Ardiansyah Akbar 1
KONTRIBUSI KECERDASAN KINESTETIK, MOTOR ABILITY DAN MOTIVASI DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET
Aldiansyah Akbar*)
Abstrak: Kemampuan bermain bola basket dipengaruhi oleh faktor psikologis faktor fisiologis. Faktor fisiologis yaitu kondisi fisik yang dalam hal ini adalah kecerdasan kinestetik dan motor ability, sedangkan psikologis yang didalamnya terdapat aspek motivasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kontribusi kecerdasan kinestetik, motor ability dan motivasi dengan kemampuan bermain bola basket klub Cooper Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini seluruh atlet basket klub Cooper Banda Aceh yang berjumlah 16 orang dengan teknik total sampling. Hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi kecerdasan kinestetik (X1) dengan kemampuan bermain bola basket(Y) sebesar 0.53, dengan r hitung > r tabel (0.54 > 0.497) sehingga X1 memberi kontribusi sebesar 28,09% terhadap Y. Koefisien motor ability (X2) dengan kemampuan bermain bola basket(Y) sebesar 0.59, dengan r hitung > r tabel (0.59 > 0.497) sehingga X2 memberi kontribusi sebesar 33,64% terhadap Y. Koefisien korelasi motivasi (X3) dengan kemampuan bermain bola basket(Y) sebesar 0.58, dengan r hitung > r tabel (0.58 > 0.497) sehingga X3 memberi kontribusi sebesar 34,81% terhadap Y. Koefisien korelasi secara bersama-sama kecerdasan kinestetik, motor ability dan motivasi dengan kemampuan bermain bola basketsebesar 0.977.Untuk taraf kepercayaan 0.05 r tabel = 0.497 dan r hitung = 0.977 dapat disimpulkan bahwa r hitung > r tabel (0.977> 0.497).
Kata Kunci: Kontribusi, Kecerdasan Kinestetik, Motor Ability, Motivasi, Bola Basket
Pendahuluan
Bola basket merupakan cabang olahraga yang makin banyak digemari oleh para masyarakat terutama oleh kalangan pelajar dan mahasiswa. Melalui kegiatan olahraga Bola basket ini para remaja banyak memperoleh manfaat khususnya dalam pertumbuhan fisik, mental, dan sosial. Permainan bola saat ini basket mengalami perkembangan yang pesat terbukti dengan munculnya klub-klub tangguh di tanah air dan atlet-atlet bola basket pelajar baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi dan kompetisi yang ditangani secara profesional yaitu kompetisi bola basketNasional antar klub se Indonesia IBL (Indonesian basketball league). Berbagai kompetisi tersebut dengan sendirinyamemunculkan bakat potensial di bidang bola basket.
Banyak sekali faktor yang dapat mendukung keterampilan dasar Bola basket yang baik, dua di antaranya adalah kecerdasan kinestetik dan motor ability. Kinestetik pada hakekatnya merupakan kemampuan tubuh dalam mempersepsikan atau merasakan gerakan bagian-bagian maupun keseluruhan tubuh dan mengontrol gerak tubuh dalam suatu ruang gerak terhadap benda di sekelilingnya secara sadar dan tepat. Dalam keterampilan bola basket, kecerdasan kinestetik berguna dalam merasakan rangkaian teknik gerak keterampilan bola basket melalui penginderaan yang selanjutnya secara sadar memperagakannya dalam rangkaian gerak. Selain itu juga dengan kesadaran gerak tersebut, atlet bola basket yang dapat mengontrol gerakannya sedemikian rupa dan selanjutnya juga dapat melakukan gerakan teknik
dasar bola basket secara baik. Jika kondisi ini dapat dilakukan oleh seorang atlet bola basket, dapat diprediksi hasilnya juga baik.
Faktor lain yang harus dimiliki oleh atlet bola basket selain kemampuan fisik adalah faktor kejiwaan yaitu tingkat motivasi yang dimilikinya. Motivasi merupakan keinginan individu untuk mencapai sukses dengan tujuan berhasil dalam persaingan yang didasarkan pada suatu ukuran keunggulan. Artinya bahwa semakin tinggi motivasi atlet bola basket maka semakin yakin pula untuk berhasil dalam suatu kegiatan tertentu (http://artikel-makalah-belajar.blogspot. com).
Tingginya motivasi berprestasi atlet bola basket memberikan dorongan semangat yang kuat untuk menggapai sesuatu tujuan tertentu dalam hal ini menghasilkan atlet yang berprestasi. Selain itu juga bahwa atlet bola basket yang tingkat motivasinya rendah, memiliki kecenderungan lebih pasif dalam menamplikan gerakan fisiknya. Kondisi ini juga memperlihatkan situasi yang menunjukkan kemalasan dalam diri atlet bola basket dan terlihat dari kurang serius dalam melakukan gerakan. Dengan demikian bahwa berprestasi suatu Klub bola basket, juga ditentukan oleh tingkat motivasi atletnya untuk meningkatkan keterampilan bola basketnya. Menurut Harsono dalam Husdarta (2011:36), mengemukakan bahwa, “olahraga bukan hanya merupakan masalah fisik saja, yaitu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan anggota tubuh, otot, tulang dan sebagainya”. Menurut Harsono dalam Subardjah (2000:24) Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi dalam diri individu untuk
2 Ardiansyah Akbar
senantiasa meningkatkan kualitas tertentu dengan sebaik-baiknya atau lebih dari biasa dilakukan. Motivasi berprestasi dipandang sebagai motivasi sosial untuk mencapai suatu nilai tertentu dalam perbuatan seseorang berdasarkan standar atau kriteria yang paling baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui kontribusi antara kecerdasam kinestetik, motor ability dan motivasi dengan keterampilan bermain bola basket klub Cooper Banda Aceh.
Kajian Teoritis
Kecerdasan adalah anugrah istimewa yang dimiliki oleh manusia. Makhluk lain memiliki kecerdasan yang terbatas sedangkan manusia tidak, Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kecerdasan adalah perihal cerdas, perbuatan mencerdaskan, kesempurnaan pengembangan akal budi seperti kepandaian, ketajaman, akalpikiran. http:// pendidikanmansda.blogspot.com.
Dari sumber yang dikemukakan maka dapat disimpulkan bahawa kecerdasan itu adalah kemampuan yang berasal dari kognitif, afektif, dan phsikomotor yang dapat diukur dan kembangkan secara terus-menerus sepajang hayat manusia itu sendiri. Menurut Stalling (1982:157) Kinestetik adalah kecakapan untuk merasakan gerakan tubuh terpisah dari alat-alat visual atau auditori atau dalam terminologi populer disebut merasakan gerakan tubuh. Dari sumber yang dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Kinestetik adalah kemampuan gerak pada bagian tubuh dengan menggunakan suatu benda. Jasmine (2007:25) mengatakan kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badan mereka.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka kecerdasan kinestetik dapat dirumuskan, Kemampuan seseorang dalam memecakahkan masalah dengan mengengunakan kemampuan motorik halus dan motorik kasar yang dipusakan pada titik saraf otak manusia. Nurhasan (2000:98) menjelaskan bahwa: “Kemampuangerak dasar (motor ability) adalah kemampuan umum seseorang untukbergerak.
Hammied (1987:98) bahwa motivasi berkenaan dengan faktor-faktor yang mendorong tingkah laku dan memberikan arah kepada tingkah laku itu, dan juga pada umumnya diterima bahwa motif insani untuk terlibat dalam satu kegiatan tertentu didasarkan atas kebutuhan yang mendasarkannya.Setiap individu memiliki perbedaan dalam banyak hal dengan individu lainnya. Pengalaman kita sehari-hari dan penyelidikan secara empirik pun menyatakan hal yang sama tentang hal ini, bahwa individu memang berdeda-beda. Sebagai contoh dalam sebuah klub bola basket, kita segera dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan itu jika kita membandingkan kemampuan atlet satu dengan atlet lainnya. Ada
atlet yang mampu berlari cepat, ada juga yang lambat, atau ada pula atlet yang belajar gerak dengan cepat, ada juga yang nampak kesulitan.
Aspek yang berhubungan langsung dengan perbedaan kemampuan gerak itu sendiri adalah faktor kemampuan (ability). Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya keterampilan dari atlet Bola basket. Kemampuan gerak (motor ability) menurut Singer (1980:106) adalah keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Singer (1980:107) mengidentifikasikan kemampuan gerak ini menjadi empat kemampuan yang bersifat langsung berhubungan dengan keterampilan olahraga, yaitu: (1) Koordinasi, (2) Kinestetis, (3) Keseimbangan, dan (4) Kecepatan gerak.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian korelasi. Arikunto (1991:27) menjelaskan bahwa: “Dalam penelitian korelasional, peneliti memilih individu-individu yang mempunyai variasi dalam hal yang diselidiki, instrument penelitan ini adalah Nurhasan(2000:1)menjelaskan mengenai tes dan pengukuran yaitu:“Suatu ala tyang digunakan dalam memperoleh data dari suatu objek yang akan diukur, sedangkan pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data.”Berkaitan dengan penelitian ini, adapun instrument untuk mengukur Kecerdasan Kinestetik menggunakan instrument yang dikembangkan oleh penulis dengan skala penilaian Likert, ini sesuai juga dengan pendapat Sugiyono (2009:132), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial,
Rancangan Penelitian
Gambar 1. Rancangan Penelitian Keterangan:
X1 = Kecerdasan Kinestetik
X2 = Motor Ability
X3 = Motivasi
Y = Keterampilan Bermain Bola basket = Korelasi
X
3X
2X
1(
X
1)
(Y)
Ardiansyah Akbar 3
Populasi dan Sampel
Menurut Sudjana (1999:6) “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil penghitung atau pengukuran kuantitatif dan kualitatif, mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Penelitian ini merupakan penelitian populasi atau sampling seadanya (total sampling), maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 orang.
Instrumen Penelitian
Berkaitandengan penelitian ini, adapun instrumenuntuk mengukur kecerdasan kinestetik dan motivasi menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh penulis dengan skala penilaian Likert, ini sesuai juga dengan pendapat Sugiyono (2009:132), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, sedangkan untuk tes motor ability dilakukan dengan pengukuran motor ability menurut Nelson (1986:349) untuk tes keterampilan bola basket, menggunakan tes keterampilan dasar bola basket.
Teknik Analisi Data
Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi kecerdasan kenestetik(X1), motor ability (X2), motivasi (X3) kemampuna dasar bermainan basket(Y). Rumus yang di pergunakan adalah koefesien korelasi ganda yang di kemukakan oleh Isparjadi (1998:104) sebagai berikut :
Keterangan:
rx123y = Koefesien korelasi ganda
rx1.2 = Korelasi antara criterion 1 (X1) dengan
criterion 2 (X2).
rx1.3 = Korelasi antara criterion 1 (X1) dengan
criterion 3 (X3).
rx2.3 = Korelasi antara criterion 1 (X2) dengan
criterion 3 (X3).
rx1y = Korelasi antara criterion 1 (X1) dengan
predictor (Y).
rx2y = Korelasi antara criterion 2 (X2) dengan
predictor (Y).
rx3y = Korelasi antara criterion 3 (X3) dengan
predictor (Y).
N = Banyaknya sampel penelitian
Pengujian Hipotesis
Menurut Sudjana (1999:385) untuk menguji hipotesis korelasi ganda atau lebih variable X dengan variable Y dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
F = Signifikan yang dihitung
R = Nilai koefisien korelasi ganda yang telah diperoleh
N = jumlah sampel penelitian K = banyak variable bebas.
Hasil dan Pembahasan Uji Normalitas
Berdasarkan hasil perhitungan Normalitas dengan menggunakan Software SPSS Statistik 20. dapat dilihat bahwa nilai sig untuk kesebelas kelompok data yaitu 0.089 untuk kecerdasan kinestetik, 0.157 untuk Motivasi, 0.292 untuk standing broad jump, 0.074 untuk softball, 0.128 untuk zig – zag run, 0.214 untuk wall pass basket, 0.270 untuk lari 50m, 0.362 untuk medine ball, 0.219 untuk lay up, 0.273 untuk shooting dan 0.184 untuk under basket. Kesebelas nilai sig tersebut lebih besar dari 0.05 maka dapat diartikan bahwa data yang berkaitan dengan Kecerdasan Kinestetik, Motor Ability, Motivasi dan Keterampilan bermain Bola basket berdistribusi normal, maka dari itu dapat di lakukan analisis korelasi antar variabel.
Uji Homogenitas
Tabel 1. Hasil uji homogenitas X1 dengan Y dengan
menggunakan software SPSS statistic 20
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.353 8 23 .752
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil dari signifikan uji homogenitas variable Kecerdasan Kinestetik dengan Keterampilan bermain bola basket adalah 0.752. hal ini dapat dinyatakan bahwa nilai signifikan 0.752 >0.05 sehingga nilai data dari Kecerdasan kinestetik dan Keterampilan bermain bola basketmempunyai uji nilai yang homogen. Tabel 2.Hasil uji homogenitas X2 dengan Y dengan menggunakan software SPSS statistic 20
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.806 8 23 .283
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil dari signifikan uji homogenitas variabel motor ability
4 Ardiansyah Akbar
dengan keterampilan bermain bola basket adalah 0.283. hal ini dapat dinyatakan bahwa nilai signifikan 0.283 >0.05 sehingga nilai data dari motor ability dengan keterampilan bermain bola basket mempunyai uji nilai yang homogen.
Tabel 3. Hasil uji homogenitas X3 dengan Y dengan
menggunakan software SPSS statistic 20.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0.306 8 23 .159
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil dari signifikan uji homogenitas variabel motivasi dengan keterampilan bermain bola basket adalah 0.159. hal ini dapat dinyatakan bahwa nilai signifikan 0.159 >0.05 sehingga nilai data dari motivasi dengan keterampilan bermain bola basket mempunyai uji nilai yang homogen.
Uji Korelasi Antar Variabel
Kecerdasan Kinestetik dengan Keterampilan Bermain Bola basket
Koefisien korelasi yang ditemukan sebesar r= 0.53. Harga rhitung tersebut selanjutnya dibandingkan
dengan harga rtabel. Untuk taraf signifikan nyata α =
0.05 dan n = 16 yaitu 0.497, maka rhitung=0.53 dan
rtabel = 0.497. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
rhitung>rtabel (0.53 > 0.497) berarti ada hubungan
variabel kecerdasan kinestetik (X1) dan keterampilan
bermain bola basket (Y).
Motor Ability dengan Keterampilan Bermain Bola basket
Koefisien korelasi yang ditemukan sebesar r= 0.58. Harga rhitung tersebut selanjutnya dibandingkan
dengan harga rtabel. Untuk taraf signifikan nyata α =
0.05 dan n = 16 yaitu 0.497, maka rhitung=0.58 dan
rtabel = 0.497. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
rhitung>rtabel (0.58 > 0.497) berarti ada hubungan
variabel motor ability (X3) dan keterampilan bermain
bola basket (Y).
Motivasi dengan Keterampilan Bermain Bola basket Koefisien korelasi yang ditemukan sebesar r= 0.59. Harga rhitung tersebut selanjutnya dibandingkan
dengan harga rtabel. Untuk taraf signifikan nyata α =
0.05 dan n = 16 yaitu 0.497, maka rhitung=0.59 dan
rtabel = 0.497. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
rhitung>rtabel (0.59 > 0.497) berarti ada hubungan
variabel motivasi (X2) dan keterampilan bermain
bola basket (Y).
Pembuktian Hipotesis
Pengujian hipotesis kontribusi kecerdasan kinestetik dengan keterampilan bermain bola basket. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga thitung = 2.35 dengan taraf signifikan nyata α = 0.05
dan dk = n – 2 = 16 – 2 = 14. Selanjutnya Ha diterima jika thitung>ttabel. Berdasarkan daftar ttabel =
1.761 dapat dilihat bahwa thitung>ttabel yaitu 2.35 >
1,761. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.
Pengujian hipotesis kontribusi motor ability dengan keterampilan bermain bola basket
Berdasarkan perhitungan diperoleh harga thitung = 2,678 dengan taraf signifikan nyata α = 0.05
dan dk = n – 2 = 16 – 2 = 32. Selanjutnya Ha diterima jika thitung>ttabel. Berdasarkan daftar ttabel =
1.761 dapat dilihat bahwa thitung>ttabel yaitu 2,678 >
1.694. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.
Pengujian Hipotesis Kontribusi Motivasi dengan Keterampilan Bermain Bola basket
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh harga thitung = 2.74 dengan taraf signifikan nyata α =
0.05 dan dk = n – 2 = 16 – 2 = 14. Selanjutnya Ha diterima jika thitung>ttabel. Berdasarkan daftar ttabel =
1.761 dapat dilihat bahwa thitung>ttabel yaitu 2.74 >
1.761. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.
Uji Korelasi Antara X1, X2, X3 dengan Y
Korelasi yang ditemukan sebesar 0.953 dan termasuk pada kategori Kuat. Jadi terdapat hubungan yang kuat antara kecerdasan kinestetik, motor abilitydan motivasi dengan keterampilan bermain bola basket klub cooper Banda Aceh. Harga r hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel Untuk taraf signifikan nyata α =
0.05 dan n = 16 yaitu 0.497, maka thitung = 0.953
ttabel= 0.497. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
thitung>ttabel (0.953 >0.497) berarti Terdapat
hubungan yang signifikan kecerdasan kinestetik, motor ability dan motivasi dengan keterampilan bermain bola basket klub cooper Banda Aceh.
Dari penghitungan di atas di peroleh f hitung=
84.81 sedangkan nilai f tabel adalah 3.49 pada taraf
signifikan nyata α = 0.05 dengan df1 = k -1 = 4-1 = 3 sebagai pembilang dan df2 = n – k = 16 – 4 = 12 sebagai penyebut artinya f hitung = 84.81> dari nilai
ftabel= 3.49 (fhitung lebih besar dari ftabel. Uraian
tersebut menunjukkan bahwa hipoitesis yang penulis rumuskan diterima kebenarannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecerdasan kinestetik, motor ability dan motivasi dengan keterampilan bermain bola basket klub Cooper Banda Aceh.
Ardiansyah Akbar 5 Untuk menghitung indeks determinasi
sebagai dasar untuk menghitung persentase kontribusi menurut Pradjitno (1981:33) digunakan rumus:
% kontribusi = r
2
x 100% Dengan harga r2
= 0.953 maka % kontribusi = (0.953)2
x 100%= 0.9082 x 100% = 90.82%
Dengan demikian kecerdasan kinestetik, motor ability dan motivasi memberikan kontribusi (sumbangan) sebesar 90.82% terhadap keterampilan bermain bola basket.
Kesimpulan
Koefisien korelasi kecerdasan kinestetik dengan keterampilan bermain bola basket klub Cooper Banda Aceh sebesar 0.53, untuk taraf signifikan nyata α = 0.05 dan n = 16, dengan rhitung=0.53 dan rtabel = 0.497. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa rhitung>rtabel (0.53>0.497)
sehingga terdapat kontribusi yang signifikan kecerdasan kinestetik dengan keterampilan bermain bola basket klub Cooper Banda Aceh
Koefisien korelasi motor ability dengan keterampilan bermain bola basket klub Cooper Banda Aceh sebesar 0.58, untuk taraf nyata α = 0.05 dan n = 16, dengan rhitung=0.58 dan rtabel = 0.497. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa rhitung>rtabel
(0.58>0.497) sehingga terdapat kontribusi yang signifikan motor ability denganketerampilan bermain bola basketklub Cooper Banda Aceh
Koefisien korelasi motivasi dengan keterampilan bermain bola basket klub Cooper Banda Aceh sebesar 0.59, untuk taraf signifikan nyata α = 0.05 dan n = 16, dengan rhitung=0.59 dan
rtabel = 0.497. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
rhitung>rtabel (0.59 > 0.497) sehingga terdapat
kontribusi yang signifikan motivasi dengan keterampilan bermain bola basket klub cooper Banda Aceh
Koefisien korelasi secara bersama-sama kecerdasan kinestetik, motor ability dan motivasi dengan keterampilan bermain bola basket sebesar 0.95. Untuk taraf signifikan nyata α = 0.05 dan n = 16, dengan rhitung=0.953dan rtabel = 0.497 dapat
disimpulkan bahwa rhitung> rtabel (0.953> 0.497).
Sehingga terdapat kontribusi kecerdasan kinestetik, motor ability dan motivasi dengan keterampilan bermain bola basket klub cooper Banda Aceh.
Daftar Pustaka
Dinata. 2003. Bola basket Untuk Semua, Bidang III PB Perbasi: Jakarta
Hammied. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Harsono. 2011. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Harsono. 2000. Coaching dan Aspek-aspek
Psikologis dalam Coaching. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Jasmine, Julia.2007. Mengajar Dengen Metode
Kecerdasan Majemuk, Cijambe Indah, Nuansa.
Johnson Barry. L dan Nelson Jack K. 1986. Practical Measurements for Evaluation In Physical Education. Burgess Publishing Company.
Nurhasan. 2000.Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK UPI BANDUNG: Bandung.
Singer, Robert N. 1990. Motor Learning and Human Performance. NewYork: Macmillan Publishing Co. Inc
Sudjana.1996.Metode Statistika. CV. Tarsito: Bandung.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta: Bandung.
6
PERAN LATIHAN FISIK TERATUR TERHADAP FUNGSI MEMORI DAN KOGNITIF WANITA PASCA MENOPAUSE
Zulkarnain*)
Abstrak: Menopause suatu keadaan yang ditandai dengan tidak adanya menstruasi selama 12 bulan terakhir yang akibatkan berhentinya fungsi ovarium. Beberapa penelitian klinis menunjukkan bahwa penurunan atau kadar estrogen yang fluktuatif dalam sistem saraf pusat menimbulkan perubahan dalam memori, kognisi dan perilaku. Estrogen berperan dalam menjaga fungsi memori verbal dan meningkatkan kemampuan pembelajaran pada wanita. Estrogen juga meningkatkan plastisitas sinaptik di otak, pertumbuhan sel-sel neuron, dan neurogenesis hippocampal. Estrogen secara langsung mempengaruhi fungsi otak melalui reseptor estrogen yang terdapat pada neuron di beberapa area otak. Hormon tersebut kemungkinan berperan penting sebagai protektif terhadap penurunan fungsi-fungsi kognitif yang terjadi pada proses penuaan.Olahraga yang teratur dapat membantu mengendalikan sejumlah masalah fisik dan psikologis serta perubahan yang terkait dengan gejala menopause, termasuk defisit memori dan masalah kognitif. Olahraga intensitas sedang dapat memperbaiki dan meningkatkan sekresi estrogen pada wanita menopause. Program latihan untuk wanita menopause harus mencakup latihan ketahanan (aerobic) selama 20-60 menit aktivitas aerobik intensitas sedang dengan frekuensi 3-5 kali per minggu, dan harus disesuaikan dengan kondisi medis pasien.
Kata kunci: Latihan Fisik, Memori, Kognitif, PascaMenopause
Pendahuluan
Perbaikan standar pelayanan kesehatan telah berdampak terhadap usia harapan hidup dan pertumbuhan populasi usia lanjut dalam masyarakat menjadi meningkat, termasuk wanita pasca menopause. Menopause merupakan suatu fase dalam kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya periode menstruasi selama 12 bulan terakhir. Keadaan ini merupakan suatu fase transisi masa reproduktif menjadi masa non reproduktif bagi wanita, yang ditandai dengan penurunan hormon estrogen dalam sirkulasi secara drastis akibat berhentinya fungsi ovarium.
Penurunan estrogen pada fase tersebut menimbulkan berbagai permasalahan pada wanita meliputi gangguan kognitif, penurunan memori, psikologis dan keluhan fisik, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup dan ketidaknyamanan dalam aktivitas sehari-hari. Beberapa keluhan seperti penurunan daya ingat (defisit memori), gangguan konsentrasi, perubahan mood dan perilaku merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh wanita pasca menopause. Pemberian terapi sulih hormon telah lama digunakan untuk mencegah perubahan-perubahan yang timbul pada wanita menjelang menopause. Namun banyak dilaporkan bahwa pemakaian terapi hormon dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan kecenderungan resiko kanker, terutama kanker payudara. Oleh karena itu diperlukan pendekatan lain yang lebih aman bagi wanita dalam memasuki usia menjelang menopause, salah satunya adalah pendekatan non
farmakologis berupa latihan fisik teratur dan terukur.
Latihan fisik teratur dan terukur telah dibuktikan dapat meningkatkan kadar estrogen serum pada wanita menopause.8 Walaupun
mekanisme yang mendasarinya belum begitu jelas, Namun beberapa mekanisme yang diduga terlibat dalam peningkatan estrogen pasca latihan latihan fisik pada wanita menopause telah banyak dilaporkan, diantaranya adalah melalui peningkatan jumlah sekresi dan reseptor estrogen ekstragonad. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa peningkatan hormon estrogen pasca menopause setelah diberikan latihan fisik dipicu oleh meningkatnya steroidogenesis yang terjadi di korteks adrenal, jaringan adipose dan otot secara sistemik, maupun secara lokal di dalam otak.9,10.11
Aksi dan peran estrogen di otak
Pada wanita usia reproduktif, lebih dari 95% sintesis estrogen diperoleh dari ovarium dan dapat menjaga homeostasis pertumbuhan dan perkembangan semua organ, termasuk sel saraf di otak.3 Akan tetapi setelah masa menopause
keseimbangan ini akan terganggu akibat berhentinya fungsi ovarium. Estrogen berperan penting sebagai neuroprotektif dan memicu proses sinaptogenesis didalam otak. Penurunan estrogen secara drastis pada usia pasca menopause juga dapat mengganggu suplai nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel saraf diotak, sehingga cenderung menyebabkan gangguan fungsi kognitif, memori (daya ingat), perubahan mood dan kelainan pada koordinasi motorik. Secara
7 fisiologis, ketersediaan estrogen di otak
dipengaruhi oleh biosintesis hormon steroid secara sistemik dan sekresi estrogen secara lokal di otak.
Cerebellum merupakan salah satu organ steroidogenik diotak yang mampu mensintesis hormon estrogen secara lokal. Cerebellum bersifat autokrin dan reseptor estrogen tersebar luas didalamnya.17 Hormon estrogen yang telah
disekresikan akan menimbulkan efek biologis setelah berikatan dengan reseptor didalam sel target. Sebagian besar aksi estrogen didalam otak terjadi melalui jalur genomik yang diperantarai oleh reseptor estrogen α (REα) dan reseptor estrogen β (REβ). Dalam perkembangan otak, ekspresi REβ lebih dominan dibandingkan REα
karena REβ tersebar diseluruh sel bagian corteks cerebellum, sedangkan REα hanya terekspresi pada sel Purkinje cerebellum (gambar 1).
Hormon estrogen juga berperan penting dalam proses diferensiasi sel Purkinje, pertumbuhan sel dendrit dan perkembangan neuron. Selain aksi estrogen, terdapat kelompok faktor pertumbuhan di otak yang terlibat dalam perkembangan memori yaitu neurotropin, berperan dalam mengatur proses diferensiasi dan pemeliharaan neuron/neuroglia. Aktivitas neurotropin bekerja secara sinergis dengan aksi estrogen.
Gambar 1. Neurosteroidogenesis pada perkembangan sel Purkinje (Sumber: Tsutsui, 2005)
Neurotrophin dapat meningkatkan aksi estrogen dengan cara meningkatkan ketersediaan reseptor/ligan estrogen, begitu juga dengan estrogen yang mampu meningkatkan aksi neurotrophin maupun ekspresi reseptornya.12
Penurunan kadar estrogen dan neurotropin pasca menopause menyebabkan gangguan struktur dan fungsi sel saraf serta berakhir dengan kematian sel saraf.12,14 Perubahan inilah yang mendasari
gangguan fungsi kognitif, memori dan koordinasi motorik pada wanita pasca menopause.
Peran latihan fisik dalam pemeliharaan otak
Latihan fisik yang dapat memberikan pengaruh fisiologis harus dilakukan secara teratur dan berulang agar tubuh dapat beradaptasi dengan beban latihan yang diberikan. Beban latihan disesuaikan dengan memperhatikan tipe, intensitas, durasi dan frekuensi latihan fisik sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal terutama untuk kebugaran aerobik. Pada wanita pascamenopause akan terjadi penurunan kebugaran fisik akibat penurunan fungsi fisiologis dari kerja estrogen. Oleh karena itu, intensitas latihan fisik yang diberikan
bervariasi sesuai dengan kemampuannya dalam beradaptasi terhadap intensitas latihan fisik. Latihan fisik yang direkomendasikan adalah jenis aerobik berupa jalan kaki dengan intensitas sedang yang dapat dilakukan selama 20 – 60 menit dengan frekuensi 3 – 5 kali per minggu.
Cotman dan Berchtold (2002) menyatakan bahwa latihan fisik dapat membantu memelihara kesehatan otak, fungsi memori serta plastisitas sepanjang kehidupan. Hal tersebut telah dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa latihan fisik intensitas sedang dapat mencegah penurunan fungsi memori dan apoptosis pada neuron-neuron di hipocampus dan gyrus dentate, serta menghambat kematian sel Purkinje cerebellum. Perkembangan dan perbaikan fungsi memori ini berkaitan dengan peran estrogen dan keterlibatan neurotropin didalam otak.
Peran latihan fisik terhadap aksi estrogen di otak selama masa menopause
Hasil penelitian Agustiningsih (2006) menyatakan bahwa latihan fisik teratur dan
8
terukur dapat meningkatkan kadar estrogen serum pada wanita menopause. Selanjutnya Asnawati (2010) dan Bebasari (2010) melakukan pengkajian terhadap tikus yang diovariektomi sebagai model menopause, keduanya mendapatkan peningkatan ekspresi CYP19 aromatase ekstragonad setelah diberikan latihan fisik teratur intensitas sedang. Ekspresi CYP19 merupakan gen penghasil P450 aromatase yang merupakan enzim kunci dalam biosintesis estrogen.
Kemampuan jaringan ekstragonad untuk mensintesis estrogen selama menopause terjadi melalui aktivasi aromatase oleh mediator inflamasi.25 Beberapa penelitian lainnya juga
menduga adanya keterlibatan mediator inflamasi interleukin-6 (IL-6) dalam memicu peningkatan estrogen sirkulasi setelah latihan fisik.Pederson et al. (2004) melaporkan latihan fisik menstimulasi produksi IL-6 secara lokal pada otot skelet yang akan dilepaskan dalam jumlah besar ke sirkulasi. Selain di otot, IL-6 juga dilepaskan oleh jaringan
otak saat latihan fisik intensitas sedang selama 60 menit. Peningkatan IL-6 di otot skelet dan otak akibat latihan fisik juga dapat memicu sekresi faktor pertumbuhan otak (neurotropin) yang berinteraksi positif dengan reseptor estrogen dijaringan otak.
Stimulasi IL-6 dapat meregulasi steroidogenesis pada kelenjar adrenal baik secara langsung maupun tidak langsung melalui aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA). Eksresi IL-6 saat latihan fisik dapat menyebabkan sekresi ACTH yang mampu menstimulasi steroidogenesis kelenjar adrenal melalui aktivasi pembentukan pregenolon dan turunan-turunannya (Gambar 2). Oleh karena itu, peningkatan steroidogenesis di kelenjar adrenal pada wanita menopause akan menjamin ketersediaan androgen adrenal yang menjadi sumber aromatisasi pada jaringan ekstragonadal lain, termasuk di otak.
Gambar 2. Peran IL-6 dalam regulasi steroidogenesis(Sumber: Guzman et al., 2010)
Latihan fisik juga dilaporkan dapat meningkatkan ekspresi reseptor estrogen (RE) pada target organ. Pada tikus ovariektomi yang diberikan latihan fisik aerobik endurance dengan intensitas sedang menyebabkan peningkatan ekspresi mRNA REα di ventrikel kiri jantung dan di hepar. Peningkatan jumlah ekspresi reseptor juga terjadi didalam otak sebagai organ steroidogenik.Kadar hormon yang beredar dalam sirkulasi serta kebutuhan fisiologis jaringan juga berpengaruh terhadap jumlah ekspresi reseptor suatu hormon.Oleh karena itu, pengaruh latihan
fisik terhadap ekspresi RE jaringan akan memperbaiki kadar estrogen dalam sirkulasi dan jaringan target, termasuk didalam otak.
Aktivasi transkripsi RE juga dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan otak (neurotropin) melalui jalur ligand independent activation yang meningkat setelah diberikan latihan fisik.Didalam otak, secara genomik estrogen dan neurotrophin berinteraksi secara sinergis. Neurotrophin dapat meningkatkan aksi estrogen dengan jalan meningkatkan ketersediaan reseptor/ligan estrogen. Demikian juga, estrogen yang mampu
9 meningkatkan aksi neurotrophin maupun ekspresi
reseptornya. Mekanisme neurotropin dalam menginduksi transkripsi RE terjadi melalui jalur sinyal MAPK/ERK (Mitogen-Activated Protein
Kinase/Extracellular Signal Regulated Kinase) (Gambar 3).
Gambar 3. Jalur signaling estrogen dan reseptor estrogen di otak (Sumber: McEwen, 2002)
Kesimpulan
Latihan fisik teratur dan terukur sangat bermanfaat bagi wanita menopause untuk memperbaiki keseimbangan aksi estrogen terhadap fungsi kognitif dan memori di otak. Latihan fisik yang direkomendasikan adalah jenis aerobik berupa jalan kaki dengan intensitas sedang yang dapat dilakukan selama 20-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Latihan fisik teratur intensitas sedang dapat memicu sekresi estrogen dan meningkatkan ekspresi reseptor estrogen didalam otak, sekaligus bersinergis positif dengan faktor pertumbuhan otak (neurotropin).
Daftar Pustaka
Agustiningsih, D. 2006. Pengaruh olahraga teratur dan terukur terhadap kadar hormon estrogen serum wanita pascamenopause. MIFI. 51:123-34.
Asnawati. 2010. Ekspresi CYP19 aromatase di korteks adrenal tikus sprague dawley yang diovariektomi lebih tinggi akibat olahraga teratur [tesis]. Univ. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bebasari, E. 2010. Ekspresi CYP19 aromatase di jaringan adiposa tikus sprague Dawley yang diovariektomi lebih tinggi akibat olahraga teratur [tesis]. Univ. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bhavnani BR dan Strickler RC. 2005. Menopausal hormone therapy. J Obstet Gynaecol Can. 27(2):137-62.
Bronstein SR, Rutkowski H, dan Vrezas I. 2004. Cytokines and steroidogenesis.Mol Cell Endocrinol..215:135-41.
Guyton AC dan Hall JE. 2006. Female Physiology Before Pregnancy and Female Hormones, Dalam: Textbook of Medical Physiology. 11th Ed. Philadelphia :
Elsevier Inc. :1022-26.
Guzman C, Hernandez-Bello L, dan Morales-Montor J. 2010. Regulation of steroidogenesis of reproductive, adrenal and neural tissue by cytokines. J Neuroendocrinol..3:161-9.
Henderson VW. 2008. Cognitive Changes After Menopause: Influence of Estrogen. Clin Obstet Gynecol. 51(3):618–626.
Maia JR, Casoy J, dan Valente J. 2009. Testosterone replacement therapy in the climacteric: benefits beyond sexuality. Gynecol Endocrinol. .25:12-20.
Matsuhada F, Sakakima H, dan Yoshida Y. 2011. The effects of early exercise on brain damage and recovery after focal cerebri infarction in rats. Acta Physiol. .201:275-87.
Pelletier G. 2010. Steroidogenic enzymes in the brain: morphological aspects. Martiani, L., editors. Neuroendocrinology: The Normal Neuroendocrine System, 1st ed.
Amsterdam : Elsevier :193-208.
Rao SS, Singh M, Parkar M, dan Sugumaran R. 2008. Health maintenance in posmenopausal women. Am Fam Physician.78:583-91.
10
Thurston RC dan Joffe H. 2011. Vasomotor Symptoms and Menopause: Findings from the Study of Women’s Health Across the Nation. Obstet Gynecol Clin North Am. .38(3):489–501.
Tzutsui K. 2009. Neurosteroid biosynthesis and action in the purkinje cell. J Exp Neurosci..21-12.
Whaley MH, Brubaker PH, dan Otto RM. 2006. ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Prescrition. 7th ed. Philadephia :
Lippincott William & Winkins.:10-15.
11
ANALISIS PEMBINAAN OLAHRAGA PELAJAR KABUPATEN PIDIE JAYA JAYA JAYA
Rusli*)
Abstract: Kabupaten Pidie Jaya saat ini sedang melakukan pengembangan olahraga pelajar dan sangat mendukung program keolahragaan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar terjadi sinergi dalam pengembangan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya Jaya Jaya. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui perencanaan, (2) pengorganisasian,(3) penggerakan, dan (4) pengawasan yang dilakukan Dispora Pidie Jaya dalam meningkatkan kinerja pembinaan olahraga pelajar. Penelitian ini berupaya mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan manajemen dalam pemassalan, pembibitan dan pembinaan olahraga. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah Dinas Pemuda dan Olahraga dan Dinas Pendidikan Pidie Jaya. Instrumen pengumpulkan data dengan lembar observasi, pedoman wawancara dan format dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mekanisme pembinaan olahraga pelajarbelum baik dilihat dari fungsi manajemen yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Kata Kunci: Analisis, Pembinaan, Olahraga Pelajar
Pendahuluan
Sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2000 (selanjutnya disingkat UU No.25/2000) tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000 sampai 2004 khususnya dalam bidang olahraga adalah :Program pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga : (1) Program pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga, (2) Program pemasyarakatan olahraga, (3) Program pemanduan bakat dan bibit olahraga, dan (4) Program peningkatan prestasi olahraga. Ditambah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kemudian berjalannya otonomi daerah yang memberikan motivasi kepada kita semua dalam rangka pengembangan suatu wilayah dalam suasana yang kondusif dan dalam wawasan yang demokratis dilanjutkan lagi dengan adanya kebijakan Bupati Kabupaten Pidie Jaya yang berfokus pada peningkatan sumberdaya manusia masyarakat Kabupaten Pidie Jaya khususnya pada bidang pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah-sekolah dan masyarakat sebagai subsistim pendidikan secara menyeluruh yang nantinya dapat meningkatkan kualitas fisik, karakter, etika, disiplin, dan kepribadian masyarakat Pidie Jaya.
Ditambah lagi dengan adanya kebijakan Bupati Kabupaten Pidie Jaya yang berfokus pada peningkatan sumberdaya manusia masyarakat Kabupaten Pidie Jaya khususnya pada bidang pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah-sekolah dan masyarakat sebagai subsistim pendidikan secara menyeluruh yang nantinya dapat meningkatkan kualitas fisik, karakter, etika, disiplin, dan kepribadian masyarakat Pidie Jaya.
Berdasarkan prestasi yang dicapai Kabupaten Pidie Jaya Jaya Jaya pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Aceh Tamiang dan Pekan Olahraga Pelajar Daerah di Banda Aceh, maka sangat jelas bahwa perlu ada keserasian antara pemerintah Kabupaten dan para pemegang kebijakan.
Kabupaten Pidie Jaya dalam pengembangan olahraga pelajar dan guna mendukung program keolahragaan. Hal ini dimaksudkan agar terjadi sinergi dalam pengembangan olahraga pelajar di Kabupaten Pidie Jaya dan efisiensi penggunaan dana peningkatan prestasi olahraga pada tingkat pelajar.
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam pengembangan olahraga Kabupaten Pidie Jaya: (1) Sumberdaya manusia olahraga (pelatih, atlet, dan pengurus olahraga, (2) Sarana dan Prasarana, (3) Kebijakan Pemerintah daerah Kabupaten Pidie Jaya dan (4) Kinerja Organisasi. Namun demikian faktor potensi wilayah dan jumlah penduduk turut menunjang didalamnya. Kabupaten mempunyai luas wilayah 1.073.60 km2
persegi dan wilayah sebelah barat berbatasan: Kabupaten Pidie Jaya, wilayah sebelah timur berbatasan: Kabupaten Bireuen dengan jumlah penduduk 149.803 jiwa, yang tersebar 8 kecamatan 222 desa dan 9 kelurahan.
Berbagai program pembinaan olahraga empat tahun terakhir belum memperlihatkan hasil yang maksimal. Penetapan cabang olahraga perioritas atau unggulan seharusnya ditetapkan berdasarkan sumber daya manusia olahraga (pengurus, pelatih, atlet dan guru olahraga), sarana dan prasarana olahraga yang dimiliki dan kebijakan pemerintah dalam penyediaan dana pembinaan
12
olahraga pelajar.Kabupaten Pidie Jaya di perlukan suatu komitmen yang tinggi dan di tindak lanjuti oleh kebijakan pemerintah dalam penyediaandana pembinaan olahraga serta transparansi yang akuntabel didalam pengembangan pembinaan olahraga pelajar.
Sehubungan dengan hal itu, Pemerintah Daerah, Dispora Kabupaten Pidie Jaya sebagai badan pengelolah tertinggi dalam pengembangan olahraga pelajar di daerah perlu menyikapi fenomena dan membuat langkah-langkah strategis untuk pengembangan olahraga pelajar di Kabupaten Pidie Jaya Jaya Jaya. Salah satu langkah yang mendasar perlu dilakukan adalah perlunya data tentang sumber daya manusia (atlet, guru olahraga, pelatih, dan pengurus cabang olahraga). Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya dan pendanaan dalam menetapkan strategi untuk mempersiapkan potensi pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, dapat digambarkan prestasi olahraga pelajar Pidie Jaya cenderung mengalami penurunan, Tolak ukur keberhasilan pembinaan prestasi olahraga pelajar yang dicapai oleh Kabupaten Pidie Jaya adalah keikutsertaan pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA). Untuk melihat keberhasilan pembinaan olahraga di Kabupaten Pidie Jaya perlu melihat tingkat perbandingan prestasi pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) ke XI di Aceh Tamiang dengan prestasi pada POPDA ke XII di Banda Aceh. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian pembinaan olahraga Kabupaten Pidie Jaya untuk terarahnya pembinaan maka diperlukan data olahraga pembinaan yang akurat Kabupaten Pidie Jaya.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: (1) Perencanaan pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya, (2) Pengorganisasian pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya, (3) Penggerakan pembinaan olahraga pelajar di Kabupaten Pidie Jaya dan (4) Pengawasan pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya.
Kajian Teoritis
Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu Pasau (2006:12).
Mahendra (1998:6) menyatakan bahwa “secara tradisional, program pengajaran pendidikan jasmani digambarkan sebagai lantai dasar dari sebuah segitiga sama kaki, atau yang sering disebut
sebagai bentuk piramid. Tepat di atasnya terdapat program olahraga rekreasi, atau lajim pula disebut program klub olahraga.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan olahraga pelajar merupakan merupakan suatu kegiatan yang berfokus pada atlet pelajar yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan dengan program pembinaan yang jelas. Jenjang pembinaannya yaitu dimulai dari usaha yang dapat dilakukan mulai dari keluarga hingga ke jenjang sekolah dalam bentuk pendidikan jasmani dan olahraga oleh guru pendidikan jasmani.
Program pengajaran pendidikan jasmani merupakan tempat untuk mengajarkan keterampilan, strategi, konsep-konsep, serta pengetahuan esensial yang berkaitan dengan hubungan antara kegiatan fisik dengan perkembangan fisik, otot dan syaraf, kognitif, sosial serta emosional anak. Ini berarti bahwa program pendidikan jasmani yang baik bertindak sebagai dasar yang kokoh dan solid untuk seluruh program olahraga dan aktivitas fisik di sekolah dan masyarakat http://www.majalahpendidikan.com.
Setiap fungsi manajemen harus dilaksanakan dengan seksama, mengikuti aturan dan dijalankan dengan sistematis agar program yang dijalankan oleh sebuah organisasi dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian untuk dapat menjalankan setiap tiap program tersebut, harus ada yang membuat perencanaan, adanya pengorganisasian mengenai siapa yang melaksanakanapa dan diperlukan pula adanya yang menjalankan fungsi pengawasan manajemen.
Prosedur Penelitian
Jenis penelitian adalah jenis penelitian evaluasi dengan metode deskriptif. Rancangan penelitian adalah suatu rancangan untuk menjawab hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Rancangan penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Dalam hal ini Arikunto (2006:41) menjelaskan “rancangan penelitian adalah rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancang-ancang kegiatan yang dilakukan”.
Ancang-ancang yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk mengetahui pembinaan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan evaluasi.
Subjek penelitan merupakan sumber data yang memberikan kejelasan mengenai duduk persoalan yang dikaji. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek hanya sumber yang memberikan informasi secara lengkap dan cermat mengenai beberapa peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi. Dalam kaitannya dengan sumber data ini, Nasution (1992:32) mengemukakan: “subjek
13 ditentukan secara purporsive bertalian dengan
purpose atau tujuan tertentu”.
Tabel 1. Daftar Subjek Penelitian
No Nama Jabatan Keterangan
1 Hasbullah, S.Pd Pengawas Olahraga Dinas Pendidikan 2 Saifuddin, S.Pd, M.Pd Kabid Olahraga Dispora
3 Munawir, S.Pd Guru Olahraga Dinas Pendidikan Dengan pertimbangan pengambilan sampel
nama–nama tersebut di atas sebagai subjek karena dianggap memahami tentang pembinaan olahraga pelajar di Pidie Jaya, mereka terlibat langsung pada program pembinaan ini, sehingga harapan peneliti untuk memperoleh data yang representatif tercapai sehingga memudahkan peneliti menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian.
Dalam memperoleh data manajemen pembinaan olahraga pelajar Pidie Jaya peneliti menggunakan instrumen lembar observasi, pedoman wawancara dan format yang di kembangkan olah penulis dengan merujuk pada teoriArikunto (2002:137)yang terlebih dahulu divalidasi oleh pakar yang dalam hal ini adalah Dr. Nyak Amir, M.Pd dan Dr. Saifuddin, M.Pd.
Hasildan Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi tentang analisis pembinaan dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Visi dan misi pembinaan olahraga pelajar Pidie Jaya adalah untuk membina atlet yang beprestasi ditingkat Nasional dan Internasional. Tujuan dan sasaran diselenggarakan pembinaan olahraga pelajar Pidie Jaya Jaya Jaya adalah untuk menghasilkan atlet-atlet yang berprestasi di semua cabang olahraga ditingkat pelajar dan mengembangkan bakat dan minat siswa dalam olahraga serta mengembangkan jiwa spotifitas, kompetitif, rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab.
b. Mengembangkan budaya hidup sehat dan gemar olahraga serta menumbuhkan nasionalisme dan cinta tanah air.Sedangkan yang menjadi sasaran dari kegiatan ini adalah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Dinas Pendidikan kurang memberikan dukungan baik materi dan moril serta memberi izin kepada pelajar yang mengikuti
pertandingan, sehingga mengurangkan minat dan bakat pelajar dalam mengikuti olahraga.
Dinas Pemuda dan Olahraga kurang memperhatikan sarana dan prasaran olahraga agar terwujud nya prestasi yang diinginkan dan kegiatan yang akan dijalankan tidak berjalan sesuai yang direncanakan.
Berdasarkan uraian diatas, tampak jelas visi dan misi secara tertulis tidak baik, sedangkan sasaran yang ditujukan sudah terlihat dengan jelas.
2. Pengorganisasian
Untuk Dinas Pendidikan sebagai penyelenggara seleksi di tingkat Provinsi telah menyusun sturktur dan pendelegasian wewenang kepada orang-orang yang dianggap kurang cakap dan berkompeten dalam bidangnya, sehingga tidak dapat menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Untuk Dinas Pemuda dan Olahraga yang menjalakan pengurus cabang kurang menempatkan orang-orang yang ahli dibidangnya masing-masing.
Berdasarkan uraian diatas, tampak jelas bahwa pengorganisasian yang dijalankan tidak baik karena kurangnya sumber daya manusia yang ahli dibidangnya sehingga menempatkan orang- orang yang tidak sesuai dengan keahliannya. 3. Pelaksanaan.
Dengan program yang di buat telah dijalankan sesuai dengan yang diharapkan, setiap atlet yang ikut pertandingan adalah dari utusan sekolah, artinya setiap atlet yang telah diseleksi atlet tersebut ikut untuk pertandingan di tingkat yang lebih tinggi, dan program ini untuk semua cabang olahraga.
Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa program yang dijalankan sesuai dengan yang diharapkan ini terbukti setiap atlet yang ikut pertandingan diseleksi terlebih dahulu untuk mewakili sekolah mereka masing-masing dan program ini berjalan untuk semua cabang olahraga.
4. Pengawasan
Proses pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga bertanggung jawab dengan pembinaan atlet pelajar Pidie Jaya, oleh karenanya tim pengawas melakukan monitoring dalam pembinaan olahraga pelajar dan
14
memberikan laporan pelaksanaan kegiatan untuk di evaluasi yang bertujuan perbaikan di masa mendatang agar prestasi olahraga pelajar di Pidie Jaya dapat berprestasi.
Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa proses pengawasan berjalan dengan baik, ini terbukti dengan ada tim pengawas yang memonitoring langsung pembinaan dan juga melihat proses pembinaan serta mengadakan evaluasi kegiatan pembinaan
Kesimpulan
Pada terakhir ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan serta temuan pada pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya. Temuan dan analisa data penelitian yang berkaitan dengan analisis manajemen pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya, berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian proses manajemen yaitu bidang perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Secara umum bahwa penerapan manajemen belum terlaksana dengan baik. Adapun kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses perencanaan pembinaan olahraga
pelajar Kabupaten Pidie Jaya diawali dalam penyusunan program kerja, baik program kerja jangka panjang maupun program jangka pendek secara keseluruhan belum tersusun dengan baik.
2. Pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya belum menjalankan fungsi pengorganisasian yang baik sesuai dengan membuat prinsip-prinsip organisasi, hal ini tergambar dari belum adanya wewenang yang jelas, pelimpahan wewenang juga belum jelas, serta pembagian tugas yang belum terstruktur. 3. Proses penggerakan dalam pembinaan
olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya belum terlaksana dengan baik, dimana belum dapat menggerakkan anggota-anggotanya dalam pelaksanaan aktivitas organisasi sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi dari masing-masing bidangnya.
4. Pembinaan olahraga pelajar Kabupaten Pidie Jaya juga belum dapat melaksanakan proses pengawasan dengan baik, hal ini terbukti dengan tidak adanya evaluasi harian pada saat melakukan latihan, minggu, bulan dan tahunan, baik pengawasan terhadap pelaksanaan latihan maupun program kerja cabang olahraga.
Daftar Pustaka
Altman, S, & Hodgetts, R.1994. Reading in Organizational Behavior.Miami,FL: W.B. Saunders
Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Yogyakarta: Bumi Aksa. Grantham. 1998. Method of Reaserch. Manchester:
Garil Spadona Press
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, Proyek Penelitian Tenega Kependidikan.
Harsuki. 2002. Manajemen Olahraga. Jakarta Hidayat.2002. Metodologi Penelitian. Bandung:
Mandar Maju http://id.wikipedia.org http://www.jurnas.com
http://www.majalahpendidikan.com
Mahendra. 1998. Teori Belajar dan Pembelajaran. Motorik. Bandung: IKIP Bandung Perss Nasution. 1992. Metode Penelitian
Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito
Noerbai. 2003. Menyelamatkan Aktivitas Olahraga dari Korban Apapun. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
Pasau, Anwar. 2006. Manajemen Olahraga. Makassar: Materi Perkuliahan PPS Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Paturusi, Achmat. 2012. Manajemen Pendidikan
Jasmani dan Olahraga. Jakarta.
Purnomohadi. 2003. Prasarana Olahraga Untuk Menyongsong Hari Depan Olahraga di Indonesia. Dalam Haszuki (ED) Perkembangan Pakar Olahraga.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung. Terry, George R. 1991. Principles of Management.
London: University Press.
15
HUBUNGAN KONSEP DIRI, POLA HIDUP SEHAT DAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI
M. Ziad*)
Abstrak: Pestasi belajar pendidikan jasmani dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu kondisi fisik yang dalam hal ini adalah kebugaran Jasmani dan faktor psikologis yang didalamnya terdapat aspek konsep diri dan pola hidup sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri, pola hidup sehat dan kebugaran jasmani dengan prestasi belajar pendidikan jasmani siswa Madrasah Aliyah Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 830 siswa. Berdasarkan acuan pengambilan sampel 10% dari jumlah populasi maka didapat sampel 62 siswa laki laki dan 13 siswa perempuan sehingga jumlah sampel secara keseluruhan adalah 75 siswa. Dari hasil analisis data yang dapat diperoleh hasil penelitian, koefisien korelasi konsep diri (X1) dengan prestasi belajar pendidikan jasmani (Y) siswa sebesar 0.27 dengan rhitung> rtabel (0.27 >0.227) sehingga terdapat hubungan X1 dengan Y. Koefisien korelasi pola hidup sehat (X2) dengan prestasi belajar pendidikan jasmani (Y) siswa sebesar 0.37 dengan rhitung> rtabel (0.37 >0.227) sehingga terdapat hubungan X2 dengan Y. Koefisien korelasi kebugaran jasmani (X3) dengan prestasi belajar pendidikan jasmani (Y) siswa sebesar 0.27 dengan rhitung> rtabel (0.27>0.227) sehingga terdapat hubungan antara X3 dengan Y. Koefisien korelasi secara bersama-sama konsep diri, pola hidup sehat dan kebugaran jasmani dengan prestasi belajar Pendidikan Jasmani sebesar 0.51 untuk taraf signifikansi α=0.05 dan n = 75, dengan rtabel=0.227 dan rhitung=0.51 dapat disimpulkan bahwa rhitung> rtabel (0.51>0.227), sehingga terdapat hubungan konsep diri, pola hidup sehat dan kebugaran jasmani dengan prestasi belajar Pendidikan Jasmani siswa Madrasah Aliyah Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Dari penghitungan pengujian hipotesis diperoleh Fhitung=8,320 sedangkan nilai Ftabel=2,73 yang artinya Fhitung = 8,320 > dari nilai Ftabel=2,73 (Fhitung lebih besar dari Ftabel). Berarti hipotesis yang penulis ajukan diterima kebenarannya.
Kata kunci: Konsep Diri, Pola Hidup Sehat, Kebugaran Jasmani, Prestasi Belajar
Pendahuluan
Konsep diri merupakan keyakinan, pandangan atau penilaian individu terhadap dirinya baik dari segifisik, psikis dan perilaku yang dipengaruhi oleh penilaian dari orang lain. Konsep diri memiliki arti penting bagi seorang individu karena dengan adanya konsep diri individu dapat mempersepsikan diri dan lingkungannya, mempengaruhi perilakunya, dan juga mempengaruhi tingkat kepuasan yang diperoleh dalam kehidupannya. Terdapat perbedaan konsep diri antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Menurut penelitian Glaeser (2002) diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan konsep diri social antara remaja laki- laki dan remaja perempuan. Remaja laki-laki memiliki konsep diri social yang lebih rendah dibandingkan remaja perempuan. Oleh karena itu agar potensi si anak mampu keluar pada saat pelajaran pendidikan jasmani, harus memiliki konsep diri pada dirinya, yang dengan memiliki konsep diri berpengaruh terhadap kepercayaan diri yang pada akhirnya memberi dampak pada prestasi belajar pelajaran pendidikan jasmani.
Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana tingkat anak beraktifitas itu berbeda-beda pada masing-masing individu. Untuk dapat melaksanakan aktifitasnya itu dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal maka individu tersebut harus memiliki tingkat kesehatan yang baik dan stabil. Terlebih pada orang yang senantiasa melakukan aktifitas yang cukup berat, apalagi aktifitas yang cukup berat ini dilakukan oleh seseorang yang masihdalam usia anak-anak dan remaja, tentunya mereka harus selalu memperhatikan dan menjaga kondisi tubuh mereka dengan cara memenuhi segala kebutuhan bagitu buhnya secara seimbang.
Usia Anak-anak dan remaja merupakan usia yang termasuk kedalam kategori yang rentan akan gizi dan pada usia tersebut mereka masih dalam tahap perkembangan dan pertumbuhan, anak-anak dan remaja yang aktif dengan mempunyai aktifitas lebih dari anak-anak pada umumnya itu harus selalu memperhatikan dan melaksanakan pola hidup sehat agar tahap pertumbuhan dan perkembangan pada anak tersebut tidak terhambat. Sebagaimana yang
16
dijelaskan oleh Komariyah (2005:27) tentang kebutuhan gizi yaitu bahwa: Untuk anak-anak sampai remaja, diperlukan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan dan aktifitas (olahraga) sehinggga selain energi untuk aktifitasnya, diperlukan zat-zat gizi lainnya untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Namun, adakalanya banyak orang tua yang belum paham pentingnya memenuhi kebutuhan tubuh anaknya yang mempunyai aktifitas lebih. Anak-anak hanya diberimotivasi secara lisan dan tidak ditindak lanjuti dengan tindakan nyata bagi anak tersebut, karena dengan perilaku yang nyata ini kondisi kesehatan anak-anak terjaga dan terpelihara dengan baik.
Aktifitas yang dilakukan oleh setiap individu anak berbeda-beda tergantung pada kepentingan masing-masing individu anak. Salah satu aktifitas rutin yang dilakukan anak-anak ini yaitu pada saat mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, pendidikan jasmani merupakan pelajaran yang identik dengan aktifitas fisik yang menuntut siswa untuk mempunyai taraf kesehatan yang baik. Kesehatan yang baik tentu saja dapat dengan membiasakan pola hidup sehat. Karena kesehatan ialah segala permasalahan mengenai factor manusia secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kualitas sehat manusia itu sendiri.
Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, tetapi hal ini tidak dapat dicapai secara otomatis, sehat memerlukan pemeliharaan dan pembinaan semua factor yang secara universal mempengaruhinya. Dalam hubungan ini maka keadaan kesehatan seseorang tergantung pada fungsi keseluruhan dirinya dalam lingkungan dan pekerjaanya yang Nampak pada tingkahlakunya sehari-hari. Seseorang yang dapat bertingkahlaku secara positif dalam kehidupan sehari-hari harus dapat memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap keadaan jasmani, rohani, serta hubungan sosialnya sehingga dapat hidup lebih berdayaguna dan berhasil bagi kepentingan diri dan masyarakatnya. Menurut Giriwijoyo (1992:12) menjelaskan sehat menurut ilmu faal olahraga sebagai berikut: (1) Normalnya proses-proses fisiologis dalam tubuh, (2) Normalnya fungsi alat-alat tubuh dan (3) Normalnya fungsi tubuh secara keseluruhan.
Oleh karena fungsi alat-alat tubuh berubah antara keadaan istirahat dan keadaan kerja, maka sehat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Sehat statis: yaitu normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat.
2. Sehat dinamis: yaitu normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu kerja atau olahraga.
Dengan menerapkan pola hidup sehat pada diri siswa ini maka akan terpenuhinya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuh siswa baik secara anatomi maupun secara fisiologis. Komponen anatomis ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah-masalah yang bersifat structural pada tubuh manusia, sedangkan komponen fisiologis yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah-masalah yang bersifat fungsional pada tubuh manusia atau dengan kata lain adalah tingkat kemampuan menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya.
Agar anak-anak dan remaja dapat beraktifitas fisik dengan baik, harus dimulai dengan pola hidup yang sehat serta ditunjang dengan kebugaran jasmani diatas rata-rata, kemudian dibina melalui latihan- latihan yang teratur, terarah, terencana dengan baik serta teknik dan taktik yang tepat. Selain itu dalam pendidikan jasmani, unsure kebugaran jasmani sangat penting dimiliki oleh setiap siswa, karena unsure kebugaran jasmani merupakan dasar dalam maksimal atau tidaknya siswa dalam beraktifitas fisik pada saat pelajaran pendidikan jasmani. Di dalam unsure kebugaran jasmani itu sendiri terdapat unsure daya tahan, yang mana merupakan elemen yang sangat penting yang harus dimiliki bagi setiap individu. Harsono (1988:155), mengemukakan bahwa: “Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dalam waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut.”
Kebugaran jasmani yang telah ada perlud ipertahankan bahkan ditingkatkan, sesuai dengan pendapat Ichsan (1988:88) menjelaskan tentang kebugaran jasmani sebagai berikut: Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan penuh kesanggupan dan tanggung jawab, tanpa memiliki rasa lelah dan penuh semangat untuk menikmati penggunaan waktu luang dan menghadapi kemungkinan berbagai bahaya dimasa yang akan datang.
Senada Kiyatno (1996:4) kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang dan mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya atau keperluan mendadak.
Berdasarkan pendapat tentang pengertian kebugaran jasmani diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugassehari-hari tanpa merasa kelelahan dan bahkan masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk melaksanakan tugas berikutnya. Jadi apabilas eseorang yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik sesuai dengan tingkat tugas yang
17 dihadapi tanpa merasa kesulitan yang berarti,
sehingga dapat dikatakan orang tersebut mempunyai kebugaran jasmani yang cukup baik. Karena pendidikan jasmani identik dengan pelajaran yang membutuhkan tingkat kebugaran jasmani yang tinggi, dikarenakan pada saat pendidikan jasmani siswa dituntut untuk terus berkatifitas fisik selama pelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi dan studi empiris penulis, untuk memproleh prestasi belajar pendidikan jasmani yang baik, siswa MAN harus ditunjang dengan konsep diri pada dirinya, menerapkan pola hidup sehat dan meningkatkan kebugaran jasmaninya. Dimana, ketika seorang siswa tersebut mempunyai konsep diri, menerapkan pola hidup sehat dan meningkatkan kebugaran jasmani ke arah yang baik maka siswa tersebut dapat menguasai segala materi pelajaran yang diberikan oleh guru pendidikan jasmani yang pada akhirnya akan berujung kepada prestasi belajar pendidikan jasmani yang baik pula. Namun pada anak-anak dan remaja, untuk mempunyai konsep diri, mampu menerapkan pola hidup sehat dan meningkatkan kebugaran jasmani tidaklah mudah, hal ini dikarenakan mereka masih mempunyai psikologis yang labil atau dapat dikatakan masih dalam masa transisi yaitu dapat dengan mudah terpengaruh baik dari factor dalam maupun faktorl uar.
Berdasarkanhasil observasi pada sekolah sampel di beberapa sekolah di Aceh Besar, dapat di gambarkan bahwa prestasi belajar siswa relatif kurang baik, hasil kurang baik ini tidak terlepas dari faktor psikologis dan jasmaniah yang mempengaruhinya. Faktor psikologis tergambar dari konsep diri dan kebiasaan hidup yang dalam hal ini adalah pola hidup siswa sedangkan faktor jasmaniah tergambar dari tingkat kebugaran jasmani siswa tersebut.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Slameto (2010:54) yang mengatakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor intern. Faktor intern adalahf actor yang ada didalam diri individu yang sedang belajar.
Berikut ini uraian mengenai faktor - faktor tersebut:
1. Faktor Jasmaniah dibagi menjadi dua,yaitu : a. Kesehatan , sehat berarti dalam keadaan
baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit.
b. Cacatt ubuh,sesuatu yang menyebabkan kurang baik/kurang sempurna mengenai tubuh/badan
2. Faktor Psikologis Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat,
kematangan, kecakapan, sikap, kebiasaan, motivasi, disiplin dan partisipasi.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsep diri, pola hidup sehat dan tingkat kebugaran Jasmani dengan prestasi belajar pendidikam jasmani Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013.
Kajian Teoritis
Suliyanto (2012:2) menyampaikan bahwa Korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data nominal.
Konsep diri berawal dari pengertian the self atau diri itu sendiri. James (Sobur, 2011:499-500) mendefinisikan self sebagai “segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikis saja, melainkan juga tentang anak-istri, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman, milik dan uangnya”
Pola hidup sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindung idiri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat, Giriwijoyo (2007:45).
Menurut Widaninggar (2002:1) kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari– hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Menurut Tuu (2004:75) bahwa Prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru”.
Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi (corelation research). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel yang akan diteliti. Besar kecilnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi, hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto (1989:309) “Penelitian korelasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel, besar atau tingginya hubungan dinyatakan dengan koefien korelasi”.
18
Adapun rancangan penelitian ini sebagai berikut.
Keterangan: X1 = Konsep Diri
X2 = Pola Hidup Sehat
X3 = Kebugaran Jasmani
Y = Prestasi Belajar = Hubungan
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Aceh Besar Tahun pelajaran 2012/2013. Tabel 1. Jumlah Populasi Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Aceh Besar
No Madrasah Aliyah Negeri Jumla h Siswa Jumlah Sampel Tidak Hadir 1 MAN Indrapuri 100 12 2 2 MAN Kuta Baro 170 14 1
3 MAN Cot Gue 100 12 1
4 MAN Montasik 100 14 1 5 MAN Sibreh 180 15 1 6 MAN Darussalam 180 15 2 Total 830 83 8
Sumber: Mapemda Kabupaten Aceh Besar
Instrumen untuk mengungkap konsep diri, pola hidup sehat dan kebugaran jasmani siswa yang
dikembangkan oleh penulis dengan berdasarkan definisi operasional konsep diri merujuk pada teori Centi (Desmita 2010:166)yang terlebih dahulu divalidasi oleh pakar yang dalam hal ini adalah Prof. Dr. Yusrizal, M.Pd dan Dr. Nyak Amir, M.Pd.Bentukskala penilaianyang digunakan adalah skala likert dengan 5 alternatif jawaban yang terdiri dari(5)SangatSetuju,(4)Setuju,(3) Ragu-ragu, (2) Tidak Setuju, (1) Sangat Tidak Setuju.
Teknik pengumpulan data untuk menelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep diri dan pola hidup siswa didapat dengan memberikan instrumen konsep diri dan pola hidup siswa dalam bentuk kuisioner kepada siswa.
2. Kebugaran jasmani
Suherman (2009:129) menjelaskan bahwa tes kebugaran jasmani merupakan alat untuk mengukur daya kemampuan system kerja tubuh dan dalam hal ini juga mengukur derajat sehat dinamisnya. Dalam penelitian ini, tes kebugaran jasmani yang dilakukan adalah dengan menggunakan tes kebugaran jasmani Indonesia (Nurhasan, 2009:93). Adapun tes kebugaran jasmani butir-butir tesnya antara lain: Butir butir tesnya, terdiri dari: (a) Tes lari cepat 60 meter, (b) Tes angkat tubuh (60 detik), (c) Tes baring duduk (60 detik), (d) Tes loncat tegak, dan (d) Tes lari jauh (1000 meter).
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan koefesien korelasi ganda Menurut Sugiyono (2010:266) sebagai berikut:
Menurut Sudjana (1999:385) untuk menguji hipotesis korelasi ganda ataulebih variable X dengan variable Y dapat digunakan rumus sebagai berikut: