• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI GURU DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI WONOGIRI TAHUN 2022/2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI GURU DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI WONOGIRI TAHUN 2022/2023"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

1

TESIS

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI GURU DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI WONOGIRI

TAHUN 2022/2023

ROHMAT SETIAWAN NIM. 184031048

Tesis Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA TAHUN 2022

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan (Asf & Mustofa, 2013:155-156).

Keberhasilan seorang guru harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, apabila guru telah memenuhi kriteria tersebut berarti seorang guru dapat dikatakan berhasil dan memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya apabila seorang guru belum memenuhi kriteria yang baik maka guru belum dapat dikatakan berhasil.

Peran guru sebagai tenaga pendidik merupakan sosok penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah. Peran tersebut tercermin dari bagaimana guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

Mangkunegara (2013:10) kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang melekat kepadanya. Kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan

(3)

3 belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.

Yogaswara (2010) dalam artikelnya menyimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan kerja seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku yang ditampilkan. Kemampuan memahami dan bertingkah laku sesuai harapan dapat diartikan sebagai faktor kerja, kemampuan kerja yang tinggi atau rendah dapat terlihat dari apa yang telah dicapai dan prestasi yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Artinya, kinerja guru merupakan keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu, meliputi aspek kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan metode, menguasai bahan pembelajaran dan memanfaatkan sumber belajar, bertanggung jawab memantau hasil belajar mengajar, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam melaksanakan pengajaran, melakukan interaksi dengan murid untuk menimbulkan motivasi, kepribadian yang baik, jujur serta obyektif pada saat membimbing siswa, mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan pemahaman dalam administrasi pengajaran.

Tugas dan peran seorang guru, telah dijelaskan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 menjelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan

(4)

4 peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Melihat posisi guru yang penting dalam sistem pendidikan nasional, tentu saja kinerja guru menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan baik tidaknya seorang guru dalam melaksanakan tugasnya (Suharsaputra, 2013:178).

Permendiknas RI No. 18 Tahun 2007 menjelaskan bahwa ada empat kompetensi sebagai guru profesional yaitu kompetensi pedagogik, proesional, sosial dan kepribadian. Kompetensi yang dimiliki guru tersebut menunjukkan pada kinerja seorang guru. Dalam konteks perubahan saat ini, kinerja inovatif menjadi suatu tuntutan yang makin mendesak untuk dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik sehingga dapat melahirkan lulusan yang kreatif dan inovatif yang dapat bersaing di era global saat ini. Dengan demikian, upaya untuk terus mengembangkan kinerja guru menjadi hal yang penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, dan hal ini memerlukan manajemen kinerja yang tepat (Suharsaputra, 2013:179).

Hasil observasi awal peneliti, salah satu sekolah yang ingin terus memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru adalah Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri. MAN Wonogiri merupakan lembaga pendidikaan islam yang berada di jalan Raden Mas Said, Tlogorejo, Singodutan, Kec. Selogiri, Kab.

Wonogiri, Jawa Tengah yang berkomitmen kuat untuk mengembangkan kualitas madrasah menjadi yang terbaik. Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri ini memiliki guru PNS dan Non PNS/GTT sejumlah 77 orang. MAN Wonogiri memiliki visi dan misi untuk menjadikan madrasah ini menjadi

(5)

5 sekolah islam yang layak dan menjadi contoh bagi lembaga pendidikan islam lainnya agar menjadi madrasah yang berintegritas dan berkualitas serta untuk mewujudkan Madrasah Hebat dan Bermartabat. Demi mewujudkan visi dan misi madrasah tersebut, MAN Wonogiri harus terus berupaya untuk mengoptimalkan kinerja para gurunya sebagai ujung tombak dari sebuah proses pembelajaran yaitu dengan memperhatikan berbagai aspek yang ada.

(Wawancara dengan Bapak Drs. Suratno, Waka Kurikulum MAN Wonogiri, tanggal 19 November 2021 pukul 09.30)

Pencapaian kinerja seorang guru secara optimal tidak akan terwujud begitu saja, selain adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia yang terarah dan terkoordinasi dengan baik, serta harus didukung juga oleh faktor- faktor yang lain. Faktor tersebut antara lain pengawasan, kondisi lingkungan kerja fisik maupun nonfisik, kepemimpinan, kepuasan kerja, kompensasi, teknologi, disiplin kerja, motivasi, pendidikan pelatihan dan sebagainya.

Berikut ini data kondisi kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun 2021 :

Tabel 1.1

Data Kinerja Guru MAN Wonogiri Tahun 2020

No Kompetensi Nilai yang

diharapkan

Nilai yang dicapai

Jumlah

guru Range

A.Pedagogik

1 Pengembangan Kurikulum 90-100 66 16 Cukup

2 Menguasai karakteristik pendidik 90-100 77 7 Baik

3 Kegiatan pembelajaran yang

mendidik 90-100 66 13 Cukup

(6)

6 4

Menguasai dan memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

90-100 67 9 Cukup

5 Komunikasi dengan peserta didik 90-100 80 12 Baik

6 Pengembangan potensi peserta

didik 90-100 66 11 Cukup

7 Penilaian dan evaluasi 90-100 70 9 Cukup

Jumlah 77

Nilai Kompetensi 100 70,3 Cukup

B. Kepribadian 8

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional

90-100 91 27 Sangat

Baik 9 Menunjukan pribadi yang

dewasa dan teladan 90-100 91 27 Sangat baik

10

Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru

90-100 82 23 Baik

Jumlah 77

Nilai Kompetensi 100 88 Baik

C. Sosial

11

Komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidikan, orang tua peserta, dan masyarakat

90-100 79 37 Cukup

12 Bersikap obyektif serta tidak

diskriminatif 90-100 91 40 Sangat

Baik

Jumlah 77

Nilai Kompetensi 100 85 Baik

D. Profesional

13

Menguasai materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung

90-100 83 34 Baik

14

Mengembangkan profesional melalui pemahaman

kompetensi yang di ampu

90-100 66 43 Cukup

Jumlah 77

Nilai Kompetensi 100 74,5 Cukup

Sumber : Data Hasil PKG MAN Wonogiri Tahun 2021

(7)

7 Nilai Kompetensi :

Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 90 - 100 Baik : apabila memperoleh skor : 80 - 89 Cukup : apabila memperoleh skor : 70 - 79 Kurang : apabila memperoleh skor : < 69

Dari tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa kinerja guru yang masih kurang maksimal, yaitu pada kompetensi pedagogik dan profesional dengan hasil PKG masing-masing nilai dari kompetensi tersebut 70,3 (cukup) untuk kompetensi pedagogik dan 74,5 (cukup) untuk kompetensi profesional, yang artinya belum sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Penelitian Pujiastuti dan Sriwidodo (2011) memaparkan bahwa kinerja guru sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Salah satu indikatornya adalah kurangnya kedisiplinan dan pengawasan guru terhadap materi pelajaran serta metode mengajar belum optimal. Dengan demikian mutu profesi, kualitas dan kompetensi guru masih dirasa belum memenuhi standar. Kinerja guru yang berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan, menyebabkan kemampuan siswa tidak dapat berkembang secara optimal dan utuh seperti apa yang diinginkan (Hartiwi dkk, 2020;Ivanova dkk, 2020).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru yaitu kemampuan guru dalam penguasaan teknologi informasi, hal ini ditunjukkan dengan kurang mampunya seorang guru dalam menggunakan sarana teknologi informasi seperti komputer dan sarana online yang dimiliki oleh sebuah sekolah. Kecenderungan hal tersebut dikarenakan faktor usia ataupun

(8)

8 penggunaan sarana dengan tidak pada tujuannya. Terkadang sarana teknologi informasi malah disalahgunakan untuk bermain game atau media sosial pada saat jam kerja.

Selain itu, rendahnya keterampilan guru dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi dapat menghambat perkembangan sekolah. Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh Munir (2009:42) dalam bukunya, teknologi informasi dan komunikasi memberikan kontribusi terhadap percepatan pemerataan belajar dan peningkatan kualitas pendidikan dengan tersedianya sumber informasi yang begitu banyak serta mudah didapatkan, dimana hal tersebut sulit jika dilakukan dengan cara-cara konvensional. Di sisi lain, fungsi teknologi informasi dan komunikasi juga berhubungan dengan kegunaan dan efektivitas, seperti memudahkan pekerjaan, menambah produktivitas dan meningkatkan kinerja.

Seorang guru yang memiliki kemampuan teknologi informasi yang tinggi berarti memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai teknologi informasi dan dapat memanfaatkannya secara maksimal sehingga dapat meningkatkan kinerjanya sebagai guru, begitu sebaliknya. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran tentu tergantung pada kemampuan dan kreativitas pendidik dalam mengoperasikan media pembelajaran tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Sonang (2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor disiplin kerja juga memegang peranan penting dalam meningkatkan keberhasilan guru mengajar. Disiplin kerja yang baik sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

Sutrisno (2016:89) menyatakan bahwa, disiplin merupakan perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang ada atau disiplin

(9)

9 adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis. Dengan demikian bila seorang guru melanggar peraturan yang ada, maka guru tersebut memiliki disiplin kerja yang buruk. Sebaliknya jika para guru tunduk dan patuh terhadap peraturan tempatnya bekerja, maka itu menggambarkan bahwa adanya kondisi disiplin kerja yang sangat baik.

Berdasarkan uraian di atas patut diduga bahwa terdapat hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja guru. Artinya semakin tinggi disiplin kerja, maka semakin tinggi kinerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan disiplin kerja dengan kinerja guru adalah positif. Dengan kata lain, didiplin kerja sangat dibutuhkan oleh organisasi karena peningkatan kinerja guru akan sukar dicapai bila tidak ada disiplin kerja.

Berdasarkan berbagai uraian diatas, mengindikasikan masih rendahnya kemampuan guru dalam penguasaan teknologi informasi, masih rendahnya disiplin guru, dan masih rendahnya kinerja guru. Maka dengan persoalan tersebut dapat mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Penguasaan Teknologi Informasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri Tahun 2022/2023”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah yang menunjukkan kurang

(10)

10 optimalnya kinerja guru yang ada dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Masih terdapat guru yang belum memberikan inovasi dalam sistem pembelajaran didalam kelas

2. Masih terdapat beberapa guru yang kurang menguasai materi, ditandai dengan masih terpakunya beberapa guru menggunakan buku pegangan disaat mengajar

3. Masih terdapat keterlambatan dalam pengumpulan perangkat administrasi pendidikan para guru

4. Keterlambatan guru dari segi kehadiran

5. Kurangnya kompetensi guru dalam penggunaan teknologi informasi yang telah disediakan oleh sekolah yang terkadang dipengaruhi oleh faktor usia.

6. Terdapat perbedaan kemampuan penggunaan teknologi informasi antar guru.

7. Kurangnya penggunaan teknologi informasi sebagai alat penunjang kinerja guru.

8. Guru belum menjadi figur atau teladan dalam mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Berangkat dari beberapa masalah diatas, dan menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini karena banyaknya faktor yang

(11)

11 memHubungani kinerja para guru, maka perlu adanya pembatasan masalah.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kemampuan penguasaan teknologi informasi dalam penelitian membahas mengenai minat, sikap dan kemampuan guru terhadap penguasaan dan penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran guna meningkatkan kinerjanya.

2. Disiplin kerja yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu berupa sikap disiplin para guru dalam menjalankan peraturan yang ada di madrasah.

3. Kinerja guru dalam penelitian ini adalah merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah serta menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam melakukan aktivitas pembelajaran (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi).

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan teknologi informasi guru terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun 2022/2023.

2. Apakah terdapat hubungan antara disiplin kerja terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun 2022/2023.

(12)

12 3. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan teknologi informasi guru dan disiplin kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun 2022/2023.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Hubungan antara penguasaan teknologi informasi guru terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun 2022/2023.

2. Hubungan antara disiplin kerja terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun 2022/2023.

3. Hubungan antara penguasaan teknologi informasi guru dan disiplin kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun 2022/2023.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori yang berkaitan dengan hubungan antara penguasaan teknologi informasi guru dan disiplin kerja terhadap kinerja guru

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan /Kementerian Agama

(13)

13 Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang kaitannya dengan peningkatan kinerja guru.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk dapat mengembangkan diri dalam rangka meningkatkan kompetensi profesinya sebagai guru

c. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input dan bahan evaluasi bagi pimpinan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam mendisiplinkan guru untuk meningkatkan keprofesionalan dan kinerja guru.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi studi perbandingan antara pengetahuan teoritis dengan kondisi nyata di lapangan, khususnya mengenai hubungan antara penguasaan teknologi informasi guru dan disiplin kerja terhadap kinerja Guru

(14)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Penguasaan Teknologi Informasi a. Pengertian

Penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan , pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal (KBBI, 2003:604).

Nurgiyantoro (2001:162) menyatakan bahwa penguasaan merupakan kemampuan seseorang yang dapat diwujudkan baik dari teori maupun praktik. Seseorang dapat dikatakan menguasai sesuatu apabila orang tersebut mengerti dan memahami materi atau konsep tersebut sehingga dapat menerapkannya pada situasi atau konsep baru.

Sedangkan teknologi informasi, Menurut McKeown dalam Suyanto (2005:10) teknologi informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya.

Teori yang lain juga diungkapkan oleh Williams dalam Suyanto (2005:10) teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan,

(15)

15 memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan, dan atau menyampaikan informasi.

Dalam undang-undang ITE Nomor 19 tahun 2016 pasal 1 ayat 3 mengemukakan teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan atau menyebarkan informasi.19 Dari pengertian teknologi informasi menurut undang di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi terkait dengan kegiatan mengumpulkan, menyimpan dan mempublikasikan informasi.

Menurut Wiliam dan Sawyer sebagaimana dikutip oleh Abdul Kadir (2003:25), teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi, yang membawa data suara, dan video. Definisi ini sekaligus memperlihatkan bahwa terdapat dua komponen utama dalam teknologi informasi yaitu komputer dan komunikasi.

Menurut Bambang Warsita (2008:135) teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Lantip dan Rianto (2011:4) teknologi informasi diartikan sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan perkembanganya sangat pesat. Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo (2011:57) juga

(16)

16 mengemukakan teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data. Pengolahan itu termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu.

Dari beberapa pendapat dan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian dari penguasaan teknologi informasi adalah suatu kesanggupan, kecakapan, kepandaian, pemahaman dan pengetahuan seseorang dalam memproses atau menggunakan suatu teknologi ((hardware, software, useware), alat atau piranti yang digunakan untuk mengolah suatu data, memproses data data, menyusun serta menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan sebuah informasi yang berkualitas, relevan, akurat dan tepat waktu, untuk menyelesaikan tugas-tugas secara praktis dan mudah, dan kalau ditarik dalam dunia pendidikan tentu saja teknologi berguna untuk memudahkan pekerjaan guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Semakin tinggi kemampuan guru dalam menguasai dan menggunakan teknologi informasi, maka guru akan semakin mudah dalam menyelesaikan tugasnya yang akan berdampak pada meningkatnya kinerja.

b. Komponen Teknologi Informasi

Teknologi informasi memiliki beberapa komponen utama yang mendukungnya. Komponen-komponen yang mendukung teknologi

(17)

17 informasi diantaranya adalah komputer (sistem komputer), komunikasi, dan keterampilan bagaimana menggunakannya (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 107).

1) Komputer (sistem komputer)

Komputer meliputi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan alat penyimpanan (storage). Sistem komputer terdiri dari komputer, software, informasi, pemrograman, manusia, dan komunikasi.

2) Komunikasi

Beberapa fasilitas komunikasi yang sering digunakan diantaranya adalah modem, multiplexer, concentrator, pemroses depan, bridge, gateway, dan network card.

3) Keterampilan Penggunaan

Semua kemajuan dan perkembangan teknologi yang ada akan sia- sia apabila sumber daya manusia yang ada tidak mampu menguasainya. Sebaliknya kebermanfaatan teknologi informasi akan semakin terasa apabila sumber daya manusia yang ada mengetahui apa, kapan, dan bagaimana teknologi informasi tersebut dapat digunakan secara optimal.

Sedangan menurut Abdul Kadir (2003: 14) secara garis besar teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat keras merupakan peralatan yang bersifat fisik seperti memori, printer

(18)

18 dan keyboard. Perangkat lunak merupaan instruksi-instruksi untuk mengatur perangkat keras agar bekerja sesuai dengan instruksi- instruksi tersebut. Lebih lanjut Hag (Abdul Kadir, 2003: 14) membagi teknologi informasi menjadi 6 kelompok yaitu :

1) Teknologi masukan (input technology) yaitu segala perangkat yang digunakan untuk menangkap data/informasi dari sumber asalnya, contohnya barcode scanner dan keyboard.

2) Teknologi keluaran (output technology) yaitu semua perangat yang digunaan untuk menyajikan informasi baik itu berupa softcopy maupun hardcopy (tercetak), contohnya monitor dan printer.

3) Teknologi perangkat lunak (software technology) yaitu sekumpulan instruksi yang digunakan untuk mengendalikan perangkat keras komputer, contohnya Microsoft Office Word untuk pengolah kata.

4) Teknologi penyimpanan (storage technology) merupakan segala perangkat yang digunakan untuk menyimpan data, contohnya tape, hardisk, fashdisk, disket.

5) Teknologi komunikasi (telecomunication technology) merupakan teknologi yang memungkinkan hubungan jarak jauh, contohnya internet.

6) Mesin pemroses (processing machines) atau CPU, merupakan komponen yang berfungsi untuk mengingat data/program (berupa komponen memori), dan program berupa komponen (CPU).

Senada dengan pendapat tersebut Sutarman (2009: 87) menegaskan bahwa komponen dasar yang terdapat dalam sistem komputer terdiri dari :

1) Perangkat keras (hardware)

Perangkat keras merupakan perangkat keras yang terdapat dalam sistem komputer. Perangkat keras komputer terdiri dari beberapa bagian yaitu :

a) alat input yang terdiri dari keyboard, mouse, dll

(19)

19 b) alat pemroses yang terdiri dari CPU (Central Processing Unit), media penyimpanan serta alat penghubung

c) alat output yang terdiri dari monitor dan printer 2) Perangkat lunak (software)

Perangkat lunak merupakan suatu program yang berisi barisan instruksi yang ditulis ke dalam bahasa komputer dan dimengerti oleh hardware.

3) User, operator, administrator (brainware)

User atau operator adalah orang yang mampu mengoperasikan komputer, sedangkan administrator adalah orang yang mengatur atau merancang sistem kerja, urutan kerja, pengolahan data sampai dengan output.

Dari beberapa penjelasan tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa teknologi informasi terdiri dari beberapa komponen yaitu : perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan keterampilan manusia dalam menggunakannya (brainware).

Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hardware yaitu alat atau media yang digunakan untuk membantu menyampaikan materi kepada peserta didik, software yaitu program atau aplikasi yang terkandung di dalam alat atau media, sedangkan merupakan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengoperasikan media tersebut.

c. Manfaat Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi informasi telah merubah paradigma pembelajaran di Indonesia yaitu dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis teknologi informasi. Pengajar tidak lagi hanya berceramah di depan kelas sambil menulis di papan tulis, kemudian

(20)

20 peserta didik hanya duduk dan mencatatnya saja melainkan telah mengarah pada pembelajaran yang mulai memanfaatkan perkembangan teknologi. Beberapa hasil dari perkembangan teknologi yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran misalnya televisi, VCD / DVD, dan komputer. Menurut Muhammad Yaumi seperti yang dikutip dalam Jamal Ma’mur Asmani (2011: 115- 116) bahwa perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan yang begitu besar bagi dunia pendidikan.

Untuk dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada dibutuhkan keterampilan khusus yang harus dimiliki seorang guru.

Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 112) keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi sama pentingnya dengan kemampuan membaca, menulis, berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, serta bekerja dalam kelompok.

Menurut Bambang Warsita (2008:150-151), secara umum ada tiga pemanfaatan teknologi informasi atau instruksional komputer dan internet untuk pendidikan dan pembelajaran, adalah : 1) Learning about computers and the internet, yaitu Komputer dapat dijadikan sebagai objek pembelajaran, misalnya ilmu komputer (computer science). 2) Learning with computers and the internet, yaitu teknologi informasi memfasilitasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Misalnya Pustekkom, Depdiknas mengembangkan

(21)

21 progam CD multimedia interaktif untuk mata pelajaran. 3) Learning through computers and the internet, yaitu mengintegrasikan pengembangan keterampilan-keterampilan berbasis teknologi informasi dengan aplikasi-aplikasi dalam kurikulum.

Jejen Musfah (2011: 113-114) mengemukakan bahwa teknologi informasi akan membawa manfaat bagi kinerja guru yaitu :

1) Menambah wawasan keilmuan

Guru dapat menambah wawasan keilmuan dengan mengakses informasi melalui fasilitas internet.

2) Memungkinkan guru untuk berinteraksi dengan rekan seprofesi di luar lingkungannya

Adanya fasilitas komputer dan internet juga memungkinkan guru dapat berkomunikasi, saling bertukar ide dan pendapat mengenai berbagai permasalahan dalam pembelajaran sehingga kedepannya bermanfaat untuk peningkatan mutu guru.

3) Mempermudah kerja guru

Penulisan dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih mudah dengan menggunakan bantuan komputer sehingga, dari sisi waktu juga lebih cepat dibandingkan dengan cara manual

4) Mempermudah guru dalam menyampaikan pengajaran (pesan atau informasi) kepada siswa

(22)

22 Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, guru dalam menyampaikan informasi pada siswa tidak hanya dengan berbicara dan menulis di papan tulis saja akan tetapi bisa menggunakan bantuan fasilitas Powerpoint dalam bentuk tulisan, gambar maupun tabel. Sehingga materi pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi.

5) Memotivasi guru untuk produktif atau lebih produktif dalam berkarya

Dengan adanya komputer, memungkinkan guru untuk dapat menuliskan idenya kapan pun dan dimana pun.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa teknologi informasi dapat membawa manfaat yang cukup besar jika diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran dan dunia pendidikan.

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penerapan teknologi informasi diantaranya yaitu : a) dapat meningkatkan minat belajar melalui penggabungan unsur audio-visual (multimedia); b) dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera, c) sebagai sumber ilmu pengetahuan; d) sebagai alat pendukung dalam mengatasi keterbatasan panca indera; e) membantu memotivasi siswa agar dapat mengevaluasi dan mempelajari teknologi informasi dan komunikasi untuk terus belajar sepanjang hayat; f) mempermudah kerja guru dan mempermudah dalam penyampaian

(23)

23 materi kepada siswa; g) memotivasi guru untuk lebih produktif dalam berkarya.

d. Indikator Teknologi Informasi

Menurut An An Herliani dan Dinn Wahyudin (2018:138), memiliki kemampuan di bidang TIK diharapkan dapat menjadi penopang bagi kompetensi dan profesional guru. Dimana dengan adanya kemampuan tersebut guru dapat mengintegrasikan TIK dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas guru yang lainnya. Adapun kemampuan TIK yang perlu dimiliki oleh guru setidaknya meliputi beberapa apsek, yaitu pertama keterampilan dalam merancang dan mengatur semua elemen yang mengarah kepada kontruksi pendidikan yang diaplikasikan dengan TIK untuk pembelajaran. Kedua, keterampilan dalam memfasilitasi dan menerapkan perencanaan pendidikan yang direfleksikan dalam proses pembelajaran. Ketiga kemampuan dalam mengevaluasi efektivitas pembelajaran yang diintegrasikan dengan TIK.

Menurut Warsihna dalam Rivalina (2014:168), kemampuan TIK yang perlu dimiliki oleh guru sekurang-kurangnya memenuhi empat hal, yaitu:

1) Mempunyai kemampuan tentang dasar-dasar teknologi informasi dan komunikasi.

2) Mempunyai kemampuan mendalami, menambah atau mencari pengetahuan melalui teknologi informasi dan komunikasi.

(24)

24 3) Mempunyai kemampuan untuk mengkreasikan pengetahuan

dengan teknologi informasi dan komunikasi.

4) Mempunyai kemampuan berbagi ilmu pengetahuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, baik kepada peserta didik maupun kepada sesama guru.

Menurut Imam Abdul Syukur (2014:204-208), kemampuan TIK adalah keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi, komunikasi dan teknologi digital atau jaringan untuk mengakses, memproses, menyimpan, mengintegrasikan, mengevaluasi, membuat dan mengkomunikasikan informasi sesuai dengan fungsinya. Adapun indikator kemampuan TIK guru antara lain yaitu, persepsi guru terhadap pengimplementasian TIK, penggunaan komputer dalam proses pembelajaran, pemanfaatan internet dalam proses pembelajaran, kemampuan mengolah slide presentasi, kemampuan membuat dan mencetak lembar kerja, serta kemampuan instalasi dan penggunaan aplikasi-aplikasi sederhana yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

SIBIS (Statistical Indicators Benchmarking The Information Society ) membagi indikator dalam beberapa bagian, readiness for e- science, Use of e-science, Inpact of e-sciece, yaitu kesiapan, penggunaan dan dampak, dan terkait dengan kemampuan menggunakan teknologi informasi SIBIS juga menetapkan indikator

(25)

25 computer skills, dan internet skills, yaitu terkait dengan kemampuan menggunakan komputer dan kemampuan berinternet.

Sementara Munir (2014:71) dalam bukunya menjelaskan tentang beberapa indikator kemampuan TIK yang semestinya dimiliki oleh seorang guru, yaitu setidaknya mencakup hal-hal seperti:

1) Kemampuan mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam kurikulum.

2) Mengetahui dan menguasai pengoperasian komputer dan perangkat-perangkat yang lainnya

3) Mempunyai kemampuan memilih dan menggunakan aplikasi- aplikasi baik yang digunakan dalam pembelajaran maupun dalam manajemen administrasi lainnya.

4) Mengetahui teknik-teknik pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

5) Memiliki pemahaman, etika, hukum dan keselamatan tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

6) Peka terhadap perkembangan teknologi saat ini, khususnya yang berkaitan dengan bidang pendidikan.

Berdasarkan kajian pustaka diatas maka dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk menjelaskan penguasaan teknologi informasi mencakup hal-hal seperti kemampuan mengoperasikan komputer dan peripheralnya, kemampuan menggunakan aplikasi- aplikasi sederhana yang ada di komputer, kemampuan mencari

(26)

26 informasi yang dibutuhkan terutama yang berkaitan dengan materi pembelajaran, kemampuan membagikan informasi, kemampuan memanfaatkan sebagai alat pendukung kegiatan pembelajaran, serta kemampuan menggunakan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan untuk pembelajaran.

e. Faktor-Faktor Penggunaan Teknologi Informasi

Menurut Arif (2003:206) ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam menggunakan teknologi informasi yaitu :

1) Dukungan top manajemen, lembaga induk, pemilik modal dan kepentingan.

2) Kesinambungan.

3) Perawatan dan pemeliharaan.

4) Sumber daya manusia.

5) Infrastruktur lainnya seperti listrik, ruang/gedung, furniture, interior design, jaringan komputer, dan sebagainya.

6) Pengguna kantor seperti faktor kebutuhan, kenyamanan, pendidikan pengguna, kondisi pengguna, dan lain-lain.

7) Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang pegawai dalam memanfaatkan teknologi, yaitu :

a) Paham maksud, ruang lingkup, dan unsure otomatisasi administrasi

(27)

27 b) Paham dan bisa mengapresiasi manfaat analisis system dan

desain, impelementasi, evaluasi, dan maintenance.

c) Paham akan proses evaluasi software sejalan dengan proposal sebelum menentukan sebuah system.

d) Paham dan bisa mengapresiasi pentingnya pelatihan untuk pegawai dan keterlibatan mereka dalam seluruh proses kerja.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan teknologi informasi oleh Soekartawi (2003:108) :

1) Dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi.

2) Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi.

3) Faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang.

4) Faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan untuk menyokong industri teknologi informasi.

5) Faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.

(28)

28 2. Disiplin Kerja

a. Konsep Disiplin Kerja

Disiplin sangat penting dalam kehidupan manusia yang tidak luput dari kesalahan. Penanaman disiplin seharusnya dilakukan sejak dini dan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan. Orang-orang yang berhasil dalam pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya, orang yang gagal umumnya tidak disiplin.

Disiplin kerja merupakan salah satu elemen penting yang mempengaruhi kinerja guru. Disiplin adalah kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran sendiri (Handoko dalam Sinambela, 2012), sebagai rasa hormat, taat, dan mematuhi peraturan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis (Itang, 2015). Disiplin tercermin dalam tindakan atau perilaku individu, kelompok, atau masyarakat dalam bentuk ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan yang ditetapkan (Sinungan dalam Elqadri, Wardoyo, & Priyono, 2015).

Avin Fadilla Helmi dalam Barnawi dan Mohammad Arifin (2012:112) menyatakan “disiplin kerja sebagai suatu sikap dan perilaku yang berniat untuk menaati segala peratiran organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan dengan peraturan organisasi”. Hasibuan (2009;193), menjelaskan bahwa disiplin berasal dari kata Inggris yakni “discipline” yang berarti: tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri, latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu, sebagai

(29)

29 kemampuan mental atau karakter moral, hukum yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.

Sedangkan menurut Sutrisno (2016), mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya. Kesadaran setiap karyawan untuk menaati semua peraturan yang ada di sekolah harus timbul dari dalam diri masing- masing guru agar guru dapat mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya tujuan sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh sumarsono dan Sriwidodo (2010) guru tidak hanya mengajarkan ilmu, guru dituntut lebih dari sekedar memberitahukan mana yang benar dan mana yang salah, namun jauh dari pada itu guru harus memberikan contoh dan menjadi jalan mudah memahami suatu ilmu, maka salah satunya adalah menjadi pribadi yang disiplin. Bagi siswa guru yang tepat waktu adalah alasan bagi mereka untuk tidak bolos, guru yang menghargai waktu adalah inspirasi bagi siswa untuk belajar penuh aturan, guru yang adil dalam menempatkan segala sesuatu adalah alasan bagi siswa untuk mereka tahu diri posisinya dan yang lebih mengesankan guru yang disiplin

(30)

30 adalah instrumen aturan disiplin sesungguhnya. Oleh karenanya menempatkan guru sebagai instrumen disiplin adalah kemewahan tersendiri bagi organisasi sekolah.

Dalam penelitian Khoirunnisa dan Thomas (2015) mengemukakan sesungguhnya tugas utama guru selain menyampaikan materi adalah mengajarkan disiplin. Oleh karenanya, sekolah berusaha keras menyusun aturan disiplin sedemikian rupa, karena meyakini untuk mencetak SDM yang unggul adalah dengan menerapkan disiplin. Turangan (2017) dan Masruroh (2012) menegaskan disiplin adalah aturan dan kedisiplinan adalah sikap keduanya tidak secara langsung berkontribusi terhadap keberhasilan, namun untuk berhasil harus berdisiplin.

Wiyani (2015:38) menyatakan bahwa : “Disiplin pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tata tertib di suatu institusi.

Disiplin juga diartikan sebagai ketaatan dan kepatuhan pada peraturan atau tata tertib.

Adapun dalam Undang-undang nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok- pokok kepegawaian bahwa “peraturan disiplin adalah suatu peraturan yang membuat keharusan, larangan dan sanksi, apabila keharusan tidak dituruti atau larangan dilanggar. Untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas maka dengan tidak mengurangi

(31)

31 ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana diadakan disiplin pegawai negeri sipil”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan suatu kemampuan yang berkembang dalam kehidupan keseharian suatu individu ataupun kelompok dalam hal mentaati peraturan serta norma-norma yang berlaku dalam suatu instansi. Disiplin kerja merupakan suatu alat yang digunakan para pimpinan untuk berkomunikasi dengan guru agar mereka bersedia untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan instansi dan norma-norma sosial yang berlaku.

Sikap disiplin dalam diri seorang guru memerlukan alat komunikasi, terutama pada peringatan yang bersifat spesifik terhadap guru yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya. Penegakan disiplin para guru biasanya dilakukan oleh pimpinan atau pengawas instansi tersebut. Sedangkan kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan serta sadar atas tugas dan tanggung jawabnya.

Dalam menjalankan setiap aktivitas atau kegiatan sehari-hari, masalah disiplin sering didefinisikan dengan tepat, baik waktu maupun tempat. Apapun bentuk kegiatan itu, jika dilaksanakan dengan tepat waktu tidak pernah terlambat, maka itu pula yang dikatakan tepat waktu. Demikian pula dengan ketepatan tempat, jika

(32)

32 dilaksanakan dengan konsekuen, maka predikat disiplin tersebut telah merasuk kedalam jiwa seseorang. Begitu banyak orang, baik secara pribadi maupun kelompok, yang belum bahkan tidak mengindahkan kedisiplinan ini.

b. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja

Tindakan pendisiplinan kepada pegawai haruslah sama pemberlakuannya. Disini tindakan disiplin berlaku bagi semua, tidak memilih, memilah, dan memihak kepada siapapun yang melanggar akan dikenakan sanksi pendisiplinan yang sama termasuk bagi manager atau pimpinan, karena pimpinan harus memberi contoh terhadap para bawahannya.

Menurut Mangkunegara (2011:129) mengemukakan bahwa bentuk disiplin kerja yaitu :

1) Disiplin Preventif

Merupakan suatu upaya untuk menggerakkan pegawai untuk mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk mengerakkan karyawan berdisiplin diri.

2) Disiplin Korektif

Merupakan suatu upaya untuk menggerakkan pegawai dalam suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan

3) Disiplin Progresif

(33)

33 Merupakan kegiatan yang memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang

Menurut Rivai (2011:825-826) Terdapat empat macam perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja, yaitu :

1) Disiplin Retributif

Bentuk disiplin ini, merupakan penegakan disiplin yang berusaha untuk untuk menghukum orang yang melakukan kesalahan. Para pengambil keputusan mendisiplinkan dengan suatu cara yang proporsional terhadap sasaran. Dengan tidak melakukan hal seperti itu, akan dianggap tidak adil oleh orang-orang yang bertindak secara tepat dimana tujuan akhir dari bentuk disiplin ini adalah untuk menghukum si pelanggar.

2) Disiplin Korektif

Bentuk disiplin ini merupakan proses penegakan kedisiplinan untuk berusaha membantu para guru mengoreksi perilakunya yang tidak tepat.pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan-peraturan harus diperlakukan sebagai masalah-masalah yang dikoreksi daripada sebagai pelanggaran-pelanggaran yang harus dihukum.

Hukuman akan lunak sebatas pelanggar menunjukkan kemauan untuk mengubah perilakunya. Adapun tujuan akhir dari bentuk disiplin ini yaitu untuk membantu guru mengoreksi perilaku yang tidak dapat diterima sehingga dia dapat terus dikaryakan oleh perusahaan.

(34)

34 3) Perspekti hak-hak

Bentuk disiplin ini berusaha untuk melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner berlangsung.

Menurut bentuk disiplin ini disiplin hanya tepat jika terdapat alasan yang adil utuk menjatuhkan hukuman. Hak-hak guru lebih diutamakn daripada tindakan disiplin. Adapun tujuan akhir dari bentuk ini adalah untuk melindungi hak-hak individu.

4) Perspekti Utilitarian

Bentuk disiplin ini berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konskuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak- dampak negatifnya. Tingkat tindakan disiplin diambil tergantung pada bagaiman disiplin itu akan mempengaruhi produktivitas dan profitabilitas. Biaya penggantian guru dan konsekuensi-konsekuensi memperkenankan perilaku yang tidak wajar perlu dipertimbangkan. Karena biaya penggantian guru semakin melambung, maka kerasnya disiplin hendaknya semakin menurun. Karena konsekuensi membiarkan perilaku yang tidak terpuji terus meningkat, maka demikian pula kerasnya hukum.

Dimana tujuan akhir dari bentuk penelitian ini adalah untuk memastikan bahwa faedah-faedah tindakan disiplin melebihi konsekuensi-konsekuensi negatifnya.

(35)

35 Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi para karyawan. Bagi organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

Dengan demikian, karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaranserta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi disiplin kerja seorang guru, dimana disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku. Menurut Hamali (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru adalah :

1) Besar Kecilnya Pemberian Kompensasi

Besar-kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para guru akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, jika guru merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi instansi tempat ia bekerja.

2) Ada Tidaknya Keteladanan Pemimpin Dalam Perusahaan

(36)

36 Keteladanan pemimpin adalah hal yang sangat penting sekali, karena dalam lingkungan suatu instansi, semua guru akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dari dirinya dan bagaiman pemimpin dapat mengendalikan dirinya, ucapannya, perbuatannya, dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang ditetapkan.

3) Ada Tidaknya Aturan Pasti Yang Dapat Menjadi Pegangan

Disiplin tidak mungkin ditegakkan jika peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi. Oleh karena itu, maka pembinaan disiplin dapat terlaksana jika ada aturan tertulis yang pasti yang dapat dijadikan sebagai pegangan bersama.

4) Keberanian Pimpinan Dalam Mengambil Tindakan

Keberanian pemimpin untuk mengambil tindakan sangat diperlukan ketika ada seorang guru yang melanggar disiplin, yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Tindakan tegas yang diambil oleh seorang pemimpin akan membuat guru merasa terlindungi dan membuat guru berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah dilakukan.

5) Ada Tidaknya Pengawasan Pimpinan

Orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan terhadap disiplin ini tentulah atasan langsung para guru yang bersangkutan.

(37)

37 Hal ini disebabkan para atasan langsung itulah yang paling tahu dan paling dekat dengnan para guru yang ada dibawahnnya.

6) Ada Tidaknya Perhatian Kepada Para Guru

Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para guru akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Seorang pemimpin tidak hanya dekat dengan dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam artian batin. Pemimpin yang mau memebrikan perhatian kepada guru akan selalu dihormati dan dihargai oleh para guru sehingga akan berpengaruh besar kepada prestasi, semangat kerja, dan moral kerja guru.

7) Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin, yaitu :

a) Saling menghormati bila bertemu dilingkungan kerja

b) Melontarkan pujian sesuai bdengan tempat dan waktunya, sehingga para guru akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut

c) Sering mengikutsertakan guru dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan guru.

d) Memberitahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja, dengan menginformasikan kemana dan untuk urusan apa walaupun kepada bawahan sekalipun.

(38)

38 Pelaksanaan disiplin kerja harus memperhitungkan juga keadaan guru, karena pemimpin mengetahui bahwa dari waktu kewaktu para guru membawa serta masalah-masalah pribadi ketempat kerja.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil :

1) Pasal 3 Mengenai Kewajiban Setiap PNS Setiap PNS diwajibkan :

a) Mengucapkan sumpah/janji PNS b) Mengucapkan sumpah/janji jabatan

c) Setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila, Undang-undang Dasar Negara Repunlik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pemerintah

d) Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan e) Melaksanakan tugas kedinasan dipercayakan kepada PNS

dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab f) Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan

martabat PNS

g) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/golongan

h) Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan

i) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara

(39)

39 j) Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan material

k) Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja l) Mencapai sasaran kerja pegawai yang di tetapkan

m) Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya

n) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat o) Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

p) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karir dan

q) Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

2) Pasal 4 Mengenai Larangan PNS Setiap PNS dilarang :

a) Menyalah gunakan wewenang

b) Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau oarang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain

c) Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/ lembaga organisasi Internasional

d) Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga

(40)

40 atau lembaga masyarakat asing

e) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumentasi atau surat berharga milik negara secara tidak sah

f) Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain didalam maupun diluar lingkungan kerja dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara

g) Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung maupun tidak langsung dan dengan apapun untuk diangkat dalam jabatan

h) Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga berhubungan dengan jabatan/pekerjaannya

i) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan

j) Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani

k) Menghalangi berjalannya tugas kedinasan

l) Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

(41)

41 Daerah, atau Dewan Rakyat Daerah dengan cara :

(1) Ikut serta sebagai pihak pelaksana kampanye

(2) Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS

(3) Sebagai peserta kampanye dengan menggerakkan PNS lain, dan atau

(4) Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara

m) Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara :

(1) Membuat keputusan dan atau tindakan yang menguntungkan dan merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye

(2) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakanterhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga dan masyarakat.

n) Memberikan dukungan kepada calon Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberi surat dukungan disertai foto dan undangan dan

(42)

42 o) Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah dengan cara :

(1) Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

(2) Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye

(3) Membuat keputusan dan atau tindakan menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon kampanye selama masa kampanye dan atau

(4) Mengadakan kegiatan mengarah kepada peberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga dan masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah yang berasal dari dalam individu itu sendiri (self dicipline) artinya tidak ada unsur paksaan dan dilakukan sesuai dengan kesadaran sendiri. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh George Terry dalam Winardi “ disiplin kerja yang datang dari individu pegawai itu sendiri merupakan disiplin yang paling efektif”. Sedangkan Malayu S.P Hasibuan (2002:214) mengemukakan faktor-faktor yang memepengaruhi disiplin kerja yaitu :

(43)

43 1) Tujuan dan kemampuan

2) Teladan pimpinan 3) Balas jasa

4) Keadilan 5) Waskat

6) Sanksi hukuman 7) Ketegasan

8) Hubungan kemanusiaan

Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja seorang pegawai.

Faktor tersebut dapat bersumber dari dalam diri (internal) dan bersumber dari luar diri (eksternal). Tentunya dalam hal ini, faktor- faktor tersebut memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap disiplin kerja seseorang.

d. Indikator-indikator Disiplin Kerja

Pada dasarnya banyak indikator-indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru dalam suatu organisasi. Adapun menurut Supomo dan Nurhayati (2018:45), beberapa hal yang menjadi indikator kedisiplinan yaitu sebagai berikut :

1) Tanggung jawab

Setiap guru bertanggung jawab atas tugas yang mereka kerjakan.

Kesediaan guru memeprtanggung jawabkan kebijaksanaan

(44)

44 pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakan, serta perilaku kerjanya.

2) Prakarsa

Pemberian kesempatan bagi guru untuk bertindak efektif dan berpikir secara rasional dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan.

3) Kerjasama

Kerjasama ditunjukkan dengan adanya interaksi antara rekan kerja dan pemimpin.

4) Ketaatan

Setiap anggota dalam suatu organisasi tentulah berkewajiban untuk menaati segala peraturan yang berlaku dalam perusahaan yang bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan perusahaaan.

Menurut Supartha (2006:120-140) disiplin kerja dapat diukur dengan indikator yang dikembangkan meliputi:

1) Menggunakan waktu secara efektif 2) Datang tepat waktu

3) Kualitaskerja baik

4) Mengikuti prosedur dan instruksi kerja 5) Selalu hadir

6) Berpenampilan sopan

(45)

45 Dari uraian di atas maka dapat dipahami, bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan ketaatan terhadap peraturan tertulis/tidak tertulis yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan pada organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berkaitan dengan disiplin kerja guru, indikator- indikatornya meliputi: a) menggunakan waktu secara efektif, b) datang tepat waktu, c) kualitas kerja baik, d) mengikuti prosedur dan instruksi kerja, e) selalu hadir, dan f) Berpenampilan sopan

3. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Usman (2011;6), menyatakan bahwa guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan, walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Hal ini dikarenakan, guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah.

(46)

46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 menjelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Melihat posisi guru yang penting dalam sistem pendidikan nasional, tentu saja kinerja guru menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan baik tidaknya seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nsional Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya tanggal 1 Desember 2010, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kinerja guru adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya.

Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan (Asf & Mustofa, 2013:6). (Fahmy,

(47)

47 2013:37), menyatakan bahwa kinerja guru adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja.

Kinerja Guru merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata performance. Banyak pakar atau peneliti memberi pengertan yang berbeda mengenai kinerja guru. Barnawi dan Mohammad Arifin (2012:14) menyatakan kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan. Jamil Suprihatiningrum (2013:45) juga menambahkan bahwa kinerja disebut juga unjuk kerja, kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan kerjanya menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.

Menurut Pianda (2018:11) kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa indonesia dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing adalah prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Kinerja dalam suatu organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja yang telah merosot sehingga

(48)

48 perusahaan/organisasi menghadapi krisis yang serius.Kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda- tanda peringatan kinerja yang merosot.

Sedangkan menurut Rismawati dan Mattalata (2018:2) kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu perusahaan atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Dan menurut Sulaksono (2015:91) kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang merupakan hasil atau tingkat kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya berdasarkan kriteria tertentu atau bisa dikatakan bahwa kinerja guru merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar serta keinginan untuk berprestasi.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Dalam sebuah organisasi sekolah/madrasah setiap guru memiliki karakter dan kinerja yang berbeda-beda, untuk itu kepala sekolah

(49)

49 harus dapat memahami setiap perbedaan-perbedaan tersebut dan mengupayakan agar kinerja guru dapat maksimal. Menurut Malthis &

Jackson (2006), ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu faktor kemampuan yang berkaitan dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh seseorang. Faktor usaha yang dilakukan seseorang dikontribusi oleh masalah sumber daya manusia, seperti motivasi, insentif, dan rancangan pekerjaan. Selanjutnya faktor dukungan organisasi meliputi pelatihan, peralatan yang disediakan, mengetahui tingkat harapan, dan keadaan tim yang produktif. Kinerja individu akan berjalan dengan lancar apabila ketiga komponen tersebut dimiliki oleh seseorang, namun apabila salah satu di antaranya ada yang hilang maka kinerja tidak akan berjalan dengan baik (Asf &

Mustofa, 2013:159-160).

Timple dalam Mangkunegara (2010 ; 15), menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Mangkunegara (2010; 15), juga menjelaskan bahwa faktor internal terdiri (disposisional), yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat – sifat seseorang, misalnya: (1) Kemampuan tinggi, (2) Tipe pekerja keras, (3) Kemampuan rendah. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan, misalnya: (1) Perilaku, sikap dan tindakan rekan kerja, bawahan atau atasan, (2) fasilitas kerja dan, (3) iklim organisasi.

(50)

50 Sedangkan menurut Barnawi dan Arifin (2012;43), menyatakan bahwa baik faktor internal maupun eksternal sama – sama membawa dampak terhadap kinerja guru. Dijelaskan lebih lanjut oleh Barnawi dan Arifin (2012;43 ), bahwa yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri guru, contohnya: kemampuan, keterampilan, kepribadian, persepsi, motivasi menjadi guru, pengalaman lapangan, dan latar belakang keluarga, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor yang datang dari luar guru, contohnya: gaji, sarana prasarana, lingkungan kerja fisik, kepemimpinan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Sarinah dan Mardalena dalam buku Mathis dan Jackson (2001:82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu :

1) kemampuan mereka 2) motivasi

3) dukungan yang diterima

4) keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5) hubungan mereka dengan organisasi

Menurut Imron (2018:7) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu dalam organisasi terdiri dari tiga faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) Faktor internal individu. Faktor ini meliputi : kemampuan dan

keterampilan, mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial pengalaman, demografi, umur dan asal usul.

2) Faktor organisasi. Faktor ini meliputi : sumber daya, kepemimpinan, gaji, struktur, desain pekerjaan, fasilitas penunjang.

3) Faktor psikologis. Faktor ini meliputi : spiritualitas, persepsi, sikap, kepribadian dalam pekerjaan (perilaku

(51)

51 kewargaorganisasian, modal psikologis, motivasi, kecerdasan emosi dan komitmen).

Supardi (2013:52) menyimpulkan bahwa terdapat faktor dari dalam dan dari luar yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Faktor dari dalam berupa faktor individu dan faktor psikologis, seperti sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan dan lainnya.

Kemudian faktor dari luar berupa faktor situasional dan faktor karakteristik pekerjaan. Rachmawati dan Daryanto (2013:19-44) menyatakan bahwa “ faktor-faktor yang memepengaruhi kimerja guru antara lain kepribadian dan dedikasi, pengembangan profesi, kemampuan mengajar, antar hubungan dan komunikasi, hubungan dengan masyarakat, kedisiplinan, kesejahteraan, dan iklim kerja.

Uraian selengkapnya sebagai berikut : 1) Kepribadian dan Dedikasi

Kepribadian adalah suatu cerminan dari citra seorang guru dan akan mempengaruhi interaksi antara guru dan siswa. Oleh karena itu, kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya martabat guru. Guru yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam melakukan pekerjaan mendidik.

2) Pengembangan Profesi

Referensi

Dokumen terkait

Sekresi prostat merupakan komponen utama dalam cairan seminal yang kaya akan fosfatase asam, yaitu enzim yang dihasilkan terutama oleh kelenjar prostat dan didapatkan dalam

Sedangkan di pasar mobil nasional, penjualan secara nasional hingga tujuh bulan pertama 2011 mencapai 506 ribu unit meningkat 14,5% dari periode yang sama tahun 2010 sebanyak 442

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan adsorpsi atau disebutnya sebagai excess sorption terhadap gas metana (CH 4 ) akan naik seiring dengan kenaikan

Guru yang efektif harus mampu mengarahkan siswa kepada topik pelajaran yang akan dipelajari siswa. Menurut Burns menyatakan, kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran

Keterampilan adalah merupakan suatu keahlian yang dimiliki oleh para pengusaha dalam menghasilkan barang yang menyangkut pekerjaan sejak dari bahan baku sampai menjadi barang

Penambahan leachate secara peroidik untuk menjaga kelembaban sampah dalam bioreactor, memberikan pengaruh yang baik dalam pertumbuhan bakteri anaerob penghasil hasil

Ada tiga pola yang terlihat: (1) subluxation, caput femoris berada di acetabulum dan dapat Ada tiga pola yang terlihat: (1) subluxation, caput femoris berada di acetabulum dan

Perbedaan pendekatan audit berpeduli risiko dengan pendekatan audit konvensional adalah pada metodologi yang digunakan dimana auditor mengurangi perhatian pada