• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN TEMAN, DAN SARANA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA KELAS X SMA N 3 MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

LAURENSIUS FERY DWI PRASETYO 131224073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KELUARGA, DUKUNGANTEMAN,DANSARANABELAJARDENGAN PRESTASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA KELAS X SMA N 3 MAGELANG

Oleh:

LAURENSIUS FERY DWI PRASETYO 131224073

Telah disetujui oleh:

Pembinlbing

~

Dr. B.vWidharyanto, M. Pd.

ii

Tanggal, 24 Juli 2019

(3)
(4)

iv

MOTTO

“Lakukan hal-hal yang kau pikir tidak bisa kau lakukan”

(Eleanor Roosevelt)

“TUHAN adalah sumber pengharapanku”.

“Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.”

”Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan”

”Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya”

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur, saya persembahkan karya sederhana ini teruntuk:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menuntun setiap langkah hidupku.

2. Orang tua tercinta (Nicodemus Waljono & Chatarina Siena Yani) atas segala doa, dukungan, dan semangat yang luar biasa untukku.

3. Kakak tercinta (Margareta Perwita Hapsari) yang selalu membantu dan menyemangatiku.

4. Keluarga Besar (Kel. Cokro Sareh & Kel. Bedjo) yang selalu memberiku semangat dan kasih sayang.

5. Seorang yang spesial (Margareta Ika Putriana) yang selalu memberiku dukungan, motivasi, dan cinta selama ini.

6. Sahabat-sahabatku Wisnu Herbowo, Valentinus Rama, Yuli Susanto, Yohanes Demi, Silvester Adi, Josep Prastowo, Fahry Ardianto, Imam Abde, Hendrikus Indra, dan Adrian yang selalu ada untukku disaat suka dan duka.

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Dwi, Laurensius Fery. 2019. Hubungan Antara Lingkungan Keluarga, Dukungan Teman, dan Sarana Belajar dengan Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA N 3 Magelang. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas SanataDharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara: (1) lingkungan keluarga dan prestasi belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia, (2) dukungan teman dan prestasi belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia, (3) sarana belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian ini merupakan studi kasus di SMA N 3 Magelang, Jalan Medang nomer 17 Rejowinangun Utara, Magelang Tengah, Kota Magelang, Jawa Tengah.

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA N 3 Magelang. Sampel penelitian ini adalah 155 siswa kelas X SMA N 3 Magelang, angkatan 2018/2019. Teknik pengambilan sampel adalah proportional random sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan keluarga dan prestasi belajar siswa (ρ = 0,000 < ∝ = 0,05); (2) ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dan prestasi belajar siswa (ρ = 0,02 < ∝ = 0,05); (3) tidak ada korelasi positif dan signifikan antara sarana belajar dan prestasi belajar siswa (ρ = 0,718 > ∝ = 0,05).

Kata Kunci: Lingkungan keluarga, dukungan teman, sarana belajar, prestasi belajar, dan Korelasi.

(9)

ix ABSTRACT

Dwi, Laurensius Fery. 2019. The Correlation Among Family Environment, Friends Support, Learning Facilities, and Learning Achievement in Learning Indonesian Language for Grade X of SMA N 3 Magelang . Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

The purposes of this research are to know a positive and significant correlation between: (1) family environment and Indonesian language learning achievement, (2) classmates’ support and Indonesian language learning achievement, (3) learning facilities andIndonesian language learning achievement.

This research is a case study at SMA N 3 Magelang, Medang street number 17 North Rejowinangun, Central Magelang, Magelang City, Central Java. The population of this study were senior high school students of SMA N 3 Magelang.

The samples of this research were 155 ten grade students of SMA N 3 Magelang 2018/2019 batch. The technique of sampling was proportional random sampling.

Booklet and documentation were using in this research to collect some of data that are useful to support research. The technique of data analysis was Spearman Rank.

The results indicates that: (1) there is a positive and significant correlation between the family environment and Indonesian language learning achievement (ρ

= 0,000 < ∝ = 0.05); (2) there is a positive and significant correlation between classmates’ support and Indonesian language learning achievement (ρ = 0.02 < ∝

= 0.05); (3) there is no positive and significant correlation between learning facilities and Indonesian language learning achievement (ρ = 0.718 > ∝ = 0.05).

Keyword: Family environment, classmates, support, learning facility, student learning, and correlation

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dan terima kasih peneliti sembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa terselesainya skripsi ini karena adanya bimbingan, perhatian, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku kepala program studi PBSI Universitas Sanata Dharma.

3. Danang Satria Nugraha S.S., M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi PBSI, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

4. Dr. B. Widharyanto, M. Pd., selaku dosen pembimbing tunggal yang dengan penuh ketelitian telah mendampingi, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan bagi peneliti. Mulai dari proses awal hingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Danang Satria Nugraha S.S., M.A. yang telah bersedia menjadi validator untuk instrumen dari penelitian ini..

6. Segenap dosen Prodi PBSI, dosen MKU, dosen MKK, yang telah mendidik dan membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan.

7. Theresia Rusmiyati karyawan sekretariat PBSI yang selalu sabar memberikan pelayanan demi kelancaran peneliti dalam menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Istilah ... 8

1.6 Sitematika Penyajiann ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Lingkungan keluarga ... 13

2.2.2 Dukungan Teman ... 20

2.2.3 Sarana Belajar ... 22

2.2.4 Prestasi Belajar ... 26

(13)

xiii

2.2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 28

2.2.6 Bahasa Indonesia ... 31

2.3 Kerangka Berfikir ... 32

2.4 Paradigma Penelitian ... 33

2.5 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.2 Subjek dan Obyek Penelitian ... 36

3.3 Populasi, Sampel, dan Penarikan Sampel ... 36

3.4 Pengukuran Variabel Penelitian, Penentuan Kecenderungan Variabel, Definisi Operasionalisasi Variabel dan Kisi-kisi Instrumen ... 40

3.4.1 Pengukuran Variabel ... 40

3.4.2 Penentuan Kecenderungan Variabel ... 41

3.4.3 Definisi Operasionalisasi Variabel dan Kisi-kisi ... 42

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.6 Uji Istrumen Penelitian ... 47

