• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI RELIGIUS NOVEL KANVAS KARYA BINTANG PURWANDA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI RELIGIUS NOVEL KANVAS KARYA BINTANG PURWANDA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI RELIGIUS NOVEL KANVAS

KARYA BINTANG PURWANDA

DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA

DI KELAS XII SMA

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Murtanita Wiji Prasetyani NIM 132110034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2017

(2)
(3)
(4)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS Ar-Ra‟d: 11).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Bapak Trisilo dan Ibu Muryani tercinta yang selalu mendoakan dan memberi semangat. Penulis hadiahkan kepada:

1. Adik tercinta Rifki Ul Huda dan segenap keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan doanya.

2. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberi semangat.

(5)

v

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Murtanita Wiji Prasetyani;

NIM : 132110034;

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ;

menyatakan bahwa karya yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat dari karya orang lain baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 22 Agustus 2017 Yang membuat pernyataan,

(6)

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai Religius Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XII SMA.” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih dan menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin dan surat keputusan penetapan dosen pembimbing skripsi kepada penulis sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan perhatian dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;

(7)

vii

4. Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd. selaku pembimbing I dan Umi Faizah, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal lelah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Berbagai pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan studi diprogram Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis hanya dapat berdoa, semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki keterbatasan. Akan tetapi, penulis tetap berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Purworejo, Agustus 2017 Penulis,

(8)

viii

ABSTRAK

Prasetyani, Murtanita Wiji. 2017. “Nilai Religius Novel Kanvas Karya Bintang

Purwanda dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XII SMA”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur dan kaidah teks novel Kanvas karya Bintang Purwanda; (2) unsur intrinsik novel Kanvas Karya Bintang Purwanda; (3) nilai religius sastra novel Kanvas Karya Bintang Purwanda mengenai nilai akidah, akhlak, dan syariah novel Kanvas Karya Bintang Purwanda; dan (4) rencana pelaksanaan pembelajaran Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda di Kelas XII SMA.

Sumber penelitian ini adalah novel Kanvas karya Bintang Purwanda. Objek penelitian ini adalah nilai religius novel Kanvas karya Bintang Purwanda, dengan fokus penelitian pada struktur dan kaidah teks novel Kanvas karya Bintang Purwanda, unsur intrinsik novel Kanvas karya Bintang Purwanda, nilai religius novel Kanvas karya Bintang Purwanda, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka dan teknik catat. Instrumen penelitian ini adalah kartu pencatat data dan penulis sendiri. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi. Penyajian hasil analisis disajikan dengan teknik informal, yaitu menggunakan kata-kata biasa.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) struktur dan kaidah teks novel Kanvas karya Bintang Purwanda meliputi (a) abstrak: Qayyima bukan dari keluarga mapan finansial sehingga harus berjualan lukisan setelah pulang sekolah (b) orientasi: menceritakan watak tokoh Qayyima yang tunduk dengan syariat Allah (c) komplikasi: cobaan hidup (d) evaluasi: Qayyima berhasil menyelamatkan ayahnya (d) resolusi: Qayyima tidak lagi sendu dan jauh lebih tangguh (f) koda: hidup harus dijalani dengan kerja keras, doa, tawakal, dan ikhlas; (2) unsur intrinsik novel Kanvas Karya Bintang Purwanda meliputi (a) tema mayor: perjuangan hidup (b) tema minor: musibah, ekonomi, persahabatan, dan perubahan. Alur: campuran, terbentuk melalui tahapan peristiwa yang meliputi tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks dan tahap penyelesaian. Tokoh utama: Qayyima Salimah, tokoh tambahan: Regina, Paman Akmal, Encik Ling, Pak Tedjo, Bang Wahid, Bu Ratna, Bu Lisa, Mpok Dijah, Pak RT. Penokohan disajikan dengan teknik analitik dan dramatik. Latar tempat: depan kelas, sekolah, kolong flyover Ciputat, kamar Regina, rumah Qayyima. Latar waktu: pagi hari, sore hari, malam hari. Latar sosial: menengah bawah dan menengah atas. Sudut pandang yang digunakan adalah persona ketiga mahatahu; (3) nilai religius sastra novel Kanvas Karya Bintang Purwanda meliputi (a) nilai akidah: iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah, dan iman kepada takdir. (b) nilai akhlak: sabar, syukur, tolong-menolong, dan berbakti kepada orang tua. (c) nilai syariah: salat, wudu, menutup aurat, menuntut ilmu,doa, zikir, dan sedekah; (4) rencana pelaksanaan pembelajaran novel di Kelas XII SMA menggunakan model pembelajaran discovery learning. Siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: kegiatan pendahuluan; kegiatan inti yang meliputi mengamati, menanya, mengeksplorasi/mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan; penutup.

Kata Kunci : nilai religius, struktur dan kaidah teks novel, unsur intrinsik, dan

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Batasan Masalah ... 5 D. Rumusan Masalah ... 5 E. Tujuan Penelitian ... 6 F. Manfaat Penelitian ... 6 G. Penegasan Istilah ... 7

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Kajian Buku ... 12

2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 12

B. Kajian Teoretis ... 15

1. Struktur dan Kaidah Teks Novel ... 15

2. Unsur Intrinsik Novel ... 17

3. Nilai-Nilai Religius dalam Karya Sastra ... 29

4. Metode Pembelajaran Sastra di SMA ... 34

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Sumber Data ... 43

B. Objek Penelitian ... 43

C. Fokus Penelitian ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 45

(10)

x

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ... 47

A. Penyajian Data ... 47

1. Struktur dan Kaidah Teks Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda ... 47

2. Unsur Intrinsik Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda ... 49

3. Nilai Religius dalam Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda ... 52

4. Rencana Pelaksanaan dan Pembelajaran Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda ... 52

B. Pembahasan Data ... 57

1. Struktur dan Kaidah Teks Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda ... 57

2. Unsur-unsur Intrinsik novel Kanvas Karya Bintang Purwanda ... 64

3. Nilai Religius dalam Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda ... 116

4. Rencana Pelaksanaan dan Pembelajaran Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda di SMA... 131

BAB V PENUTUP ... 140

A. Simpulan ... 140

B. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 145 LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Struktur dan Kaidah Teks Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda 47 Tabel 2 : Unsur Intrinsik dalam Novel Kanvas Karya

Bintang Purwanda... 50 Tabel 3 : Nilai Religius dalam novel Kanvas karya Bintang Purwanda ... 52 Tabel 4 : Rencana Pelaksanaan dan Pembelajaran (RPP) ... 52

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kartu Pencatat Data Lampiran 2 : Biografi Pengarang Lampiran 3 : Sinopsis Novel Lampiran 4 : Silabus

Lampiran 5 : RPP

Lampiran 6 : Kartu Bimbingan Skripsi

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan delapan bagian pokok, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan karya imajinasi yang mencerminkan kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Karya imajinasi tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan yang terlahir dari ide dan kreativitas dari pengarang. Kreativitas berarti kemampuan untuk mencipta. Pengarang menyalurkan kreativitasnya dengan menulis secara kreatif. Sukirno (2016: 3) menjelaskan bahwa menulis kreatif adalah aktivitas menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam teks.

Karya sastra tidak hanya memberikan hiburan terhadap pembaca, tetapi juga memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat, yakni berupa nilai-nilai sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, dan religius. Karya sastra yang mengandung nilai sastra dan banyak diminati masyarakat, yakni novel. Pada saat ini, perkembangan novel di Indonesia sedang mengalami kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya beraneka macam novel-novel sastra yang mengangkat cerita-cerita yang tidak jauh dari kehidupan masyarakat saat ini.

(14)

Novel merupakan salah satu bentuk dari karya sastra. Nurhayati (2012: 7) menyatakan bahwa novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka waktu yang panjang). Novel mengandung konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup para pelakunya. Novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran realita kehidupan melalui cerita di dalam novel tersebut. Gambaran realita kehidupan merupakan sebuah bentuk kenyataan seperti nilai religius yang terkandung dalam novel.

Sebagaimana dikemukakan Atmosuwito (2010: 124) bahwa nilai religius menyangkut rasa keagamaan, yakni segala perasaan batin yang berhubungan dengan Tuhan, perasaan berdosa, perasaan takut, dan perasaan akan kebesaran Tuhan. Nilai religius adalah konsep keagamaan yang menyebabkan manusia bersikap sesuai dengan perintah Tuhannya. Nilai religius tidak hanya menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga dapat menyangkut hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan (alam semesta).

Salah satu novel yang sarat dengan nilai religius adalah novel Kanvas karya Bintang Purwanda. Di dalamnya ditemukan nilai akidah, akhlak, dan syariah. Novel Kanvas karya Bintang Puwanda diceritakan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menggunakan alur yang menarik. Latar belakang cerita dalam novel ini mampu menjadikan inspirasi

(15)

bagi siswa karena menceritakan kisah perjuangan hidup gadis bernama Qayyima. Kepergian ibunya menjadi titik balik yang menjungkirbalikkan hidupnya. Qayyima harus menjadi tulang punggung keluarga dengan menjual lukisan karyanya setelah pulang sekolah.

Karakteristik tokoh utamanya memiliki sikap yang tegar, tawakal, ikhlas, dan mempunyai keyakinan yang kuat terhadap Allah Swt. Digambarkan melalui keseharian tokoh setelah salat maghrib, Qayyima tidak lupa untuk mengucap syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan rezeki kepadanya. Rezeki yang tidak terduga itu, ia dapat setelah melukiskan wajah pembelinya yang bernama Bu Ratna. Tidak hanya rasa syukur yang ia ucapkan, tetapi juga mendoakan kesehatan ayahnya dan ketenangan untuk ibunya yang telah tiada. Karakter dari tokoh utama tersebut dapat kita jadikan pembelajaran di dalam norma kehidupan dan mampu membangkitkan minat peserta didik untuk mempelajari sastra. Salah satu ketertarikan penulis untuk meneliti novel ini adalah inspirasi dari karakter-karakter tokoh tersebut. Tokoh Qayyima dapat menginspirasi pelajar, terutama siswa SMA. Sebagaimana kurikulum 2013 pengajaran sastra termuat dalam pembelajaran.

Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta rasa, serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Selain itu, tujuan pembelajaran sastra di sekolah secara umum adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan daya apresiasi siswa. Berdasarkan tujuan tersebut, sastra memang sangat perlu diajarkan di sekolah.

(16)

Pembelajaran sastra sangat berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa supaya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran, kualitas, dan keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih serta menggunakan komponen pembelajaran. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 dibuat untuk membantu guru dalam memberikan perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran di sekolah sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan kurikulum penulis gunakan, kompetensi dasar pada pembelajaran di kelas XII SMA terkait dengan penelitian yang berjudul “Nilai Religius Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XII SMA” ini, yaitu 3.1 memahami struktur dan kaidah teks novel baik melalui lisan maupun tulisan dan 4.1 menginterpretasi makna teks novel baik secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menggunakan teknik analisis nilai religius dalam mengkaji novel Kanvas karya Bintang Purwanda dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. Novel tersebut menarik untuk diteliti karena sarat dengan nilai religius. Selanjutnya, obyek kajian dalam penelitian ini dapat dijadikan materi pembelajaran sastra di SMA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut.

(17)

1. Karya sastra tidak hanya memberikan hiburan terhadap pembaca, tetapi juga memberikan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, yakni berupa nilai-nilai sastra seperti nilai-nilai pendidikan, moral, sosial, dan religius.

2. Nilai religius menyangkut rasa keagamaan, yakni segala perasaan batin yang berhubungan dengan Tuhan, perasaan berdosa, perasaan takut, dan perasaan akan kebesaran Tuhan.

3. Novel Kanvas karya Bintang Purwanda sarat dengan nilai religius.

4. Novel Kanvas karya Bintang Purwanda cocok untuk dijadikan bahan pembelajaran di kelas XII SMA.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, batasan masalah penelitian ini, yaitu hanya menganalisis struktur dan kaidah teks novel, unsur-unsur intrinsik, nilai religius, dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kanvas karya Bintang Purwanda pada siswa kelas XII SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur dan kaidah teks novel Kanvas karya Bintang Purwanda?

2. Bagaimanakah unsur intrinsik novel Kanvas karya Bintang Purwanda? 3. Bagaimanakah nilai religius novel Kanvas karya Bintang Purwanda?

(18)

4. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kanvas karya Bintang Purwanda di kelas XII SMA?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan salah satu faktor yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. struktur dan kaidah teks novel Kanvas karya Bintang Purwanda; 2. unsur intrinsik novel Kanvas karya Bintang Purwanda;

3. nilai religius novel Kanvas karya Bintang Purwanda;

4. rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kanvas karya Bintang Purwanda di kelas XII SMA.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitiaan ini diharapkan dapat berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis.

a. Secara Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian mengenai struktur dan kaidah teks novel, unsur-unsur intrinsik, nilai religius novel Kanvas karya Bintang Purwanda dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA.

b. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik guru maupun siswa yang menjadi sasaran utama dalam pembelajaran

(19)

sastra. Bagi guru diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dan pertimbangan dalam mengajarkan novel di SMA. Bagi siswa diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam memahami karya sastra khususnya novel Kanvas karya Bintang Purwanda.

Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dan referensi penyusunan penelitian selanjutnya. Penelitian yang sudah ada diharapkan dapat membantu melengkapi penelitian yang akan datang dan dapat lebih lengkap serta lebih terperinci.

G. Penegasan Istilah

Skripsi ini berjudul “Nilai Religius Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XII SMA”. Dari judul tersebut, penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan hal-hal yang akan dibahas agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitian ini.

1. Nilai religius adalah nilai mengenai kehidupan religius yang berupa hubungan yang mengatur manusia dengan Tuhannya.

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang dibuat oleh guru dalam proses interaksi dengan siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dari penegasan istilah di atas, dapat dipahami maksud judul “Nilai Religius Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XII SMA” adalah penelitian terhadap struktur dan

(20)

kaidah teks novel, unsur intrinsik, dan nilai religius pada novel Kanvas karya Bintang Purwanda sebagai referensi pembelajaran sastra.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi dikelompokkan ke depan 4 bagian, yaitu halaman sampul depan, bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

1. Halaman Sampul Depan

Halaman sampul depan berisi judul skripsi, maksud skripsi, lambang UMP, identitas penulis, identitas program studi dan fakultas, dan tahun penulisan skripsi.

2. Bagian Awal

Bagian awal berisi halaman judul, persetujuan, pengesahan, prakata, daftar isi, daftar tabel, moto dan persembahan, dan abstrak.

3. Bagian Isi

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis sebagai acuan dalam penelitian.

Bab III berisi metode penelitian, yang terdiri dari sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis,.

Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang data penelitian yang diambil dari novel

(21)

Kanvas karya Bintang Purwanda mengenai struktur dan kaidah teks novel, unsur intrinsik, dan nilai religius.

Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

4. Bagian Akhir

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kartu bimbingan skripsi, beserta bukti-bukti lain yang diperlukan.

(22)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Bab II berisi tinjauan pustaka yang berisi hasil beberapa kajian buku, penelitian terdahulu yang relevan, dan kajian teoretis.

A. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini dibahas beberapa kajian buku dan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

1. Kajian Buku

Kajian buku yang penulis gunakan sebagai tinjauan pustaka terdiri dari tiga kelompok. Kelompok pertama adalah buku-buku yang membahas unsur-unsur intrinsik karya sastra, yaitu buku berjudul Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum (Sukirno, 2016) memuat (1) latar belakang, tujuan, dan manfaat menulis kreatif; (2) pengertian, dasar, tujuan, dan manfaat belajar kuantum; (3) asumsi, ciri-ciri, dan gaya macam belajar kuantum; (4) belajar menulis pengalaman pribadi; (5) belajar menulis biografi; (6) belajar menulis cerpen; (7) belajar menulis legenda; (8) belajar menulis dongeng; (9) belajar menulis naskah drama; (10) belajar menulis skenario film; (11) belajar menulis opini; dan (12) belajar menulis puisi. Buku berjudul Teori Pengkajian Fiksi (Nurgiyantoro, 2013), memuat (1) fiksi; (2) membaca teks fiksi; (3) kajian fiksi; (4) tema; (5) cerita; (6) plot; (7) latar; (8) sudut pandang; (9) bahasa; (10) moral. Teori Fiksi Robert Stanton (Stanton, 2012), memuat (1) fiksi; (2) membaca fiksi; (3) cerpen; (4) novel; (5) tipe-tipe fiksi; dan (6) menulis makalah kritik sastra. Buku berjudul Pengantar Apresiasi Karya Sastra

(23)

(Aminuddin, 2013). Buku tersebut berisi apresiasi prosa fiksi dan apresiasi puisi.

Kelompok kedua membahas nilai religi, yaitu buku Psikologi Islam (Ancok dan Suroso, 2011) memuat (1) visi psikologi atas berbagai persoalan umat Islam; (2) fungsi Islam atas berbagai konsep psikologi; (3) membangun ilmu dengan visi Islam; dan (4) psikologi Islami sebagai pendekatan alternatif. Buku Perihal Sastra Religiusitas dalam Sastra (Atmosuwito, 2010) memuat (1) perihal sastra; (2) sejumlah sastra dari beberapa tokoh; (3) catatan peristiwa sejarah; (4) dari celah-celah filsafat; dan (5) religiusitas dalam sastra. Buku Kuliah Akhlaq (Ilyas, 2016) memuat (1) pengertian akhlak; (2) akhlak terhadap Allah Swt.; (3) akhlak terhadap pribadi Rasulullah saw; (4) akhlak dalam keluarga; (5) akhlaq bermasyarakat; dan (6) akhlaq bernegara. Buku Kuliah Aqidah Islam (Ilyas, 2013) memuat (1) pengertian aqidah; (2) Allah Swt.; (3) malaikat; (4) kitab-kitab Allah; (5) nabi dan rasul; (6) hari akhir; dan (7) takdir. Buku Metodologi Studi Islam (Nata, 2014) memuat (1) kebutuhan manusia terhadap agama; (2) berbagai pendekatan di dalam memahami agama; (3) hubungan agama dengan ilmu pengetahuan sosial; (4) pengertian dan sumber ajaran Islam; (5) karakteristik ajaran Islam; (6) posisi Islam di antara agama-agama di dunia; dan (7) metodologi pemahaman Islam.

Kelompok ketiga membahas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu buku Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif (Sukirno, 2009) memuat (1) hakikat membaca; (2) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca; (3) kebiasaan membaca; (4) metode membaca yang

(24)

efektif; (5) membaca pemahaman; (6) membaca frasa; (7) mengenal paragraf; (8) membaca paragraf; (9) membaca bab; (10) membaca buku; (11) membaca majalah/jurnal; (12) membaca surat kabar; (13) membaca kritis; (14) pelajaran membaca pemahaman; (15) pemilihan teks bacaan; (16) pelaksanaan pembelajaran membaca; dan (17) bacaan latihan. Buku Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Rusman, 2012) memuat (1) standar proses satuan pendidikan; (2) menjadi guru professional; (3) model-model desain pembelajaran; (4) model pembelajaran kontekstual; (5) model pembelajaran koperatif; (6) model pembelajaran berbasis masalah; (7) model pembelajaran tematik; (8) model pembelajaran berbasis komputer; (9) model PAIKEM; (10) model pembelajaran berbasis web; (11) model pembelajaran mandiri; dan (12) pendekatan dan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Susi Yunita (2015), Maulana Fajar (2012), Erni Susilawati (2017). Aspek yang diteliti mencakup unsur intrinsik dan nilai religius pada novel.

Yunita (2015) dalam kajiannya yang berjudul “Nilai Religius Novel Haji Backpacker Karya Aguk Irawan MN dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA” membahas hubungan manusia dengan Tuhan terdiri dari lima aspek, yaitu salat, puasa, haji, doa, dan wudu. Wujud hubungan manusia dengan sesama terdiri dari tiga aspek, yaitu saling memaafkan,

(25)

tolong menolong, dan silaturahmi. Wujud hubungan manusia dengan alam, yaitu mengagumi alam dan menjaga alam. Tokoh utama melalui jalan cerita dalam novel menyadarkan manusia bahwa Tuhan selalu ada dan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Hal ini terlihat dari perjalanan spiritual-religius dari tokoh utama yang berkelana dari berbagai negara demi mendapatkan sebuah arti bahwa Tuhan sebenarnya mencintai dan selalu menjaganya dengan aturan yang sempurna dan Tuhan selalu mendekapnya.

Persamaan penelitian Yunita dengan penelitian penulis, yakni sama-sama mengkaji novel dengan kajian nilai religi. Penulis juga menganalisis unsur intrinsik yang terkandung dalan novel Kanvas. Perbedaannya terletak pada analisis struktur dan kaidah teks novel, analisis nilai religius yang dibahas dan objek penelitiannya. Objek yang penulis gunakan, yakni novel Kanvas karya Bintang Purwanda sedangkan yang Yunita gunakan, yakni novel Haji Backpaker karya Aguk Irawan MN.

Fajar (2012) dalam kajiannya yang berjudul “Analisis Nilai-nilai Religius Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazi serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA” membahas (1) nilai akhlak kepada Allah, yaitu salat, mengaji, berzikir, berdoa, tawakal, dan rendah hati di hadapan Allah, (2) akhlak kepada manusia, yaitu jujur, sabar, bertutur kata sopan, dan lemah lembut, (3) akhlak terhadap sosial/ lingkungan, yaitu memakmurkan alam, hutan, laut, juga memelihara hubungan antarmasyarakat dan tetangga. Di dalam novel Bumi Cinta,

(26)

adanya akhlak yang kuat tercermin dari tokoh utama novel ini. Hal ini terlihat dari perjalanan tokoh utama yang merupakan santri salaf yang berasal dari Indonesia sedang menempuh gelar S2-nya di India. Keimanannya diuji setelah bertemu dengan seorang gadis. Ia berusaha menebalkan iman dengan salat, membaca Alquran, dan membaca istigfar berulang-ulang.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Fajar dengan penulis ini. Persamaannya adalah sama-sama mengkaji novel dengan kajian nilai religius, sedangkan perbedaannya Fajar mengkaji nilai religius pada tokoh utamanya saja, sedangkan penulis mengkaji nilai religius pada semua tokoh dalam novel Kanvas.

Susilawati (2017) dalam kajiannya yang berjudul “Nilai Religius dalam Novel Sandiwara Bumi Karya Taufikurrahman Al-Azizy” membahas (1) hubungan manusia dengan Tuhan, yakni melalui ibadah sebagai wujud kepatuhan manusia dan cara manusia menjalin komunikasi dengan Tuhan-nya; (2) hubungan manusia dengan manusia, yakni sebagai mahkluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Dengan kata lain manusia selalu berinteraksi dan bersosialisasi dengan manusia lainnya sehingga terjalin hubungan timbal balik antarmanusia; (3) Hubungan manusia dengan alam, yakni manusia diharapkan dapat memelihara alam dan memanfaatkan alam dengan semestinya sehingga tidak ada kerusakan pada alam yang mengakibatkan terjadinya bencana.

(27)

Persamaan penelitian Susilawati dengan penelitin ini, yaitu sama-sama mengkaji novel menggunakan kajian religius. Selain persamaan terdapat pula perbedaan antara penulis dengan Susilawati. Novel yang digunakan Susilawati, yaitu novel Sandiwara Bumi Karya Taufikurrahman Al-Azizy sedangkan novel yang penulis gunakan, yaitu Kanvas karya Bintang Purwanda.

Dari tinjauan pustaka di atas, dapat dipahami bahwa penelitian mengenai nilai religius merupakan bukan sebuah penelitian yang baru karena sudah banyak dilakukan oleh penulis-penulis terdahulu. Akan tetapi, penelitian berjudul “Nilai Religius Novel Kanvas Karya Bintang Purwanda dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XII SMA” layak dilakukan, mengingat kajian terdahulu tidak menggunakan sumber data yang sama sehingga kekhasan nilai religius novel Kanvas karya Bintang Purwanda dapat terungkap dan menambah pustaka penelitian sastra mengenai nilai religius dalam novel Indonesia dan alternatif pembelajarannya di SMA.

B. Kajian Teoretis

Dalam kajian teoretis berisi tentang teori yang akan digunakan, antara lain: struktur dan kaidah teks novel, unsur instrinsik novel, nilai-nilai religius dalam karya sastra, metode pembelajaran sastra di SMA, dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel.

1. Struktur dan Kaidah Teks Novel

Cerita fiksi merupakan hasil olahan imajinasi pengarang berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikian, wawasan, dan penilaiannya

(28)

terhadap berbagai peristiwa (Kemendikbud, 2015: 245). Peristiwa itu dapat saja pernah terjadi secara nyata ataupun hanya dalam khayalan pengarang saja. Kemudian dengan imajinasi dan pengetahuannya, pengarang mengungkapkan kembali dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya. Novel merupakan salah satu jenis teks cerita fiksi. Kemendikbud (2015: 272) juga menyatakan sebuah teks cerita fiksi memiliki enam urutan struktur sebagai berikut:

a. Abstrak

Abstrak merupakan opsional boleh ada maupun tidak ada, bagian ini menjadi inti dari sebuah teks cerita fiksi.

b. Orientasi

Orientasi merupakan bagian awal teks cerita atau pembuka yang biasanya berisi pengenalan tokoh.

c. Komplikasi

Komplikasi merupakan bagian munculnya permasalahan, biasanya komplikasi di dalam novel menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca. d. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian di mana konflik yang terjadi pada tahap komplikasi terarah menuju suatu titik tertentu.

e. Resolusi

Resolusi merupakan suatu keadaan di mana konflik terpecahkan dan menemukan penyelesaian.

(29)

f. Koda

Koda berisi amanat atau pesan moral yang bisa dipetik dari sebuah teks cerita fiksi. Amanat dalam sebuat teks cerita fiksi dapat disampaikan secara implisit maupun eksplisit (Sudjiman, 1992: 57). Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan di dalam tingkah laku tokoh menjelang akhir cerita. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, anjuran, larangan, dan sebagainya.

2. Unsur Intrinsik Novel

Novel sebagai salah satu karya sastra, merupakan sarana atau media yang menggambarkan imajinasi pengarang. Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novelis yang berarti baru. Novel adalah bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru (Waluyo, 2011: 5).

Dalam novel banyak kita jumpai nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Dalam sebuah karya sastra novel, terdapat unsur pembangun cerita salah satunya unsur intrinsik. Nurgiyantoro (2013: 113-336) menyebutkan bahwa unsur intrinsik novel terdiri atas tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel akan penulis uraian satu persatu. a. Tema

Tema merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam sebuah cerita. Nurgiyantoro (2013: 117) mendeskripsikan tema dapat dipandang sebagai dasar cerita sebuah karya novel. Tema merupakan

(30)

suatu gagasan pokok, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi. Pengertian tema itu tercakup persoalan dan amanat pengarang kepada pembaca. Sementara itu, Stanton (2012: 36) menyatakan tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan (makna) pokok yang mendasari pada sebuah cerita. Nurgiyantoro ( 2013: 125-133) berpendapat bahwa ada beberapa macam tema yang dapat digolongkan ke dalam beberapa sudut pandang, yaitu penggolongan dikotomis yang bersifat tradisional dan nontradisional serta penggolongan dari tingkat keutamaannya, yakni mayor dan minor.

1) Tema tradisional dan nontradisional

Tema tradisional dimaksudkan sebagai tema yang menunjuk pada tema yang “itu-itu” saja, dalam arti telah lama dipergunakan dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita, termasuk cerita lama. Pernyataan-pernyataan tema yang dapat dipandang sebagai bersifat tradisional misalnya kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, tindak kejahatan walaupun ditutupi akan terbongkar, tindak kebenaran/kejahatan masing-masing akan memetik hasilnya, cinta sejati menuntut pengorbanan, cinta sejati menuntut pengorbanan, dan sebagainya, sedangkan tema nontradisional bersifat tidak lazim, tidak

(31)

sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, mengesalkan, atau berbagai reaksi afektif yang lain.

2) Tema utama dan tambahan

Tema utama atau disebut tema mayor merupakan makna pokok cerita yang menjadi dasar/gagasan umum karya sastra, sedangkan tema minor atau tema tambahan bersifat mempertegas eksistensi makna utama (tema mayor). Sudjiman (1992: 50) berpendapat bahwa tema cerita dinyatakan secara eksplisit dan ada juga yang dinyatakan simbolik/implisit. Akan tetapi, tidak mudah untuk menemukan tema cerita karena lebih sering tema itu implisit (tersirat). Namun, tema cerita kadang-kadang juga dinyatakan secara eksplisit oleh pengarangnya, baik melalui dialog, pemaparan, maupun judul karya sehingga pembaca dapat menebak temanya.

b. Tokoh dan Penokohan

Aminuddin (2013: 79) menyatakan tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013: 247-254) menyatakan bahwa tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan, sedangkan penokohan merupakan salah satu pembangun fiksi yang dapat

(32)

dan dianalisis keterjalinannya dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Istilah penokohan digunakan untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita..

Nurgiyantoro (2013: 258-278) membedakan beberapa macam tokoh, antara lain sebagai berikut.

1) Tokoh utama dan tokoh tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Penggambaran tokoh utama banyak berhubungan dengan tokoh lain dan sering muncul dalam cerita, yakni tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit dimunculkan dalam cerita.

2) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara popular disebut tokoh hero, tokoh yang mewakili norma-norma ideal. Sebaliknya, tokoh antagonis adalah tokoh yang selalu menyebabkan konflik bagi tokoh protagonis. Tokoh-tokoh dalam cerita tidak secara serta merta hadir kepada pembaca.

Di dalam penggambaran tokoh diperlukan cara atau teknik. Nurgiyantoro (2013: 279-283) mengemukakan cara atau teknik penggambaran tokoh, yakni dengan teknik ekspositori dan dramatik. Teknik ekspositori yang sering juga disebut teknik analitik adalah teknik yang menjelaskan secara langsung watak dan tokoh. Sebaliknya, teknik dramatik adalah teknik yang watak tokohnya

(33)

disimpulkan pembaca dari kata-kata, tingkah laku, dan kejadian-kejadian yang diceritakan pengarang.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku di dalam cerita sedangkan penokohan artinya sama dengan karakter yang menunjuk pada watak tokoh tertentu dalam sebuah cerita. Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting yang berkaitan dengan unsur lainnya. Selain itu, tokoh dan penokohan dapat berguna untuk menyampaikan pesan dari pengarang.

c. Alur

Alur cerita adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita (Aminuddin, 2013: 83). Pengertian lain menyebutkan bahwa alur atau plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian yang dihubungkan secara sebab-akibat, Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013: 113). Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa alur atau plot merupakan rangkaian kejadian dalam sebuah cerita yang dikaitkan dengan hubungan sebab-akibat.

Nurgiyantoro (2013: 209-210), membedakan plot menjadi lima bagian, yaitu:

(34)

1) Situation (tahap penyituasian)

Tahap ini berisi pelukisan atau pengenalan situasi (latar) dan tokoh-tokoh cerita.

2) Generating circumstances (tahap pemunculan konflik).

Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.

3) Ricing action (tahap peningkatan konflik).

Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang.

4) Climax (tahap klimaks)

Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita mencapai titik puncak.

5) Denouement (tahap penyelesaian).

Tahap ini berisi penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi

Sudjiman (1992: 33) juga menambahkan bahwa alur sebagai salah satu unsur intrinsik yang mempunyai keindahan tersendiri terdapat beberapa faktor penting lain di antaranya:

1) Suspense atau tegangan, yakni ketidakpastian yang berkepanjangan dan makin menjadi-jadi. Pembaca terpancing keingintahuannya akan kelanjutan cerita, serta penyelesaian masalah yang dihadapi tokoh.

2) Foreshadowing atau daya guna bayang, yakni pengarang memasukkan butir-butir cerita yang membayangkan akan

(35)

terjadinya sesuatu, atau seolah-olah mempersiapkan peristiwa yang akan datang.

3) Plausibility atau kebolehjadian, yakni cerita harus meyakinkan. 4) Kejutan, yakni adanya kedua faktor yang nampaknya bertentangan

bersama-sama terhadap dalam cerita.

5) Kebetulan. Kebetulan itu direncanakan demi kelancaran jalannya cerita, tetapi tidak sampai menimbulkan kekakuan atau terasa dipaksakan.

Berdasarkan kriteria urutan waktu, Nurgiyantoro (2013: 153-155) membedakan alur menjadi tiga macam, antara lain sebagai berikut.

1) Alur maju atau progesif

Terjadi jika cerita dimulai dari tahap awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa.

2) Alur mundur, regresif atau flashback

Terjadi jika dalam cerita dimulai dari akhir cerita atau tengah cerita, kemudian menuju awal cerita.

3) Alur campuran

Gabungan antara alur maju dan alur mundur. d. Latar atau Setting

Latar atau setting adalah tempat terjadinya suatu peristiwa. Aminuddin (2013: 67) menyatakan bahwa setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.

(36)

Selanjutnya, Waluyo (2011: 23) berpendapat bahwa setting adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita dapat dikaitkan dengan tempat dan waktu. Pengertian yang sama dari Abrams (dalam buku Nurgiyantoro, 2012: 216) menyebutkan bahwa latar atau setting adalah sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Nurgiyantoro (2013: 227-235) berpendapat, latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. 1) Latar Tempat

Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Keberhasilan latar tempat lebih ditentukan oleh ketepatan deskripsi, fungsi, dan keterpaduannya dengan unsur latar yang lain sehingga semuanya bersifat saling mengisi.

2) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan peristiwa itu terjadi yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

3) Latar Sosial

Latar sosial menyangkut status sosial tokoh, cara berpikir, adat istiadat, dan penggambaran kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi

(37)

Waluyo (2011: 23) berpendapat bahwa dalam fungsi latar, yaitu: (1) mempertegas watak pelaku; (2) memberikan tekanan pada tema cerita; (3) memperjelas tema yang disampaikan; (4) metafora bagi situasi psikis; (5) sebagai pemberi atmosfir (kesan); (6) memperkuat posisi plot. Latar juga dapat dilihat dari fungsi sisi lain, yang lebih menunjuk pada fungsi latar pembangkit tanggapan atau suasana tertentu dalam cerita. Nurgiyantoro (2013: 330) menyatakan fungsi latar sebagai berikut.

1) Latar sebagai metaforik

Penggunaan istilah metafora menunjuk pada suatu pembanding yang mungkin berupa sifat keadaan, suasana atau pun sesuatu yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengekspresikan berbagai keperluan, manusia banyak mempergunakan bentuk-bentuk metafora. Dalam hal ini, latar lebih melukiskan sifat, keadaan, atau suasana tertentu.

2) Latar sebagai atmosfer

Istilah atmosfer mengingatkan pada lapisan udara tempat kehidupan dunia berlangsung. Manusia hidup karena menghirup udara atmosfer. Atmosfer dalam cerita merupakan “udara yang dihirup pembaca sewaktu memasuki dunia rekaan”, berupa kondisi latar yang mampu menciptakan latar tertentu, misalnya suasana romantik, sedih, muram, misteri, dan sebagainya. Suasana tersebut dideskripsikan secara tidak

(38)

langsung. Pembaca pada umumnya mampu menangkap pesan suasana yang ingin diciptakan pengarang dengan kemampuan imajinasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar merupakan latar peristiwa suatu cerita yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar berhubungan erat dengan tokoh dalam cerita. Selain itu, latar juga berfungsi sebagai metaforik dan atmosfer.

e. Sudut Pandang (Point of View)

Sukirno (2016: 86) menyatakan sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang pada cerita yang ditulisnya. Sudut pandang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh yang membentuk cerita. Sementara itu, Nurgiyantoro (2013: 338) mengemukakan sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita.

Nurgiyantoro (2013: 347-360) menyatakan ada beberapa macam sudut pandang, yakni sebagai berikut.

1) Sudut Pandang Persona Ketiga “Dia”

Pengisahan cerita yang menggunakan pengisahan sudut pandang persona ketiga “Dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya “ia, dia, mereka.” Nama-nama

(39)

tokoh cerita khususnya tokoh utama, kerap terus menerus disebut. Sebagai variasi dipergunakan kata ganti tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang “Dia” terbagi dalam dua golongan, yakni sebagai berikut.

a) “Dia” Mahatahu

Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut “dia”, narator bersifat mahatahu. Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peritiwa, tindakan, dan termasuk motivasi yang melatarbelakanginya.

b) “Dia” Terbatas, “Dia” sebagai Pengamat

Dalam sudut pandang ini, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja/terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Dalam sudut pandang “dia” sebagai pengamat, pengarang hanya dapat menceritakan segala sesuatu yang dapat dilihat dan didengar, atau yang dapat dijangkau oleh indera.

2) Sudut Pandang Persona Pertama “Aku”

Sudut pandang ini, pengarang adalah seseorang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan serta

(40)

sikapnya terhadap orang lain. Sudut pandang persona pertama digolongkan menjadi dua, yakni sebagai berikut.

a) “Aku” Tokoh Utama

Dalam sudut pandang ini, si “aku‟ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang diluar dirinya. Si “aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita.

b) “Aku” Tokoh Tambahan

Sudut pandang ini, “aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan. Setelah cerita tokoh utama habis, si “aku tambahan tampil kembali dan dialah kini yang berkisah.

3) Sudut Pandang Campuran

Penggunaan sudut pandang bersifat campuran mungkin saja berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia” mahatahu dan “dia” sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan atau sebagai saksi, bahkan dapat berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan cara pengarang untuk menyajikan tokoh, latar, dan

(41)

berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

3. Nilai-Nilai Religius dalam Karya Sastra

Kajian teoretis dalam nilai-nilai religius karya sastra terdiri dar pengertian religius, konsep religius, dan religius dalam sastra.

a. Pengertian Nilai Religius

Religius berasal dari kata nomina religi. Religi adalah kecenderungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, yang meliputi segala nilai (baik dam buruk), sedangkan religius, yaitu bersifat religi (keagamaan) atau bersangkut paut dengan religi (Depdiknas, 2013: 1159). Selanjutnya, Atmosuwito (2010: 123) mengartikan religi lebih luas dari pada agama. Kata religi menurut asal kata berarti ikatan atau pengikat diri. Pengertian pengikat diri lebih pada masalah personalitas, hal yang pribadi. Jika sesuatu ada ikatan atau pengikat diri, kata religi berarti menyerahkan diri, tunduk, dan taat. Namun, pengertiannya adalah positif karena penyerahan diri atau ketaatan dikaitkan dengan kebahagiaan seseorang. Kebahagiaan itu berupa diri seseorang yang melihat seakan-akan ia memasuki dunia baru yang penuh kemuliaan sedangkan kata agama biasanya terbatas pada ajaran-ajaran (doktrines) dan peraturan-peraturan (laws).

Islam menyuruh umatnya untuk beragama (berislam). Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Nata

(42)

(2014: 63) berpendapat bahwa Islam mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa religi adalah agama. Religius adalah nilai-nilai ketuhanan yang berhubungan dengan sikap atau tindakan manusia yang memahami, menghayati, dan mendorongnya bertingkah laku, bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran agama.

b. Konsep Religius

Ancok dan Suroso (2011: 80) menyatakan konsep/prespektif Islam tentang religiusitas terdapat tiga dimensi nilai, di antaranya sebagai berikut.

1) Akidah

Secara etimologis akidah berasal dari kata „aqdan yang berarti simpulan, ikatan perjanjian dan kokoh (Ilyas, 2013: 1). Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat, yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa nabi Muhammad sebagai utusan-Nya; perbuatan dengan amal saleh (Nata, 2014: 84). Akidah merupakan dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran yang wajib dipegang oleh seorang muslim. Ancok dan Suroso (2011: 80) berpendapat akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan

(43)

muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatis. Akidah adalah bagian paling pokok dan merupakan kayakinan yang menjadi dasar tindakan. Di dalam keberislaman, akidah menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi/Rasul, Kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qada dan qadar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang utama dalam pendidikan Islam adalah akidah yang membentuk keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap tingkah laku dan kepribadian anak didik. Akidah merupakan ajaran Islam yang bersumber kepada Alquran dan hadis. Oleh karena itu, akidah bersifat mengikat seorang muslim dengan segala aturan hukum yang ada dalam Islam.

2) Akhlak

Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlaq. Secara etmologis akhlaq adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Ancok dan Suroso (2011: 80) berpendapat akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya. Dalam keberislaman, akhlak meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan, jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak korupsi, dan sebagainya.

(44)

Selanjutnya, Ilyas (2016: 2) berpendapat bahwa akhlaq merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dari ajaran Islam akhlak dapat dilihat dari hubungan Allah (khaliq) dan hubungan dengan sesama makhluk (baik sesama manusia, hewan, tumbuhan dan juga alam). Seorang yang berpegang teguh akidah dan syariat maka tampil sebagai muslim yang berakhlakul karimah. Tanpa melalui proses pemikiran, akhlak akan melekat di diri manusia dan keluar berwujud perbuatan.

3) Syariah

Syariah yang diambil dari kata syara‟a, yasra‟u, syar‟an, kata syar‟an (syariat hukum-hukum yang diperintahkan oleh Allah). Ancok dan Suroso (2011: 80) mendeskripsikan syariah menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam keberislaman, syariah menyangkut pelaksanaan salat, puasa, zakat, haji, membaca Alquran, doa, zikir, ibadah kurban, dan sebagainya. Sementara itu, pengertian syariat dijelaskan sebagai hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan dengan

(45)

Allah Swt., hubungan manusia dengan manusia, dan alam sekitar berdasarkan Alquran dan hadis (Depdiknas, 2013: 1369).

Para ahli hukum Islam berpendapat bahwa syariat adalah hukum-hukum yang diciptakan Allah Swt. untuk segala hambanya agar mereka itu mengamalkan untuk kebahagiaan dunia akhirat, baik hukum-hukum itu bertalian dengan perbuatan akidah, akhlak, dan muamalah.

a) Ibadah yang mengatur hubungan dengan Allah Swt. seperti rukun Islam, ibadah yang bersifat fisik, dan yang bersifat harta benda. b) Akhlak mengatur kepribadian (sikap).

c) Muamalah mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa syariah merupakan dasar-dasar hukum yang mengatur seorang muslim dalam kehidupan. Dasar-dasar hukum terdapat dalam Alquran. Seorang muslim dapat mengamalkannya melalui perbuatan.

c. Religius dalam Karya Sastra

Karya sastra memiliki fungsi ganda, yakni sebagai hiburan dan di sisi lain berusaha memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan. Salah satu fungsi tersebut berupa fungsi religius.

Fungsi religius, yakni karya sastra mengandung ajaran-ajaran agama yang wajib diteladani oleh pembaca. Karya sastra tidak bermaksud agar pembaca tahu yang dikomunikasikan, tetapi mengajak apa yang dirasakan pengarang (Ginanjar, 2012: 58). Hal ini sejalan

(46)

dengan pendapat Nurgiyantoro (2013: 446) bahwa sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius, termasuk yang bersifat keagamaan, dan kritik sosial banyak ditemukan dalam karya fiksi.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karya sastra khususnya novel mengandung religius. Hal ni tergantung banyak sedikitnya nilai religius yang terkandung di dalamnya. Nilai religius yang ada dapat berfungsi sebagai contoh atau teladan bagi pembaca.

4. Metode Pembelajaran Sastra di SMA

Kajian teoretis dalam metode pembelajaran sastra di SMA terdiri dari pengertian pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran sastra, dan fungsi pembelajaran sastra.

a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Wellek dan Waren (dalam Nurhayati, 2012: 8) menyatakan bahwa sastra berkaitan erat dengan studi sastra. Sastra merupakan kegiatan penciptaan karya sastra secara kreatif, sedangkan studi sastra mempelajari hasil penciptaan karya tersebut. Oleh karena itu, seorang penelaah sastra selayaknya dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahasa ilmiah yang jelas. Studi sastra sebagai suatu ilmu yang dapat dijadikan alat bagi pembaca untuk memahami karya sastra.

Ismawati (2012: 1) menyatakan bahwa pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang menyangkut seluruh aspek yang meliputi teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra, sastra perbandingan, dan apresiasi sastra. Dari kelima aspek tersebut, aspek-aspek apresiasi sastra

(47)

menekankan pada aspek afektif. Oleh karena itu, agar pembelajaran sastra berjalan dengan lancar diperlukan interaksi antara siswa dan guru.

Di SMA kelas XII terdapat pembelajaran sastra, yang secara khusus membahas tentang novel. Di dalam pebelajaran ini diharuskan siswa memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Selain itu, siswa juga harus dapat mengambil pengalaman-pengalaman yang ada dan memahami perilaku tokoh.

b. Tujuan Pembelajaran Sastra

Setiap pembelajaran sastra pasti memiliki tujuan. Tujuan dari pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra sehingga merasa tertarik membacanya. Dengan membaca karya sastra diharapkan mengerti nilai kehidupan dan mendapat ide-ide baru.

Rahmanto (1988: 16) mengemukakan bahwa tujuan dari pembelajaran sastra, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Oleh karena itu, untuk tercapainya tujuan pembelajaran dibutuhkan guru yang profesional. Guru yang profesional merupakan faktor penentu pendidikan yang berkualitas. Dalam pembelajaran sastra melalui novel Kanvas karya Bintang Purwanda, siswa akan memahami tentang nilai religi yang dimiliki tokoh-tokoh di dalam cerita.

(48)

c. Fungsi Pembelajaran Sastra

Rahmanto (1988: 17-24) menyatakan bahwa fungsi pembelajaran sastra sebagai berikut.

1) Meningkatkan pengetahuan budaya

Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus selalu dipupuk dalam masyarakat adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. Istilah serta pengertian yang satu sama lain kadang berbeda. Kita menggunakan istilah itu untuk ciri-ciri khusus suatu masyarakat tertentu dengan totalitasnya yang meliputi organisasi, lembaga, hukum, etos kerja, seni, drama, agama, dan sebagainya. Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, percaya diri, dan rasa ikut memiliki (Rahmanto, 1988: 17).

2) Mengembangkan cipta dan rasa

Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra, yang bersifat penalaran, yang bersifat efektif, dan yang bersifat sosial serta yang bersifat religius (Rahmanto, 1988: 19).

3) Menunjang pembentukan watak

Pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Kemudian pengajaran sastra dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa antara lain ketekunan, kepandaian, pengimajinasian, dan penciptaan (Rahmanto, 1988: 24).

(49)

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran sastra pada siswa adalah siswa dapat memahami tentang kehidupan sehari-hari. Siswa dapat memetik contoh kehidupan baik dalam karya sastra. Selain itu, siswa mendapatkan inspirasi dari karya sastra.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel

Kajian teoretis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran novel terdiri dari pengertian rencana pelaksanaan pembelajaran dan komponen rencana pelaksanaan pembelajaran.

a. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rusman (2012: 5) mengemukakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Selanjutnya, Sukirno (2009: 103) menjelaskan bahwa tahap yang paling utama adalah dalam rencana pembelajaran adalah menguasai RPP yang terdiri atas identitas sekolah dan alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian, materi pokok, pengalaman belajar, penilaian, sumber belajar, dan media belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. RPP dibuat untuk persiapan guru sebelum mengajar. Oleh karena itu, RPP bersifat fleksibel.

(50)

b. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Terkait dengan pembelajaran sastra pada siswa SMA di bawah ini penulis uraikan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kurniasih & Berlin (2014: 3) menyatakan ada beberapa komponen rencana pelaksanaan pembelajaran, yakni sebagai berikut.

1) Identitas Mata Pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, serta jumlah pertemuan (Rusman, 2012: 5).

2) Materi Pokok

Kurniasih & Berlin (2014: 3) berpendapat bahwa materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus dapat dikembangkan secara rinci menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Alokasi Waktu

Alokasi waktu bergantung pada panjang/pendek, atau luas/sempit, atau mudah/sukarnya kompetensi dasar yang ingin dicapai (Sukirno, 2009: 1003-104). Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar.

4) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta

(51)

didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu (Kurniasih & Berlin, 2014: 14).

5) Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Cakupan materi pada kompetensi dasar lebih sempit jika dibandingkan dengan standar kompetensi (Sukirno, 2009: 104). Selajutnya, Rusman (2012: 6) berpendapat bahwa indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penelitian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.

6) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pebelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa. Ini mengisyaratkan bahwa, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan

(52)

tercapainya idikator pencapaian kompetensi yang diharapkan (Kurniasih & Berlin, 2014: 10).

7) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan (Rusman, 2012: 6). Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:

a. Ceramah

Roestiyah (2012: 137-140) berpendapat bahwa metode ceramah merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.

b. Diskusi

Roestiyah (2012: 5-12) berpendapat bahwa metode diskusi adalah suatu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Metode diskusi bermanfaat untuk mengembangkan pemahaman siswa karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pertukaran ide, pendapat, dan informasi.

c. Pemberian tugas

Roestiyah (2012: 132-134) berpendapat bahwa metode pemberian tugas adalah suatu cara untuk mengukur kekreatifan

(53)

siswa dalam menangkap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam bentuk pemberian tugas.

8) Media, Alat, dan Sumber Belajar

Kurniasih & Berlin (2014: 104-105) berpendapat bahwa media pembelajaran terdapat dua unsur yang terkandung, yaitu pesan atau bahan pengajaran yang akan disampaikan (perangkat lunak), dan penampil (perangkat keras) sedangkan alat merupakan alat bantu pendidikan yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pengajaran. Kurniasih & Berlin (2014: 100) juga berpendapat bahwa sumber belajar merupakan rujukan yang seharusnya berasal dari berbagai sumber yang nantinya harus dianalisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan dalam bentuk bahan ajar 9) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Langkah pembelajaran adalah tahap-tahap yang harus dilalui dari setiap proses pembelajaran yang telah disusun dan dirancang (Kurniasih & Berlin, 2014: 20). Langkah pembelajaran yang baik akan sangat berpengaruh pada tingkat penerimaan materi pada siswa. Terdapat tiga tahapan dari angkah pembelajaran, yaitu:

a) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan momfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Rusman, 2012: 7).

(54)

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam proses pembelajaran adalah kegiatan agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik (Kurniasih & Berlin, 2014: 23). Guru dituntut agar bisa beraktifitas dan berkreatifitas dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.

c) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian, dan refleksi, umpan balik, serta tindak lanjut (Rusman, 2012: 7).

10) Penilaian

Penilaian adalah prosedur dan cara menilai pencapaian setiap indikator oleh siswa (Sukirno, 2009: 107). Pada penilaian hasil belajar terdapat tiga jenis penilaian, yaitu penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan meliputi:

a) penilaian sikap dapat dilakukan dengan observasi, penilaian diri, penilaian antarteman dan penilaian jurnal,

b) penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan, dan penugasan,

(55)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

Penulis menyajikan dalam bab III ini menggunakan enam bagian pokok, yaitu; sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian analisis data.

A. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Data dan sumber data dalam penelitian ini, isi keseluruhan teks novel Kanvas karya Bintang Purwanda. Sumber data yang dimaksud segala sesuatu yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Sumber data ada dua, yaitu sumber data utama dan sumber data tambahan. Sumber data utama ialah novel Kanvas karya Bintang Purwanda, sedangkan sumber data tambahan berupa buku-buku tentang sastra, buku-buku keagamaan yang mendukung penelitian tentang nilai religius.

B. Objek Penelitian

Objek adalah hal yang menjadi sasaran penelitian. Objek penelitian ini adalah nilai religius dalam novel Kanvas karya Bintang Purwanda, diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta, pada tahun 2015 dengan jumlah halaman 243. Objek penelitian ini menjabarkan mengenai nilai religius dalam novel Kanvas karya Bintang Purwanda dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.

Referensi

Dokumen terkait

Sudut pandang pengarang yang digunakan yaitu sudut pandang orang ketiga; (2) Jenis citraan dalam novel Pengantin Kecilku lebih banyak didominasi pemaparan citraan

Tujuan yang muncul dalam kajian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana teknik yang digunakan pengarang melalui sudut pandang tokoh “aku” dalam novel Edensor karya

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Jepun Negerinya Hiroko yang terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik novel Sebening Syahadat Karya Diva Sinar Rembulan meliputi: (a) tema mayor: percintaan

Aminudin, 2014: 90-91 (dalam Nursavitri, 2019:16) sudut pandang atau perspektif adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau tokoh dalam sebuah cerita yang dideskripsikan.

a) Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik (alur, tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Jilbab In Love karya Asma Nadia.. b) Siswa

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur intrinsik novel Butiran Debu meliputi; tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan amanat, mendeskripsikan nilai-nilai

Hasil penelitian ini yaitu novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni mengandung (1) unsur in- trinsik, yaitu: (a) tema, (b) alur, (c) tokoh dan penokohan, (d) latar, (e) sudut pandang,