• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY

(CRH) BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP

KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V SD GUGUS

KOMPYANG SUJANA KECAMATAN DENPASAR UTARA

Kd Krisna Prameswari

1

, I Km Ngurah Wiyasa

2

, Ni Nym Ganing

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

krisnaprameswari1@gmail.com

1

, komang.wiyasa@yahoo.com

2

,

nyomanganing@gmail.com

3

@undiksha.ac.id

Abstrak

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan yang signifikan antara siswa yang belajarkan melalui model pembelajaran

CRH berbantuan media lingkungan sekolah dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experiment dan menggunakan desain penelitian

nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus Kompyang Sujana yang terdiri dari 8 kelas. Menentukan sampel digunakan teknik random sampling yaitu dengan mengacak kelas. Sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah kelas SDN 7 Peguyangan sebagai kelas eksperimen dan SDN 3 Tonja sebagai kelas kontrol, yang masing-masing kelas tersebut terdiri dari 31 dan 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian menggunakan tes objektif yang telah divalidasi sebanyak 26 butir soal. Diakhir penelitian, data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dianalisis dengan uji-t. Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji-t bahwa thitung = 2,344 > ttabel = 1,980 dengan kriteria taraf signifikansi 5% dan dk = 31 +

36-2 = 65. Maka dapat dinyatakan bahwa, model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: model pembelajaran CRH, lingkungan sekolah, kompetensi pengetahuan IPA.

Abstract

The purpose of this experiment is for knowing the influence of the significantly differences between the students that learn by CRH study method by school environment media and the student that is learned by the conventional method at the fifth grade of Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara in 2016/2017. This experiment is a quasi experiment and the experiment‟s design that be used is nonequivalent control group design. The experiment‟s population is the whole students from eight class of the fifth grade at Gugus Kompyang Sujana. Random

(2)

2

sampling method is used to choose the sample by scramble the class. The sample that is chosen for this experiment is the class at SDN 7 Peguyangan as the experiment class and the class at SDN 3 Tonja as the control class, which is every class have 31 students and 36 students. The instrument that is used to collect the data at this experiment is 26 question objective test that already validated. At the end of the experiment, competence mastery of science data is analyzed by T-test. The result shows the significant differences at the competence mastery of science between the students that is learned by CRH study method by school environment media and the student that is learned by conventional method at the fifth grade students of Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara in 2016/2017. That statement is proved by T-test result that is t-count 2,344 > t-table = 1,980 with the level criteria significance 5% and dk = 65. So, it can conclude that CRH study method by school environment media give influence to the science competence of the fifth grade students at Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara in 2016/2017..

Keywords : CRH study method, school environment, competence mastery science

PENDAHULUAN

Indonesia sejak tahun pelajaran 2013/2014 telah menerapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan ilmiah

(saintifik). Siswa dituntut melalui beberapa proses secara aktif mencari, mengolah,

mengonstruksi, dan menerapkan

pengetahuan berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013. Maka sangat diperlukan upaya inovasi dari guru dalam mengreasikan pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 seharusnya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif (Permendikbud, 2016). Hal tersebut pada kenyataannya masih belum terlaksana sepenuhnya. Berdasarkan observasi penulis dengan sejumlah siswa di SD Gugus Kompyang Sujana, dalam proses pembelajaran dengan muatan materi IPA, siswa mengaku terkadang merasa jenuh jika berada di kelas terus menerus. Pihak guru pun menyatakan, bahwa belum ada upaya

dalam meningkatkan kompetensi

pengetahuan melalui strategi tertentu. Maka, peneliti memberikan tawaran dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat diterapkan guna memberikan

pengaruh terhadap kompetensi

pengetahuan IPA siswa, yaitu model

pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah.

Secara harfiah, Course Review Horay berasal dari bahasa Inggris terdiri dari 3 kata yaitu Course yang berarti arah, tujuan mata kuliah, sajian, kuliah, rangkaian pelajaran, mata pelajaran. Review berarti tinjauan, resensi, meninjau, ulasan ulang, sedangkan Horay dalam bahasa Inggris adalah Hooray dalam bahasa Indonesia berarti hore, kata seru untuk menyatakan rasa gembira. Berdasarkan pengertian secara harfiah tersebut, dapat dirangkum bahwa Course Review Horay berarti sebuah

pembelajaran dengan memberikan

sajian/rangkaian pelajaran lalu memberikan ulasan dengan tinjauan kembali dan merayakannya dengan berteriak hore. Model pembelajaran CRH

merupakan salah satu model

pembelajaran metode kooperatif dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam

kelompok-kelompok kecil. Model

pembelajaran CRH adalah salah satu pembelajaran dengan permainan yang menggunakan kotak diisi nomor soal dan siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang ada dalam kotak tersebut. Soal yang diberikan dapat berupa soal yang bersifat pemecahan masalah. Siswa yang lebih dahulu menjawab benar dengan membentuk arah horizontal, vertikal atau diagonal langsung berteriak “horay” atau yel-yel lainnya (Kurniasih & Berlin Sani, 2013). Langkah-langkah model pembelajaran Course Review

(3)

3 Horay adalah sebagai berikut : (1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab, (3) guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (4) untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat 9/16/25 kotak atau sesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi nomor yang ditentukan guru, (5) guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru, (6) setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi, (7) bagi pertanyaan yang dijawab dngaan benar, siswa memberi tanda check list (√) dan langsung berteriak ‘hore!!’ atau menyanyikan yel-yelnya, dan (8) nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak „horee!!‟ (Huda, 2013:230-231). Model CRH memiliki beberapa kelebihan, antara lain: (1) strukturnya yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya; (2) metode yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak menegangkan; (3) semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan, dan (4) skill kerja sama antarsiswa yang semakin terlatih (Huda, 2013:231).

Menurut Permendikbud no. 23 tahun 2016, “pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ini artinya, belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga luar ruangan kelas. Lingkungan dijadikan sumber belajar yang sangat berpengaruh

terhadap perkembangan fisik,

keterampilan sosial, budaya,

perkembangan emosional serta

intelektual. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berarti siswa datang menghampiri sumber-sumber belajarnya. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan

pengetahuan anak. Selain itu,

kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca indranya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dilakukan secara terencana melalui proses pembelajaran dilakukan secara nyata dan dapat diterapkan di lingkungan mereka. Sama halnya dengan lingkungan secara umum, lingkungan sekolah juga memiliki jenis-jenis lingkungan belajar. Pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar kehidupan siswa dapat berupa lingkungan alam, sosial, dan buatan. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari lingkungannya. Begitu pula halnya dalam belajar dan memahami konsep dan prinsip dalam IPA.

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala kejadian alam beserta isinya berupa fakta, kenyataan dan kejadian yang sistematis dan tersusun. Destya (2014) IPA (Sains) yang diajarkan sesuai dengan hakikatnya, yaitu sebagai proses, produk, sikap,dan teknologi akan menjadi sarana untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan keterampilan proses sains melalui rentetan pembelajaran di bangku sekolah. Hal ini sejalan dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang bertujuan untuk membentuk insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melaluipenguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. Namun, sejauh ini masih terdapat banyak

hambatan dalam penerapan

pembelajarannya di sekolah, terutama di tingkat sekolah dasar. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya di masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, maka pembelajaran IPA untuk anak-anak harus disesuaikan dengan struktur kognitifnya. Mereka perlu diberikan kesempatan berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD sudah

(4)

4 memanfaatkan lingkungan disekitarnya, sehingga siswa dapat mengamati hal yang dipelajari dengan pancaindra mereka. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, pembelajaran IPA akan mendapat

pengalaman langsung melalui

pengamatan, diskusi dan penyelidikan sederhana akan menumbuhkan sikap ilmiah siswa.

Proses pembelajaran konvensional yang diterapkan di SD Gugus Kompyang

Sujana kini sepenuhnya telah

menggunakan pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan saintifik sesuai kurikulum 2013. Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan yang dalam kegiatannya menerapkan langkah-langkah ilmiah untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa itu sendiri. Namun, masih terdapat masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran tersebut, yang juga menimpa muatan materi IPA. Adapun masalah-masalah yang tersebut adalah :(1) siswa merasa terkadang merasa jenuh saat berada di dalam kelas terus-menerus, (2) belum menggunakan strategi yang bervariasi dalam pembelajaran IPA pada khususnya, (2) belum ada upaya meningkatkan kompetensi pengetahuan melalui startegi tertentu, (3) kurangnya pemanfaatan media lingkungan sekolah sebagai alat bantu pembelajaran sehingga menyebabkan siswa sering merasa jenuh berada di dalam kelas terus-menerus, (4) kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, dan (5) pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga

siswa tidak sepenuhnya dapat

mengembangkan kreatifitasnya. Maka, suatu hal yang wajib dilakukan guru untuk mengemas kegiatan pembelajaran dengan

kegiatan yang menarik dengan

memanfaatkan media lingkungan di sekolahnya. Salah satu inovasi tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah dengan tujuan ; (1)

untuk mengetahui penguasaan

kompetensi pengetahuan IPA yang dibelajarkan melalui model pembelajaran CRH berbantuan lingkungan sekolah pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana, (2) untuk mengetahui penguasaan

kompetensi pengetahuan IPA yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana dan, (3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V SD Gugus Kompyang Sujana, Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimen Semu). Desain eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent control group design.

Gambar 1. Desain Eksperimen

Prosedur penelitian ini terdiri dari: (1) tahap persiapan, yaitu dengan melakukan uji kesetaraan sampel dengan uji-t, kemudian diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, menyiapkan rencana pelaksanaan pemeblajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), menyusun soal untuk pembelajaran CRH, menyiapkan instrumen penelitian berupa tes kompetensi pengetahuan IPA,

meengonsultasikan perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian dengan dosen ekspert, dosen pembimbing serta guru kelas di sekolah penelitian; (2) tahap pelaksanaan yaitu memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah dan perlauan berupa pembelajaran konvensional pada

O

1

X O

2

(5)

5 kelas kontrol dan memberikan post-test pada kedua kelas tersebut; dan (3) tahap akhir, yaitu melakukan analisis hasil post-test sesuai data yang telah diperoleh dan menyusun laporan.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus

Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara tahun ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 8 kelas dalam 7 SD. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 342 orang, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 1. Komposisi Populasi Siswa Kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017

Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa SD N 4 Tonja VA 47 V B 51 SD N 3 Tonja V 36 SD N 2 Peguyangan V 40 SD N 4 Peguyangan V 41 SD N 7 Peguyangan V 31 SD N 8 Peguyangan V 47 SD N 9 Peguyangan V 49

Sampel adalah “suatu kelompok yang lebih kecil atau bagian dari populasi secara keseluruhan” Setyosari (2015: 221). Berdasarkan keadaan populasi tersebut, maka teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random Sampling yang dirandom kelasnya, sehingga setiap kelas mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukan dengan pengacakan individu melainkan hanya pengacakan kelas. Karena tidak bisa mengubah kelas yang telah ada sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan siswa mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini

benar-benar menggambarkan pengaruh

perlakuan yang diberikan. Dalam random sampling ini akan terpilih dua kelas yang masing-masing akan menjadi kelas yang mendapat perlakuan (kelas eksperimen) dan kelas yang tidak mendapat perlakuan (kelas kontrol). Dari hasil random sampling diperoleh kelompok sampel yaitu kelas V

SD N 7 Peguyangan dan kelas V SD N 3 Tonja.

Tahap selanjutnya setelah dilakukan random sampling, maka dilakukan uji kesetaraan untuk mengetahui tingkat kesetaraan dua kelas yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan hasil pretest. Data rerata dari hasil pretest dilakukan uji analisis dan uji beda rerata kelompok kelas. Hasil belajar pengetahuan siswa melalui pretest ini dianalisis dengan uji-t, varians homogen dengan n1≠n2 untuk sampel yang tidak berkorelasi. Kesetaraan sampel diuji dengan rumus uji-t yakni dengan polled varian sebagai berikut.

Gambar 1. Rumus Uji-t dengan Polled Varian

Hasil pre-test kedua sampel dianalisis dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians,

setelah itu dianalisis dengan

(6)

6 Berdasarkan hasil analisis uji –t diperoleh thitung = 0,379 dan tabel distribusi

t pada taraf signifikan ( α ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) =

1,980. Sehingga thitung ≤ ttabel (0,379 <

1,980) maka kedua kelompok dinyatakan setara. Kedua kelompok yang telah dinyatakan setara kemudian dilakukan pengundian kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan kesepakatan bahwa undian yang jatuh pertama sebagai kelas kontrol. Setelah dilakukan pengundian secara random, yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas V SD N 7 Peguyangan dan kelas kontrol adalah SD N 3 Tonja.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes. Tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu” (Arikunto, 2010:192). Tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang digunakan dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti. Sebelum memberikan tes kepada siswa,terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk menguji kelayakan instrumen. Tes yang baik adalah “tes yang memenuhi dua hal yaitu ketepatan atau validitas dan

keajegan atau ketetapan atau

reliabilitasnya” (Sudjana, 2011:12). Tes

yang akan digunakan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas, adalah bentuk reliabilitas, daya beda dan indeks kesukaran. Sebanyak 40 butir soal yang diberikan kepada siswa kelas V memiliki tujuan untuk validasi butir tes.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, dengan mencari mean, standar deviasi, varians , median dan modus. Data disajikan dalam bentuk data distribusi bergolong. Untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu melakukan uji prasyarat yaitu dengan analisis statistik inferensial berupa uji normalitas dan uji homogenitas, setelah itu menguji hipotesis dengan uji-t polled varian. Data yang dianalisis adalah data gain score dari hasil pre-test dan post-test. adapu rumus gain score sebagai berikut:

Gn =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan yaitu pada analisis deskriptif diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Mean 79,18 73,8 Standar Deviasi 12,1 11,65 Varians 145,89 135,76 Skor Maksimum 100 96 Skor Minimum 54 50 Modus 85,5 73,65 Median 80 73,65

(7)

7 Berdasarkan hasil analisis deskriptif data pada tabel diatas dapat digambarkan melalui histogram sebagai berikut;

Sedangkan untuk hasil analisis deskriptif kelompok kontrol disajikan dalam histogram berikut:

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kedua kelompok tersebut,

menunjukkan bahwa penguasaan

kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan

Setelah melalui uji analisis deskriptif, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yaitu dengan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Hasil uji normalitas sebaran data pos-test penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa

No Sampel X2hitung X2tabel Simpulan

1 Kelompok Eksperimen 1,89 11,07 Normal

2 Kelompok Kontrol 3,29 11,07 Normal

Hasil tersebut diperoleh berdasarkan kriteria pengujian jika X2hitung < X2tabel taraf

signifikansi 5% (dk = 5), maka data berdistribusi normal. Namun jika X2hitung ≥

X2tabel, maka data tidak berdistribusi

normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square, di kelas eksperimen diperoleh hasil X2hitung

= 1,89 dibandingkan dengan X2tabel = 11,07

maka diperoleh X2hitung = 1,89 < X2tabel =

11,07. Sedangkan, di kelas kontrol X2hitung

= 3,29 dibandingkan dengan X2tabel = 11,07

maka diperoleh X2hitung = 3,29 < X2tabel =

11,07. Sehingga data hasil post-test kedua kelas tersebut berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas, tahap selanjutnya melakukan uji homogenitas terhadap varians kelas eksperiemn dan kelas kontrol. Hasil uji homogenitas tersebut disajikan dalam tabel berikut. 0 2 4 6 8 10 12 49,5 -56,5 56,5 -63,5 63,5 -70,5 70,5 -77,5 77,5 -84,5 84,5 -91,5 91,5 -98,5 Frekuensi

Gambar 3. Histogram Hasil Kompetensi Pengetahuan IPA

Siswa Kelompok Kontrol

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 53,5 - 61,5 61,5 - 69,5 69,5 - 77,5 77,5 - 85,5 85,5 - 93,5 93,5 - 101,5 Frek…

Gambar 2. Histogram Hasil Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelompok

(8)

8

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Varians Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No Sampel S2 dk F hitung F tabel Simpulan

1 Kelompok Eksperimen 145,89 30

1,075 1,79 Homogen

2 Kelompok Kontrol 135,76 35

Uji homogenitas dilakukan dengan uji F dengan kriteria pengujian jika Fhitung <

Ftabel ( taraf signifikansi 5% dan dk =

pembilang n1 -1 dan penyebut n2 -1 ).

Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh Fhitung = 1,075 dengan dk = 30,35 dan taraf

signifikansi 5% diperoleh Ftabel = 1,79.

Maka, Fhitung= 1,075 < Ftabel = 1,79 berarti

varians data hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dinyatakan homogen.

Berdasarkan uji prasyarat analisis yang telah dilakukan, kedua kelas

penelitian berdistribusi normal dan homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varian dengan kriteria pengujian thitung ≤

ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, dan

jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha,

pada taraf signifikan 5% dengan dk = n1+n2-2. Untuk menganalisis uji hipotesis

digunakan rata-rata dan varians dari perhitungan gain score. Hasil perhitungan uji-t kelompok eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji-t

No Sampel Rata-rata Gain Score S2 N dk Thitung Ttabel 1 Kelompok Eksperimen 0,47 0,08 31 65 2,344 1,980 2 Kelompok Kontrol 0,32 0,06 36

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antarasiswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 2,344,

dengan menggunakan taraf signifikan 5% dan dk = 65. Sehingga thitung = 2,344 > ttabel

= 1,980. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan perlakuan langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi kepada kedua kelas tersebut. Perbedaan perlakuan antara siswa yang

dibelajarkan dengan model CRH

berbantua media lingkungan sekolah dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional berpengaruh

terhadap penguasaan kompetensi

pengetahuan IPA siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata

nilai kelompok yang diperoleh oleh kelas eksperimen lebih dari rata-rata nilai kelas kontrol yaitu 79,18 > 73,8, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran kovensional. Model pembelajaran CRH memberikan pengaruh yang baik, didukung dengan pendapat Huda (2013) yang menyebutkan bahwa

pembelajaran dengan model CRH

membuat semangat belajar siswa meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan, strukturnya menarik sehingga mendorong siswa untuk terjun aktif kedalamnya, metode yang tidan monoton karena diselingi hiburan sehingga suasana tidak menegangkan serta skill kerja sama antarsiswa semakin terlatih. Begitu juga pemanfaatan media lingkungan sekolah sebagai media dan sumber belajar. Husamah (2013) menjelaskan bahwa belajar melalui media

(9)

9 lingkungan memberikan pengalaman riil kepada siswa, sehingga bersifat konkret dan tidak verbalistis serta memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.

Hal ini juga dibuktikan dengan beberapa penelitian relevan. Salah satunya oleh Marteni (2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran CRH memberikan hasil yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif IPA kelas V SD Gugus IV Kecamatan Buleleng dibandingkan dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji-t, diperoleh thitung sebesar 4,46, sedangkan ttabel dengan db = 37 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,74. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan

rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran CRH (21,83) lebih tinggi daripada rata-rata skor kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (15,2). Sejalan dengan hasil penelitian Marteni, Kariadnyani (2016) juga menyatakan bahwa pembelajaran model CRH memberikan rata-rata hasil belajar IPA siswa dengan kategori tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, yaitu sebesar 23,325 > 16,379. Pemanfaatan media lingkungan sekitar sekolah menurut Bintarini (2013) dalam pemahaman konsep IPS lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yaitu dengan perhitungan ( Fhitung 141,793; p < 0,05 ).

Sejalan dengan pernyataan Husamah (2013) bahwa keadaan alam sekitar kehidupan siswa dapat berupa lingkungan alam, sosial, dan buatan yang dalam praktik pembelajaran, penggunaan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat yaitu lingkungan sekolah setelah lingkungan keluarga.

Berdasarkan uraian tersebut, maka model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah dapat dikatakan

mampu memberikan pengaruh yang baik

terhadap penguasaan kompetensi

pengetahuan IPA siswa. Terbukti dengan perbandingan rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas eksperimen lebih dari rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas kontrol.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yaitu; (1) penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang

dibelajarkan melalui model

pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah menunjukan nilai rata-rata kelas sebesar 79,18 dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 54. Varians sebesar 145,89 dan standar deviasi sebesar. 12,1. Nilai modus sebesar 85,5 dan nilai median sebesar 80, (2) penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 73,8 dengan skor tertinggi 96 dan skor terendah 50. Varians sebesar 135,76 dan standar deviasi sebesar 11,65. Nilai modus sebesar 73,65 dan nilai median sebesar 73,65, serta (3) terdapat perbedaan antara penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antarasiswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis uji t diperoleh thitung = 2,344,

dengan menggunakan taraf signifikan 5% dan dk = 65. Sehingga thitung = 2,344 > ttabel

= 1,980.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas

V SD Gugus Kompyang Sujana

Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan yang telah dipaparkan maka dapat diajukan saran kepada pihak-pihak sebagai berikut; (1)

(10)

10 guru agar menggunakan strategi pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan yaitu model pembelajaran CRH berbantuan media lingkungan sekolah ini dalam proses pembelajaran maupun menggunakan berbagai jenis media lainnya yang dapat mendukung pembelajaran dan sesuai dengan materi yang berikan, (2) kepala sekolah agar meningkatkan suasana belajar yang nyaman dan aman demi terlaksananya proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan serta meningkatkan sarana maupun prasarana penunjang kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah, dan (3) peneliti lain agar memperbanyak referensi teori dan data penelitian serta tidak hanya meneliti pada ranah kognitif, melainkan juga pada ranah afektif dan psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bintarini, Ni Kade. 2013. “Determinasi pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Belajar terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa Kelas IV SDN Gugus Yudistira Kecamatan Negara”. E-journal. Jurusan Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 3, (hlm. 8).

Dantes, Nyoman. 2012. Metode

Penelitian. Yogyakarta: Andi. Daryanto. 1998. Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia.Surabaya : Apollo. Huda, Miftahul. 2013. Model-Model

Pengajaran dan

Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Husamah.2013.Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta:Prestasi Pustakaraya.

Kariadnyani, Kadek Era. 2016. “Pengaruh Model Course Review Horay Berbantuan Multimedia terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V

SD”. E-journal. Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, Volume 4, Nomor 1 (hlm. 11).

Kemendikbud. 2016. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kurniasih, Imas. 2016. Ragam

Pengembangan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.

Marteni Dewi,Ni Made. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH) Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus IV Kecamatan Buleleng”.E-journal. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, Volume 2, Nomor 1 (hlm.8).

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Prenadamedia Group.. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitati dan R&D. Jakarta: Alfabeta.

(11)

11 Sugiyono. 2014.Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2016. Statistik untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Uno, Hamzah. 2012.Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Wisudawati, Asih. 2015. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Akasara

Gambar

Tabel 1. Komposisi Populasi Siswa Kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan  Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017
Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA  Siswa
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Varians Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Dalam pelaksanaan tax amnesty, pihak Kanwil DJP Jatim III menemukan kendala – kendala yang timbul karena masih banyaknya masyarakat yang kurang paham tentang

Masyarakat kesulitan untuk memasarkan hasil kerajinan mereka karena kurangnya akses pendukung yang dapat membantu mereka, harga jual hasil kain tenun sama sekali tidak sesuai

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Adapun penyandang disabilitas dalam pandangan Al-Quran ialah menunjukkan penyandang disabilitas fisik yaitu : Pertama, bertindak sama atau bersikap toleransi

Namun demikian, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap semoga ini dapat memberikan sumbangan berarti

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, semua sektor pembangunan di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan

Pengelompokan menggunakan K-Means dimulai dengan inisialisasi jumlah cluster k. Kemudian inisialisasi pusat cluster k secara acak atau partisi. Tahap selanjutnya