3.6.1 Uji Validasi ... 47

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 52

3.7 Teknik Analisis Data ... 55

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 55

3.7.2 Pengujian Hipotesis ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Deskripsi Data ... 59

4.1.1 Variabel Lingkungan Keluarga ... 59

4.1.2 Variabel Dukungan Teman ... 60

4.1.3 Variabel Sarana Belajar ... 61

4.1.4 Variabel Prestasi Belajar ... 62

4.2 Analisis Data ... 63

4.2.1 Hipotesis I ... 63

(14)

xiv

4.2.2 Hipotesis II ... 65

4.2.3 Hipotesis III ... 66

4.3 Pembahasan ... 68

4.3.1 Hubungan Antara lingkungan Keluarga dan Prestasi Belajar Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 68

4.3.2 Hubungan antara Dukungan Teman dan Prestasi Belajar pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 69

4.3.3 Hubungan antara Sarana Belajar dan Prestasi Belajar pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 71

BAB V PENUTUP ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Implikasi ... 75

5.3 Saran ... 75

5.4 Keterbatasan ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 81

BIOGRAFI PENULIS ... 135

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Proposisi Sampel Siswa Setiap Kelas ... 39

Tabel 3.3 Penskoran Skala Likert ... 41

Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 42

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Keluarga ... 43

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Dukungan Teman ... 44

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Sarana Belajar ... 45

Tabel 3.8 Uji Validitas Lingkungan Keluarga ... 48

Tabel 3.9 Uji Validitas Dukungan Teman ... 50

Tabel 3.10 Uji Validitas Sarana Belajar ... 51

Tabel 3.11 Ringkasan Hasil Uji Validitas Butir ... 52

Tabel 3.12 Ujian Reliabilitas Variabel Lingkungan Keluarga ... 54

Tabel 3.13 Ujian Reliabilitas Variabel Dukungan Teman ... 54

Tabel 3.14 Ujian Reliabilitas Variabel Sarana Belajar ... 55

Tabel 3.15 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 58

Tabel 4.1 Diskripsi Lingkungan Keluarga ... 60

Tabel 4.2 Diskripsi Dukungan Teman ... 61

Tabel 4.3 Diskripsi Sarana Belajar ... 62

Tabel 4.4 Diskripsi Prestasi Belajar ... 63

Tabel 4.5 Rangkuman Uji Hipotesis I dengan Korelasi Spearman ... 64

Tabel 4.6 Rangkuman Uji Hipotesis II dengan Korelasi Spearman ... 65

Tabel 4.7 Rangkuman Uji Hipotesis III dengan Korelasi Spearman ... 67

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian ... 33

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Angket Penelitian ... 81

Lampiran 2 Daftar Prestasi Siswa ... 83

Lampiran 3 Lembar Validasi ... 85

Lampiran 4 Data Hasil Validasi Di Sekolah Variabel Lingkungan Keluarga, Dukungan Teman, dan Sarana Belajar ……… 93

Lampiran 5 Hasil Data Penelitian ... 96

Lampiran 6 Uji Reliabilitas dan Validitas Lingkunga Keluarga ... 109

Lampiran 7 Uji Reliabilitas dan Validitas Dukungan Teman ... 112

Lampiran 8 Uji Reliabilitas dan Validitas Sarana Belajar ... 114

Lampiran 9 Hasil Hitung Spearman Rank Lingkungan Keluarga ... 116

Lampiran 10 Hasil Hitung Spearman Rank Dukungan Teman ... 118

Lampiran 11 Hasil Hitung Spearman Rank Sarana Belajar ... 120

Lampiran 12 Surat Untuk Validator ... 122

Lampiran 13 Surat Izin Fakultas ... 123

Lampiran 14 Surat Keretangan Sudah Melakukan Penelitian ... 124

Lampiran 15 Daftar Siswa Kelas X SMA N 3 Magelang ... 125

Lampiran 16 Angket Validasi Oleh siswa ... 127

Lampiran 17 Angket Data ... 131

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya unuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global serta merupakan sarana terpenting dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.Dengan pendidikan diarapkan kemampuan, mutu pendidikan, dan martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan.Untuk meningkatkan SDM yang berkualitas dilaksanakan melalui jalur pendidikan dasar, pendidikan mengah, dan pendidikan tinggi.

Sebagai institusi, pendidikan pada prinsipnya memikul amanah “etika masa depan”. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran bahwa setiap anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti bahwa, di satu pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbautan yang dilakukannya sekarang ini. Sementara itu pihak lain, manusia dituntut untuk mampu mengantisipasi, merumuskan nilai- nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas dalam suasana yang tidak pasti agar

(19)

generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari (Joesoef, 2001: 198-199).

Dalam konteks etika masa depan tersebut, visi pendidikan seharusnya lahir dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan menanti apapun dari masa depan, karena sesungguhnya masa depan itulah mengaharap-harapkan dari kita, kita sendirilah yang seharusnya menyiapkannya (Joesoef, 2001: 198). Visi ini tentu saja mensyaratkan bahwa, sebagai institusi, pendidikan harus solid. Idealnya, pendidikan yang solid adalah pendidikan yang steril dari berbagai permasalahan.

Namun hal ini adalah suatu kemustahilan. Suka atau tidak suka, permasalahan akan selalu ada dimanapun dan kapanpun, termasuk dalam institusi pendidikan.

Banyak permasalahan terjadi di dunia pendidikan Indonesia yang menghambat pencapaian SDM yang berkualitas. Permasalahan ini bukan hanya berasal dari sistem pendidikan Indonesia, akan tetapi permasalahan itu muncul dari pelaku pendidikan. Misalnya, banyaknya pelajar yang melakukan tawuran, mengkonsumsi narkoba, dan melakukan free sex. Menurut kompas.com yang diunduh tanggal 31 Desember 2017, terdapat dua kali tawuran antarpelajar selama tahun 2017. Selain itu, ada oknum guru yang dengan sengaja membiarkan kecurangan terjadi saat UN dengan alasan agar para siswanya lulus 100%. Dengan demikian, seluruh pelaku pendidikan harus bekerja sama memecahkan permasalahan tersebut demi pencapaian SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, persoalannya bukanlah usaha menghindari permasalahah, tetapi justru perlunya menghadapi permasalahan itu secara cerdas dengan mengidentifikasi dan memahami substansinya untuk kemudian dicari solusinya.

(20)

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan adalah prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes (Nurkholis, 2006: 10).

Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia yang terdiri dari faktor fisiologis (karena sakit, karena kurang sehat, karena cacat tubuh), dan faktor psikologis (intelegensi, bakat, minat, motivasi, kemandirian belajar dan faktor kesehatan mental). Kondisi siswa yang kurang sehat akan mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai siswa. Kesehatan siswa yang terganggu itu dapat membuat siswa tidak bergairah untuk belajar. Tidak adanya gairah untuk belajar membuat siswa tidak mampu menerima pelajaran dari guru dengan baik.

Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, sarana belajar, dan media massa. Menurut Nana Saodah (2007: 2-3), keluarga merupakan kelompok terkecil yang terdiri dari suami, istri, beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga tersebut lazimnya disebut rumah tangga yang merupakan unit terkecil masyarakat sebagai wadah dan proses perkembangan anak dalam mengarungi kehidupan. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada pihak sekolah dan masyarakat. Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Situasi keluarga yang tidak nyaman dapat membuat anak cenderung malas

(21)

dalam belajar dan tidak nyaman tinggal di rumah. Akan tetapi, situasi keluarga yang nyaman dan damai dapat membuat anak merasa nyaman tinggal di rumah dan dapat mendorong anak untuk belajar dengan giat. Dengan demikian, situasi keluarga akan mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai siswa. Karena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Keluarga sebagai lembaga tidak mempuyai program yang resmi seperti yang dimiliki oleh lembaga pendidikan formal. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak.

Banyak upaya yang dilakukan untuk pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Salah satu caranya adalah pemilihan cara belajar yang tepat. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam satu situasi. Situasi belajar ini ditandai dengan motif – motif yang ditetapkan dan diterima oleh siswa.

Terkadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal karena kondisi kesehatan siswa yang kurang baik, keadaan siswa yang cacat tubuh, kurang bimbingan guru, ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi), tidak adanya dukungan teman, tidak adanya dukungan orang tua, dan tidak adanya sarana belajar sebagai penunjang kegiatan belajar.

Dalam upaya mencapai prestasi yang tinggi, lingkungan keluarga terutama orang tua, yang merupakan salah satu unsur pendidikan, lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar. Keluarga sebagai lingkungan yang terdekat dengan siswa terlibat pengaruh yang cukup besar terhadap prestasi prestasi belajar siswa. Cara orang tua mendidik kurang memotivasi siswa untuk belajar secara

(22)

efektif, hubungan antar anggota keluarga yang tidak terjalin dengan baik membuat anak merasa tidak nyaman untuk belajar dirumah.

Dukungan teman kelas juga mempunyai andil yang besar dalam hasil prestasi siswa. Dengan dukungan dari teman, siswa tentu saja akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar akan meningkat. Dukungan teman dapat dilakukan dengan cara mengerjakan tugas secara kelompok seingga jika ada siswa yang kurang memahami materi pelajaran, dapat ditanyakan langsung kepada temannya.

Sarana belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang penting.Belajar tidak dapat berjalan dengan baik tanpa alat – alat belajar yang cukup. Dengan sarana belajar yang kurang lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan terganggu. Akan tetapi, jika sarana belajar tersedia lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan berjalan dengan lancar sehingga prestasi belajar akan meningkat.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa lingkungan keluarga, dukungan teman, dan sarana belajar diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar. Tetapi, tidak semua faktor itu dapat mempengaruhi prestasi yang dicapai oleh siswa. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi hubungan lingkungan keluarga, dukungan teman, dan sarana belajar dengan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia SMA N 3 Magelang.

Peneliti mengambil judul tersebut karena ingin mengetahui seberapa tinggi hubungan antara lingkungan keluarga, dukungan teman, dan sarana belajar dengan prestasi belajar siswa di SMA N 3 Magelang.

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan keluarga dan prestasi belajar bahasa Indonesia?

2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dan prestasi belajar bahasa Indonesia?

3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan prestasi belajar bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan keluarga dan prestasi belajar bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dan prestasi belajar bahasa Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan prestasi belajar bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian, antara lain.

(24)

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para siswa untuk memahami lingkuan keluarga yang nantinya dapat memudahkan siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan untuk lebih memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu, para siswa juga diharapkan dapat menjalin kerjasama yang baik dengan teman sekelas jika mengalami kesulitan belajar dan didukung oleh sarana belajar yang lengkap sehingga prestasi belajar dapat tercapai secara optimal.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk memahami berbagai macam faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sehingga dapat bermanfaat sebagai bekal ketika memasuki dunia kerja.Selain itu, hasil penelitian juga dapat menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan peneliti yang nantinya dapat diterapkan di bidang pendidikan.

3. Bagi Sekolah dan Guru

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dan guru dalam menentukan kebijakan dan memilih strategi pembelajaran yang mengarah pada pencapaian prestasi belajar yang optimal bagi peserta didik.

4. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan dan acuan bagi penelitian berikutnya yang relevan.

(25)

1.5 Batasan istilah

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa istilah. Istilah-istilah itu dibatasi pengertiannya agar penelitian menjadi lebih terarah. Batasan istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan Keluarga

Sutrisno Hadi (2003: 84), “Lingkungan (milleu) adalah sesuatu diluar orang- orang pergaulan dan yang mempengaruhi perkembangan anak seperti iklim, alam sekitar, situasi ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, orang-orang tetangga dan lain- lain”.

2. Dukungan Teman

Vembriarto (1993: 54), kelompok sebaya adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah individu yang sama, dalam hal usia, status atau posisi sosial.

3. Sarana Belajar

Roestiyah (1982: 67), sarana belajar atau media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa di dalam maupun di luar kelas.

4. Prembelajaran Bahasa Indonesia

Resmini (2009: 28) bahwa, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dilaksanakan dalam matapelajaran bahasa Indonesia.

5. Prestasi Belajar

Rusyan (dalam Nurkholis 2006: 10) prestasi belajar merupakan hasil dari adanya rencana dan pelaksanaan proses belajar, sehingga diperlukan informasi- informasi yang mendukung disertai dengan data yang objektif dan memadai.

(26)

1.6 Sistematika Penyajian

Sitematika penyajian ini bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam skripsi. Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu (1) pendahuluan, (2) tinjauan pustaka, (3) metode penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan, dan (5) penutup. Uraian dari ke lima bab dapat dilihat sebagai berikut.

1. Bab I berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian.

2. Bab II menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam penyusunan penelitian yang berkaitan dengan definisi konsep, definisi operasi, indikator, hubungan, hipotesis.

3. Bab III ini berisi jenis dan rancangan penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi, sampel, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, teknik penyajian data, dan teknik analisis data.

