• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 702011106 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 702011106 Full text"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN

THINK

PAIR

SHARE

DENGAN PENDEKATAN

SOMATIS

AUDITORI

VISUAL

INTELEKTUAL

(SAVI) UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA SMK

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh :

Abdul Latif Nugraha 702011106

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1

PENERAPAN

THINK PAIR SHARE

DENGAN PENDEKATAN

SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI)

UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA SMK

1)Abdul Latif Nugraha 2) Mila Chrismawati Paseleng

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : 1)702011106@student.uksw.edu2)mila.paseleng@staff.uksw.edu

Abstract

Implementation of learning model with less innovative and innapropriate approach will impact on the low level of student's involvement and learning result. The learning model which is usually used at school is a conventional learning model in which the teacher as a lecturer and students as listeners. By too much implementing this model, the students become less active to participate in the learning. This research aims to improve the students' involvement and learning result by using cooperative learning model of TPS (Think Pair Share) integrated with SAVI (Somatic Visual Auditory Intellectual) approach. The SAVI-TPS learning enables the teacher acts as a facilitator and the students work in small groups to complete the tasks assigned by the teacher. This study used a Pre-Experimental Design One-Shot Case Study. The results show that there are differences in students' learning involvement are taught using TPS SAVI learning model of the conventional learning models. On a verage conventional learning involvement of students 27.97%, while the average of students involvement using TPS SAVI learning model are 72.02% and 66.66%. Based on the analysis score of the students' involvement using TPS SAVI learning model showed high criteria than the model usually used by teacher.

Keyword : Think Pair Share learning model, SAVI approach, students’ involvement.

Abstrak

Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan yang kurang variatif dan kurang tepat akan berdampak pada keaktifan siswa yang rendah. Model pembelajaran yang biasa digunakan adalah konvensional dimana guru sebagai penceramah dan siswa sebagai pendengar, dengan metode tersebut siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpendekatan SAVI. Penelitian ini menggunakan Pre-Experimental Design, bentuk desain penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Hasil yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan keaktifan belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran TPS SAVI dari pada model pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional rata-rata keaktifan siswa 27,97%, pada model TPS SAVI rata-rata keaktifan siswa 72,02% dan 66,66%, ada peningkatan keaktifan pada pertemuan 1. Berdasarkan analisis skor keaktifan siswa model pembelajaran TPS SAVI menunjukkan kriteria tinggi dari pada model yang biasa dilakukan guru.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Think Pair Share, Pendekatan SAVI, Keaktifan siswa

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(9)

2 1. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran di kelas terdapat interaksi melibatkan antara guru dan siswa dimana materi pelajaran merupakan perantara yang mengharuskan siswa lebih aktif dari pendidik. Dalam hal ini terdapat masalah yang mempengaruhi peserta didik terhadap proses tersebut. Pembelajaran konvensional cenderung berfokus terhadap guru dikelas, yang pada umumnya guru didalam kelas lebih mendominasi untuk memaparkan materi dari awal higga akhir. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan observasi di SMK Negeri 1 Pablean kelas XI RPL 1, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang. Guru masih menggunakan pembelajaran biasa atau konvensional. Proses dalam kegiatan belajar respon, perhatian dan kedisiplinan siswa dalam belajar dikelas rendah, sebab guru masih menggunakan model pembelajaran biasa yang hanya fokus terhadap pemaparan materi berdasarkan buku LKS kemudian memberikan tugas kepada siswa. Pembelajaran ini mengakibatkan guru menjadi pusat kegiatan

belajar, sehingga pembelajaran cenderung membosankan. Guru tidak

menggunakan pembelajaran yang bervariasi, sehingga pembelajaran menjadi cenderung pasif. Siswa tidak dibiasakan secara sengaja untuk berpartisipasi dalam seluruh rangkaian pembelajaran. Hasil belajar yang optimal hanya mungkin dicapai apabila guru dan siswa melakukan keaktifan yang direncanakan secara sengaja [1].

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan suatu pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif Think Pairs Share (TPS). Model pembelajaran TPS ini memfasilitasi siswa bisa untuk bekerja berdua (Pair). Keuntunngannya adalah siswa bisa sharing dengan teman lebih efektif jika pada model lain siswa berkelompok, sharingnya terlalu luas. Sehingga kesempatan untuk mencoba lebih sedikit. Apalagi jika ada siswa yang sifatnya mendominasi

kelompok maka akan ada siswa yang pasif dalam kelompok tersebut, dalam TPS

siswa bisa mengemukakan pendapat atau unjuk kerja dengan lebih efektif. Pendekatan SAVI juga menuntut siswa mengoptimalkan panca indra yang dimiliki.

SAVI berarti somatis (S) yang bermakna gerakan tubuh, auditori (A) yang bermakna bahwa belajar harus berbicara dan mendengar, visual (V) yang berarti belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan intelektual (I) belajar dengan memecahkan masalah. Pengertian ini menekankan bahwa pendekatan SAVI harus memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa [2]. Namun, menurut Wijayanti et al[3], pendekatan SAVI masih memiliki kekurangan yaitu kurang mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dalam penelitian tersebut sikap sosial belum terlihat sehingga perlu dikemas dalam model pembelajaran kooperatif.

Dengan penerapan model pembelajaran TPS dengan Pendekatan SAVI

(10)

3

2. Tinjauan Pustaka

Hasil peneltian tentang STAD berpendekatan SAVI oleh Wijayanti at al di SMP Negeri 14 Surakarta menunjukkan bahwa pengintegrasian antara pendekatan

SAVI dengan model pembelajaran kooperatif STAD ini memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa karena dalam pendekatan pembelajaran ini telah mengembangkan panca indra siswa, intelektual dan keterampilan social secara maksimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar ranah psikomotor dan afektif [3].

Hasil penelitian kedua tentang model pembelajaran NHT berbasis SAVI

dilakukan Kusuma at al Tahun 2008 di SMA N 1 Wirosari menunjukkan bahwa model pembelajaran NHT berbasis SAVI dapat meningkatkan hasil siswa dalam pembelajaran kimia pokok bahasan laju reaksi. Hasil belajar kognitif siswa siklus I ke II meningkat 4% sedangkan siklus II ke III mengalami peningkatan 5,73%. [4].

Hasil penelitian ketiga tentang model pembelajaran Think Pair Share telah dilakukan oleh Istiandaru dalam penelitiannya dengan menggunakan E-Learning Moodle terhadap hasil belajar dan kecemasan matematika siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Bae Kudus pada materi Logika Matematik oleh Istiandaru menunjukkan bahwa hasil siswa yang diajar dengan menggunakan TPS lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model konvensional. [5].

TPS (Think Pair Share) adalah salah satu tipe model Cooperative

Learning yang dikembangkan oleh Frank Lyman [6]. Saad mengemukakan bahwa terdapat lima prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam menerapkan

Cooperative Learning, yaitu [7]:

(1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence), artinya masing-masing anggota kelompok harus merasa saling membutuhkan dalam menyelesaikan tugas/masalah dari guru. Dalam pembelajaran TPS, prinsip saling ketergantungan positif terjadi karena siswa saling membutuhkan satu sama lain dalam pasangan-pasangan belajar. Tanpa kontribusidari kawan (pasangannya) siswa tidak bisa belajar dengan optimal.

(2) Akuntabilitas individu (individual accountability), artinya setiap individu dalam anggota kelompok haruslah memiliki tanggung jawab dan mau berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas guru demi kesuksesan

kelompok; Dalam pembelajaran TPS tanggung jawab dan keaktifan

dibutuhkan oleh individu dalam kelompok untuk belajar saling

mengemukakan pendapat yang nantinya dirangkum untuk kemdian di nilai guru.

(3) Tatap muka (face to face interaction), artinya tempat duduk tiap anggota suatu kelompok diatur sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka secara bebas; Dalam pembelajaran TPS Desain tempat duduk berdua di dalam kelompok agar komunikasi lebih mudah

(11)

4

pendapat anggota lain dan menghindari konflik dengan menyelesaikan perbedaan pendapat secara bijaksana; Dalam pembelajaran TPS siswa juga belajar menghargai pendapat teman kelompok dalam berkomunikasi sehingga perbedaan pendapat yang ada menambah pengetahuan dan diambil pendapat yang paling lengkap.

(5) Evaluasi proses kelompok (group processing), yang artinya guru selalu memantau dan menilai kinerja kelompok dan hasil kerja kelompok.

Guru memantau kerja kelompok agar mendapat hasil yang baik dan nantinya guru memberi nilai berdasarkan arahan yang diberikan.

Dalam model pembelajaran ini, siswa berpasangan dengan teman sekelasnya ketika guru menyampaikan pelajaran. Guru memberikan serangkaian pertanyaan di kelas untuk dipikirkan oleh siswa, kemudian siswa berdiskusi dan membandingkan jawaban mereka dan selanjutnya sepakat dengan jawaban bersama, lalu guru membimbing seluruh siswa untuk berbagi hasil diskusi dengan seluruh siswa di kelas tersebut [6]. Langkah umum penerapan TPS adalah sebagai berikut: (1) Guru membagi peserta didik dalam kelompok berempat atau berlima dan memberikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan, kepada semua kelompok; (2) Setiap peserta didik memikirkan dan mengerjakan tugas/masalah tersebut sendiri (Think); (3) Peserta didik berpasangan dengan satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya (Pair); (4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya (Share) kepada kelompok berempat. Dalam penelitian ini, langkah-langkah penerapan TPS mengacu pada Sosialisasi KTSP yaitu sebagai berikut [9] : (1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru (fase Think). (3) Siswa diminta berpasangan dengan temannya (dua orang per kelompok) dan mengutarakan hasil pemikiran masing -masing (fase Pair). (4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok memaparkan hasil diskusinya (fase Share). (5) Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. (6) Siswa menarik kesimpulan dengan arahan guru [13]

SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) adalah cara belajar yang

(12)

5

yang diputar oleh guru dengan proyektor dengan membuatnya kedalam komputer sendiri. (d) Intelektual yaitu belajar dengan me-mecahkan masalah dan merenung.

kata “intek-lektual” menunjukkan tentang pola pikir pembelajar saat mereka

menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pe-ngalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari peng-alaman tersebut. Siswa menggunakan intelektualnya untuk memecahkan masalah dalam pembuatan database menggunakan MS. Access. Supaya pembelajaran dapat berlangsung secara optimal, maka keempat unsur tersebut harus ada, karena satu dengan yang lainnya saling terpadu dan semuanya digunakan secara simultan [2].

Pembelajaran KKPI merupakan kemampuan minimal yang harus

diberikan kepada Insan Indonesia (siswa SLTA atau sedarajat) agar mampu meggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mengelola informasi. Pembelajaran KKPI di SMK dilihat dari kompetensi dasar yang ada di silabus keterampilan komputer dan pengelolaan informasi(KKPI), siswa diharapkan memiliki pengetahuan (kognitif), hasil (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan perilaku (afektif), dalam menggunakan teknologi dengan baik dan benar. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 251/C/KEP/MN/2008, tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Mata pelajaran KKPI ada untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan teknologi. Di SMK jurusan RPL siswa mempelajari teknik pembuatan database, pembuatan web, dan penggunaan software[10].

Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang menekankan

keaktifan siswa secara fisik, mental, Intelektual dan emosional untuk memperoleh hasil berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa di dalam kelas [8]. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Dengan belajar aktif salah satunya dengan diskusi memungkinkan siswa memperoleh hasil dan penguasan materi. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa indikator keaktifan, yaitu: (a) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, (b) Terlibat dalam pemecahan masalah, (c) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, (d) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (e) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, (f) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, (g) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis, (h) Kesempatan menggunakan atau menempatkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya [11].

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen.

Penelitian ini berdesain “One Shot Case Study yaitu dengan desain terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya [12]. Adapun pola desain penelitian ini sebagai berikut :

(13)

6

Keterangan :

X = treatment yang diberikan (variabel independen) 0 = Observasi (variabel dependen)

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N 1 Pabelan. Sampel yang digunakan adalah XI RPL 1 dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang. Teknik pengambilan sampel adalah Cluster Sampling

dikarenakan peneliti mengambil satu kelas eksperimen dengan cara mengambil secara acak dari kelas-kelas yang ada di SMK N 1 Pabelan [12].

Tabel 1 Tahap Penelitian

No Tahap Penelitian Keterangan

1 Tahap persiapan - Wawancara - Observasi - Studi Literatur

- Menentukan populasi dan sample - Menyiapkan materi

2 Tahap pelaksanaan - Memberikan perlakuan (treatment)

- Mengamati prilaku siswa dengan check list

3 Pengolahan dan analisis data - Mengolah hasil check list

Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

(14)

7

Tahap kedua, Sebelum melaksanakan tindakan, siswa kelas XI RPL 1 diberikan penjelasan model pembelajaran Think Pair Share berpendekatan

Somatis Auditori Visual Intelektual. Pada tahap ini juga dilakukan observasi keaktivan siswa dengan model pembelajaran yang biasa dilakukan guru dikelas.

Treatment, setelah kelas XI RPL 1 diberikan pembelajaran dengan model

konvensional. Maka pada tahap ini adalah melakukan treatment. Treatment

dikelas XI RPL 1 menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual. Pada tahap ini juga siswa di observasi keaktifan belajarnya oleh observer untuk mengetahui besar keaktifan

siswa belajar menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual. Kegiatan selama diberi perlakuan digambarkan pada tabel desain pembelajaran dibawah ini :

Tabel 2 Disain pembelajaran TPS berpendekatan SAVI

Kegiatan Indikator Bentuk

Guru Siswa Keaktifan Instrumen

Tahap 1 aplikasi basis data

(15)

8 Proyektor presentasi, contoh

yang diberikan

Somatis Guru membagi nama database

Auditori Guru memutar video tutorial

(16)

9 Somatis Guru meminta

siswa untuk maju

Auditori Guru mengawasi apa yang di

Visual Guru membantu membenarkan

Tekik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengetahui mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa siswa selama proses pembelajaran di kelas digunakan indicator keaktifan siswa dikelas : (1) Turut serta dalam melakukan tugas belajarnya, (2) Terlibat dalam pemecahan masalah (3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk gur, (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, (7) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis, (8) Kesempatan menggunakan atau menempatkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Wawancara digunakan untuk mengetahui pembelajaran yang berlangsung dari guru dan siswa. Dokumentasi digunakan untuk mengambil data seperti silabus, RPP, daftar hadir siswa dan lembar observasi keaktifan siswa.

Data hasil observasi keaktifan siswa dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa yang berpedoman pada 8 indikator keaktifan siswa. Persentase diperoleh dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Analisis dihitung menggunakan rumus [13] :

(17)

10

Keterangan:

P : angka prosentase

F : frekuensi yang sedang dicari prosentasinya

N : number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

Tabel 3 Penilaian Keaktifan [14] Kriteria Keaktifan

Rentang Skor (%) Kriteria 80,1% - 100%

Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Think Pair Share

berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual dimulai dengan memberikan penjelasan kepada siswa mengenai model pembelajaran TPS SAVI. Pengenalan

TPS model pembelajaran dengan memecahkan masalah, berkelompok dan

berbagi. Pendekatan SAVI, siswa mengenal bagaimana cara belajar yang memaksimal indera yang dimiliki.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dikelas XI RPL 1 SMK Negeri 1 Pabelan dapat diketahui bahwa selama proses belajar mengajar KKPI siswa mengalami kesulitan dalam pengimputan data kedalam Microsoft Access. Siswa menjadi aktif untuk memecahkan cara pengimputan database setelah adanya pembelajaran Think Pair Share berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa bersama teman sebangkunya menyelesaikan tugas database yang diberikan. Pembelajaran TPS ini membuat siswa belajar mengutarakan pendapatnya kepada semua siswa di depan kelas.

Pendekatan SAVI digunakan memaksimalkan indera dalam belajar dengan tahap Somatis, siswa mengimputkan data dengan indera perabanya. Auditori, mendengarkan penjelasan video tutorial. Visual, siswa melihat ke LCD Proyektor cara pembuatan dan pengimputan database. Intelektual, memecahkan masalah dalam pengimputan database yang eror. Penerapan strategi pembelajaran Think Pair Share berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual meningkatkan keaktifan siswa dari pada pembelajaran konvensional. Fakta tersebut menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada materi database menggunakan Acces 2007. Perhitungan untuk mengetahui aktifitas siswa pada saat pembelajaran mengacu pada indikator keaktifan siswa yang telah di tetapkan.

Tabel 4 Persentase hasil observasi keaktifan kelas XI RPL 1

No Indikator Keaktifan Pra Eks

Pertemuan 1

(18)

11

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa pada indikator 1 turut serta dalam

melaksanakan tugas belajarnya pada pertemuan pra eksperimen sampai 2 mendapatkan hasil persentase yang sama atau tetap yaitu sebesar 100%. Hal tersebut dikarenakan selurus siswa XI RPL 1 hadir dan mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Penerapan model pembelajaran TPS berpendekatan SAVI

terjadi peningkatan persentase pada indikator 2 yaitu terlibat dalam pemecahan masalah, pada pertemuan pra eksperimen 14,28% meningkat menjadi 52,38% pada pertemuan 1, peningkatan ini terjadi dikarenakan siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah dengan memanfaatkan fasilitas internet sekolah, siswa dapat mengeksplor pengetahuan lebih banyak. Pada saat penggunaan internet di hentikan, siswa menggunakan fasilitas buku cetak dan LKS menjadikan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah menjadi menurun 4,77% pada pertemuan 2. Peningkatan persentase juga terjadi pada indikator 3 yaitu bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, pada pra eksperimen sebesar 19,04% terjadi peningkatan menjadi 76,19% pada pertemuan 1 dikarenakan siswa aktif bertanya kepada teman yang berpresentasi kedepan kelas, ketika waktu bertanya dibatasi kepada teman yang berpresentasi menjadikan penurunan keaktifan menjadi 71,42% pada pertemuan 2. Hal ini menjadikan Penggunaan metode pembelajaran TPS berpendekatan SAVI

juga membantu peningkatan presentase pada Indikator 4, berusaha mencari 1 Turut serta dalam melaksanakan

tugas belajarnya 100,00% 100,00% 100%

2 Terlibat dalam pemecahan

masalah 14,28% 52,38% 47,61%

3

Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

19,04% 76,19% 71,42%

4 Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah

19,04% 28,57% 23,80%

5 Melaksanakan diskusi kelompok

sesuai dengan petunjuk guru 0% 100% 100%

6 Menilai kemampuan dirinya dan

hasil-hasil yang diperolehnya 28,57% 76,19 66,66%

7 Melatih diri dalam memecahkan

masalah atau soal yang sejenis 33,33% 61,90% 52,38%

8

Kesempatan menggunakan atau menempatkan apa yang telah diperolehnya dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya

9,5% 80,95% 71,42%

(19)

12

berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang sebelumnya hanya mendapatkan persentase sebesar 19,04% pada pra-eksperimen, mengalami peningkatan sebesar 9,53% menjadi 28,57% pada pertemuan 1, ketika ada siswa yang hanya duduk diam menunggu informasi dari temannya sedangkan siswa lain sibuk mencari informasi dengan menggunakan fasilitas internet sekolah, keaktifan

siswa menurun menjadi 23,80% pada pertemuan 2. Pembelajaran TPS

berpendekatan SAVI merupakan metode pembelajaran yang berdasarkan proses dan tahapan yang dilakukan dapat membuat siswa aktif mencari berbagai informasi tambahan dalam membuat database menggunakan internet sekolah untuk memecahkan masalah.

(20)

13 5. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian eksperimen kelas yang telah dilakukan menggunakan strategi pembelajaran TPS berpendekatan SAVI kelas XI RPL 1 SMK Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang dapat disimpulkan ada peningkatan keaktifan siswa pada pertemuan 1, ada perbedaan keaktifan siswa dari pertemuan pra-eksperimen sampai pertemuan ke 2, keaktifan siswa dalam pelajaran KKPI pada pra-eksperimen dengan model pembelajaran konvensional rata-rata 27,97%, pada pertemuan 1 dengan model pembelajaran TPS SAVI rata-rata keaktifan siswa 72,02%, pada pertemuan ke 2 rata-rata keaktifan siswa 66,66%. Penerapan TPS SAVI dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan media internet sekolah. Kriteria keaktifan siswa yang didapat pada pra-eksperimen adalah rendah, sedangkan pada pertemuan ke 1 dan 2 dengan model TPS berpendekatan SAVI kriteria keaktifan siswa tinggi. Ini menunjukkan bahwa model pembelajaran TPS berpendekatan SAVI lebih baik dari pada model pembelajaran biasa atau konvensional yang di lakukan guru disekolah.

(21)

14 6. Daftar Pustaka

[1] Moch. Uzer Usman. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Atmoko, Beni, Tri. 2013. Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelajaran Adaptif Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Produktif Siswa Jurusan TITL Smk Negeri 1 Magelang

[2] Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook, Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Kaifa

[3] Wijayanti at al. PENGARUH PENDEKATAN SAVI MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA.

[4] Kusuma at al. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

[5] Istiandaru, Afit. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Think Pair Share Dengan Menggunakan E-Learning Moodle Terhadap Hasil Belajar Dan Kecemasan Matematika Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Bae Kudus Pada Materi Pokok Logika Matematik. Semarang : UNNES

[6] Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning – Mempraktikkan

Cooprerative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

[7] Saad, Noor Shah. 2008. Teaching Mathematics in Secondary Schools : Theories and Practices. Perak : Universiti Pendidikan Sultan Idris.

[8] Saad, Noor Shah. 2008. Teaching Mathematics in Secondary Schools : Theories and Practices. Perak : Universiti Pendidikan Sultan Idris.

[9] Depdiknas. 2007. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika (SMP/MTs). Jakarta:

(22)

15

Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory, research and practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa Media

[10] Hislop, G. W. 2009. Software Engineering Education: Past, Present, and Future. Hellis, H.C., Demurjian, S.A., & Naveda, J.F. (Eds.). Software Engineering: Effective Teaching and Learning Approaches and Practices (1-14). USA: IGI Global.

[11] Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

[12] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

[13]Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Gambar

Tabel 1 Tahap Penelitian Tahap Penelitian Keterangan
Tabel 2 Disain pembelajaran TPS berpendekatan SAVI

Referensi

Dokumen terkait

Dari pemaparan hasil kuesioner dengan deskriptif kuantitaif peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara pembelajaran akuntansi syariah di perguruan

Soekarno Tahun 2019, diperoleh tingkat pelayanan atau level of service (LOS) F, tahun 2024 tanpa adanya relayasa lalu lintas diperoleh tingkat pelayanan atau level

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh pengintegrasian pendidikan lalu lintas kedalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap perilaku

Pada minggu pertama praktikan belum mendapat tugas untuk mengajar. Minggu pertama praktikan masih melakukan observasi dan koordinasi dengan guru pembimbing terkait

pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan pada kelompok I, yaitu berupa IR dengan TENS dengan nilai p= 0,026, yang berarti bahwa IR dengan TENS

dalam kasus pembunuhan di Surakarta bukti permulaannya adalah laporan dari saksi Nur Rofik yang menjabat sebagai Ketua Rukun Tetangga(RT) bahwa telah terjadi kasus

Dalam makalah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, yang