• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Scientific Melalui Metode Guided Discovery terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Scientific Melalui Metode Guided Discovery terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pe"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SD Gugus Perahu kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung dengan subjek penelitian yaitu SD Negeri Campursari 1 yang terletak di Desa Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa dan SD Negeri Purbosari 2 yang terletak di Desa Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa. Letak sekolah berada di wilayah Kecamatan Ngadirejo. Posisi tempat duduk 1 meja untuk 2 siswa, ruangan cukup luas dan terang sehingga para siswa dapat belajar dengan nyaman. Sekolah ini dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu peneliti, diantaranya adalah lokasi kedua sekolah ini yang tidak terlalu jauh dibandingkan dengan sekolah lain, jumlah siswa yang perbedaanya tidak terlalu jauh, karakteristik siswa yang tidak jauh berbeda, serta masalah belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.

(2)

Tabel 4.1

Data Subyek Penelitian SD N 1 Campursari dan SD N 2 Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung

Sekolah Kelas Jenis Kelasmin Jumlah

Siswa Laki-laki Perempuan

Eksperimen SD N 1 Campursari 14 12 26

Kontrol SD N 2 Purbosari 11 16 27

Jumlah Seluruhnya 53

4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Sebelum dan Pada Saat Penelitian

4.1.1.1. Sebelum Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran di kelas 4 pada kelas kontrol yaitu SD N 2 Purbosari sebelum pelaksanaan penelitian khususnya pada mata pelajaran matematika, siswa jarang sekali belajar dalam bentuk kelompok kecil, mereka sering bekerja sendiri. Proses pembelajaran yang dilakukan lebih mengaktifkan guru dan siswa pasif, penyampaian materi yang tidak mengaitkan dengan benda-benda dan pengalaman siswa, tidak adanya kesiapan siswa untuk menerima informasi, menuntut siswa untuk menghafal yang membuat siswa tidak menyukai matematika.

(3)

4.1.1.2. Saat Penelitian

Pembelajaran di kelas kontrol yaitu SD N 2 Purbosari pada saat dilakukan penelitian tidak jauh berbeda dengan sebelum dilakukan penelitian. guru menjelaskan materi di depan kelas dengan menuliskannya di papan tulis, sedangkan siswa mendengar dan mencatat hal-hal yang penting dari apa yang disampaikan guru. Sesekali guru melempar pertanyaan kepada siswa atau memberikan kesempatan pada beberapa siswa untuk mengerjakan contoh soal di papan tulis. Guru tidak mengaitkan materi dengan hal-hal konkret atau menunjukkan dengan benda-benda konkret di sekitar siswa.

Pelaksanaan pembelajaran di SD N 2 Purbosari guru mengajar seperti proses pembelajaran biasa tanpa pemberian treatment karena hanya sebagai kelas kontrol dan pembelajaran yang terjadi juga masih menggunakan metode konvensional. Sehingga pembelajaran yang terjadi juga tidak jauh berbeda dari sebelum pelaksanaan penelitian. Pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan yang dilaksanakan dalam satu hari pada tanggal 12 Mei 2015, dengan alokasi waktu setiap pertemuaannya 2x45 menit. Hal ini karena beberapa pertimbangan dari guru kelas dan peneliti, antara lain karena kegiatan-kegiatan sekolah sehingga sebelumnya sulit untuk mengatur jadwal penelitian, sudah mendekati ujian nasional kelas 6 dan juga guru kelas harus mengejar materi yang sudah tertinggal. Selain itu juga peneliti tidak perlu sering bolak-balik dalam melaksanakan penelitian karena jarak yang tarlampau jauh.

(4)

4.1.2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Sebelum dan Pada Saat Penelitian

4.1.2.1. Sebelum Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran di kelas 4 pada kelas eksperimen yaitu SD N 1 Campursari sebelum pelaksanaan penelitian tidak jauh berbeda dengan pembelajaran yang terjadi pada kelas kontrol. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode konvensional. Siswa jarang sekali belajar dalam bentuk kelompok kecil, mereka sering bekerja sendiri. Proses pembelajaran yang dilakukan lebih mengaktifkan guru dan siswa pasif, penyampaian materi yang tidak mengaitkan dengan benda-benda dan pengalaman siswa, tidak adanya kesiapan siswa untuk menerima informasi, menuntut siswa untuk menghafal yang membuat siswa tidak menyukai matematika.

Proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa hanya sebatas guru menjelaskan materi di depan kelas dengan menuliskannya di papan tulis, sedangkan siswa mendengar dan mencatat hal-hal yang penting dari apa yang disampaikan guru. Siswa dituntut untuk menghafal materi karena guru hanya ceramah di depan dan siswa mendengarkan. Sesekali guru juga melempar pertanyaan lisan untuk dijawab dengan menunjuk salah satu siswa dan juga memberikan kesempatan pada beberapa siswa untuk mengerjakan contoh soal di papan tulis. Pembelajaran tidak menggunakan alat peraga atau media untuk memudahkan siswa belajar, terkecuali hanya papan tulis yang digunakan guru untuk menuliskan pokok-pokok materi. Sama seperti pada kelas kontrol, setelah menyelesaikan satu pokok bahasan guru kemudian memberikan soal ulangan harian untuk dikerjakan siswa secara individu untuk memantau kemajuan belajar siswa.

4.1.2.2. Saat Penelitian

(5)

pelaksanaan penelitian peneliti juga berkoordinasi dengan guru kelas berkaitan dengan rencana pembelajaran, materi yang diajarkan, media, alat dan juga sumber belajar yang digunakan karena guru sebagai pelaksana treatment.

Pertemuan pertama dilakukan sebelum istirahat yaitu jam kedua dan ketiga dengan materi sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok. Guru memulai pembelajaran dengan memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran kemudian memberikan motivasi. Selanjutnya guru mengajak siswa bernyanyi tentang macam-macam bangun ruang sebagai apersepsi kemudian mengulas kembali apa yang sudah dinyanyikan bersama. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran sebelum masuk dalam pembelajaran.

Kegiatan pembelaaran selanjutnya guru membagi kelas menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa secara heterogen. Setiap kelompok diberikan gambar dan contoh bangun ruang, kemudian guru menjelaskan rencana kegiatan yang harus diselesaikan siswa. Mulai dari siswa mengamati gambar dan contoh bangun ruang untuk pengenalan terhadap masalah yang dipelajari, menyusun hipotesis, melakukan kegiatan penemuan sesuai petunjuk yang diberikan guru. setelah itu siswa menyusun hasil penemuan kemudian melaporkan hasilnya di depan kelas hingga akhirnya melakukan evaluasi terhadap kegiatan penemuan yang dilakukan. Selain dalam kelompok setiap siswa juga membuat laporan progres belajarnya secara individu dengan guru memberikan lembar kerja untuk dikerjakan siswa secara individu selama proses pembelajaran.

(6)

Pertemuan kedua yang dilakukan setelah istirahat pertama dengan materi sifat-sifat bangun ruang tabung, kerucut, dan bola. Guru memulai pembelajaran dengan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran kemudian guru memberikan apersepsi dengan mengajak siswa untuk mengingat kembali sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok dan mengajak siswa untuk mengamati bangun ruang tabung, kerucut dan bola yang ada di lingkungan kelas. Setelah itu guru menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran.

Selanjutnya guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok sesuai kelompok pada pertemuan pertama untuk lebih memudahkan pembagian kelompok. Proses pembelajarannya masih sama, mulai dari siswa mengamati gambar dan contoh bangun ruang untuk pengenalan terhadap masalah yang dipelajari, menyusun hipotesis, melakukan kegiatan penemuan sesuai petunjuk yang diberikan guru. Setelah itu siswa menyusun hasil penemuan kemudian melaporkan hasilnya di depan kelas hingga akhirnya melakukan evaluasi terhadap kegiatan penemuan yang dilakukan. Selain dalam kelompok setiap siswa juga membuat laporan progres belajarnya secara individu dengan guru memberikan lembar kerja untuk dikerjakan siswa secara individu selama proses pembelajaran.

Pembelajaran pada pertemuan kedua, guru sudah melakukan bimbingan dengan baik pada siswa dalam setiap tahapannya. Mulai dari tahap memberi bimbingan pada siswa pada saat pengenalan masalah, penyusunan hipotesis, penemuan, penyusunan laporan, penyampaian hasil laporan, evaluasi kegiatan dan juga menyusun rangkuman bersama.

(7)

4.1.2 Uji Normalitas Data

Priyatno (2010 : 71), uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Variabel Hasil Belajar dari Nilai Post Test

Tests of Normality

Nama Sekolah Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Nilai

Siswa

SD N 1 Campursari ,169 26 ,055 ,968 26 ,579 SD N 2 Purbosari ,151 27 ,119 ,940 27 ,125 a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 4.2 mendeskripsikan hasil uji normalitas terhadap penyebaran data, hasil uji normalitas sebagai berikut :

1. Post test kelas eksperimen yaitu SD N 1 Campursari dengan statistik uji yang digunakan yaitu Kolmogorov-Smirnov Test. Dari tabel tersebut nampak tingkat signifikan untuk hasil posttest kelas eksperimen sebesar 0,055. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil post test dari kelompok sampel kelas eksperimen berasal dari populasi berdistribusi normal.

2. Post test kelas kontrol yaitu SD N 2 Purbosari dengan statistik uji yang digunakan yaitu Kolmogorov-Smirnov Test. Dari tabel tersebut nampak tingkat signifikan untuk hasil posttest kelas kontrol sebesar 0,119. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil post test dari kelompok sampel kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal.

4.1.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran responden berkaitan dengan variabel yang digunakan. Analisis deskriptif meliputi skor terendah (minimun), skor tertinggi (maximum), rata-rata (mean), jumlah skor (sum),

(8)

4.1.2.1 Analisis Deskriptif Nilai Rapor Kelas Eksperimen

Analisis deskriptif nilai rapor kelas eksperimen yang merangkum data empirik hasil belajar siswa kelas 4 SD N 1 Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebelum mengikuti pembelajaran yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 20,0 for window. Dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Analisis Deskriptif Nilai Rapor Kelas Eksperimen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Kelas Eksperimen 26 60 78 1729 66,50 5,464 Valid N (listwise) 26

Hasil analisis pada tabel 4.3 dapat diketahui variabel dengan jumlah data (N) sebanyak 26 siswa yang ada di SD N 1 Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, yaitu memperoleh hasil nilai rapot bergerak dari nilai terendah (minimum) 60 sampai nilai tertinggi (maximum) 78 dengan rata-rata nilai (mean) sebesar 66,50 dan standar deviasi 5,464. Serta jumlah dari semua nilai siswa adalah 1729.

Untuk menentukan tinggi rendahnya nilai post test kelas eksperimen digunakan lima kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan menggunakan rumus seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010) sebagai berikut :

Interval =

i = = 3,6

(9)

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Nilai Rapor Kelas Eksperimen SD N 1 Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Frekuensi

(f)

Prosentase

(%) Kategori

1 60 – 63,6 7 27% Sangat rendah

2 63,6 – 67,2 9 35% Rendah

3 67,2 – 70,8 6 23% Sedang

4 70,8 – 74,4 1 4% Tinggi

5 74,4 – 78 3 11% Sangat Tinggi

Jumlah 26 100%

Hasil pada tabel 4.4 dapat diketahui siswa yang mendapat nilai 60 – 63,6 sebanyak 7 anak dengan prosentase 27%, siswa yang mendapat nilai 63,6 – 67,2 sebanyak 9 anak dengan prosentase 35%, siswa yang mendapat 67,2 – 70,8 sebanyak 6 anak dengan prosentase 23%, siswa yang mendapat nilai 70,8 – 74,4 sebanyak 1 anak dengan prosentase 4%, dan siswa yang mendapat nilai 74,4 - 78 sebanyak 3 anak dengan prosentase 11%. Di bawah ini disajikan prosentase distribusi frekuensi nilai rapot kelas eksperimen jika digambarkan dalam bentuk diagaram lingkaran akan terlihat seperti pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Nilai Rapor Kelas Eksperimen

27%

35% 23%

4%

11%

Rapor Kelas Eksperimen

(10)

Gambar 4.1 diketahui bahwa siswa kelas 4 SD Negeri Campursari 1 Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, dari 26 orang siswa dapat dikatakan bahwa mayoritas siswa mendapat nilai 63,6 – 67,2 sebesar 35%.

4.1.2.2 Analisis Deskriptif Nilai Rapor Kelas Kontrol

Analisis deskriptif nilai rapor kelas kontrol yang merangkum data empirik hasil belajar siswa kelas 4 SD N 2 Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebelum mengikuti pembelajaran yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 20,0 for window. Dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Analisis Deskriptif Nilai Rapor Kelas Kontrol

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Kelas Kontrol 27 60 80 1834 67,93 5,588 Valid N (listwise) 27

Hasil analisis pada tabel 4.5 dapat diketahui variabel dengan jumlah data (N) sebanyak 27 siswa yang ada di SD N 2 Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, yaitu memperoleh hasil nilai rapot bergerak dari nilai terendah (minimum) 60 sampai nilai tertinggi (maximum) 80 dengan rata-rata nilai (mean) sebesar 67,93 dan standar deviasi 5,588. Serta jumlah dari semua nilai siswa adalah 1834.

Untuk menentukan tinggi rendahnya nilai post test kelas eksperimen digunakan lima kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan menggunakan rumus seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010) sebagai berikut :

Interval =

(11)

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui nilai interval sebesar 4 sehingga dapat dilihat distribusi frekuensi nilai rapot kelas eksperimen pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Nilai Rapor Kelas Kontrol SD N 2 Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Frekuensi sebanyak 8 anak dengan prosentase 30%, siswa yang mendapat 68 – 72 sebanyak 9 anak dengan prosentase 33%, siswa yang mendapat nilai 72 – 76 sebanyak 3 anak dengan prosentase 11%, dan siswa yang mendapat nilai 76 - 80 sebanyak 2 anak dengan prosentase 7%. Di bawah ini disajikan prosentase distribusi frekuensi nilai rapot kelas eksperimen jika digambarkan dalam bentuk diagaram lingkaran akan terlihat seperti pada gambar 4.2.

(12)

Gambar 4.2 diketahui bahwa siswa kelas 4 SD Negeri Purbosari 2 Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, dari 27 orang siswa dapat dikatakan bahwa mayoritas siswa mendapat nilai 68 – 72 sebesar 33%.

4.1.2.3 Analisis Deskriptif Nilai Post Test Kelas Eksperimen

Analisis deskriptif nilai post test kelas eksperimen yang merangkum data empirik hasil belajar siswa SD N 1 Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung setelah mengikuti pembelajaran yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan rata-rata (mean) dan standar deviasi. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 20,0 for window dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Hasil Analisis Deskriptif Post Test Kelas Eksperimen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Kelas Eksperimen 26 57 90 1942 74,69 7,287 Valid N (listwise) 26

Hasil analisis pada tabel 4.7 dapat diketahui variabel dengan jumlah data (N) sebanyak 26 siswa yang ada di SD N 1 Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, yaitu memperoleh hasil nilai post test bergerak dari nilai terendah (minimum) 57 sampai nilai tertinggi (maximum) 90 dengan rata-rata nilai (mean) sebesar 74,69 dan standar deviasi 7,287. Serta jumlah dari semua nilai siswa adalah 1942.

Untuk menentukan tinggi rendahnya nilai post test kelas eksperimen digunakan lima kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan menggunakan rumus seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010) sebagai berikut :

Interval =

i = = 6,6

(13)

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Eksperimen SD N 1 Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Frekuensi

(f)

Prosentase

(%) Kategori

1 57 – 63,6 2 8% Sangat rendah

2 63,6 – 70,2 5 19% Rendah

3 70,2 – 76,8 8 31% Sedang

4 76,8 – 83,4 9 34% Tinggi

5 83,4 - 90 2 8% Sangat Tinggi

Jumlah 26 100%

Hasil analisis pada tabel 4.8 dapat diketahui siswa yang mendapat nilai 57-63,6 sebanyak 2 anak dengan prosentase 8%, siswa yang mendapat nilai 57-63,6-70,2 sebanyak 5 anak dengan prosentase 19%, siswa yang mendapat 70,2-76,8 sebanyak 8 anak dengan prosentase 31%, siswa yang mendapat nilai 76,8-83,4 sebanyak 9 anak dengan prosentase 34%, dan siswa yang mendapat nilai 83,4-90 sebanyak 2 anak dengan prosentase 8%. Di bawah ini disajikan prosentase distribusi frekuensi nilai post test kelas eksperimen jika digambarkan dalam bentuk diagaram lingkaran akan terlihat seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Eksperimen

8%

19%

31% 34%

8%

Post Test

Kelas Eksperimen

(14)

Gambar 4.3 diketahui bahwa siswa kelas 4 SD Negeri Campursari 1 Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, dari 26 orang siswa dapat dikatakan bahwa mayoritas siswa mendapat nilai 76,8 – 83,4 sebesar 34%.

4.1.2.4 Analisis Deskriptif Nilai Post Test Kelas Kontrol

Analisis deskriptif nilai post test kelas kontrol yang merangkum data empirik hasil belajar siswa SD N 2 Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung setelah mengikuti pembelajaran yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan rata-rata (mean) dan standar deviasi. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 20,0 for window dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Hasil Analisis Deskriptif Post Test Kelas Kontrol

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Kelas Kontrol 27 50 83 1899 70,33 7,864 Valid N (listwise) 27

Hasil analisis pada tabel 4.9 dapat diketahui variabel dengan jumlah data (N) sebanyak 27 siswa yang ada di SD N 2 Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, yaitu memperoleh hasil nilai post test bergerak dari nilai terendah (minimum) 50 sampai nilai tertinggi (maximum) 83 dengan rata-rata nilai (mean) sebesar 70,33 dan standar deviasi 7,864. Serta jumlah dari semua nilai siswa adalah 1899.

Untuk menentukan tinggi rendahnya nilai post test kelas eksperimen digunakan lima kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan menggunakan rumus seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010) sebagai berikut :

Interval =

(15)

Hasil perhitungan di atas, diketahui nilai interval sebesar 6,6, sehingga dapat dilihat distribusi frekuensi nilai post test kelas eksperimen pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Kontrol SD N 2 Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Frekuensi

Hasil dari tabel 4.10 dapat diketahui siswa yang mendapat nilai 50 - 56,6 sebanyak 2 anak dengan prosentase 7%, siswa yang mendapat nilai 56,6 – 63,2 sebanyak 3 anak dengan prosentase 11% , siswa yang mendapat 63,2 – 69,8 sebanyak 5 anak dengan prosentase 19%, siswa yang mendapat nilai 69,8 – 76,4 sebanyak 10 anak dengan prosentase 37%, dan siswa yang mendapat nilai 76,4 -83 sebanyak 7 anak dengan prosentase 26%. Di bawah ini disajikan prosentase distribusi frekuensi nilai post test kelas eksperimen jika digambarkan dalam bentuk diagaram lingkaran akan terlihat seperti pada gambar 4.4.

(16)

Gambar 4.4 diketahui bahwa siswa kelas 4 SD Negeri Campursari 1 Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, dari 26 orang siswa dapat dikatakan bahwa mayoritas siswa mendapat nilai 69,8 – 76,4 sebesar 37%.

4.1.4 Uji Homogenitas

Priyatno (2010 : 76) menguraikan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Analisis ini menggunakan program SPSS for Windows yaitu Independent Samples T Test. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama.

Tabel 4.11

Uji Homogenitas Variabel Hasil Belajar dari Nilai Post Test

(17)

4.1.5 Uji Hipotesis

Uji Hipotesis yang digunakan adalah uji dua sampel tidak berhubungan (Independen Samples T-Test). Sebelum dilakukan Uji-T sebelumnya dilakukan uji homogenitas dengan F tes artinya jika varians sama, maka uji T menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal variances not Assumed (diasumsikan varian berbeda).

Penelitian terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata hasil pembelajaran matematika antara kedua kelas. Masing-masing kelas diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan scientific melalui metode guided discovery sedangkan di kelas kontrol mengunakan metode kenvensional tetapi dengan materi pembelajaran yang sama yaitu sifat-sifat bangun ruang sederhana.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan materi yang sama tetapi dengan perlakuan yang berbeda, evaluasi diberikan kepada kedua kelas tersebut dengan soal yang sama. Dari hasil pembelajaran yang dilakukan setelah perlakuan, nilai tes untuk kedua kelompok tersebut dianalisis menggunakan T-Test. T-Test digunakan untuk mengetahui pengaruh pendekatan scientific melalui metode guided discovery terhadap hasil belajar siswa kelas 4 SD 1 Campursari (kelas eksperimen). Hasil T-Test tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis

Group Statistics

Nama Sekolah N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Nilai Siswa SD N 1 Campursari 26 74,69 7,287 1,429 SD N 2 Purbosari 27 70,33 7,864 1,513

Hasil uji pada tabel 4.12 Group Statistics di atas, nilai rata-rata (mean)

menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 74,69, sedangkan

nilai rata-rata siswa kelas kontrol sebesar 70,33. Hal tersebut menunjukan pengaruh

(18)

(kelas eksperimen). Artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari

pada kelas kontrol.

Berdasarkan tabel 4.11 Independent Samples Test. Oleh karena nilai signifikansi pada uji F adalah 0,877 lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua sapel memiliki varian sama (varian kelompok kelas eksperimen dan kontrol adalah sama). Dengan ini penggunaan uji T menggunakan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama), untuk itu dibandingkan T hitung dengan T tabel dan probabilitas. Oleh karena T hitung > T tabel (2,091 > 2,008) dan signifikansi (0,042 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara rata nilai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai kelas kontrol. Pada table 4.14 group statistics terlihat rata-rata (mean) untuk kelas eksperimen adalah 74,69 dan untuk kelas kontrol 70,33, artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

Sedangkan perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 4,359 (74,692– 70,333) dan perbedaan berkisar antara 0,174 sampai 8,544.

Jadi, hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan penggunaan pendekatan scientific melalui metode guided discovery terhadap hasil belajar siswa kelas 4 di SD Negeri Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

(19)

Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan, hal ini disebabkan bahwa dengan penggunaan pendekatan scientific melalui metode guided discovery merupakan salah satu bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses penemuan siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru, agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai dapat terlaksana dengan baik. Sehingga proses pembelajaran tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Sesuai dengan pendapat Bruner (dalam Dahar, 1996: 103) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, dapat menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Hal tersebut dapat dilihat dari setiap tahap kegiatan pembelajaran yang dilakukan, mulai dari siswa mengamati bangun ruang yang disediakan untuk mengenal terhadap masalah yang akan dipelajari. Siswa mengamati media bangun ruang dengan arahan guru untuk mengenali masalah yang berkaitan dengan bagian-bagian bangun ruang. Setelah itu guru memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan bagian-bagian bangun ruang yang siswa merumuskan hipotesis. Dalam kegiatan perumusan hipotesis siswa juga mengajukan pertanyaan kepada guru tentang informasi yang belum dipahami dan untuk mendapat informasi tambahan dalam merumuskan hipotesis.

(20)

media bangun ruang berkaitan dengan masalah siswa dalam mencari informasi. Setelah mengumpulkan informasi yang diperlukan, siswa mengolah informasi tersebut dan membuat kesimpulan. Dengan bimbingan dan arahan dari guru, pengolahan informasi yang dilakukan siswa lebih terarah berdasarkan informasi yang diperoleh masing-masing siswa untuk mendapatkan kesimpulan tentang sifat-sifat bangun ruang.

Informasi yang sudah diolah kemudian disajikan di depan kelas untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, dan juga media bangun ruang. Untuk mengetahui kegiatan penemuan yang sudah dilakukan berjalan dengan atau tidak, siswa bersama guru melakukan evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan. Siswa menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi kemudian bersama-sama dengan siswa lain dan juga guru mencari solusi dari kesulitan atau permasalahan yang dihadapi.

Penggunaan LKS dalam kegiatan pembelajaran juga mempermudah siswa dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan. Siswa mencari informasi yang diperlukan berdasarkan petunjuk dalam LKS dan bimbingan dari guru. dalam lembar kerja disediakan petunjuk-petunjuk untuk siswa dalam melakukan setiap tahapan kegiatan dan juga berisi panduan untuk siswa dalam mencari informasi yang diperlukan. Dengan disediakannya petunjuk-petunjuk tersebut siswa lebih mudah menemukan informasi dan mengolahnya untuk mendapatkan kesimpulan tentang sifat-sifat bangun ruang.

(21)

penggunaan media dan alat peraga dalam menemukan informasi yang dibutuhkan juga menunjukkan hal baik dengan mengikuti setiap petunjuk yang diberikan.

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Variabel Hasil Belajar dari Nilai Post Test
Tabel 4.4
Hasil Analisis Deskriptif Nilai Rapor Kelas KontrolTabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gender adalah sifat yang melekat baik pada kaum laki-laki maupun perempuan yang di kontruksikan baik secara social maupun cultural. Misalnya perempuan dikenal lemah lembut,

Kebijakan pelayanan kesehatan menjadi salah satu komponen yang utama (Pujowati, 2012). Peningkatan pelayanan kesehatan yang baik seharusnya tidak berhenti sampai pada

Seed Vigor Testing Handbook.. Association of Seed Analysts,

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara komunikasi efektif dengan perilaku caring perawat terhadap pasien di ruang Asoka RSUD Jombang.. Sebagai

Sasaran dalam asuhan comtinue of care ini adalah Ny “M” GII P10001 32 minggu dengan Kurang Energi Kronis di BPM Minarti Amd.Keb Desa Trawasan Kecamatan Sumobito

Fenomena tersebut akan terlihat di muka bumi, dengan pengetahuan surat al`quran diatas dan sedikit penerapan ilmu matematika dapat diketahui perhitungan 1 syawal atau hari Raya

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penjiwaan profesi dan kemampuan mengajar terhadap kinerja guru MI di Kecamatan Klego

Sebenarnya, narkoba merupakan jenis obat-obatan yang biasanya dipakai dokter untuk membius pasien saat akan dilakukan operasi atau obat-obatan yang digunakan untuk proses