4. Bab IV menjelaskan deskripsi data dari keempat variabel, analisis data, dan pembahasan.

5. Bab V merupakan penutup dimana memaparkan kesimpulan, implikasi, saran dan keterbatasan penelitian ini.

(27)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab tinjauan pustaka ini, akan dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang relevan dan landasan teori yang mencakup pengertian lingkungan keluarga, dukungan teman, sarana belajar, prestasi belajar, bahasa Indonesia, kerangka berfikir, paradigma penelitian dan hipotesis penelitian. Delapan hal tersebut akan diuraikan pada subbab berikut ini.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penulis mengambil penelitian yang relevan dengan topik penelitian yang diteliti penulis, pertama yaitu penelitian Anastasia Yuni Astuti dengan judul Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa, Dukungan Teman, Bimbingan Guru dengan Prestasi Belajar studi kasus di SMK YPKK 3 Sleman. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Anastasia Yuni Astuti yaitu 1) mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa; 2) megetahui apakah ada hungan antara dukungan teman dengan prestasi belajar; 3) mengetahui apakah ada hubungan antara bimbingan guru dengan prestasi belajar siswa; 4) mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi belajar, dukungan teman, dan bimbingan guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitan menunjukan: (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar (r = 0,545, p = 0,000), (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dengan prestasi belajar (r = 0,537, p = 0,000), (3) Ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru dengan

(28)

prestasi belajar (r = 0,542, p = 0,000), (4) Ada hubungan positif dan signifikan secara bersama – sama antara motivasi belajar, dukungan teman, dan bimbingan guru dengan prestasi belajar (r = 0,654, p = 0,000).

Relevansi penelitian pertama dengan penilitian hubungan antara lingkungan keluarga, dukungan teman, sarana belajar, dan prestasi belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia studi kasus siswa kelas X SMAN 3 Magelang adalah memiliki satu variabel bebas yang sama dan memiliki variabel terikat yang sama. Perbedaannya yaitu memiliki beberapa variabel bebas yang terikat dan tempat untuk melakukan penelitian berbeda. Maka dari itu, diharapkan dalam penelitian ini dapat memberi kebaruan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan informasi dan membandingkan dari kedua penelitian ini.

Penelitian terdahulu yang relevan berikutnya yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Vina Christina dengan judul “Hubungan antara Bimbingan Guru Akuntansi, Motivasi Belajar Akuntansi, dan Dukungan Teman Sekelas dengan Prestasi Belajar Akuntansi” studi kasus di SMA Santa Maria Yogyakarta, hasilnya yaitu:

(1) Ada hubungan antara bimbingan guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi (rhitung = 0,182 > rtabel = 0,279), (2) Ada hubungan antara motivasi belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi (rhitung = 0,351 > rtabel = 0,279), (3) Ada hubungan antara dukungan teman sekelas dengan prestasi belajar akuntansi (rhitung= 0,108 > rtabel = 0,279), (4) Ada hubungan secara bersama – sama antara motivasi belajar akuntansi, dukungan teman sekelas, dan bimbingan

(29)

guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi (Fhitung = 2,462 > Ftabel = 2,807).

Penelitian yang dilakukan oleh Vina Christina memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu, variabel bebas dukungan teman dan variabel terikat prestasi belajar. Yang membedakan dalam kedua penelitian ini adalah beberapa variabel bebasnya, jika didalam penelitan Vina Christian variabel bebasnya bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi sedangkan dalam penelitian ini adalah lingkungan keluarga dan sarana belajar. Diharapkan dengan ini, penelitian ini dapat memberikan kebaruan dari peneliti sebelumnya.

Penelitian yang relevan ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sevi Dwi Putri (2014). Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”, survei pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2013/1014.

Hasil penelitian menunjukan : (1) Variabel lingkungan keluarga berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 72,1 %, sedangkan variabel motivasi berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 58,6 %, begitu juga variabel prestasi belajar siswa berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 53,85 %; (2) Nilai t hitung sebesar 1,119 < t tabel sebesar 1,98, maka menolak Ha dan menerima H0, artinya lingkungan keluarga tidak signifikan terhadap prestasi belajar; (3) pengujian f statistik menunjukan nilai probabilitas sebesar 0,505, dengan nilai F hitung sebesar 0,687 < F tabel sebesar 3,93, maka Ha

ditolak dan H0 diterima, artinya lingkungan keluarga tidak signifikan terhadap prestasi belajar melalui motivasi.

(30)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dengan penelitian yang dilakukan oleh Sevy Dwi Putri, terdapat kesamaan dari variabel lingkungan keluarga dan variabel prestasi. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian Sevy Dwi Putri adalah jumlah variabel, dipenelitian ini menguji korelasi dari empat variabel, sedangkan penelitian milik Sevy Dwi Putri hanya menguji korelasi dua variabel.

2.2 Landasan Teori

Pada subbab ini, peneliti akan memaparkan beberapa teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut yaitu pengertian lingkungan keluarga, dukungan teman, sarana belajar, prestasi belajar, dan bahasa Indonesia.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori-teori tersebut.

2.2.1 Lingkungan Keluarga

Manusia tumbuh dan berkembang didalam lingkungan. Lingkungan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu ke waktu, dari dilahirkan sampai meninggalnya, sehingga antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik dimana lingkungan mempengaruhi manusia dan sebaliknya manusia juga mempengaruhi lingkungan.

Lingkungan pada dasarnya dapat diartikan sebagai segala hal yang mempengaruhi hidup manusia. Menurut Sartain yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2003:28), “ Lingkungan merupakan semua kondisi dalam dunia ini, dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan atau life proses kecuali gen- gen”. Berbeda dengan pendapat Sutrisno Hadi (2003: 84) yang mengemukakan bahwa “Lingkungan (milleu) adalah sesuatu diluar orang-

(31)

orang pergaulan dan yang mempengaruhi perkembangan anak seperti iklim, alam sekitar, situasi ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, orang-orang tetangga dan lain- lain”.

Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan lingkungan yang didalamnya diperlukan suatu interaksi dengan sesama manusia, baik secara individual maupun kelompok. Sebab bagaimanapun manusia tumbuh dan berkembang terutama dilingkungannya dipengarui oleh lingkungan.

Dalam kehidupan masyarakat pasti dijumpai yang namanya keluarga.

Keluarga merupakan kelompok terkecil yang terdiri dari suami, istri, beserta anak- anaknya yang belum menikah. Keluarga tersebut lazimnya disebut rumah tangga yang merupakan unit terkecil masyarakat sebagai wadah dan proses perkembangan anak dalam mengarungi kehidupan.

Pengertian keluarga menurut Singgih D. Gunarso (2000: 9) adalah

“Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak”. Lingkungan yang mempunyai peranan penting dalam mendidik anak adalah peranan dari lingkungan keluarga. Keluarga yang bersifat demokrasianak dapat berbuat, berekspresi, beremosi sesuai dengan tingkat perkembangannya, orang tua juga menentukan pengarahan dengan penuh kesadaran bukan paksaan. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, dilingkungan keluargalah pertama kali anak mendapat pengaruh.

(32)

keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Keluarga sebagai lembaga tidak mempunyai program yang resmi seperti yang dimiliki oleh lembaga pendidikan formal. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Masa remaja sejatinya adalah masa yang krusial bagi perkembangan dan pendidikan dalam kehidupan seseorang untuk menjadi pribadi – pribadi yang tangguh. Pendidikan yang mereka dapat sangat berpengaruh terhadap perkembangannya terutama dalam keluarga khususnya orang tua sangat berpengaruh terhadap kebehasilan mereka. Keluarga dengan suasana yang menyenangkan mendorong anak untuk belajar. Hal ini akan memungkinkan tercapainya hasil belajar sesuai dengan apa yang diinginkan.

Keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh faktor sekolah, namun juga faktor keluarga. Orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dalam belajar, sehingga dapat tercapai apa yang menjadi tujuan siswa maupun orang tua itu sendiri. Menurut Ngalim Purwanto (1994:67), “keluarga adalah merupakan pusat atau tempat pendidikan yang pertama dan utama”. Pendidikan keluarga adalah fundamental atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil – hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik sekolah maupun dalam masyarakat. Keluarga merupakan tempat-tempat lain, pendidikan keluarga mendasar pendidikan selanjutnya, karena orang tua adalah pendidik kodrati yang mendidik siswa dengan penuh kasih sayang.

(33)

Adapun karakteristik keluarga yang juga terdapat pada semua keluarga dan juga untuk membedakan keluarga dari kelompok-kelompok sosial. Ada empat yaitu:

1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan- ikatan perkawinan darah atau adopsi.

2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap merupakan susunan satu rumah tangga, atau jika mereka bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan perana – peranan sosial bagi suami dan istri, ayah, ibu, putra dan putri, saudara laki – laki dan saudara perempuan.

4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh hakikatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang komplek masing-masing keluarga mempunyai ciri – ciri yang berlainan dengan keluarga lainnya. Berbedanya kebudayaan dari setiap keluarga timbul melalui komunikasi anggota – anggota keluarga yang merupakan gabungan dari pola-pola tingkah laku individu.

Dengan demikian lingkungan keluarga adalah segala sesuatu yang berada di sekitar individu yang merupakan hubungan dan peranan yang sangat penting dalam perkembangan individu yang mempunyai ikatan – ikatan, baik ikatan perkawinan, darah atau pun adopsi.

(34)

Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi pembentukan kepribadian anak. Hal ini diungkapkan Syarif Muhidin (1982: 52) yang mengemukakan bahwa: tidak ada satu pun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam membentuk kepribadian anak selain keluarga. Keluarga tidak hanya membentuk anak secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologi. Pendapat di atas dapat dimungkinkan karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak, di dalam keluarga seorang anak dibesarkan, mempelajari cara – cara pergaulan yang akan dikembangkannya kelak di lingkungan kehidupan sosial yang ada diluar keluarga. Dengan perkataan lain di dalam keluarga seorang anak dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Di samping itu pula seorang anak memperoleh pendidikan yang berkenaan dengan nilai-nilai maupun norma – norma yang ada dan berlaku di masyarakat ataupun di dalam keluarganya sendiri serta cara – cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Lingkungan selalu mengetahui manusia dari waktu dilahirkan sampai meninggalnya, sehingga antara lingkungan dan manusia terdapat hubungan timbal balik dalam aliran lingkungan mempengaruhi manusia dan manusia mempengaruhi lingkungannya. Begitu pula dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh dalam proses belajar maupun dalam perkembangan anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003: 2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seorang anak untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

(35)

baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi tentang lingkungannya.

Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama menurut Tim Pembina FIP UN Padang (2006: 56). Pandangan ini sebagai logis dan mudah dipahami karena beberapa alasan berikut ini:

1. Keluarga merupakan pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada anak.

2. Sebagai besar waktu anak berada dilingkungan keluarga.

3. Karakteristik hubungan orangtua dan anak berada dari hubungan anak dari pihak lain-lainnya (guru, teman, dan sebagainya).

4. Interaksi kehidupan orangtua dan anak dirumah bersifat asli seadanya dan tidak dibuat-buat.

Menurut para ahli psikologi, lingkungan yang banyak memberikan sumbangan dan besar pengaruhnya terhadap proses belajar maupun perkembangan anak adalah lingkungan keluarga. Karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan primer yang kuat dipengaruhi, dibandingkan dengan lingkungan sekunder yang ikatannya longgar. Selain itu keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama sebelum lingkungan sekolah dan masyarakat, Ngalim Purwanto mengatakan lingkungan pendidikan yang ada dapat di golongkan menjadi tiga, yaitu.

(36)

1. Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama.

2. Lingkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.

3. Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga.

Jadi, lingkungan keluarga adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada didalam kelompok sosial kecil tersebut, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan sosial karena adanya ikatan jarak, perkawinan dan atau adopsi.

Khairuddin (1997: 58) menyatakan bahwa fungsi keluarga secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.

a) Fungsi-fungsi pokok, yakni fungsi yang tidak dapat dirubah atau digantikan oleh orang lain. Fungsi ini meliputi.

1. fungsi biologis

Keluarga terjadi karena adanya ikatan darah atau atas dasar perkawinan 2. fungsi afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan antar anggotanya.

3. Fungsi sosiologi

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu disamping tugasnya mengantarkan perkembangan individu tersebut menjadi anggota masyarakat yang baik.

b) Fungsi-fungsi lain, yakni fungsi yang relatife lebih mudah diubah atau mengalami perubahan. Fungsi ini meliputi:

(37)

1. Fungsi ekonomi

Keluarga juga berfungsi sebagai unit ekonomi, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan kebutuhan material lainnya.

2. Fungsi perlindungan

Keluarga selain sebagai unit masyarakat kecil yang berfungsi melanjutkan keturunan, secara universal juga sebagai penanggungjawab dalam perlindungan, pemeliharaan, dan pengasuhan terhadap anak- anaknya.

3. Fungsi pendidikan

Orangtua secara kodrati atau alami mempunyai peranan sebagai pendidik bagi anak-anaknya sejak anak tersebut dalam kandungan.

4. Fungsi rekreasi

Keluarga selain sebagai lembaga pendidikan informal juga merupakan tempat rekreasi.

5. Fungsi agama

Keluarga yang menyadari arti penting dan manfaat agama bagi perkembangan jiwa anak dan kehidupan manusia pada umumnya akan berperan dalam meletakkan dasar-dasar pengenalan agama.

2.2.2 Dukungan Teman

Teman atau sahabat adalah sosok teramat penting dalam proses perkembangan kepribadian seseorang. Masa kecil kita dipenuhi keceriaan dengan

(38)

adanya sahabat, meski terkadang ada sedikit pertikaian/pertengkaran antar teman, namun itu merupakan sebuah proses pendewasaan. Begitu juga dalam dunia maya. Keberadaan teman atau sahabat mutlak diperlukan. Tak heran di dunia yang tak dibatasi oleh jarak dan batas wilayah ini begitu banyak bermunculan situs jejaring sosial atau forum jalinan teman semisal facebook, twitter, dll yang bisa kita masuki demi menambah jumlah teman dari seluruh penjuru dunia. Fenomena ini sangat menarik, kita bisa dengan begitu mudahnya berinteraksi dengan siapapun di dunia ini yang sebelumnya sama sekali tidak kita kenal. Sahabat bisa memberi kita dorongan semangat dan membuat hidup kita menjadi jauh lebih berwarna.

Menurut Vembriarto (1993: 54), kelompok sebaya adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah individu yang sama, dalam hal usia, status atau posisi sosial.

Melalui kelompok sebaya itu, anak belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran dan cita – cita masyarakatnya, tentang kejujuran, keadilan, kerja sama, dan tanggung jawab (Vembriarto 1993: 61).

Menurut Vembriarto (1993: 61-62) Kelompok sosial seseorang mendapatkan manfaat, yang dapat di uraikan sebagai berikut.

1. Kelompok sosial mengajarkan mobilitas sosial.

Meskipun kebanyakan kelompok sosial itu terdiri dari anak – anak yang mempunyai status sosial yang sama, namun di dalam kelas atau dalam perkumpulan pemuda kerap kali terjadi pergaulan antara anak – anak yang berasal dari kelas sosial yang berbeda. Anak – anak dari kelas sosial bawah bergaul akrab dengan anak – anak dari kelas sosial menengah dan kelas sosial

(39)

atas. Melalui pergaulan di dalam lingkungan kelompok sebaya itu anak – anak dari kelas sosial bawah menangkap nilai – nilai, cita – cita, dan pola – pola tingkah laku anak – anak dari golongan kelas menengah dan atas. Dengan mengadopsi nilai – nilai, cita – cita, dan pola – pola tingkah laku itu anak – anak dari kelas sosial bawah mempunyai motivasi untuk mobilitas sosial.

2. Dalam kelompok sebaya anak mempelajari peranan sosial yang baru.

Anak yang berasal dari keluarga yang bersifat otoriter mengenal suasana kehidupan yang demokratik dalam kelompok sebaya. Sebaliknya anak yang berasal dari keluarga yang demokratik mungkin menghadapi pimpinan yang otoriter dalam kelompok sebaya. Di dalam kelompok sebaya mungkin anak berperanan sebagai sahabat, musuh, pemimpin, pencetus ide, dan kambing hitam. Demikian pula di dalam kelompok sebaya itu anak mempunyai kesempatan melakukan bermacam – macam eksperimen sosial.

2.2.3 Sarana Belajar

Pemanfaatan sarana belajar yang baik akan memudahkan anak dalam melakukan aktivitas belajar sehingga anak lebih semangat dalam belajar.

Sebaliknya, dengan kurangnya sarana belajar akan mengakibatkan anak kurang bersemangat dan kurang bergairah dalam belajar. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi prestasi belajar anak.

Menurut Slameto (2010 : 28), salah satu syarat keberhasilan belajar adalah

“bahwa belajar memerlukan sarana yang cukup”. Untuk menunjang keberhasilan belajar, sekolah harus mempunyai sarana yang memadai. Sarana atau fasilitas belajar harus menunjang kegiatan belajar siswa. Bentuk sarana atau fasilitas

(40)

belajar yaitu berupa lap komputer, lap bahasa, lapangan yang memadai, dan lain- lainnya.

Sarana belajar memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung tercapainya keberhasilan belajar dengan adanya pemanfaatan sarana belajar yang tepat dalam pembelajaran diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam menyerap materi yang disampaikan. Pemanfaatan sarana belajar yang tepat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan belajar, sebab aktivitas belajar akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh sarana belajar yang baik dan memadai dan sebaliknya jika tidak ada sarana dan prasarana yang baik menyebabkan siswa akan terhambat dalam belajar sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Contohnya kapur tulis, atlas dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Menurut Roestiyah (1982: 67), sarana belajar atau media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa di dalam maupun di luar kelas. Pengertian sarana belajar yang peneliti maksud di sini

(41)

adalah bahan, alat, media atau fasilitas yang digunakan oleh siswa untuk belajar baik di sekolah ataupun di luar sekolah.

Fungsi sarana belajar menurut (Mulyaningsih 2007) terbagi menjadi lima, yaitu 1) fungsi edukatif, 2) fungsi Sosial, 3) fungsi ekonomis, 4) fungsi politis dan 5) fungsi seni (budaya). Dari lima faktor itu dapat diurakan sebagai berikut.

1. Fungsi Edukatif, artinya dengan sarana belajar ini dapat memberikan pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Pengaruh ini berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

2. Fungsi Sosial, artinya dengan sarana belajar ini hubungan antara pribadi anak dapat lebih baik lagi, sebab mereka secara gotong – royong dapat bersama-sama mempergunakan sarana belajar itu.

3. Fungsi Ekonomis, artinya dengan satu macam sarana belajar pendidikan sudah dapat dinikmati oleh sejumlah anak didik dan bisa dipergunakan sepanjang waktu.

4. Fungsi Politis, artinya dengan sarana belajar ini berarti sumber pendidikan atau yang lain yang berasal dari pusat akan sama sampai di daerah-daerah bahkan di tiap-tiap sekolah.

5. Fungsi Seni (Budaya), artinya dengan adanya sarana belajar ini berarti kita bisa mengenalkan bermacam-macam hasil budaya manusia sehingga pengetahuan siswa tentang nilai-nilai budaya manusia makin lama makin bertambah.

Bila tinjau dari fungsi dan peranannya dalam proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu 1) alat pelajaran, 2)

(42)

alat peraga, dan 3) media pengajaran. Dari ketiga fungsi dan peranannya dalam proses belajar mengajar dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Alat pelajaran

Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambar-gambar, alat – alat tulis lain seperti kapur, penghapusan dan papan tulis maupun alat – alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran.

2. Alat peraga

Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid. Dengan bertitik tolak pada penggunaannya, maka alat peraga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Alat peraga langsung, yaitu jika guru menerangkan dengan menunjukkan benda sesungguhnya (benda dibawa ke kelas, atau anak diajak ke benda). 2) Alat peraga tidak langsung, yaitu jika guru mengadakan penggantian terhadap benda sesungguhnya. Berturut-turut dari yang konkrit ke yang abstrak, maka alat peraga dapat berupa:

Benda tiruan (miniatur), Film, Slide, Foto, Gambar, Sketsa atau bagan.

Disamping pembagian ini, ada lagi alat peraga atau peragaan yang berupa perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh guru.

(43)

3. Media pengajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Oleh karena itu, Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2.2.4 Prestasi Belajat

Menurut Winkel (dalam Nurkholis 2006: 10), prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru Purwodarminto (dalam Nurkholis 2006: 10). Sedangkan menurut Rusyan (dalam Nurkholis 2006:

10), prestasi belajar merupakan hasil dari adanya rencana dan pelaksanaan proses belajar, sehingga diperlukan informasi-informasi yang mendukung disertai dengan data yang objektif dan memadai. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar mengajar (Syah 1997: 150).

(44)

Menurut Bloom (dalam Slavin, 1994), prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi (Reni Akbar 2004: 68). Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik (Winkel, dalam Slameto, 2010), antara lain ada yang bersifat internal (terdiri dari inteligensi, motivasi belajar, minat, bakat, sikap, persepsi diri, dan kondisi fisik) dan ada yang bersifat eksternal (terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat).

Dengan demikian, Prestasi belajar merupakan hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

Menurut Slameto (2010: 54-72), faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Factor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.Faktor-faktor tersebut meliputi:

1. Faktor internal (faktor dalam diri manusia) ini meliputi factor fisiologi (yang bersifat fisik dan faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani).

2. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan faktor mass media dan masyarakat.

(45)

2.2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran di pendidikan formal karena bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional dan bahasa Pemersatu yang berperan besar dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, maupun secara individual.

Mengingat pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia, maka setiap manusia harus mengembangkan kemampuan berbahasa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu dengan memasukan bahasa Indonesia menjadi salah satu matapelajaran di pendidikan formal. Hal tersebut sesuai dengan yang dipaparkan Kurikulum Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Resmini, (2009: 28) bahwa, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dilaksanakan dalam matapelajaran bahasa Indonesia.

Tentu saja pembelajaran bahasa Indonesia tidak bisa diberikan begitu saja tanpa mempertimbangkan hal-hal tertentu. Dalam proses pembelajaran bahasa, guru harus memperhatikan beberapa faktor agar pembelajaran bahasa dapat berjalan dengan baik. Guru sebagai perencana dan pelaksana perencanaan pembelajaran harus memahami faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam merancang pembelajaran.

Menurut Resmini (2009: 14), faktor yang harus diperhatikan secara cermat yaitu: tujuan pembelajaran, guru, materi ajar, metode dan faktor lingkungan. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, terutama dalam pelajaran bahasa Indonesia, kurikulum pembelajaran bahasa

(46)

Indonesia telah menyiapkan standar kompetensi yang dapat dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Hal tersebut sesuai dengan yang dipaparkan Dinas Pendidikan Nasional dalam Resmini (2009: 29) bahwa, dengan standar kompetensi matapelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesusastraan dari hasil intelektual bangsa sendiri.

Selain itu, Dinas Pendidikan Nasional dalam Resmini (2009: 30) juga mengemukakan bahwa untuk tercapainya tujuan pembelajaran maka diperlukan hal-hal sebagai berikut.

1. Tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa apabila guru mampu merumuskan model pembelajaran sesuai dengan potensi siswa.

2. Tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa apabila isi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan, pengalaman, dan pengetahuan siswa.

3. Tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa apabila layanan pembelajaran dilakukan bervariasi dan mempertimbangkan kecepatan siswa dalam menguasai isi pembelajaran.

4. Tujuan pembelajaran dapat diacapai oleh siswa apabila guru mampu bertindak sebagai model, pemotivasi, fasilitator, teman, dan aktor yang berperan sebagai pelajar.

5. Tujuan pembelajaran dapat diacapai oleh siswa sesuai dengan perbedaan

(47)

potensi siwa yang memiliki kekhasan sebagai hasil interaksi dalam studi lingkungan.

Selain itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas, guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang berjalan dengan baik, efektif dan efisien. Untuk itu Bannet dalam Abbas (2006: 3) Menuntut guru untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti pengetahuan tentang isi pembelajaran materi (knowledge of content) keterampilan mengelola kelas (classroom management sklills), keterampilan mengajar dan, menguasai strategi pembelajaran‟.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri, dan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu, guru harus mampu merancang suatu pembelajaran berdasakan faktor- faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa Indonesia, serta landasan pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia tentu tidak hanya menuntut siswa untuk dapat berbicara saja. Pembelajaran bahasa Indonesia harus mampu meningkatkan keterampilan berbahasa siswa yang meliputi berbicara, menyimak, membaca dan menulis.

2.2.6 Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah alat komunilasi yang dipengaruhi oleh masyarakat Indonesia yang dipergunakan dalam keseharian, misalnya belajar, bekerja sama, dan berinteraksi. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan

(48)

bahasa resmi di Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang menjadi standar di negara ini. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak mengikat pemakaian untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara non resmi, santai, dan bebeas. Dalam berkomunikasi antar warga yang diutamakan adalah makna yang disampaikan. Penutur bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional dapat menggunakan bahasa itu dengan bebas.

Saat berkomunikasi sehari – hari suatu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun Bahasa tulis. Dekatnya kita terhadap bahasa Indonesia, tidak dirasa untuk kita mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa, justru kelemahan yang tidak disadari (Suyono, 2011: 18).

Adapun bahasa resmi adalah bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi dalam perundang-undangan, acara formal, dan ditempat lembaga pendidikan. Dalam hal ini, bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidahnya. Bahasa Indonesia yang dipakai sesuai dengan kaidah yang berlaku, dimana bahasa itu harus lengkap dan baku. Tarigan memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu system yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer (Suyanto 2011: 15).

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi – fungsi sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi

(49)

tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial. Berdasarkan pendapat Keraf dalam Finoza (2011: 2), yang menyatakan bahwa dalam literatur bahasa, para ahli umumnya merumuskan fungsi bahasa bagi setiap orang ada empat, yaitu:

1) sebagai alat komunikasi, 2) sebagai alat mengekspresikan diri, 3) sebagai alat berinteraksi dan beradaptasi sosial, dan 4) sebagai alat kontrol sosial.

2.3 Kerangka Berpikir

Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dalam perkembangan anak didik, termasuk didalamnya prestasi belajar anak didik. Pendidikan keluarga adalah fundamental atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik disekolah maupun dimasyarakat.

Suasana dalam keluarga berpengaruh dalam membantu belajar anak. Apabila suasana rumah itu selalu gaduh, tegang, sering rebut dan bertengkar, akibatnya anak tidak dapat belajar dengan baik, karena belajar membutuhkan ketenangan dan konsentrasi. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri anak dan dapat pula berasal dari luar diri anak. Salah satu diantara faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah faktor orangtua yang dalam banyak hal menempati banyak hal cukup penting.

Dukungan teman sekelas juga mempunyai andil yang besar dalam peningkatan prestasi belajar. Dengan dukungan dari teman, siswa tentu saja akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar akan meningkat.

(50)

Dukungan teman dapat dilakukan dengan cara mengerjakan tugas secara berkelompok sehingga jika ada siswa yang kurang memahami materi pelajaran, dapat ditanyakan langsung kepada temannya. Hal ini menandakan adanya hubungan antara dukungan teman dan prestasi belajar.

Sarana belajar atau alat bantu belajar termasuk salah satu unsur dinamis dalam belajar (Imron 1996: 35). Sarana belajar merupakan sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang penting. Dengan sarana belajar yang kurang lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan terganggu. Akan tetapi, jika sarana belajar tersedia lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan berjalan dengan lancar sehingga prestasi belajar akan meningkat. Hal ini menandakan adanya hubungan antara sarana belajar dan prestasi belajar.

2.4 Paradigma Penelitian

Keterikatan antara variabel – variabel penelitian dapat disusun dalam suatu paradigma. Paradigma yang disusun dapat dilihat pada sebagai berikut ini.

Gambar 1.1

𝑟𝑋1𝑌

𝑟𝑋2𝑌

𝑟𝑋3𝑌 𝑋1

𝑋2

𝑋3

Y

(51)

Keterangan:

𝑋1 = Variabel Lingkungan Keluarga

𝑋2 = Variabel Dukungan Teman

𝑋3 = Variabel Sarana belajar

Y = Variabel Prestasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

𝑟𝑋1𝑌= Hubungan antara Variabel Lingkungan Keluarga dengan Variabel Prestasi Belajar.

𝑟𝑋2𝑌= Hubungan antara Variabel Dukungan Teman dengan Variabel Prestasi Belajar.

𝑟𝑋3𝑌= Hubungan antara Variabel Sarana Belajar dengan Variabel Prestasi Belajar.

2.5 Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2013:64) menyatakan bahwa, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Ada tiga Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis I

H0 = Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar.

(52)

H1 = Ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar.

b. Hipotesis II

H0 = Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dengan prestasi belajar.

H1 = Ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dengan prestasi belajar.

c. Hipotesis III

H0 = Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dengan prestasi belajar.

H1 = Ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dengan prestasi belajar.

(53)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Magelang, Jalan Medang No. 17, Rejowinangun Utara, Magelang Tengah, kota Magelang, Jawa Tengah, Kode Pos:

56117. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2019.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 3 Magelang tahun ajaran 2018/2019. Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 254 siswa yang terbagi menjadi delapan kelas. Siswa yang menjadi subjek diharapkan dapat memberikan data dengan menjawab angket.

Objek penelitian meliputi, variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas yakni Lingkungan Keluarga, Dukungan Teman, dan Sarana Belajar. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas X SMA N 3 Magelang.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

Menurut Sugiyono (2014: 117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Martono (2014: 76), populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah

(54)

keseluruhan dari subjek yang memiliki karakteristik untuk diteliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan. Oleh sebab itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 3 Magelang. Jumlah Populasi sebanyak 254 siswa.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Sumber: Sekretariat SMA N 3 Magelang

Menurut Sugiyono (2014: 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Yusuf (2014: 150), sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi sesuai dengan

Kelas

Jumlah Mahasiswa

IPA I 31

IPA II 32

IPA III 32

IPA IV 32

IPA V 31

IPS I 32

IPS II 32

IPS III 32

Total 254

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja (Pokja) Pemagaran Gedung Kantor Pengadilan Agama Tanjung Selor, pada hari ini RABU , tanggal TIGA bulan JUNI¸ tahun DUA

Sehubungan dengan telah dilakukannya Evaluasi Dokumen Penawaran dan Kualifikasi, bersama ini dengan hormat kami mengundang calon penyedia jasa agar menghadiri

Definisi Class Action PERMA No 1 Tahun 2002 merumuskan Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) sebagai suatu prosedur pengajuan gugatan , dimana satu orang

dengan prioritas masalah Gangguan Nutrisi Kurang Dari kebutuhan. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan

O total das despesas durante o período de transição foi de US$ 104,87 milhões, contra estimativas de US$ 116,41 milhões, o que significa que a taxa de execução orçamental global

IMPLEMENTASI METODE DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA INTERNET UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN PENGEMBANGAN SIKAP POSITIF PADA TEMA PENIPISAN LAPISAN OZON..

Analisis Penggunaan Huruf Lam dalam Al-Qur`an serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Tarjamah.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Judul Skripsi : Sintesis Pati Sitrat Dari Pati Singkong (Manihot utilissima P.) Dengan Metode Basah (Adebiyi). Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan