• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pinisi: Journal of Teacher Professional Volume 1, Nomor 2 Agustus 2020 e-issn: DOI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pinisi: Journal of Teacher Professional Volume 1, Nomor 2 Agustus 2020 e-issn: DOI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

82 DOI.10.26858

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASIC LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPA DI KELAS V UPT SD NEGERI 9 BENTENG KABUPATEN SIDRAP

Abdullah RF1

1UPT SD NEGERI 9 BENTENG Email: abdullahspd337@gmail.com

Artikel info Abstrak

Received; 5-6-2020 Revised:24-7-2020 Accepted;21-7-2020 Published,17-8-2020

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diikuti oleh semua mahasiswa keguruan. Mata pelajaran ini berbeda dengan mata pelajaran mahasiswa pada umumnya yang dilaksanakan di kampus. Mata pelajaran ini dilaksanakan dalam bentuk praktek lapangan sebagaimana kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru secara umum. PPL ini dilaksanakan di UPT SD Negeri 9 Benteng, Kabupaten Sidrap. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Teknik dan prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) observasi, 2) tes dan 3) dokumentasi. Temuan hasil penelitian adalah terjadi peningkatan hasil belajar IPA setelah penerapan model kooperatif tipe Problem Basic Learning di kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap. Kesimpulan penelitian ini adalah:

penerapan model Problem Basic Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang Konduktor dan isolator pada siswa kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap.

Key words:

Model Pembelajaran, Problem Basic Learning (PBL), Hasil Belajar Siswa

artikel pinisi:journal of teacher proffesonal dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY-4.0

PENDAHULUAN

Kondisi di lapangan, aktifitas belajar siswa menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa rendah, minat belajarnya kurang, dan kebanyakan siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini memberikan dampak yang negatif pada siswa sehingga mereka memperoleh nilai rendah pada saat evaluasi dilaksanakan, yaitu 54,41. Nilai ini belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan, yaitu 70.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA rendah. Hasil observasi yang dilaksanakan di kelas V menunjukkan bahwa

(2)

83 selama ini guru pernah menerapkan kegiatan belajar kelompok secara optimal.

Kegagalan siswa dalam aktifitas belajar IPA disebabkan karena kurangnya bimbingan dari guru, keberanian menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan kerja kelompok yang kurang. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan selama ini tidak menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar sehingga siswa cenderung pasif saat belajar. Hal ini menjadikan mereka kurang memahami materi pelajaran yang mereka pelajari.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas maka peneliti akan mencoba melaksanakan pembelajaran melalui model kooperatif tipe PBL kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe PBL tersebut siswa diharapkan akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada mata pelajaran khususnya mata pelajaran IPA.

Keunggulan model pembelajaran kooperatif model PBL adalah adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu. Setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai maksimum sehingga termotivasi untuk belajar sesuai dengan harapan kurikulum. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti mengangkat judul penelitian:

Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA melalui Penerapan Model kooperatif Tipe PBL di Kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classrom action research) yang berusaha mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa aspek dalam kegiatan belajar mengajar, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa untuk dapat menjawab permasalahan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap sebagai sekolah mitra penelitian sekaligus tempat penelitian mengajar. Subjek peneltian adalah guru dan siswa kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap dengan jumlah siswa 17 orang yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu peneliti yang langsung terlibat pada proses pembelajaran di kelas V dalam rangka meneliti secara langsung di lapangan, serta menyaksikan dan mencatat segala proses dan gejala-gejala yang terkait dan dianggap dibutuhkan oleh peneliti selama berlangsungnya proses penelitian.

Penelitian ini terdiri dari dua siklus tindakan. Penelitian Tindakan Kelas yaitu rencanakan penelitian berdaur ulang. Hal ini mengacu pada pendapat (Suharsini, 2007: 16) bahwa

“penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen utama yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) evaluasi, dan (5) refleksi (perenungan)”.

Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan tes awal berupa tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan di samping observasi. Observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui ketetapan tindakan yang akan diberikan dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa.

Dari hasil evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan tindakan yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa, yaitu melalui pembelajaran dengan

(3)

84 menggunakan pembelajaran kooperatif.

Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas prosedur secara terperinci adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan tindakan

Adapun tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

2) Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan pembelajaran kooperatif beserta soal- soal tes yang akan dibagikan kepada masing-masing siswa

3) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dibagikan kepada siswa

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa untuk mengamati proses pembelajaran selama penerapan tindakan siklus I

5)Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan penelitian diterapkan

b. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun. Dalam skenario pembelajaran harus menonjolkan tindakan yang ingin diterapkan, yaitu pembelajaran kooperatif model Problem Basic Learning dan keaktifan siswa dalam menerima pelajaran selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dan akan berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Problem Basic Learning.

Catatan lapangan bertujuan untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi.

Catatan ini memuat interaksi siswa dan guru selama pembelajaran kooperatif dan perencanaan pembelajaran yang telah tersusun.

d. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan kegiatan. Evaluasi tersebut ditunjukkan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan pemahaman siswa pada pokok bahasan panas dan perpindahannya yang diajarkan. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes hasil belajar yang disusun oleh peneliti. Jika semua siswa memperoleh nilai 70 maka tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan. Untuk menindaklanjuti hasil pengamatan wawancara terhadap subjek penelitian.

e. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data, baik data observasi maupun data hasil evaluasi. Peneliti bersama guru kelas menganalisis dan merenungkan hasil tindakan I.

(4)

85 Refleksi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah kriteria yang telah ditetapkan tercapai atau belum. Jika telah berhasil, maka siklus tindakan berakhir atau tidak berlanjut ke siklus berikutnya. Tetapi sebaliknya, jika belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya dengan memperbaiki kinerja pembelajaran pada tingkatan berikutnya dan seterusnya sampai berhasil yang telah ditetapkan.

Kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap dalam siklus II adalah sama dengan kegiatan pada siklus I. Perubahan yang mendasar adalah pada jenis kegiatan yang diberikan sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya. Rencana tindakan siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi dan analisis data pada siklus I.

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes, pengamatan, dan catatan lapangan. Keempat teknik tersebut adalah diuraikan sebagai berikut:

1. Tes dilakukan untuk mengumpulkan data tentang pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA tentang panas dan perpindahannya. Tes dilakukan pada awal penelitian dan pada setiap akhir setelah diberikan serangkaian tindakan.

2. Observasi difokuskan untuk segala aktifitas siswa yang terlibat aktif dalam pelaksanaan penelitian.

3. Dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil dokumentasi adalah berupa aktivitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran siswa yang diperoleh dari hasil evaluasi atau tes, daftar nilai dan administrasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melaksanakan penelitian selama tiga siklus diketahui bahwa proses pembelajaran dengan penerapan model Problem Basic Learning (PBL) telah dilaksanakan oleh guru dan siswa.

Pada siklus I, masih ada beberapa kelemahan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman guru dan siswa tentang model pembelajaran Problem Basic Learning (PBL) karena baru mereka terapkan. Berdasarkan hasil evaluasi tes tindakan siklus I menunjukkan bahwa banyaknya siswa yang berada pada kualifikasi baik/maksimal (B) dalam taraf keberhasilan 70%-100% adalah sebanyak 11 orang, banyaknya siswa yang berada pada kualifikasi cukup (C) pada taraf keberhasilan 55% - 69% adalah sebanyak 4 orang, dan banyaknya siswa yang berada pada kualifikasi kurang (K) pada taraf keberhasilan 0% - 54% adalah sebanyak 2 orang. Penguasaan siswa secara klasikal terhadap materi Panas dan perpindahannya adalah 65,59 dengan ketuntasan klasikal 64,71%. Data ini belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 75% siswa memperoleh nilai 70. Namun demikian, nilai yang diperoleh siswa pada siklus I ini lebih baik dari nilai yang diperoleh siswa pada observasi pra penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif tipe PBL mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Muhibbin Syah (2000: 74) yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal, semua langkah-langkah pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik. Jika tidak, maka hasil belajar yang diperoleh tidak maksimal.

(5)

86 Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa. Baik guru maupun siswa telah melaksanakan semua langkah-langkah pembelajaran dengan model Problem Basic Learning (PBL). Akibat dari aktivitas tersebut terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang hampir mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Walaupun demikian, penelitian tetap dilanjutkan ke siklus II dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik.

Berdasarkan hasil evaluasi tes tindakan siklus II menunjukkan bahwa banyaknya siswa yang berada pada kualifikasi baik/maksimal (B) dalam taraf keberhasilan 70%-100%

adalah sebanyak 17 orang, tidak ada siswa yang berada pada kualifikasi cukup (C) pada taraf keberhasilan 55% - 69%, dan tidak ada siswa yang berada pada kualifikasi kurang (K) pada taraf keberhasilan 0% - 54%. Penguasaan siswa secara klasikal terhadap materi Panas dan perpindahannya pada siklus II adalah 75,29 dengan ketuntasan klasikal 100%.

Data ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 75% siswa memperoleh nilai 70.

Berdasarkan pelaksanaan siklus I sampai siklus II terjadi perubahan-perubahan positif, baik dari sisi siswa, guru, maupun aktifitas belajar di kelas. Siswa sudah diaktifkan dalam proses pembelajaran dalam bentuk kerja kelompok. Dari guru misalnya, sudah tidak menggunakan metode ceramah lagi, siswa sudah diaktifkan dalam proses pembelajaran.

Di dalam kelas, aktifitas siswa dan guru terjalin kerjasama dengan baik sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan terarah. Berdasarkan penjelasan di atas diperoleh data bahwa dengan penerapan model Problem Basic Learning (PBL) dengan baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang Panas dan perpindahannya di kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap.

Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Anita Handayani (2009) yang mengatakan bahwa apabila langkah-langkah pembelajaran dengan model Problem Basic Learning (PBL) diterapkan dengan baik, maka akan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa tentang Panas dan perpindahannya mengalami peningkatan dengan penerapan model Problem Basic Learning (PBL) di kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Penerapan model Problem Basic Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang Panas dan perpindahannya pada siswa kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I berada pada kategori cukup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus II berada pada kategori baik; dan 2) Model Problem Basic Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V UPT SD Negeri 9 Benteng Kabupaten Sidrap.

DAFTAR PUSTAKA

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Aunurrahman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Sinar Grafika.

(6)

87 Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Moleong, L.J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich Mansyur. 2007. KTSP, Dasar Pemahaman Dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution, S. 1989. Didaksi Azas-azas Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nur. 2003. Pembelajaran Kooperatif Tipe PBL. Makassar: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNM.

Salvin. 2007. Model Pembelajaran PBL. (online), (http://www.google.co.id/gwt).

Sayidiman. 2008. Metode Pembelajaran. Seri Pembelajaran Efektif. Bandung: CV Waca Prima.

Sinring, Abdullah dkk. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan.

Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar UUD RI No. 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CM. Cemerlang.

Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Sinar Baru.

Wayan. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Wina. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran di Kelas V SDN Klayusiwalan, Batangan, Pati, dapat dilakukan dengan cara: a) Guru mempersiapkan ruangan kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas II Penelitian Tindakan kelas

Berdasarkan latar belakang masalah solusi yang disarankan berikut ini rumusan masalah yang dapat dikembangkan dalam penyajian yaitu bagaimana perencanaan pembelajaran,

Penerapan model pembelajaran project based learning pada saat kegiatan PPL di TK Miftahul Falah, penulis menggunakan metode demonstrasi, yaitu dengan melakukan

2. Guru mempersiapkan alat media seperti laptop, proyektor, layar, dll. Guru menyiapkan video yang akan ditampilkan sesuai dengan tema yang diajarkan dan memastikan PPT

Aktivitas belajar siswa Kelas II SDN Nusantara Jaya selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) Pada Muatan

Beberapa alasan digunakannya pendekatan kualitatif, penelitian ini diarahkan pada pengkajian suatu kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas dengan

Untuk mencapai hasil belajar secara optimal, upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah menggunakan model yang sesuai dalam menyampaikan materi kepada peserta