BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pitiriasis Kapitis atau dandruff atau ketombe merupakan suatu kelainan pada kulit kepala yang ditandai oleh skuama yang berlebihan pada kulit kepala
(scalp) berwarna putih atau abu-abu yang tersebar pada rambut, terkadang dapat
disertai rasa gatal, tanpa atau sedikit tanda-tanda inflamasi ringan serta menimbulkan gangguan estetika. Tanda-tanda tersebut terjadi akibat adanya
perubahan pada stratum korneum yang menunjukkan terganggunya kohesi
corneocyte dan adanya hiperproliferasi sel (Clavaud, et al.,2013;
Schwartz,2013).
Ketombe didapati pada 50% populasi global pasca-pubertas dan remaja, ketombe juga dapat mengenai semua etnis dan jenis kelamin,namun jarang ditemukan pada anak-anak, jikapun ada biasanya dalam bentuk yang ringan
.Tingkat keparahan ketombe dipengaruhi oleh usia terutama masa pubertas dan usia menengah (mencapai pada usia 20 tahun) dan jarang terjadi pada usia 50 tahun. (Haustein and Nenoff 2013)
Ketombe umumnya terjadi pada lingkungan yang memiliki kelembaban yang tinggi dan panas (Gaitani, 2012). Banyak dari penduduk Indonesia pernah
mengalami ketombe, hal ini dikarenakan Indonesia beriklim tropis, bersuhu tinggi, dan memiliki kelembaban udara yang tinggi. Prevalensi populasi masyarakat Indonesia yang menderita ketombe menurut International Data Base, US sensus Bureau 2004 adalah 43.833.262 dari 238.452.952 jiwa dan
menempati urutan keempat setelah Cina,India, dan US (Prawito 2001 dalam Sinaga 2012).
Pertumbuhan ketombe sendiri didasari oleh tiga faktor, yaitu kolonisasi
Malassezia.sp, peningkatan produksi sebum dan faktor predisposisi pada
individu. Waktu dan pola pertumbuhan ketombe bergantung pada ketiga faktor
komensal (flora normal) yang didapati pada kulit kepala yang sehat maupun pada scalp yang ditemui pada penderita ketombe. Pada pria dan wanita pada masa pubertas kelenjar sebum yang telah mature menghasilkan sebum dengan jumlah yang lebih banyak. Malassezia sp. menggunakan lipid pada sebum tersebut sebagai sumber nutrisi, sehingga produksi tersebut menjadi hipotesis
yang mendukung atas pertumbuhan Malassezia sp. Namun sifat komensal Malassezia tersebut menyiratkan bahwa ada faktor predisposisi lain yang menyebabkan individu-individu tertentu lebih rentan mengalami ketombe, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit kepala, diantaranya adalah stres lingkungan,misalnya iklim,musim,kolonisasi mikroba
dan perubahan hormonal (Turner, 2012).
Banyak kepustakaan yang menyebutkan bahwa faktor genetik juga memegang peranan penting dalam patogeneisis ketombe (Sutipinitharm, 1999 dalam Tania, 2012).
Penggunaan jilbab memiliki kaitan erat dengan dengan kelembaban dan panas, hal ini diakibatkan kebiasaan penggunaan jilbab yang kurang tepat dan
perawatan rambut yang salah (Elmir, 2008 dalam Vashti, 2014), dari salah satu penelitian mengenai hubungan pemakaian jilbab dengan kejadian ketombe didapati peningkatan risiko kejadian ketombe sebesar 7,57 kali pada mahasiswi yang menggunakan jilbab dan yang tidak menggunakan jilbab (Zahra, 2011).
Pada penelitian lain juga didapati adanya hubungan faktor risiko
penggunaan jilbab terhadap kejadian ketombe yang diantaranya adalah,jumlah lapisan jilbab yang dikenakan, dimana didapati risiko kejadian kejadian ketombe sebesar 3,011 kali pada mahasiswi yang menggunakan lapisan jilbab >1 lapis dibandingkan mahasiswi yang menggunakan jilbab 1 lapis (Vashti, 2014).
Pemakain jilbab sendiri merupakan merupakan kewajiban bagi wanita muslimah, dan Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam , yaitu mencapai 87,18% (BPS, 2010), dan pemakaian jilbab sendiri telah diperbolehkan sejak tahun 1990, setelah sebelumnya pemakaian jilbab sempat dilarang bagi siswi sekolah pada tahun
Peraturan pada Fakultas Kedokteran Sumatera Utara juga mewajibkan mahasiswa berpakaian “sopan dan rapi” serta tidak ada pelarangan dalam menggunakan jilbab. Pada Fakultas kedokteran Sumatera Utara sendiri didapati mayoritas mahasiswi muslim telah menggunakan jilbab.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, yang menjadi rumusan masalah yaitu : Apakah
terdapat hubungan kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui apakah terdapat hubungan kebiasaan pemakaian jilbab
terhadap kejadian ketombe pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera tahun 2015 .
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian ketombe pada mahasiswi berjilbab pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2. Mengetahui kebiasaan tertentu dalam pemakaian jilbab yang berhubungan dengan kejadian ketombe.
3. Mengetahui hubungan lama pemakaian jilbab perhari terhadap kejadian ketombe
4. Mengetahui hubungan warna jilbab yang dikenakan terhadap kejadian ketombe
5. Mengetahui hubungan jumlah lapisan yang dikenakan terhadap kejadian ketombe
6. Mengetahui hubungan pemakaian dalaman jilbab terhadap kejadian
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan serta kemampuan menggali informasi mengenai ketombe (Pitiriasis kapitis) dan sebagai sarana pembelajaran bagi peneliti dalam bidang riset
2. Bagi Institusi hasil penelitian dapat menjadi bahan rujukan untuk
penelitian berikutnya terkait kejadian ketombe dalam hubungannya dengan pemakaian jilbab
3. Bagi masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan mengenai ketombe 4. Menambah pengetahuan masyarakat tentang hubungan kebiasaan
tertentu dalam pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe .