BAB II
LANDASAN TEORI
A. Audit Internal Berbasis Resiko
1. Pengertian Audit Internal Berbasis Resiko
Audit Internal hanya terdapat dalam perusahaan yang relatif besar. Dalam perusahaan ini, perusahaan pimpinan membentuk banyak department, bagian, seksi atau suatu organisasi yang lain dan mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada kepala-kepala unit organisasi tersebut.
Adapun pengertian Audit Internal menurut Sawyer’s (2005:10) adalah sebagai berikut :
Audit Internal adalah suatu penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah 1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, 2) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, 3) peraturan eksternal dan kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, 4) kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi, 5) Sumber daya yang telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan 6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk konsultan dengan menejemen dan membantu menjalankan tanggung jawab secara efektif.
Menurut Hiro Tugiman (2006:11) “Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang ada dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.”
Dalam menjalankan dan melaksanakan kegiatan audit internal diatas, diperlukannya peran seorang Auditor Internal yang berfungsi sebagai pengendali semua kegiatan operasional organisasi serta mencegah terjadinya kecurangan-kecurangan dalam organisasi.
Pengertian Auditor Internal menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:14), adalah sebagai berikut :
Pegawai dari suatu organisasi atau perusahaan yang bekerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan utjuan untuk membantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana operasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Auditor Internal adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pengendalian intern perusahaan demi tercapainya efisiensi, efektivitas dan ekonomis serta ketaatan pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan.
AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) memberikan pengertian Internal Control atau Pengendalian internal, sebagai berikut :
Internal Control comprises the plan of organization and all of the coordinated methods and measures adopted within a business to safeguard its cassets ,check the accuracy and reability of its accounting data, promate operational efficiency and encourage adherence to prescribed managerial policies.
Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia internal control ialah pengawasan intern meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan yang akan terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa
jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah digariskan.
Pengendalian intern dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir tindakan-tindakan yang dapat merugikan perusahaan tersebut. Tindakan-tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai resiko dalam organisasi atau perusahaan. Resiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang dan tidak dikehendaki, dimana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Paradigma peran auditor yang berubah dari paradigma lama ke paradigma baru telah mengantarkan seorang auditor untuk bisa juga berperan sebagai mitra manajemen atau perusahaan. Pada saat ini auditor laporan keuangan mengadaptasi pendekatan dan metode mereka terhadap lingkungan yang berubah secara terus-menerus. Maka dari itu digunakan metode Audit Internal berbasis Resiko ( Risk Based Audit).
Audit Internal Berbasis Risiko adalah metodologi pemeriksaan yang dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi.Dengan kata lain, Audit Internal Berbasis Resiko merupakan audit yang difokuskan dan diprioritaskan pada resiko bisnis dan prosesnya serta pengendalian terhadap resiko yang dapat terjadi.
2. Manfaat Penerapan Audit Internal Berbasis Resiko
Penerapan Audit Internal Berbasis Resiko (Risk Based Audit) ialah salah satu contoh peran auditor internal sebagai katalisator. Sebagai katalisator auditor internal terlibat aktif dalam penilaian resiko yang terdapat dalam proses bisnis perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sikap proaktif dari pihak auditor internal dalam mengenali resiko-resiko yang akan mungkin dihadapi perusahaan,dalam hal ini perusahaan perlu memastikan bahwa manajemen resiko berjalan dengan efektif.
Pada penerapan audit internal berbasis resiko, auditor bertugas bukan hanya untuk membuat temuan-temuan audit saja melainkan untuk mencari kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi pada perusahaan kedepannya serta bertugas untuk mencari solusi dari tiap-tiap resiko yang akan terjadi. Berikut ini adalah perbandingan penerapan Audit Internal dengan Audit Internal Berbasis Resiko :
Tabel II. 1
Paradigma Audit Internal
Karakteristik
Paradigma Lama (Audit Internal)
Paradigma Baru (Audit Internal Berbasis
Resiko) Fokus Audit Intern Pengendalian Intern Resiko Bisnis (resiko
Prioritas)
Respon Audit Intern
Reaktif, After the
fact,discontinue, menjadi pengamat inisiatif
perencanaan strategic.
Kolektif, real time,
pemantauan terus-menerus, berpartisipasi aktif dalam perencanaan strategik Pengujian Audit
Intern
Pengendalian yang
penting Resiko-resiko yang penting
Metode Audit Intern
Menekankan pada kelengkapan pengujian pengendalian rinci
Menekankan pda signifikansi cakupan resiko-resiko bisnis secara umum Rekomendasi Audit Intern Pengendalian Intern : *Memperkuat Pengendalian *Biaya Manfaat *Efisiensi/Efektif Manajemen Resiko : *Hindari/Diversifikasi resiko *Bagi/pindahkan resiko *Kendalikan/terima resiko
Laporan Audit Intern
Melaporkan
keberfungsian pengendali (saat ini)
Melaporkan resiko-resiko proses dan manajemennya (yang akan datang)
Peran audit Intern dalam Organisasi
Fungsi Penilaian Independent
Manajemen resiko dan corporate governance terintegrasi
Pada paradigma baru peran internal auditing, sebagai berikut :
1. Internal auditing didefenisikan sebagai suatu kegiatan penjaminan (assurance) dan konsultasi (consultacy) yang independen dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.
2. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dnegan membawa pendekatan yang terdisiplin dan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses2 manajemen resiko pengendalian dan tata kelola (governance).
Hal yang wajib dilakukan oleh Internal Auditor pada Audit Internal Berbasis Resiko, yakni:
1. Memastikan / meyakinkan atas proses pengelolaan resiko 2. Meyakinkan bahwa resiko telah dievaluasi secara benar 3. Melakukan evaluasi proses manajemen resiko
4. Melakukan evaluasi laporan resiko utama 5. Melakukan review pengelolaan resiko utama
Manfaat penggunaan Audit Internal Berbasis Resiko yaitu sebagai suatu sistem yang memastikan bahwa seluruh Strategic Respons (mitigasi resiko dan action plan) dilakukan sesuai dengan perencanaan dan ketentuan yang berlaku sehingga seluruh tingkat resiko inherent yang berada diatas risk appetite perusahaan dapat diturunkan menjadi resiko residual yang berada dibawah risk appetite. Kondisi ini akan memberikan tingkat probability dari pencapaian tujuan perusahaan semakin besar
sehingga akan memberikan peningkatan nilai perusahaan (Corporate Value).
Terdapat dua kegiatan dalam pelaksanaan Audit Internal, yaitu : 1. Assurance yaitu pemeriksaan secara objektif suatu bukti untuk tujuan
memberikan penilaian independen atas governance, manajemen resiko, dan proses pengendalian bagi manajemen operasi. Contoh mungkin termasuk keuangan , kinerja, kepatuhan, keamanan system dan keterlibatan due diligence.
2. Consultacy yaitu pemberian pelayanan secara professional audit internal melalui evaluasi yang sistematis dan disiplin dari kebijakan, prosedur dan operasi manajemen yang dijalankan untuk memastikan tercapainya tujuan organisasi, dan melalui rekomendasi untuk perbaikan. Pekerjaan konsultasi tersebut memberikan kontribusi pendapat audit internal pada : manajemen resiko, pengendalian dan tata kelola.
B. Non Performing Loan (NPL)
1. Pengertian Non Performing Loan
Salah satu fokus utama kegiatan usaha pembiayaan PT. Olympindo Multi Finance adalah Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) untuk kendaraan bermotor roda empat baik baru maupun bekas atau sering disebut kredit. Dan melalui suku bunga kredit tersebut perusahaan memperoleh pendapatan operasionalnya.
Dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat, pihak perusahaan dan masyarakat membutuhkan informasi. Informasi-informasi tersebut kemudian akan membentuk kesepakatan antara kedua belah pihak yang dituangkan dalam suatu perjanjian kredit. Dalam hal ini debitur lebih diarahkan oleh bank untuk menjamin pengembalian kredit tepat waktu, sehingga dapat meminimalisir munculnya kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL).
Non Performing Loan adalah tidak kembalinya kredit tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit atau kredit bermasalah. Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan , oleh karena itu setiap perusahaan berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan perusahaan yang telah ditetapkan. Menurut Sutarno (2005) “Kredit bermasalah adalah jumlah keseluruhan dari kredit kurang lancar, ditambah kredit diragukan, dan kredit macet.”
2. Pengelompokan Kriteria Non Performing Loan
Dalam PT. Olympindo Multi Finance, ada beberapa ketentuan yang tergolong dalam kategori kredit bermasalah, yaitu :
1. Lancar (F1vd), yaitu debitur harus membayar kewajiban kreditnya pada bulan pertama tepat pada waktunya (tidak boleh telat)
2. Macet 1-30 hari (F5vd), yaitu keterlambatan pembayaran kredit debitur pada bulan kedua dengan jangka 1-30 hari,pada bulan ini perusahaan memperbolehkan macet hanya 2% dari jumlah kredit yang disalurkan. Dan setiap keterlambatan pembayaran, debitur akan dikenakan denda tunggakan sebesar 0,5% dari besarnya pinjaman perhari.
3. Macet 31-60 hari, yaitu keterlambatan pembayaran kredit debitur pada bulan berikutnya dengan jangka 31-60 hari, pada bulan ini perusahaan memperbolehkan macet hanya 2% dari jumlah kredit yang disalurkan. Pada kondisi perusahaan akan mengirimkan surat tagih /surat penarikan barang pembiayaan, dan debitur akan dikenakan denda tunggakan sebesar 0,5% dari besarnya pinjaman perhari.
4. Macet 61-90 hari, yaitu keterlambatan pembayaran kredit debitur pada bulan selanjutnya dengan jangka 61-90 hari,pada bulan ini perusahaan memperbolehkan macet 10% untuk menghargai debitur dengan harapan debitur segera membayar tunggakannya beserta
dendanya, pada bulan ini perusahaan akan mengirimkan surat penarikan ke-2 kepada debitur.
5. Macet 91-180 Debitur tidak mampu membayar utangnya tepat pada waktunya sesuai perjanjian
6. Diatas 181 hari, yaitu debitur tidak membayar kewajibannya selama 6 bulan berturut-turut,sehingga pihak perusahaan merasa tidak dihargai dengan surat penarikan pertama dan kedua, untuk itu pihak perusahaan akan mengirimkan pihak eksternal perusahaan untuk menarik barang pembiayaan debitur tersebut,dan akan dikembalikan jika debitur telah memenuhi kewajibannya tersebut selama waktu yang ditentukan perusahaan.
3. Faktor-faktor munculnya Non Performing Loan
Munculnya Non Performing Loan dapat diketahui oleh beberapa faktor, yakni :
a. kemerosotan usaha dan gagalnya usaha yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan usaha debitur
b. Debitur sengaja tidak mau membayar dikarenakan karakter Debitur tidak baik.
c. Kebijakan kredit yang diambil oleh perusahaan (penetapan suku bunga kredit, jangka waktu pembayaran kredit,dll).
Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat Non Performing Loan , yaitu :
a. Kemauan atau itikad baik dari debitur
Kemampuan debitur dari sisi financial untuk melunasi pokok dan bunga pinjaman tidak aka nada artinya tanpa kemauan dan itikad baik dari debitur itu sendiri.
b. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan perusahaan juga mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat NPL. Terlalu tingginya bunga pembiayaan yang ditetapkan oleh perusahaan akan mengurangi kemampuan debitur dalam melunasi kewajibannya, hal ini dikarenakan tidak sesuai dengan pendapatan yang diterima oleh debitur.
c. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan debitur dalam melunasi hutang-hutangnya.
4. Ratio Non Performing Loan
Untuk mengukur pertumbuhan tingkat non performing loan pada perusahaan setiap bulannya, digunakan rumus ratio non performing loan..
Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut :
C. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Tabel II.2
Daftar Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti Nama Judul Skripsi Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Rio Firmansyah Hardi (2013) Audit Berbasis Resiko PT. Petrokomia Gresik
Audit Berbasis Resiko dan Manajemen Resiko
Menunjukkan pentingnya audit internal berbasis resiko terhadap kegiatan operasional
2 Anin Diyanti
(2012) Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap terjadinya Non Performing Loan Variabel Independent : Non Performing Loan, Variabel dependent : Bank Size, Loan Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Racio (CAR), Gross Domestic Product (GDP), Tingkat Inflasi
Bank Size berpengaruh Negatif Terhadap NPL, Loan Deposit Ratio Berpengaruh positif terhadap NPL, Capital Adequacy Racio berpengaruh negatif terhadap NPL, Gross Domestic Product berpengaruh negatif terhadap NPL, Tingkat Inflasi berpengaruh positif terhadap NPL 3 Kurnia Dwi Jayanti (2013) Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan Variabel Independent : Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan Deposit Ratio (LDR), Bank Size, Kualitas Aktiva Produktif, Biaya Operasional Bank. Variabel Dependen : Non Performing Loan (NPL)
Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif
terhadap NPL, Loan Deposit Ratio berpengaruh posiif terhadap NPL, Bank Size berpengaruh positif terhadap NPL, Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh positif terhadap NPL, Biaya Operasional Bank berpengaruh positif terhadap NPL
D. Kerangka Konseptual
Non Performing Loan (NPL) adalah pengembalian kredit yang tidak tepat pada waktunya sesuai dengan kesepakatan antara pihak debitur dan pihak perusahaan, hal tersebut merupakan resiko terbesar dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan adanya pengawasan dan pengendalian yang ketat dalam pelaksanaannya. Pengendalian yang tepat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan NPL ialah dengan menerapkan audit internal berbasis resiko. Audit internal berbasis resiko merupakan audit yang difokuskan dan diprioritaskan pada resiko bisnis dan prosesnya serta pengendalian terhadap resiko yang terjadi. jika kredit dilaksanakan dengan menggunakan system yang tepat, maka kemungkinan untuk terjadinya resiko kredit bermasalah (NPL) akan semakin kecil dan perusahaan juga tidak merasa kesulitan dalam memenuhi kemampuan likuiditasnya dalam menjalankan operasionalnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan audit internal berbasis resiko berpengaruh positif terhadap tingkat non performing loan (NPL). Adapun yang menjadi kerangka konseptual dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut : Audit Internal Berbasis Resiko (Variabel X) Tingkat Non Performing Loan /NPL (Variabel Y)
E. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2005:51) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pernyataan. Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : Ho : Audit Internal Berbasis Resiko tidak berpengaruh terhadap tingkat non
performing loan.
H1 : Audit Internal Berbasis Resiko berpengaruh signifikan terhadap tingkat