• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP HIPERPARATIROID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP HIPERPARATIROID"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

AUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN HIPERPARATIROID

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Studi Ilmu Keperawatan

Oleh :

ALVIAN PRISTY WINDIRAMADHAN R 10.01.003

YAYASAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU 2011

(2)

BAB I KONSEP DASAR HIPERPARATIROID

I. PENGERTIAN

Hiperparatiroid adalah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan sekresi hormon paratiroid (PTH) yang ditandai dengan dekasifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium..

Hormon paratiroid mengawal konsentrasi kalsium dan fosfat didalam badan seseorang. Kesan utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal.

II. KLASIFIKASI

 Hiperparatiroidisme primer (Primary hyperparathyroidism)

Kebanyakan pesakit yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi. Kira-kira 85% dari keseluruhan hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hiperplasia). Sedikit hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma.

 Hiperparatiroidisme sekunder (Secondary hyperparathyroidisme)

Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan kerana rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus, kelainan ini berkaitan dengan kegagalan ginjal akut. Penyebab umum lainnya adalah disebabkan oleh kekurangan vitamin D.

 Hiperparatiroidisme tersier (Tertiary hyperparathyroidisme)

Hiperparatiroidisme tersier adalah perkembangan dari hiperparatiroidisme sekunder yang telah diderita lama. Penyakit hiperparatiroidisme tersier ini ditandai dengan perkembangan hipersekresi hormon paratiroid dan ini akan menyebabkan peningkatan kalsium di dalam darah yaitu hiperkalsemia(hypercalcemia).

(3)

III. PATOFISIOLOGI

Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, hormon tidak akan di sintesis bila kadar kalsium tinggi dan akan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya mengurangkan reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium iaitu di ginjal, tulang dan usus.

Hiperparatiroid primer terjadi akibat meningkatnya sekresi PTH, biasanya adanya suatu edema paratiroid. Normalnya, kadar kalsium yang rendah menstimulasi sekresi PTH, sedangkan kadar kalsium yang tinggi menghambat sekresi PTH. Pada hiperparatiroid primer, PTH tidak tertekan dengan meningkatnya kadar kalsium, hal ini menimbulkan keadaan hiperkalsemia. Dalam beberapa hal, peningkatan kalsium serum merupakan satu – satunya tanda disfungsi paratiroid dan terdeteksi dengan pemeriksaan rutin. Akibat peningkatan kalsium pada otot menimbulkan hipotonusitas otot – otot kerangka, reflek tendon dan otot – otot gastrointestinal. Melemahnya otot dan timbulnya kelemahan sering dijumpai. Jika kadar kalsium serum meningkat antara 16 sampai 18 mg/dl, krisis hiperkalsemia akut terjadi. Muntah –muntah dengan hebat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.

Hiperparatiroid sekunder timbul karena suatu keadaan hipokalsemi kronik, seperti pada gagal ginjal. Hiperplasi kelenjar paratiroid terjadi dengan meningkatnya PTH. Pada beberapa pasien dengan keadaan ini, kelenjar paratiroid memiliki sifat otonom dan kehilangan sifat responsivitasnya terhadap kadar kalsium serum (hiperparatiroid tersier)

Hiperparatiroid menyebabkan hiperkalsemia dan hipofosfatemia. Terdapat peningkatan ekresi baik kalsium maupun fosfat urin dengan efek sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. 2. Poliuria

3. Peningkatan risiko terjadinya batu ginjal dengan akibat selanjutnya berupa obstruksi saluran kencing maupun infeksi.

(4)

Kehilangan kalsium dari jaringan tulang mengawali demineralisasi tulang, fraktur patologis, atau penyakit kista tulang yang menyebabkan nyeri tulang.

IV. ETIOLOGI

1. Primer (sekresi PTH tidak sesuai )  Adenoma (tersering > 80 %)  Hiperplasi

- mungkin familial

- mungkin disertai dengan neoplasia endokrin multipel

- mungkin familial dan disertai dengan kalsium urin rendah (hiperkalsemi hipokalsiurik familial)

 kira – kira 50% tanpa gejala 2. Sekunder (sekresi PTH sesuai)

 Gagal ginjal kronik  Malabsorbsi

- kelainan gastrointestinal - kelainan hepatobilier

 Penyebab lain dari hipokalsemi

3. Tersier (sekresi PTH autonom ditambah dengan hiperparatiroid sekunder terdahulu)

 Sangat jarang  Hipernefroma

 Karsinoma sel skuamuosa paru V. MANIFESTASI KLINIS

Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda – tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa sistem organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga keadaan

(5)

psikosis yang disebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem syaraf. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan syaraf dan otot.

Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroid dapat terjadi akibat demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel – sel raksasa benigna akibat pertumbuhan osteoklas yang berlebihan. Pasien dapat mengalami nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan pemendekan badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan hiperparatiroid merupakan faktor resiko terjadinya fraktur.

Insidens ulukus peptikum dan pankeatis meningkat pada hiperparatiroid dan dapat menyebabkan terjadinya gejala gastrointestinal.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis hiperparatiroid primer ditegakan berdasarkan kenaikan persisten kadar kalsium serum dan peningkatan kadar parathormon. Pemeriksaan radioimmunoassay untuk parathormon sangat sensitif dan dapat membedakan hipertiroid primer dengan penyebab hiperkalsemia lainnya pada lebih dari 90% pasien yang mengalami kenaikan kadar kalsium serum saja merupakan gambaran yang non spesifik karena kadar dalam serum ini dapat berubah akibat diet, obat – obatan dan perubahan pada ginjal serta tulang. Perubahan tulang dapat dideteksi dengan pemeriksaan sinar – X atau pemindai tulang pada kasus – kasus penyakit yang sudah lanjut. Pemeriksaan antibodi ganda hormon paratiroid digunakan untuk membedakan hiperparatiroid primer dengan keganasan, yang menjadi penyebab hiperkalsemia. Pemeriksaan USG , MRI, pemindai thallium serta biopsi jarum halus telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi paratiroid dan untuk menentukan lokasi kista, adenoma serta hiperplasia pada kelenjar paratiroid.

VII. PENATALAKSANAAN

Awitan hiperparatiroid yang berlangsung perlahan – lahan dan sifatnya yang kronis disertai berbagai gejala yang sering tidak jelas dapat menimbulkan depresi dan frustasi. Keluarga mungkin sudah menganggap sakit pasien bersifat psikosomatik. Kewaspadaan terhadap perjalanan kelainan ini dan pendekatan perawat yang penuh pengertian dapat membantu pasien serta keluarga untuk menghadapi seluruh reaksi dan perasaan mereka. Terapi yang dianjurkan bagi pasien hiperparatiroid primer adalah tindakan bedah untuk mengangkat jaringan paratiroid yang abnormal. Namun demikian,

(6)

pada sebagian pasien yang asimtomatik deisertai kenaikan kadar kalsium serum ringan dan fungsi ginjal yang normal, pembedahan dapat ditunda dan keadaan pasien dipantau dengan cermat akan adanya kemungkinan bertambah parahnya hiperkalsemia, kemunduran kondisi tulang, gangguan ginjal atau pembentukan batu ginjal. Pada hipertiroid sekunder, penatalaksanaannya dengan cara menghilangkan penyebab yang mendasarinya dan memperbaiki kadar kalsium plasma.

(7)

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERPARATIROID I. PENGKAJIAN

Tidak terdapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroid dan hiperkalsemia resultan. Kumpulkan riwayat kesehatan yang lengkap dari klien untuk mencari apakah terdapat risiko. Klien mungkin menunjukan perubahan psikologis seperti letargi, mengantuk, penurunan memori, dan labilitas emosional, semua manifestasi yang tampak pada hiperkalsemia.

Pengkajian keperawatan yang reinci mencakup : 1. Riwayat kesehatan klien

2. Riwayat penyakit dalam keluarga 3. Keluhan utama antara lain :

 Sakit kepala, kelemahan, lethargi, dan kelelahan otot

 Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, obstipasi, dan nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan.

 Depresi

 Nyeri tulang dan sendi

4. Riwayat trauma / fraktur tulang

5. Riwayat radiasi daerah leher dan kepala 6. Pemeriksaan fisik yang mencakup

 Observasi dan palpasi adanya deformitas tulang  Amati warna kulit, apakah tampak pucat

 Perubahan tingkat kesadaran

7. Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organik seperti bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani kematian akan mengancam.

8. Pemeriksaan diagnostik termasuk :

 Pemeriksaan laboratorium: dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakan kondisi hiperparatiroid. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hperparatiroid. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hiperparatiroid primer akan ditemukan peningkatan kadar kalsium serum;

(8)

kadar serum posfat anorganik menurun sementara kadar kalsium dan posfat urine meningkat.

 Pemeriksaan radiologi, akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada tulang.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hiperparatiroid antara lain :

1. Risiko cedera berhubungan

dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.

2. Kerusakan eliminasi urine

berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.

3. Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual

4. Konstipasi berhubungan

dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.

III. INTERVENSI

Dx I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan mengalami cedera.

NOC : Pengendalian resiko Kriteria hasil :

- Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan

- Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko - Mempersiapkan lingkungan yang aman

- Mengidentifikasikan yang dapat meningkatkan reiko cedera - Menghindari cedera fisik

Keterangan skala:

(9)

2: Jarang menunjukan 3: Kadang menunjukan 4: Sering menunjukan 5: Selalu menunjukan NIC : Mencegah jatuh

- Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan. - Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh

- Periksa pasien apakah mengalami /terkena kontriksi karena bekuan darah tersayat, luka bakar, atau memar.

DX II : Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang ditunjukan oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran urine 30 – 60 ml/jam

NOC: Eliminasi urine Kriteria hasil:

- Mampu ke toilet secara mandiri - Tidak ada infeksi saluran kemih

- Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan - Eliminasi urine tidak terganggu

Keterangan skala:

1: Tidak pernah menunjukan 2: Jarang menunjukan 3: Kadang menunjukan 4: Sering menunjukan 5: Selalu menunjukan

NIC : Penatalaksanaan eliminasi urine Intervensi :

- Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi,konsistensi, bau, volume, dan warna yang tepat.

- Dapatkan spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis dengan tepat

(10)

- Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan saat makan diantara waktu makan dan diawal petang.

- Informasikan pada pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih. DX III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mendapat asupan makanan yang adekuat, seperti yang dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat mempertahankan berat badan ideal. NOC : Nutritional status : food and fluid intake

Kriteria hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan. - Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan.

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. - Tidak ada tanda – tanda malnutrisi.

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti. Keterangan skala:

1: Tidak pernah menunjukan 2: Jarang menunjukan 3: Kadang menunjukan 4: Sering menunjukan 5: Selalu menunjukan NIC : Nutrition management Intervensi :

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

- Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi (diit rendah kalsium untuk memperbaiki hiperkalsemia)

Dx IV : Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.

(11)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mempertahankan pola BAB normal, seperti yang dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan kebiasaan pasien).

NOC : Eliminasi defekasi Kriteria hasil :

- Mengeluarkan feses tanpa bantuan

- Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat - Latihan dalam jumlah yang adekuat

- Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri. Keterangan skala : 1 : ekstrim 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak

NIC : Penatalaksanaan konstipasi - Kaji warna dan konsistensi feses - Kaji adanya inpaksi

- Pantau adanya tanda dan gejala ruptur usus

- Ajarkan pada pasien tentang efek diet (misal : cairan dan serat ) pada eliminasi.

- Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda vital.

(12)

IV. EVALUASI

Dx I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.

Kriteria hasil : skala

- Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan (5) - Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko (5) - Mempersiapkan lingkungan yang aman (5) - Mengidentifikasikan yang dapat meningkatkan reiko cedera (5)

- Menghindari cedera fisik (5)

DX II : Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.

Kriteria hasil: skala

- Mampu ke toilet secara mandiri (5) - Tidak ada infeksi saluran kemih (5) - Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan (5) - Eliminasi urine tidak terganggu (5)

DX III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual

Kriteria hasil : skala

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan. (5) - Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan. (5) - Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. (5) - Tidak ada tanda – tanda malnutrisi. (5) - Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti. (5)

Dx IV : Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.

Kriteria hasil : skala

- Mengeluarkan feses tanpa bantuan (5)

- Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat (5) - Latihan dalam jumlah yang adekuat (5)

(13)

- Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri. (5)

BAB III PENUTUP Kesimpulan :

Hiperparatiroid adalah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan sekresi hormon paratiroid (PTH). Hiperparatiroid ada tiga jenis yaitu hiperparatiroid pimer, sekunder dan tersier. Hipertiroid menyebabkan keadaan hiperkalsemia dan hipofosfatemia. Saran :

Hal – hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hiperparatiroid :  Minum banyak air terutama air putih. Meminum banyak cairan dapat mencegah

pembentukan batu ginjal.

 Senam dan olah raga. Ini salah satu cara terbaik untuk membentuk tulang kuat dan memlambatkan kerusakkan tulang.

 Pengambilan vitamin D. Pengambilan vitamin D yang mencukupi dapat membantu dalam penyerapan kalsium.

 Jangan merokok. Merokok dapat meningkatkan perapuhan tulang seiring meningkatnya masalah kesehatan.

 Berwaspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. Kondisi tertentu seperti penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium dalam darah meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

betina dan jantan atau wanita dan pria (KBBI, 2010). Etiologi adalah penyebab yang tersering kejadian hipertiroid pada anak. Pemeriksaan laboratorium adalah pengukuran kadar

Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai sputum yang.. berkurang setelah

Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai..

Akibat yang terlihat pada individu yang mengalami luka bakar merupakan hasil Akibat yang terlihat pada individu yang mengalami luka bakar merupakan hasil dari penyebab efek panas

Pada tahun 2011 pasien pernah mengalami gangguan pada bernafas , mengalami sesak dan nyeri pada dada, pasien sempat berobat ke puskesmas terdekat dan beberapa

Pasien luka tusuk dengan hemodinamik yang abnormal tidak memerlukan pemeriksaan X-Ray pada pasien luka tusuk diatas umbilicus atau dicurigai dengan cedera

'ila faktor umur dihubungkan dengan faktor penyakit dasar yang lainnya sebagai ariabel primer, maka kedua grup pasien GG& yang disertai penyakit dasar yang lainnya

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk... Penyebab Hiperemesis