POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHANKEBUTUHAN OKSIGENASIPADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANGAN INTERNE RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
THALHAH GAZALI NIM : 143110270
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANGAN INTERNE RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madiya Keperawatan
THALHAH GAZALI NIM: 143110270
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Thalhah Gazali
Tempat, Tanggal Lahir : Tarusan, 30 April 1997 Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Kenagarian Kapuh, Kecamatan Koto XI
Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
Nama orang tua
Ayah : Musyofah Ibu : Fitria Maisuri
Riwayat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
1 TK Raudatul Atfal Harapan Ibu 2000-2001
1 SD SDN 41 Kapuh 2002-2008
2 SMP SMPN 3 Sungai Talang 2008-2011
3 SMA SMAN 1 Tarusan 2011-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi Pada Pasien Congestive Heart Failure di Ruangan Interne RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”. Saya menyadari bahwa, karna bantuan dan bimbingan Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing I serta Ka. Prodi D-III Keperawatan Padang dan Bapak Idrus Salim SKM. M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. dr. Yusirwan Yusuf Sp. B, Sp. BA (K), MARS selaku pimpinan RSUP. Dr. M. Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk pengambilan data dan melakukan penelitian.
2. Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M. Biomed selaku Ka. Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI padang.
4. Ibu Dosen dan Staf Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.
Peneliti menyadari penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.
Padang, Juni 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017
ThalhahGazali
Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi Pada Pasien Congestive Heart Failure di Ruangan Interne RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017
Isi: x + 56 halaman, 6 tabel,8 lampiran
ABSTRAK
Congestive heart failure merupakan ketidakmampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung yang menyebabkan kebutuhan oksigenasi terganggu. Berdasarkan dokumentasi keperawatan yang dibuat perawat tidak ada pemantauan terkait dengan pemenuhan oksigenasi dan tidak adanya rentang waktu dalam pemberian oksigen. Berdasarkan hasil wawancara kepada pasien didapatkan perawat ruangan diingatkan saat humidifier habis oleh keluargapasien, perawat ruangan sesekali memantau oksigen setelah diberikan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikanasuhan keperawatan gangguan pemenuhan oksigenasi pada pasien congestive heart failure di ruang interne RSUP. Dr. M. Djamil padang tahun 2017. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasusdiruang Interne RSUP. Dr. M. Djamil Padang.Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juni2017. Populasi adalah semua pasien congestive heart failure dengan gangguan kebutuhan oksigenasi yang berada di ruang Interne RSUP Dr. M. DjamilPadang, besar sampel dua orang partisipan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan format asuhan keperawatan, pengumpulan data dengancarawawancara, observasi, dan studi dokumentasi. analisis penelitian membandingkan dua partisipan dengan teori. Hasil penelitian untuk partisipansatu ditemukan diagnosa ketidakefektifan pola nafas, gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, partisipan dua diagnosa yang ditemukan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas. Implementasi keperawatan memberikan posisi semi fowler,memberikan obat lasix dengan cara IV, memonitor pemberian oksigen, memonitor perubahan pernapasan, memonitor AGD, mengajarkan cara batuk efektif dan teknik relaksasi. Evaluasiter hadap partisipan satu didapatkan hasil frekuensi nafas belum normal, auskultasi nafas normal, analisa gas darahdalambatas normal, tampak masih pucat masalah belum teratasi, dan untuk partisipan dua frekuensi nafas normal, sputum mudah dikeluarkan, jalan nafas paten, masalah teratasi. Disarankan melalui direkturkepada perawat ruangan untuk pemantaun kebutuhan oksigenasi harus adanya pendokumentasian dan discharge planning pasien.
Kata Kunci (Key Word) : oksigenasi, congestive heart failure, asuhan keperawatan
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii ABSTRAK ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Mamfaat Aplikatif ... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep oksigenasi ... 8
1. Pengertian oksigenasi ... 7
2. Struktur pernapasan ... 9
3. Proses pernapasan ... 10
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi ... 12
5. Jenis-jenis pernapasan ... 16
6. Gangguan pada oksigenasi ... 16
7. Patofisiologi gangguan pemenuhan oksigenasi pada congestive heart failure (CHF) ... 19
8. Oksigenasi pada pasien dengan congestive heart failure ... 19
B. Konsep Asuhan Keperawatan oksigenasi pada (CHF) 1. Pengkajian keperawatan ... 20
2. Diagnosa keperawatan ... 23
3. Intervensi keperawatan... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain peneilitian ... 28
B. Tempat dan waktu penelitian ... 28
C. Populasi dan sampel ... 28
D. Subjek penelitian ... 29
E. Alat dan instrument pengumpulan data ... 29
F. Cara pengumpulan data ... 30
G. Jenis-jenis data ... 32
H. Rencana analisis ... 32
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kasus ... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Gangguan pemenuhan oksigenasi ... 24
Tabel 4.1 Pengakajian Keperawatan Partisipan 1 Dan Partisipan 2 ... 33
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan Partisipan 1 dan Partisipan 2 ... 36
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan Partisipan 1 Dan Partisipan 2 ... 37
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan Partisipan 1 dan partisipan 2 ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan KTI
Lampiran 2. Surat Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 3. Asuhan Keperawatan pada Partisipan 1 dan 2 Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian Lampiran 6. Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran 7. Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2 Lampiran 8. Daftar Hadir Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar menurut abraham maslow dalam teori hirarki terdiri lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Wahyudi&Wahid, 2016).
Salah satu kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow yaitu kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain-lain.Kebutuhan fisiologis merupakan sebagai syarat dasar yang harus terpenuhi (Asmadi, 2008).
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar (fisiologis) dari manusia untuk mempertahankan hidupnya.Kebutuhan terhadap oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang berarti menjadi prioritas utama selain kebutuhan rasa aman, dicintai, harga diri, dan aktualisasi diri (Wahyudi & Wahid, 2016). Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus (Tarwoto & Wartonah, 2011). Oksigen sangat penting untuk proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh (Dewi, 2014).
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen masuk melalui pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental),
terminal bronkiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Gangguan dalam oksigenasi berpotensi mempengaruhi semua sistem tubuh, Karena sistem tubuh terdiri atas sel-sel yang bergantung pada oksigen. Gangguan oksigenasi jika tidak diperbaiki akan mengakibatkan memburuknya status kesehatan pasien dengan cepat bahkan pada titik berhentinya pernapasan dan jantung (Heriana & Pelapina, 2014). Kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan mengancam kehidupan (Dewi Dkk, 2014). Salah satu dampak dari gangguan pemenuhan oksigenyang paling utama yaitu gangguan kardiovaskuler atau perubahan curah jantung dan berpotensi menyebabkan gagal jantung (Potter & Perry, 2006).
Gagal jantung atau congestive heart failure merupakan suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian darah pada vena normal gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama pada lansia.
congestive heart failure atau gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung
untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena adekuat (Nutrisiana, 2011).
Gagal jantung atau congestive heart failure merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu,gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (Kasron, 2012).
Angka kejadian gagal jantung atau congestive heart failuresemakin meningkat dari tahun ke tahun, data WHO tercatat 1,5% sampai 2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita gagal jantung dan 700.000 diantaranya memerlukan perawatan di rumah sakit per tahun. Faktor risiko terjadinya gagal jantung yang paling sering adalah usia lanjut, 75% pasien yang dirawat dengan gagal jantung berusia 65-75%. Terdapat 2 juta kunjungan pasien rawat jalan per tahun yang menderita gagal jantung. Kemudian menurut penelitian angka kejadian gagal jantung di Amerika Serikat, jumlahnya sekitar tiga juta orang, lebih dari empat ratus ribu kasus baru dilaporkan tiap tahun (Djausal & Oktafany, 2016).
Pasien gagal jantung atau congestive heart failure bertambah sekitar 500.000 jiwa setiap tahun. Sekitar 50% pasien gagal jantung akan meninggal dalam kurun waktu empat tahun sejak diagnosis ditegakkan dan 50% pasien gagal jantung dengan derajat yang berat akan meninggal dalam satu tahun pertama.Di Amerika Serikat Jumlah pasien gagal jantung diperkirakan mencapai 6,5 juta jiwa dan 5 juta jiwa di Eropa. Jumlah pasien gagal jantung meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk usia lanjut. Pasien gagal jantung akan mengalami keterbatasan aktivitas fisik dan kualitas hidup yang menurun karena kelelahan dan sesak napas. Gejala sesak napas yang paling sering ditemukan pasien gagal jantung berkisar antara 23%-66% dan spesifisitas berkisar antara 52%-81%. Sesak napas yang terjadi saat berbaring terlentang sehingga diperlukan duduk tegak segera yang merupakan gejala khas untuk gagal jantung congestive (Putra, Wendo, dkk 2014)
Hasil penelitian RISKESDAS pada tahun, 2013. Prevalensi penyakit gagal jantung atau congestive heart failure meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65 –74 tahun (0,5%) untuk yang terdiagnosis dokter,menurun sedikit pada umur ≥75 tahun (0,4%), tetapi untuk yang terdiagnosisdokterataugejala tertinggi pada umur ≥75 tahun (1,1%). Untuk yang didiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi pada perempuan(0,2%) dibanding laki-laki (0,1%), berdasarkaan diagnosis dokter atau
gejalaprevalensi sama banyaknya antara laki-laki danperempuan (0,3%). Prevalensi yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter ataugejala lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah.Prevalensi yang didiagnosis dokter lebih tinggi di perkotaan dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi. Untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala sama banyak antara perkotaan dan perdesaan (Riskedas, 2013).
Proses keperawatan dengan gangguan oksigenasi meliputi; pengkajian keperawatan ,meliputi riwayat kesehatan yang lengkap dan relevan dengan status oksigenasi meliputi data sekarang dengan keluhan yang di rasakan, data masa lalu mengenai sistem pernafasan dan kardiovaskuler, kebiasaan merokok, nyeri dada, dispnoe, tekanan darah, pernafasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi status oksigenasi (Atoilah & kusnadi, 2013).
Proses keperawatan pada pasien dengan congestive heart failuremeliputi pengkajian, pengkajian disini yang dilakukan adalah airway, breathing dan circulation. Airway yaitu pemeriksaan apakahadanya obstruksi jalan nafas, adanya benda asing serta suara tambahan.Breathing yaitu adanya perubahan pola nafas ditandai dengan perubahan frekuensi nafas dan adanya bantuan otot saat bernafas.Sedangkan circulation meliputin pengkajian adanya pendarahan dan volume cardiac output yang berlebihan (Padila, 2012).Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien sangat penting, karena perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada pasiennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan kebutuhan oksigen tersebut (Ambarwati, 2014).
Salah satu peran perawat yang paling penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien congestive heart failure atau gagal jantung yaitu sebagai edukator bagi pasien dengan memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien yang berfokus pada self-manajemen, karna pasien congestive
heart failure memiliki permasalahan fisik maupun psikologis yang
memberikan pendidikan kesehatan, kemudian peran perawat sebagai kuratif yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon klien terhadap penyakit yang diderita, seperti: memberikan klien istirahat fisik dan psikologis, mengelola pemberian terapi Oksigen, sedangkan peran perawat dalam upaya rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien yang sudah terkena penyakit agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.
Pada survey awal yang dilakukan pada tanggal 19 januari 2017 didapatkan pasien di Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan jumlah pasien 11 orang pada WING A untuk pasien dengan kasus CHF peneliti mendapatkan 1 orang pasien dengan keluhan awal masuk mengeluh sesak saat beraktivitas dengan posisi semi fowler, pasien diberikan tindakan terapi O2 oleh perawat
ruangan sebanyak 4 liter dengan frekuensi nafas >25 x/menit. Peneliti melihat di ruangan perawat hanya sesekali mengajarkan kepada pasien teknik non farmakologi yaitu teknik relaksasi (nafas dalam) serta saat humadifier habis hanya diingatkan oleh keluarga kepada perawat ketika habis, untuk pemantauan O2 pada saat diamati keluarga pasien mengatakan untuk
pemantauan hanya sesekali dilakukan perawat ruangan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi pada pasien congestive heart failure (CHF) diruangan IRNA Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti tertarik untuk mengangkat kasus “bagaimana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien dengan congestive heart failure (CHF)” di RSUP Dr.
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan proses keperawatan pada pasien gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien CHF dengan metode ilmiah proses keperawatan di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi dengan gagal jantung atau CHF di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi dengan gagal jantung atau CHF di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
c. Mendeskripsikan rumusan perencanaan keperawatan pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi dengan gagal jantung atau CHF di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
d. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi dengan gagal jantung atau CHF di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
e. Mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi dengan gagal jantung atau CHF di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan oksigenasi pada pasien congestive
b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan bisa digunakan sebagai bahan perbandinganoleh mahasiswaprodi D-III keperawatan padang untuk peneliti selanjutnya.
E. Manfaat Aplikatif
a. RSUP Dr. M. Djamil Padang
Sebagai informasi atau perbandingan bagi direktur RSUP Dr. M. Djamil padang dan petugas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan keperawatan, terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan oksigenasi dengan proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelansungan hidupn
sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh karena tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Di atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO2) nitrogen (N2) dan unsur-unsur lain
seperti argon dan helium (Tarwoto & Wartonah, 2011)
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskular dan keadaan hematologik (Heriana, 2014).
Oksigenasi merupakan penambahan oksigen (O2) kedalam sistem (kimia
atau fisika).Penambahan oksigen kedalam tubuh dapat dilakukan secara alami dengan bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dan lingkungannya. Pada saat bernapas, tubuh menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan menghembuskan udara untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan. Oksigen yang dihirup akan diangkut melalui pembuluh darah ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh oksigen akandibakar untuk mendapatkan energi. Salah satu hasil pembakaran tersebut adalah karbon dioksida. Karbon dioksida akan diangkut melalui pembuluh darah ke paru-paru untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh (Ernawati, 2012).
2. Struktur sistem pernapasan a. Sistem pernapasan atas
Sistem pernapasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring dan laring. 1) Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami, humidifikasi, dan penghangatan.
2) Faring
Faring merupakan saluran yang, terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara
3) Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melidungi jalan napas dan melidungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem pernapasan bawah
Sistem pernapasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru, dan membran pleura.
1) Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang menghubungkan laring dengan brokus utama kanan dan kiri.Di dalam paru, bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di brokioulus terminal.Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon bronkus.
2) Paru
Paru-paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan kiri.Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus) dan dipasok oleh satu bronkus.Jaringan paru
sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang bercabang-cabang, yaitu alveolus pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastis.Permukaan luar paru dilapisi oleh kantung tertutup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah friksi selama gerakan bernapas(Ambawarti, 2014).
3. Proses pernapasan
Proses pernapasan dapat dibagi dapat menjadi dua tahap, yaitu pernapasan eksternal dan pernapasan internal (Saputra, 2013):
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ventilasi pulmoner, difusi gas, dan transport oksigen serta karbon dioksida. 1) Ventilasi pulmonal
Ventilasi merupakan proses pertukaran gas dari atmosfer ke alveoli dan sebaliknya. Gas yang dihirup dari atmosfer ke alveoli adalah oksigen, sedangkan gas yang di keluarkan dari alveoli ke atmosfer adalah karbon dioksida proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Perbedaan tekanan udara antara atmosfer dan paru-paru. b) Jalan napas yang bersih serta sistem pernapasan yang utuh.
c) Kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkontraksi dengan baik.
d) Kerja sistem saraf autonom: ransangan simpatetik dapat menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, sedangkan ransangan parasimpatetik dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi dapat terjadi.
e) Kerja sistem saraf pusat: bagian dari sistem saraf pusat yang berperan sebagai pusat pernapasan adalah medula oblongata dan
pons. Keberadaan karbon dioksida akan merangsang kedua pusat saraf tersebut.
f) Kemampuan paru-paru mengembang dan menyempit: kemampuan paru-paru untuk mengembang disebut compliance. Compliance dipengaruhi oleh keberadaan surfaktan di alveoli yang menurunkan ketegangan permukaan dan keberadaan sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan toraks. Kemampuan paru-paru untuk menyempit sehingga dapat menggeluarkan CO2 disebut recoil.
2) Difusi gas
Pada saat oksigen memasuki alveoli, terjadi difusi oksigen dari alveoli ke pembuluh darah kapiler paru. Selain itu, juga terjadi difusi karbon dioksida dari pembuluh darah kapiler paru ke alveoli. Proses difusi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas permukaan paru, ketebalan membran respirasi, perbedaan karbon dioksida dalam alveoli dan kapiler paru, perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen di dalam alveoli dan kapiler darah serta afinitas gas (kemampuan O2 dan CO2 dalam darah dan mengikat oksigen).
3) Transpor gas a. Transpor oksigen
Transpor oksigen merupakan proses pengangkut oksigen dari pembuluh kapiler ke jaringan untuk oksigen yang masuk kedalam pembuluh kapiler sebagian besar akan berikatan dengan hemoglobin(97%) dalam bentuk oksihemoglobin(HbO2) dan
sisanya (3%) terlarut dalam plasma. Transpor oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen masuk ke dalam paru (ventilasi) serta aliran darah ke paru dan jaringan perfusi.
b. Transpor karbon dioksida
Transpor karbon dioksida merupakan proses pengangkutan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi diantaranya
a. Faktor fisiologi
1) Menurunya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2) Menurunya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis sepert TB paru.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pemebentukan surfaktan. 2) Bayi dan toddler: adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut. 3) Anak usia sekolah dan remaja: infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, dan stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
c. Faktor prilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspasi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterosklerosis. 2) Latihan: dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok: nikotin yang mengakibatkan vasokonstruksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake nutrisi-fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat.
d. Faktor lingkungan 1) Tempat kerja (polusi). 2) Temperatur lingkungan.
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut. (Tarwoto & wartonah, 2011)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi (Menurut Vaunghans, 2011)yaitu :
a. Faktor fisiologis
Beberapa sistem bekerja sama untuk memungkinkan oksigenasi normal. Kita telah mendeskripsikan peran yang dilakukan paru-paru dan jantung dalam oksigenasi, namun penting untuk mengenali bahwa proses lain juga secara lansung mempengaruhi fungsi paru-paru dan jantung yang tepat. Diafragma otot besar yang terletak tepat dibawah paru-paru, membantu dengan inhalasi dan ekshalasi gas ke paru-paru. Kontraksi dan relaksasi pada diafragma dan otot-otot jantung tergantung pada pensinyalan yang tepat pada sistem saraf. Pembuluh darah juga tersusun oleh otot-otot halus membantu sirkulasi darah yang kaya oksigen ke jaringan yang dituju.
b. Usia dan tahap perkembangan
Sistem pernapasan dan sistem kekebalan tubuh yang tidak sempurna diikuti ukuran jantung lebih kecil menjadikan anak-anak kecil beresiko lebih besar terhadap gangguan oksigenasi. Orang dewasa lanjut juga beresiko mengalami gangguan oksigenasi karena kapasitas fungsional paru-paru dan jantung berkurang seiring pertambahan usia seseorang. c. Faktor lingkungan
Lingkungan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memenuhi oksigennya. Polutan dan alergen di udara (misal serbuk sari, asap, zat kimia beracun) dan juga asap rokok sekunder dapat merusak jaringan paru-paru dan mengarah pada dampak jangka panjang seperti kanker paru-paru dan penyakit pulmonal (COLD). Dataran tinggi juga dapat menganggu oksigenasi karena terjadi penurunan jumlah oksigen di udara.
d. Makanan
Kandungan makan dalam jumlah makanan yang dicerna dapat menyebabkan masalah yang secara lansung mempengaruhi oksigenasi. e. Kandungan makanan
Makanan berlemak tinggi dan berkolesterol tinggi terkait dengan munculnya plak yang tersusun di pembuluh darah, juga disebut aterosklerosis. Pertambahan plak dapat terjadi di pembuluh darah apa saja. Jika terjadi di arteri koroner seseorang akan beresiko serangan jantung. Jika arteri yang menuju ke otak terhambat, orang mungkin mengalami stroke. Makanan berlemak tinggi, kolesterol tinggi, sodium juga mengakibatkan kecendrungan hipertensi.Mengkonsumsi kafein dalam jumlah banyak juga dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
f. Jumlah makanan
Obesitas meningkatkan beban kerja jantung, yang dapat mengurangi aktivitas jantung untuk memompa dan pada akhirnya mengakibatkan gagal jantung.obesitas juga dapat membatasi gerakan dada, yang pada
giliranya mengurangi ruang untuk paru-paru mengembang dan membatasi inhalasi oksigen.
g. Gaya hidup
1) Gaya hidup konstan meningkatkan beban kerja jantung karena ini memicu obesitas dan mengurangi kekuatan otot (misal diafragma dan jantung).
2) Merokok terkait dengan kelainam pernapasan kronis dan kanker. Selain itu, nikotin menyebabkan penyumbatan arteri koroner dan meningkatkan tekanan darah (meningkatkan beban kerja jantung). 3) Obat dan kecanduan alkohol terkait risiko berikut:
a) Narkotika dan jumlah alkohol yang banyak dapat menyebabkan depresi pernapasan
b) Aspirasi dapat terjadi akibat intoksikasi alkohol
c) Penggunaan obat IV mempunyai resiko septicemia (infeksi darah) dan kerusakan pembuluh darah akibat pengguanaan jarum suntik berulang.
d) Berhentinya janntung dijumpai terjadi pada beberapa orang yang kecanduan kokain.
4) Gangguan kesehatan
Gangguan kesehatan secara lansung terkait dengan fungsi pernapasan dan kardiovaskuler dan juga yang terkait dengan fungsi tubuh lain yang berpotensi mempengaruhi oksigenasi. Contoh penyimpangan sistem pernapasan antara lain:
a) Pneumonia b) COPD dan COLD c) Hipoventilasi
d) Hiperventilasi (cemas, infeksi, ketidakseimbangan asam-basa) Contoh penyimpangan kesehatan kardiovaskuler di antaranya: a) Disritmia
b) Penyakit arteri koroner c) Hipertensi
e) Anemia
f) Cacat congenital
5. Jenis-jenis Pernapasan a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya
CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses
pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membran yang diikat oleh Hb sel darah merah dan di bawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.Karbondioksida sebagai hasil buangan metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari kapiler darah ke alveoli, dan melalui pipa bronchial (trakea) dikeluarkan melalui hidung atau mulut. b. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme tubuh, atau juga dapat dikatakan bahwa proses pernapasan ini diawali dengan darah yang telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima sebagai gantinya, dan menghasilkan karbondioksida sebagai sisa buanganya (Hidayat, 2009).
6. Gangguan Pada Oksigenasi a. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi ketika kebutuhan oksigen di dalam tubuh tidak terpenuhi.Karena kadar oksigen di lingkungan tidak mengcukupi atua penggunaan oksigen di tingkat sel meningkat. Hipoksia dapat disebabkan antara lain oleh ketidakmampuan sel mengikat O2 serta
penurunan kadar Hb, kapasitas angkut oksigen dalam darah, konsentrasi O2 respirasi, difusi O2 dari alveoli kedalam darah dan perfusi jaringan.
Gejala hipoksia antara lain terdapat warna kebiruan pada kulit (sianosis), kelelahan, kecemasan, pusing, kelemahan, penurunan tingkat kesadaran dan konsentrasi, peningkatan tanda-tanda vital dan dispnea (kesukaran bernapas) (Ernawati, 2012).
b. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas merupakan kondisi ketika pernapasan berjalan tidak normal karena penyumbatan saluran pernapasan. Obstruksi ini dapat terjadi total atau sebagian serta dapat terjadi di seluruh tempat di sepanjang saluran pernapasan atau hanya di saluran napas atas atau bawah. Obtruksi pada saluran napas atas (hidung, laring dan faring). Dapat disebabkan oleh makanan atau akumulasi sekret. Obtruksi saluran napas bawah meliputi obstruksi total atau sebagian pada saluran napas bronkus dan paru.Tanda-tanda obstruksi jalan napas antara lain batuk tidak efektif; tidak mengeluarkan sekret di jalan napas; jumlah, irama dan kedalaman pernapasan tidak normal; serta suara napas menunjukan adanya sumbatan.
c. Perubahan Pola Napas
1) Takipnea: frekuensi pernapasan yang cepat (lebih dari 24 kali per menit). Takipnea terjadi karena paru dalam keadaan atelektasis atau terjadi emboli. Kondisi ini biasanya dapat terlihat pada kondisi demam, asidosis metabolik, nyeri, dan pada kasus hiperkalemia atau hipoksemia
2) Bradipnea: frekuensi pernapasan yang lambat (kurang dari 10 kali/menit) bradipnea dapat terlihat pada orang yang menggunakan obat seperti narkotika atau sedative, pada kasus alkalosis metabolik, atau peningkatan TIK.
4) Hiperventilasi: peningkatan jumlah udara yang masuk kedalam paru-paru karena kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolik untuk pembuangan karbondioksida. Kondisi ini ditandai antara lain dengan peningkatan denyut nadi, napas pendek, dada nyeri, dan penurunan konsentrasi CO2. Jika kondisi ini berlanjut terus, dapat terjadi
alkalosis akibat pengeluaran CO2 yang berlebihan. Hiperventilasi
umumnya disebabkan oleh infeksi, gangguan psikologis (misalnya kecemasan), dan gangguan keseimbangan asam basa(misalnya asidosis).
5) Hipoventilasi: penurunan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru larena ventilasi alveolar tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan metabolik penyaluran O2 dan pembuangan CO2.
Hipoventilasi ditandai dengan nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, dan ketidakseimbangan elektrolit. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penyakit otot pernapasan, obat-obatan, dan anestesi. 6) Pernapasan kusmaul: pola pernapasan yang cepat dan dangkal yang
umumnya ditemukan pada penderita asidosis metabolik. Kondisi ini merupakan salah satu bentuk hiperventilasi.
7) Dispnea: ketidakmampuan atau ketidaknyamanan saat bernapas. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan, bekerja berlebihan, dan pengaruh psikologis.
8) Ortopnea: merupakan ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dala posisi duduk atau berdiri. Kondisi ini sering ditemukan pada penderita kongestif paru.
9) Stridor: merupakan pernapasan bising yang terjadi akibat penyempit saluran pernapasan. Kondisi ini dapat ditemukan pada kasus spasme atau obstruksi laring
10) Cheyne-stokes: merupakan kelainan fungsi pernapasan yang ditandai
dengan siklus pernapasan dengan plitudo mula-mula naik,turun, berhenti kemudian mulai siklus baru lagi.
7. Patofisiologi Gangguan Pemenuhan Oksigenasi Pada Congestive Heart Failure(CHF)
Jantung merupakan organ pemompa yaitu memompa darah melalui sirkulasi sistemik maupun pulmonal. Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan kiri sama sehingga tidak terjadi penimbunan. Kerja jantung diperlihatkan melalui curah jantung atau
cardiac output (Tarwoto & Wartonah, 2011). Perubahan curah jantung
atau disebut gagal jantung adalah gangguan mulitisistem yang terjadi apabila jantung tidak lagi mampu menyemprotkan darah yang mengalir kedalamnya melalui sistem vena seperti yang terjadi pada pasien gagal jantung sehingga menimbulkan kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen melalui peningkatan jumlah pernapasan dan frekuensi denyut nadi (Kumar, dkk, 2007). Akibat gagal jantung akan menyebabkan hipoksia dan hipoksemia yang akan terjadinya penurunan kondisi pembuluh darah sehingga trasnsportasi gas darah terganggu dan Ph darah menurun (alkalosis respiratorik). Sistem oksigenasi terganggu akan berdampak pada ventilasi, pada pasien dengan gagal jantung kiri adanya bendungan sirkulasi vena hal ini menyebabkan pasif sirkulasi paru sehingga gangguan pertukaran gas bisa terjadi. Gangguan pertukaran gas akan meyebabkan penurunan sirkulasi darah ke otak berkurang sehingga perfusi jaringan tidak efektif dan kebutuhan oksigen dalam paru berkurang sehingga sesak nafas dan respon batuk menurun akan meningkatnya penumpukan sekret dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif (Hidayat, 2009).
8. Oksigenasi Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure (CHF)
Sistem kardiovaskular juga berperan dalam proses oksigenasi kejaringan tubuh dalam transportasi oksigen. Oksigen di transportasikan keseluruh tubuh melalu aliran darah. Aliran darah yang adekuat hanya dapat terjadi apabila fungsi jantung normal. Dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan adekuatnya fungsi jantung (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Salah satu kelainann fungsi jantung adalah congestive heart failureatau gagal jantung yaitu ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Apabila suplai darah tidak lancar dijantung berdampak terhadap paru-paru sehingga meyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat menurunkan pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah di paru-paru. Sehingga oksigenasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan karbondioksida yang akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan gejala sesak napas (dispnea), ortopnea (dispnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari ekstremitas meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-paru (Kasron, 2012).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Oksigenasi pada congestive heart failure (CHF)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi pada pasien gagal jantung. (Arif, 2009)
a. Pengumpulan data 1) Identitas klien
Identitas klien: nama, tempat/tanggal lahir, umur, nomor rekam medis, tempat tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh kalian.
2) Riwayat kesehatan a) Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah sesak napas saat beraktivitas.
b) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST, yaitu :
(1) Provoking incident: biasanya ditemukan adanya sesak nafas terjadi setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat hingga mengakibatkan kelemahan, sesuai derajat gangguan pada jantung.
(2) Quality of pain: biasanya klien merasakan sesak napas biasanya setiap beraktivitas dan keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang dirasakan. (dengan menggunakan alat bantu atau otot pernapasan)
(3) Region, radiation, relief: sesak nafas biasanya mempengaruhi fisik bersifat lokal atau mempengaruhi sistem otot dan disertai ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas.
(4) Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien saat bernapas (inspirasi dan ekspirasi) dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Biasanya kemampuan bernapas klien dalam beraktivitas menurun.
(5) Timer: keluhan sesak nafas biasanya timbul saat melakukan aktivitas. sesak (>30 x/menit) saat melakukan aktifitas.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu biasanya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia, miokardium, infark miokardium, diabetes mellitus, dan hiperlipidemia.
Serta menanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi diuretik, serta anti hipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi yang timbul, sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan adanya penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunanya.
e) Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Biasanya ditemukan adanya kebiasaansosial, pola hidup yang tidak sehat misalnya minum alkohol atau obat tertentu, kebiasaan merokok, sudah berapa lama merokok, berapa batang per hari, dan jenis rokok.
3) Pemeriksaan fisik
Data hasil pemeriksaan fisik yang akan ditemukan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, yaitu:
a) Mata
b) Mulut dan bibir
Biasanya membran mukosa sianosis. c) Hidung
Biasanya pernapasan ditemukan dengan cuping hidung. d) Leher
Biasanya adanya distensi/bendungan vena jugularis. e) Dada
Biasanya pasien ditemukan adanya otot bantu pernapasan karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan napas, pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan, suara napas biasanya terdengar crakcles atau wheezing atau juga vesikuler.
f) Jantung
Biasanya irama jantung pasien ditemukan ireguler atau juga normal.
g) Kulit
Biasanya ditemukan sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunya aliran darah perifer).
h) Jari dan kuku
Biasanya sianosis, clubber finger. i) Pola pernapasan
Biasanya pola pernapasan cepat (takipnea), (Tarwoto & Wartonah, 2011).
C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Gangguan Oksigenasi (NANDA, 2015)
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas 2) Ketidak efektifan pola napas
3) Gangguan pertukaran gas
D. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Batasan karakteristik • Batuk yang tidak
efektif • Dispnea • Gelisah
• Perubahan frekuensi nafas
• Perubahan pola nafas • Suara napas tambahan
Faktor yang
berhubungan: • Mukus berlebihan • Sekresi yang tertahan • Adanya jalan napas
buatan
• Benda asing dalam napas
• Eksudat dalam alveoli • Spasme jalan napas
NOC a. Setatus pernafasan: Kepatenan jalan nafas Kriteria hasil : 1) Frekuensi pernafasan 2) Irama pernafasan 3) Kedalaman inspirasi 4) Suara nafas tambahan 5) Pernafasan cuping
hidung
6) Penggunaan otot bantu pernafasan 7) Akumulasi sputum b. Status pernafasan: Ventilasi Kriteria hasil: 1) Frekuensi pernafasan 2) Irama pernafasan 3) Kedalaman inspirasi 4) Hasil rontgen dada 5) Dispnea saat latihan 6) Suara nafas tambahan
NIC
a. Manajemen jalan Nafas
Tindakan keperawatan : 1) Posisikan pasien untuk
memaksilmalkan ventilasi
2) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukan alat bantu jalan nafas
3) Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas 4) Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagai mana mestinya
5) Auskultasi suara nafas, catat area yang
b. Manajemen ventilasi mekanik: Non invasif 1) Monitor penurunan
volume ekspirasi dan peningkatan inspirasi 2) Monitor efektifitas
ventilasi mekanik terhadap status fisiologis dan psikologis
3) Latih teknik relaksasi yang sesuai
4) Tempatkan klien pada posisi semi fowler 5) Monitor gejala-gejala yang menunjukan peningkatan pernafasan (peningkatan denyut nadi, pernafasan, peningkatan tekanan
c. Tanda-tanda vital: Tekanan darah dalam batas normal 1) Tingkat pernapasan 2) Irama pernapasan 3) Tekanan darah siastolik 4) Tekanan darah diastolic 5) Tekanan nadi 6) Kedalaman inspirasi darah) c. Monitor pernafasan: monitor tanda-tanda vital
1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat 2) Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan sebelum, selama dan setelah beraktivitas dengan tepat 3) Monitor irama dan
tekanan jantung
4) Monitor irama dan laju pernapasan (misalnya, kedalaman dan kesimetrisan)
5) Monitor pola pernafasan abnormal (misalnya,
cheyne-stokes, kussmaul,
biot, apneustik dan bernafas berlebihan 6) Monitor sianosis sentral
dan perifer 2. Ketidakefektifan pola napas Batasan karakteristik: • Bradipnea • Dispnea • Fase ekspirasi memanjang
• Penggunaan oto bantu pernapasan
• Takipnea
• Pernapasan cuping hidung
• Pola nafas abnormal (mis: irama, frekuensi, kedalam) a. Status pernafasan Kriteria hasil: 1) Frekuensi pernafasan 2) Irama pernafasan 3) Kedalaman inspirasi 4) Suara auskultasi nafas 5) Saturasi oksigen
a. Monitor pernafasan: Pengaturan posisi 1) Posisikan pasien untuk
mengurangi
dyspneadengan cara
semi fowler
2) Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi 3) Monitor status
oksigenasi pasien sebelum dan sesudah perubahan posisi
4) Tinggikan kepala tempat tidur
Faktor berhubungan: • Ansietas • Hiperventilasi • Keletihan • Nyeri • Obesitas • Cedera medulla spinalis • Sindrom hipoventilasi • Keletihan otot pernapasan
3. Gangguan pertukaran gas Batasan karakteristik:
• Diaphoresis • Dispnea
• Gas darah arteri abnormal
• Gelisah • Hipoksia • Iritabilitas
• Nafas cuping hidung • Takikardia • pH arteri abnormal • Sianosis • Hipoksemia Faktor berhubungan: • Ketidakseimbangan ventilasi perfusi • Perubahan membranalveolar kapiler a. Keseimbangan elektrolit dan asam/basa Kriteria hasil: 1) Frekuensi pernafasan 2) Irama pernafasan 3) Irama jantung apical 4) Serum pH
5) Gangguan kesadaran 6) Tidak bisa istirahat 7) Kelelahan
a. Manajemen asam basa
1) Pertahankan kepatenan jalan napas
2) Posisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang adekuat (misalnya, membuka jalan napas dan menaikkan posisi kepala di tempat tidur) 3) Ambil spesimen yang
diintrusikan untuk mendapatkan analisa keseimbangan asam basa (misalnya, analisa gas darah, urine dan serum) jika memang diperlukan
4) Monitor pola pernafasan 5) Berikan terapi oksigen
dengan tepat 4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Batasan karakteristik: • Waktu pengisian kapiler > 3 detik • Warna kulit pucat
saat elevasi
a. Keefektifan pompa jantung
Kriteria hasil:
1) Tekanan darah sistol 2) Tekanan darah diastol 3) Denyut nadi perifer 4) Distensi vena leher
a. Pengecekan kulit : Monitor tanda-tanda vital
1) Monitor tekanan darah, nadi
2) Monitor sianosi perifer dan sentral
• Penurunan nadi perifer
• Edema tidak ada nadi perifer
• Warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah diturunkan Faktor Berhubungan: • Hipertensi • Diabetes melitus • Kurang pengetahuan tentang proses penyakit • Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat • Merokok 5) Edema perifer 6) Pucat 7) Sianosis
8) Dispnea pada saat istirahat 9) Dispnea dengan aktifitas ringan abnormal (misalnya, cheyne-stokes, kussmaual, biot)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan keperawatanpadapasiendengangangguanpemenuhankebutuhanoksigenasipada pasiencongestive heart failureataugagal jantung di ruang Interne RSUP Dr. M Djamil Padang.
B. Tempat dan waktu penelitian
Studikasus ini telah dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang khususnya di ruang Interne Tahun 2017. Penelitian dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juni 2017, sedangkan untuk asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 26 Mei 2017.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang ditulis. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien congestive heart
failure yang berada di ruangan Interne RSUP Dr. M. Djamil padang
dengan lama waktu penelitian 2 minggu, dengan jumlah populasi di ruangan interne RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 26 Mei sebanyak 2 orang partisipan.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling merupakan suatu bentuk seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada. Sampel penelitian ini 2 orang partisipan congestive
Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan januari sampai dengan Mei 2017. Pemilihan partisipan merujuk pada teknik accidental sampling.
Accidental sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel dengan
cara memilih siapa yang kebetulan ada atau dijumpai pada saat itu (Nursalam, 2013)
D. Subjek Penelitian Kriteria :
1. Kriteria Inklusi
a. Semua pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi khususnya pada
congestive heart failure.
b. Pasien yang mengalami gangguan pemenuhan oksigenasi pada pasien
congestive heart failure di ruang interne RSUP Dr. M . Djamil Padang
dengan 5 hari rawatan.
c. Pasien congestive heart failure dengan gangguan pemenuhan oksigenasi yang bersedia diteliti sebagai responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi pada congestive heart
failure yang mengalami perburukan kondisi seperti: tidak kooperatif.
b. Pasien congestive heart failure dengan gangguan oksigenasi yang tidak bersedia diteliti sebagai responden.
c. Pasien congestive heart failure dengan gangguan oksigenasi dengan hari rawatan kurang dari 5 hari
E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses keperawatan gangguanoksigenasipadacongestive heart failure mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi.
1. Format Pengkajian
Pengkajian terdiridari:identitas pasien, identitas penanggung jawab, riwayat kesehatan, keluhan utama, pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan penunjang, dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiridari: namapasien, nomor rekam medik, data masalah dan etiologi. Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya. (Format terlampir) Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang didapat dari perkataan pasien atau keluarga, biasanya apa yang dikeluhkan dan objektif yaitu data yang diperoleh perawat berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik.
F. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan secara lansung kepada partisipan penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Dalam metodepemeriksaan fisik ini, peneliti melakukan pemeriksaan meliputi: keadaan umum partisipan dan pemeriksaan head to toe.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti
mengukurtanda-tanda vital dengan cara pengukuran suhu, menghitungfrekuensinafas, dan menghitungfrekuensi nadi.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendri pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
4. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk gambar, tulisan, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, yaitu laboratorium hasil analisa gas darah, pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan kimia klinis serta program obat-obatan.
G. Jenis-Jenis Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari partisipan seperti pengkajian kepada yang meliputi: Identitas pasien dan keluarga, riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan dahulu, riwayat keluarga, pola aktifitas sehari-hari.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari Ruang Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa rekam medis dokter, data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
H. Hasil Analisis
Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada gangguankebutuhanoksigenasi. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan gangguan kebutuhan oksigenasi pada gagal jantung atau
congestive heart failure. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan
apakah ada kesesuaian atau perbedaan antara teori yang ada dengan kondisi partisipan 1 dan partisipan 2.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil dari pengkajian keperawatan pada kedua partisipan dilihat dari tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Congestive Heart Failure Di Interne
RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Identitas Klien Tn. U, umur 48 tahun, alamat Dusun Tiben Patrel Indramayu, Jawa Barat, agama islam, pendidikan SMU, pekerjaan wiraswasta, nomor MR 979202, di rawat di IRNA-C Penyakit Dalam pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Keluhan utama yaitu pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. Djamil Padang pada tanggal 20 Mei 2017 jam 23.02 WIB, rujukan dari RS Siti Rahmah Padang. keluhan yang dirasakan adalah sesak napas dengan posisi berbaring. Sesak napas dirasakan 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, sesak meningkat saat melakukan aktifitas, serta mengeluh badan terasa lemah dan kedua tungkai kaki edema dan susah digerakkan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dengan TD: 160/90 Mmhg, RR: 30 x/i, HR: 90 x/I, Suhu: 36,30C.
Keluhan saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Mei 2017 jam 09.01 WIB pasien mengeluh sesak napas, sesak dirasakan meningkat saat melakukan aktifitas, kedua dada terasa nyeri, badan terasa lemah dan tidak nafsu makan. Hasil Pemeriksaan tanda-tanda vital saat pengkajian yaitu TD: 150/100 Mmhg, HR:
Ny. R, umur 60 tahun, alamat jln. Jati koto panjang no. 46, padang timur Sumbar, agama islam, pendidikan SMU, pekerjaan Ibu rumah tangga, nomor MR 586233, di rawat di IRNA-C Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Keluhan utama yaitu pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. Djamil Padang pada tanggal 22 Mei 2017 jam 06.36 WIB, klien datang sendiri. keluhan yang dirasakan adalah sesak napas dengan posisi berbaring. Sesak napas meningkat 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak meningkat saat melakukan aktifitas, serta dada terasa berat sejak 3 hari yang lalu, nyeri dada terasa menusuk dengan durasi + 5 menit. Digerakkan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dengan TD: 180/110 Mmhg, RR: 30 x/i, HR: 90 x/I, Suhu: 36,90C.
Keluhan saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Mei 2017 jam 12.40 WIB pasien mengeluh sesak napas, sesak dirasakan meningkat saat melakukan aktifitas, dada sebelah kiri terasa nyeri, nyeri terasa menusuk serta kepala terasa pusing, pasien mengatakan batuk, dahak susah dikeluarkan badan terasa lemah dan tidak nafsu makan. Hasil Pemeriksaan tanda-tanda vital saat pengkajian yaitu TD: 150/90 Mmhg, HR: 78x/i, RR: 25
90 x/i, RR: 33 x/I, Suhu: 36,50C.
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit cirebon 6 bulan yang lalu dengan hipertensi dengan kontrol teratur ke Poli 1 kali sebulan. Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok dan meminum alkohol.
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan ada keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi dan jantung, yaitu ibu pasien.
Istirahat dan tidur sebelum sakit pasien tidur 6-8 jam perhari. Kualitas tidur nyenyak. Selama dirumah sakit pasien tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam hanya 2-3 jam/hari. Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun di malam hari karna sesak napas.
Aktifitas dan latihan pasien sebelum sakit adalah berdagang, pasien berdagang biasanya dimulai dari pagi hari sampai malam hari. Selama dirawat rumah sakit pasien hanya barbering di tempat tidur, badan terasa lemah. ADL dibantu oleh keluarga dan perawat.
Pemeriksaan fisik saat dilakukan pemeriksaan fisik. Saat pengukuran TD didapat TD klien 150/100 MmHg, N: 90 x/i, dan RR: 33 x/i. Hasil pemeriksaan diperoleh keadaan umum Tn. U lemah dengan Pemeriksaan pada mata ditemukan konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik. Pemeriksaan pada hidung tampak terpasang Rebraething Mask. Pemeriksaan pada mulutmukosa bibir kering. Pada pemeriksaan fisik paru ditemukan hasil inspeksi bentuk dada simetris. Pengembangan paru simetris, inspirasi dan ekspirasi tampak tidak sama. Auskultasi terdengar bunyi ronchi. Pemeriksaan fisik jantung ditemukan hasil Auskultasi terdengar suara bunyi jantung I dan bunyi
x/i, Suhu: 36,30C.
Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang di ruang bangsal jantung, pasien mengatakankontrol teratur ke poli jantung RSUP Dr. M. Djamil 1 kali sebulan.dan meminum obat anti hipertensi secara teratur.
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan anggota keluarga mengalami penyakit yang sama seperti, Hipertensi, dan Jantung, yaitu kedua orang tua pasien
Istirahat dan tidur sebelum sakit pasien tidur 6-8 jam perhari. Kualitas tidur nyenyak. Selama dirumah sakit pasien tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam hanya 3-5 jam/hari. Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun di malam hari karna sesak napas dan nyeri dada.
Aktifitas dan latihan pasien sebelum sakit adalah sebagai ibu rumah tangga, pasien bekerja dirumah biasanya dimulai dari pagi hari sampai sore hari. Selama dirawat rumah sakit pasien bisa melakukan aktifitas sendiri di tempat tidur. ADL dibantu oleh keluarga dan perawat.
Pemeriksaan fisik Saat dilakukan pemeriksaan fisik. Saat pengukuran TD didapat TD klien 150/90 MmHg, N: 78 x/i, dan RR: 24 x/i. Hasil pemeriksaan diperoleh keadaan umum Ny. R sedang.. Pemeriksaan pada hidung tampak terpasang Binasal. Pemeriksaan pada mulut tampak mukosa bibir kering, Pada pemeriksaan fisik paru ditemukan hasil inspeksi inspirasi dan ekspirasi tampak tidak sama, tampak tidak ada retraksi dinding dada. Auskultasi terdengar bunyi ronchi. Pemeriksaan fisik jantung ditemukan hasil Auskultasi bunyi jantung I dan bunyi jantung II ireguler (abnormal).
Hasil pemeriksaan labor tanggal 22 mei 2017, yaitu hemoglobin 13,3 g/dl (normal
12,0-jantung II ireguler (abnormal).
Pemeriksaan ekstremitas didapatkan hasil perabaan akral dingin dan pucat, ektremitas bawah tampak pasien tampak bengkak, dan capillary refill >2 detik.
Hasil pemeriksaan labor tanggal 20 Mei 2017, yaitu hemoglobin 6.0 g/dl (normal 14,0-16,0), leukosit 12.900/mm (normal 4.500-11.000), trombosit 286.000/uL (normal 350.000-450.000), hematokrit 19 % (normal 35-45).
Hasil pemeriksaan Analisa Gas darah tanggal 22 Mei 2017. Dengan pH 7,30, PCO2 31mmHg, PO2 178 mmHg, Na+ 128 mmol/L, K+ 6,2 mmol/L, Ca++ 0,75 mmol/L, HCO3- 15,3 mm/L, SO2 99%. Terapi pengobatan untuk Tn. U yaitu IVFD Nacl 0,9 % 8 jam/Kolf. Injeksi ceftriaxone 1x2 gr, Paracetamol 1x500 Mg, Injeksi lasix 2x1, Ca glukonase 1 Amp, novorapid 10 unit Dalam 50 cc D 40%, obat oral Vit K 3x1tab amp, paracetamol 3x500 mg, asetil sistein 3x200 mg, asam folat 1x1tab, nicardipin 1x8 gr. pasien diberikan terapi oksigen 9 liter/menit melalui rebreathing
mask. Untuk peningkatan analisa gas darah
yang rendah di PCO2 31 Mmhg.
16,0), leukosit 9.750/mm (normal 4.500-11.000), trombosit 198.000/ul (normal 350.000-450.000), hematokrit 48 % (normal 35-45).
Hasil analisa gas darah tanggal 22 mei 2017. Dengan pH 7,41,PCO2 35 mmhg, PO2 128 mmhg, na+ 145 mmol/l, k+ 2,4 mmol/l, ca++ 0,24 mmol/l, hco3- 22,2 mm/l, so2 99 %. Tanggal 23 mei 2017. Total kolesterol 96 mg/dl (normal <200), LDL 14 mg/dl (normal >66), HDL 17 mg/dl (normal <150), trigeserida 326 mg/dl (normal <150).
Terapi pengobatan untuk Ny. R yaitu IVFD Nacl 0,9% 6 jam/kolf. Injeksi lasix 2x1, Lansoprazole 1x1, obat oral Ny. R Candersatan 1x8 gr, Amlodipin 1x5 gr, Clopidogrel 1x75 gr, spinonolactone 1x25 gr. Pasien diberikan terapi oksigen 5 liter/menit melalui Binasal.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil dari pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan pada kedua partisipan dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Congestive Heart Failure Di Interne
RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017 Dari data pengkajian dan pemeriksaan
fisik yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 21 Mei 2017, didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan nafas terasa sesak, dada terasa sesak saat beraktifitas. Pasien mengatakan badan terasa lemas. Data objektif didapatkan
Dari data pengkajian dan pemeriksaan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 22 Mei 2017, didapatkan data yaitu pasien mengatakan nafas terasa sesak, batuk tidak berdahak, pasien mengatakan ada dahak di saluran pernapasan dan mengeluh kepala terasa pusing. Data objektif didapatkan pasien