ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
Studi Kasus Pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Clara Chinta Imanda Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar, 2) hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus.Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 321. Sampel penelitian ini sebanyak 55 mahasiswa.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi.Teknik analisis data menggunakan korelasi Spearman.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING MOTIVATION AND LEARNING ENVIRONMENT WITH LEARNING ACHIEVEMENT
A Study Case on The 2014 Batch Students of The Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education
Sanata Dharma University Clara Chinta Imanda Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This research aims to find out: 1) the relationship between learning motivation and learning achievement, 2) the relationship between learning environment and learning achievement.
This research is a case study. This research was carried out in March 2015. The population on this research was all students of Study Program of Economic Education of Expertise Specific Accounting Education which consisted of 321. The samples in this research were 55 students. The technique of taking the samples was purposive sampling. The technique of gathering the data were questionnaire, interview, and documentation. The technique of analysis was spearmen correlation.
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR
DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
Studi Kasus Pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
CLARA CHINTA IMANDA NIM : 11 1334 036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR
DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
Studi Kasus Pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
CLARA CHINTA IMANDA NIM: 11 1334 036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan sepenuh hatiku persembahkan karya ini untuk:
TuhanYesus yang senantiasa memberikan perlindungan dan
kekuatan
Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi,
doa, semangat dan kasih sayang
Sahabat sayaAngel, Rere, Bono, Junita dan teman-teman yang
sudah membantu dan selalu mendukung
v
MOTTO
Hanya orang yang memiliki mimpi dan
mau berusaha untuk mewujudkannya
yang memiliki peluang untuk menjadi
sukses.
Jika kamu hanya mendengarkan
apa yang dikatakan orang,
kamu akan gila, lakukanlah
apa yang kamu yakini benar.
Do your best
Give your best
Live your best
That is the real and authentic life
Seberat apapun
cobaan yang ku hadapi,
aku yakin
Engkau tidak akan pernah
meninggalkanku
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
Studi Kasus Pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Clara Chinta Imanda Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar, 2) hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus.Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 321. Sampel penelitian ini sebanyak 55 mahasiswa.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi.Teknik analisis data menggunakan korelasi Spearman.
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING MOTIVATION AND LEARNING ENVIRONMENT WITH LEARNING ACHIEVEMENT
A Study Case on The 2014 Batch Students of The Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education
Sanata Dharma University Clara Chinta Imanda Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This research aims to find out: 1) the relationship between learning motivation and learning achievement, 2) the relationship between learning environment and learning achievement.
This research is a case study. This research was carried out in March 2015. The population on this research was all students of Study Program of Economic Education of Expertise Specific Accounting Education which consisted of 321. The samples in this research were 55 students. The technique of taking the samples was purposive sampling. The technique of gathering the data were questionnaire, interview, and documentation. The technique of analysis was spearmen correlation.
x
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-NYA, sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar studi kasus pada mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Selain itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, dan penulis sendiri.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno,S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi 3. Bapak Agustus Heri Nugroho, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing yang
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar ... 7
B. Indikator Motivasi Belajar ... 13
C. Teori dan Kebutuhan Motivasi Belajar ... 17
D. Lingkungan Belajar ... 21
E. Macam-macam Lingkungan Belajar ... 23
F. Indikator Lingkungan Belajar ... 26
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar ... 32
H. Prestasi Belajar ... 37
I. Kerangka Berpikir 1. Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 43
2. Hubungan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 44
J. Hipotesis Penelitian ... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46
B. Waktu danTempat Penelitian ... 46
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 47
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 47
E. Paradigma Penelitian ... 49
xiii
G. Teknik Pengumpulan data ... 54
H. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas... 55
2. Pengujian Reliabilitas ... 60
I. Teknik Analisis Data ... 62
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 65
B. Visi, Misi dan Tujuan Universitas Sanata Dharma ... 68
C. Struktur Organisasi ... 70
D. Sejarah Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi ... 70
E. Sumber Daya Manusia ... 72
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1. Pengujian Normalitas ... 76
2. Pengujian Hipotesis ... 79
C. Pembahasan ... 82
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86
B. Keterbatasan ... 87
C. Saran ... 87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Pra Penelitian ... 4
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Indikator Variabel Penelitian Motivasi Belajar ... 51
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Indikator Variabel Penelitian Lingkungan Belajar ... 53
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (1) ... 56
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (2) ... 57
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (3) ... 58
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar (1)... 58
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar (2)... 59
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar (3)... 60
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 61
Tabel 4.0 Tingkat Korelasi Dan Kekuatan Arah Hubungan ... 63
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 73
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar ... 74
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ... 75
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 77
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 78
Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 79
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN ... 93
LAMPIRAN II DATA INDUK PENELITIAN ... 99
LAMPIRAN III UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 106
LAMPIRAN IV UJI NORMALITAS ... 113
LAMPIRAN V PAP TIPE II ... 120
LAMPIRAN VI UJI KORELASI SPEARMAN ... 124
LAMPIRAN VII R TABEL ... 126
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa kuliah adalah masa yang penuh dengan pengalaman dan kenangan. Setiap mahasiswa memiliki pengalaman, baik-buruk, susah-senang dan banyak macam lainnya. Setiap orang memiliki cara dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah saat kuliah. Jam kuliah yang kadang tidak teratur, praktikum dan sebagainya membuat mahasiswa kesulitan mengatur jadwal belajarnya.
Mahasiswa suatu universitas mempunyai satu tujuan yang sama yaitu menuntut ilmu, menjadi pribadi yang lebih baik, mendapatkan gelar sarjana, mempunyai keahlian di bidang pendidikan yang digeluti dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi atau bahkan bekerja. Dari tujuan itulah mahasiswa mempunyai dorongan untuk melakukan tindakan belajar.
Namun pada kenyataannya tidak sedikit mahasiswa yang pada akhirnya dapat menyelesaikan tugas kuliahnya sampai pada hari terakhir tugas tersebut dikumpul. Sehingga tugas-tugas tersebut menjadi menumpuk dan mengerjakan tugas yang menumpuk bisa menjadi sangat melelahkan, terutama jika tidak memiliki waktu banyak atau dikejar deadline yang cukup singkat.
Dan sering kali jumlah waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan tugas tugas hanya sedikit dari pada waktu diluar aktivitas belajarnya, sehingga mereka selalu berpacu dengan waktu dan berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan semua tugasnya. Hal tersebut membuat mahasiswa merasakan kecemasan yang semakin tinggi dan terjadilah stress. Terlebih jika tugas kuliah tersebut merupakan tugas yang harus menyertakan teori, yang artinya mahasiswa harus banyak membaca dan mencari buku. Hal ini membuat motivasi belajar mahasiswa dalam menghadapi tugas kuliah tersebut menjadi menurun dan malas untuk mengerjakannya.
Fenomena lain yang muncul adalah adanya teknologi yang semakin berkembang internet bisa diakses di mana saja, seperti fasilitas internet yang tersedia di kampus yaitu Universitas Sanata Dharma memberikan dampak yang besar bagi pencari informasi khususnya bagi kalangan mahasiswa. Mahasiswa merupakan pengguna internet yang sangat aktif saat ini dan mereka bisa menggunakannya 3 sampai 5 jam dalam satu hari. Mahasiswa dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses informasi-informasi pada saat waktu luang bersama teman-teman. Cara mengaksesnya pun mudah mereka hanya tinggal
login dari alat gadget mereka baik menggunakan handphone, tablet atau laptop. Terkadang ada beberapa mahasiswa yang datang ke kampus bukan untuk kuliah saja, melainkan datang hanya untuk menggunakan fasilitas internet tersebut. Namun pada kenyataannya kebanyakan mahasiswa dalam menggunakan fasilitas internet bukan digunakan untuk mencari sumber belajar, tetapi digunakan untuk hal yang lain seperti facebook, youtube atau mendownload lagu atau film.
Oleh karena banyaknya pengguna, jaringan internet menjadi lambat dan susah. Dari pihak Universitas Sanata Dharma pun sempat menutup jaringan yang berhubungan dengan media sosial, dengan tujuan agar mahasiswa bisa memanfaatkan fasilitas internet tersebut dengan baik. Ketika mahasiswa sudah asyik dengan media sosialnya, seringkali mereka melupakan kewajiban utama yaitu belajar. Mahasiswa menjadi jarang dalam mengerjakan tugas.
Perilaku belajar mahasiswa dengan sambil bermain gadget seperti itu menyebabkan konsentrasi mereka dalam belajar menjadi tidak fokus. Jika mahasiswa tidak bisa mengatur kegiatan dan waktu untuk belajarnya sampai kapanpun belajarnya tidak ada peningkatan dan prestasi belajarnya juga ikut tidak mengalami peningkatan.
Namun berdasarkan hasil wawancara saya dengan 10 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi TA 2014 dan 2011, semuanya mengatakan prestasi belajarnya termasuk dalam kriteria baik. Rata-rata IPK mereka termasuk dalam predikat yang baik atau sangat memuaskan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari tabel berikut dibawah ini:
Tabel 1.1
Tabel Hasil Wawancara Pra Penelitian
No Nama IPK Keterangan
1. Angela Astri Purwanti 3,32 Baik 2. Lukas Willy D.K 3,07 Baik
3. Irwan 3,00 Baik
4. Junita Sidauruk 3,14 Baik
5. Agustinus Deya 3,14 Baik
6. Rosta Natalia 3,3 Baik
7. Aknes Suparyati 3,68 Baik
8. Yulia Mega Sari 3,32 Baik
9. Bernadetha Yasinta 3,5 Baik 10. Arum Pandan Wangi 3,14 Baik
Hal ini yang membuat saya tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengadakan penelitian mengenai
“Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar dengan
Penelitian ini merupakan studi kasus pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan pada hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar. Studi kasus pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar ? 2. Apakah ada hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui adanya hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar. 2. Untuk mengetahui adanya hubungan lingkungan belajar dengan prestasi
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai masukan agar lebih mendorong mahasiswa untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi. Selain itu mahasiswa juga harus lebih bisa memilah dan memilih mana lingkungan belajar yang baik dan yang tidak, sehingga prestasi belajar mahasiswa tetap baik.
2. Bagi penulis
Untuk dapat mengetahui secara nyata tentang hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan sebagai acuan bagi peneliti lebih lanjut.
4. Bagi Peneliti Lainnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Mc. Donald (Sardirman, 2011:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau “feeling” dan afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kewajiban, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain dalam hal ini tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
M. Dalyono (Udin, 2005) memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar". Sartain (Udin, 2005) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan. Tujuan adalah yang membatasi atau menentukan tingkah laku organism itu. Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
Kebutuhan- kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajarnya. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi esktrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subyek belajar.
Menurut sadirman (1996 :73) motif yang sudah aktif disebut motivasi. Motivasi merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi bisa ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku sehingga motivasi merupakan kontruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta, karsa dan rasa yang merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang melekat pada diri seseorang, dikombinasikan dengan motivasi dapat menjadi catur daya atau empat dorongan kekuatan yang dapat mengarahkan individu mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan. Berawal dari arti motif maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi yang ada pada setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan
4. Lebih senang bekerja mandiri 5. Cepat bosan pada tugas yang rutin 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
James O Whittaker (soemanto, 1983:193) motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Sedangkan menurut Egsenck (Dzaki, 2009) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai.
Kondisi tersebut akan menentukan individu dalam menyelesaikan setiap tugas akademik, sehingga individu akan cenderung untuk melakukan atau bahkan menghindari prokrastinasi akademik.
B. Indikator Motivasi Belajar
Menurut Uno (Wahyono, 2014), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperoleh kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri,melainkan upaya diri. 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua.
Dari keterangan di atas tampak bahwa ‘’keberhasilan’’ anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.
3. Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan
Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat.
4. Adanya Penghargaan Dalam Belajar
Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar
5. Adanya Kegiatan yang Menarik Dalam Belajar
Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brain storming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.
6. Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif
Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.
Abin Syamsuddin Makmun (Mulyana, 2012) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
a. Durasi kegiatan (berapa lama penggunaan waktunya untuk melalukan kegiatan). b. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu). c. Presistensi (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
e. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran) untuk mencapai tujuan.
f. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
g. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan (memuaskan atau tidak).
h. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan (suka atau tidak, positif atau negatif). Menurut Martin Handoko (Nashif, 2012) untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:
a. adanya kemauan untuk berbuat.
b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. c. Kerelaan meninggalkan kewajiban/tugas yang lain. d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Sardiman (Nashif, 2012) indikator motivasi belajar sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa. d. Lebih senang bekerja mandiri.
C. Kebutuhan Dan Teori Motivasi
Memberikan motivasi kepada seorang mahasiswa, berarti menggerakan mahasiswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subyek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Menurut Morgan (Rohmah, 2012:246), manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan.
1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas
Hal ini sangat penting bagi anak karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orang tua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira.
2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
3. Kebutuhan untuk mencapai hasil
Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai
dengan “pujian”. Aspek pujian ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk
bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan orang lain atau guru atau orang tua misalnya boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Dalam kegiatan belajar mengajar istilahnya perlu dikembangkan unsur reinforcement. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik. Anak-anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang optimal, sehingga ada “sense of success”. Dalam kegiatan belajar mengajar, pekerjaan atau kegiatan ini harus dimulai dari yang mudah atau sederhana dan bertahap menuju sesuatu yang semakin sulit atau kompleks.
4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Begitu juga motif, motivasi yang selalu berkait dengan kebutuhan tentu akan berubah-ubah atau bersifat dinamis sesuai dengan keinginan dan perhatian manusia. Relevan dengan soal kebutuhan itu maka timbulah teori tentang motivasi. Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembanganya ada dikalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki. Maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatanya yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan.
a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan keamanan yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan
c. Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan
D. Lingkungan Belajar
1. Pengertian Lingkungan Belajar
Dari perpaduan kata “lingkungan” dan “belajar”, secara sederhana dapat
dirumuskan pengertian lingkungan belajar yaitu suatu tempat atau suasana yang memengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia.
Dari penjelasan tersebut dapat dilanjutkan bahwa perubahan-perubahan yang diakibatkan lingkungan dapat bersifat menetap dan relatif permanen. Semakin kuat pengaruh lingkungan tersebut maka perubahan akan terjadi pada subyek belajar diprediksikan akan semakin tinggi pula. Inilah kehebatan pengaruh lingkungan terhadap perilaku seseorang. Untuk akan sangat tidak bijak, apabila seseorang menampilkan saja peran lingkungan bagi perkembangan dan pertumbuhan individu.
Sedangkan lingkungan sosial dapat bewujud manusia dan representatifnya maupun berwujud hal-hal lain. Prestasi belajar itu salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Menurut Dunn (Martini, 2011) Lingkungan belajar adalah kondisi belajar yang dapat mempengaruhi konsentrasi, penyerapan, dan penerimaan informasi. Tempat belajar sebaiknya tenang tidak banyak gangguan suara bising dan gaduh. Suara bising dan gaduh dapat mengganggu konsentrasi belajar. Slameto (Martini, 2011) “Rumah yang bising dengan suara radio, tape recorder atau TV pada waktu belajar, juga mengganggu belajar anak, terutama untuk konsentrasi. Hal senada dikemukakan Sudarmanto (1995) suara-suara gaduh-radio, TV- membuat perhatian tidak sepenuhnya pada bahan yang dipelajari. Reaksi seseorang berbeda-beda terhadap pengaruh lingkungan, ada yang terganggu dengan suara-suara bising di sekitarnya, ada yang tidak menurut Dunn dan Dunn (Martini, 2011) seperti pengaruh kondisi lingkungan tempat belajar terhadap seseorang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda-beda.
E. Macam-Macam Lingkungan Belajar
Menurut Ki Hajar Dewantara (Dhanalana, 1999), lingkungan belajar mencakup: a. Lingkungan Keluarga
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (Hadikusumo, 1996:74) pengertian lingkungan adalah kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organism. Sedangkan pengertian keluarga menurut Tirtarardjadan La Sulo (1994:173) adalah pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda (hubungan menurut garis ibu) dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (ayah, ibu dan anak) ataupun keluarga yang diperluas (disamping inti ada orang lain yaitu kakek dan nenek). Dari pengertian lingkungan dan keluarga diatas maka dapat disimpulkan pengertian lingkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga.
Menurut Gunarsa (Manihai, 2013) bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam bagi anak. Dari anggota-anggota keluarganya anak memperoleh segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial. Setiap sikap, pandangan dan pendapat orang tua atau anggota keluarga lainnya akan dijadikan contoh oleh anak dalam berperilaku.
kepribadian anak. Karena didalam keluarga anak pertama kali mendapat pengetahuan tentang nilai dan norma.
Menurut Hasbullah (Manihai, 2013), lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga.
Menurut Bernadib (Manihai, 2013), lingkungan keluarga yaitu lingkungan yang bertanggung jawab atas kelakuan, pembentukkan kepribadian, kasih sayang, perhatian, bimbingan, kesehatan dan suasana rumah. Dari lingkungan keluarga yang harmonis yang mampu memancarkan keteladanan kepada anak-anaknya akan lahir anak-anak yang memiliki kepribadian dengan pola yang mantap. Menurut Winkel (1989:108) berpendapat keadaan sosial-ekonomi menunjukkan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan ini tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali mahasiswa dengan pendidikan yang akan ditempuh. Keadaan sosial kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga yang dapat tinggi, sedang atau rendah.
b. Lingkungan Sekolah
Menurut Tulus Tu’u (Dhanalana, 1999) Lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan, dan dikembangkan kepada anak didik. Sedangkan menurut Gerakan Disiplin Nasional lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana parasiswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai studi yang dapat meresap kedalam kesadaran hati nuraninya.
c. Lingkungan Masyarakat
F. Indikator Lingkungan Belajar
Menurut Slameto (Hendrian, 2012) menggolongkan lingkungan belajar menjadi 3 yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Guna memperjelas mengenai macam-macam lingkungan belajar akan dijabarkan satu per satu sebagai berikut di bawah ini.
1. Lingkungan Keluarga a. Cara Mendidik Anak
Cara orang tua mendidik anak sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar anak tersebut. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, acuh tak acuh dan tidak memperhatikan perkembangan anaknya akan menyebabkan kesulitan belajar bagi si anak. Sebaliknya orang tua yang perhatian pada pendidikan anaknya akan menjadi pendorong bagi anak untuk belajar lebih giat.
b. Hubungan antara Anggota Keluarga
c. Bimbingan dari Orang tua
Orang tua merupakan contoh bagi anak-anaknya. Segala yang dilakukan Orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermasalah perlu dihindari. Demikian belajar perlu bimbingan orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak.
d. Suasana Rumah
Suasana rumah yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang sering terjadi dalam rumah dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang sangat ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik. Anak-anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Untuk itu hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan, tenteram, damai dan harmonis agar menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.
e. Keadaan Ekonomi Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
a. Hubungan antara dosen dengan mahaiswa
Proses belajar mengajar terjadi antara dosen dengan mahasiswa. Jika hubungan antar dosen dengan mahasiswa dapat terjalin dengan baik, maka mahasiswa akan memperhatikan materi yang diajarkan dosen. Sehingga ia akan mempelajari dengan sebaik-baiknya, dan sebaliknya jika hubungan antara dosen dengan siswa kurang baik maka akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.
b. Hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa yang Lain
Hubungan yang baik antar mahasiswa merupakan hal yang penting, karena dapat memberikan pengaruh belajar mahasiswa. mahasiswa yang mempunyai hubungan kurang baik dengan teman yang lainnya akan diasingkan dari kelompoknya akibatnya hal tersebut dapat menggangu belajarnya, untuk itu hubungan antar teman perlu dijaga dengan baik. c. Alat Belajar
d. Kurikulum
Kurikulum merupakan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada mahasiswa. Kegiatan itu menyajikan pelajaran agar mahasiswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran. Jelas bahwa kurikulum mempengaruhi belajar mahasiswa.
e. Disiplin
Kedisiplinan erat kaitannya dengan ketertiban mahasiswa dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas. Kedisiplinan di sekolah menyangkut kedisiplinan para dosen dalam mengajar maupun disiplin mahasiswa dalam universitas terutama dalam proses belajar mengajar untuk mengembangkan motivasi yang kuat.
f. Kondisi Gedung
3. Lingkungan Masyarakat a. Teman Bergaul
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap belajar anak dan sebaliknya teman bergaul yang kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula.
b. Lingkungan Tetangga
Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Misalnya: tetangga yang suka judi, menganggur, tidak suka belajar akan mempengaruhi anak yang bersekolah, minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk bersekolah, begitu pula sebaliknya.
c. Aktivitas dalam Masyarakat
Kegiatan ini dapat menguntungkan dan pula merugikan terhadap perkembangan pribadi anak. mahasiswa harus benar-benar mampu memilih kegiatan yang mendukung kegiatan belajar, bukan malah menjadi penghambat.
d. Media Massa
Berdasarkan pada beberapa pendapat dan uraian di atas, maka yang menjadi indikator lingkungan belajar mahasiswa menurut Slameto, (hendrian, 2012) dalam penelitian ini terdiri dari tiga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan universitas dan lingkungan masyarakat yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut:
1) Lingkungan keluarga terdiri atas: a) Cara orang tua mendidik anak. b) Hubungan antara anggota keluarga c) Suasana rumah
d) Keadaan ekonomi keluarga e) Pengertian orang tua
f) Latar belakang kebudayaan 2) Lingkungan universitas terdiri atas:
a) Kurikulum
b) Hubungan antara dosen dengan mahasiswa
c) Hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa yang lain d) Disiplin mahasiswa
e) Alat pelajaran f) Keadaan gedung 3) Lingkungan masyarakat
a) Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat b) Media massa
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar 1. Keluarga
Menurut Slameto (hendrian, 2012), mahasiswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
Agar lebih jelas berikut akan penulis berikan sedikit uraian mengenai faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi mahasiswa dalam prestasi belajar tersebut: a) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak / kurang berhasil dalam belajarnya. Mendidik dengan cara memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik, karena anak akan berbuat seenaknya saja, Begitu pula mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras adalah cara mendidik yang juga salah. b) Relasi Antar anggota Keluarga
c) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kajadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.
d) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku, dll. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin bahkan harus bekerja untuk membantu orang tuanya, akan dapat mengganggu belajarnya. Sebaliknya keluarga yang kaya, orang tua sering cenderung untuk memanjakan anak, anak hanya bisa bersenang-senang saja dan akibatnya kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar.
e) Pengertian Orang Tua
f) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan mahasiswa dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh itu antara lain sebagai berikut:
a. Kegiatan mahasiswa dalam Masyarakat
Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi mahasiswa perlu membatasi kegiatan masyarakat yang diikutinya, kalau perlu memilih kegiatan yang mendukung belajarnya.
b. Media Massa
Yang termasuk dalam media massa adalah radio, TV, surat kabar, buku-buku, dll. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Media massa memberi pengaruh yang baik terhadap mahasiswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap mahasiswa.
c. Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul mahasiswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri mahasiswa, begitu juga teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
d. Bentuk Kehidupan Masyarakat
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik mereka mendidik dan menyekolahkan anaknya akan membawa pengaruh yang baik bagi siswa. Pengaruh itu akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. (Slameto, 2003:70)
e. Peranan Masyarakat dalam Pendidikan
H. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah. Didalam webster’s New International Dictionary (Haryanto, 2010) mengungkapkan tentang prestasi yaitu:“achievement test a standardized test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study”. Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standard test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam purwodarminto (Haryanto, 2010) prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai.
Menurut Abu Ahmadi (Haryanto, 2010) menjelaskan pengertian prestasi belajar adalah secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (Azhar, 2012), mengemukakan bahwa
“prestasi belajar” adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan
Menurut Siti Partini (Azhar, 2010), “ prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Sejalan dengan pendapat dicapai
oleh seseorang dalam kegiatan belajar.
Sejalan dengan pendapat itu Sunarya (Azhar, 2010) menyatakan “
prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang merupakan ukuran keberhasilan siswa”. Menurut Sukardi (Azhar, 2010), menyatakan untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkapkan kemampuan aktual sebagai hasil belajar.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Syah (Arief, 2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:
a. Faktor internal mahasiswa 1) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmaniah yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendirinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahankan kondisi jasmaniah agar tetap bugar mahasiswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain mahasiswa dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan, sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Kondisi organ tubuh mahasiswa yang sangat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Selain kondisi fisiologi umum, berfungsinya alat panca indera dengan baik merupakan yang memungkinkan belaajar itu berlangsung dengan baik. Dengan sistem pendidikan dewasa ini, diantara panca indera manusia yang paling memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting karena sebagian besar hal yang dipelajari oleh manusia dipelajarinya melalui penglihatan dan pendengaran.
2) Aspek psikologis
Belajar adalah pada hakikatnya proses psikologis. Oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Dimana faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik, yaitu:
a) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiki-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Sebagaimana diungkapkan oleh Syah (Arief, 2012), bahwa intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran-peran anggota tubuh lainnya.
b) Sikap Mahasiswa
Menurut Syah (Arief, 2012) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi/merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c) Bakat Mahasiswa
Menurut Chaplin (Arief, 2012) bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. d) Minat Mahasiswa
e) Motivasi Mahasiswa
Pengertian dasar Menurut Gleitmen (Arief, 2012) motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu Syah. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. b. Faktor eksternal mahasiswa
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi lingkungan sosial di kampus adalah para dosen, para staf, administrasi dan teman sekelas. Selain itu yang termasuk lingkungan sosial mahasiswa adalah masyarakat, tetangga, teman-teman sepermainan disekitar tempat tinggal mahasiswa, dan lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga mahasiswa itu sendiri.
2) Lingkungan Non-Sosial
I. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar
Menurut Mc. Donald (Sardirman, 2011:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Dengan adanya tiga hal tersebut akan menimbulkan suatu kebiasaan yang baik dalam perilaku belajarnya sehingga dalam aktivitas belajarnya mahasiswa akan mendapatkan prestasi belajar yang baik pula.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (Azhar, 2012), mengemukakan bahwa
“prestasi belajar” adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu”.
Oleh karena itu di dalam motivasi belajar seseorang pastinya sudah diawali terlebih dahulu dengan minat, sehingga anak merasa senang dalam melakukan aktivitas belajar dan prestasi belajar mahasiswa pun akan semakin meningkat.
2. Hubungan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar
Menurut Dunn (Martini, 2011) Lingkungan belajar adalah kondisi belajar yang dapat mempengaruhi konsentrasi, penyerapan, dan penerimaan informasi. Dari penjelasan tersebut dapat dilanjutkan bahwa perubahan-perubahan yang diakibatkan lingkungan dapat bersifat menetap dan relatif permanen. Semakin kuat pengaruh lingkungan tersebut maka perubahan akan terjadi pada subyek belajar diprediksikan akan semakin tinggi pula. Inilah kehebatan pengaruh lingkungan terhadap perilaku seseorang.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (Azhar, 2012), mengemukakan bahwa
“prestasi belajar” adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu”.
memilah mana yang baik dan tidak, sekalipun keadaan lingkungan belajarnya buruk mahasiswa itu tidak akan terjerumus ke dalam lingkungan yang buruk dan prestasi belajarnya akan tetap baik.
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu (Arikunto, 1996:131). Studi kasus adalah penelitian yang berusaha untuk menggali suatu masalah dengan batasan yang jelas, data yang mendalam, disertai berbagai sumber informasi yang akurat (Mujahidin, 2014:126).
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan dimulai Bulan Maret 2015. 2. Tempat Penelitian
C. Subyek Dan Obyek Penelitian 1. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
2. Obyek Penelitian: a) Motivasi belajar b) Lingkungan belajar
c) Prestasi belajar mahasiswa
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1996:115). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 321 mahasiswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang ingin diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 1996:117).
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel bertujuan atau
purposive sampling. Sampel bertujuan atau purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 1990:128). Dalam penelitian ini sampel yang dipilih Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma dengan pertimbangan mahasiswa tersebut baru akan memulai aktivitas di perkuliahan dan belum terbiasa dengan sistem perkuliahan yang ada.
E. Paradigma Penelitian
Hubungan motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar dalam penelitian ini dapat diilustrasikan paradigma sebagai berikut:
X1
Y
X2
Keterangan:
X1 : motivasi belajar X2 : lingkungan belajar Y1 : prestasi belajar
F. Variabel Penelitian dan Pengukuran 1. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,1996:99).
Dalam penelitian ini variabel yang akan di teliti adalah a. Motivasi belajar (X1)
2. Pengukuran a. Motivasi Belajar
Yaitu serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Untuk mengukur motivasi belajar yang akan mereka pilih cara yang digunakan penulis adalah dengan kuesioner tipe pilihan yang disusun seperti model dengan lima alternatif jawaban. Skor bergerak dari satu sampai dengan lima. Adapun pedoman untuk memberikan skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1 Jawaban tidak setuju diberi skor 2 Jawaban kurang setuju diberi skor 3 Jawaban setuju diberi skor 4
Jawaban sangat setuju diberi skor 5
Skor tertinggi yang dicapai dari kuesioner motivasi belajar adalah 5 dan skor terendah 1.
Selanjutnya untuk menentukan tinggi rendahnya faktor yang paling berpengaruh dengan menghitung nilai mean dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 1996:183).
Mean = ∑��
�
Kisi-kisi indikator yang penulis buat bersumber dari Nashif dan Restama Eka. Berikut ini merupakan tabel kisi-kisi indikator variabel penelitian mengenai motivasi belajar:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Indikator Variabel Penelitian Motivasi Belajar Variabel
No Item
Positif Negatif Motivasi Belajar
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Orang Tua Teman
Perasaan senang Kemauan Dosen
2 3 4 5
1
Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar
Terstruktur atau tidak 6 Kerelaan meninggalkan tugas
lain
Sering mengikuti aktivitas di kampus
Sering bermain
7 8 Adanya kemauan untuk berbuat
Pemanfaatan waktu untuk belajar
Membuat catatan
Menyediakan waktu untuk mengulang pelajaran
Mencari sumber belajar lain Bertanya kepada teman
tentang pelajaran
Membentuk kelompok belajar 9 10 11 12 13 14
Cepat bosan dengan tugas rutin 15
b. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yaitu suatu tempat atau suasana yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Adapun pedoman untuk memberi skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
Jawaban sangat buruk diberi skor 1 Jawaban buruk diberi skor 2
Jawaban cukup diberi skor 3 Jawaban baik diberi skor 4 Jawaban sangat baik diberi skor 5
Skor tertinggi yang dicapai dari kuesioner lingkungan belajar adalah 5 dan skor terendah 1.
Selanjutnya untuk menentukan tinggi rendahnya faktor yang paling berpengaruh dengan menghitung nilai mean dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 1996:183).
Ketekunan mengerjakan tugas Tepat waktu dalam
mengerjakan tugas
Acuh tak acuh dalam memperbaiki
17
18
Mean = ∑��
�
Keterangan: FX : Total skor N : Jumlah populasi
[image:71.595.97.520.141.587.2]Berikut ini merupakan tabel kisi-kisi indikator variabel penelitian mengenai lingkungan belajar:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Indikator Variabel Penelitian Lingkungan Belajar
Variabel
No item
Positif Negatif Lingkungan Belajar
Teman 1
Orang tua
Kedekatan mahasiswa dengan orang tua
Sikap orang tua Cara mendidik Suasana Perhatian
2 3
6
4 5 Kondisi lingkungan tempat
tinggal
7 Media massa
Belajar sambil main HP Belajar sambil nonton TV
8
9 Lingkungan universitas
c. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sejauh mana anak menguasai dan memahami materi pelajaran yang ditunjukkan dengan adanya nilai yang berhasil dicapai selama menjalani aktivitasnya di perkuliahan. Tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks prestasi.
Besar IP dihitung dari jumlah hasil kali antara besar kredit (K) dan bobot nilai (N) dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan atau dinyatakan dengan rumus:
IP = ��
Σ�
Keterangan : K : Kredit N : Bobot Nilai
G. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1996:144). Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seeorang seperti mencari data yang mendukung latar belakang masalah.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data sekunder mengenai data yang ada di Universitas Sanata Dharma meliputi data prestasi belajar.
H. Teknik Pengujian Instrumen
Untuk mengetahui apakah setiap item dalam kuesioner yang dibuat sudah sahih atau dapat diandalkan, maka dilakukan uji statistik untuk mengukur kesahihan butir dan keandalan butir dengan menggunakan analisis validitas dan reliabilitas, seperti dibawah ini:
1. Pengujian Kesahihan Kuesioner (validitas)
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 1996:158). Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memliki validitas rendah. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
� = � ∑ − (∑∑ )
√{ �∑ − ∑ }{�∑ − ∑ }
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
X = skor item Y = skor total
N = banyaknya subyek
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau tidak, maka ketentuannya sebagai berikut:
a. Jika �ℎ� ��≥ � �� dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian dikatakan valid
b. Jika �ℎ� ��< � �� dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian dikatakan tidak valid
Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dipakai sebagai bahan penelitian layak atau tidak dipakai.
a. Uji Validitas Motivasi Belajar
Hasil uji validitas berdasarkan hasil perhitungan item-item
[image:74.595.106.514.89.571.2]Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (1)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
soal1 68.20 39.890 .128 .809 .641
soal2 68.30 41.941 .125 .633 .629
soal3 68.20 39.200 .426 .827 .591
soal4 67.37 40.654 .415 .886 .599
soal5 67.67 43.126 .139 .791 .624
soal6 68.50 42.672 .123 .682 .627
soal7 67.90 43.334 .038 .832 .639
soal8 68.90 37.541 .459 .635 .580
soal9 68.60 37.903 .528 .797 .576
soal10 67.70 39.872 .468 .858 .592
soal11 67.90 39.541 .388 .807 .595
soal12 68.20 38.648 .410 .816 .590
soal13 67.30 43.597 .124 .763 .625
soal14 67.60 42.869 .097 .768 .630
soal15 68.70 42.286 .095 .745 .634
soal16 68.03 40.585 .193 .656 .621
soal17 68.03 42.102 .230 .717 .616
soal18 68.70 42.217 .055 .586 .645
soal19 68.17 42.971 .120 .351 .626
soal20 67.07 43.375 .146 .763 .624
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (2)
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
soal3 21.13 12.809 .454 .395 .742
soal4 20.30 13.252 .556 .453 .728
soal8 21.83 12.351 .396 .208 .760
soal9 21.53 11.292 .702 .651 .686
soal10 20.63 13.344 .488 .542 .737
soal11 20.83 13.316 .361 .343 .761
soal12 21.13 11.982 .508 .581 .731
Dan setelah melakukan pengolahan kembali dengan menghilangkan item dengan r negatif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa item 3,4,8,9,10,11,12 adalah valid. Hal ini dikarenakan setiap item pertanyaan tersebut memiliki nilai �ℎ� �� lebih besar dari 0,3610.
[image:76.595.96.522.135.673.2]Sehingga item-item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian berikutnya.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (3)
INDIKATOR �ℎ� �� � �� KATEGORI
Soal 3 0.454 0.3610 VALID
Soal 4 0.556 0.3610 VALID
Soal 8 0.396 0.3610 VALID
Soal 9 0.702 0.3610 VALID
Soal 10 0.488 0.3610 VALID
Soal 11 0.361 0.3610 VALID
Soal 12 0.508 0.3610 VALID
b. Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar
Hasil uji validitas berdasarkan hasil perhitungan item-item
[image:77.595.98.524.209.614.2]kuesioner pada variabel motivasi belajar dengan menggunakan SPSS 16.0 terhadap 30 responden dari 10 butir pertanyaan dapat dilihat pada tabel 3.6 dibawah ini:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Lingkungan Belajar (1)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
butir1 34.53 20.189 .243 .225 .595
butir2 34.23 19.220 .535 .594 .539
butir3 34.63 17.620 .501 .486 .526
butir4 35.00 19.724 .263 .333 .591
butir5 34.53 21.016 .193 .312 .605
butir6 34.30 19.252 .623 .498 .531
butir7 36.07 21.582 .032 .161 .660
butir8 35.83 20.971 .164 .333 .614
butir9 34.40 21.903 .116 .332 .619
butri10 34.77 19.082 .431 .317 .552
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Lingkungan Belajar (2)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
butir2 12.40 5.007 .628 .477 .664
butir3 12.80 3.890 .618 .441 .668
butir6 12.47 5.430 .601 .384 .688
butri10 12.93 5.099 .434 .222 .764
Dan setelah melakukan pengolahan kembali dengan menghilangkan item dengan r negatif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa item 2, 3, 6 dan 10 adalah valid. Hal ini dikarenakan setiap item pertanyaan tersebut memiliki nilai �ℎ� �� lebih besar dari 0,3610. Sehingga item-item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian berikutnya.
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar
Sumber: hasil olah data 2015 2. Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur. Uji reliabilitas menggunakan sistem konsistensi internal belah dua dengan rumus alpha cronbach. Pengujian reliabilitas didasarkan pada rumus alpha cronbach (Arikunto,1990:191) dengan rumus sebagai berikut:
INDIKATOR �ℎ� �� � �� KATEGORI
Butir 2 .628 0.3610 VALID
Butir 3 .618 0.3610 VALID
Butir 6 .601 0.3610 VALID
� = [ � − ] [ −� ∑�
� ]
Keterangan:
K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
� = Koefisien reliabilitas
∑� = Jumlah varian butir
� = Varian butir
Reliabilitas instr