p = panjang balok, l= lebar balok dan t= tinggi balok, maka:
Luas permukaan balok =
=luas sisi atas + luas sisi bawah + luas sisi depan + luas sisi belakang + luas
sisi kanan + luas sisi kiri
= ( p × l ) +( p × l ) + ( p × t ) + ( p × t ) + ( l × t ) + ( l × t )
= 2 ( p × l ) + 2 ( p × t ) + 2 ( l × t )
= 2 ( p l + p t + l t)
Jadi, luas permukaan balok adalah 2 ( p l + p t + l t)
e. Volume Balok
Volume suatu benda adalah ukuran untuk menyatakan besarnya ruangan
yang diperlukan bagi benda tersebut (Budhi, 2006: 71). Volume diukur dalam
satuan kubik. Rumus volume balok dapat diperoleh dengan menggunakan
p l p
t l
t t
kubus satuan. Kubus satuan merupakan kubus yang rusuknya berukuran satu
satuan panjang, yang digunakan untuk menentukan volume balok.
Tabel 2.1 Kubus Satuan untuk Menentukan Rumus Volume Balok
Balok Panjang Lebar Tinggi Banyak Kubus Volume
kolom panjang, lebar, dan tinggi.
Maka diperoleh rumus volume balok = panjang × lebar × tinggi.
7. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2012:96) perangkat
pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat
berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan
1) Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar
(Trianto, 2012: 96). Silabus merupakan pedoman rencana pembelajaran yang
berfungsi sebagai acuan pengembangan RPP (Kosasih, 2014: 144). Silabus
adalah ringkasan mata pelajaran yang disusun secara sistematik, memuat
tujuan, pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, alokasi waktu, dan sumber
belajar (Munthe, 2009: 202).
Dari uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang memuat pokok
bahasan, alokasi waktu, dan sumber belajar yang berfungsi sebagai acuan
pembuatan RPP.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi silabus. Rencana
pelaksanaan pembelajaran dapat menjadi panduan langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam
skenario kegiatan (Trianto, 2012: 108). Rencana pelaksanaan pembelajaran
adalah rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu
Dari uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rencana
pelaksanaan pembelajarana adalah rencana pembelajaran yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai suatu kompetensi dasar.
3) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Trianto (2012: 111) lembar kerja siswa adalah panduan siswa
yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan
masalah. LKS berisi sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan
oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan
kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus
ditempuh.
4) Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada siswa sebagai
pemelajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan (Hidayat,
2013: 62). Bahan ajar merupakan panduan siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang memuat materi pelajaran, informasi, dan contoh dalam
kehidupan sehari-hari (Trianto, 2012: 112). Jadi bahan ajar adalah panduan
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berisi materi pelajaran untuk
mencapai tujuan.
5) Tes Hasil Belajar (THB)
Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tes hasil belajar
dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasasarkan kisi-kisi
penulisan butir soal (Trianto, 2012: 114). Tes hasil belajar merupakan alat
ukur yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai
kompetensi (Sanjaya, 2010: 235). Berdasarkan uraian beberapa pendapat,
maka dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran
8. Respon Siswa
Menurut Abidin (dalam Susanto, 1977:51) respon adalah reaksi yang
dilakukan seseorang terhadap rangsangan, atau perilaku yang dihadirkan setelah
rangsangan. Menurut Soekanto (1983:48) respon merupakan konsekuensi dari
perilaku sebelumnya sebagai tanggapan atau jawaban suatu persoalan atau
masalah tertentu. Respon merupakan tindakan yang penuh arti dari individu
sepanjang tindakan itu memiliki makna bagi dirinya dan diarahkan pada orang
lain. Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang bersifat membatin atau
bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena terpengaruh dari situasi.
Menurut KBBI (2008: 977) yang dimaksud siswa adalah murid atau pelajar
yang sedang menempuh jenjang pendidikan pada tingkat sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, atau pada sekolah menengah atas. Sedangkan menurut
Arikunto (1996: 11) siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai obyek didik
disuatu lembaga pendidikan. Siswa sebagai anggota masyarakat sekolah yang
disimpulkan bahwa respon siswa adalah reaksi yang dilakukan siswa dalam
menanggapi pengaruh atau rangsangan dalam dirinya dari suatu proses
pembelajaran. Menurut Abidin (dalam Susanto, 1977: 52) ada tiga hal yang dilihat
dalam respon siswa, yaitu:
a. Minat
Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk
merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa
senang mempelajari materi itu (Winkel, 2005: 212). Antara minat dan
perasaan terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau
siswa yang merasa tidak senang, juga akan kurang berminat, dan sebaliknya.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang tertentu. Minat menimbulkan motivasi internal dimana subjek
melakukan kegiatan tersebut dari hati.
b. Perasaan
Perasaaan yang dimaksud disini adalah aktivitas psikis yang di dalamnya
subyek menghayati suatu obyek (Winkel, 2005: 210). Jika perasaan
mengandung nilai positif, maka akan lahir perasaan senang, perasaan senang
ini menjadi energi bagi siswa untuk pembelajaran selanjutnya. Sebaliknya
jika perasaan mengandung nilai negatif, maka lahirlah perasaan tidak senang..
Perasaan tidak senang tidak membantu mengembangkan sikap yang positif
ataupun minat dalam belajar. Sebaliknya, perasaan senang akan menimbulkan
c. Sikap
Sikap yang dimaksud disini adalah kecenderungan subyek menerima atau
menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal
yang berguna/berharga baginya atau tidak (Winkel, 2005: 211). Dengan
demikian, siswa yang memandang belajar di sekolah pada umumnya, sebagai
sesuatu yang sangat bermanfaat baginya, akan memiliki sikap positif.
Sebaliknya, siswa yang memandang itu semua sebagai sesuatu yang tidak
berguna, akan memiliki sikap negatif.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan implementasi
perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van
Hiele.
1. Penelitian yang berupa skripsi (skripsi: tidak diterbitkan) yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Materi
Uang dan Perbankan untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan
Compassion Siswa Kelas XC SMA Negeri 1 Kasihan Bantul” yang dilakukan
oleh Yudha (2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan PPR
dalam pembelajaran ekonomi dapat meningkatkan competence, conscience,
dan compassion siswa, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rerata
skor siswa pada competence, conscience, dan compassion di akhir siklus I dan
2. Penelitian yang berupa skripsi (skripsi: tidak diterbitkan) yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele dalam
Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Kesebangunan pada Siswa
Kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta” yang dilakukan oleh Liah
(2015). Penelitian ini menghasilkan nilai rata- rata siswa yang mencapai KKM
sebesar 76 % dan rata-rata persentase keaktifan siswa sebesar 40%, sehingga
dapat dikatakan bahwa teori Van Hiele efektif digunakan dalam pembelajaran
matematika pada materi kesebangunan.
Ketiga penelitian di atas mendasari peneliti untuk mengimplementasikan
perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van
Hiele pada kelas VIII. Relevansi dari penelitian tersebut adalah pada penelitian
pertama, telah meneliti penerapan PPR untuk meningkatkan 3C. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan rerata skor siswa pada competence, conscience, dan
compassion di akhir siklus I dan siklus II. Oleh karena itu peneliti ingin
menerapkan pembelajaran PPR pada proses pembelajaran materi balok di SMP
yaitu di kelas VIII. Pada penelitian kedua telah dibuktikan efektivitas teori Van
Hiele dalam materi Kesebangunan di SMP kelas IX. Hasil penelitian menunjukan
efektivitas teori Van Hiele berkategori baik. Oleh karena itu peneliti ingin
menggunakan teori Van Hiele pada proses pembelajaran materi balok di SMP
yaitu di kelas VIII. Berdasarkan dua penelitian tersebut peneliti
mengimplementasikan perangkat pembelajaran PPR pada materi balok yang
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil observasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, terlihat
pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa belum menemukan konsep secara
mandiri sehingga pembelajaran terlihat monoton. Siswa masih terlihat pasif,
jarang bertanya pada guru, dan masih terlihat kurang peduli dengan teman. Oleh
karena itu peneliti ingin mengimplementasikan pembelajaran PPR yang berisi
lima langkah yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Selain itu,
PPR juga memiliki tujuan 3C yaitu, Competence (kompetensi), Conscience (suara
hati), Compassion (kepedulian). Dengan pembelajaran PPR ini diharapkan siswa
mampu mengalami proses pengalaman belajarnya dan dapat menumbuhkan
nilai-nilai kemanusian siswa.
Menurut hasil wawancara terhadap guru, terkadang masih ada siswa yang
kesulitan dalam materi bangun ruang. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang
tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa tidah dapat naik
ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori ini
memililiki lima tingkat berpikir. Selain itu, untuk meningkatkan suatu tahap
berpikir ke tahap berpikir lebih tinggi Van Hiele mengajukan tahapan
pembelajaran yang melibatkan 5 fase yaitu, informasi, orientasi terarah,
eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi.
Oleh sebab itu, peneliti akan mengimplementasikan perangkat pembelajaran
PPR yang telah diujicoba oleh peneliti sebelumnya di SMP Negeri 1 Yogyakarta
pada materi balok yang mengakomodasi teori Van Hiele di kelas VIII D SMP
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara
tepat (Sukardi, 2008: 157). Penelitian kualitatif adalah suatu proses
penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi
objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi (Arifin, 2011: 140). Peneliti
mengimplementasikan perangkat pembelajaran PPR pada materi balok
yang mengakomodasi teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
B. Setting Penelitian
Setting penelitian berisi tentang tempat, waktu, subjek, dan objek
penelitian.
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta beralamat di Jalan Timoho 2/29, Desa
Muja- muja, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY.
2. Waktu Penelitian
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta, dengan jumlah siswa 34 anak, yang terdiri dari
17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
4. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah implementasi perangkat
pembelajaran PPR pada materi balok yang mengakomodasi teori Van
Hiele.
C. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang
berupa angka dan non angka. Data yang berupa angka yaitu keterlaksanaan
proses pembelajaran, sikap siswa, hasil tes siswa, dan respon siswa,
sedangkan data yang berupa non angka yaitu analisis kebutuhan, respon
siswa dan transkripsi pembelajaran PPR yang mengakomodasi teori Van
Hiele. Data-data ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan
kuantitatif.
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara,
observasi, penyebaran kuesioner, tes, dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin,
2011:233). Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah
wawancara langsung. Peneliti mewawancarai guru matematika dan
beberapa siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
Peneliti melakukan wawancara terhadap guru untuk memperoleh
informasi terkait proses pembelajaran dan hambatan yang dihadapi
guru dalam mengajar materi balok. Peneliti melakukan wawancara
terhadap beberapa siswa untuk mengetahui pendapat siswa tentang
proses pembelajaran yang telah berlangsung.
2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena yang sebenarnya
untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011: 231). Peneliti mencoba
mengamati kegiatan-kegiatan siswa secara langsung. Observasi dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi proses
pembelajaran matematika di kelas, sikap siswa saat proses
pembelajaran, serta untuk mengetahui keterlaksanaan implementasi
perangkat pembelajaran PPR.
3. Tes Hasil Belajar
Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat
berbagai pertanyaan-pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus