KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA
Menuju Masyarakat Informasi Indonesia
PEMERINGKATAN
e-GOVERNMENT INDONESIA
KABUPATEN/KOTA
DI WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2012
DIREKTORAT E-GOVERNMENT
DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
REPUBLIK INDONESIA 2012
Herry Abdul Aziz – Direktur e-Government Kementerian Kominfo Editor
Yudho Giri Sucahyo
Asesor (urut berdasarkan nama) Aplahunnajat – Pemkot Tangsel Aris Kurniawan – Kementerian Kominfo
Cony Trijulianto – Pemprov Jabar Dana Indra Sensuse – UI Deni Hendriawan – Pemprov Jabar Dudi Sudradjat Abdurachim – Pemprov Jabar
Ferry Nurtjahjo – BPKP Heru Supriyatno – Kementerian Kominfo
Niki Maradona – Kementerian Kominfo Mangatas Hasibuan – Kementerian Kominfo
Rudy M. Harahap – BPKP Teddy Sukardi – Praktisi TI
Yudho Giri Sucahyo – UI Tim Pendukung Arief Rachman Aries Kusdaryono Iwan Setiadi Sri Indaryanti Sri Mulyani Warmayudha
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA
Kegiatan Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memberikan acuan pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di lingkungan pemerintah; mendorong peningkatan pemanfaatan TIK di lingkungan instansi pemerintah; serta untuk mendapatkan peta kondisi pemanfaatan TIK secara Nasional.
Kegiatan ini telah dilakukan secara rutin sejak tahun 2007 oleh Direktorat e-Government Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika. Di tahun 2012, kegiatan PeGI juga dilakukan di beberapa provinsi untuk melihat kondisi implementasi e-government di kabupaten/kota dalam wilayahnya.
Selain PeGI, saat ini juga telah ada kegiatan sejenis oleh Media, Perguruan Tinggi dan Kelompok Masyarakat lainnya dalam bentuk e-government awards ataupun penghargaan TIK yang lain. Kementerian Komunikasi dan Informatika selalu mendukung seluruh upaya tersebut karena turut berperan dalam memotivasi pertumbuhan dan
pengembangan TIK secara nasional khususnya di bidang
e-government.
Saya menyambut baik laporan hasil PeGI untuk Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 dan semoga dapat memberikan pemahaman akan pentingnya TIK pada umumnya dan e-government pada khususnya di seluruh wilayah Indonesia.
Salam Aptika
Jakarta, Oktober 2012
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vii
1. PENDAHULUAN ... 1
2. TUJUAN ... 1
3. STRATEGI IMPLEMENTASI ... 3
4. DIMENSI PEMERINGKATAN E-GOVERNMENT INDONESIA ... 5 4.1. KEBIJAKAN ... 5 4.2. KELEMBAGAAN... 6 4.3. INFRASTRUKTUR ... 7 4.4. APLIKASI... 8 4.5. PERENCANAAN ... 10 5. METODOLOGI PEMERINGKATAN... 10 6. HASIL PEMERINGKATAN ... 12
6.1. HASIL PEMERINGKATAN KESELURUHAN ... 12
6.1.1. Tabel Hasil Keseluruhan ... 12
6.1.2. Grafik Batang Tiap Dimensi ... 15 6.1.3. Grafik Pie Persentase Kategori Tiap Dimensi . 20
6.2. HASIL ASESMEN TIAP DAERAH... 24 6.2.1. Kota Cimahi ... 25 6.2.2. Kabupaten Cirebon ... 37 6.2.3. Kota Bogor ... 44 6.2.4. Kota Bekasi... 51 6.2.5. Kabupaten Purwakarta ... 56 6.2.6. Kota Cirebon ... 62 6.2.7. Kabupaten Bandung... 69 6.2.8. Kota Depok ... 75 6.2.9. Kabupaten Bekasi ... 86 6.2.10. Kota Sukabumi ... 96 6.2.11. Kabupaten Kuningan ... 107 6.2.12. Kabupaten Garut ... 115 6.2.13. Kabupaten Majalengka ... 120 6.2.14. Kabupaten Subang... 128 6.2.15. Kabupaten Cianjur ... 136 6.2.16. Kabupaten Sumedang ... 141 6.2.17. Kota Banjar ... 149 6.2.18. Kabupaten Tasikmalaya... 157 6.2.19. Kabupaten Karawang ... 167 6.2.20. Kabupaten Indramayu ... 176 6.2.21. Kota Tasikmalaya ... 183
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3-1 Strategi Implementasi PeGI ... 4
Gambar 5-1 Diagram Alir PeGI ... 10
Gambar 6-1 Grafik Dimensi Kebijakan... 15
Gambar 6-2 Grafik Dimensi Kelembagaan ... 16
Gambar 6-3 Grafik Dimensi Infrastruktur ... 17
Gambar 6-4 Grafik Dimensi Aplikasi ... 18
Gambar 6-5 Grafik Dimensi Perencanaan ... 19
Gambar 6-6 Grafik Persentase Kategori Dimensi Kebijakan ... 20
Gambar 6-7 Grafik Persentase Kategori Dimensi Kelembagaan ... 21
Gambar 6-8 Grafik Persentase Kategori Dimensi Infrastruktur ... 22
Gambar 6-9 Grafik Persentase Kategori Dimensi Aplikasi ... 23
Gambar 6-10 Grafik Persentase Kategori Dimensi Perencanaan ... 24
Gambar 6-11 Grafik Lima Dimensi Kota Cimahi... 25
Gambar 6-12 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Cirebon . 37 Gambar 6-13 Grafik Lima Dimensi Kota Bogor ... 44
Gambar 6-14 Grafik Lima Dimensi Kota Bekasi ... 51
Gambar 6-15 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Purwakarta ... 56
Gambar 6-16 Grafik Lima Dimensi Kota Cirebon ... 62 Gambar 6-17 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Bandung69 Gambar 6-18 Grafik Lima Dimensi Kota Depok ... 75 Gambar 6-19 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Bekasi ... 86 Gambar 6-20 Grafik Lima Dimensi Kota Sukabumi ... 96 Gambar 6-21 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Kuningan
... 107 Gambar 6-22 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Garut... 115 Gambar 6-23 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Majalengka ... 120 Gambar 6-24 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Subang128 Gambar 6-25 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Cianjur 136 Gambar 6-26 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Sumedang
... 141 Gambar 6-27 Grafik Lima Dimensi Kota Banjar ... 149 Gambar 6-28 Grafik Lima Dimensi Kabupaten
Tasikmalaya ... 157 Gambar 6-29 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Karawang
... 167 Gambar 6-30 Grafik Lima Dimensi Kabupaten Indramayu
... 176 Gambar 6-31 Grafik Lima Dimensi Kota Tasikmalaya . 183
DAFTAR TABEL
PEMERINGKATAN E-GOVERNMENT INDONESIA (PeGI)
1. PENDAHULUAN
Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) untuk tingkat kabupaten/kota merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat e-Government, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) yang melibatkan seluruh kabupaten/kota di Republik Indonesia. Kegiatan PeGI dilakukan untuk melihat peta kondisi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di tingkat kabupaten/kota.
2. TUJUAN
Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
1. Memberikan acuan pengembangan dan pemanfaatan TIK di lingkungan pemerintah.
2. Mendorong peningkatan pemanfaatan TIK di lingkungan pemerintah melalui evaluasi yang utuh, seimbang, dan obyektif.
3. Mendapatkan peta kondisi pemanfaatan TIK di lingkungan pemerintah secara nasional.
Terkait dengan tujuan pertama, PeGI dirancang untuk dapat menjadi pedoman bagi pengembangan TIK di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, diharapkan lingkungan pemerintah di Indonesia baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun kementerian dan lembaga non kementerian dapat mengembangkan dan memanfaatkan TIK secara lebih terarah.
Sehubungan dengan tujuan kedua, PeGI diharapkan meningkatkan motivasi seluruh instansi pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan TIK dalam melayani masyarakat, pelaku bisnis, dan lembaga pemerintah. Evaluasi yang utuh berarti lengkap meliputi semua aspek
yang memberikan kontribusi bagi suksesnya
pengembangan dan implementasi e-government, bukan hanya aspek-aspek yang mewakili kepentingan tertentu saja. Evaluasi seimbang berarti memberikan bobot yang sama dan sesuai sehingga tidak mengurangi arti penting dari satu aspek yang mengurangi akurasi hasil evaluasi. Evaluasi yang obyektif berarti menghindari dan mengurangi
subyektivitas yang akan dapat mengganggu
keterpercayaan hasil evaluasi.
Sebagai tujuan ketiga, dengan melibatkan seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, maka diharapkan hasilnya dapat menggambarkan status
pengembangan TIK secara nasional. Dengan demikian dapat diketahui kekuatan dan kelemahan seluruh peserta (instansi) yang nantinya sangat berguna untuk pengembangan TIK di masa datang.
Selain dari ketiga tujuan tersebut, ketika PeGI dilakukan secara rutin dari tahun ke tahun, maka akan dapat dilihat trend perkembangan implementasi TIK di instansi sehingga bisa dilihat apakah instansi tersebut cenderung menurun atau cenderung membaik.
3. STRATEGI IMPLEMENTASI
Untuk mewujudkan suksesnya pelaksanaan PeGI, disusun strategi sebagai berikut:
Peserta evaluasi dikelompokkan sesuai dengan jenis lembaga, misalnya pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah kota, kementerian, atau lembaga non-kementerian;
Evaluasi menggunakan kriteria yang dijabarkan dengan sederhana sehingga mudah dimengerti semua pihak;
Metode, hasil evaluasi, dan kajian dipublikasikan luas;
Evaluasi dilakukan secara periodik sehingga bisa diukur kemajuannya.
Pengelompokan peserta PeGI sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan di atas diambil untuk memudahkan proses penilaian dan pembandingan peserta. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria yang dijabarkan secara sederhana agar semua pihak yang terkait dapat mengerti dan menangkap dengan jelas kriteria yang digunakan. Metode dan hasil evaluasi akan dipublikasikan secara luas terutama pada pihak-pihak yang terkait dan juga pada masyarakat sehingga proses pemeringkatan akan berjalan secara transparan.
Gambar 3.1 menggambarkan strategi implementasi PeGI secara konseptual.
4. DIMENSI PEMERINGKATAN E-GOVERNMENT
INDONESIA
Dalam kegiatan PeGI, telah ditetapkan lima dimensi yang akan dikaji, yaitu: kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi, dan perencanaan. Masing-masing dimensi memiliki bobot yang sama dalam penilaian karena semuanya dianggap penting, saling terkait, dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya.
4.1. KEBIJAKAN
Dimensi kebijakan berkaitan erat dengan produk hukum dan juga dokumen resmi yang bertujuan untuk memberi arah dan mendorong pemanfaatan TIK yang terdiri dari:
Manajemen/proses kebijakan (terkait TIK) yang dilaksanakan.
Visi dan misi yang dijabarkan dengan jelas dan terdokumentasi dalam bentuk surat keputusan, peraturan, regulasi, kebijakan, pedoman, rencana strategis, atau bentuk dokumen resmi lainnya.
Strategi penerapan kebijakan TIK yang dituangkan dalam bentuk rencana kerja, program, atau bentuk dokumen resmi lainnya.
Standar atau panduan yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK secara umum maupun secara spesifik dalam bidang-bidang tertentu.
Peraturan terkait dengan pemanfaatan TIK untuk menjamin kelangsungan program pengembangan dan pemanfaatan TIK.
Keputusan kementerian/lembaga/pemerintah daerah terkait penerapan kebijakan TIK.
Skala Prioritas penerapan TIK yang dilaksanakan suatu daerah.
Evaluasi/manajemen risiko TIK yang diterapkan.
4.2. KELEMBAGAAN
Dimensi kelembagaan terkait erat dengan keberadaan organisasi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengembangan dan pemanfaatan TIK dengan indikator:
Keberadaan organisasi struktural yang lengkap sehingga dapat menjalankan fungsi Chief Information Officer (CIO), dukungan teknis, dan fungsi lain dengan baik.
Adanya dokumen yang memberikan rumusan yang jelas mengenai Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI).
Adanya Sistem dan Prosedur Kerja yang lengkap dan terdokumentasi untuk melaksanakan hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan dan pengembangan TIK.
Adanya kelengkapan unit dan aparatur untuk mendukung pemanfaatan dan pengembangan TIK yang memadai dari segi jumlah, kompetensi, jenjang karir, maupun status kepegawaian.
Adanya program pengembangan Sumber Daya Manusia TIK yang terencana dan terlaksana.
4.3. INFRASTRUKTUR
Dimensi infrastruktur berkaitan dengan sarana dan
prasarana yang mendukung pengembangan dan
pemanfaatan TIK yang terdiri dari:
Data center dan aplikasi pendukungnya.
Jaringan Data (LAN, WAN, Internet).
Keamanan yang terencana dan terevaluasi.
Fasilitas pendukung seperti antara lain AC, UPS,
Genset, serta sarana pengamanan fasilitas lainnya.
Dokumen Disaster Recovery yang diperlukan jika terjadi kegagalan sistem.
Pemeliharaan infrastruktur TIK.
4.4. APLIKASI
Dimensi aplikasi berkaitan dengan ketersediaan dan dimanfaatkannya piranti lunak aplikasi yang memenuhi kriteria antara lain:
Adanya situs web (homepage).
Adanya Aplikasi fungsional utama 1 (Pelayanan Publik).
Adanya Aplikasi fungsional utama 2 (Administrasi & Manajemen Umum).
Adanya Aplikasi fungsional utama 3 (Administrasi Legislasi).
Adanya Aplikasi fungsional utama 4 (Manajemen Pembangunan).
Adanya Aplikasi fungsional utama 5 (Manajemen Keuangan).
Adanya Aplikasi fungsional utama 6 (Manajemen Kepegawaian).
Dokumentasi setiap aplikasi yang dimiliki.
Inventarisasi seluruh aplikasi TIK.
Interoperabilitas setiap aplikasi yang diterapkan.
Aplikasi tersebut haruslah mendukung fungsi dasar umum sistem kepemerintahan yang terdiri dari antara lain:
1. Pelayanan publik, seperti kependudukan, perpajakan dan retribusi, pendaftaran dan perijinan, bisnis dan investasi, pengaduan masyarakat, publikasi informasi umum dan kepemerintahan, dan lain-lain.
2. Administrasi dan manajemen umum yang meliputi surat elektronik, sistem dokumen elektronik, sistem pendukung keputusan, kolaborasi dan koordinasi, manajemen pelaporan pemerintahan, dan lain-lain.
3. Administrasi legislasi yang meliputi aplikasi sistem katalog hukum, peraturan perundangan, dan lain-lain.
4. Manajemen pembangunan yang meliputi sistem perencanaan pembangunan daerah, sistem pengadaan barang dan jasa, pengelolaan dan monitoring proyek, sistem evaluasi dan informasi hasil pembangunan, sistem laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
5. Manajemen keuangan, meliputi aplikasi anggaran, kas dan perbendaharaan, akuntansi daerah, dan lain-lain.
6. Manajemen kepegawaian yang meliputi aplikasi penerimaan pegawai, absensi, penggajian, penilaian kinerja, pendidikan dan latihan, dan lain-lain.
4.5. PERENCANAAN
Dimensi perencanaan berkaitan dengan proses perencanaan dengan indikator antara lain: adanya organisasi yang melakukan perencanaan TIK, adanya
sistem perencanaan untuk pengembangan dan
pemanfaatan TIK yang dilakukan secara nyata, adanya dokumentasi Master Plan yang lengkap, yang mengandung unsur lima dimensi PeGI, Implementasi dari Master Plan
yang sudah dibuat, serta adanya anggaran yang tertuang dalam RPJMN/RPJMD dan RKP/RKPD.
5. METODOLOGI PEMERINGKATAN
Dalam pelaksanaannya, tahapan yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 5.1.
Penjelasan tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Calon peserta dijelaskan proses pelaksanaan dari awal sampai akhir berikut penjelasan mengenai semua kebutuhan informasi yang mendukung proses penilaian. Dengan demikian, calon peserta mendapatkan informasi tentang tata-cara pemeringkatan, dimensi dan indikator yang dievaluasi serta cara mengisi kuesioner. 2. Peserta mengisi kuesioner dan melengkapi dengan
informasi pendukung. Setelah peserta mengerti dan memahami tata cara pemeringkatan, peserta dipersilakan mengisi kuesioner dan melengkapinya dengan berbagai informasi pendukung yang diperlukan. 3. Setelah kuesioner terisi dan dilengkapi dengan
informasi pendukung, asesor melakukan pemeriksaan untuk memastikan keabsahan hasil jawaban.
4. Bila diperlukan, asesor dapat melakukan klarifikasi/pemeriksaan melalui telepon, e-mail atau dengan melihat ke lokasi.
5. Asesor melakukan asesmen dan memberikan pemeringkatan tiap peserta. Pemeringkatan yang diberikan meliputi pemeringkatantiap dimensi tiap-tiap peserta dan secara rata-rata keseluruhan peserta. 6. Dari hasil kompilasi di tingkat nasional selanjutnya
7. Penentuan hasil akhir pemeringkatan ditentukan melalui sidang asesor.
8. Hasil pemeringkatan yang telah ditetapkan dipublikasikan melalui berbagai media, situs web dan juga seminar agar diketahui masyarakat umum.
Adapun pemberian peringkat di masing-masing dimensi dan secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
3,50 ≤ SANGAT BAIK ≤ 4,00 2,50 ≤ BAIK < 3,50
1,50 ≤ KURANG < 2,50
1,00 ≤ SANGAT KURANG < 1,50
6. HASIL PEMERINGKATAN
6.1. HASIL PEMERINGKATAN KESELURUHAN 6.1.1. Tabel Hasil Keseluruhan
Tabel 6.1 menunjukkan hasil pemeringkatan
e-government untuk seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat yang mengikuti PeGI di tahun 2012. Kota Cimahi menduduki peringkat pertama dengan nilai rata-rata seluruh dimensi adalah 2,62. Posisi kedua ditempati oleh Kabupaten Cirebon dengan nilai rata-rata seluruh dimensi 2,57. Kemudian diikuti oleh Kota Bogor, Kota Bekasi, dan
Kabupaten Purwakarta dengan nilai masing-masing 2,35, 2,31 dan 2,27.
Dalam pelaksanaan PeGI kali ini, hanya 21 dari 27 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang mengikuti PeGI. Berdasarkan kategori penilaian terhadap 21 kabupaten/kota tersebut, 9,52% kabupaten/kota berada pada kategori BAIK, 71,42% kabupaten/kota berada pada kategori KURANG dan 19,04% kabupaten/kota berada pada kategori SANGAT KURANG. Adapun yang tidak mengikuti pelaksanaan PeGI adalah:
Kabupaten Bandung Barat
Kabupaten Bogor
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Pangandaran
Kabupaten Sukabumi
Tabel 6.1 Hasil Pemeringkatan Keseluruhan NO KABUPATEN/ KOTA DIMENSI NIL AI KATEG ORI KEB IJAK AN KELE MBA GAAN INFR ASTR UKTU R APLI KASI PERE NCAN AAN RAT A-RAT A
1 Kota Cimahi 2.67 2.60 2.90 2.60 2.33 2.62 Baik 2 Kabupaten
Cirebon 2.42 2.80 2.24 2.53 2.87 2.57 Baik 3 Kota Bogor 2.29 2.67 2.29 2.50 2.00 2.35 Kurang 4 Kota Bekasi 2.44 2.70 2.00 2.40 2.00 2.31 Kurang 5 Kabupaten
Purwakarta 2.54 2.73 2.33 2.20 1.53 2.27 Kurang 6 Kota Cirebon 2.25 2.20 2.43 2.25 2.10 2.25 Kurang 7 Kabupaten
Bandung 2.19 2.60 2.14 2.30 1.90 2.23 Kurang 8 Kota Depok 1.75 2.40 2.43 2.40 2.00 2.20 Kurang 9 Kabupaten
Bekasi 1.88 2.13 2.10 2.00 1.93 2.01 Kurang 10 Kota Sukabumi 1.79 2.53 1.71 2.30 1.60 1.99 Kurang 11 Kabupaten Kuningan 1.75 2.33 1.52 2.20 1.73 1.91 Kurang 12 Kabupaten Garut 1.33 2.40 1.90 2.03 1.67 1.87 Kurang 13 Kabupaten Majalengka 1.54 2.27 1.86 2.10 1.53 1.86 Kurang 14 Kabupaten Subang 1.69 2.20 1.57 1.80 1.70 1.79 Kurang 15 Kabupaten Cianjur 1.63 1.90 1.36 2.40 1.50 1.76 Kurang 16 Kabupaten Sumedang 1.88 1.73 1.24 1.67 1.60 1.62 Kurang 17 Kota Banjar 1.46 1.73 1.48 1.67 1.60 1.59 Kurang 18 Kabupaten Tasikmalaya 1.25 1.40 1.57 1.80 1.40 1.48 Sangat Kurang 19 Kabupaten Karawang 1.00 1.60 1.00 1.75 1.00 1.27 Sangat Kurang 20 Kabupaten Indramayu 1.25 1.73 1.00 1.20 1.13 1.26 Sangat Kurang 21 Kota Tasikmalaya 1.13 1.30 1.00 1.30 1.10 1.16 Sangat Kurang RATA-RATA 1.81 2.19 1.81 2.07 1.73 1.92 Kurang
6.1.2. Grafik Batang Tiap Dimensi
Berikut ini disajikan grafik batang untuk masing-masing dimensi.
6.1.2.1. Grafik Dimensi Kebijakan
Gambar 6-1 Grafik Dimensi Kebijakan
Berdasarkan Grafik Dimensi Kebijakan diatas, Kota Cimahi menduduki peringkat pertama dengan nilai rata-rata 2,62. Posisi kedua, ketiga, keempat dan kelima diduduki Kabupaten Purwakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Cirebon, dan Kota Bogor dengan nilai masing-masing adalah 2,54, 2,44, 2,42, dan 2,29.
Nilai rata-rata penilaian secara keseluruhan untuk dimensi Kebijakan adalah 1,81 termasuk dalam kategori KURANG.
6.1.2.2. Grafik Dimensi Kelembagaan
Gambar 6-2 Grafik Dimensi Kelembagaan
Berdasarkan Grafik Dimensi Kelembagaan, peringkat pertama ditempati oleh Kabupaten Cirebon dengan nilai rata-rata 2,80. Posisi kedua ditempati oleh Kabupaten Purwakarta dengan nilai rata-rata 2,73 dan posisi ketiga, keempat dan kelima berturut-turut ditempati oleh Kota Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Cimahi dengan nilai rata-rata 2,7, 2,67, dan 2,6.
Berdasarkan kategori penilaian secara keseluruhan untuk dimensi Kelembagaan, rata-rata yang dicapai adalah 2,19, termasuk dalam kategori KURANG.
6.1.2.3. Grafik Dimensi Infrastruktur
Gambar 6-3 Grafik Dimensi Infrastruktur
Dalam dimensi Infrastruktur diatas, Kota Cimahi menduduki peringkat pertama dengan nilai rata-rata 2,90. Sementara itu peringkat kedua dan ketiga diduduki oleh Kota Cirebon dan Kota Depok dengan nilai rata-rata sama 2,43. Dua posisi berikutnya diduduki oleh Kabupaten Purwakarta dan Kota Bogor dengan nilai 2,33 dan 2,29.
Berdasarkan kategori penilaian secara keseluruhan untuk dimensi ini, nilai rata-ratanya adalah 1,81 yang berarti masuk dalam kategori KURANG.
6.1.2.4. Grafik Dimensi Aplikasi
Gambar 6-4 Grafik Dimensi Aplikasi
Pada Dimensi Aplikasi, posisi pertama ditempati oleh Kota Cimahi dengan nilai rata-rata 2,60. Dua posisi berikutnya diduduki oleh Kabupaten Cirebon dan Kota Bogor dengan nilai rata-rata 2,53 dan 2,50. Dua posisi berikutnya diduduki oleh Kota Bekasi dan Kabupaten Cianjur dengan nilai rata-rata sama 2,4.
Berdasarkan kategori penilaian secara keseluruhan untuk dimensi Aplikasi, nilai rata-rata yang diperoleh adalah 2,07, termasuk dalam kategori KURANG.
6.1.2.5. Grafik Dimensi Perencanaan
Gambar 6-5 Grafik Dimensi Perencanaan
Dari Grafik Dimensi Perencanaan diatas, Kabupaten Cirebon, Kota Cimahi, dan Kota Cirebon menduduki tiga posisi teratas dengan nilai rata-rata 2,87, 2,33, dan 2,1.
Secara keseluruhan untuk dimensi Perencanaan, nilai rata-rata yang diperoleh adalah 1,73 yang berarti masuk dalam kategori KURANG.
6.1.3. Grafik Pie Persentase Kategori Tiap Dimensi Berikut ini disajikan grafik dalam bentuk pie untuk menyajikan persentase kategori tiap dimensi.
6.1.3.1. Grafik Pie Dimensi Kebijakan
Gambar 6-6 Grafik Persentase Kategori Dimensi Kebijakan
Berdasarkan kategori penilaian pada dimensi Kebijakan, terdapat 28,57% kabupaten/kota termasuk dalam kategori SANGAT KURANG, 61,9% kabupaten/kota
termasuk dalam kategori KURANG dan 9,52%
kabupaten/kota termasuk dalam kategori BAIK. Dalam dimensi ini, terdapat enam kabupaten/kota dalam kategori SANGAT KURANG, yaitu Kabupaten Garut, Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, dan Kota Tasikmalaya.
6.1.3.2. Grafik Pie Dimensi Kelembagaan
Gambar 6-7 Grafik Persentase Kategori Dimensi Kelembagaan
Pada dimensi Kelembagaan, 9,52% kabupaten/kota termasuk dalam kategori SANGAT KURANG, 57,14% kabupaten/kota berkategori KURANG dan 33,33% kabupaten/kota dalam kategori BAIK. Dalam kategori Kelembagaan, ada dua kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori SANGAT KURANG, yaitu Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya.
6.1.3.3. Grafik Pie Dimensi Infrastruktur
Gambar 6-8 Grafik Persentase Kategori Dimensi Infrastruktur
Berdasarkan kategori penilaian dimensi Infrastruktur, terdapat 28,57% kabupaten/kota termasuk dalam kategori SANGAT KURANG, 66,67% kabupaten/kota termasuk
dalam kategori KURANG dan terdapat 4,76%
kabupaten/kota termasuk dalam kategori BAIK. Belum ada kabupaten/kota yang berkategori SANGAT BAIK. Dalam dimensi ini, terdapat enam kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori SANGAT KURANG, yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang, Kota Banjar, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, dan Kota Tasikmalaya.
6.1.3.4. Grafik Pie Dimensi Aplikasi
Gambar 6-9 Grafik Persentase Kategori Dimensi Aplikasi
Berdasarkan kategori penilaian dimensi Aplikasi, terdapat 9,52% kabupaten/kota berkategori SANGAT KURANG, 76,19% kabupaten/kota berkategori KURANG, dan terdapat 14,29% kabupaten/kota berkategori BAIK. Dalam dimensi ini, terdapat dua kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori SANGAT KURANG yaitu Kabupaten Indramayu dan Kota Tasikmalaya.
6.1.3.5. Grafik Pie Dimensi Perencanaan
Berdasarkan kategori penilaian dimensi Perencanaan, terdapat 19,05% kabupaten/kota termasuk dalam kategori
SANGAT KURANG, 76,19% kabupaten/kota termasuk
dalam kategori KURANG dan terdapat 4,76%
kabupaten/kota dalam kategori BAIK. Dalam dimensi ini, terdapat 4 (empat) kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori SANGAT KURANG yaitu Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, dan Kota Tasikmalaya.
Gambar 6-10 Grafik Persentase Kategori Dimensi Perencanaan
6.2. HASIL ASESMEN TIAP DAERAH
Berikut ini disajikan hasil asesmen per-kabupaten/kota yang terdiri dari grafik radar lima dimensi, tata cara penilaian dan hasil penilaian kualitatif untuk masing-masing kabupaten/kota.
6.2.1. Kota Cimahi
6.2.1.1. Hasil Penilaian dan Peringkat
HASIL PENILAIAN
Nama : Kota Cimahi
Peringkat ke : 1 (satu) dari 21 daerah 6.2.1.2. Grafik Radar 5 Dimensi
6.2.1.3. Hasil Penilaian Kualitatif Tata Cara Asesmen:
1. Sebelum asesmen, peserta telah menerima informasi tentang persiapan yang perlu dilakukan, yang meliputi kriteria penilaian, data pendukung dan pengiriman wakil yang berkompeten, sebagaimana terlampir dalam undangan.
2. Peserta mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai tata cara asesmen dalam sesi penjelasan yang dilakukan sebelum asesmen.
3. Asesmen dilakukan terhadap indikator yang dapat diperlihatkan, dijelaskan, diperiksa, dan dinilai selama asesmen.
Rangkuman Asesmen Kota Cimahi
Hasil asesmen untuk keseluruhan dimensi menunjukkan bahwa penerapan e-government di daerah ini sudah BAIK. Hasil asesmen lebih rinci terhadap daerah ini untuk masing-masing dimensi adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan
Hasil asesmen pada saat penilaian untuk dimensi Kebijakan menunjukkan hasil yang BAIK. Visi Kota ini adalah “Dengan Iman, Taqwa, Optimis dan Cerdas, Jadikan Cimahi Kota Maju, Agamis, Nyaman, Tertib,
Aman dan Produktif”. Sedangkan misi yang diemban ada enam, yaitu:
1. Meningkatkan sarana perekonomian dan lapangan kerja.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan. 3. Meningkatkan penataan dan penegakan hukum. 4. Meningkatkan infrastruktur kota.
5. Mengendalikan pembangunan agar berwawasan lingkungan.
6. Meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha.
Meski TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) belum tersebutkan dalam visi dan misi, namun perlu disadari bahwa TIK dapat berperan terutama untuk misi pertama untuk meningkatkan perekonomian dan lapangan kerja (misalnya dengan e-UKM), misi kedua sebagai alat bantu pendidikan (e-education) dan kesehatan (e-health), serta misi keempat dengan memanfaatkan sistem informasi geografis. Ketika peran TIK mulai disadari dan mulai dimasukkan dalam program-program pembangunan, maka kontribusi TIK akan mulai terlihat. Untuk saat ini, peran TIK dimasukkan dalam RPJMD maupun RPJP.
Kebijakan terkait TIK yang pernah dikeluarkan dalam bentuk Keputusan/Peraturan Walikota adalah:
Pembentukan Tim Informasi Teknologi (IT) Kota Cimahi (2009).
Pembentukan Tim Koordinasi Sistem Informasi Manajemen Kelurahan (2010).
Pembentukan Tim Migrasi Perangkat Lunak Sumber Terbuka (Open Source Software) Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Sistem Informasi Kota Cimahi (2010).
Pembentukan Tim Tenaga Instalasi dan Pendampingan Migrasi Perangkat Lunak Sumber Terbuka (Open Source Software) pada Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Sistem Informasi Kota Cimahi (2010).
Pembentukan Tim Penyusunan Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) Manajemen Sistem Informasi Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Sistem Informasi (2010).
Pedoman Pengembangan e-Government di Lingkungan Pemerintah Kota Cimahi (2010).
Pembentukan Komite Riset dan Inovasi Daerah (2011).
Pembentukan Pengurus Regional Information Technology Center of Excellence (RICE) (2011).
Pembentukan Tim Implementasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) (2011).
Pembentukan Tim Pengelolaan Pengaduan
Masyarakat Berbasis Website melalui
pesduk.cimahikota.go.id dan melalui SMS ke 081221700800 (2011).
Jika dilihat dari daftar kebijakan yang ada di atas, sebagian besar masih terbatas pada pengembangan tim. Kebijakan terakhir yang terkait strategi adalah
Pedoman Pengembangan e-Government yang
dikeluarkan di tahun 2010. Secara tidak tertulis disepakati bahwa prioritas diberikan lebih kepada peningkatan pelayanan publik. Implementasi e-government di daerah ini juga pernah dievaluasi oleh tim dari BPPT.
Untuk mencapai tingkat penerapan kebijakan yang baik, disarankan melakukan upaya berikut:
Perlu disusun manajemen/proses kebijakan yang mencakup seluruh aspek dari mulai perencanaan sampai kepada pengawasan, agar kebijakan terkait TIK yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secara konsisten.
pembangunan perlu dinyatakan sebagai bagian dari visi dan misi daerah untuk kemudian dilanjutkan dengan strategi penerapannya. Dapat dimaklumi bahwa di daerah ini prioritas lebih dikedepankan untuk kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan, namun perlu dipahami bahwa TIK dapat berperan untuk banyak bidang pembangunan.
Perlu adanya berbagai ketetapan dan pedoman baik di tingkatan satuan kerja maupun di tingkatan kota yang menunjukkan pentingnya pemanfaatan TIK untuk pembangunan.
Evaluasi yang pernah dilakukan oleh BPPT adalah praktik yang baik, dan kegiatan semacam itu perlu dilakukan secara berkala untuk melihat sejauh mana pencapaian yang telah dilakukan di setiap interval waktunya.
2. Kelembagaan
Hasil asesmen dimensi Kelembagaan secara umum menunjukkan hasil yang BAIK. Pengelolaan TIK di daerah ini dilaksanakan oleh Kantor Arsip, Perpustakaan dan Pengelolaan Data Elektronik (KAPPDE) yang memiliki visi untuk mewujudkan good governance dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat melalui pemanfaatan TIK. KAPPDE memiliki tiga seksi yaitu Seksi Kearsipan, Seksi Perpustakaan, dan Seksi PDE. Tupoksi dinyatakan dengan jelas, lengkap dan dapat dilaksanakan. PDE juga telah dianggap sebagai koordinator pengembangan TIK di Kota.
Seksi PDE memiliki lima orang karyawan dimana empat diantaranya berlatar belakang TIK. Keterbatasan SDM ini diatasi dengan memanfaatkan orang-orang berlatar belakang TIK ataupun yang berminat dengan TIK di masing-masing OPD.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam implementasi e-government, disarankan untuk melakukan upaya sebagai berikut:
Pengembangan TIK di daerah ini tentunya akan lebih cepat dan lebih fokus jika TIK dikelola oleh unit yang khusus mengelola TIK, mandiri serta memiliki kewenangan yang memadai.
Unit TIK yang dibentuk telah ditunjang dengan struktur dan tupoksi yang jelas meski dirasakan masih berada pada tataran normatif, dirasakan kurang membumi. Bentuk organisasi yang masih berupa kantor tentunya memberikan keterbatasan
terkait kewenangan pengelolaan TIK.
Masih diperlukan pengembangan kapasitas SDM pengelola TIK. Staf pengelola TIK yang hanya berjumlah lima orang tentunya tidak cukup untuk menggawangi keseluruhan implementasi TIK di daerah ini.
Perlu dikembangkan program pengembangan SDM TIK yang terencana. Saat ini pengembangan
SDM masih bersifat ad-hoc berupa
pelatihan/bimtek.
3. Infrastruktur
Hasil asesmen dimensi Infrastruktur secara umum menunjukkan hasil yang BAIK. Daerah ini telah memiliki pusat data berukuran 3m x 5m yang dilengkapi dengan raised floor, 4 rak server dengan 14 buah server di dalamnya. Seluruh OPD telah terhubung dengan bandwidth internasional 3 Mbps, internal 1 GB, dan IIX 10 Mbps.
Untuk mekanisme keamanan, daerah ini telah melengkapi infrastrukturnya dengan firewall, serta aspek pengamanan fisik meski hanya menggunakan kunci. Perangkat pendukung seperti UPS, genset, AC, pemadam api, kamera pengaman juga telah tersedia.
Daerah ini perlu diapreasiasi karena telah memikirkan fasilitas DRC dengan memanfaatkan fasilitas backup
data di Batam (bekerjasama dengan BPPT). Inventarisasi perangkat TIK juga telah dilakukan secara rutin setiap enam bulan sekali.
Pengembangan infrastruktur disarankan melalui upaya perbaikan sebagai berikut:
Pemeliharaan TIK perlu dilakukan dengan lebih terencana dan rutin (tidak lagi bersifat ad-hoc
ketika terdapat perangkat yang rusak). Saat ini pemeliharaan TIK juga dilakukan secara terpisah oleh masing-masing OPD.
Perlu disusun kebijakan keamanan informasi. 4. Aplikasi
Hasil asesmen dimensi Aplikasi secara umum menunjukkan hasil yang BAIK. Daerah ini telah memiliki situs resmi www.cimahikota.go.id. dengan berita yang diperbaharui.
Untuk fungsi pelayanan publik, daerah ini telah memiliki aplikasi untuk kependudukan (SIAK), SIMPADA untuk pendapatan daerah, SIM PPTSP untuk perijinan, PESDUK (SMS Gateway) untuk
Pengaduan Masyarakat. Untuk administrasi dan manajemen umum, daerah ini telah memiliki fasilitas surat elektronik, e-Arsip untuk mendukung arsip,
digital library. Administrasi legislasi didukung oleh JDIH. Untuk manajamen pembangunan, terdapat
aplikasi pengadaan barang/jasa (
e-Procurement/SPSE), sistem informasi geografis (GIS), e-Reporting pengelolaan kegiatan, dan
executive dashboard. Manajemen keuangan menggunakan (SIPKD) dan SIMDA, sedangkan manajemen kepegawaian menggunakan (SIMPEG). Selain itu, beberapa SKPD juga telah memiliki sistem informasi seperti misalnya SIM Sekolah (Dinas Pendidikan), SIM Puskesmas (Dinas Kesehatan), SIM Kelurahan. SIM Pengujian Kendaraan Bermotor (Dishub), SIM Dishub LLAJ (Dishub). Daerah ini juga telah mengembangkan distro sendiri yaotu chiOS (Cimahi Open Source) yang dikembangkan dari sistem operasi Ubuntu. Kegiatan inventarisasi aplikasi TIK juga telah dilakukan dengan rutin
Indikator di dimensi Aplikasi akan menjadi lebih sempurna jika aplikasi yang dikembangkan dilengkapi dengan dokumentasi yang dapat mendukung kegiatan pemeliharaan aplikasi, saat ini dokumentasi masih
tersebar di masing-masing SKPD yang memanfaatkan aplikasi meskipun telah dimulai kegiatan untuk mengarsipkan berbagai dokumentasi yang ada. Ketika aplikasi sudah intensif digunakan, selanjutnya dapat dikembangkan agar lebih dari satu aplikasi dapat saling bertukar data/informasi (interoperabilitas).
5. Perencanaan
Hasil asesmen dimensi Perencanaan secara umum menunjukkan hasil yang KURANG. Daerah ini telah menyusun rencana induk TIK untuk tahun 2006-2011 dan saat ini sedang dilakukan revisi untuk periode berikutnya. Dalam pengembangan rencana induk TIK sebelumnya, KAPPDE bertindak sebagai koordinator, dan dalam penyusunannya dilakukan koordinasi dengan OPD lain yang juga membangun TI. Praktik yang baik ini perlu dilanjutkan mengingat rencana induk TIK yang disusun akan menjadi arah pengembangan TIK dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan dan diperlukan untuk memastikan bahwa investasi yang dikeluarkan akan dapat memberikan manfaat yang menyeluruh.
Mekanisme proses perencanaan untuk memastikan seluruh kepentingan yang ada terwakili perlu dilanjutkan. Yang perlu dikembangkan adalah penyusunan rencana detail dan peninjauan kembali rencana induk TIK secara rutin. Rencana Induk TIK yang disusun juga perlu mengikutsertakan unsur pembiayaan yang nantinya dimasukkan dalam RPJMN/RPJMD serta RKPD.
6.2.2. Kabupaten Cirebon
6.2.2.1. Hasil Penilaian dan Peringkat
HASIL PENILAIAN
Nama : Kabupaten Cirebon
Peringkat ke : 2 (dua) dari 21 daerah 6.2.2.2. Grafik Radar 5 Dimensi
6.2.2.3. Hasil Penilaian Kualitatif Tata Cara Asesmen:
1. Sebelum asesmen, peserta telah menerima informasi tentang persiapan yang perlu dilakukan, yang meliputi kriteria penilaian, data pendukung dan pengiriman wakil yang berkompeten, sebagaimana terlampir dalam undangan.
2. Peserta mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai tata cara asesmen dalam sesi penjelasan yang dilakukan sebelum asesmen.
3. Asesmen dilakukan terhadap indikator yang dapat diperlihatkan, dijelaskan, diperiksa, dan dinilai selama asesmen.
Rangkuman Asesmen Kabupaten Cirebon
Secara keseluruhan pengelolaan TIK di Kabupaten Cirebon sudah baik, setidaknya dengan kelembagaan dan organisasi yang mandiri (Dinas Kominfo) pengelolaan TIK lebih optimal. Berdasarkan hasil penilaian Asesor PeGI, Kabupaten Cirebon masuk dalam kriteria BAIK, dengan analisa sebagai berikut:
1. Kebijakan
Hasil asesmen pada saat penilaian untuk dimensi Kebijakan secara umum menunjukkan hasil yang
KURANG. Meski visi misi daerah ini belum secara jelas mencantumkan TIK, namun pada visi dan misi Dinas Kominfo sudah tergambar dengan jelas arahan TIK. Daerah ini juga telah mengeluarkan beberapa peraturan terkait TIK.
Untuk skala prioritas, daerah ini sudah memiliki skala prioritas pembangunan TIK yaitu infrastruktur dan pengembangan SDM, namun daerah ini belum pernah melakukan evaluasi TIK dari eksternal, masih bersifat ad-hoc. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi TIK baik secara internal maupun eksternal sebagai bahan masukan pengambilan keputusan pengembangan TIK. Daerah ini juga perlu melengkapi kebijakan TIK yang lebih rinci lagi dan juga perlu ditunjang dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk kegiatan yang dilakukan.
2. Kelembagaan
Hasil asesmen dimensi Kelembagaan secara umum menunjukkan hasil yang BAIK. Daerah ini sudah memiliki lembaga pengelola TIK yang independen, yaitu Dinas Kominfo yang dibentuk berdasarkan Perda Kabupaten Cirebon Nomor 5 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah. Adapun tupoksi Dinas Kominfo diatur dalam Perbup Cirebon No. 51 tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Cirebon. Dengan demikian, secara kelembagaan dan tupoksi, Kabupaten Cirebon telah memiliki satu lembaga yang seharusnya cukup memadai untuk menangani pengelolaan TIK.
Kekurangan SDM diatasi dengan mengirimkan SDM secara berkala setiap ada undangan bimtek atau sosialisasi baik yang diadakan oleh pusat, provinsi, maupun di tingkat kabupaten/kota. Daerah ini perlu melakukan inventarisasi pengetahuan dan keterampilan agar dapat menyusun program peningkatan SDM untuk mengurangi ketergantungan pada SDM pihak ketiga.
3. Infrastruktur
Hasil asesmen menunjukkan hasil yang KURANG. Pengembangan infrastruktur perlu ditingkatkan lagi, saat ini baru ada data center dengan ruangan terbatas 3mx3m dengan fasilitas yang terbatas. Hal ini menyebabkan server masih tersebar di OPD.
Namun untuk jaringan internal, daerah ini telah memiliki jaringan kabel serat optik di komplek perkantoran. Sementara untuk koneksi internet masing-masing OPD masih menggunakan koneksi internet secara mandiri, belum terpusat di Dinas Kominfo. Selain itu, untuk fasilitas keamanan seperti
filtering, Dinas Kominfo telah menggunakan filtering
untuk koneksi internet dengan menggunakan Nawala.
Pemeliharaan dan inventarisasi TIK belum dilakukan secara mandiri dan masih dibantu oleh pihak ketiga. Untuk itu perlu inventarisasi secara lengkap mengenai peralatan TIK dengan sistemnya seperti alat, lokasi, kondisi, penanggung jawab agar dapat dimonitor bagaimana kondisi peralatan TIK.
Selain itu juga perlu adanya konsolidasi antar OPD agar server yang tersebar dapat dikumpulkan secara terpusat. Hal ini otomatis perlu adanya data center
yang memadai dengan segala fasilitas
4. Aplikasi
Hasil asesmen untuk dimensi Aplikasi secara umum menunjukkan hasil yang BAIK. Website dinilai bagus baik dari sisi rancangan maupun konten meskipun masih banyak yang harus diperbaiki dari sisi isinya. Selain itu terdapat aplikasi lainnya seperti aplikasi di bidang pelayanan publik, bidang legislasi, pembangunan, keuangan, dan juga SIMDA. Meski demikian, aplikasi layanan publik perlu dilengkapi lagi dengan aplikasi untuk layanan perizinan dan lain-lain.
Dokumentasi untuk tiap aplikasi ada namun masih tersebar. Perlu dikompilasi secara terpusat untuk mempermudah pemeliharaan dan pengembangan aplikasi. Selain itu perlu juga dipikirkan adanya interoperabilitas aplikasi agar pengelolaan dapat lebih baik. Penerapan open source dan penggunaan email
resmi juga perlu ditingkatkan lagi.
5. Perencanaan
Hasil asesmen pada saat penilaian untuk dimensi perencanaan secara umum menunjukkan hasil yang BAIK. Perencanaan bidang TIK dilakukan oleh Dinas Kominfo dengan adanya mekanisme proses
perencanaan yang sudah baku. Master plan TIK sudah ada walau baru bersifat sebagai referensi, dan belum diturunkan ke kebijakan yang lebih rinci lagi. Pembiayaan tercantum dalam DPA Kabupaten Cirebon, dimana jumlah yang dialokasikan cukup memadai untuk pengembangan TIK. Master plan
yang ada perlu direvisi lagi dan disesuaikan dengan perkembangan TIK saat ini. Dalam renstra yang baru perlu ada unsur kebijakan, kelembagaan, dan penguatan koordinasi dan efisiensi tingkat Pemerintah Daerah.
6.2.3. Kota Bogor
6.2.3.1. Hasil Penilaian dan Peringkat
HASIL PENILAIAN
Nama : Kota Bogor
Peringkat ke : 3 (tiga) dari 21 daerah 6.2.3.2. Grafik Radar 5 Dimensi
6.2.3.3. Hasil Penilaian Kualitatif Tata Cara Asesmen:
1. Sebelum asesmen, peserta telah menerima informasi tentang persiapan yang perlu dilakukan, yang meliputi kriteria penilaian, data pendukung dan pengiriman wakil yang berkompeten, sebagaimana terlampir dalam undangan.
2. Peserta mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai tata cara asesmen dalam sesi penjelasan yang dilakukan sebelum asesmen.
3. Asesmen dilakukan terhadap indikator yang dapat diperlihatkan, dijelaskan, diperiksa, dan dinilai selama asesmen.
Rangkuman Asesmen Kota Bogor
Hasil asesmen secara umum menilai bahwa
pengembangan dan pelaksanaan e-government di Kota Bogor masuk dalam kategori KURANG. Dari proses asesmen, tim asesor telah menemukan sejumlah indikator positif dan juga sejumlah indikator negatif yang memerlukan perhatian untuk diperbaiki. Temuan dan saran dalam masing-masing dimensi dijabarkan lebih lanjut berikut ini.
1. Kebijakan
Hasil asesmen untuk dimensi Kebijakan menunjukkan hasil yang KURANG. Daerah ini telah menyusun kebijakan pembentukan kelembagaan untuk pengelolaan TIK berbentuk kantor sejak 2011. Selain itu juga telah mengeluarkan surat edaran tentang pemanfaatan open source.
Beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah:
1. Perlu disusun kebijakan untuk melakukan asesmen, audit atau kajian yang lebih mendalam
yang mencakup teknologi, kebijakan,
kelembagaan, infrastruktur, dan aplikasi agar
dapat menjadi referensi perencanaan
pengembangan di masa datang.
2. Visi kota Bogor perlu lebih eksplisit disebutkan perihal pemanfaatan TIK agar mendapatkan prioritas yang layak mengingat strategisnya peran TIK dalam menopang visi dan misi pemerintah.
2. Kelembagaan
Hasil asesmen dimensi ini menunjukkan hasil yang BAIK. Beberapa indikator positif yang ditemui adalah: 1. Organisasi TIK yang berjalan cukup efektif dengan
2. Tugas pokok dan fungsi sudah jelas dan tertuang dengan baik dalam Peraturan resmi.
3. Sudah memiliki SDM dengan pengetahuan dan keterampilan TIK.
Beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah:
1. Melakukan inventarisasi ulang kompetensi SDM (jumlah dan kualitas) yang disandingkan dengan kompetensi yang dibutuhkan sehingga didapatkan gambaran kesenjangan.
2. Membuat rencana pengembangan SDM yang lebih terprogram berdasarkan butir 1 di atas. 3. Mulai membuat dan menerapkan aturan
penerapan penerimaan CPNS dan pengangkatan jabatan berdasarkan kompetensi TIK sehingga dapat mendukung pengembangan e-government
dalam skala lebih luas dan tingkat lebih tinggi. 4. Melengkapi SOP untuk mendukung kegiatan
pengembangan dan pemanfaatan TIK.
3. Infrastruktur
Hasil asesmen menunjukkan hasil yang KURANG. Beberapa indikator positif yang ditemui:
1. Sudah memiliki dan mengoperasikan NOC center
2. Sudah memiliki jaringan data yang cukup baik, yang mencakup sejumlah lokasi kantor.
Beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah:
1. Peningkatan kelengkapan sarana dan
pengembangan pusat data yang terkonsolidasi untuk memastikan efisiensi dan keterpaduan. 2. Persiapan dan pembangunan sarana disaster
recovery, yaitu fasilitas penanggulangan jika terjadi bencana dan gangguan yang berdampak pada kelangsungan berfungsinya layanan TIK.
4. Aplikasi
Hasil asesmen menunjukkan hasil yang BAIK. Beberapa indikator positif yang ditemukan adalah: 1. Adanya website yang dikelola dan dirawat dengan
konten yang cukup up to date.
2. Sudah berjalannya berbagai aplikasi pendukung kepemerintahan yang efisien.
Beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah:
1. Penambahan fitur interaktif dalam website yang ada untuk meningkatkan pemanfaatan oleh masyarakat.
2. Dilakukannya kajian/audit keseluruhan aplikasi yang ada di seluruh jajaran pemerintah kota dari segi pemanfaatan, teknologi yang digunakan, dan ketergantungan pada pihak ketiga.
3. Melakukan inventarisasi aplikasi untuk menemukan kesenjangan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan pemerintah.
4. Pengembangan aplikasi perijinan online ke tahap/tingkat yang lebih tinggi (misalnya dengan fasilitas upload dokumen, integrasi dengan
database pendukung lain seperti misalnya
database kependudukan).
5. Perencanaan
Hasil asesmen menunjukkan hasil yang KURANG. Daerah ini telah memiliki master plan TIK yang berakhir tahun 2012. Daerah ini juga telah memiliki mekanisme perencanaan sesuai prosedur baku renstra dan RPJMD. Namun demikian, masih terdapat beberapa hal yang disarankan, yaitu:
1. Peremajaan master plan yang sudah ada, dengan melihat perkembangan teknologi serta visi misi dan kebutuhan daerah. Master Plan ini secara lengkap dan utuh harus mencakup aspek kebijakan, kelembagaan, infrastruktur dan aplikasi
dan sebaiknya dilakukan oleh ahli yang kompeten dan obyektif.
2. Menyediakan unit kerja yang melakukan koordinasi perencanaan TIK secara terpadu dan
berkesinambungan dengan meningkatkan
efektivitas forum untuk membahas koordinasi perencanaan.
3. Master Plan yang sudah disempurnakan dapat dikukuhkan dengan produk hukum agar memiliki kekuatan hukum yang cukup untuk menjaga kelangsungan pengembangan TIK.
6.2.4. Kota Bekasi
6.2.4.1. Hasil Penilaian dan Peringkat
HASIL PENILAIAN
Nama : Kota Bekasi
Peringkat ke : 4 (empat) dari 21 daerah 6.2.4.2. Grafik Radar 5 Dimensi
6.2.4.3. Hasil Penilaian Kualitatif Tata Cara Asesmen:
1. Sebelum asesmen, peserta telah menerima informasi tentang persiapan yang perlu dilakukan, yang meliputi kriteria penilaian, data pendukung dan pengiriman wakil yang berkompeten, sebagaimana terlampir dalam undangan.
2. Peserta mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai tata cara asesmen dalam sesi penjelasan yang dilakukan sebelum asesmen.
3. Asesmen dilakukan terhadap indikator yang dapat diperlihatkan, dijelaskan, diperiksa, dan dinilai selama asesmen.
Rangkuman Asesmen Kota Bekasi
Hasil asesmen keseluruhan dimensi untuk Kota Bekasi adalah KURANG. Penilaian ini dilakukan berdasarkan informasi yang didapat dari hasil pemaparan peserta asesmen dan penggalian asesor selama pelaksanaan asesmen. Disamping itu, penilaian ini juga mengacu pada indikator yang tersedia pada saat penilaian dilaksanakan. Berikut ini disajikan penilaian penerapan e-Government di Kota Bekasi berdasarkan masing-masing dimensi.
1. Kebijakan
Nilai dimensi Kebijakan adalah KURANG. Daerah ini telah memiliki dokumen proses penetapan kebijakan di bidang TIK, memiliki renja dan visi misi pengembangan TIK serta telah melakukan evaluasi pengembangan TIK. Diharapkan pengembangan TIK di daerah ini senantiasa mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan.
2. Kelembagaan
Nilai dimensi Kelembagaan adalah BAIK. Daerah ini telah memiliki unit kerja yang menangani TIK yaitu Bagian pada Sekretariat Daerah. Daerah ini juga telah memiliki dokumen uraian tugas yang jelas dan dokumen SOP pengembangan TIK. Terkait dengan dimensi ini, diharapkan daerah ini dapat menyusun rencana pengembangan SDM untuk meningkatkan keahlian.
3. Infrastruktur
Nilai dimensi Infrastruktur ini adalah KURANG. Daerah ini telah memiliki server database dengan pola perawatan yang baik. Jaringan data dan perangkat TIK yang ada juga terawat dengan baik.
Indikator negatifnya adalah:
1. Tidak mempunyai data center dan ruang server
2. Tidak disaster recovery.
3. Tidak ada inventarisasi peralatan TIK.
Saran perbaikan untuk dimensi Infrastruktur adalah: 1. Prosedur dan rencana DRC perlu ditetapkan dan
menjadi suatu kebijakan.
2. Pendataan peralatan TIK sangat diperlukan untuk dilakukan dan dievaluasi secara berkala.
4. Aplikasi
Nilai dimensi Aplikasi adalah KURANG. Daerah ini telah memiliki website yang berisi informasi terbaru. Beberapa aplikasi juga sudah berjalan dengan baik, seperti misalnya SPSE, e-KTP, Monev, dan email
dinas. Inventarisasi aplikasi juga telah dilakukan.
Namun demikian, daerah ini belum menerapkan interoperabilitas antar aplikasi. Selain itu, perlu dilakukan usaha untuk melengkapi dokumentasi aplikasi yang ada, seperti misalnya dokumen petunjuk penggunaan dan source code.
5. Perencanaan
Nilai dimensi Perencanaan adalah KURANG. Daerah ini belum memiliki perencanaan TIK untuk kedepannya selain juga sistem dan proses perencanaan di daerah ini belum jelas. Belum adanya Perencanaan TIK akan menyulitkan peningkatan layanan pembangunan dan pengembangan TIK.
Saran perbaikan untuk dimensi Perencanaan adalah: 1. Rencana induk TIK harus dibuat segera untuk
memudahkan pelaksanaan dan peningkatan layanan TIK.
2. Pembiayaan atau anggaran perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan.
3. Rencana kerja harus segera dibuat untuk meningkatkan layanan TIK.
6.2.5. Kabupaten Purwakarta 6.2.5.1. Hasil Penilaian dan Peringkat
HASIL PENILAIAN
Nama : Kabupaten Purwakarta
Peringkat ke : 5 (lima) dari 21 daerah 6.2.5.2. Grafik Radar 5 Dimensi
6.2.5.3. Hasil Penilaian Kualitatif Tata Cara Asesmen:
1. Sebelum asesmen, peserta telah menerima informasi tentang persiapan yang perlu dilakukan, yang meliputi kriteria penilaian, data pendukung dan pengiriman wakil yang berkompeten, sebagaimana terlampir dalam undangan.
2. Peserta mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai tata cara asesmen dalam sesi penjelasan yang dilakukan sebelum asesmen.
3. Asesmen dilakukan terhadap indikator yang dapat diperlihatkan, dijelaskan, diperiksa, dan dinilai selama asesmen.
Rangkuman Asesmen Kabupaten Purwakarta
Hasil asesmen keseluruhan dimensi untuk Kabupaten Purwakarta adalah KURANG. Penilaian ini dilakukan berdasarkan informasi yang didapat dari hasil pemaparan peserta asesmen dan asesor selama pelaksanaan asesmen. Disamping itu, penilaian ini juga mengacu pada indikator yang tersedia pada saat penilaian dilaksanakan. Berikut ini disajikan penilaian penerapan e-government di Kabupaten Purwakarta menurut masing-masing dimensi:
1. Kebijakan
Nilai dimensi Kebijakan adalah BAIK. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator sebagai berikut:
Indikator positifnya adalah:
1. Adanya dokumen pola pengintegrasian data. 2. Adanya dokumen SIAK dan LPSE.
3. Dokumen tentang ketentuan penggunaan software legal dan open source.
4. Adanya evaluasi jaringan.
Indikator negatifnya adalah:
1. Tidak ada dokumen yang memuat visi misi pengembangan TIK.
2. Tidak adanya proses pola pengambilan kebijakan di bidang TIK.
3. Master plan TIK yang belum berpayung hukum.
Saran perbaikan untuk dimensi Kebijakan adalah: 1. Dibuat kebijakan yang berhubungan dengan visi
misi penyelenggaraan TIK.
2. Segala kebijakan yang menyangkut TIK agar berpayung hukum.
2. Kelembagaan
Nilai dimensi Kelembagaan adalah BAIK. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator sebagai berikut:
Indikator positifnya adalah:
1. Terdapat dokumen resmi yang mengatur tugas dan fungsi unit kerja yang menangani TIK.
2. Di setiap unit kerja (SKPD) terdapat operator TI yang dipayungi Keputusan Bupati.
3. Terdapat program pelatihan rutin dalam rangka peningkatan SDM TIK.
Indikator negatifnya adalah:
Unit kerja yang menangani TIK berada di bawah Bagian kerja sama, hubungan antar lembaga, dan pengembangan TI pada Sekretariat Daerah.
Saran perbaikan untuk dimensi Kelembagaan adalah: Perlu peningkatan status unit kerja yang menangani TIK menjadi Bagian atau Dinas yang khusus menangani TIK.
3. Infrastruktur
Nilai dimensi Infrastruktur adalah KURANG. Daerah ini telah memiliki sistem server database yang
memadai dan jaringan dengan pola perawatan yang baik. Daerah ini juga telah melakukan inventarisasi peralatan TIK. Namun demikian, daerah ini belum memiliki sistem disaster recovery.
Saran perbaikan untuk dimensi Infrastruktur adalah: 1. Inventarisasi peralatan TIK dilakukan secara
berkala, paling tidak sekali setahun.
2. Prosedur dan rencana DRC perlu ditetapkan dan menjadi suatu kebijakan.
4. Aplikasi
Nilai dimensi Aplikasi adalah KURANG. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator sebagai berikut:
Indikator positifnya adalah: 1. Website selalu up to date.
2. Ada beberapa aplikasi yang sudah berjalan, seperti website, SPSE, dan e-KTP.
3. Melakukan inventarisasi aplikasi secara berkala.
Indikator negatifnya adalah:
1. Aplikasi yang dikembangkan dan dikelola oleh satu unit kerja belum digunakan oleh unit kerja lainnya.
2. Dokumentasi aplikasi belum terkoordinir dan masih disimpan di masing-masing unit kerja. 3. Belum adanya interoperabilitas antar aplikasi.
Saran perbaikan untuk dimensi Aplikasi adalah:
Manual book sistem aplikasi terinventaris pada satu unit kerja.
5. Perencanaan
Nilai dimensi Perencanaan adalah KURANG. Daerah ini belum memiliki perencanan TIK untuk kedepannya dan sistem serta proses perencanaannya kurang jelas. Tidak adanya Perencanaan TIK akan menyulitkan peningkatan layanan dan kinerja pembangunan dan pengembangan TIK.
Saran perbaikan untuk dimensi Perencanaan adalah: 1. Rencana induk TIK harus dibuat segera untuk
memudahkan pelaksanaan dan peningkatan layanan TIK.
2. Pembiayaan atau anggaran perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan.
3. Rencana kerja harus segera dibuat untuk meningkatkan layanan TIK.
6.2.6. Kota Cirebon
6.2.6.1. Hasil Penilaian dan Peringkat
HASIL PENILAIAN
Nama : Kota Cirebon
Peringkat ke : 6 (enam) dari 18 daerah 6.2.6.2. Grafik Radar 5 Dimensi
6.2.6.3. Hasil Penilaian Kualitatif Tata Cara Asesmen:
1. Sebelum asesmen, peserta telah menerima informasi tentang persiapan yang perlu dilakukan, yang meliputi kriteria penilaian, data pendukung dan pengiriman wakil yang berkompeten, sebagaimana terlampir dalam undangan.
2. Peserta mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai tata cara asesmen dalam sesi penjelasan yang dilakukan sebelum asesmen.
3. Asesmen dilakukan terhadap indikator yang dapat diperlihatkan, dijelaskan, diperiksa, dan dinilai selama asesmen.
Rangkuman Asesmen Kota Cirebon
Hasil asesmen keseluruhan dimensi untuk Kota Cirebon adalah KURANG. Penilaian ini dilakukan berdasarkan informasi yang didapat dari hasil pemaparan peserta asesmen dan asesor selama pelaksanaan asesmen. Di samping itu, penilaian ini juga mengacu pada indikator yang tersedia pada saat penilaian dilaksanakan. Berikut ini disajikan penilaian penerapan e-government di Kota Cirebon berdasarkan masing-masing dimensi.
1. Kebijakan
Hasil asesmen dimensi Kebijakan menunjukkan hasil
yang KURANG. Walaupun belum melakukan
pengelolaan kebijakan terkait TI, Pemerintah Kota Cirebon telah memiliki visi dan misi terkait TI, yaitu “meningkatkan profesionalisme aparatur dan revitalisasi kelembagaan pemerintah kota yang efektif dan efisien menuju pemerintahan yang baik dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme”. Hanya saja, mereka belum memiliki strategi untuk mencapai kebijakan TI yang telah ditetapkan. Selain itu, mereka sudah mulai menyusun regulasi terkait TI, seperti untuk pengelolaan LPSE dan SIMDA. Sayangnya, peraturan tersebut kurang didukung dengan keputusan walikota.
Pemerintah Kota Cirebon juga belum menerbitkan
edaran-edaran yang memadai. Prioritas
pengembangan sudah mulai dirancang, tetapi belum ditetapkan. Sebagai dasar penentuan prioritas, mereka pernah melakukan evaluasi, dimana diketahui adanya pulau-pulau informasi.
2. Kelembagaan
Hasil asesmen pada saat penilaian untuk dimensi Kelembagaan secara umum menunjukkan hasil yang KURANG.
Dari segi kelembagaan, telah terdapat dua bidang pada eselon III yang terkait dengan TI, yaitu bidang informatika dan bidang komunikasi. Bidang ini juga mulai memerankan fungsinya. Dalam pengelolaan TI, juga terdapat SDM yang sebenarnya cukup memadai. Namun, pengembangan SDM TI masih diinisiasi oleh BKD. Belum tampak peran yang cukup dari segi pengembangan SDM TI pada bidang ini. Selain itu, belum dibangun sistem kerja yang memungkinkan kolaborasi para pengelola TI.
3. Infrastruktur
Hasil asesmen pada saat penilaian untuk dimensi Infrastruktur menunjukkan hasil yang KURANG. Dari segi infrastruktur, mereka telah memiliki data center
yang memadai. Paling tidak, di ruang server terdapat delapan server yang dikelola. Server ini tidak hanya dapat diakses dari intranet, tetapi juga dari internet untuk kepentingan layanan publik.
Untuk menghubungkan berbagai perangkat, telah tersedia jaringan komunikasi data yang memadai. Hanya saja, infrastruktur ini belum didukung dengan sistem keamanan dan fasilitas pendukung yang memadai. Selain itu, pemeliharaan TI sudah mulai diperankan dan di tahun 2012 sudah mulai dilakukan inventarisasi infrastruktur. Mereka juga belum memiliki DRC.
4. Aplikasi
Hasil asesmen pada saat penilaian untuk dimensi Aplikasi menunjukkan hasil yang KURANG. Dari segi sistem aplikasi, mereka telah memiliki website (tetapi pada waktu diakses per tanggal 6 Juli 2012 sedang tidak aktif), terdapat aplikasi LPSE, Simreda, dan
Simonev untuk mendukung manajemen
pembangunan serta beberapa aplikasi keuangan (SP3D, Simda, dan Sispenda). Akan tetapi, aplikasi lain masih terbatas. Sistem aplikasi untuk mendukung manajemen kepegawaian juga masih dalam proses. Dokumentasi juga belum memadai, walaupun pernah dilakukan inventarisasi aplikasi di tahun 2011. Menariknya, mereka mulai membangun sistem pertukaran data antara SP3D, Sispenda, dan Simonev.
5. Perencanaan
Hasil asesmen pada saat penilaian untuk dimensi Perencanaan menunjukkan hasil yang KURANG. Dengan pembiayaan yang dapat dikatakan saat ini cukup memadai, unit pengelola TI mulai berperan dalam mengendalikan perencanaan TI. Hanya saja, mereka belum memiliki sistem kerja dalam perencanaan TI. Dokumentasi perencanaan tahunan, seperti KAK, sudah mulai dilakukan. Saat ini, mereka sedang dalam proses untuk menetapkan master plan
tahun 2012-2016.
Karena itu, disarankan agar daerah ini:
- Mengelola kebijakan terkait TI, menentukan strategi untuk mengimplementasikan kebijakan, menetapkan keputusan, menerbitkan pedoman, menentukan skala prioritas, dan menindaklanjuti hasil evaluasi.
- Meningkatkan peran unit pengelola TI dalam
pengembangan kompetensi SDM TI dan
menerbitkan sistem kerjanya.
- Membangun sistem keamanan dan fasilitas
pemeliharaan, dan melakukan inventarisasi secara berkelanjutan.
- Membangun aplikasi yang belum tersedia, mendokumentasikan aplikasi, melakukan inventarisasi, dan mengoptimalkan sistem pertukaran data.
- Menyusun sistem kerja perencanaan TI dan menetapkan master plan TI.
6.2.7. Kabupaten Bandung
6.2.7.1. Hasil Penilaian dan Peringkat
HASIL PENILAIAN
Nama : Kabupaten Bandung
Peringkat ke : 7 (tujuh) dari 21 daerah 6.2.7.2. Grafik Radar 5 Dimensi
6.2.7.3. Hasil Penilaian Kualitatif Tata Cara Asesmen:
1. Sebelum asesmen, peserta telah menerima informasi tentang persiapan yang perlu dilakukan, yang meliputi kriteria penilaian, data pendukung dan pengiriman wakil yang berkompeten, sebagaimana terlampir dalam undangan.
2. Peserta mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai tata cara asesmen dalam sesi penjelasan yang dilakukan sebelum asesmen.
3. Asesmen dilakukan terhadap indikator yang dapat diperlihatkan, dijelaskan, diperiksa, dan dinilai selama asesmen.
Rangkuman Asesmen Kabupaten Bandung
Hasil asesmen keseluruhan dimensi untuk Kabupaten Bandung adalah KURANG. Penilaian ini dilakukan berdasarkan informasi yang didapat dari hasil pemaparan peserta asesmen dan asesor selama pelaksanaan asesmen. Disamping itu, penilaian ini juga mengacu pada indikator yang tersedia pada saat penilaian dilaksanakan. Berikut ini disajikan penilaian penerapan e-government di Kabupaten Bandung berdasarkan masing-masing dimensi: